Top Banner

of 22

Aspirin Intoxication Case

Apr 06, 2018

Download

Documents

Nita Andriyani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    1/22

    10

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. BIOENERGETIK (TERMODINAMIKA BIOKIMIA)

    Bioenergetik adalah ilmu pengetahuan tentang perubahan energi yang

    menyertai perubahan reaksi biokimia. Bioenergetik hanya

    berhubungan dengan keadaan awal dan akhir dari komponen reaksi,

    tidak terhadap mekanisme atau waktu yang dibutuhkan untuk

    berlangsungnya reaksi kimia. Seluruh pengetahuan mengenai

    bioenergetik adalah berdasarkan 3 pernyataan yang disebut hukum-

    hukum termodinamika.

    1). Hukum Termodinamika I

    Biasanya juga disebut hukum kekekalan energi yang bunyinya sebagai

    berikut :

    Jumlah energi dalam suatu sistem yang terisolasi adalah tetap.

    Dengan kata lain, energi dalam suatu sistem dapat berubah dari

    bentuk satu ke bentuk lain, tapi ia takdapat dibuat atau dihilangkan.

    Energi ialah kemampuan mengadakan kerja .

    Perubahan energi dalam ini terjadi bila :

    1 . suatu sistem melakukan kerja atau kerja dilakukan pada sistem

    tersebut .

    2 . suatu sistem mengabsorpsi panas atau mengeluarkan panas

    U = q - w

    U : perubahan energi dalam sistem

    q : kalor ;(+) energi dalam sistem; (-) energi dilepas

    sistem

    w : usaha ;(+) sistem menerima kerja (-) sistemmelakukan kerja

    2). Hukum temodinamika II

    Hukum termodinamika II berbunyi Entropi total sebuah sistem harus

    meningkat bila proses ingin berlangsung spontan.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    2/22

    10

    Dengan kata lain , selalu terdapat peningkatan entropi pada setiap

    proses yang terjadi secara spontan. Maksudnya, semua perubahan

    kimia/fisika cenderung berjalan menuju arah sedemikian rupa sehingga

    energi yang bermanfaat terurai secara ireversibel akan diubah menjadi

    energi panas.

    G = H - TS

    G : Perubahan energi bebas

    o akan melepas energi (eksogenik) apabila bernilai (-)

    o akan menyerap energi (endogenik) apabilla bernilai (+)

    H : Perubahan entalpi (ukuran perubahan panas dalam reaktan dan

    produk)

    T : Temperatur Absolut dalam Kelvin (0K) : 0K = 0C +273

    S : Perubahan Entropi (ukuran perubahan ketidakteraturan atauacak dari reaktan dan produk)

    Nilai dari perubahan energy bebas (free energy change) dapat

    digunakan untuk memprediksi jalannya suatu reaksi dalan

    temperature dan tekanan yang konstan. Didasarkan pada reaksi :

    A B

    a) G bernilai negatif : Jika G bernilai negatif, berarti

    melepaskan energy, dan reaksi berjalan spontan, A dirubah menjadi

    B, seperti pada gambar (a). Reaksi ini disebut exergonik.

    b) G bernilai positif : Jika G bernilai positif, berarti

    menerima energy, dan reaksi tidak berjalan spontan dari B ke A,

    seperti pada gambar (b). Reaksi ini disebut reaksi endergonik, dan

    energy harus ditambahkan kedalam sistem untuk membuat reaksi

    dari B ke A.

    c) G bernilai nol : Jika G = 0, reaktan berada dalam

    keseimbangan. Catatan : ketika reakdi berjalan dengan spontan

    yaitu energy bebas dilepaskan lalu reaksi berlanjut sampai G

    mencapai nol dan terbentuk suatu keseimbangan.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    3/22

    10

    Gambar : perubahan energy bebas (G) selama reaksi. (a) produk

    memiliki energy bebas yang lebih sedikit daripada reaktan. (b) produk

    memiliki energy bebas yang lebih banyak daripada reaktan.

    (Lippincotts Illustrated Reviews : Biochemistry, 3rdEdition)

    3). Hukum termodinamika III

    Hukum termodinamika III berbunyi, Nol Absolut tidak pernah

    tercapai.

    Gambar :Termodinamika dalam metabolism mahluk hidup.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

    Prosesreaksi

    Prosesreaksi

    Energy

    bebas

    (G

    )

    Energy

    beb

    as

    (G

    )

    A B B A

    B

    A

    B

    A

    (a)

    (b)

    Gnegatif

    Gpositif

    Termodinamika

    Metabolisme

    Anabolime

    (memperolehenergi bebas ;endergonik)

    Katabolisme

    (menghasilkanenergi bebas ;eksergonik)

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    4/22

    10

    Anabolisme: reaksi perubahan ikatan kimia yang sederhana menjadi

    ebih kompleks yang membutuhkan energy. Contoh :

    asam amino sintesis protein baru

    glukosa + fruktosa sukrosa

    Katabolisme : reaksi

    perubahan ikatan kimia yang kompleks menjadi yang lebih sederhana

    yang melepaskan / menghasilkan energi. Contoh :

    glikolisis

    dekarboksilasi oksidatif

    siklus krebs

    B. REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI (REDOKS)

    Oksidasi merupakan proses pelepasan elektron, sedangkan reduksi

    merupakan proses penangkapan elektron. Untuk memudahkan dalam

    memahami oksidasi dan reduksi, perhatikan table dibawah.

    Oksidasi Reduksi

    1. Pengikatan dengan oksigen

    (O2)

    2. Pelepasan Hidrogen

    3. Pelepasan elektron

    4.Peningkatan bilangan oksidasi

    1. Pelepasan oksigen (O2)

    2. Pengikatan Hidrogen

    3. Menangkap elektron

    4.Penurunan bilangan oksidasi

    Reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah reaksi yang meliputi transferelektron dari reduktor(pereduksi, substansi yang mengalami oksidasi)

    kepada oksidator (pengoksidasi; substansi yang mengalami reduksi).

    Contoh reaksi redoks :

    Oksidasi : Zn Zn2+ +

    2e-

    Reduksi : Cu2+ + 2e- CuReaksi

    Keseluruhan

    : Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

    Donor Elektron, merupakan :

    1. Substansi yang melepas elektron

    2. Substansi yang dioksidasi

    3. Juga disebut agen pereduksi / reduktor

    Contoh donor elektron adalah :

    Fe2+ Fe3+ + 1e-

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    5/22

    10

    Sedangkan Penerima Elektron, merupakan :

    1. Substansi yang menangkap elektron

    2. Substansi yang direduksi

    3. Disebut juga agen pengoksidasi / oksidator

    Contoh penerima elektron adalah :

    Fe3+ + 1e- Fe2+

    H+ + 1e- H2

    Acetaldehyde + 2H+ +2e- Ethanol

    C. RADIKAL BEBAS DAN ANTIOKSIDAN

    1). Radikal Bebas

    Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul yang memiliki

    satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.

    Kecenderungan untuk selalu memperoleh atau menerima elektrondari substansi lain, menjadikan radikal bebas ini bersifat reaktif.

    Sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, berkurangnya

    kemampuan adaptasi sel, sampai kematian sel.

    Biasanya suatu radikal bebas diberi simbol dengan sebuah titik

    yang menggambarkan elektron yang tidak berpasangan.

    Contoh dari radikal bebas itu sendiri adalah:

    1. Superoksida O2

    2. Hidroksil OH

    3. Alkoksil RO

    4. Peroksil ROO

    Radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Reaksi

    radikal bebas merupakan rekasi rantai yang terdiri dari:

    1. Inisiasi : pembentukan awal radikal bebas

    2. Propagasi : terbentuknya radikal bebas baru

    3. Terminasi : pembentukan radikal bebas stabil dan tak reaktif

    Adapun sumber dari radikal bebas adalah :

    a. Berasal dari dalam tubuh :

    Dapat dihasilkan dari autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis

    dalam respirasi, transfor elektron di mitokondria, peroksida lipid,dan oksidasi ion-ion transisi.

    b. Berasal dari luar tubuh :

    Dari sinar UV, polusi lingkungan ( asap rokok, asap kendaraan

    bermotor, radiasi), dan dari obat-obatan.

    Terdapat pula insiator radikal bebas dan inhibitor radikal bebas.

    Insiator radikal bebas adalah zat yang menyebabkan pembentukan

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    6/22

    10

    radikal bebas, contohnya cahaya dan peroksida. Sedangkan inhibitor

    radikal bebas adalah zat yang membentuk radikal bebas tak reaktif,

    contohnya fenol.

    Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini

    disebabkan karena radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki

    pasangan elektron bebas dikulit terluarnya sehingga rektif dan mampu

    bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat dan DNA. Reaksi radikal

    bebas dengan molekul ini menyebabkan pada timbulnya suatu

    penyakit.

    2). Antioksidan

    Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat

    oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif untuk

    membentuk radikal bebas yang tak reaktif dan relative stabil.

    Macam-macam dari antioksidan :a. Antioksidan enzim, terdiri dari :

    1. Antioksidan preventif : antioksidan yang mengurangi kecepatan

    inisiasi (permulaan) rantai reaksi.

    Contohnya : enzim katalase ( yang berfungsi mengubah

    hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen) serta peroksida lain

    yang berikatan dengan ROOH dan zat-zat khelasi ion logam

    seperti DTPA (dietilenetriaminepentaasetat) serta EDTA

    ( etilenediaminetetraasetat)

    2. Antioksidan pemutus rantai : antioksidan yang memotong reaksi

    berantai yang menangkap radikal bebas.

    Contohnya : enzim superoksida dismutase yang berperan dalam

    melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan bakteri

    aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida.

    b. Antioksidan vitamin. Contohnya vitamin A, -karoten, vitamin C, dan

    vitamin E (sumber anti oksidan yang kerjanya mencegah lipid

    peroksida dari asam lemak tak jenuh dalam memran sel).

    Sumber antioksidan : sereal, biji-bijian, sayur dan buah-buahan.

    D. Transfer Elektron dan Fosforilasi OksidatifFosforilasi Oksidatif merupakan proses dimana ATP dibentuk sebagai

    hasil dari transfer elektron dari NADH atau FADH2 kepada O2 dengan

    rangkaian transfer elektron. Baik transfer elektron maupun fosforilasi

    oksidatif bertempat di inner membran mitokondria.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    7/22

    10

    Gambar : Struktur mitokondria

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    8/22

    10

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

    NADHdehydrogenase

    FMNFe-S centers

    SuccinatedehydrogenaseFAD (covalent)Fe-S centersb-type heme

    Complex I

    Complex II

    UQ/UQH2

    pool

    Cytochrome bc1

    complex

    2 b-type hemesRieske Fe-S center

    c-type heme (cyt c1)

    Complex III

    NADH: ubiquinone(Q)oxidoreductase

    Succinate: ubiquinone(Q)oxidoreductase

    Ubiquinol (QH2):

    cytochrome coxidoreductase

    Cytochrome c

    Cytochrome aa3

    complex2 a-type hemes

    Cu ions

    Complex IV

    Cytochrome coxidase

    O2

    H2O

    Rangkaian TransferElektron

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    9/22

    10

    1). Complex I: NADH-Ubiquinone Oxidoreductase

    Complex I, sering disebut NADH dehydrogenase, transfer elektron dari

    NADH ke ubiquinone (coenzim Q). Oksidasi NADH dimulai dengan

    transfer dua elektron dan dua proton dari NADH + H+ ke FMN, flavin

    mononucleotide, mengandung riboflavin moiety (vitamin B2), yang

    memiliki ikatan yang kuat ke satu subunit.

    NADH + H+ + FMN NAD+ + FMNH2Elektron kemudian ditransfer melalui susunan dari jenis FeS centers,

    2Fe2S dan 4Fe4S, ke ubiquinone. Disini, FMN sebagai dua aseptor

    elektron dari NADH dan satu donor elektron ke FeS centers.

    Ubiquinone juga sebagai satu atau dua aseptor elektron dan dapat

    berperan mentransfer elektron dari complex I dan complex II ke

    complex III.

    Selama mentransfer dua elektron ke ubiquinone oleh complex I, 4

    proton juga dipompa dari sisi matrix (N untuk negatif) ke sisi cytosolic(P untuk positif) pada inner membran. Energi dilepaskan selama reaksi

    oksidatif yang dipacu oleh perpindahan proton melintasi membran.

    2). Complex II: Succinate-Ubiquinone Oxidoreductase

    Complex II dikenal dengan succinate dehydrogenase, yang

    mengandung ikatan kovalen FAD ke residu histidin yang mengandung

    tiga iron-sulfur centers dan dua protein hidropobik kecil. Pada oksidasi

    succinate menjadi fumarate, dua elektron dan dua proton ditransfer ke

    FAD. FADH2 mentransfer elektron ke ubiquinone melalui FeS centers

    dari complex II dengan reaksi:

    Succinate fumarate + 2H+ + 2e-

    UQ + 2H+ + 2e UQH2(Keseluruhan ) Succinate + UQ fumarate + UQH2

    E0 = 0.029V; G0 = -5.6 kJ mol-1

    Jumlah energi bebas dalam reaksi ini tidak cukup untuk memompa

    empat proton melintasi membran.

    3). Complex III: Ubiquinol-Cytochrome c Oxidoreductase

    Complex III, atau cytochrome bc1 complex mengkatalis transferelektron dari ubiquinol ke cytochrome c dengan translokasi proton

    melintasi membran. Pada mamalia enzim complex ini terdiri dari 11

    subunit yang tiga diantaranya memiliki kelompok prostetik yang

    bekerja sebagai redox centers. Yaitu cytochrome b yang mengandung

    dua heme, cytochrome c1 yang mengandung satu kelompok heme dan

    Rieske iron-sulfur protein yang mengandung kelompok 2Fe2S.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    10/22

    10

    4). Complex IV: Cytochrome c oxidase

    Complex IV mentransfer elektron dari cytochrome c ke O2, terminal

    aseptor elektron, menjadi bentuk water coupled untuk translokasi

    proton melintasi membran. Pada complex mamalia terdiri dari 13

    subunit yang mengandung dua cytochrome, a dan a3, dan dua copper

    centers, dikenal sebagai CuA dan CuB. Cytochrome c oxidase yang lebih

    simpel hanya mengandung tiga atau empat subunit, yang mengkatalis

    transfer elektron dan reaksi memompa proton yang ada dalam

    bacterial membran.

    5). Complex V : Fosforilasi Oksidatif

    Yaitu komplek ATP sintase, terjadi pembentukan ADP + Pimenjadi ATP. Dimana proton proton yang dihasilkan oleh komplek-

    kompleks menuju inter membrane space masuk ke dalam ATP sintase

    dengan bantuan elektrikal gradien. Elektrikal gradien ini membuat

    proton-proton yang berada di inter membrane space kembali lagi

    masuk ke dalam matriks melalui inner mitokondria yaitu ATP sintase

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    11/22

    10

    Gambar : Tranfer elektron dan fosforilasi oksidatif yang terjadi dalam innermembran mitokondria; ATP dihasilkan dengan pemanfaatan perbedaangradient muatan dan konsentrasi; H+ masuk ke matrix mitokondria dari

    intermembran mitokondria melalui ATP sintase menghasilkan ATP.

    E. ASPIRIN

    Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi nonsteroid,

    yang umum dipakai. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktivasi

    atau merusak organism yang menyerang, menghilangkan zat iritan,

    dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap,

    proses peradangan biasanya reda. Namun, terkadang inflamasi terjadi

    oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh

    suatu respon imun, seperti asma atau arthritis rematoid. Pada kasus

    seperti ini, reaksi pertahanan mereka sendiri mungkin menyebabkan

    luka jaringan progresif, dan obat-obat anti inflamasi atau imunosupresimungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan.

    1). Prostaglandin

    Pada umumnya obat anti inflamasi bekerja dengan jalan

    menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan turunan

    dari asam lemak tak jenuh yang mengandung 20 karbon yang

    berbentuk suatu struktur cincin siklik.

    2). Sintesis Prostaglandin

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    12/22

    10

    Gambar : sintesis prostaglandin ; Asam arakidonat merupakan precursor

    utama prostaglandin. Aspirin menghambat sintesis prortaglandin di

    siklooksigenase.

    Asam arakidonat, suatu asam lemak 20-karbon, adalah precursor

    utama prostaglandin dan senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat

    terdapat dalam komponen fosfolipid membrane sel, terutama fosfatilid

    inositol dan kompleks lipid lain-lainnya. Asam arakidonat bebas

    dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil

    hidrolase lainnya, melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormone

    dan rangsangan lain. Ada dua jalan utama sintesis eikosanoid dariasam arakidonat.

    1. Jalan siklo-oksigenase; semua eikosanoid berstruktur cincin

    sehingga, prostaglandin, trombokstan,dan prostasiklin, disintesis

    melalui jalan siklooksigenase. Telah diteliti dua siklooksigenase :

    COX-1 dan COX-2. Yang pertama bersifat ada di mana-mana dan

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    13/22

    10

    pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon

    terhadap rangsangan inflamasi.

    2. Jalan lipoksigenase; jalan ini, beberapa lipoksigenase dapat bekerja

    pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-HPETE DAN

    15-HPETE, yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang

    dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES), atau

    menjadi leukotrien atau lipoksin, yang tergantung pada jaringan.

    3). Mekanisme Kerja Aspirin

    Efek antipiretik dan antiinflamasi salisilat terjadi karena

    penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam

    hipotalamus dan perifer di daerah target. Lebih lanjut, dengan

    menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitilasi

    reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi. Aspirin

    juga menekan rangsang nyeri pada daerah subkortikal (yaitu thalamus

    dan hipotalamus).

    Gambar : metabolisme aspirin dan asetilasi siklooksigenase oleh aspirin

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    14/22

    10

    4). Fungsi Aspirin

    Obat-obat anti inflamasi termasuk aspirin, mempunyai tiga efek

    terapi utama, yaitu mengurangi inflamasi (anti-inflamasi), rasa sakit

    (analgesic), dan demam (antipiretik).

    1. Anti-Inflamasi

    Karena aspirin menghambat aktivitas siklooksigenase, maka aspirin

    mengurangi pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi

    beberapa aspek inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai

    mediator. Aspirin menghambat inflamasi pada arthritis, tetapi tidak

    menghentikan progresivitas penyakit ataupun menginduksi remisi.

    2. Analgesik

    Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitilasi ujung saraf terhadap

    efek bradikinin, histamine, dan mediator kimiawi lainnya yang

    dilepaskan secara local oleh proses inflamasi. Jadi, denganmenurunkan sintesis PGE2, aspirin dan obat anti inflamasi lainnya

    menekan sensasi rasa sakit. Salisilat diduga terutama untuk

    menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang

    timbul dari struktur integument daripada yang berasal dari visera.

    Obat-obat anti inflamasi lebih superior daripada opioid dalam

    menanggulangi rasa sakit yang melibatkan inflamasi; kombinasi

    opioid dan obat anti inflamasi efektif dalam pengobatan rasa sakit

    yang ganas.

    3. Anti Piretik

    Demam terjadi jika set point pada pusat pengatur panas di

    hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh

    sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam

    endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih

    yang diaktivasi oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau

    inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam

    dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2. Aspirin

    mengembalikan thermostat kembali ke kondisi normal dan cepat

    menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan

    pengeluaran panas sebagai akibat vasodilasi perifer danberkeringat. Aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal.

    5). Efek Samping Aspirin

    1. Pada saluran pencernaan; efek salisilat terhadap saluran cerna yang

    paling umum adalah distress epigastrium, mual, dan muntah.

    Pendarahan mikroskopik saluran cerna hampir umum terjadi pada

    penderita yang mendapat pengobatan salisilat. Aspirin adalah

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    15/22

    10

    asam. Pada pH lambung, aspirin tidak dibebaskan, akibatnya

    mudah menembus sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi

    (menjadi bermuatan negatif), dan terperangkap, jadi berpotensi

    menyebabkan kerusakan sel secara langsung. Aspirin seharusnya

    diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk

    mengurangi gangguan saluran cerna. Aspirin juga menghambat

    terbentuknya prostasiklin (PGI1) yang berfungsi menghambat

    sekresi asam lambung, dan juga PGE2 dan PGF2 yang berfungsi

    merangsang sintesis mucus protektif dalam lambung dan usus kecil.

    Akibatnya sekresi asam lambung menigkat dan mucus protektif

    berkurang, sehingga keluhan seperti distress epigastrium, ulkus,

    dan/atau pendarahan terjadi.

    2. Darah; Asetilasi ireversibel siklooksigenase trombosit menurunkan

    kadar trombosit TXA2, mengakibatkan penghambatan agregasi

    trombosit dan perpanjangan waktu pendarahan.3. Pernapasan ; pada dosis toksik, salisilat menimbulkan depresi

    pernafasan dan suatu kombinasi respirasi yang tidak

    terkompensasidan asidosis metabolik. Pada dosis terapi, aspirin

    meningkatkan ventilasi alveoli.

    4. Proses metabolik ; dosis besar salisilat melepaskan fosforilasi

    oksidatif. Energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP secara

    normal dikeluarkan sebagai panas, yang menerangkan terjadinya

    hipetermia yang disebabkan oleh pengambilan salisilat dalam

    jumlah toksik.

    5. Hipersensitivitas; sekitar 15 % pasien yang mengkonsumsi aspirin

    mengalami reaksi sensitivitas. Gejala alergi yang asli adalah

    urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneurotik. Jarang terjadi

    anafilaktik syok yang fatal.

    6. Sindrom Reye; Aspirin yang diberikan selama infeksi virus ada

    hubungannya dengan peningkatan insidens sindrom Reye,

    seringkali fatal, menimbulkan hepatitis dengan edema serebral.

    Terutama terjadi terjadi pada anak-anak, sehingga lebih baik diberi

    asetaminofen daripada aspirin jika pengobatan diperlukan.

    6). Dosis AspirinPada dosis rendah, salisilat menunjukan aktivitas analgesic; hanya

    pada dosis lebih tinggi obat ini menunjukan aktivitas anti inflamasi.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    16/22

    10

    Gambar : dosis aspirin dan efeknya.

    BAB II

    PEMBAHASAN KASUS

    A. PERMASALAHAN

    Pasien adalah bayi berusia 18 bulan yang telah masuk

    rumah sakit dengan keluhan utama : flu, muntah-muntah, dan

    demam.

    1). Riwayat Penyakit

    Menurut ibu pasien, pasien baik-baik saja sampai tiga hari

    sebelum mendaftarkan diri ke rumah sakit. Mulai saat itu, pasien

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    17/22

    10

    mulai batuk tidak berdahak, hidung tersumbat, dan demam rendah.

    Karena gejala ini, Ibu pasien mulai mengobati pasien dengan

    aspirin. Setelah pemberian aspirin tersebut, flu (hidung tersumbat

    dan batuk) tidak bertambah buruk, walaupun pasien mulai

    mengalami muntah-muntah dan sakit perut. Ibu pasien menemukan

    bluish (kebiru-biruan) di sekitar mulut dan jarinya. Pada saat

    mendaftarkan diri di rumah sakit, pasien sangat lesu dan sangat

    sulit untuk bangkit.

    2). Riwayat Pengobatan

    Untuk beberapa penyakit utama tampat tidak luar biasa.

    Imunisasi sudah berjalan. Perkembangan telah sesuai dengan usia

    pasien. Dan sebelumnya, pasien tidak menjalani pengobatan lain

    untuk penyakit ini.

    3). Pemeriksaan Fisik

    Tes Nilai KeteranganTemperatur 38,5 0C TinggiDenyut Nadi 136 kali/menit NormalKecepatan

    pernafasan

    82 kali/menit Tinggi

    Tekanan Darah 90/60 mmHg TinggiKeluhan lain Agak susah berjalan

    Paien sangat sulit untuk dibangunkan walaupun telah memakai

    stimulasi rasa sakit. Tidak ada tanda meningeal seperti kekakuan

    nuchal.

    Telinga, Hidung,

    Tenggorokan (THT)

    Membran timpani terlihat normal. Pupil

    bulat, seimbang dan reaktif terhadap

    cahaya. Tes Fundoskopik tidak terlihat

    abnormalitas, hidung memperlihatkan

    hambatan menengah dengan pembebasan

    mucopurulent halus. Oropharynx aman dan

    leher lentur.Dada Aman, jantung berdetak secara regular dan

    tidak ada murmur.

    Abdomen Halus tanpa organomegaliGenitalia Terlihat normalNeurological Memperlihatkan masa otot dan tone normal

    dengan reflek seimbang dan fisiologis. Tidak

    ada respon ekstensor plantar.Alat gerak Agak kebiru-biruan (bluish)Pemeriksaan Hb 11,5 gm/dl Normal

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    18/22

    10

    Laboratorium WBC 18000/mm3

    Normal diff. count

    Normal

    Serum Sodium 130

    mEq/L

    Potasium 6,0

    mEq/L

    Klorida 90 mEq/L

    Bikarbonat 8

    mEq/L

    BUN 30 mg/dl

    Gula darah 180

    mg/dl

    Rendah

    Tinggi

    Rendah

    Rendah

    Tinggi

    Tinggi

    Urinalis Spesifik gravity, 1024

    pH, 5

    positif keton dan glukosa

    protein negative

    Penambahan FeCl3 pada urin

    menimbulkan warna unguGas Darah pH 7,11

    PCO2 26 mmHgHCO3 8 mEq/L

    PO2 100 mmHg

    Rendah

    Rendah

    Rendah

    Normal

    4). Pengobatan

    Berdasarkan data-data yang ada, dicurigai pasienmenderita keracunan salisilat. Pada anak dilakukan penyuntikan

    cairan glukosa (intravena). Penyuntikan bikarbonat pun telah

    dilakukan sambil memonitoring pH urin sampai mencapai paling

    sedikit 7.

    Pengobatan tambahan, pada pasien dilakukan pencucian

    lambung (gastric lavage). Pasien juga menjalani lumbar puncture

    dengan analisis cairan spinal normal. Kemudian, pasien dapat

    berjalan walaupun susah payah, pernafasan secara berangsur-

    angsur membaik dan anak lebih waspada (sadar). Kadar salisilatpada awal pemeriksaan adalah 90 mg per 100 ml darah.

    B. OVER DOSIS SALISILAT

    Aspirin akan memberikan efek analgesiK dan antipiretik

    pada konsentrasi dibawah 10 mg/dl, dan selanjutnya akan

    memberikan efek anti inflamasi pada konsentrasi 10 mg/dl sampai

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    19/22

    10

    50 mg/dl (lihat dosis aspirin hal. 15). Dan jika kadar salisilat dalam

    darah pasien mencapai lebih dari 50 mg/dl akan menyebabkan

    intoksikasi ringan sampai berat dan bahkan bila konsentrasi salisilat

    lebih dari 150 mg/dl akan menyebabkan kematian.

    Dalam kasus diketahui bahwa kadar salisilat dalam darah

    pasien mencapai 90 mg/dl. Mengacu pada konsentarasi tersebut

    dapat dikategorikan sebagai dosis salisilat yang berlebih dalam

    darah, lebih tepatnya terjadi keracunan ringan pada pasien.

    C. SINTESIS ATP TERGANGGU

    Dosis besar salisilat dapat mengakibatkan lepasnya

    fosforilasi oksidatif. Energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP

    secara normal dikeluarkan sebagai panas, yang menerangkan

    terjadinya hipetermia yang disebabkan oleh pengambilan salisilat

    dalam jumlah toksik. Transfer electron dan fosforilasi oksidatif bertempat di

    membran dalam mitokondria (hal.7). Berbeda dengan membrane

    luarnya, membran dalam mitokondria bersifat impermeable

    terhadap molekul kecil dan ion, temasuk H+. Salisilat merupakan

    agen uncopling (pelepas) pada proses fosforlasi oksidatif. Zat ini

    menambah tingkat permeabilitas dari inner membrane mitokondria.

    Akibatnya molekul kecil dan ion, termasuk H+, yang merupakan

    proton yang akan membantu sintesi ATP pada fosforilasi oksidatif,

    dapat melewati membrane ini dengan bebas. Hal ini menyebabkan

    gradient proton antara inner membrane dan inter membrane

    mitokondria terganggu, dan sintesis ATP tidak dapat berjalan secara

    maksimal.

    Berdasarkan hukum temodinamika I yang berbunyi,

    Jumlah energy dalam suatu system yang terisolasi adalah tetap

    atau dengan kata lain, energi dalam suatu sistem dapat berubah

    dari bentuk satu ke bentuk lain, tapi tidak dapat dibuat atau

    dimusnahkan, maka potensial energy yang ada dari fosforilasi

    oksidatif ini dirubah bentuknya menjadi energy panas yang

    meningkatkan suhu tubuh pasien lalu menimbulkan demam (fever).

    D. METABOLISME ASPIRIN MENGHASILKAN RADIKAL BEBAS

    Metabolisme pada aspirin dapat menghasilkan radikal

    bebas, yaitu atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    20/22

    10

    electron yang tidak berpasangan (hal.5). Dalam kasus ini zat hasil

    metabolisme aspirin diduga sebagai oksidator kuat yang

    menyebabkan pembentukan Methemoglobin (metHb), yaitu

    bentukan dari hemoglobin yang ion Fe2+ (ferro) nya dioksidasi

    menghasilkan Fe3+ (ferri). Karena struktur hemoglobin yang

    berubah, maka dia tidak bisa mengikat dan mentransport O2.

    Methemoglobin dengan jumlah yang sangat sedikit di dalam

    darah adalah normal, mengingat sel darah merah memiliki sebuah

    system yang efektif (system NADH-sitokrom b5 methemoglobin

    reduktase) untuk mereduksi Fe3+ kembali kepada keadaan Fe2+.

    Fe3+ pada methemoglobin akan direduksi kembali menjadi Fe2+ oleh

    kerja sitokrom b5 tereduksi.

    Hb-Fe3+ + Cyt b5red Hb-Fe2+ + Cyt b5oks

    1) BluishBluish pada pasien ditemukan di daerah jari dan mulut.

    Keadaan ini menunjukan kerusakan hemoglobin yang berubah

    menjadi methemoglobin, yang mana tidak bisa mengikat dan

    mentransport oksigen.

    Bluish juga mungkin disebabkan karena letak pembuluh

    darah di daerah sekitar jari jauh dari jantung, dan dinding mukosa

    mulut yang tipis mengakibatkan warna biru terlihat jelas

    disekelilingnya disbanding di daerah yang lain.

    2) Konsentrasi Asam Laktat Meningkat

    Walaupun tubuh memiliki system yang disebutkan di atas,

    tetapi karena kadar salisilat dalam darah sudah berlebih

    (overdosis), maka metHb dalam darah mencapai lebih dari 1%

    (normal, < 1%). Keadaan ini menyebabkan suplai oksigen untuk

    metabolism karbohidrat terganggu. Pada akhirnya asam piruvat

    (hasil dari glikolisis) tidak berlanjut pada siklus asam sitrat, dan

    terjadi metabolism anaerob yang meningkatkan kadar asam laktat

    meningkat dalam tubuh.

    Karena metabolism anaerob dan terganggunya sintesis

    ATP di fosforilasi oksidatif inilah yang mengakibatkan ATP (paketenergy tinggi) yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan dan

    pasien pun akhirnya terlihat lemah, lesu, bahkan sulit untuk

    dibangunkan.

    3) Glukoneogenesis Dirangsang

    Karena kebutuhan energy yang tidak bisa ditunda lagi,

    maka pembuatan glukosa dari bahan yang bukan karbohidrat atau

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    21/22

    10

    disebut glukoneogenesis pun dilakukan tubuh. Keadaan ini

    menyebabkan peningkatan badan keton dalam tubuh. Badan keton

    tersebut adalah : Asetoasetat, Aseton dan 3-Hidroksibutirat. Selain

    itu, glukoneogenesis dari asam amino dapat meningkatkan hasil

    samping dalam tubuh.

    Keadaan ini menyebabkan kadar Blood Urea Nitrogen

    (BUN) meningkat dalam tubuh pasien sebagai akibat

    glukoneogenesis asam amino. Badan Keton pun ditemukan di urine

    sebagai respon berlebihnya badan keton di dalam tubuh yang

    berpotensi mengakibatkan asidosis, sebagai akibat glukoneogenesis

    asam lemak. Hasil glukoneogenesis ini pula mengakibatkan kadar

    gula dalam darah pasien meningkat. Tetapi walaupun demikian

    tetap diberikan cairan glukosa intavena (dengan kadar terkontrol)

    untuk membantu jumlah sintesis ATP.

    E. EFEK DIHAMBATNYA SINTESIS PROSTAGLANDIN

    Prostaglandin merupakan salah satu obat anti inflamasi

    yang bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin pada

    siklooksigenase (hal.11 dan 13). Salah satu prostaglandin yang

    dihambat adalah prostasiklin (PGI1), PGE2 dan PGF2.

    Secara normal PGI1 menghambat sekresi asam lambung,

    sedangkan PGE2 dan PGF2 merangsang sintesis mucus protektif

    dalam lambung dan usus kecil. Dengan adanya aspirin, prostanoid-

    prostanoid ini tidak terbentuk, yang mengakibatkan sekresi asam

    lambung meningkat dan mucus protektif berkurang. Pada pasien,

    keadaan ini menyebabkan muntah-muntah (vomiting) dan sakit

    perut (abdominal pain).

    F. ASIDOSIS

    Asidosis dapat didefinisikan sebagai keadaan patologik

    akibat akumulasi asam pada, atau kehilangan basa dari tubuh. Pada

    pasien, serum bikarbonat yang merupakan molekul untuk

    mengurangi suasana asam dalam tubuh, berkonsentarsi rendah.

    Sedangkan produksi molekul bersifat asam dalam tubuh, sepertibadan keton (Asam Asetoasetat, Aseton dan Asam 3-

    Hidroksibutirat), asam laktat dan lainnya meningkat. Akibatnya

    pasien mengalami asidosis, dan tindakan yang tepat adalah

    memasukan cairan bikarbonat intavena agar suasana asam dalam

    tubuh dapat berkurang.

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication

  • 8/3/2019 Aspirin Intoxication Case

    22/22

    10

    Laporan Kasus | Aspirin Intoxication