ASKEP TUMOR PARU (KARSINOMA BRONKOGENIK)
ASUHAN KEPERAWATANTUMOR PARUDISUSUN OLEH
KELOMPOK IV KELAS B15
PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS
AIRLANGGA2012
1.1 Latar BelakangKarsinoma bronkogenik adalah tumor maligna
yang timbul dari epitelium bronkial. Angka bertahan hidupnya adalah
rendah karena menyebar ke limfatik regional sampai saat
terdiagnosa. Empat tipe sel utama dari kanker paru termasuk
karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat),
adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Banyak tumor mengandung
lebih dari satu tipe sel; pendekatan pengobatan yang berbeda
mungkin ditandai oleh tipe selnya. Tahap dari tumor mengacu pada
luasnya tumor secara anatomi, penyebaran pada nodus limfe regional
dan penyebaran metastasis. Prognosis tampak lebih baik pada
karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma; tumor sel kecil (sel oat)
tak terbedakan mempunyai prognosi yang buruk. Faktor-faktor resiko
termasuk merokok, perokok pasif, polusi udara, pemajanan di tempat
pekerjaan (okupasional) dan defisiensi vitamin A. Faktor-faktor
lainnya termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernafasan
lainnya, misal: TBC (Baughman, 2000).
Kanker paru merupakan Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan
wanita di Amerika Serikat (>177.000 kasus dan 159.000 kematian
ditahun 1999) dan di dunia.Kematian akibat kanker paru pada
penduduk Amerika keturunan Afrika dan wanita terus meningkat;
wanita di Amerika Serikat memiliki insiden kanker paru tertinggi
diantara semua wanita di dunia, Insiden tertinggi pada pria berusia
> 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun, beberapa resiko jelas
yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang merokok
memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak
memiliki riwayat keluarga: 80% sampai 90% kanker paru disebabkan
oleh asap rokok.
Kanker paru lebih sering dijumpai menyerang pria dibandingkan
dengan wanita.Umumnya, kanker menyerang mereka yang berumur lebih
dari 40 tahun.Berdasarkan data statistik yang ada, 90% kanker
paru-paru menyerang kaum pria.Penyebab utama kanker ini adalah
merokok. Lebih banyak asap rokok yang diisap, lebih besar risiko
terkena kanker paru-paru. Hanya sekitar 15% pria terjangkit kanker
paru-paru yang bukan perokok.Kemungkinan hal ini disebabkan oleh
zat-zat tertentu seperti arsen dan klorometil eter yang terhisap
bersama oksigen.Selain itu, ada pula penderita kanker paru-paru
yang sebelumnya menderita penyakit paru-paru lainnya, seperti
tuberkulosis dan fibrosis.Penyebab kematian penderita kanker
paru-paru biasanya bukan kesulitan bernafas, tetapi karena posisi
paru-paru dalam sistem peredaran darah menyebabkan kanker mudah
menyebar ke organ vital lainnya. Penyebaran ini akan menyebabkan
terganggunya fungsi organ vital tersebut dan menyebabkan
kematian.
Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling mudah dicegah,
meskipun data menunjukkan bahwa kanker ini merupakan kanker
pembunuh terbesar. Hampir 90% kanker paru-paru mengakibatkan
kematian dan 30% orang yang meninggal akibat kanker adalah
penderita kanker paru-paru. Pencegahan yang dapat dilakukan
diantaranya dengan menjauhi asap rokok, baik perokok aktif atau
perokok pasif, karena asap rokok mengandung karsinoma yang paling
aktif, hidup di lingkungan yang sehat dan terbebas dari polusi
udara, dan membiasakan diri mengkonsumsi makanan bergizi serta
berserat (Mangan, 2009).
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 TUMOR PARU (KARSINOMA
BRONKOGENIK)2.1.1 Definisi
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis
atau lesi primer. Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana
saja. Metastasis pada kolon dan ginjal merupakan tumor ganas yang
paling sering ditemukan di klinik, keduanya dapat menyebabkan tumor
paru. Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu
sebelum lesi primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada
keadaan klinis lokasi lesi primer sering tidak diketahui selama
hidup klien (Muttaqin, 2007).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang
berasal dari saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu
dilaporkan adanya peningkatan insiden kanker paru secara progresif,
yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun
karsinomabronkogenik memang lebih sering terjadi
(Alsagaff&mukty, 2002).
2.1.2 Epidemiologi
Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara
lain:
1. Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika
Serikat (>177.000 kasus dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan
di dunia.
2. Kematian akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan
afrika dan wanita terus meningkat; wanita di Amerika serikat
memiliki insiden kanker paru tertinggi diantara semua wainta di
dunia.
3. Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita
berusia 50-60 tahun.
4. Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat
pertama yang merokok memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat
dibanding yang tidak memiliki riwayat keluarga.
5. 80% sampai 90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
6. Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan
industri (misal: asbestos, arsenik, sulfur dioksida, formaldehid,
silika, nikel).
7. Risiko terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif)
diperkirakan antara 1,4 dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak
terpajan, terutama jika yang terpajan adalah anak-anak.
8. Obstruksi saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK) merupakan indikator penting peningkatan resiko kanker
paru.
9. Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih
dan 11 % pada warna kulit hitam di amerika serikat
2.1.3 Klasifikasi
1. Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan (Sudoyono,
2007).
a. SCLC (small ceel lung cancer)
Karsinoma sel kecil biasanya terletak di tengah di sekitar
percabangan utama bronki.Karsinoma sel kecil memiliki waktu
pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan
dengan semua karsinoma bronkogenik.Sekitar 70% dari semua pasien
memiliki bukti-bukti yang ekstensif (metastasis ke distal) pada
saat diagnosis, dan angka kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari
5%.
Gambaran histologi karsinoma sel kecil yang khas adalah nominasi
sel-sel kecil hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran
kromatin dan sedikit sekali/tanpa nukleoli.Bentuk sel bervariasi
dan fusiform, poligonal, dan bentuk seperti limfosit.
1. NSCLC (non small cell lung cancer) karsinoma skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar
1) Karsinoma Epidermoid/ Karsinoma Sel Skuamos
Perubahan karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di
sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.Diameter tumor
jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara
langsung ke kelenjar getah benig hilus, dinding dada dan
mediastinum.Karsinoma sel skuamos seringkali disertai batuk dan
hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan
abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder.Karena tumor ini
cenderung agak lambat dalam bermetastasis, maka pengobatan dini
dapat memperbaiki prognosis.
2) Adenokarsinoma
Adenokarsinoma memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus.Kebanyakan dari jenis tumor ini
timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik.Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini, dan sering bermetastatis jauh sebelum lesi
primer.
3) Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam.Sel-sel ini cenderung muncul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh.
1. Klasifikasi histologis kanker paru WHO 1999.
1. Benigna: papiloma, adenoma.
2. Preinvasive lesions: squamous dyslasia/carcinoma in situ,
atypical adenomatous hyperplasia,diffuse idiopathic pulmonary
neuroendocrine cell hyperplasia.3. Malignant
1) Squamous cell carcinoma: papillary, clear cell, basoloid.
2) Small cell carcinoma: combined small cell carcinoma.
3) Adenocarcinoma:
a) Acinar
b) Papilary
c) Bronchoalveolar: nonmocinous, mucinous, mixed mucinous and
nonmucinous or interminate cell type
d) Solid carcinoma with mucid formation
e) Adenocarcinoma with mixed subtypes
f) Variant
4) Large cell carcinoma: large cell neuroendocrine carcinoma,
basoloid carcinoma, lymphoepithelioma-like carcinoma, clear cell
carcinoma, large cell carcinoma with rhabdoid phenotype.
5) Adenosquamous carcinoma
6) Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous
elements
7) Carcinoid tumor: typical carcinoid, atypical carcinoid
8) Carcinomas of salicary gland type: mucoepidermoid carcinoma,
adenoid cystic carcinoma.
a) Others: soft tissue tumors
b) Mesothelial tumors : benign, malignant mesothelioma
c) Miscellaneous tumors
d) Lymphoproliferative disease
e) Secondary tumors
f) Unclassified tumors
g) Tumor-like lesions
1. Klasifikasi lengkap tumor paru (jinak dan ganas) Menurut
(Tjokronegoro&utama, 2004).
1. Tumor jinak
1) Hamartoma
2) Chondroma bronchus
3) Cystadenoma bronchus
4) Fibroma
5) Leiomyoma
6) Lipoma
7) Papiloma
8) Neurofibroma
9) Pulmonary angioma dengan arteriovenous vistula
10) Histiocytoma (plasma cell granuloma, sclerosing
haemangioma)
11) Endometriosis
12) Lymphocysts
13) Lympphangioleiomyomatosis
14) Pulmonary chemadectoma
1. Tumor jinak yang dapat menjadi ganas
1) Bronchial adenoma
2) Haemangiopericytoma
3) Pulmonary blastoma
4) Myoblastoma
1. Tumor ganas
2. karsinoma bronkogenik
1) Alveolar cell carcinoma
2) Pilmonary lymphoma
3) Melanoma
4) Leiomyosarcoma
2.1.4 Etiologiopatogenesis
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari tumor paru
belum diketahui, namun diperkirakan inhalasi jangka panjang
bahan-bahan karsinogen merupakan factor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa, ras serta status imunologis. Bahan inhalasi
karsinogen yang banyak disorot adalah rokok
1. Pengaruh Rokok
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker
paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok.Lombard dan
Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada
perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.Terdapat hubungan
antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok
berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan be risiko
terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25
tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang
hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru
2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok
adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada
perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5%
per tahun, antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok
atau sebagai perokok pasif.Efek rokok bukan saja mengakibatkan
kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain
seperti mulutt laring dan esofagus.Laporan dari NCI (National
Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan kanker pada organ
lain seperti ginjal, vesika urinaria, ovarium, uterus, kolon,
rektum, hati, penis dan Iain-lain lebih tinggi pada pasien yang
merokok daripada yang bukan perokok.Diperkirakan terdapat metabolit
dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh
tersebut. Zat-zat yang bersifat karsinogen (C), kokarsinogenik
(CC), tumor promoter (TP), mutagen (M) yang telah dibuktikan
terdapat dalam rokok. Kandungan zat yang bersifat karsinogenik
dalam rokok inilah yang dapat mengakibatkan perubahan epitel
bronkus termasuk metaplasia atau displasia.
Menurut Guidotti (2007) yang dikutip oleh Irawan (2008), rokok
yang dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang
berbahaya Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini
bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa
oksigen ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang bersifat
stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam
tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system
saraf. Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan
kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan
selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk
mendapatkan tingkat kepuasan. Tar, mengandung zat kimia sebagai
penyebab terjadinya kanker dan menganggu mekanisme alami pembersih
paru-paru, sehingga banyak polusi udara tertinggal menempel di
paru-paru dan saluran bronchial. Tar dapat membuat system
pernapasan terganggu salah satu gejalanya adalah pembengkakan
selaput mucus.
Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok yang
dihisap dengan besar resiko terjadinya tumor paru pada perokok.
Dalam jangka panjang (10-20 tahun merokok), merokok:1-10
batang/hari meningkatkan resiko 15 kali, 20-30 batang/hari
meningkatkan resiko 40-50 kali, 40-50 batang/hari meningkatkan
resiko 70-80 kali (Sudoyo, 2007)
1. Pengaruh paparan industri
Yang berhubungan dengan paparan zatkaninogen, seperti :
1. Asbestos, sering menimbulkan mesoteliom, dinyatakan bahwa
asbestos dapat meningkatkan risiko kanker 6-10 kali
2. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium, para penambang
uranium mempunyai resiko menderita kanker paru 4 kali lebih besar
daripada populasi umum.
3. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil
klorid
4. Pengaruh Genetik dan status imunologis
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru, yakni: Protooncogen, Tumor supressor gene, Gene
encoding enzyme.Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari
dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya
inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB 1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiahprogrammed cell death) Pcrubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel
kanker dengansifat pertumbuhan yang otonom.
Status imunologis penderita yang dipantau dari respon imun
seluler menunjukkkan adanya derajat diferensiasi sel, stadium
penyakit, tanggapan terhadap pengobatan, serta prognosis. Penderita
yang anergi umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap
pengobatan lebih cepat meninggal (Alsagaff&mukty, 2002)
1. Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya
risiko terkena kanker paru. Hipotesis ini didapatkan dari
penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan
resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan
fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan
diferensiasi sel.
2. Pengaruh penyakit lain/predisposisi oleh karena penyakit
lain
Tuberculosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi
tumor paru melalui mekanisme hiperplasia metaplasia. Karsinoma
insitu dari karsinoma bronkogenik diduga timbul sebagai akibat
adanya jaringan parut tuberkulosis. Data dari Aurbach (1979)
menyatakan bahwa 6,9% dari kasus karsinoma bronkogenik berasal dari
jaringan parut. Dari 1186 karsinoma parut tersebut 23,2% berasal
dari bekas tuberkulosis. Patut dicatat bahwa data ini berasal dari
Amerika serikat dimana insiden tuberkulosis paru hanya 0,015% atau
1/20 insiden tuberkulosis di Indonesia (Alsagaff&mukty,
2002).
2.1.5 Patofisiologi
1. Asap rokok mengandung 60 macam karsinogen (termasuk benzen,
nitrosamin [NNK], dan oksidan) yang dapat menyebabkan mutasi
DNA.
Asap rokok
Oksidan, NNK, karsinogen lain
Eksresi
Detoks metabolis
Serangan berulang
Faktor pertumbuhan autokrin
Mutasi DNA
kanker
apoptosis
Gen supresor tumor (p53)
1. Dikemukakan bahwa kanker paru terjadi pada perokok yang tidak
memiliki kemampuan metabolisme untuk mendetoksifikasi karsinogen
secara adekuat.
2. Tumor paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen dan bukan
karena satu kejadian pencetus (serangan berulang); diperkirakan
bahwa perlu antara 10 sampai 20 mutasi genetika untuk menciptakan
sebuah tumor. Beberapa mutasi yang lebih sering yang telah
teridentifikasi meliputi:
- Penghilangan lengan pendek kromosom #3
- Aktivasi onkogen (jun, fos, ras, dan myc)
- Inaktivasi gen supresor tumor (p53, RB, DKN2)
1. Dalam bronkus yang terpajan karsinogen, sel-sel diplastik
menjadi karsinoma in situ, kemudian karsinoma bronkogenik.
2. Sel-sel kanker memproduksi faktor pertumbuhan autokrin (mis,
faktor pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, peptida
pelepas gastrin, faktor pertumbuhan menyerupai insulin) yang
mendorong pertumbuhan tumor.
3. Tipe kanker paru bergantung pada sel asal
- Karsinoma paru non small cell (NSCLC)
1. Adenokarsinoma muncul dari sel kelenjar dalam epitel bronkus
dan lokasinya sering kali perifer;bermetastasis sejak dini
- Tipe kanker paru tersering, terutama pada wanita
- Meliputi karsinoma bronkiolar-alveolar yang muncul dari
bronkiolus terkecil dan septum alveolus;sering tampak sebagai
infiltrat dan bukan massa pada foto rontgen, tidak berhubungan
dengan merokok.
1. Skuamosa muncul dari epitel skuamosa bronkus dan sering
berlokasi sentral;sering menyebabkan kanker okulta dan
bermetastasis dengan lambat.
2. Sel besar (large cell) kemungkinan berasal dari
adenokarsinoma maupun skuamosa, tetapi kanker jenis ini sangat
anaplastik (tumbuh tanpa bentuk atau struktur) sehingga asal selnya
tidak bisa teridentifikasi;tumor agresif dengan metastasis
awal.
- Karsinoma sel kecil small cell (SCLS) muncul dari sel neuro
endokrin di dalam bronkus;tumor ini merupakan tumor yang sangat
agresif dan biasanya sudah bermetastasis saat terdiagnosa
(Brashers, 2007).
2.1.6 Gambaran Klinis
Menurut Sudoyo (2007), pada fase awal kebanyakan kanker paru
tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan
gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
Hemoptisis
Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Atelektasis
1. Invasi lokal:
Nyeri dada
Dispnea karena efusi pleura
Invasi ke perikardium > terjadi tamponade atau aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)Suara serak,
karena penekanan pada nervus laryngeal recurrentSindrom Pancoast,
karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis.
1. Gejala Penyakit Metastasis :
Pada otak, tulang, hati, adrenal
Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
1. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru,
dengangejala:
Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, hipertrofi
osteoartropati, Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer, neuromiopati
Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid
(hiperkalsemia)
Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
1. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
Kelainan berupa nodul soliter
Menurut Alsagaff dan mukty (2002)
Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik dibagi menjadi 4,
yaitu:
1. Gejala intrapulmonal
Merupakan gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru.
Terjadi karena ada gangguan pergerakan silia serta ulserasi
bronkus, sehingga memudahkan terjadinya radang berulang. Keluhan
batuk lebih dari 2 minggu. K eluhan batuik terdapat pada 70-90%
kasus. Batuk darah sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-51%
kasus. Disamping batuik, keluhan lain adalah nyeri dada, yang
bersifat : kemeng atau nyeri tumpul sering unilateral.
1. Gejala intratorasik ekstrapulmoner
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak
struktur-struktur di dalam mediastinum dengan akibat antara lain
:
1. N. Phrenicus : parase/paralise diafragma
2. N. Recurrens : parase/paralise korda vokalis
3. Saraf simpatik : sindroma horner: enoftalmus, miosis, ptosis,
dan anhidrosis
4. Esofagus: disfagi
5. Vena kava superior: sindroma vena kava superior yang terjadi
karena bendungan pada vena cava superior disertai pembengkakan muka
dan lengan
6. Trakea/bronkus: sesak, oleh karena atelektasis lokal
7. Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial
8. Gejala ekstrapulmonal non metastasik
Dapat dibagi atas:
1. Manifestasi neuromuskuler
Mempunyai insiden sebesar 4-15%, biasanya berupa neuropatia
karsinomatosa terutama didapatkan pada kasus lanjut. Bersifat
progresif serta paling sering ditemukan pada karsinoma sel kecil.
Sindroma neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopatia, neuropatia
perifer, degenerasi serebeler subakut, ensefalomiopatia dan
mielopati nekrotik
1. Manifestasi jaringan ikat dan tulang
Manifestasi yang paling terkenal adalah hypertropic pulmonary
osteoarthropathy, terutama didapatkan pada karsinoma epidermoid,
dan dikatakan belum pernah ditemukan pada karsinoma sel kecil.
Kelainan ini dihubungkan dengan peningkatan kadar human growth
hormon yang imunoreaktif di dalam plasma. Secara radiologik
didapatkan pembentiukan tulang baru sub periosteal, terutama
tulang-tulang ekstremitas bagian distal, yaitu jari tabuh.
1. Manifestasi vaskuler dan hematologik
Tidak begitu sering didapatkan, sering dalam bentuk migratory
trhomboplebitis, purpura dan anemia
1. Gejala ekstratorasik metastasik
Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu
berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker
tersebut dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati
dan tulang
2.1.7 Stadium Klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM
menurut International Union Against (IUAC)/The American Joint
Comittee on Cancer (AJCC) 1997 yang dikutip oleh Nuzulul (2011)
adalah sebagai berikut:Stadium Klinis Kanker ParuSTADIUMTNM
Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0Spuntum mengandung sel-sel ganas
tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau
metastasis
Stadium 0Tis, N0, M0Karsinoma in situ
Stadium IAT1, N0, M0Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti
metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang
jauh
Stadium IBT2, N0, M0Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti
metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang
jauh
Stadium IIAT1, N1, M0tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti
hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus
kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IIBT2, N1, M0atau T3, N0, M0tumor termasuk klasifikasi
T2 atau T3 dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial
ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke
tempat yang jauh
Stadium IIIAT3, N1, M0 atau T1-3, N2, M0tumor termasuk
klasifikasi T1, T2, atau T3 dengan atau tanpa bukti adanya
metastasis ke peribronkial
Stadium IIIBT berapa pun, N3, M0 atau T4, N berapa pun, M0tumor
dengan metastasis hilus kontralateral atau kelenjar getah bening
mediastinum atau ke skalenus atau kelenjar limfe supraklafikular ;
atau setiap tumor yang diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau
tanpa metastasis ke kelenjar getah bening regional ; tidak ad
metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IVT berapa pun, N berapa pun, M1
Keterangan :Status Tumor Primer (T)T0 : Tidak terbukti adanya
tumor primer.Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi
bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi.Tis : Karsinoma in situ.T1 : Tumor berdiameter 3 cm
dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.T2 : Tumor
berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke
hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.T3 : Tumor
ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di
bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak
melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, atau korpus vertebra.T4 : Tumor ukuran berapa
saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang
disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada
lobus yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)N0 : Tidak dapat
terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.N1 :
Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus
ipsilateral
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah
bening subkarina.N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar
getah bening hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus
atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh M)M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.M1
: Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
2.1.8 Diagnosis
Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti,
merupakan kunci terhadap diagnosis yang tepat. Selain gejala klinis
yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor perlu diperhatikan
pada pasien tersangka kanker paru, seperti: faktor umur, kebiasaan
merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat
karsinogen atau terpapar jamur, dan infeksi yang dapat menyebabkan
nodul soliter paru. Menemukan kanker paru pada stadium dini sangat
sulit karena pada stadium ini tidak ada keluhan atau gejala.Ukuran
tumor pada stadiumdini relatif kecil (< 1 cm) dan tumor masih
berada pada epitel bronkus.Foto rontgen dada juga tidak dapat
mendeteksi kanker tersebut.Keadaan ini disebut lebagai tumor insitu
(Tis).Untuk mendapatkan sel tumor tersebut hanya bisa dengan
pemeriksaan sitologi sputum dengan bantuan bronkoskopi.Angka
keberhasilan diagnosis pemeriksaan sitologi sputum ini pada pasien
tanpa kelainan klinis dan radiologis relatif kecil, dan bila
ditemukan maka juga sulit menentukan asal sel tumor tersebut dalam
traktus respiratorius. Untuk mempermudah penemuan dini ini
dianjurkan melakukan pemeriksaan skrining dengan cara memeriksa
sitologi sputum dan foto rontgen dada, secara berkala. National
Cancer institute (NCI) di USA menganjurkan skrining dilakukan
setiap 4 bulan dan terutama ditujukan pada laki-laki > 40 tahun,
perokok >1 bungkus perhari dan atau bekerja dilingkungan
berpolusi yang memungkinkan terjadi kanker paru (pabrik cat,
plastik, asbes dll). Penelitian yang dilakukan oleh (NCI) pada 3
pusat riset kanker selama > 20 tahun terhadap lebih dari 30.000
sukarelawan laki-laki perokok berat, dimana setengahnya menjalani
skrining intensif dengan pemeriksaan sitologi sputum tiap 4 bulan
dan foto rontgen dada (PA dan lateral) tiap tahun dan setengah
lainnya sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian inimenunjukkan
angka positif tumor stadium awal pada kelompok pertama 45% dan
kelompok kontrol 15%.Pasien dengan kanker paru tersebut memiliki
angka 5-year survival sebesar 35% dibandingkan kelompok kontrol
13%. Dalam studi ini, pemeriksaan sel ganas dengan pemeriksaan
sitologi sputum lebih mudah menemukan karsinoma sel skuamosa,
sedangkan foto rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma
dan karsinoma sel skuamosa. Small cell carcinoma jarang terdeteksi
pada stadium dini ini.Keseluruhan studi menyimpulkan bahwa terdapat
nilai positif (manfaat) dalam deteksi dini kanker paru
Prosedur diagnostik
1. Foto rontgen dada secara posterior dan anterio.
Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.Studi dari Mayo Clinic USA, menemukan 61% tumor paru
terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan foto rontgen dada biasa,
sedangkan pemeriksaan sitologi sputum hanya bisa mendeteksi 19%.
Kelainan pada foto dada untuk kanker paru dapat dilihat pada tabel
3.
Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan
juga untuk menilai doubling time-ny*.Dilaporkan bahwa, kebanyakan
kanker paru mempunyai doubling time antara 37-465 hari.Bila
doubling time > 18 bulan, berarti tumoraya benigna.Tanda-tanda
tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid
dan adanya kalsifikasi yang tegas.
Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat
menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada
biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor. Pemeriksaan
penunjang radiologis lain yang kadang-kadang diperlukan juga adalah
bronkografi, fluoroskopi, superior vena cavografi,
ventilation/perfusion scanning, ultrasound sonography.1.
Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
Pemeriksaan CT Scan pada torak, lebih sensitif daripada
pemeriksaan foto dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau
nodul dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk
kelainan sebesar itu mencapai 25-60%. Bila fasilitas ini
memungkinkan, pemeriksaan CT Scan bisa sebagai pemeriksaan skrining
kedua setelah foto dada biasa. Pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) tidak rutin dikerjakan, karena ia hanya terbatas
untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra,
medula spinal, mediastinum, di samping biayanya juga cukup
mahal.
Pemeriksaan MRI torak tidak lebih superior dibandingkan CT Scan
torak. Saat ini sedang dikembangkan teknik imaging yang lebih
akurat yakni Positron Emission Tomography (PET) yang dapat
membedakan tumor jinak dan ganas berdasarkan perbedaan biokimia
dalam metabolisme zat-zat seperti glukosa, oksigen, protein, asam
nukleat Cootoh zat yang dipakai: methionine 11C dari F-18
Jluorodeoxyglucose (FD6).
Tumor yang kurang dari 1 cm, agak sulit dideteksi karena ukuran
kecil tersebut kurang diresolusi oleh PET Scanner. Sensitivitas dan
spesifisitas cara PET ini dilaporkan 83-93% sensitif dan 60-90%
spesifik. Beberapa positif palsu untuk tanda mahgnan ditemukan juga
pada iesi inflamasi dan infeksi seperti aspergilosis dan
tuberkulosis. Sungguhpun begitu dari beberapa studi diketahui
pemeriksaan PET mempunyai nilai akurasi lebih baik daripada
pemeriksaan CT Scan.1. Pemeriksaan Bone Scanning.Pemeriksaan ini
diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.Insiden
tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLQ ke tulang dilaporkan
sebesar 15%.
1. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila
pasien ada kehihan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu
memberikan hasil positif karena ia tergantung dari:
Letak tumor terhadap bronkus, Jenis tumor, Teknik mengeluarkan
sputum, Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5
hari berturut-turut, Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus
segar).
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang
baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma
sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru,
dan saat ini sedang dikembangkan diagnosis dini pemeriksaan sputum
memakai immune staining dengan MAb dengan antibodi 624H untuk
antigen SCLC (small cell lung cancer) dan antibodi 703 D. untuk
antigen NSCLC (non small cell lung cancer). Laporan dari National
Cancer Institute USA tehnik ini memberikan hasil 91% sensitif dan
88% spesifik..
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat
dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening
servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada
bronkoskopi.
1. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker
paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi
melalui:
Bronkoskopi Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat
berupa:
1. Transbronchiallungbiopsy (TBLB) dengan tuntunan
fluroskopiatau ultrasonografi.
2. Belakangan ini sedang dikembangkan pemeriksaan fluorescence
bronchoscopy dengan memakai fluorescence exchancing agent seperti
HpD (hemato porphyrinderivative) memberikan konsentrat
fluoresensipada jaringan kanker. Teknik yang lebih baru lagi adalah
dengan autofluoresence bronchoscopy. Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan 50% lebih sensitif daripada white light bronchoscopy
untuk deteksikarsinoma in situ dan displasia berat.
3. Ultrasound bronchoscopy, juga dikembangkan pada saat ini
untuk mendeteksi tumor perifer, tumor endobronkial, kelenjar getah
bening mediastinum dan lesi daerah hilus.
4. Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai : 95%
untuk tumor yang letaknya sentral dan 70 - 80 % untuk tumor yang
letaknya perifer
5. Trans-bronchial Needle-Aspiration (TBNA). Dikerjakan
terhadapnodul getah bening dihilus atau mediastinum. Hasilnya akan
lebih baik bila dituntun dengan CT Scan.2.1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy
(multi-modaliti terapi). Kenyataannya pada saat pemilihan terapi,
sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologi, derajat dan
tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medis seperti
fasilitas rumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor
yang amat menentukan.
1. Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor
secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini
biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru
yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru
jenis SCLS. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya
pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar
radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas
hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik. Prinsip
pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut
jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumoktomi.
Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru
tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong
beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB
mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa
secara patologis anatonis (PDPI, 2003).
1. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma
sel kecil (KPKSK) dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai
terapi paliatif untuk kanker paru karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK) stage lanjut. Tujuan pemberian kemoterapi paliatif adalah
mengurangi atau menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh
perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini
berbagai penelitian telah memperlihatkan manfaat kemoterapi untuk
KPKBSK sebagai upaya memperbaiki prognosis, baik sebagai modaliti
tunggal maupun bersama modiliti lain, yaitu radioterapi dan atau
pembedahan. Indikasi pemberian kemoterapai pada kanker paru
ialah:
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma kecil (KPKSK) tanpa
atau dengan gejala.
2. Penderita kanker jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)
yang inoperabel (stage IIIB dan IV), jika memenuhi syarat
dikombinasi dengan radioterapi, secara konkuren, sekuensial atau
alternating kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker
paru jenis karsinoma bukan sel kecil stage I, II, dan III yang
telah dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage
IIIA dan beberapa kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan.
Dalam hal ini kemoterapi merupakan bagian terapi multimodaliti.
Penderita yang akan mendapat kemoterapi terlebih dahulu harus
menjalani pemeriksaan dan penilaian, sehingga terpenuhi
syarat-syarat sebagai berikut (Yusuf et al,. 2005)
1). Diagnosis hispatologis telah dipastikan
Pemilihan obat yang digunakan tergantung pada jenis histologis.
Oleh karena itu diagnosis histologis perlu ditegakkan.
2). Pemeriksaan darah perifer untuk pemberian siklus
pertama:
Leukosit > 4.000/mm3
Trombosit > 100.000/mm3
Hemoglobin> 10 g%. bila perlu, transfusi darah diberikan
sebelum pemberian obat.Sedangkan untuk pemberian siklus berikutnya,
jika nilai di atas itu lebih rendah maka beberapa obat masih dapat
diberikan dengan penyesuaian dosis
3). Sebaiknya faal hati dalam batas normal
4). Faal ginjal dalam batas normal (creatini clearence lebih
dari 70 ml/menit)
Evaluasi hasil pengobatan
Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikus, bila penderita
menunjukkan respon yang memadai. Evaluasi respon terpai dilakukan
dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto thorax PA setelah
pemberian (siklus) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan
menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian (PDPI,
2003).
1. Radioterapi
Menurut PDPI (2003) Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan
pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada
paru.
Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena
kondisi tertentu tidak dapaat dilakukan pembedahan, misalnya tumor
terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit
dilakukan dan keadaan umum paien tidak mendukung untuk dilakukan
pembedahan.
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk
membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberiakn dari
luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan
secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam
jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat
paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi
dengan pembedahan atau kemoterapi.
Syarat standar sebelum pasien di radioterapi yaitu:
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.ooo/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
1. Nutrisi
Menurut Rock, CL (2004) yang dikutip oleh Wiwiek (2008), Nutrisi
adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh.
Menurut Danke (1998) dan Klein (2004) yang dikutip oleh Wiwiek
(2008), Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi
memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).
Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada penderita kanker
(24% pada stadium dini dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan
penyakit kronis lainnya. Malnutrisi dan Cachexia meningkatkan
morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup, dan
survival penderita. Penderita dengan malnutrisi sering tidak dapat
mentoleransi terapi termasuk radiasi kemoterapi dan lebih mempunyai
kecenderungan mengalami adverase effect terhadap terapi kanker
(wiwiek, 2008).
Pengaturan makan pada pasien kanker bertujuan untuk mengurangi
efek samping terapi sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi melalui menu yang seimbang.
Secara sederhana perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker
bergantung pada kondisi pasien, dengan nilai berkisar 28-42 kcal/
kg berat badan/hari. Pada kasus gizi kurang, kebutuhan energi
dihitung berdasarkan berat badan aktual dan pada kasus obesitas
berdasarkan berat badan ideal. Komposisi zat gizi makro adalah
protein 1.0-2.0 g/kg berat badan/hari, lemak 20-30 persen dari
kalori total dan karbohidrat 50-60 persen kalori total. Kebutuhan
vitamin meningkat sampai 10 kali di atas kebutuhan normal pada
kasus-kasus KEP, stress metabolik, kelaparan dan alkoholik.
Sedangkan kebutuhan mineral terutama besi, cobalt, mangan, zink dan
khromium dapat meningkat 2-5 kali dari angka kecukupan gizi.
Pemberian mineral makanan sumber iodium dapat dikurangi bila pasien
menjalani internal radiasi (1.3.4). Kebutuhan cairan dihitung
dengan dasar 35 ml/kg berat badan/hari atau 1500ml/m luas permukaan
tubuh per hari dengan penambahan 10 persen pada setiap derajat
kenaikan suhu tubuh (Budi, 2007).
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral,
nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada
penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya
memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita
dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan
dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus
masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau
berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral
(EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis
karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan
aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan enzimatik
antara traktus gastrointestinal dan liver. Sedangkan Nutrisi
parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan
proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Wiwiek,
2008).
1. Pencegahan
- Berhenti merokok adalah satu-satunya upaya pencegahan yang
paling efektif, meskipun risikonya tidak pernah kembali ke normal
(setengah dari semua orang yang didiagnosa kanker paru baru dulunya
adalah perokok)
- Diet tinggi buah dan sayuran terbukti mengurangi kanker
- Antioksidan memiliki hasil campuran. Beberapa studi
memperlihatkan bahwa kadar retinoid dan vitamin E dapat mengurangi
risiko kanker, tetapi beberapa studi memperlihatkan peningkatan
yang bermakna pada perokok yang mengkonsumsi beta karoten
(Brashers, 2007).
2.1.10 Prognosis
Karsinoma bronkogenik mempunyai prognosis jelek dan mempunyai
mortalitas amat tinggi. Dibanding kanker ganas lain, mortalitas
oleh karena kanker paru menduduki peringkat kedua tertinggi setelah
karsinoma pankreas. Bila ditinjau perjalanan alamiah karsinoma
bronkogenik, maka saat dibuat diagnosis, kanker tersebut telah
menjalani 35 kali pelipat gandaan tumor (tumor doubling time) dan
kematian umumnya terjadi pada pelipatgandaan yang ke 40, tergantung
dari jenis hispatologik. Waktu pelipatgandaan tumor adalah sebagai
berikut:
1. Karsinoma sel kecil rata-rata 1 bulan
2. Karsinoma epidermoid rata-rata 3 bulan
3. Adenokarsinoma rata-rata 6 bulan
2.1.11 Asuhan keperawatan
kasus:
Tn y datang ke RSUD dr. Soetomo dengan keluhan sesak nafas sejak
2 hari yang lalu, Klien mengatakan rasa sesak tidak hilang meskipun
istirahat, rasa sesak selalu di rasakan oleh klien, klien juga
mengatakan ia merasa nyeri pada dada kanan atas. Nyeri dirasakan
seperti tertekan dan rasa terbakar. 1 tahun yang lalu klien pernah
dirawat di RSU ibnu sina gresik dengan diagnosa tumor paru stage 2,
klien belum pernah mendapat pengobatan kemoterapi, radioterapi atau
bahkan pembedahan karena keterbatasan biaya, klien hanya
mendapatkan perawatan biasa untuk mengatasi sesaknya saja. Klien
mempunyai kebiasaan merokok sejak 20 tahun yang lalu dan berhenti
merokok sejak 1 tahun yang lalu setelah di diagnosa tumor paru.
1. Anamnesa
1. Identitas klien:
2. Nama : Tn. y
3. Usia : 45 th
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
6. Agama : Islam
7. Status marital : Menikah
8. Pendidikan/ pekerjaan : SMA/ buruh pabrik
9. Bahasa yang di gunakan : Jawa/ Indonesia
10. alamat : Ds. Sidomulyo gresik
11. diagnosa medis : Tumor paru kanan
II. Alasan masuk rumah sakit
1. Keluhan utama
klien mengungkapkan sesak pada saat beristirahat dan dada terasa
nyeri pada saat bernafas.
1. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Sesak dada, yang semakin menghebat 2 hari sebelum masuk rumah
sakit yaitu pada tgl 18-10-2012 (klien MRS pada tgl 20-10-2012)
Klien mengungkapkan dada terasa berat dan sesak sekali. Klien
mengatakan rasa sesak tidak hilang meskipun istirahat, rasa sesak
selalu di rasakan oleh klien, klien juga mengatakan ia merasa nyeri
pada dada kanan atas. Usaha yang dilakukan adalah duduk tenang,
mernarik napas dalam. Nyeri dirasakan seperti tertekan dan rasa
terbakar.. Skala keparahan yaitu angka 5 pada skala 5. Timbulnya
nyeri tidak tentu, kadang-kadang dan lamanya kira kira 5-10 menit,
wajah klien tampak menyeringai kesakitan. Lalu oleh keluarga dibawa
ke RSUD Dr. Soetomo (IRD) pada malam hari sekitar pukul 23.00, lalu
klien di sarankan untuk rawat inap di ruang paru.
1. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini
1. Penyakit yang pernah di alami : Sesak sejak + 2 th yang
lalu.
2. Penyebab penyakitnya : tumor paru.
3. Pernah di rawat/ tempat : pernah di rawat di Ruang paru laki
RSU ibnu sina gresik, 1 tahun yang lalu dg Dx Tumor paru
4. Tindakan yang dilakukan : pengobatan biasa untuk mengatasi
sesak, tidak pernah mendapatkan pengobatan kemoterapi atau
radioterapi karena keterbatasan biaya
5. Lamanya di rawat : + 10 hari
6. Riwayat alergi obat/ makanan : -
7. Riwayat merokok : klien merokok selama 20 tahun (setiap
harinya menghabiskan 10 batang/hari) dan sejak terkena tumor paru 1
tahun yang lalu, pasien berhenti merokok
8. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien menurut Ny. I tidak ada yang menderita
penyakit keturunan atau penyakit menular seperti TBC, liver,
jantung, kencing manis dan ginjal.
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
KU lemah, Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, nadi 120 x/mnt,
respirasi 36 x/mnt, cepat dan dangkal, tensi 100/60 mmHg, spo2:
85%.
1. Pemeriksaan fisik
a) B1 : breath
Inspeksi : pergerakan dada asimetris, pergerakan dada saat
bernafas cepat, tarikan interkosta (+) tampak nafas cuping
hidung,
Palpasi : ekspansi paru meningkat, taktil fremitus menurun
Perkusi : perkusi dada redup ( dullness)
Auskultasi : suara wheezing unilateral
MK : gangguan pertukaran gas
b) B2: blood
nadi 120x/mnt, Td : 100/60mmHg, pucat, tampak sianosis, CRT 3
detik
MK: gangguan pertukaran gas
c) B3: brain
Tidak ada masalah
d) B4: bladder
BAK 4x sehari, lancar, warna urine kuning jernih
e) B5: bowel
Tidak ada masalah
f) B6: bone
Tidak ada masalah
1. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium :
Tanggal 20 10- 2012 : WBC 9,6 X 10,e9/L, Hb 14,5 gr/dl, Hct 47,0
dan PLT 405 X 10,e9/l
b) Radiologi : Foto thorax PA : 20 10- 2012 : jantung tampak
terdorong ke kiri dan ada bayangan massa pada daerah parahiler
sampai suprahiler kanan. Kesimpulan : tumor paru kanan stadium
IIIB
c) Blood gas analisa
Hasil Blood Gas tgl 20-10-2012: pH 7,471; PCO2 29,2; PO2 62,6;
HCO3 20,8, BE 2,8, Kalium 3,0; Natrium 128; SaO2 85 (alkalosis
respiratorik)
Analisa data
NoDataEtiologiMasalah
1. Ds:Klien mengungkapkan dada terasa berat dan sesak sekali.
Klien mengatakan rasa sesak tidak hilang meskipun istirahat, rasa
sesak selalu di rasakan oleh klienDo:Pemeriksaan fisik : RR 36x/mnt
cepat dan dangkal, spo2 85%, sianosis, CRT 4 detik, perfusi dingin
dan pucat.Pemeriksaan paru :Inspeksi: pergerakan dada asimetris,
pergerakan dada saat bernafas cepat, tarikan interkosta (+) tampak
nafas cuping hidung,Palpasi: ekspansi paru meningkat, taktil
fremitus menurunPerkusi: perkusi dada redup (dullness)Auskultasi:
suara wheezing unilateralHasil Blood Gas tgl 20-10-2012: pH 7,471;
PCO2 29,2; PO2 62,6; HCO3 20,8, BE 2,8, Kalium 3,0; Natrium 128;
SaO2 85 (Alkalosis respiratorik)Gangguan aliran udara ke alveoli
oleh karena obstruksi bronkus karena tumorGangguan pertukaran
gas
2. Ds :Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan, nyeri seperti
tertekan dan rasa terbakar.Do:Skala nyeri yaitu angka 5 pada skala
5. Timbulnya nyeri tidak tentu, kadang-kadang dan lamanya kira-kira
5-10 menit, wajah klien tampak menyeringai kesakitanTTV: Nadi 120
x/mnt, respirasi 36 x/mnt, cepat dan dangkal, tensi 100/60
mmHg,Invasi kanker ke pleura dan rongga dadaNyeri
Diagnosa Keperawatan1. Gangguan pertukaran gas b.d Gangguan
aliran udara ke alveoli oleh karena obstruksi bronkus karena tumor
ditandai dengan RR 36x/mnt cepat dan dangkal, spo2 85%, sianosis,
CRT 4 detik, perfusi dingin dan pucat,pergerakan dada asimetris,
pergerakan dada saat bernafas cepat, tarikan interkosta (+) tampak
nafas cuping hidung, ekspansi paru meningkat, taktil fremitus
menurun, perkusi dada redup ( dullness), suara wheezing unilateral,
Hasil Blood Gas tgl 20-10-2012: pH 7,471; PCO2 29,2; PO2 62,6; HCO3
20,8, BE -2,8, Kalium 3,0; Natrium 128; SaO2 93,6
2. Nyeri b.d Invasi kanker ke pleura dan rongga dada ditandai
dengan klien mengeluh nyeri dada, Skala nyeri yaitu angka 5 pada
skala 5. Timbulnya nyeri tidak tentu, kadang-kadang dan lamanya
kira-kira 5-10 menit, wajah klien tampak menyeringai kesakitan TTV:
Nadi 120 x/mnt, respirasi 36 x/mnt, cepat dan dangkal, tensi 100/60
mmHg.
Rencana intervensi
Diagnosa:Gangguan pertukaran gas b.d Gangguan aliran udara ke
alveoli oleh karena obstruksi bronkus karena tumor ditandai dengan
RR 36x/mnt cepat dan dangkal, spo2 85%, sianosis, CRT 4 detik,
perfusi dingin dan pucat,pergerakan dada asimetris, pergerakan dada
saat bernafas cepat, tarikan interkosta (+) tampak nafas cuping
hidung, ekspansi paru meningkat, taktil fremitus menurun, perkusi
dada redup ( dullness), suara wheezing unilateral, Hasil Blood Gas
tgl 20-10-2012: pH 7,471; PCO2 29,2; PO2 62,6; HCO3 20,8, BE -2,8,
Kalium 3,0; Natrium 128; SaO2 93,6
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam,
pertukaran gas kembali efektif.Kriteria hasil: TTV dalam batas
normal, hasil AGD dalam batas normal, menunjukkan ventilasi yang
adekuat, oksigenasi yang adekuat dan menunjukkan perbaikan distres
nafas.
Intervensi
1. Kolaborasi pemberian oksigenasi sesuai advice dokter
R/ memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
1. Tinggikan posisi tempat tidur (posisi semifowler)
R/ meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat mudah
bernafas dan memberikan rasa nyaman
1. Observasi TTV, frekuensi dan kedalaman nafas, suara
nafas,penggunaan otot bantu nafas, dan nafas cuping hidung
R/ mengetahui efektifitas pemberian terapi oksigen yang sudah
diberikan serta mengetahui kualitas pertukaran gas
1. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD ulang
R/ untuk mengevaluasi adanya perbaikan atau penurunan pertukaran
gas
1. Kolaborasi untuk tindakan kemoterapi, radiasi atau pembedahan
sesuai indikasi
R/ kemoterapi dan radiasi, pembedaha dapat menekan percepatan
metastase sel kanker dan mengurangi gejala yang ditimbulkan
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARUA. DEFINISI KANKER PARU
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel
bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang
terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia
(Robbin & Kumar, 2007). Kanker paru merupakan abnormalitas dari
sel sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi,
2000). Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).B.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARUSeperti umumnya kanker yang
lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya
faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin,
2006).a. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang
berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson,
2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru
pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang
rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). b. Perokok pasif Semakin
banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam
ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di
daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling
rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok
sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren
(Wilson, 2005).d. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen
seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes
kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok. e. Diet Beberapa
penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru (Amin, 2006). f. Genetik Terdapat bukti bahwa
anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga
gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005). g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif
kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan
penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali
lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Stoppler, 2010).Faktor Risiko Kanker Paru Laki-laki
Usia lebih dari 40 tahun Pengguna tembakau (perokok putih, kretek
atau cerutu) Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau
(perokok pasif) Radon dan asbes Lingkungan industri tertentu Zat
kimia, seperti arsenic Beberapa zat kimia organic Radiasi dari
pekerjaan, obat-obatan, lingkungan Polusi udara Kekurangan vitamin
A dan CC. KLASIFIKASI KANKER PARUKanker paru dibagi menjadi kanker
paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel
tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker
paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe
sel besar, atau campuran dari ketiganya.a. Karsinoma sel skuamosa
(epidermoid)Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling
sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel
skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol
ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih
sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005). b.
AdenokarsinomaMemperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini
timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi
primer menyebabkan gejala-gejala. c. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar
dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh. d. Karsinoma sel kecil Umumnya
tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar
getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel
tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan
kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya
ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan
sering memperlihatkan fragmentasi dan crush artifact pada sediaan
biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak
sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar,
2007). e. Karsinoma sel besarAdalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).Bentuk lain dari
kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma
bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.
CA PARU/ KANKER PARU
D. GAMBARAN KLINIS KANKER PARUPada fase awal kebanyakan kanker
paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan
gejala berarti psien dalam stadium lanjut.Gejala-gejala dapat
bersifat :1. Lokal (tumor setempat) Batuk baru atau batuk lebih
hebat pada batuk kronis Hemoptisis Mengi (wheezing, stridor) karena
ada obstruksi saluran napas Kadang terdapat kavitas seperti abses
paru Aelektasis 2. Invasi local : Nyeri dada Dispnea karena efusi
pleura Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia Sindrom
vena cava superior Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis,
miosis) Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal
recurrent Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis
dan saraf simpatis servikalis3. Gejala penyakit metastasis : Pada
otak, tulang, hati, adrenal Limfadenopati servikal dan
supraklavikula (sering menyertai metastasis Sindrom Paraneoplastik
: Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala Sistemik : penurunan
berat badan, anoreksia, demam Hematologi : leukositosis, anemia,
hiperkoagulasi Hipertrofi : osteoartropati Neurologic : dementia,
ataksia, tremor, neuropati perifer Neuromiopati Endokrin : sekresi
berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) Dermatologi : eritema
multiform, hyperkeratosis, jari tabuh Renal : syndrome of
inappropriate andiuretic hormone (SIADH)4. Asimtomatik dengan
kelainan radiologist : Sering terdapat pada perokok dengan
PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis Kelainan berupa nodul
soliterE. MANIFESTASI KLINIS KANKER PARUGejala-gejala kanker paru
yaitu:1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.2. Gejala umum.a. Batuk :
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.b. Hemoptisis :
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.F.
PATOFISIOLOGI KANKER PARUDari etiologi yang menyerang percabangan
segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi
sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan
bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul
dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.G. PATHWAY KANKER PARU
PATHWAYCA PARU/ KANKER PARU
H. TINGKATAN KANKER PARUTingkatan (staging) Kanker paru
ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer getah bening (N)
dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus
dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit.
Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos
dada). Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada
umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat
menentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan.
Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat
menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar
paru.Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang
bnayak, paru kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat
memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama seperti pada pencarian
jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk menentukan staging juga
tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-masing pasien
mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera
dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.Staging
(Penderajatan atau Tingkatan) Kanker ParuStaging kanker paru dibagi
berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC.
Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus
segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi
: tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T),
penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh
(M).Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :a.
Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC) Tahap
terbatasYaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian
paru-paru saja dan pada jaringan disekitanya. Tahap ekstensifYaitu
Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.b.
Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC) Tahap
tersembunyiMerupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak
(sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak
terlihat adanya tumor diparu-paru. Stadium 0Merupakan tahap
ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru
dan tidak bersifat invasif. Stadium IMerupakan tahap Kanker yang
hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kalenjer getah
bening sekitarnya. Stadium IIMerupakan tahap Kanker yang ditemukan
pada paru-paru dan kalenjer getah bening di dekatnya. Stasium
IIIMerupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah
disekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau
kalenjer getah bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan
dari tumor tersebut. Stadium IVMerupakan tahap Kanker yang
ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di
paru-paru yang lain. Sel sel Kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan
tulang.I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Radiologi. Foto thorax posterior
anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. Bronkhografi.Untuk
melihat tumor di percabangan bronkus.2. Laboratorium. Sitologi
(sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk mengkaji
adanya/ tahap karsinoma. Pemeriksaan fungsi paru dan GDADapat
dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.Dapat dilakukan
untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).3.
Histopatologi. Bronkoskopi.Memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui). Biopsi Trans Torakal (TTB).Biopsi
dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %. Torakoskopi.Biopsi
tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi. Mediastinosopi.Untuk mendapatkan tumor metastasis atau
kelenjar getah bening yang terlibat. Torakotomi.Totakotomi untuk
diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.4.
Pencitraan. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru
dan pleura. MR
CA PARU/ KANKER PARU
J. PENATALAKSANAAN KANKER PARUTujuan pengobatan kanker dapat
berupa :a) KuratifMemperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien.b) Paliatif.Mengurangi
dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.c) Rawat rumah (Hospice
care) pada kasus terminal.Mengurangi dampak fisis maupun psikologis
kanker baik pada pasien maupun keluarga.d) Supotif.Menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan
anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana
Asuhan Keperawatan, 2000)e) Pembedahan.Tujuan pada pembedahan
kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua
jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.f) Toraktomi
eksplorasi.Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.g)
Pneumonektomi (pengangkatan paru).Karsinoma bronkogenik bilaman
dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.h) Lobektomi
(pengangkatan lobus paru).Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada
satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru;
infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.i) Resesi
segmental.Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.j)
Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).k)
Dekortikasi.Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura
viscelaris)l) RadiasiPada beberapa kasus, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.m)
Kemoterafi.Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KANKER PARU1. AnamnesisAnamnesis
yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan
tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak
dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara
pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan
menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru
adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar
zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.2.
Pemeriksaan FisikPemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan
kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan
trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi
parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.3.
Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker
paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal
paru atau pemeriksaan analisis gas. b. Menilai seberapa jauh
kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ
lainnya. c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh
kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya
maupun oleh karena metastasis. 4. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan
radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk
kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang
bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan
tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan
metastasis ke organ lain. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan
dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi
komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks,
bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi
komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur
di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi
komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat
mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur
normal yang berdekatan.5. SitologiSitologi merupakan metode
pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan
mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat
menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker
maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab
peradangan. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan
yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum
adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi
kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan
memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya
sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining
terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.6.
BronkoskopiSetiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus
merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop
fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat
berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah
dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya
di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.7. Biopsi
TranstorakalBiopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak
digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak
di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk
menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa
tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi
jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.8.
TorakoskopiTorakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan
guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi
adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari
kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil
sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat
juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan
jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan
pengisapan jaringan tumor yang adaL. DIAGNOSA KEPERAWATAN KANKER
PARU1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di
alveolus2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi3.
Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi4. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan/
mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan
psikologi
CA PARU/ KANKER PARU
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NODX. KEPERAWATANTUJUAN &
KRITERIA HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di
alveolusSetelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah) Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu
mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafasAirwey suction Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah
suctioning Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasatrakeal Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll. Airway management
Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterpi dada
jika perlu Keluarkan sekret Dengan batuk atau suction Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
2.Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu
mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah) Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Terapi oksigen Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea
Pertahankan jalan napas yang paten Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi klien Monitor TD, nadi, dan RR
3.Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
Respiratory status : gas exchange Keseimbangan asam basa,
elektrolit Respiratory status: ventilation Vital signSetelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran
gas pasien teratasi dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Memehara
kebersiha paru-paru dan bebas dari tanda- tanda distres pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis, dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,. Tanda
tanda vital dalam batas normal AGD dalam batas normal Status
neurologis dalam batas normalManajemen Asam BasaKegiatan : Dapatkan
/ pertahankan jalur intravena Pertahankan kepatenan jalan nafas
Monitor AGD dan elektrolit Monitor status hemodinamik Beri posisi
ventilasi adekuat Monitor tanda gagal nafas Monitor kepatenan
respirasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi
karena factor biologis dan psikologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam Status
nutrisi meningkat, dengan kriteria : intake makan dan minuman
intake nutrisi control BB masa tubuh biochemical measures
energy
a. Monitoring Gizi Timbang berat badan pasien pada interval
tertentu Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan
Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan Monitor respon
emosional pasien ketika ditempatkan pada suatu keadaan yang ada
makanan Monitor lingkungan tempat makanan Amati rambut yang kering
dan mudah rontok Monitor mual dan muntah Amati tingkat albumin,
protein total, hemoglobin dan hematokrit Monitor tingkat energi,
rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan Amati jaringan
penghubung yang pucat, kemerahan, dan kering Monitor masukan kalori
dan bahan makananb. Manajemen Nutrisi Kaji apakah pasien ada alergi
makanan Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori,
protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan Ajari pasien tentang diet
yang benar sesuai kebutuhan tubuh Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori Timbang berat badan
secara teratur Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit
C yang sesuai Pastikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat
tinggi untuk mencegah sembelit Beri makanan protein tinggi , kalori
tinggi dan makanan bergizi yang sesuai Pastikan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizinya.c. Manajemen hiperglikemia Monitor
Gula darah sesuai indikasi Monitor tanda dan gejala
poliuri,polydipsi,poliphagia,keletihan,pandangan kabur atau sakit
kepala. Monitor tanda vital sesuai indikasi Kolaborasi dokter untuk
pemberian insulin Pertahankan terapi IV line Berikan IV fluids
sesuai kebutuhan Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi
menetap atau memburuk Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi Batasi
latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada
urine
DAFTAR PUSTAKAElizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku
Patofisiologis. Jakarta: ECGPrice, Sylvia A and Wilson, Lorraine M.
1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta
: EGC.Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem
Pernapasan. Yogyakarta: B FirstSuyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi
2. EGC:Jakarta.asuhan keperawatan karsinoma bronkogenik
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita.Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru paru yang mengejutkan.America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju
sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di
inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4
kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor
paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim.
Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya
belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit
merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai
pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria
lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih
banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55
65 tahun.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Kanker Paru. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan
rehabilitative.
B. Rumusan Masalah1. Apa Definisi Kanker Paru ?
2. Apa Etiologi dari Kanker Paru ?
3. Apa Patofisiologi Kanker Paru ?
4. Apa Saja klasifikasi Kanker Paru ?
5. Apa manifestasi klinis dari Kanker Paru ?
6. Bagaimana penatalaksanaan Kanker Paru ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Kanker Paru ?
C.TUJUAN1. Tujuan Umum :Penulis menyusun makalah ini untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya
di mata kuliah keperawatan Respirasi III dengan bahan ajar asuhan
keperawatan pada klien Karsinoma bronkogenik2. Tujuan Khusus :Untuk
mengetahui definisi kanker paru
Untuk mengetahui etiologi kanker paru.
Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.
Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.
Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paruUntuk mengetahui
penatalaksanaan kanker paruUntuk mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien kanker paru
BAB II PEMBAHASANA. DefinisiKarsinoma Bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas.Di dalam
kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru
secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur
rata-rata manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun
oleh karena memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi
(Pengatar Ilmu Penyakit paru).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang
berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk ).
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian
besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga
berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105
Weblog, by Erich )
B. EtiologiSeperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari
karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan
faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status
immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah
rokok.1. Pengaruh rokok:Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok
adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan
filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma
bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan
perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali20-30 batang /
hari meningkatkan resiko 40-50 kali40-50 batang /hari meningkatkan
resiko 70-80 kali.2. Pengaruh IndustriYang paling banyak
dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang dinyatakan
meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri
bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali
populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya
setalah 15-20 tahun.3. Pengaruh Penyakit Lain Tuberkulosi paru
banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik,
melalui mekanisme hyperplasi metaplasi - karsinoma insitu-karsinoma
- bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.4.
Pengaruh Genetik dan Status imunologisPada tahun 1954, Tokuhotu
dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang terlepas daripada
faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma
bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong
bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon
Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang dipantau dari
cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat
deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan
serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan
tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.C.
Klasifikasi Kanker ParuKlasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma
Pleura dan Paru paru (1977) :1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki.Tumor ini timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal
dari epitel bronkus.Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus.Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
local pada paru paru dan fibrosis interstisial kronik.Lesi
seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala
sampai terjadinya metastasis yang jauh.d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam
macam.Sel sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru
perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat tempat yang jauh.
e.Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f.Lain lain.
1)Tumor karsinoid (adenoma bronkus).2)Tumor kelenjar
bronchial.
3)Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4)Tumor campuran dan Karsinosarkoma.5) Sarkoma.6)Tak
terklasifikasi
7)Mesotelioma.
8)Melanoma.D. Manifestasi klinik1. Gejala Awal Stridor lokal dan
dipnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus2.
Gejala Umum a. BatukKemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh
tumor.batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum.tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kental dan porulen dalam berrespon terhadap infeksi skunder
b.HipotesisSputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi. c.Anoreksiayaitu lelah dan kurangnya
berat badan.E. Komplikasi 1. Esofagitis,hilang 1 minggu sampai
dengan 10 hari sesudah pengobatan.2. Pneumonitis,pada rontgent
terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran F. Penatalaksanaan
Medis1. Penatalaksanaan Nonbedah a.Terapi OksigenJika terjadi
hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal
kanula sesuai dengan permintaan. b.Terapi ObatJika klien mengalami
bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator
(seperti pada klien asma)dan kartikosterid untuk mengurangi
bronkospasme,inflamasi dan edema. c.Kemoterapikemoterapi merupakan
pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,terutama pada
small cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi dapat juga
digunakan bersamaan dengan terapi bedahobat-obat kemoterapi yang
biasanya diberikan untuk menangani kanker,tumor,termasuk kombinasi
dari obat-obat tersebut.
Cyclophosphamide,deoxorubicin,methotrexate,dan procarbazine
Etoposidedan cisplatinMitomycin,vinblastine,dan
cisplatin.d.ImunoterapiBanyak klien kanker paru mengalami gangguan
imun. Obat imunoterapi (cytokin) biasa di berikan.e.Terapi Radiasi
Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut : Klien tumor paru
yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan Klien
adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal. Klien
dengan Ca. Bronkus dengan oat cell. Klien kambuhan sesudah
lobektomi atau pneumonektomi.2. Penatalaksanaan Pembedahan.Tujuan
pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.a.
Toraktomi eksplorasi.Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka
penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.b. Pneumonektomi pengangkatan paru).Karsinoma bronkogenik
bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. c.
Lobektomi (pengangkatan lobus paru).Karsinoma bronkogenik yang
terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.d.
Resesi segmental.Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen
paru.e. Resesi baji.STumor jinak dengan batas tegas, tumor metas
metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan
es).
f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari
pleura viscelaris)
G. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi1). Massa Radiopaque di
paru 2). Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis 3).
Pneumonia 4). Pembesaran Kelenjar Hilar5). Tumor Pancoast.Ca.
Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada
apek lobus superior.
6). Kelainan pada pleura
7). Kelainan tulang
b. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah
obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap
jempol.c. SitologiDahak yang representatif dapat diperoleh melalui
batuk spontan, dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam
larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.)atau
melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana pada Lung
Cancer Detection Prog