Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan tekanan intraokuler pada mata. Oleh karena itu glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu diwaspadai. Tidak hanya itu, glaucoma juga dapat membawa kita kepada kebutaan. Contohnya pada kasus glaucoma yang terjadi di Amerika Serikat. Disana glaucoma beresiko 12% pada kebutan(Luckman & Sorensen.1980). Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Namun sesungguhnya hal ini bisa di cegah dengan pemeriksaan tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan. Jika seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan tonometri, sedang ia baru mendapati dirinya glaukoma yang sudah fatal, maka tindakan yang bisa di ambil adalah operasi. Mendengar kata ini jelas kita sudah merinding sebelum melakukannya. Apalagi hasil dari opersi belum tentu sesuai dengan harapan kita. Misal, opersi tersebut berujung pada kebutaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu, kita perlu malakukan pengukuran tonometri rutin dan juga memahami proses keparawatan pada klien glaukoma. Supaya sebagai perawat tentunya kita dapat menegakkan asuhan keperawatan yang benar. Seluruh indera kita memberikan informasi yang spesifik yang kemudian akan disatukan dan diolah diotak menjadi suatu informasi yang lengkap yang kemudian akan mempengaruhi 1
40

askep glaukoma.docx

Sep 27, 2015

Download

Documents

Yonda Yunanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan tekanan intraokuler pada mata. Oleh karena itu glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu diwaspadai. Tidak hanya itu, glaucoma juga dapat membawa kita kepada kebutaan. Contohnya pada kasus glaucoma yang terjadi di Amerika Serikat. Disana glaucoma beresiko 12% pada kebutan(Luckman & Sorensen.1980).

Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Namun sesungguhnya hal ini bisa di cegah dengan pemeriksaan tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan. Jika seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan tonometri, sedang ia baru mendapati dirinya glaukoma yang sudah fatal, maka tindakan yang bisa di ambil adalah operasi. Mendengar kata ini jelas kita sudah merinding sebelum melakukannya. Apalagi hasil dari opersi belum tentu sesuai dengan harapan kita. Misal, opersi tersebut berujung pada kebutaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu, kita perlu malakukan pengukuran tonometri rutin dan juga memahami proses keparawatan pada klien glaukoma. Supaya sebagai perawat tentunya kita dapat menegakkan asuhan keperawatan yang benar.

Seluruh indera kita memberikan informasi yang spesifik yang kemudian akan disatukan dan diolah diotak menjadi suatu informasi yang lengkap yang kemudian akan mempengaruhi manusia dalam bertindak dan bagaimana memandang sesuatu.Mata, sepasang panca indera yang mempunyai fungsi sangat penting dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan sepasang mata yang berfungsi normal, kita mampu melihat dunia dan berkarya dengan baik. Mata melakukan tugas dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus, sehingga suatu saat bisa mengalami penyusutan fungsi. Tak sedikit yang harus menggunakan bantuan seperti kacamata, lensa kontak dan bahkan terapi lasik yang mulai familiar saat ini.

Untuk tetap dapat melihat dengan jelas dan jeli, kita memang harus menjaga fungsi normal mata. Apalagi sekarang banyak hal yang dapat merusak dan mengurangi kejernihan pandangan, seperti debu, polusi udara, terlalu lama menonton televisi dan melihat layar monitor. Hal seperti ini dapat menyebabkan berbagai keluhan pada mata seperti mata merah, pandangan kabur atau keluhan lain yang harus diatasi dengan benar.

B. Tujuan Tujuan UmumUntuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Glaukoma Tujuan KhususDiharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi : Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Glaukoma Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Glaukoma Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Glaukoma Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan dengan Glaukoma.

C. Manfaat PenulisanDengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk lebih mendalami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Glaukoma

D. Metode Pengumpulan DataDalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu denganmengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok.

E. Sistematika PenulisanMakalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Glaukoma.BAB III : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IIPEMBAHASANA. Konsep Dasar Medik1. DEFINISI Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

2. KLASIFIKASIGlaukoma diklasifikasikan dalam dua kelompok: sudut terbuka dan penutupan sudut (dahulu disebut sudut tertutup). Pada glaukoma sudut terbuka, humor aqueus mempunyai akses bebas ke jaring-jaring trabekula dan ukuran sudut normal. Pada glaukoma penutupan sudut, iris menutupi jaring-jaring trabekula dan membatasi aliran humor aqueos ke luar kamera anterior. Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaukoma primer (penyebab tak diketahui, biasanya bilateral dan mungkin diturunkan) dan glaaukoma sekunder (penyebabnya diketahui).

Klasifikasi glaukoma meliputi yang berikut: Glaukoma sudut terbuka :PrimerTegangan-normalSekunder Glaukoma penutupan sudutPrimer1. Dengan sumbatan pupila. Akutb. Subakutc. Kronik2. Tanpa sumbatan pupilSekunder1. Dengan sumbatan pupil2. Tanpa sumbatan pupil Glaukoma dengan mekanisme kombinasi Glaukoma pertumbuhan/congenital

Glaukoma primerGlaukoma sudut terbuka primer (dahulu disebut glaukoma simpel atau sudut luas) ditandai dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas. Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya prubahan meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.Glaukoma penutupan sudut primer adalah akibat defek anatomis yang menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Individu yang menderita glaukoma penutupan sudut primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali terjadi penutupan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi, menggulung ke sudut dan menyumbat aliran keluar humor aqueos dari trabekulum. Atau mereka mengalami episode yang dipresipitasi oleh dilatasi pupil moderat atau miosis pupil yang jelas.Kejadian tersebut dapat terjadi selama dilatasi pupil ketika berada di ruangsn gelap atau obat yang menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bisa pula terjadi akibat rasa akut atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat topikal atau sistemik (vasokonstriktor, bronkodilator, penenang dan anti-Parkinson).Aktivitas, seperti membaca, yang memerlukan gerakan lensa ke dapan dan terapi miosis juga dapat merupakan faktor presipitasi. Episode glaukoma dapat terjadi pada orang dengan predisposisi anatomis yang sbelumnya mempunyai hasil pemeriksaan mata yang sama sekali normal atau yang sebelumnya tidak mengalami gejala sama sekali. Individu dengan riwayat keluarga glaukoma jenis ini harus menjalani pemeriksaan lampu slit dan gonioskopi untuk mengevaluasi sudut kamera anteriornya.Glaukoma penutupan sudut akut merupakan kegawatan medis yang cukup jarang yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan yang bermakn. Peningkatan tekanan mengganggu fungsi dehidrasi permukaan endotel korne, mengakibatkan edema korne. Iris sentral biasanya melekat di atas permukaaan anterior lensa, yag dapat mengakibatkan sedikit tahanan terhadap aliran humor aqueos dari kamera posterior melalui pupil ke kamera anterior. Ketika aliran melalui pupil terhambat (sumbatan pupiler) oleh lensa, peningkatan tekanan di kamera posterior yang di akibatkannya akan menggembungkan iris perifer ke dapan dan mengadakan kontak dengan jaring-jaringtrabekula. Temuan ini dinamakan iris bombe. Keadaan ini akan mempersempit atau bahkan menutup sama sekali sudut kamera anterior dan menyebabkan peningkatan TIO.Cahaya yang dilihat dari sisi lateral mata dapat memperlihatkan kamera anterior yang dangkal (