Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian EDISI 19/01/2019 Merger BTPN-SMBC dan Sikap Dovish The Fed Mendorong Rupiah ke Level di Bawah Rp. 14.000 LAPORAN PASAR HARIAN Kamis, 31 Januari 2019 • Pada penutupan perdagangan Kamis (31/01) Rupiah mengalami penguatan sebesar 1,06% dibandingkan penutupan Rabu (30/01) mencapai level Rp13.973. Secara YTD, Rupiah pada penutupan hari ini berada pada posisi menguat sebesar 2,98%. Penguatan ini sejalan dengan menguatnya indeks dollar AS sebesar 0,05%. Negara yang juga mengalami penguatan di kawasan adalah Malaysia (0,27%), Filipina (0,32%), Thailand (0,06%), Vietnam (0,01%) dan China (0,23%) pada hari ini. • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bersama dengan sebagian besar bursa saham di Asia mengalami penguatan. IHSG menguat 1,06% pada penutupan hari ini (31/01), berada di level 6.533. • Sejak awal 2019, risiko gagal bayar yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) 5 Tahun sudah mulai menurun termasuk Indonesia. CDS Indonesia pada Kamis (31/01) berada di level 119, 747 atau turun 17,01% YTD. • Yield Obligasi Indonesia 10T berada di level 8,00%, sedangkan Yield Obligasi US 10T berada di level 2,66. • Pada penutupan pasar Kamis (31/01), harga CPO mengalami penurunan di level 2,200 MYR/MT. Seiring dengan harga CPO, harga WTI juga mengalami penurunan sehingga berada pada level 54,818 USD/Barrel. Sementara itu, gas alam dan harga Brent mengalami peningkatan masing-masing menjadi 2,910 USD/MMBTu dan 61,85 USD/Barrel. Batubara tetap pada level 99,3 USD/MT • Peristiwa Domestik dan Global: • Penguatan Rupiah yang mencapai level di bawah 14.000 (terakhir dicapai pada 20 Juni 2018 dan merupakan penguatan terkuat dibanding mata uang asia lainnya) disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu tercatat adanya capital inflow sebesar 14,6 triliun Rupiah pada tanggal 30 Januari 2019 (terbesar sejak April 2015) disebabkan oleh adanya proses merger antara BTPN dan SMBC dengan nilai transaksi sebesar 14,28 triliun Rupiah dan juga adanya pengumuman The Fed mengenai keputusan untuk tidak menaikan suku bunga sampai adanya kenaikan tingkat inflasi. Pernyataan sikap dovish The Fed juga berpengaruh terhadap penguatan mata uang lain di Asia. • Perkembangan arus modal hari ini (31/1) ditutup dengan adanya capital outflow sebesar 11,39 triliun Rupiah yang disebabkan oleh adanya pembelian saham PT Holcim Indonesia, yang sebelumnya dimiliki oleh pihak asing, oleh PT Semen Indonesia dengan nilai transaksi sebesar 12,9 triliun Rupiah. • Italia resmi mengalami resesi setelah dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2% di Q4 dan -0,1% di Q3 2018) • Aktivitas manufaktur Tiongkok mengalami sedikit perbaikan di tengah ketidakpastian kesepakatan perdagangan dengan AS. Hal ini ditunjukan dengan adanya kenaikan Purchasing Managers Index Tiongkok dari angka 49,4 pada Desember 2018 menjadi 49,5 di bulan Januari 2019, meskipun angka tersebut masih berada di bawah standar kontraksi (50) Sumber: CNBC, Bloomberg, Bisnis
9
Embed
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Deputi Bidang ... · adanya proses merger ... ditutup dengan adanya capital outflow sebesar 11,39 triliun Rupiah yang disebabkan oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian EDISI 19/01/2019
Merger BTPN-SMBC dan Sikap Dovish The Fed Mendorong Rupiah ke Level di Bawah Rp. 14.000
LAPORAN PASAR HARIANKamis, 31 Januari 2019
• Pada penutupan perdagangan Kamis (31/01) Rupiah mengalami penguatan sebesar 1,06% dibandingkan penutupan Rabu (30/01) mencapai level Rp13.973. Secara YTD,
Rupiah pada penutupan hari ini berada pada posisi menguat sebesar 2,98%. Penguatan ini sejalan dengan menguatnya indeks dollar AS sebesar 0,05%. Negara yang juga
mengalami penguatan di kawasan adalah Malaysia (0,27%), Filipina (0,32%), Thailand (0,06%), Vietnam (0,01%) dan China (0,23%) pada hari ini.
• Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bersama dengan sebagian besar bursa saham di Asia mengalami penguatan. IHSG menguat 1,06% pada penutupan hari ini (31/01),
berada di level 6.533.
• Sejak awal 2019, risiko gagal bayar yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) 5 Tahun sudah mulai menurun termasuk Indonesia. CDS Indonesia pada Kamis (31/01)
berada di level 119, 747 atau turun 17,01% YTD.
• Yield Obligasi Indonesia 10T berada di level 8,00%, sedangkan Yield Obligasi US 10T berada di level 2,66.
• Pada penutupan pasar Kamis (31/01), harga CPO mengalami penurunan di level 2,200 MYR/MT. Seiring dengan harga CPO, harga WTI juga mengalami penurunan sehingga
berada pada level 54,818 USD/Barrel. Sementara itu, gas alam dan harga Brent mengalami peningkatan masing-masing menjadi 2,910 USD/MMBTu dan 61,85 USD/Barrel.
Batubara tetap pada level 99,3 USD/MT
• Peristiwa Domestik dan Global:
• Penguatan Rupiah yang mencapai level di bawah 14.000 (terakhir dicapai pada 20 Juni 2018 dan merupakan penguatan terkuat dibanding mata uang asia lainnya)
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu tercatat adanya capital inflow sebesar 14,6 triliun Rupiah pada tanggal 30 Januari 2019 (terbesar sejak April 2015) disebabkan oleh
adanya proses merger antara BTPN dan SMBC dengan nilai transaksi sebesar 14,28 triliun Rupiah dan juga adanya pengumuman The Fed mengenai keputusan untuk tidak
menaikan suku bunga sampai adanya kenaikan tingkat inflasi. Pernyataan sikap dovish The Fed juga berpengaruh terhadap penguatan mata uang lain di Asia.
• Perkembangan arus modal hari ini (31/1) ditutup dengan adanya capital outflow sebesar 11,39 triliun Rupiah yang disebabkan oleh adanya pembelian saham PT Holcim
Indonesia, yang sebelumnya dimiliki oleh pihak asing, oleh PT Semen Indonesia dengan nilai transaksi sebesar 12,9 triliun Rupiah.
• Italia resmi mengalami resesi setelah dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2% di Q4 dan -0,1% di Q3 2018)
• Aktivitas manufaktur Tiongkok mengalami sedikit perbaikan di tengah ketidakpastian kesepakatan perdagangan dengan AS. Hal ini ditunjukan dengan adanya kenaikan
Purchasing Managers Index Tiongkok dari angka 49,4 pada Desember 2018 menjadi 49,5 di bulan Januari 2019, meskipun angka tersebut masih berada di bawah standar
kontraksi (50)
Sumber: CNBC, Bloomberg, Bisnis
Nilai TukarPerubahan
(%)Malaysia Filipina Thailand Vietnam China
Indeks Dollar
Periode Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam China