ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang dialami oleh setiap
orang dan tidak dapat dihindarkan. Dengan berhasilnya pembangunan
nasional, khususnya pembangunan kesehatan yang dapat dilihat dengan
turunnya angka kematian bayi dan angka kelahiran serta perbaikan
gizi masyarakat, maka sebagai dampak positif adalah meningkatnya
umur harapan hidup waktu lahir di Indonesia yang berkisar pada umur
70 tahun pada tahun 2000.Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari
anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah
jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun
1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2
persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9
persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat
secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968
adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 :
58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05
tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000). Pada tahun
1990-2025 diperkirakan oleh USA-Bureau of the Census, jumlah usia
lanjut di Indonesia menduduki peringkat pertama (terbesar) sebesar
414% dengan jumlah ( 29 juta jiwa. Hal ini semua merupakan gambaran
pada seluruh negara bahwa berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta kemajuan kondisi sosial ekonomi, usia harapan hidup
semakin meningkat. Dibalik keberhasilan pembangunan khususnya di
bidang kesehatan dengan meningkatnya jumlah usia lanjut seperti
diuraikan diatas, memberikan dampak tersendiri terhadap
permasalahan kesejahteraan dan kesehatan usia lanjut itu sendiri.
Dimulai dari permasalahan dari perubahan-perubahan yang dialami
usia lanjut sampai dengan pengaruh perubahan tersebut terhadap
kondisi keluarga, masyarakat bangsa dan negara.Di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo terdapat 100 penerima manfaat,
yang terdiri dari 36 laki-laki dan 64 wanita. Di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo terdapat 14 wisma termasuk salah
satunya Wisma Pandu.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan pelayanan khusus
di bidang kesehatan, sosial kemasyarakatan, kesejahteraan bahkan
spiritual bagi usia lanjut, sehingga didapatkan peningkatan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua
yang bahagia, sejahtera dan berguna bagi kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat.Dari hasil pengkajian terdapat ketidakharmonisan antar
penerima manfaan, sehingga intervensi TAKS yang dapat diaplikasikan
untuk menumbuhkan kebersamaan antar sesama PM.B. TUJUAN(1) Tujuan
umumDiharapkan penerima manfaat di Wisma Pandu Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran tercipta keharmonisan sesama penerima
manfaat.(2) Tujuan khususa. Untuk mengetahui tentang konsep lansia
secara keseluruhan. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan
yang terdapat di Wisma Pandu Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo. Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Implementasi
EvaluasiBAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
(1) Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan menjadi tua.(2) Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).(3) Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides,1994). Proses menua merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).Batasan
Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1 Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun2
Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun3 Usia Lanjut
Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun4 Usia Sangat Tua (Very
Old), adalah usia 90 tahun keatasB. TIPE LANSIABeberapa tipe pada
lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000). Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :(1) Tipe arif
bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan
(2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman (3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah
(4) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
(5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, para
lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia
mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung dengan
bantuan badan social, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di
rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental. C. TEORI-TEORI
PROSES PENUAAN(1) Teori Biologi
Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang
telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk
membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu
atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh
tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam
tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan
produk autoantibodi.
Teori stressMenua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kesetabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah dipakai.
Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap
pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang
panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel
membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu
membelah lagi.
Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel
jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri
ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan
untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini
lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan
hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis
diberbagai organ tubuh.
(2) Teori Kejiwaan Sosial
Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.
Keperibadian lanjut (Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang
dimilikinya.
Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
(3) Teori Lingkungan
Exposure theory
Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses
penuaan.
Radiasi theory
Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis
memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
Polution theory
Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi
kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat
proses penuaan. Stress theory
Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam
darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses
penuaan.
D. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:
1 Perubahan Fisik
Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive
terhadap sentuhan.
Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas
dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg
dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistole normal 170 mmHg, diastole normal 95
mmHg.
Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri
tidak berganti.
Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
Sistem Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut
dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan
menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1. Perubahan fisik.2. Kesehatan umum.3. Tingkat pendidikan.4.
Hereditas.5. Lingkungan.6. Perubahan kepribadian yang drastis namun
jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.7. Kenangan, kenangan jangka
pendek yang terjadi 0-10 menit.8. Kenangan lama tidak berubah.9.
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor
waktu. Perubahan Psikososial
Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif. Hal ini disebabkan
antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi,
pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasI, sadar akan datangnya kematian, perubahan
dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit, ekonomi akibat perhentian
jabatan, biaya hidup tinggi, penyakit kronis, kesepian, pengasingan
dari lingkungan social, gangguan syaraf panca indra,gizi,
kehilangan teman dan keluarga, berkurangnya kekuatan fisik.
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3
yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.
1 Perubahan biologis meliputi :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah
mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit
kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul
garis-garis yang menetap.
Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut
sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam
folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan
dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan
indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel
syaraf pendengaran. Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah
tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada
kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan mobilitas usus
menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung
nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas
usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat
menyebabkan wasir . Kemampuan motorik yang menurun selain
menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan
untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan
sehari-hari. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak
yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan
proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda
kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam
menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
disebut dimensia atau pikun. Akibat penurunan kapasitas ginjal
untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya
dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia
yang menimbulkan rasa lelah. Incotenensia urine diluar kesadaran
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering
diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali
mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.
2 Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk
mengadakan penyesuaianpenyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya
antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.3
Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social
seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan.
Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang
bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam
menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui
oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
E. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA(1) Agar lanjut usia
dapat melakukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan:
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.(2) Membantu
mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia (life support) (3) Menolong dan merawat klien
lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis
maupun akut. (4) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai kelainan tertentu (5) Mencari upaya semaksimal mungkin,
agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih
dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal.F. TUGAS
PERKEMBANGAN LANSIA Persiapan diri untuk kondisi menurun
Persiapan diri untuk pensiun
Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusia
Persiapan kehidupan baru
Penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara
santai
Persiapan diri untuk kematian dan kematian pasanganG.
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA LANSIAAkibat perkembangan usia,
lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya
untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar
Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai
lansia yaitu:1 Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan
ketergantungan pada orang lain,Ketidakpastian ekonomi sehingga
memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya.
2 Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah.
3 Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak.
4 Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.Lanjut usia
juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.
Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung
menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia
lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat
secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan
fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri
ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979,
Munandar, 1994) adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.b. Penarikan
diri ke dalam dunia fantasic. Selalu mengingat kembali masa lalud.
Selalu khawatir karena penganggurane. Kurang ada motivasif. Rasa
kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dang.
Tempat tinggal yang tidak diinginkan.Di lain pihak ciri penyesuaian
diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini
dan memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
H. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA LANSIAKegiatan Asuhan
Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok,
seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun
Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan
yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya
atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan
asuhan keperawatan di rumah atau panti. Adapun asuhan keperawatan
dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah
lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:1. Untuk lanjut usia yang
masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi
palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata
serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan
ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi,
bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.2. Untuk lanjut
usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia
aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus (lecet).3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk
menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan
bertambahnya usia, antara lain: Berkurangnya jaringan lemak
subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas Menurunnya
efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih
tipis dan rapuh Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga
potensi terjadinya dekubitus.I. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA(1)
Pendekatan fisik Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif,
kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat
dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum
bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu: a. Klien
lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri. b. Klien lanjut usia
yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya.Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian. Disamping itu
kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi
tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari
tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun
tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang
ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia
dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan
darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak,
trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan
secermat mungkin. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh
mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia
untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi,
tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap,
tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat,
kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu
badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan
O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2
yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa
bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.Seorang
perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah
sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau
memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan
bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat
menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus
mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan
badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi
perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan
mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.Perawat perlu mengadakan
pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut
usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala
bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat
perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada
keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian
mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat
harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan
sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah
mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman
tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.(2) Pendekatan
psikisDisini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan
service. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang
memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan
suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan
kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri,
rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan
kelainan yang dideritanya. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan
psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia.
Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya
daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola
tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan
pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari
masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi
klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus di ingat
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila
perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini
mereka puas dan bahagia.
(3) Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan
bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan
social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama
klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi,
misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit
klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya
hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan,
ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang
terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini
dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan
kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara
langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lanjut usia di Panti Werda.
(4) Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan
ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakan bahwa maut
sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh
berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan
keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian
setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda,
tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga
perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga
tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka.
Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan
seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah
kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien
lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut
usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih
dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama
mereka.
J. KONSEP KEPERAWATAN(1) Data Dasar Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat.Pada pola aktivitas dan istirahat
didapatkan data tanda, malaise, keterbatasan rentang gerak sendi,
atrofi otot, kulit, kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
Sedangkan gejala yang nampak adalah nyeri sendi karena gerakan,
nyeri tekan, memburuk dengan beban berat, kekakuan sendi pada pagi
hari, biasanya terjadi secara bilateral sendi.b.
KardiovaskulerGejala yang nampak pada sistem kardiovaskuler adalah,
misal pucat intermiten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal.c. Makanan dan cairanGejala yang
nampak ; ketidakmampuan mengkonsumsi makanan dan cairan secara
adekuat, mual, anoreksia.Tanda ; adanya kesulitan untuk mengunyah,
penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.d.
HigieneGejala ; Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan pada orang lain.e.
NeurosensoriGejala : merasakan kesemutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan.Tanda : pembengkakan pada sendi
secara simetris.f. Nyeri / kenyamananGejala : Pada fase akut nyeri
mungkin tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi.Pada
nyeri kronis disertai kekakuan sendi terutama pada pagi hari.g.
KeamananGejala : Pada kulit nampak mengkilat, tegang, nodul
subkutaneus.Lesi kulit, demam ringan menetap, dan kekeringan mukosa
dan pada mata.h. Interaksi sosialTerjadi peruabahan interaksi
sosial dengan keluarga, orang lain, peruabhan peran, dan isolasi.i.
Pemeriksaan diagnostikLED umumnya meningkat pesat (80-100
mm/h).Protein C-raktif : positif selama masa eksaserbasi.SDP :
meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.JDL : umumnya
menunjukkan anemia sedang.Ig.M dan IgG mengalami peningkatan.Sinar
X : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan berkembang menjadi formasi
kista tulang.Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan
inflamasi dan perkembangan suhu menjadi panas.(2) Diagnosa
Keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksiab. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan
proteinc. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skleletal, nyeri, intoleransi aktifitasd. Nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi, destruksi sendie. Resiko cedera (dislokasi sendi)
berhubungan dengan otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi (3)
Perencanaan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria :
Meningkatkan masukan oral
Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :(a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi
harian yang adekuatR/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya
malnutrisi(b) Timbang setiap minggu
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi(c) Jelaskan
pentingnya nutrisi yang adekuatR/ Dengan pemahaman yang benar akan
memotivasi klien untuk masukan nutrinya(d) Ajarkan individu
menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)R/ aroma yang enak akan
membangkitkan selera makan(e) Beri dorongan individu untuk makan
bersama orang lainR/ Dengan makan bersama sama secara psikologis
meningkatkan selera makan(f) Pertahankan kebersihan mulut yang baik
(sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan(g)
Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering
R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung(h) Instruksikan
individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk
Makan-makan kering saat bangun tidur Hindari makanan yang
terlalu manis, berminyak Minum sedikit-sedikit melalui sedotan
Makan kapan saja bila dapat toleransi(i) Makan dalam porsi kecil
rendah lemak dan makan seringR/ Meningkatkan asupan makanan.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan
kalori dan protein.
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari
tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas,
bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi :(a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang(b) Ajarkan
tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkunganR/ Mencegah
terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang
kurang sehat(c) Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTPR/
meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga meningkatkan
kemampuan kekebalan dalam tubuh(d) Perhatikan penggunaan obat-obat
jangka panjang yang dapat menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi.
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeriTujuan : klien dapat mobilisasi dengan
adekuatKriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang
memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi :
(a) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakitR/ tingkat
aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses
inflamasi(b) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot(c) Ubah posisi
dengan sering dengan personal cukupR/ Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi(d) Berikan lingkungan yang
nyaman misal alat bantuR/ menghindari cedera.
d. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi,
destruksi sendiTujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks, dapat tidur dan berpartisipasi dalam
aktifitasIntervensi :(a) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan
intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda tanda nyeri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri(b) Biarkan klien
mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk
membatasi nyeri(c) Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan
waslap untuk kompres sendiR/ panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.(d) Berikan
masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot(e)
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen,
naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan.
e. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot,
rasa nyeriTujuan : klien terhindar dari cedera Kriteria : klien
berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyamanIntervensi
:(a) Kaji tingkat kekuatan otot
R / mengatur tindakan selanjutnya(b) Kaji tingkat pergerakan
pasif(c) Beri alat bantu sesui kebutuhan(d) Ciptakan lingkungan
yang aman (lantai tidak licin)(e) Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara mandiri
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DI WISMA PANDU DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING
WARDHOYO UNGARAN(A) PENGKAJIAN
DATA UMUM
1. Nama Panti
: Balai Rehabilisai Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardhoyo 2. Alamat Panti
: Jl. Kutilang No. 24 (024) 6922289 Ungaran.3. Nama Pimpinan
: Drs.Kartono, M.M4. Nama Wisma
: Pandu5. Pengasuh Wisma
: Ibu Sudariyah6. Jumlah Lansia di Wisma: 5 Penerima ManfaatI.
DIMENSI BIOFISIK
Berdasarkan Jenis kelamin, umur dan pendidikanNo.NamaUsiaJenis
KelaminPendidikan
1Ny. Ju66 tahunPerempuan Sekolah Dasar
2Ny. Su68 tahunPerempuanSekolah Dasar
3Tn. P84 tahunLaki-lakiTidak sekolah
4Ny. Ja88 tahunPerempuanTidak sekolah
5Ny. M95 tahunPerempuanSekolah rakyat
Berdasarkan Suku / EtnisJawa: 5 orang Berdasarkan status gizia.
Ny. J
BB = 64 kgTB = 153 cmIMT = 64 = 27,35 (gemuk ringan)
(1,53)2b. Ny. MBB : 55 kg
TB : 150 cm
IMT : 55 = 24,44 (gemuk ringan) (1,50)2c. Ny. JaBB : 30 kg
TB : 150 cm
IMT : 30 = 13,33 (kurus berat) (1,50)2d. Ny. SBB : 40 kg
TB : 139 cm
IMT : 40 = 20,70 (normal) (1,39)2e. Tn. PBB : 40 kg
TB : 160 cm
IMT : 40 = 15,62 (kurus berat) (1,60)2
Berdasarkan nilai IMT :
Normal (18,7 23,9)
: 1 orang Kurus Berat (< 17)
: 2 orang Gemuk ringan (24 -27)
: 2 orang Berdasarkan Masalah Kesehatan (10 keluhan terbanyak
dalam 6 bulan terakhir ):(1) Cepat Lelah (2) Sulit Tidur
(3) Batuk
(4) Gangguan Penglihatan
(5) Gangguan Pendengaran
(6) Hipertensi
(7) Nafsu Makan Menurun
(8) Nafsu Makan Meningkat
(9) OsteophorosisII. DIMENSI PIKOLOGIA STATUS MENTALSetelah
dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status
Quesionnare (SPMSQ) didapatkan data :PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Baik (0-2)
: 3 orang
Gangguan intelektual ringan (3-4): 2 orang
Gangguan intelektual sedang (5-7): -
Gangguan intelektual berat (8-10): - B STATUS DEPRESIBerdasarkan
pengkajian dengan skala depresi (the geriatric depression scale)
didapat data :
PERTANYAANJAWABANSKORE
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat anda ?
3. Apakah hidup anda kosong ?
4. Apakah anda sering merasa bosan ?
5. apakah anda mempunyai semangat setiap waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda bahagia di setiap waktu ?
8. Apakah anda merasa jenuh ?
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari
daripada pergi melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah
dengan ingatan anda daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini
?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini?
14. Apakah saat ini anda sudah tidak ada harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik dari anda
?
Tidak ada depresi: 5 orang
C KEADAAN EMOSIStabil
: 5 orangTidak stabil: -III. DIMENSI FISIKA LUAS WISMAa. Luas
Wisma
: 14 x 18 m2 = 252 m2
Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar penerima manfaat
3. Kamar penerima manfaat4. Kamar penerima manfaat
5. Kamar penerima manfaat
6. Kamar pengasuh
7. Kamar pengasuh
8. Ruang makan
9. Dapur
10. Kamar mandi
11. Kamar mandi
12.
: pintu
13. : Jendela
B KEADAAN LINGKUNGAN DALAM WISMA1. PENERANGAN Penerangan dari
lampu cukup, setiap kamar terdapat 1 lampu yang terang. Di ruang
tamu dan ruang tengah terdapat penerangan yang cukup dan di kamar
mandi juga terdapat penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
Masing-masing kamar terdapat ventilasi sehingga pencahayaan dari
sinar matahari yang masuk kedalam kamar atau ruangan lain cukup.2.
KEBERSIHAN DAN KERAPIANKebersihan ruangan baik, ruangan tampak
bersih, kamar penerima manfaat juga tampak bersih dan rapi.
Penerima manfaat aktif mandiri membersihkan kamar masing-masing dan
kamar tamu.3. PEMISAHAN RUANGAN ANTARA PRIA DAN WANITAPada wisma
pandu hanya terdapat satu penerima manfaat laki-laki. Kamar dari
penerima manfaat laki-laki adalah bersama dengan istri yaitu salah
satu dari penerima manfaat yang ada di wisma Pandu. Setiap kamar
penerima manfaat dihuni oleh 2 orang penerima manfaat.4. SIRKULASI
UDARAPada ruang tamu terdapat 4 jendela besar dan ventilasi serta
terdapat 1 pintu utama. Terdapat 6 buah jendela besar, ventilasi
dan pintu di setiap kamar. Di kamar mandi/WC hanya terdapat
ventilasi dan pintu. Kondisi jendela dan pintu baik sehingga
sirkulasi udara lancar.5. KEAMANANLantai bersih tidak licin.
Terdapat pegangan pada tembok menuju kamar mandi dan didalam kamar
mandi. WC yang dipakai adalah WC duduk, lantai kamar mandi bersih
tidak licin. Belum ada alarm untuk tanda bahaya.6. SUMBER AIR
MINUMPada Wisma Pandu sumber air minum diperoleh dari ledeng dan
sumur. Untuk keperluan mandi, cuci dan kakus menggunakan air yang
berasal dari sumur, sedangkan untuk keperluan minum menggunakan air
dari ledeng. 7. RUANG BERKUMPUL BERSAMAKondisi ruangan bersih dan
rapi, terdapat TV, meja dan kursi tamu. Tempat berkumpul penerima
manfaat adalah ruang tamu maupun teras.Teras tampak bersih dan
rapi.C KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA1. PEMANFAATAN HALAMANPada
Wisma pandu, tidak terdapat halaman depan. Pada bagian depan Wisma
merupakan jalan umum untuk menuju ke wisma-wisma lain yang berada
di Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo. Pada bagian teras depan dan
samping terdapat beberapa tanaman (bunga) yang diletakkan di dalam
pot.2. PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Air limbah dibuang atau disalurkan melalui got atau selokan yang
selanjutnya akan mengalir ke saluran pembuangan akhir yang berada
di belakang unit rehabilitasi.
3. PEMBUANGAN SAMPAH
Sampah dibuang pada tempat sampah yang berada di dalam wisma
maupun di luar wisma dan untuk selanjutnya dibuang di tempat
pembuangan sampah akhir.4. SANITASI
Sanitasi lingkungan baik dan bersih. Sirkulasi udara baik dan
penerangan baik dari cahaya lampu maupun cahaya matahari cukup.5.
SUMBER PENCEMARAN
Sumber pencemaran di wisma relatif tidak ada
IV. DIMENSI SOSIALA KELAYAN BERDASARKAN PENDIDIKAN SD
: 3 orang Buta huruf/tidak sekolah: 2 orangB HUBUNGAN ANTAR
LANSIA DI DALAM WISMAHubungan antar penerima manfaat kurang
harmonis. Jarang sekali penerima manfaat berkumpul bersama untuk
sekedar bercerita. Terkadang apabila terdapat perbedaan persepsi
antar penerima manfaat, akan memicu terjadinya pertengkaran.C
HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMAAntar penerima manfaat di Wisma
Pandu dengan penerima manfaat dari wisma lain menjalin hubungan
yang baik/harmonis dengan penerima manfaat yang lain.D HUBUNGAN
LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGAAda 5 penerima manfaat yang memiliki
keluarga dan 1 penerima manfaat yang tidak mempunyai keluarga.
Hanya 1 penerima manfaat yang rutin dikunjungi keluarga dan ada 2
penerima manfaat yang bahkan tidak pernah dikunjungi keluarga. E
HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMAAntar penerima manfaat dengan
pengasuh wisma menjalin hubungan yang baik.F KEGIATAN ORGANISASI
SOSIALPenerima manfaat dari senin sampai sabtu memiliki berbagai
macam kegiatan. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan agama
setiap hari senin, rabu, jumat dan sabtu, keterampilan setiap hari
kamis, rekreatif setiap hari selasa dan senam pagi.V. DIMENSI
TINGKAH LAKUA POLA MAKAN5 penerima manfaat makan 3 x sehari dengan
menu yang disajikan dapur umum tidak ada kesulitan ketika makan,
kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan cukup baik.B POLA
TIDURJam tidur rata-rata penerima manfaat adalah dari jam 21.00
04.00 WIB. C POLA ELIMINASISemua penerima manfaat BAB dan BAK di
WC, rata-rata BAK 5 6 x/hari, sedangkan BAB rata-rata 1 x/hari.
Apabila terjadi gangguan pencernaan, terkadang penerima manfaat BAB
2-3 kali sehari.D KEBERSIHAN DIRIRata-rata penerima manfaat mandi 2
x sehari menggunakan sabun mandi, keramas 1 x seminggu. Sedangkan
untuk kebersihan gigi dan mulut keenam penerima manfaat melakukan
perawatan gigi dan mulut misalnya gosok gigi 2 kali sehari.E
KEBIASAAN BURUK DALAM KELOMPOKKebiasaan buruk dalam wisma adalah
rasa kekeluargaan yang kurang. Antar penerima manfaat lebih
cenderung memiliki sifat untuk bersaing.F STATUS FUNGSIONAL
(AKS)Berdasarkan status fungsional (AKS) keenam penerima manfaat
bersikap mandiri (mampu melakukan ADL sendiri dengan index KATZ :
A)G PELAKSANAAN PENGOBATANPenerima manfaat yang sakit diperiksakan
ke poliklinik setiap hari kamis. Untuk klien yang sakit parah
dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Secara rutin diadakan assesment
oleh petugas dari RSUD Tugurejo Semarang.H KEGIATAN
OLAHRAGAKegiatan olah raga dilakukan senam setiap hari selasa jam
05.30 06.15 WIB. I REKREATIFKegiatan rekreatif pada Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo dilakukan setiap satu tahun
sekali J PENGAMBILAN KEPUTUSANDilakukan musyawarah dan dipimpin
oleh pengasuh panti.VI. DIMENSI SISTEM KESEHATANA PERILAKU MENCARI
PENGALAMAN KESEHATANPenerima manfaat yang sakit diperiksa di
poliklinik yang ada di panti. Jika kondisi klien parah, klien akan
dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
B SISTEM PELAYANAN KESEHATAN1. FASILITAS KESEHATAN YANG
TERSEDIA
Terdapat poliklinik di panti yang buka setiap hari kamis. URESOS
juga bekerja sama dengan RSUD Tugurejo Semarang.2. JUMLAH TENAGA
KESEHATAN1 orang dokter dibantu oleh petugas URESOS.3. TINDAKAN
PENCEGAHAN TERHADAP PENYAKIT
Pemberian pendidikan kesehatan dan mengajak penerima manfaat
untuk tetap memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan.4. JENIS
PELAYANAN KESEHATAN YANG TERSEDIA
Pemeriksaan, pengobatan dan assesment
5. FREKUENSI KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan dilakukan 1 kali dalam seminggu.(B) ANALISA
DATA
NOHari/tglData fokus (DS dan DO)ProblemEtiologi
1Senin
09-02-2015DS: Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa PM di
wisma pandu didapatkan hasil : Tn P. mengatakan pernah jatuh
dikarenakan sewaktu dari kamar mandi kakinya basah lalu terjatuh
karena telapak kakinya menjadi licin saat bersentuhan dengan
lantai. Ny. Ja mengatakan bahwa pernah terjatuh dikarenakan
kepalanya terasa pusing dan tiba-tiba kaki lemas saat berjalan
sehingga terjatuh.
DO :
Berdasaskan hasil observasi yang telah dilakukan di Wisma Pandu
ditemukan data 1 Penerima Manfaat mengalami luka pada kaki, dan 1
penerima manfaat yang mengalami hipertensi . Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan ditemukan 3 penerima manfaat
mengalami gangguan penglihatan. 1 PM mengalami masalah
osteoporosisResiko cederaPenurunan persepsi sensori (penglihatan),
keterbatasan sendi
2Senin
09-02-2015DS :
Ny. Ja mengatakan bahwa terasa nyeri pada daerah kaki kiri
dengan skala 4 sedangkan pada daerah pinggang 2. Ny. J mengatakan
bahwa sering merasa sakit kepala dengan skala nyeri 4.
Ny.M mengatakan sering merasakan nyeri pada daerah bahu dengan
skala nyeri 3.
Ny. Su mengatakan sering merasa nyeri pada daerah kepala dengan
skala 6 serta merasa berat pada daerah tengkuk. Tn P mengatakan
merasa nyeri pada daerah pinggang dan lutut dengan skala 3Do:
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil sebagai berikut :
rata-rata para lansia dengan nyeri skala ringan Ketika dikaji
mengenai nyeri yang dirasakan rata-rata para PM menunjukan wajah
kesakitan dan agak meringis kesakitan.
Gangguan rasa nyaman nyeri Adanya peningkatan tekanan vaskuler
serebral, destruksi sendi, agen cidera biologis yaitu proses
penyakit (arthritis dan osteoporosis).
3Senin
09-02-2015Ds:
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh wisma Ny. S
mengatakan bahwa diantara penghuni Wisma Pandu kurang terjalin
hubungan yang harmonis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh wisma, Ny. S
mengatakan bahwa sering terjadi adu mulut antar sesama PM. Ny.Su
mengatakan hubungannya dengan Ny. Ju kurang harmonis sejak kurang
lebih 5 tahun yang lalu.Do:
Berdasarkan hasil observasi ada sesama PM wisma saling
menjelekan satu sama lain.
Antar sesama PM jarang duduk bersama.
Untuk makan juga jarang bersama kebanyakan sendiri-sendiri
Gangguan hubungan interpersonalKetidakcocokan sosiokultural, kurang
pengetahuan, hambatan komunikasi, perubahan proses pikir dan
gangguan konsep diri, kurangnya komunikasi antar PM
(C) DIAGNOSA KEPERAWATAN
(1) Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan
ketidakcocokan sosiokultural, kurang pengetahuan, hambatan
komunikasi, perubahan proses pikir dan gangguan konsep diri,
Kurangnya komunikasi antar PM(2) Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral,
destruksi sendi, agen cidera biologis yaitu proses penyakit
(arthritis dan osteoporosis).(3) Risiko cidera b.d penurunan
persepsi sensori (penglihatan), keterbatasan sendi(D) INTERVENSI
KEPERAWATAN
NODIAGNOSA KEPERAWATANTUMTUKKODE NICRENCANA INTERVENSI
1Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan
ketidakcocokan sosiokultural, kurang pengetahuan, hambatan
komunikasi, perubahan proses pikir dan gangguan konsep diri,
Kurangnya komunikasi antar PM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu klien
mampu melakukan interaksi sosial dengan kelayan lainnya dan
lingkungannya dengan baik dengan Kriteria Hasil:
Anggota wisma saling bertegur sapa dan berkomunikasi satu sama
lain jika bertemu
Pernah terjadi interakasi bersama dalam satu kelompok besar
dalam wisma Pandu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
60 menit menghasilkan kriteria hasil :
a. Mengungkapkan atau menunjukkan kemampuan menerima atau
berkomunikasi dengan orang lain di lingkungannya
b. Mengungkapkan kenyamanan dalam lingkungan sosial.
c. Menunjukkan penggunaan perilaku interaksi sosial dengan
baik
d. Melaporkan perubahan gaya hidup dan pola interaksi5100a. Kaji
hubungan antara klien dalam satu wisma
b. Berikan menejemen lingkungan yang mendukung seperti berkumpul
bersama dalam satu wisma pada saat makan atau menonton TV
c. Ciptakan hubungan terapeutik antara setiap klien.d. Berikan
terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
e. Mengklarifikasi masalah individu yang dapat menjadikan
masalah sosial dalam kelompok (dalam wisma)
f. Musyawarah bersama masalah yang ada didalam kelompok.
2Gangguan ketidaknyamanan : nyeri b.d. adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral, destruksi sendi, agen cidera biologis
yaitu proses penyakit (arthritis dan Osteoporosis)Setelah pertemuan
selama 1 minggu klien mampu mengontrol ketidaknyamanan nyeri yang
dirasakan dengan Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang
atau terkontrol
Klien tidak fokus pada nyeri yang dirasakannya
Klien terlihat lebih rileks
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
a. Klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyerib. Klien
mampu menyebutkan metode untuk mengurangi nyeri yang telah
diajarkan
c. Klien mampu melakukan metode untuk mengurangi nyeri yang
telah diajarkan1460
a. Monitor respon nyeri verbal yang dirasakan klien
b. Monitor respon nyeri non verbal yang ada pada klien
c. Ajarkan pada klien tentang relaksasi nafas dalam secara
bertahap.
d. Evaluasi respon setelah pelaksanaan relaksasi nafas
dalam.
3Risiko cidera b.d penurunan persepsi sensori (penglihatan),
keterbatasan sendiSetelah pertemuan selama 1 minggu klien terhindar
dari resiko terjadi cidera dengan Kriteria Hasil:
klien terhindar dari resiko jatuh
klien bebas dari luka dan cidera jatuh/ kecelakaan
lingkungan wisma tetap bersih dan rapiSetelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 60 menit
Klien dan pengasuh mampu mengidentifikasi karakteristik
lingkungan dan masalah penurunan sensori yang dimilikinya.
6490Mencegah terjadinya cedera dengan :
a. Identifikasi penurunan fungsi otot dan sensori klien yang
berisiko jatuh karena lingkungan.b. Identifikasi karakteristik
lingkungan yang potensial menyebabkan jatuhc. Monitor jalannya
keseimbangan dan kelemahand. Tempatkan barang-barang yang
dibutuhkan oleh klien pada tempat yang mudah diperoleh oleh kliene.
Anjurkan pada klien untuk memanggil seseorang jika mengalami
hambatan dalam bergerak.f. Berikan pecahayaan yang adekuat pada
klien yang mengalami penurunan sensori penglihatan dengan lampu
yang agak redup dan tidak menyilaukan.g. Berikan latihan kekuatan
otot setiap 2 hari sekali dengan metode pembebanan seperti senam
dllh. Anjurkan pada penghuni panti lain untuk membantu Ny. J i.
Anjurkan Ny. J untuk memakai bantuan tongkat saat berjalan di malam
hari.
(E) IMPLEMENTASI
NoHari / tglJamNo Dx KepImplementasiRespon KlienTT
1senin, 9 Feb 201507.302Memonitor KU PMS :
Ny. Ju mengatakan kepala terasa pusing (nyeri kepala), badan
pegel-pegel.
Ny. M mengatakan sehat , waras. Ny. Su mengatakan kepala terasa
pusing, tengkuk terasa berat.
Tn. P mengatakan nyeri bagian kaki kiri.
O : Ny. J skala : 3, skala 2, Ny. Su skala 6, Tn. P skala 2
Rata-rata PM menunjukkan wajah kurang bersemangat.
10.00Memonitor tekanan darah PMS : -
O :
Ny. Ju : TD = 120/80 mmHg
Ny. Su : TD = 180/100 mmHg
Tn. P : TD = 150/90 mmHg
Ny. M : TD = 140/90 mmHg
Ny. Ja : TD = 140/90 mmHg
11.201Menganjurkan dan mengajak PM dalam Wisma Pandu untuk makan
bersama.S :
Ny. Su mengatakan belum ada keinginan untuk makan.
Ny. M mengatakan dalam Wisma Pandu pada saat jam makan jarang
berkumpul bersama.
O :
Hanya Tn.P dan Ny. Su yang tidak makan bersama.
Makanan yang disediakan adalah nasi,sayur, telur dan buah
11.301Menciptakan hubungan terapeutik antara sesama PM dalam
wismaS : -O :
Antar sesama PM saling berbagi cerita ketika makan bersama
kecuali Ny. S dan Tn. P.
12.003Memonitor jalannya keseimbangan dan kelemahan PMS :-
O :
Ny. Ja memiliki ketidakseimbangan dan kelemahan pada ekstremitas
bawah ketika berjalan.
12.053Anjurkan pada Ny. Ja memanggil sesorang jika mengalami
hambatan dalam bergerak.S :
Ny. Ja mengatakan jika ia akan meminta pertolongan jika merasa
tidak mampu untuk berjalan sendiri.
Ny. Ja mengatakan kalau menuju ke kamar mandi berusaha sendiri
walaupun akan memegang kursi yang terletak dekat kamar mandi sambil
berjalan pelan.
O : Ny. Ja kooperatif.
2selasa,10 Feb 201507.30Memonitor KU PMS :
Ny. Ja mengatakan pusing, dan nyeri padsa kaki kiri Ny. Su
mengatakan pusing Ny. M mengatakan sehat Tn. P mengatakan sakit
pada kaki Ny. Ju mengatakan gatal-gatal akibat makan ikan.
08.003Menganjurkan penghuni Wisma untuk mengikuti kegiatan
keagamaan S :
Ny. Ja mengatakan masih tidak enak badan.
.Ny. Su mengatakan masih pusing dan berat pada tengkuk Ny. M
mengatakan iya dan bersiap-siap ke aula Ny. Ju mengtakan iya dan
segera ganti pakaianO :
Ny. Ju terlihat berjalan ke aula Ny. M terlihat berjalan ke aula
Tn. P terlihat berjalan ke aula
08.103Menganjurkan Ny. Ja untuk memakai tongkat ketika
berjalan
S : Ny. Ja mengatakan tidak mau memakai tongkat ketika
berjalan.
O : Ny. Ja terlihat tidak mau memakai tongkat tetapi lebih
senang apabila dipapah ataupun memegang benda disekitarnya
(kursi/tembok)
10.001Melakukan TAKSS: PM mengatakan senang mengikuti kegiatan
TAKSO: PM terlihat ceria, tersenyum, bernyanyi dan berjoget
TAKS yang di gunakan adalah memutarkankan bola dan bernyanyi
11.002Mengajarkan teknik relaksasi.S : PM mengatakan sudah
lumayan mengerti tentang teknik relaksasi.
O :
PM mengikuti apa yang diajarkan oleh pengajar.
PM kooperatif
11.252Mengevaluasi respon setelah pelaksanaan teknik relaksasiS
: PM mengatakan sudah lumayan mengerti tentang teknik
relaksasi.
O :
PM merasakan nyeri sedikit berkurang
PM merasakan rileks setelah tindakan relaksasi.
11.401Menganjurkan dan mengajak PM dalam Wisma Pandu untuk makan
bersama.S : -
O :
Ny. Su dan Tn.P tidak makan bersama dengan PM lain.
3.Rabu,
14 Feb 2015 Memberikan terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)S
:
PM mengatakan senang karena bisa mengetahui kesenangan dan
cerita kehidupan dari masing-masing PM.
O :
TAKS yang diberikan adalah mengenai goyang balon.
PM aktif dan kooperatif dalam mengikuti TAKS.
11.10Memonitor tekanan darah PMS : Ny. Ju, Ny. Ja dan Ny. Su
mengatakan merasakan nyeri kepala.O : Ny. Ju : TD = 120/70 mmHg
Tn. P : TD = 140/90 mmHg
Ny. Su : TD = 170/100 mmHg
Ny. M : TD = 140/80 mmHg
Ny. Ja : TD = 120/90 mmHg
(F) EVALUASINoHari / TglNo Dx KepEVALUASITT
1kamis,
12 Feb 20152S :
Ny. Ja mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah kaki kiri
dengan skala 3. Ny. Ju mengatakan merasakan nyeri kepala hanya saja
masih bisa ditahan (skala 3).
Ny. Su mengatakan masih merasakan nyeri kepala tapi sudah bisa
ditahan rasa sakitnya (skala 4)
O :
PM mulai tampak lebih rileks.
Beberapa PM masih mengkonsumsi obat analgetik Apabila merasakan
sakit, beberapa PM mempraktekan cara relaksasi nafas dalam.
A :
Gangguan rasa nyaman : Nyeri teratasi sebagian.P :
Lanjutkan intervensi
2.kamis,
12 feb 20153S : Ny. J mengatakan kalau ingin berjalan ke luar
Wisma meminta bantuan kepada PM lain.
Tn. P mengatakan kalau berjalan ke luar dan ke kamar mandi
secara perlahan-lahan.O :
Ny. Su terlihat dipapah oleh mahasiswa ketika berjalan pulang
dari aula ke Wisma.
A :
Risiko cidera sudah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.Selasa,
19-12-20111S :
Ny. Su mengatakan belum mau bertegur sapa dengan Ny. JaO :
Ny. Su dan Ny. Ja terlihat belum bertegur sapa.
Ny. Su terlihat masih emosi/jengkel dengan Ny. Ja Pengasuh Wisma
dan mahasiswa mencoba untuk mendamaikan Ny. Su dan Ny. Ja.A :
Gangguan hubungan interpersonal belum teratasi.
P : Lanjutkan keseluruhan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian pada PM pada tanggal 9 februari 2015 di Wisma Pandu
Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo di dapatkan hasil
untuk data fokus ketiga, diperoleh data subyektif sebagai berikut :
Pengasuh Wisma mengatakan bahwa diantara penghuni wisma kurang
terjalin hubungan yang harmonis dan menurut Ny. S pernah terjadi
perkelahian antara sesama pasien. Data objektif diperoleh data :
berdasarkan data observasi ada sesama PM yang saling menjelekkan
satu sama lain, antar sesama PM jarang duduk bersama dan pada saat
makan jarang bersama. Implementasi yang dilakukan : mengkaji
hubungan antara PM satu wisma, memberikan manajemen lingkungan yang
mendukung seperti berkumpul bersama saat makan, , memberikan TAKS
dan mengklarifikasi masalah individu yang dapat menjadikan masalah.
Hasil yang didapat selama TAKS Penerima manfaat terlihat menikmati
TAKS yang diberikan, PM terlihat tersenyum dan saling bernyanyi dan
berjoged bersama.data fokus kedua : data subjektif mengatakan empat
PM merasakan nyeri. Data objektif diperoleh data rata-rata PM di
Wisma Pandu mengalami nyeri bukan karena hipertensi dan adanya
nyeri karena hipertensi. Implementasi yang dilakukan adalah
memonitor respon nyeri verbal dan non verbal PM, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam dan mengevaluasi setelah pelaksanaan teknik
relaksasi nafas dalam, Hasil yang didapat setelah dilakukan
intervensi penerima manfaat terlihat rileks dan nyeri menjadi
berkurangData fokus ketiga ,diperoleh data subyektif sebagai
berikut : Tn P mengatakan pernah jatuh karena lantainy licin, yang
kedua Ny Ja mengatakan pernah terjatuh karena kepalanya tiba-tiba
pusing dan kaki terasa lemas. Sedangkan data objektif diperoleh, 1
PM mengalami osteoporosis sehingga berpotensi untuk cedera.
Sedangkan implementasi yang telah dilakukan adalah : memonitor
jalannya keseimbangan dan kelemahan, mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang berpotensial menyebabkan jatuh, menganjurkan pada
klien untuk memanggil seseorang jika mengalami hambatan dalam
bergerak, hasil setelah dilakukan intervensi samapai hari ke 3,
penerima manfaat mengikuti anjuran mahasiswa dan dibantu dengan
pengasuh yang selalu mengingatkan para lansia PM. S yang mengalami
gangguan keseimbangan dan kelemahan berjalan perlahan-lahan dengan
memegang benda yang bisa di gunakan peganggang agar tidak jatuh.
Rencana tindak lanjut kami delegasikan pada pengasuh wisma untuk
selalu mengingatkan dan memotivasi Penerima Manfaat agar menjaga
keamanan dan berhati-hati dalam berjalan maupun beraktifitas.BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULANBerdasarkan hasil observasi didapatkan hasil
sebagai berikut, rata-rata para PM di wisma pandu menderita masalah
keperawatan nyeri sendi maupun nyeri kepala, resiko cedera,
gangguan interpersonal. hal ini sesuai dengan materi-materi
sebelumnya yang mengatakan bahwa seorang lansia mudah sekali
terserang penyakit disebabkan karena menurunnya imunitas tubuh
seperti pernyataan sebagai berikut, seseorang yang sudah mengalami
penuaan akan mengalami suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides,1994). Hal ini juga yang menyebabkan
masalah-masalah yang terjadi pada lansia sulit sekali untuk
disembuhkan dan sering kambuh. Sehingga kelompok menetapkan tujuan
untuk lebih fokus kedalam asuhan keperawatanya untuk mempertahankan
status kesehatan PM agar tidak menurun tetapi lebih meningkatakan
status kesehatanya secara perlahan-lahan. Sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan.B. SARAN1. Bagi pihak pihak terkait yang
mengelola Penerima Manfaat bisa ikut berpartisipasi dalam
meneruskan intervensi yang telah dibuat.2. Bagi para mahasiswa
praktekan supaya lebih memahami lagi tentang kondisi para lansia
terutama untuk kasus kelolaaan ya agar lebih fokus dalam
peningkatan status kesehatan pada lansia.
3. Bagi lansia kesehatan itu perlu unuk menjaga kesehatan dan
sesering mungkin untuk mengontrol kesehatanya ke
pelayanan-pelayanan yang telah di sediakan4. Bagi para pembaca
sayangilah hidup anda, periksakan sedini mungkin kondisi kesehatana
anda sehingga kelak bisa menikmati masa tua dengan penuh
kebahagiaan. DAFTAR PUSTAKA
(1) Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta
: PT Rhineka Cipta
(2) Nugroho, W.2000. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi
3. Jakarta : EGC
(3) Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta
: EGC(4) Hernawati, I. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut
Untuk Tenaga,Kesehatan. Jakarta : Depkes(5) Suparyanto. 2010.
Konsep Lanjut Usia (Lansia) melalui www.konsep usia lanjut.com
diambil tgl. 16 Desember 2011LAMPIRANSTATUS MENTAL
Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental
Status Quesionnare (SPMSQ) didapatkan data :1) Ny.
SaPERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Gangguan intelektual sedang (5-7)
2) Ny. Ju
PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Baik (0-2)
3) Ny. Su
PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Baik (0-2)
4) Tn. P
PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Baik (0-2)
5) Ny. M
PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ :
Baik (0-2)
6) Ny. Ja
PERTANYAANJAWABAN
BETULSALAH
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapa no tlp/no rumah anda ?
5. Berapa usia anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapakah nama presiden sekarang ?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ?
9. Siapakah nama Ibu anda ?
10. 5 + 6 adalah ?
6
7
5
1
9
8
4
10
3
2
11
58