A. KONSEP DASAR PENYAKIT I. Definisi Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul. II. Epidemiologi Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior, sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatik yang hampir sama. III. Etiologi Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Definisi
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor
otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
II. Epidemiologi
Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada
kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior,
sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium.
Pada orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatik yang hampir
sama.
III. Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan
bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor
tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan
defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat
terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan
Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari
tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
IV. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh
paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil
sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.
Tumor otak
Gangguan fokal
Peningkatan tekanan intrakranialKehilangan fungsi scr akut sesuai area yg terkena
Perubahan suplai darah akibat tekanan yg ditimbulkan tumor yg tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak
Penekanan pd jaringan otak,ifiltrasi/invasi langsung pd parenkim otak dg kerusakan jaringan neuron
Obstruksi caiaran serebrospinal
Mekanisme kompensasi dr peningkatan TIK
Peningkatan TIK yg cepat
Terbentuknya edema sekitar tumor
Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal
Bertambahnya massa dlm tengkorak
Ancama kematian
Kompresi medulla oblongata
Herniasi menekan mesensefalon
CemasHidrosefalus Hernia unkus/ serebbellum
Hilangnya kesadaran& menekan saraf otak
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Pola nafas tidak efektif
Henti pernapasan, nausea, muntah
Risiko kekurangan volume cairan
Pathway
Causa unknown/idiopatik
hemiparese
Gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia& gang. bicara
Tumor lobus frontalis
Tekanan pd daerah& lintasan motorik didekat tumor
Hambatan Mobilitas fisik
Kelemahan pd kaki& ekstrimitas
Ujung bawah korteks prasentralisLobulus
parasentralis
Serangan kejang
Lobus oksipitalis
Kelemahan pd wajah, lidah&ibu jari
Penyerapan cairan tumor
Bertambahnya massa
Obstruksi vena
Edema
Risiko cedera
Deficit perawatan diri
Traksi&pergeseran struktur peka nyeri dlm rongga intrakranial
Nyeri kepala
Pembengkakan papilla saraf optikus
Lobus parietalis
Hilangnya fungsi sensorik kortikalis, Gang. Lokalisasi sensorik, diskriminasi dua titik, grafestasia, kesan posisi& stereognosis
Tumor serebelum
Papilidema dini& sering menimbulkan nyeri kepala nuchal, gang.pergerakan
Tomor ventrikel& hipotalamus
Somnolensia, diabetes insipidus, obesitas& gangguan pengaturan suhu
Papiledema
V. Klasifikasi
1. Berdasarkan jenis tumor
Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada
payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
VI. Gejala Klinis
Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar bila tumor ini
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
a) Gejala peningkatan tekanan intracranial
Gejala – gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan
yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.
Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan
serebrospinal dan darah serebral. Semua terletak di tengkorak.
Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu :
Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari
dan menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan
gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor,
tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena
edema yang mengiringi adanya tumor.
Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu
disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
Papiledema (edema pada saraf optic)
Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan
gangguan penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan, diplopia
(pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
Perubahan kepribadian
Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf
cranial
b) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local,seperti pada
ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.
Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang
Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah.
GCS :4,5,6, TTV dalam batas normal.
Tidak terdapat papilidema.
Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Terjadi perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor
faktor penyebab.
Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat dalam
kemungkinan cidera.
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.
Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan.
Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.
Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil
pemeriksaan laboraturium.
Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.
Bertambahnya kekuatan otot.
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.
Pasien dapat mengidebtifikasi activitas yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri.
Pasien tampak relaks.
Skala nyeri 0.
Dx 9 : Haluaran urine adekuat.
Tanda vital stabil.
Membran mukosa lembab.
Turgor kulit baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC2. Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta,
EGC3. FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius4. Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika5. Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC6. Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC7. Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC8. Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC