ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEEP VENOUS TROMBOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEEP VENOUS TROMBOSIS
Deep Vena Trombosis (DVT)
adalah Suatu kondisi dimana terbentuk
bekuan darah dalam vena sekunder akibat
inflamasi / trauma dinding vena atau karena
obstruksi vena sebagian, yang mengakibatkan
penyumbatan parsial atau total sehingga
aliran darah terganggu (Doenges, 2000).
Timbulnya masalah sering sekali tidak terprediksi sebelumnya,padahal masalah ini dapat dicegah dengan mengadakan pengkajian dini terhadap kelompok risiko untuk terjadinya trombosis selain itu juga kita yakini bahwa tindakan pencegahan lebih mudah dari pada tindakan perawatan pada kasus-kasus pasien yang mengalami trombosis .
ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas,
namun ada 3 faktor yang dianggap penting
dalam pembentukan bekuan darah, hal ini
dihubungkan dengan :
1. statis aliran darah
2. abnormalitas dinding pembuluh darah
3. gangguan mekanisme pembekuan
o Statis vena terjadi bila aliran darah melambat,
seperti pada gagal jantung dan syock
o ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat,
dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti
pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau
anestesia.
o Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah
tungkai sebesar 50%.
o Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan darah.
o Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intra vena, semuanya dapat merusak vena.
o Kenaikan koagubilitas terjadi paling sering
pada pasien dengan penghentian obat ani
koagulan secara mendadak.
o Kontrasepsi oral dan sejumlah besar
diskrasia dapat menyebabkan
hiperkoagulabilitas.
DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah.
Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
PATOFISIOLOGI
Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena , disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah.
Gangguan ini dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam ungkai.
Pada vena superficial, vena safena adalah yang paling sering terkena.
Trombus vena tersusun atas agregat
trombosit yang menempel pada dinding vena
, disepanjang bangunan tambahan seperti
ekor yang mengandung fibrin, sel darah
putih dan sel darah merah.
“Ekor “ dapat tumbuh membesar atau
memanjang sesuai arah aliran darah akibat
terbentuknya lapisan bekuan darah.
Trombosis vena yang terus tumbuh ini sangat
berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas
dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh
darah paru.
Fragmentasi thrombus dapat terjadi secara spontan
karena bekuan secara alamiah bisa larut, atau dapat
terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan
vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan
aktifitas otot setelah lama istirahat.
1. Vena dalam• obstruksi vena dalam tungkai
menyebakan oedema dan pembengkakan ekstremitas karena aliran darah tersumbat.
• Tungkai yang terkena biasanya terasa lebih hangat dan vena superfisialnya lebih menojol.
• Nyeri tekan biasanya terjadi kemudian adalah sebagai akibat dari inflamasi dinding vena dan dapat dideteksi dengan palpasi lembut pada tungkai.
MANIFESTASI KLINIS
• Tanda homan (nyeri pada betis ketika kaki didorsoflesikan secara mendadak) tidak spesifik untuk trombosis vena dalam karena bisa ditimbulkan oleh berbagai kondisi nyeri pada betis.
• Pada beberapa kasus emboli paru merupakan tanda pertama trombosis vena dalam.
2. Vena superficial • trombosis vena superficial mengakibatkan
nyeri atau nyeri tekan, kemerahan dan hangat pada daerah yang terkena.
• Resiko terjadinya fragmentasi thrombus menjadi emboli pada vena superficial sangat jarang karena thrombus dapat larut secara spontan.
• Jadi kondisi ini dapat ditangani di rumah dengan tirah baring, peninggian tungkai, analgesik dan obat anti radang.
Tujuan penanganan medis DVT :1. Mencegah perkembangan dan
pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru
2. Mencegah tromboemboli kambuhan
PENATALAKSANAAN
• Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua tujuan
tersebut.
• Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan
infus intermitten intravena atau infus berkelanjutan
dapat mencegah berkembangnya bekuan darah dan
tumbuhnya bekuan baru.
• 4 - 7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir,
pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien
mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih
untuk pencegahan jangka panjang.
TERAPI
• Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) diperlukan
bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau
trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas dan aliran
darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada ekstremitas.
• Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan
penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan.
• Filter vena kava harus dipasang pada saat dilakukan
trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan
mencegah emboli paru.
Penataksanaan Bedah
• Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT.
• Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT.
• Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli.
Penatalaksanaan Keperawatan
• Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking
elastik.
• Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau
duduk lama.
• Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan
papan kaki, juga dianjurkan.
• Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang
terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan
sehubungan dengan DVT.
• Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep
akan menambah rasa nyaman.
I. PENGKAJIANa. Aktifitas / Istirahat1. Gejala :
Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis, kondisi kecacatan)
Nyeri karena aktifitas / berdiri lama Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit
2. Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas
PROSES KEPERAWATAN
b. Sirkulasi
1. Gejala :
• Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
• Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena
kehamilan), DM, penyakit katup jantung
2. Tanda :
• Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit
• Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena
(thrombus)
• Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin,
oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena
• Tanda human positif
c. Makanan / Cairan
Tanda :
• Turgor kulit buruk, membran mukosa kering
(dehidrasi, pencetus untuk hiperkoagulasi)
• Kegemukan (pencetus untuk statis dan
tahanan vena pelvis)
• Oedema pada kaki yang sakit (tergantung
lokasi)
d. Nyeri / Kenyamanan
1. Gejala :
• Berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila
berdiri atau bergerak
2. Tanda:
• Melindungi ekstremitas kaki yang sakit
e. Keamanan
1. Gejala :
• Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada
ekstremitas atau vena (contoh : fraktur, bedah
ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi
lama pada vena pelvic, terapi intra vena)
• Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru,
system GI)
2. Tanda:
• Demam, menggigil
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
• Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral,
adanya terapi antikoagulan (pencetus
hiperkoagulasi)
• Kambuh atau kurang teratasinya episode
tromboflebitik sebelumnya
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah /
statis vena (obstruksi vena sebagian / penuh ), ditandai dengan :
oedema jaringan, penurunan nadi perifer, pengisian kapiler,
pucat, eritema
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh
adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, tidak
ada odema.
b. Peningkatan perilaku / tindakan yang meningkatkan perfusi
jaringan
c. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi ekstremitas, warna kulit, dan perubahan
suhu juga oedema
b. Kaji ekstremitas, palpasi tegangan jaringan local,
regangan kulit
c. Kaji tanda human
d. Tingkatkan tirah baring selama fase akut
e. Tinggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk,
secara periodic tinggikan kaki dan telapak kaki
diatas tinggi jantung
f. Lakukan latihan aktif dan pasif sementara di
tempat tidur. Bantu melakukan ambulasi secara
bertahap.
g. Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang
kaki atau hiperfleksi lutut (posisi duduk dengan kaki
menggantung atau berbaring dengan posisi
menyilang)
h. Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut
pada ekstremitas yang sakit
i. Dorong latihan nafas dalam
j. Tingkatkan pemasukan cairan sampai sedikitnya 2000
ml/hari dalam toleransi jantung
k. Kolaborasi : pemberian kompres hangat/basah atau
panas pada ekstremitas yang sakit ; dan antikoagulan
l. Pantau pemeriksaan laboratorium : masa protrombin
(PT), masa tromboplastin partial (PTT), masa
tromboplastin teraktifasi partial (APTT),; darah lengkap
m. Berikan dukungan kaus kaki elastik setelah fase akut,
hati-hati untuk menghindari efek tornikuet
n. Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan
2. Nyeri b.d penurunan sirkulasi arteri dan
oksigenasi jaringan dengan produksi / akumulasi
asam laktat pada jaringan atau inflamasi, ditandai
dengan ; pasien mengatakan nyeri, hati-hati pada
kaki yang sakit, gelisah dan perilaku distraksi.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan tindakan
rileks, mampu tidur / istirahat dan meningkatkan
aktifitas
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji derajat nyeri, palpasi kaki dengan hati-hati
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut
3. Tinggikan ektremitas yang sakit
4. Berikan ayunan kaki
5. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi
6. Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu
7. Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian
kompres panas pada ekstremitas
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
program pengobatan b.d kurang terpajan,
kesalan interpretasi, tidak mengenal
sumber informasi, kurang mengingat ,
ditandai dengan : minta informasi,
pernyataan kesalahan konsep, tidak tepat
dalam mengikuti instruksi, terjadinya
komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit
dan programpengobatan
b. Berpartisipasi dalam proses belajar
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medis
d. Melakukan prosedur dengan benar dan
menjelaskan alsan tindakan
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala,
kemungkinan komplikasi
2. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan
keseimbangan aktifitas / tidur
3. Adakan latihan yang tepat
4. Selesaikan masalah factor pencetus yang mungkin ada,
contoh : tindakan yang memerlukan berdiri /duduk
lama, kegemukan, kontrasepsi oral, imobilisasi, dll
5. Identifikasi pencegahan keamanan, contoh :
penggunaan sikat gigi, pencukur jenggot, dll
6. Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan
tekankan perlunya membaca label kandungan
obat yang mungkin obat tersebut dijual bebas
7. Identifikasi efek obat antikoagulan
8. Tekankan pentingnya pemeriksaan lab.
9. Dorong menggunakan kartu / gelang identifikasi
10. Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah
11. Laporkan adanya lesi