BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Batu saluran kemih menurut tempatnya sebagai
batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaaan
tidak normal dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks
organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada kaliks atau pelvis
dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung
kemih.batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalisium oksalat
ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar
65-85 % dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Sukahtya dan Muhamad
Ali (1975) melaporkan dari 96 batu saluran kemih ditemukan batu
dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 24 (25%)
dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 76
(79%), sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 71
(73%). Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran
kemih. Di negara berkembang batu saluran kemih banyak dijumpai.
Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di negara berkembang
dijumpai ada hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serata
dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan
perkapita.
B. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan makalah yang berjudulkan
asuhan keperawatan dengan penyakit pre post operasi, diantaranya
adalah :1. Dapat menjelaskan pengertian urolitiasis. 2. Dapat
menjelaskan etiologi, patofisioloi dari penyakit urolitiasis. 1
2
3. Dapat menjelaskan manifestasi klinik dari penyakit
urolitiasis. 4. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medik dari
penyakit urolitiasis.
5.
Mampu atau dapat melakukan asuhan keperawatan dari : a. b. c. d.
Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi
C. RUANG LINGKUP Dalam makalah ini kami membataskan pada masalah
Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Urolitiasis. Untuk mengangkat
tema dalam makalah Keperawatan Medikal Bedah ini sebagai bahan
diskusi .
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif,
yaitu metode ilmiah menggambarkan kejadian atau hasil pengamatan
secara sistematis. Landasan teori dan tinjauan kasus diperoleh
melalui studi kepustakaan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematia penulisan makalah sebagai
berikut : Bab I Pendahuluan : menjelaskan tentang latar belakang,
tujuan penulisan, penulisan. metode penulisan, sistematia
3
Bab II Tinjauan Teori Bab III Penutup Daftar Pustaka
: menjelaskan tentang konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan. : menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. :
berisikan sumber-sumber.
4
BAB II TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Penyakit A. Anatomi dan Fisiologi B. Definisi
Urolitiasis Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu
pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan
statis dan infeksi.Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus
urinarius. Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral,
paling umum oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan
kristal yang lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal
dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini
paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu ginjal
dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau
aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal
adalah akut.
C. Etiologi Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di
traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika
konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium
fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, serta sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine.
5
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung
kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit grannuler yang kecil,
yang disebut pasir atau krikil, sampai batu sebesar kandung kemih
yang berwarna oranye. Faktor faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu ginjal diantaranya :a. Faktor infeksi, dimana
penyebab tersering dari infeksi ini adalah adanya
Escherichia Coli. b. Asidosis tubular renal c. Masukan vitamin D
yang berlebihan. d. Diet yang salah.e. Kekurangan minum atau
dehidrasi. f. Hyperparathiroidisme, penyakit metabolic bawaan.
g. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia) yang
menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dan sumsum
tulang.
D. Patofisiologi Pembentukan batu saluran kemih memerlukan
keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk
batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan
inhibisi sitrat dan glokoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat
memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium
oksalat. Aksi raektan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada
dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi
kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan
sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal
kalsium oksalat yang mungkin dapat mengurangi resiko agregatasi
kristal dalam saluran kemih.
6
Aspek umum pembentukan batu saluran kemih : ia is kelamin Jen Us
Profesi Mentalitas Konstitusi Nutrisi Musim Keturunan Ras
Kelainan morfologi
Gangguan aliran urine
Infeksi saluran kemih
Kelainan metabolik
Faktor genetik
Ekskresi bahan pembetuk batu meningkat
Ekskresi inhibitor kristal menurun
Perubahan fisiko-kimiawi supersaturasi
Kalaianan kristaluria Agregatsi kristal Pertumbuhan kristal
7
Batu saluran kemih
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius
tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu
menghambat aliran urine, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Beberapa batu dapat menyebabkan sedikit gejala, namun
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, sedangkan
yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu pada piala ginjal menyebabkan sakit yang dalam dan terus
menerus di area kostovestebral. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior pada wanita kebawah mendekati kandung
kemih sedangkan pria mendekati testis. Apabila ada nyeri tekan pada
daerah kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien
sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal
dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks
renointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas
dan usus besar. Batu yang terjebak pada ureter menyebakan gelombang
nyeri yang luar biasa, dan kronik yang menyebar ke paha dan
genetalia. Pasien sering merasa ingin berkemih namun hanya sedikit
yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu,
gejala ini biasa disebut kolik ureteral. Umumnya pasien akan
mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan.
Batu yang berada pada kandung kemih biasanya menyebabkan gejala
iritasi dan berhubungan dengan infekasi traktus urinaria dan
hematuria. Jika batu obstruksi pada leher kandung kemih, akan
terjadi retensi urine. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu,
maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.
8
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih
(GUK), uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia
darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya
diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu
ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu pada pasien, adapun pemeriksaan
diagnostiknya yaitu:a.
Urinalisa
: warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksolat),
serpihan, mineral, alkalin bakteri, pus; pH mungkin asam fosfat
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau (meningkatkan
magnesium, amonium, atau batu kalsium fosfat).
b. Urine (24 jam)
: kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksolat atau sistin
mungkin meningkat. : mungkin meningkatkan ISK (Stapilococus aureus,
Proteus, Klebsiela, Pseudomonas) : peningkatan kadar kalsium,
magnesium, asam urat, fosfat, protein, elektrolit. : abnormal
(tinggi pada serum/ rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
c.
Kultur urine
d. Servei biokimia
e.
BUN
f.
Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida
dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis
tubulus ginjal.
g. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan
infeksi/
septikemia.h. SDM i.
: biasanya normal : abnormal bila klien dehidrasi berat atau
polisitemia terjadi (mendorong presipitasi
Hb/ Ht
9
pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/ gagal
ginjal)j.
Hormon paratiroid
: meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine).
k.
Foto rontgen KUB IVP
: menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik pada
daerah ginjal dan ureter. : memberikan konfirmasi cepat urolitiasis
seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan
abnormalitas pada struktur anatomi (distensi ueret) dan garis
bentuk kalkuli.
l.
m. Sistoureterokopi
: visualisasi langsug kandung kemih dan ureter dan menunjukkan
batu dan atau efek obstrukasi. : mengidentifikasi atau
menggambarkan kalkuli dan masa lain; ginjal, ureter, dan distennsi
kandung kemih.
n. CT scan
o.
Ultrasound ginjal
: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
G. Penatalaksanaan Medik Tujuan dasar penatalaksanaan adalah
untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan
nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang
terjadi. a. Farmako terapi. Natrium Bikarbonat. Asam Aksorbal.
Diuretik Thiasid.
Alloporinol.b.
Pengangkatan batu melalui Pembedahan. Pielolitotomi.
10
Uretolitotomi. Sistolitotomi. Lithotripsi ultrasonic perkutan /
PUL.
BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian Adapun yang harus dikaji
pada klien urolitiasis adalah : 1. Aktivitas istirahat Gejala :
pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contohnya penyakit tak
sembuh, cedera spinalis). 2. Sirkulasi Tanda : peningkatan TD/nadi
(nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan,
pucat. 3. Eliminasi Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi
sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. Tanda : oliguria,
hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen,
diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan
pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup. Tanda : distensi
abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah.
11
5. Nyeri/ kenyamanan Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri
kolik. Lokasi tergantung dari lokasi batu, contohnya pada pangggul
di regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen
dan turun ke lipat paha atau genetalia. Tanda : melindungi,
perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi. 6.
Keamanan Gejala : penggunaan alkohol, demam dan menggigil. 7.
Penyuluhan pembelajaran Gejala : riwayat kulkus dalam keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis. Riwayat penyakit
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme B.
Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien urolitiasis, sebagai berikut :1. Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi
ureteral.2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan
stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.3. Resiko tinggi
terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah4. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah
interpretasi informasi.
12
C. Perencanaan ( Implementasi ) 1.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan
kontraksi ureteral. Mandiria.
Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran.
Perhatikan tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi,
gelisah, merintih, menggelepar. R/ membantu mengevaluasi tempat
obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff
terhadap
perubahan kejadian/karakteristik nyeri R/ memberikan kesempatan
terhadap pemberian analgesi sesuai waktu membantu dalam
meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas)
dan waspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/ terjadi
komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan
lewatnya batu.c.
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan
istirahat. R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot
dan
meningkatkan koping. d. Bantu atau dorong penggunaan nafas
berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik. R/
mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot. e.
Dorong atau bantu ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan
pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
13
R/ hidrasi kuat melewatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine
dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. f. Perhatikan keluhan
peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen. R/ obstrukasi lengkap ureter
dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area
perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut. Kolaborasia.
Berikan obat sesuai indikasi : Narktik, contohnya meperidin
(demoral), morfin R/ biasanya diberikan selama episode akut untuk
menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot/ mental.
Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan)
R/menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Korikosteroid R/ mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan
untuk membantu gerakan batu.
b.
Berikan kompres hangat pada punggung. R/ menghilangkan tegangan
otot dan dapat menurunkan refleksi spasme.
c.
Pertahankan patensi kateter bila digunakan. R/ mengubah stasis/
retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tegangan dan
infeksi.
14
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral. Mandiria.
Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine R/
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,
contoh infekasi dan perdarahan.perdarahan dapat mengidentifiaksikan
peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi
dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekatipertemuan
urektrovesikal. c. Dorong meningkatkan pemmasukan cairan R/
peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan
dapat membantu lewatnya batu. d. Perikas semua urine. Catat adanya
keluaran batu dan kirim kelaboratorium untuk analisa. R/ penemuan
batu menmungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan
terapi. e. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk
distensi suprapublik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya
edema periorbital/tergantung. R/ retensi urine dapat terjadi,
menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal) dan potensial
resiko terjadinya infekasi, gagal ginjal.
15
f.
Observasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat
kesadaran. R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Kolaborasi a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit,
BUN, kreatinin. R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal. b. Ambil urine untuk kultur dan
sensitivitas. R/ menentukan adanya ISK, yang menyebabkan gejala
komplikasi. c. Berikan obat sesuai inidikasi, contoh : Asetazolamid
(Diamox), alupurional (Ziloprim) R/ meningkatkan pH urine
(alkalinitas) untuk menurunkan
pembentukan batu asam Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril),
klortalidon (Higroton) R/ mencegah stasis urine dan menurunkan
pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses
penyakit dasr seperti hipertiroidisme atau abnormalitas vitamin D.
Amonium klorida; kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika) R/
menurunkan pembentukan batu fosfat. Agen Antigout, contoh
alupurinol (Ziloprim) R/ menurunkan prrosuksi asam urat/ potensial
pembentukan batu. Antibiotik R/ adanya ISK/ alkalin urine potensial
pembentuk abtu.
16
Natrium bikarbonat R/ mengganti kehilangan yang tidak dapat
retensi selama pembuangan bikarbonat atau alkalinisasi urine dapat
menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli. Asam askorbat
R/ mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan
alkalin. d. Perhatikan patensi kateter tak menetap (uretral,
ureteral atau nefrostomi) bila menggunakan. R/ membantu aliran
urine/ mencegah retensi dan komplikasi. e. Irigasi dengan asam atau
larutan alkalin sesuai indikasi. R/ mengubah pH urine dapat
membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f. Siapkan klien/ bantu untuk prosedur endoskopi, contoh : Prosedur
basket R/ kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan
oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu ginjal dalam
kantung kateter. Stents ureteral R/ kateter diposisikan diatas batu
untuk meningkatkan dilatasi uretra/ lewatnya batu. Irigasi kontinu
atau intermiten dapat dilakukan untuk membilas ureter da
mempertahankan pH urine. Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus,
nefrolitotomi, ureterolitotomi R/ pembedahan mungkin perlu untuk
membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter.
17
Litotripsi ultrasonik perkuteneus R/ tindakan gelombang syok
invasif untuk batu pelvis/ kaliks ginjal atau ureter atas.
Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal R/ prosedur non-invasif
dimana batu ginjal dihancurkan dengan gelombang dari luar
tubuh.
3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan
dengan
mual/muntah Mandiria.
Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan R/ membandingkan keluaran
aktual dan yang diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya
kerusakan ginjal
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan
frekuensi
muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.
R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena
sartaf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan
dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang
menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus.c.
Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi
jantung. R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
juga tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap
kehilangan cairan berlebih (muntah dan diare).
18
d. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor
kulit dan
membran mukosa. R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi e. Timbang berat badan tiap hari. R/
peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan
retensi. Kolaborasi a. Awasi Hb/Ht, elektrolit R/ mengkaji hidrasi
dan keefektifan/ kebutuhan intervensi. b. Berikan cairan IV R/
mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal c.
Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.
R/ makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan
membantu mempertahankan caiatan dan keseimbangan nutrisi.d. Berikan
obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin
(Compaxin). R/ menurunkan mual/muntah.
4.
Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah
interpretasi informasi. Mandiri a. Kaji ulang proses penyakit dan
harapan masa datang
19
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
piihan berdasarkan informasi. b. Tekankan pentingnya peningkatan
pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari. Dorong klien untuk melaporkan
mulut kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan untuk
meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak. R/
pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan
pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/dehidrasi
memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari. c. Diet
rendah purin, contohya membatasi daging berlemak, tumbuhan polong,
gandum dan alkohol. R/ menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor
asam urat. d. Diet rendah kalsium, contohnya membatasi susu, keju,
sayur berdaun hijau. R/ menurunkan pembentukan batu kalsium. e.
Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40
ml, 30 menit per jam. R/ mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk
presipitat yang tidak larut dalam traktus GI, mengurangi beban
nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain.
f. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik
contohnya hematuria, oliguria. R/ dengan peningkatan kemungkinan
berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi
serius.
D. Evaluasi
20
Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kita harapkan
adalah sebagai berikut : 1. 2. Menunjukkan berkurannya nyeri
Menunjukkan peningkatan perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan a.
Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas setiap
hari) b. c. Melakukan aktifitas yang sesuai Mengkonsumsi diet yang
diresepkan untuk mengurangi faktor predisposisi pembentuk batu. d.
Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan
(demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria). e. f. Memantau pH
urine sesuai anjuran. Mematuhi medikasi serta yang dianjurkan untuk
mengurangi
pembentukan batu. 3. Tidak adanya komplikasi. a. b. Tidak
memperlihatkan tanda sepsis dan infeksi. Berkemih sebanyak 200
sampai 400 ml urine jernih tanpa mengandung sel darah merah setiap
kali berkemih. c. Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi dan
hesitensi.
BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan Batu saluran kemih (urolitiasis)
adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik,
dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada
21
adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Urolitiasis
mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu
terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat
meningkat. Penangan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan
sedini mungkin tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi
faktor resiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi
keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu saluran
kemih. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan pemebdahan atau
litotripsi dan terpenting adalah pengenalan faktor resiko sehingga
diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan memberikan
pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik. B. Saran
Agar tidak terjadi peningkatan penyakit urolitiasis atau batu
kandung kemih diharapkan melakukan pencegahan sedini mungkin dengan
cara membatasi konsumsi kalsium oksalat, kalsium fosfat dan
memperbanyak minum. Untuk asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien urolitiasis diutamakan pada menghilangkan nyeri,
mempertahankan fungsi ginjal adekuat, mencegah komlikasi dan
memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKADoenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary,
Geisster C Alice. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC
22
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC Suyono.
Slamet. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI