KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN ANTROPOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pendidikan dilingkungan TNI AD memiliki peran dalam menyiapkan sumber daya manusia agar memiliki kriteria sebagai Prajurit Angkatan Darat yang profesional. Untuk dapat membentuk Prajurit Profesional maka diperlukan adanya pengetahuan tentang masyarakat dan budaya Indonesia yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pola pikir personel dan dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta membina potensi matra darat untuk kekuatan pertahanan negara. b. Pengetahuan tentang Antropologi perlu dimiliki oleh segenap personel TNI-AD, terutama Perwira agar mampu bertugas dan melaksanakan salah satu tugas TNI –AD yaitu membina potensi matra darat, dimana ruang lingkupnya adalah manusia atau masyarakat yang menempati suatu wilayah di darat. c. Mencermati maksud tersebut di atas, untuk memenuhi tuntutan tujuan pendidikan di lingkungan TNI AD, khususnya Pendidikan Dasar Kecabangan Kesehatan maka disusun bahan RAHASIA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KODIKLAT TNI ANGKATAN DARATPUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN
ANTROPOLOGI
BAB IPENDAHULUAN
1. Umum.
a. Pendidikan dilingkungan TNI AD memiliki peran dalam menyiapkan sumber
daya manusia agar memiliki kriteria sebagai Prajurit Angkatan Darat yang
profesional. Untuk dapat membentuk Prajurit Profesional maka diperlukan adanya
pengetahuan tentang masyarakat dan budaya Indonesia yang dapat
mempengaruhi secara langsung terhadap pola pikir personel dan dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta membina potensi matra darat untuk kekuatan pertahanan
negara.
b. Pengetahuan tentang Antropologi perlu dimiliki oleh segenap personel TNI-
AD, terutama Perwira agar mampu bertugas dan melaksanakan salah satu tugas
TNI –AD yaitu membina potensi matra darat, dimana ruang lingkupnya adalah
manusia atau masyarakat yang menempati suatu wilayah di darat.
c. Mencermati maksud tersebut di atas, untuk memenuhi tuntutan tujuan
pendidikan di lingkungan TNI AD, khususnya Pendidikan Dasar Kecabangan
Kesehatan maka disusun bahan ajaran ( Hanjar ) tentang Antropologi yang
digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar guna mendukung
tercapainya tujuan pendidikan secara berdaya dan berhasil guna.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk
dijadikan pedoman oleh tenaga pengajar dan siswa Diksarcab Kes dalam Proses
Belajar Mengajar tentang Antropologi.
RAHASIA
RAHASIA
2
b. Tujuan. Tujuan dari penyusunan bahan ajaran ini untuk memberikan
bekal pengetahuan bagi para siswa Diksarcab Kes agar lebih mengerti tentang
Antropologi.
3. Ruang lingkup dan Tata Urut. Naskah ini meliputi penjelasan tentang
Antropologi dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Antropologi sebagai ilmu.
c. Hubungan Antropologi dengan ilmu lain.
d. Sistem Kekerabatan.
e. Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi masyarakat.
f. Evaluasi
g. Penutup
4. Referensi.
a. Haviland A,William, Anthropology 4th Edition, New York, CBS College
Publishing, 1985.
b. Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta, Penerbit Rineka
Cipta,Jakarta, 2005
5. Pengertian. Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata antropos
yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau studi. Secara harafiah Antropologi
berarti ilmu atau studi tentang manusia. Antropologi mempelajari manusia sebagai
mahkluk biologis, dan sebagai makhluk sosial. Ada beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian Antropologi antara lain:
a. Keesing (1981) , Antropologi adalah kajian tentang manusia
b. Haviland (1985), Antropologi adalah studi tentang manusia dan
perilakunya, melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman
manusia
3
c. Kamus Antropologi dan Ariyono Suyono (1985), Antropologi adalah suatu
ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta
kebudayaannya
d. Koentjaraningrat (1990), Ilmu antropologi memperhatikan lima masalah
mengenai makhluk hidup yaitu :
1) Masalah Perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
2) Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia,
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
3) Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai
macam bahasa di seluruh dunia.
4) Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan
manusia di seluruh dunia.
5) Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam
kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di
seluruh bumi pada zaman sekarang ini.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, subjek dari
antropologi adalah manusia. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat, bersuku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
BAB II
ANTROPOLOGI SEBAGAI ILMU
6. Umum. Selama manusia hidup di dunia, mereka bertanya-tanya siapa
mereka sebenarnya, dari mana asalnya, dan mengapa mereka berperilaku seperti itu.
Akan tetapi, disebagian besar perjalanan sejarahnya, manusia tidak mampu
mengumpulkan kelompok data yang luas dan dapat dipercaya mengenai perilaku dan
latar belakang mereka sendiri. Oleh karena itu mereka berpegang pada sekumpulan mitos
dan cerita untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam 200 (dua ratus) tahun terakhir,
Antropologi telah menjadi pendekatan yang lebih ilmiah untuk menjawab pertanyaan yang
telah dikemukakan orang tentang dirinya sendiri. Secara sederhana Antropologi telah
menjadi ilmu untuk mempelajari atau studi tentang umat manusia. Dengan menggunakan
pendekatan ilmiah, antropologi berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang
4
bermakna tentang makhluk manusia dan perilakunya, dan untuk mendapatkan pengertian
yang tidak berprasangka terhadap keanekaragaman manusia.
7. Metode Ilmiah Antropologi. Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan
adalah semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu
kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu pengetahuan bukanlah ilmu,
melainkan hanya suatu himpunan pengetahuan saja mengenai berbagai gejala alam atau
masyarakat, tanpa adanya kesadaran mengenai hubungan antara gejala-gejala yang ada.
Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai para ahli dalam ilmu yang bersangkutan melalui
3 (tiga) tingkat yaitu :
a. Pengumpulan Data/Fakta. Dalam ilmu Antropologi kegiatan ditingkat ini
adalah pengumpulan data mengenai kejadian dan gejala masyarakat serta
kebudayaan untuk diolah secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktifitas pengumpulan
fakta disini terdiri dari berbagai metode, yaitu observasi, mencatat, mengolah, dan
mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pada
umumnya metode-metode pengumplan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat
dibagi dalam 3 (tiga) golongan yang masing-masing mempunyai perbedaan
yaitu:
1) Penelitian di lapangan. Dalam penelitian lapangan seorang
peneliti harus menunggu saat terjadinya gejala yang menjadi obyek
pengamatannya. Seorang peneliti harus secara langsung melibatkan diri
dengan obyeknya
2) Penelitian di laboratorium. Dalam penelitian laboratorium gejala itu
dapat dibuat atau disengaja oleh peneliti.
3) Penelitian di perpustakaan. , Dalam penelitian perpustakaan gejala
itu harus dicari dari bahan yang ada beratus ribu buku yang beraneka
ragam. Dalam penelitian di perpustakaan dan laboratorium peneliti tetap
berada diluar, tidak melibatkan dirinya secara langsung dengan obyek yang
di telitinya.
Untuk Antropologi Budaya penelitian di lapangan merupakan cara yang
terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta, yang juga perlu ditunjang dengan
penelitian perpustakaan. Metode-metode penelitian di laboratorium untuk ilmu-ilmu
alam dan teknologi, merupakan metode pengumpulan fakta yang umum, hampir
5
tidak berarti dalam Antropologi Budaya, tetapi merupakan metode yang penting
bagi Antropologi Biologi/Fisik.
Dalam penelitian di lapangan seorang peneliti secara langsung berhadapan
dengan masyarakat yang ditelitinya untuk mendapatkan keterangan mengenai
suatu gejala kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Selain dengan cara
mengamati obyeknya, sebagian besar bahan keterangan diperlolehnya dari
masyarakat yang menjadi informannya. Para peneliti Antropologi Budaya umumnya
sangat tertarik pada tindakan dan tingkah laku manusia, berhubungan dengan
kelompok-kelompok kecil yang biasanya tidak melebihi 3000 (tiga ribu) orang, yang
dipilihnya agar mereka sedapat mungkin diteliti secara khusus dan mendalam
mengenai segala aspeknya. Peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan
fakta yang bersifat kualitatif, terutama metode-metode wawancara dan catatan-
catatan hasil wawancara. Catatan-catatan hasil wawancara yang terkumpul
kemudian harus disusun sedemikian rupa sehingga orang lain dapat menggunakan
dan mengolahnya menjadi teori-teori tentang suatu kebudayaan, atau untuk
menambah pengetahuan peneliti lain yang juga bermaksud mengunjungi daerah
yang bersangkutan. Contoh seorang peneliti mengamati dan mencatat semua
keterangan dalam masyarakat X yang ditelitinya, melihat orang sedang memarahi
saudaranya yang lebih muda, dimana orang yang lebih muda hanya
mendengarkan dan tidak berani membantah. Dari seorang informan, si peneliti
mengetahui bahwa orang dalam masyarakat tersebut harus patuh dan menghargai
orang yang lebih tua, dan apabila sedang berjalan atau berpapasan dengan
seseorang yang lebih tua maka yang lebih muda harus terlebih dahulu memberi
hormat. Dari peristiwa yang diamatinya, dan dari keterangan-keterangan yang
diperolehnya, akan dicatat dan dihimpun, kemudian peneliti membuat suatu
pernyataan deskriptif sebagai berikut ; ” Dalam masyarakat X, orang lebih tua
berkedudukan lebih tinggi daripada saudaranya yang lebih muda”.
Semua metode yang digunakan yaitu sejak melakukan pengumpulan bahan
tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai metode untuk mengolah bahan yang
akhirnya menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan bidang
deskriptif dari Antropologi yang disebut Etnografi. Istilah yang berarti “deskripsi
tentang Ethnos (suku bangsa), selain mengandung arti seluruh metode Antropologi
deskriptif, juga berarti bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan suatu
pelukisan tentang kehidupan suatu masyarakat dan kebudayaan di suatu daerah.
Buku pedoman yang dipakai sebagai pegangan oleh seorang peneliti etnografi
6
adalah “ A Handbook Of Methods In Cultural Anthropology (1970) karya R. Naroll
dan R. Cohen.
b. Penentuan Ciri-Ciri Umum dan Sistem. Penentuan ciri-ciri umum serta
sistem merupakan suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah, yang bertujuan untuk
menentukan ciri-ciri umum dan sistem yang digunakan dalam menganalisa fakta-
fakta yang telah terkumpul dalam suatu penelitian. Pada tahap ini digunakan
metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama dan umum diantara beragam
fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia.
Proses berpikir pada tahap ini berlangsung secara induktif, yaitu dari pengetahuan
tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang nyata, kepada konsep-konsep
mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak. Dalam Antropologi, yang menggunakan
bahan berupa fakta-fakta dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang
sangat berbeda-beda, harus menggunakan metode komparatif/perbandingan untuk
mendapatkan suatu ciri umum yang biasanya dimulai dari metode klasifikasi. Dalam
menghadapi suatu obyek yang beraneka ragam, terlebih dahulu harus berusaha
menguasai keaneka ragaman itu, lalu ia harus menciutkannya sedemikian rupa
sehingga hanya ada beberapa perbedaan pokok saja. Dalam ilmu-ilmu alam, ciri-ciri
umum dan sistem fakta-fakta alam, akan ditentukan dengan cara mencari
perumusan yang menyatakan berbagai hubungan yang mantap antara fakta-fakta
tersebut. Hubungan itu biasanya adalah hubungan kovariabel (apabila suatu fakta
berubah dengan cara tertentu, maka fakta-fakta lain yang berhubungan dengan
fakta tersebut juga akan berubah) atau hubungan sebab-akibat (apabila suatu fakta
dapat meyebabkan terjadinya, berubahnya, atau hilangnya fakta lain). Perumusan
yang menyatakan hubungan-hubungan yang mantap antara berbagai fakta alam
disebut kaidah alam. Mengenai kemungkinan adanya kaidah-kaidah tentang tingkah
laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat masih ada pendapat atau anggapan
yang bertentangan, ada yang mengatakan bahwa fakta-fakta tingkah laku manusia
tidak mungkin dirumuskan dalam kaidah-kaidah yang mantap, tetapi ada pula yang
mengatakan bahwa sampai suatu batas tertentu hal itu mungkin terjadi.
merumuskan kaidah-kaidah tentang hubungan antara fakta dan kekuatan yang
mendorong kehidupan suatu masyarakat dan kebudayaan. Antropologi hanya dapat
mencapai suatu pengertian tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan.
7
c. Verifikasi. Metode-metode yang digunakan untuk melakukan verifikasi
dilakukan dalam kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup, terhadap
kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau kaidah-kaidah yang dimaksudkan untuk
memperkuat pengertian yang telah ada. Proses berpikir dalam melakukan pengujian
dilakukan secara deduktif, yaitu perumusan umum ke fakta-fakta yang ada.
Pengetahuan dalam Antropologi yang lebih banyak berdasarkan pengertian
daripada kaidah, menggunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif,
yang dimaksudkan untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya
secara rinci pada kenyataan yang ada di masyarakat. Pada metode-metode
kuantitatif, verifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sebanyak mungkin fakta
dari kejadian-kejadian dan gejala-gejala sosial budaya yang sama atau
menunjukkan persamaan yang mendasar, yang disebut metode statistik. Metode
statistik merupakan metode yang sangat penting bagi Antropologi, meskipun pada
era terdahulu memang jarang digunakan.
8. Tenaga Ahli, Lembaga, Majalah dan Prasarana Antropologi. Kehidupan ilmiah
suatu cabang ilmu pengetahuan dapat dikatakan”hidup” apabila para ahli ilmu
pengetahuan tersebut melakukan kegiatan-kegiatan penelitian untuk memecahkan
berbagai macam masalah dibidang tersebut. Karena suatu penelitian memerlukan
pendanaan yang besar, maka untuk menyokong kegiatan-kegiatan penelitian diperlukan
kehadiran lembaga atau badan-badan yang dapat menopang kegiatan tersebut. Tugas
lembaga ilmiah yang utama pada umumnya adalah menyelenggarakan pertemuan-
pertemuan atau kongres-kongres ilmiah dan menerbitkan majalah ilmiah. Dalam suatu
pertemuan konggres para peneliti berkesempatan bertukar pikiran. Selain metode ilmiah,
suatu cabang ilmu pengetahuan dilengkapi dengan :
a. Tenaga Ahli. Para ahli Antropologi bermunculan sesuai perkembangan zaman
atau situasi kehidupan masyarakat.
1) Fase Pertama. Pada mulanya Antropologi belum memiliki tokoh-tokoh
ahli, pengetahuan mengenai masyarakat merupakan kisah pengalaman
atau perjalanan para musafir, pelaut, para penyiar agama nasrani atau
pegawai pemerintah penjajah, ketika mereka berkunjung ke daerah-daerah
tersebut.Seorang pengarang etnografi golongan musafir adalah A, Bastian
seorang dokter kapal yang menuliskan etnografi masyarakat di Afrika
8
Barat, India, Cina, Australia, Kepulauan Oseania, Meksiko dan Amerika
Lattin. Bastian juga menulis etnografi mengenai kebudayaan berbagai
suku bangsa di Indonesia dalam 3(tiga) Jilid.
Pengarang etnografi kuno golongan penyiar agama Nasrani
sangat banyak jumlahnya antara lain Pendeta Katolik Perancis, J.F.Lafitau.
Ia menulis buku etnografi klasik (1724 M) tentang kebudayaan suku-
suku bangsa Indian penduduk daerah sungai St. Lawrence di Amerika
Utara dan Kanada Timur. Pengarang etnografi dari kalangan pejabat
pemerintah penjajah banyak jumlah ,diantaranya adalah Thomas S.
Rafless yang pernah menjabat Letnan Jenderal Gubernur di Indonesia
antara tahun 1811 sampai dengan1815. Rafless menulis 2(dua) jilid buku
etnografi tentang kebudayaan Jawa yang terbit dalam tahun 1817 M.
2) Fase Kedua. Para ahli Antropologi pada fase ini sangat dipengaruhi
oleh teori evolusi dari Darwin. L.H. Morgan adalah salah satu ahli
Antropologi yang tertarik pada adat-istiadat dan kebudayaan suku bangsa
Indian. Ia kemudian menulis sebuah etnografi dan sebuah karangan
teoritis mengenai evolusi dalam masyarakat manusia berdasarkan data
yang dikumpulkannya dengan susunan masyarakat dari berpuluh-puluh
suku bangsa lain di dunia, dalam buku berjudul Ancient Society (1877).
Teori mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat manusia kemudian
sangat mempengaruhi teori Karl Marx mengenai evolusi masyarakat dan
tingkat-tingkat perkembangan ekonomi dan sistem kelas sosial.
3) Fase Ketiga. Para ahli Antropologi pada fase ini, terutama berasal dari
negara-negara yang memliki daerah jajahan. Para Ahli meneliti tentang
suku bangsa dan kebudayaan di luar negara-negara Eropa, guna
kepentingan negara penjajah. B. Malinowski, telah menulis sejumlah buku
antropologi tentang penduduk kepulauan Trobriand, dan M.Fortes banyak
menulis kebudayaan suku-suku bangsa Afrika Barat, khususnya Ghana
Utara.
4) Fase Keempat. Para Ahli Antropologi pada fase ini diawali kehadiran
F.Boas (1858-1942 M) dari Amerika Serikat. Boas dianggap sebagai ahli
Antropologi yang baru/berbeda dengan ahli sebelumnya yakni mempelajari
9
manusia dari beragam bentuk fisiknya, masyarakatnya, serta
kebudayaannya. Tokoh lain adalah AL.Koeber. Para ahli yang
menggunakan pendekatan psikologi (etnopsikologi) adalah Ruth Benedict,
Margaret Mead, dan R .Linton. Penelitian antropologi dalam menganalisa
proses-proses ekonomi pada masyarakat Polynesia dan Malaysia adalah
Antropolog Inggris, R.Firth. Dari fase ini berkembang Antropologi terapan
yang mempunyai tokoh-tokohnya sendiri-sendiri.
b. Lembaga-lembaga dan Majalah Antropologi. Salah satu majalah
Antropologi yang terpenting dan diperlukan oleh setiap ahli Antropologi adalah
Current Anthropology yang diterbitkan oleh University of Chicago Press, yang
memuat berita mengenai perkembangan Antropologi hampir seluruh universitas
atau pusat ilmiah terpeting di seluruh dunia. Dalam edisi tahun 1970 jilid II/3,
mencantumkan nama dan alamat dari beribu-ribu ahli antropologi dari seluruh
dunia, lengkap dengan sub-ilmu dan keahlian khusus mereka, sehingga kita dapat
berhubungan dengan para ahli itu secara langsung. Dalam edisi tahun 1965 jilid
6/5, tercantum daftar dari kurang lebih 600 lembaga, museum, organisasi atau
perkumpulan antropologi yang tersebar di 30 negara, termasuk Indonesia. Dalam
terbitan XIII tahun 1972, majalah itu memuat daftar kurang lebih 200 majalah
antropologi yang terbit di 30 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia ada
Asosiasi Antropologi Indonesia(AAI), majalah “Berita Antropologi” terbitan jurusan
Antropologi Fisip Universitas Indonesia. Pendidikan sarjana antropologi di
Indonesia terdapat di berbagai universitas, seperti Uniersitas Sumatera Utara,
Universitas Andalas, Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas
Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas
Hasanudin, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Cenderawasih Papua.
c. Prasarana Antropologi. Prasarana antropologi sebagai ilmu yaitu Kamus
dan Atlas Antropologi.
1) Kamus. Suatu hal yang sangat penting dalam suatu ilmu adalah
kamus, yang memuat istilah-istilah dari semua konsep dan bahan yang
dikenal dan dipakai dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Dalam
antropologi selain sebuah kamus susunan C. Winick, Dictionary of
Antrhopology (1958), telah ada pula kamus Dictionary of Anthropology karya
W.L Lindig dan kamus-kamus mengenai istilah ilmiah dalam 6 (enam)
10
bahasa, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang dan Rusia yang
disusun dibawah redaksi G. Mostny berjudul Multilingual of Glossary
Anthropologi Term. Sejak tahun 1980 dalam bahasa Indonesia telah disusun
Kamus Istilah Antropologi oleh Tim Ahli Antropologi dari Universitas
Indonesia.
2) Atlas. Seperti halnya Ilmu bumi, Antropologi sangat membutuhkan
atlas dunia guna mengetahui lokasi suku-suku bangsa di seluruh dunia.
Dalam kepustakaan Antropologi memang ada atlas yang sudah menjadi
barang antik, karya G.Gerland, berjudul Atlas Der Voelkerkunder yang terbit
1892, yang kini sudah sulit diperoleh. Atlas yang terbit sesudahnya berjudul
Die Grosse Volkerkunder, yang terbit tahun 1930, karya ahli geografi
Jerman, H.Bernetzik. R.F Spencer dalam tahun 1956 menerbitkan suatu
atlas kecil berjudul An Ethno-Atlas. Ahli Antropologi Indonesia, Junus
Melalatoa, tahun 1990 menyusun suatu ensiklopedia etnik Indonesia.Tahun
1968, ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat menyusun Atlas Etnografi
Sedunia dalam bahasa Indonesia.
9. Jenis Cabang Ilmu Antropologi. Ilmu antropologi telah berkembang begitu luas
ruang lingkup maupun batas lapangan kajian yang diteliti. Ilmu Antropoogi paling tidak
mempunyai 5 (lima) perhatian penelitian atau kajian khusus yaitu; (1) Masalah sejarah
dan perkembangan manusia (evolusinya) dipandang dari segi biologi, (2) Masalah sejarah
terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya, (3) Masalah sejarah
asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia, (4)
Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia,
(5) Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-
masyarakat suku bangsa di dunia. Lapangan penelitian yang bermaksud memecahkan
kelima masalah tersebut diatas sangat luas sehingga untuk setiap masalah diperlukan
ahli-ahli khusus dengan penjurusan khusus pula. Ilmu Antropologi berkembang menjadi
2(dua) kajian yaitu Antropologi Biologi dan Antropologi Budaya.
a. Antropologi Biologi. Antropologi Biologi mempelajari atau melakukan
pengkajian tentang manusia sebagai organisme biologis. Paleoantropologi adalah
ilmu bagian antropologi yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi
manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil manusia)
yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.
11
Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba memahami
sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri
tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh manusia yang tampak dari
lahir atau fenotipik (seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks
tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh)
maupun ciri-ciri tubuh yang “dalam” atau genotipik (seperti misalnya frekuensi
golongan darah). Dengan cara itu manusia dapat dikelompokkan ke dalam
berbagai golongan tertentu (yaitu ras) berdasarkan persamaan ciri-ciri tubuh yang
terdapat pada sebagian besar individu. Ahli Antropologi Fisik modern
menggunakan pengetahuan genetika dan biokimia untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang variasi umat manusia dan tata cara orang menyesuaikan diri
dengan lingkungannya yang beraneka ragam. Faham mengenai Ras itu dicapai
dengan mengklasifikasikan beragam ciri tubuh manusia yang sering disebut
dengan somatologi.
b. Antropologi Budaya. Antropologi Budaya mempelajari atau mengkaji
tentang pola-pola kehidupan masyarakat. Prehistori/prasejarah mempelajari
sejarah perkembangan dan penyebaran kebudayaan manusia sebelum mengenal
tulisan. Suatu bangsa yang tidak mengenal tulisan tentu tidak dapat menyatakan
kejadian-kejadian atau peristiwa dalam masyarakat dan kebudayaannya. Zaman
sebelum manusia mengenal tulisan disebut zaman prehistori atau prasejarah. Sub-
ilmu prasejarah seringkali juga dinamakan ilmu arkeologi, namun berbeda dengan
arti ilmu arkeologi di Indonesia, dimana arkeologi diartikan sebagai sejarah dan
kebudayaan zaman prasejarah Indonesia, yang dilanjutkan sampai zaman masa
jatuhnya negara-negara Hindu dan lenyapnya kebudayaan Hindu-Indonesia. Ilmu
prasejarah Idonesia masih sangat muda dimulai disekitar tahun 1920, dengan
penelitian-penelitian para ahli arkeologi,yaitu A.J.J T a. T. Van der Hoop dan C.T
van Stein Callenfels. Sekarang ini ilmu prasejarah di Indonesia resmi masuk dalam
ilmu arkeologi, hal ini berbeda di universitas serta lembaga ilmiah di negara lain.
Ilmu Presejarah Indonesia tidak merupakan bagian dari ilmu Antrolpologi.
Etnolinguistik atau antropologi linguistik mengkaji atau meneliti daftar kata-kata dan
deskripsi tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di
berbagai tempat di muka bumi, yang berkembang berbagai metode analisa
kebudayaan dan metode untuk menganalisa serta mencatat bahasa-bahasa yang
tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah
12
dalam ilmu linguistik umum, namun demikian ilmu etnolinguistik menjadi bagian
dari ilmu antropologi.
Etnologi adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari asas-asas manusia
dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku-suku bangsa yang tersebar
diseluruh dunia. Hasil penelitiannya dinamakan etnografi. Ahli etnologi mempelajari
kebudayaan manusia ditinjau dari sudut komparatif atau historis dengan
mengadakan observasi secara langsung kepada masyarakat yang diteliti. Etnografi
mendeskripsikan suatu kebudayaan suatu suku bangsa. Selain meneliti kebudayaan
yang telah lewat seorang etnolog juga mengkaji kebudayaan-kebudayan
zaman sekarang.
Etnopsikologi adalah bagian dari ilmu antropologi yang menggunakan konsep-
konsep psikologi dalam analisanya. Hal ini dikarenakan timbulnya perhatian para ahli
antropologi terhadap; (1) Kepribadian bangsa, (2) perasaan individu dalam proses
perubahan adat-istiadat,(3) Nilai universal dari konsep-konsep psikologi.
Meski pada tahun 1930 dengan menggunakan metode antropologi, ahli
antropologi Inggris R.Firth mulai meneliti gejala-gejala ekonomi pedesaan,
penumpukan modal, pengerahan tenaga, sistem produksi, serta pemasaran hasil
pertanian dan perikanan yang dilakukan terhadap masyarakat Oseania dan
Malaysia, yang melahirkan spesialisasi antropologi ekonomi, namun perkembangan
spealisasi antropologi baru berkembang setelah berakhirnya perang dunia II, karena
adanya pembangunan di negara-negara berkembang. Konsep-konsep dan teori-teori
antropologi dipergunakan dalam mempelajari dan menganalisa masalah-masalah
yang menyangkut pembangunan pedesaan, masalah sikap petani terhadap teknologi
baru, dan lain-lain permasalahan yang menyangkut masyarakat terkait
pembangunan.
Masalah pendidikan yang juga banyak ditemukan di negara-negara
berkembang, yang erat kaitannya dengan pembangunan pedesaan, mendorong
timbulnya spesialisasi ilmu antropologi pendidikan. Masih dalam rangka
pembangunan pedesaan, sering kali ahli antropologi diminta oleh para dokter ahli
kesehatan masyarakat atau dokter ahli gizi untuk membantu mereka dalam hal
meneliti atau memberi data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang,
sakit, sehat, dukun, obat tradisional, kebiasaan dan pantangan makan, dan lain-lain
sehingga timbul antropologi kesehatan.
Pembangunan desa juga menimbulkan masalah-masalah penggunaan tanah-
tanah adat atau ulayat, penyakit-penyakit pembangunan seperti kriminalitas, dan
13
kondisi ini menimbulkan spelsialisasi Antropologi yaitu Antropologi Hukum.
Pembangunan ekonomi masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari proses-proses
perubahan dan perkembangan politik yang terjadi. Masalah-masalah politik yang
sebenarnya menjadi kajian ahli ilmu politik, kemudian tidak dapat dipelajari atau dikaji
tanpa memperhatikan latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma dari
orang-orang yang melaksanakannya, maka munculah spesialisasi Antropologi politik.
Spesialisasi antropologi yang baru berkembang adalah Antropologi psikiatri,
diantara berbagai penyakit jiwa yang diobati para dokter ahli jiwa ada yang tidak
disebabkan karena adanya kerusakan dalam otak atau organisma, melainkan karena
tertekannya jiwa dan emosi sipenderita, yang diakibatkan peranan aspek sosial
budaya sebagai latar belakang penyakitnya. Penelitian-penilitian mengenai masalah
latar belakang sosial budaya pada penyakit jiwa, menyebabkan timbulnya antropologi
psikiatri.
BAB III
HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU LAIN
10. Umum. Antropologi bukan satu-satunya disiplin ilmu yang mempelajari
tentang manusia. Antropologi mempunyai tujuan yang sama dengan ilmu sosial lainnya
dan ilmu alam. Antropologi mempunyai hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu lain