Top Banner
MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II ASKEP MIOMA UTERIDosen Pengajar : Zuliani,.S. Kep.,Ners Oleh: 1. Asmiul Adim (7311039) 2. Masitoh Ika Cahyani (7311024) 3. Nailatul Khairiyah (7311043) FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM i
35

Askep Mioma Uteri

Nov 24, 2015

Download

Documents

asuhan keperawatan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI IIASKEP MIOMA UTERI

Dosen Pengajar : Zuliani,.S. Kep.,Ners

Oleh:

1. Asmiul Adim

(7311039)2. Masitoh Ika Cahyani(7311024)3. Nailatul Khairiyah(7311043)FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG2014LEMBAR PENGESAHANMakalah Sistem Reproduksi IIAskep Mioma Uteri

Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum

Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :1. Asmiul Adim

(7311039)2. Masitoh Ika Cahyani(7311024)3. Nailatul Khairiyah(7311043)disetujui dan disahkan pada Maret 2014MENYETUJUI / MENGESAHKANDosen Pengajar dan Dosen PembimbingZuliani S.Kep.,NersKata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah " Askep Mima Uteri " ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Zuliani .S Kep.,Ners selaku dosen pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi II dan kepada segenap pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.

Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jombang, Maret 2013DAFTAR ISIHALAMAN JUDULi

Lembar PengesahaniiKATA PENGANTARiii ivDAFTAR ISI

1BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang41.2Rumusan Masalah51.3Tujuan Umum21.4Tujuan Khusus2BAB II PEMBAHASAN32.1Definisi32.2Etiologi32.3Patofisiologi dan PNP32.4Tanda dan Gejala, Manifestasi Klinis52.5Komplikasi52.6Penatalaksanaan5BAB III PNP7BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN74.1Pengkajian74.2Analisis data104.3Diagnosa keperawatan114.4Intervensi Keperawatan124.5Implementasi184.6Evaluasi194.7Pemeriksaan Penunjang19BAB V PENUTUP205.1Kesimpulan205.2Saran20DAFTAR PUSTAKA21

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKesehatan reproduksi didefinisikan sebagai kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (Manuaba, 2002).

Kesehatan reproduksi dari suatu negara seringkali dinyatakan dengan menggunakan nilai angka kesakitan reproduksi. WHO (1996) menyebutkan bahwa angka kesakitan reproduksi di negara berkembang mencapai 36% dihitung dari total beban sakit yang diderita selama masa prosuktif. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesakitan reproduksi pria yang hanya 12,5% (Katz dkk, 2007).

Penyakit reproduksi yang banyak diderita oleh wanita Indonesia adalah mioma uteri. Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Jumlah kejadiannya hampir sepertiga dari kasus ginekologi. Angka estimasi mioma uteri adalah 25%-30% pada usia reproduksi.Mioma uterus adalah pertumbuhan jinak yang berkembang dari sel-sel otot polos dalam dinding uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jugadengan istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.

Beberapa upaya pengobatan yang sampai saat ini sudah dilakukan adalah dengan pembedahan, radioterapi dan observasi ( pada myoma yang masih kecil ) dengan kontrol setiap 3-6 bulan. Peran serta perawat dalam perawatan pasca bedah / histerektomi sangat besar, bukan saja dalam hal perawatan luka bekas opersi tetapi juga kesiapan klien menghadapi kenyataan secara psikis.

1.2. Rumusan Masalah1. Apa definisi Mioma Uteri?

2. Apa etiologi Mioma Uteri?

3. Bagiamana patofisiologi Mioma Uteri?

4. Apa saja tanda dan gejala Mioma Uteri?

5. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Mioma Uteri?6. Apasaja komplikasi dari mioma uteri?7. Apa pemeriksaan penunjang Mioma Uteri?

8. Bagaimana asuhan keperawatan Mioma Uteri?

1.3. Tujuan UmumMahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan Mioma Uteri.1.4. Tujuan Khusus1. Mengetahui definisi Mioma Uteri.

2. Mengetahui etiologi Mioma Uteri.3. Mengetahui tanda dan gejala dari Mioma Uteri.4. Mengetahui patofisiologi dari Mioma Uteri.5. Mengetahui penatalaksanaan pasien Mioma Uteri.6. Mengetahui PNP dari Mioma Uteri.7. Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada Mioma Uteri8. Mengetahui asuhan keperawatan Mioma Uteri.BAB IIPEMBAHASAN1.1. DefinisiMioma uteri merupakan salah satu tumor jinak uterus yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma, atau fibroid. (Pertiwi, 2012)Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomyoma, fibromioma atau fibroid ( FKUI ,1999)Mioma uteri merupakan tumor jinak otot Rahim, di sertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak, karena otot rahimnya dominan (manuaba,2010)leiyomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, barbatas tegas (jameas,2002)Leiomeoma uterus adalah suatu tumor uterus jinak yang berbatas tegas dan tidak memiliki kapsul,terutama terbentuk dari otot dan elemen jaringan penyambung fibrosa(teddy,1994)Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa. (Sy/lvia A.P, 1994)Menurut letaknya, mioma di bagi menjadi:

A. mioma submukosum: berada di bawah endometirium dan menonjol

B. mioma intramural:mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut myometrium

C. mioma subserosum:apabila tumbuh keluar di dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Prawirohardjo, 2008)

1.2. EtiologiEtiologi belum di ketahui (FKUI,1999) , pada sebagian kasus juga ditemukan bahwa mioma berhubungan dengan genetik (keturunan). Sedangkan etiologi menurut Pertiwi, 2012 yakni tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat suatu interaksi hubungan yang rumit tentang faktor hormonal, faktor genetik, faktor pertumbuhan, dan biologi molekuler dari tumor jinak. Faktor-faktor itulah yang mungkin bertanggung jawab untuk memulai perubahan genetik yang ditemukan pada mioma termasuk kelainan intrinsik miometrium adalah peningkatan kongenital reseptor estrogen di miometrium, perubahan hormon, atau respon terhadap cedera iskemik pada saat menstruasi. Setelah dibentuk, perubahan-perubahan genetik dipengaruhi oleh hormon dan faktor pertumbuhan 1.3. PatofisiologiMioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.

1.4. Tanda dan GejalaGejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural,submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.a. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.

b. Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlag gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

c. Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosi, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tanesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebaabkan edema tungkai dan nyeri panggul.( prawirohardjo 2008 )

1.5. Komplikasi1. Pertumbuhan LeiomiosarkomaYaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.

3. Nekrosis dan InfeksiPada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. (Prawiroharjo, 1996)1.6. Penatalaksanaana. Non OperatifTidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55 % dari semua miomauteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.

GnRH agaonist (GnRHa).Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agaonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomyoma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hpofisis akan mengurangi sekresi gonado tropin yang mempengaruhi leiomioma.Pemberian GnRHa ( buseriline acetate ) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di myometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambatRadioterapi

Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).

Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.

Bukan mioma jenis submukosa

Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.b. Pengobatan operatifMiomektromi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan histerktomi. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapses uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisi uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannyaBAB IVASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI3.1 Pengkajian1. IDENTITAS2. KELUHAN UTAMAPasien mengeluh nyeriP: Nyeri semakin berat apabila melakukan aktivitas yang berlebihQ: Terasa seperti ditusuk-tusukR: Lokasi nyeri pada daerah suprapubikS: Sedang (4-7) sampai berat (8-10)T: Nyeri dapat timbul sewaktu-waktu.3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUApakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dengan gejala seperti ini.2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPada umumnya Pasien mengatakan mudah lelah, mudah nyeri.3. RIWAYAT KELUARGAAda keluarga yang mengalami kejadian mioma uteri.4. PEMERIKSAAN FISIK MENCAKUP:a. Pemeriksaan abdomen: uterus yang amat membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif, leiomioma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan. Perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri lepas dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.

b. Pemeriksaan pelvis: servik biasanya normal. Namun pada keadaan tertentu, leiomioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviksdan terlihat pada osteum servikalis. Uterus cenderung membesar dan tidak beraturan serta noduler.5. PEMERIKSAAN SISTEMa. Breath ( B1): Pola nafas efektif, ekspansi dada normal, tidak ada suara nafas tambahan. b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah bisa naik atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih dari 2 detik.c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).d. Bladder (B4):Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.Nyeri tekan pada vesika urinaria.Hematuria.e. Bowel (B5):Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal pada perut bagian bawah.KonstipasiAuskultasi : peristaltik menurun f. Bone (B6): Kelemahan ekstremitas karena gangguan sirkulasi ke ekstremitas bawah..6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. USG abdominal dan transvaginalb. Laparaskopic. Hitung darah lengkap dan Hapusan darahLeukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik. (Supriyadi, 1994)3.2 Analisis Data

Analisa dataEtiologiMasalah

DS: Pasien mengatakan nyeri suprapubikDo: Memegangi perut, skala nyeri sedang (4-7)Suhu 36,5-37,5 oCRR 24x/menitNadi 80 x/menitTD 110/50 mmHgKerusakan jaringan otot dan penekanan sistem sarafNyeri

DS: Pasien mengatakan susah buang air kecil.Do: Pada palpasi ditemukan masa pada kandung kemih.Penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnyaGangguan eliminasi urin.

DS: Pasien mengatakan kesemutan pada ekstremitas bawah.Do: akral dingin, sianosis.Hipovolemia, penurunan HbKetidakefektifan perfusi jaringan (perifer).

DS: Pasien mengatakan haus.Do: Penurunan turgor kulitSuhu > 36,5-37,5 oCRR > 16 x/menitNadi > 80 x/menitTD < 110/50 mmHgPerdarahan berulangKekurangan volume cairan

DS: Pasien mengatakan gelisahDo: Pasien tampak,

kebingungan, tampak gelisah dan resah.Suhu > 36,5-37,5 oCRR > 16 x/menitNadi > 80 x/menitTD > 110/50 mmHgKurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Ansietas

DS: Pasien mengatakan tidak begitu mengetahui kondisi kesehatan yang dialami sekarang.Do: Pasien tampak kebingungan, sering bertanya. tampak gelisah dan resah.Kurangnya informasi penyakit.Defisit pengetahuan

3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai adalah:1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan penekanan sistem saraf2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya3. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan hipovolemia, penurunan Hb.4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. 6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.3.4 Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan 1:

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan penekanan sistem sarafTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam nyeri akan berkurang.Kriteria Standart: a. Klien mengatakan nyeri berkurang.

b. Skala nyeri turun atau menjadi ringan, bahkan menghilang.Intervensi:IntervensiRasional

Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.Memudahkan tindakan keperawatan.

Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeriMengetahui perkembangan nyeri serta membantu perencanaan tindakan selanjutnya.

Ajarkan teknik relaksasiMembantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien.

Kolaborasi pemberian analgesicObat-obatan golongan analgesik dapat meredakan nyeri, termasuk nyeri pada mioma uteri.

2. Diagnosa Keperawatan 2:Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien akan dapat melakukan miksi dengan baik.

Kriteria Standart: a. Input dan output akan seimbang.b. Pasien dapat memahami terjadinya retensi urine dan bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine..Intervensi:

IntervensiRasional

Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urineMemantau perubahan pola eliminasi urin pada klien sehingga dapat mempermudah tindakan selanjutnya.

Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.Mengetahui tingkat nyeri dan massa kandung kemih.

Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.Membantu pengeluaran urin, serta mencegah urin statis.

Kolaborasi pemberian deuretik (misal, klorotiazid, hidroklorotiazid)Membantu menghambat reabsorbsi Na sehingga Na bisa menarik air keluar.

3. Diagnosa keperawatan 3:Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan hipovolemia, penurunan Hb.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam perfusi jaringan pada perifer akan kembali lancar.Kriteria Standart:

a. Pasien tidak akan mengeluh mengenai gangguan pada ekstremitas bawah.b. Akral hangatIntervensiIntervensiRasional

Observasi TTV dan HbDapat digunakan sebagai pertimbangan tindakan selanjutnya

Pantau tingkat ketidaknyamanan (nyeri) saat melakukan aktivitas, atau istirahat.Mengetahui seberapa parah gangguan perfusi

Pantau pembedaan ketajaman atau ketumpuan atau panas dinginManagemen sensasi perifer

Anjurkan agar menghindari suhu yang ekstrim pada ekstremitasMengurangi shok

Kolaborasi pemberian analgesik bila perluUntuk meredakan nyeri akibat gangguan perfusi pada daerah ekstremitas bawah

4. Diagnosa keperawatan 4:Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam kebutuhan cairan pasien akan terpenuhi.

Kriteria Standart:

a. Tanda Vital dalam batas normalb. Input seimbang dengan haluaranc. Peningkatan turgor kulitIntervensiRasional

Monitor keadaan umum pasien.Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok

Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.

Berikan oksigenasiUntuk mempertahankan supply oksigen ke seluruh tubuh.

Kolaborasi pemberian cairan intravena.Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (Hb).Untuk memantau perdarahan dan menentukan tindakan lebih lanjut

5. Diagnosa keperawatan 5:Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Kriteria Standart:a. Pasien tampak tenangb. Pasien tidak menunjukkan kegelisahanIntervensi

IntervensiRasional

Kaji tanda-tanda vitalmengetahui kondisi pasien dan untuk menentukan problem

solving yang tepat

Berikan problem solving yang tepat sesuai dengan penyebab kecemasan.Agar kecemasan pasien dapat diatasi dengan tepat

Berikan cara-cara untuk mengurangi kecemasan.Mengurangi kecemasan pasien.

6. Diagnosa keperawatan 6:Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam klien dapat memahami informasi tentang penyakitnya.

Kriteria Standart:

a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi individu kebutuhan tindakan.b. Mengidentifikasi gejala-gejalaIntervensi:

IntervensiRasional

Kaji pemahaman tentang patologi atau komplikasiMembuat data dasar pada penyuluhan kesehatan. Peningkatan gejala-gejala berat dapat menandakan kebutuhan klien.

Beikan informasi tentang gejala-gejala yang mengidentifikasi masalah mioma uteriGejala-gejala berkenaan dengan mioma uteri sangat beragam

Tinjau ulang efek samping obat.Menentukan tingkat pengetahuan klien dan memberikan informasi baru.

Kolaborasi dengan tim perawatan kesehatan dalam penyuluhan/perencanaan.Memberikan kesempatan kontinuitas dan penyelesaian perawatan.

3.5 Implementasia. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri Ajarkan teknik relaksasi Kolaborasi pemberian analgesicb. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran. Kolaborasi pemberian deuretik (misal, klorotiazid, hidroklorotiazid)c. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan hipovolemia, penurunan Hb. Observasi TTV dan Hb Pantau tingkat ketidaknyamanan (nyeri) saat melakukan aktivitas, atau istirahat. Pantau pembedaan ketajaman atau ketumpuan atau panas dingin Anjurkan agar menghindari suhu yang ekstrim pada ekstremitas Kolaborasi pemberian analgesik bila perlu d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang. Monitor keadaan umum pasien Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam. Berikan oksigenasi Kolaborasi pemberian cairan intravena. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (Hb).e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kaji tanda-tanda vital Berikan problem solving yang tepat sesuai dengan penyebab kecemasan. Berikan cara-cara untuk mengurangi kecemasan.f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit. Kaji pemahaman tentang patologi atau komplikasi Beikan informasi tentang gejala-gejala yang mengidentifikasi masalah mioma uteri Tinjau ulang efek samping obat. Kolaborasi dengan tim perawatan kesehatan dalam penyuluhan/perencanaan.3.6 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan atau penilaian akhir dari proses keperawatan yang telah dilaksanakan. Dimana perawat mencari kepastian keberhasilan dan juga mengetahui sejauh mana masalah klien dapat diatasi. Jika belum berhasil dengan baik dilakukan kajian ulang atau merevisi rencana tindakan.Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem reproduksi ini adalah : a. Nyeri dapat teratasi

b. Pasien tidak mengalami masalah dengan pola eliminasi

c. Asupan nutrisi dan cairan terpenuhi

d. Tidak mengalami gangguan sirkulasi yang dapat mengakibatkan ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer)

e. Perdarahan dapat terhenti

f. Pasien mendapatkan informasi yang tepat mengenai penyakit dan pengobatannya

g. Pasien tidak mengalami kecemasan.3.7 Pemeriksaan Penunjang1. USG abdominal dan transvaginalUltrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri. 2. Laparaskopi3. Hitung darah lengkap dan Apusan darah4. Leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.5. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik. 6. HiteroskopiDengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan. (Supriyadi, 1994)BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanMioma uteri merupakan salah satu tumor jinak uterus yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma, atau fibroid. (Pertiwi. 2012)

Menurut letaknya, mioma di bagi menjadi:

A. mioma submukosum: berada di bawah endometirium dan menonjol

B. mioma intramural:mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut myometrium

C. mioma subserosum:apabila tumbuh keluar di dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Prawirohardjo, 2008)4.2 SaranKami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini banyak ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan pembahasan dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran, kami menerima dengan lapang dadasaran dan tanggapan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini,dan kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis nantinya

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilyn E.2001.Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Jakarta : EGC.Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.Pertiwi,Kirana dkk. 2007. Hubungan Usia Menarche Dan Paritas Dengan Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Wates Kulonprogo Tahun 2007-2010. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad Bandung.1984.Obstetri Patologi.Bandung : CV. Lubk Agung.

Bobak, Irene M.2005.Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta : EGC.

Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3 Cetakan 7.Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

iv