Top Banner
MAKALAH ANTROPOLOGI SOSIAL “MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN EKOLOGI DARI ASPEK ANTROPOLOGI SOSIAL” Oleh : KELOMPOK 33 Izal Puji Santoso I1A114211 Nindi Elsa I1A114083 Rahmada Devi I1A114053 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
32

Antropologi Kesehatan

Feb 20, 2016

Download

Documents

Rahmada Devi

Antropologi Kesehatan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Antropologi Kesehatan

MAKALAHANTROPOLOGI SOSIAL

“MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN EKOLOGI DARI ASPEK ANTROPOLOGI SOSIAL”

Oleh :KELOMPOK 33

Izal Puji Santoso I1A114211Nindi Elsa I1A114083Rahmada Devi I1A114053

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

2015

Page 2: Antropologi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangTujuan pembangunan pada hakikatnya adalah untuk

mencapai ‘kesejahteraan bagi semua’, yakni terpenuhinya hak setiap orang untuk hidup sehat, hingga dapat meraih hidup yang produktif dan berbahagia. Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diupayakan kegiatan dan strategi dalam setiap aspek kehidupan. Bukan saja aspek kesehatan, tetapi diperlukan strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik di jajaran kesehatan, non kesehatan maupun masyarakat sendiri, guna mengendalikan faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan (1).

Unsur-unsur kebudayaan adalah meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat-masyarakat, yang merupakan hasil budi atau akal manusia. Dalam mengatasi masalah-masalah lebih berorientasi pada adaptasi dan pelaksanaan strategi terhadap keadaan social (8).

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (8).

Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan

Page 3: Antropologi Kesehatan

kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman (7).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang yaitu lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dimana lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain dengan lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan dari orang lain, dalam memecahkan berbagai masalah individu maupun masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan sekitar manusia (2).

Lingkungan atau ekologi sangat berpengaruh besar dalam status kesehatan manusia, lingkungan yang bersih sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sehat, sedangkan lingkungan yang tidak bersih atau kotor atau kumuh sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sering terserang penyakit (13).

Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupan masyarakat di daerah kita sangatlah beragam, banyak sekali masyarakat yang membudayakan hidup bersih dan pengaruh nya baik bagi mereka, di daerah tersebut sedikit sekali orang yang terserang penyakit, namun tidak sedikit juga masyarakat yang hidupnya jauh dari kebersihan bahkan bisa dikatan kumuh, banyak faktor dan berbagai hal yang menyebabkan itu terjadi, maka mereka yang hidup jauh dari kebersihan akan sangat banyak diserang penyakit. Disinilah peran petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lingkungan nya tidak bersih yaitu dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan dan cara lainya. Agar setiap jengkal wilayah dan semua manusia di negara ini bersih dan sehat (13).

Page 4: Antropologi Kesehatan

Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkah lakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara dimana tingkah lakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses umpan balik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang (13).

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan umum :

a. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai masalah kesehatan lingkungan dan ekologi dari aspek antropologi sosial

2. Tujuan khusus :a. Mengetahui konsep dasar kesehatan lingkungan dan

hubungannya dengan antropologib. Mengetahui ekologi dalam kacamata antropologic. Mengetahui ekosistem dan sistem sosial budayad. Mengetahui perhatian ekologis dari para ahli antropologi

kesehatane. Mengetahui penyakit dan evolusif. Mengetahui ekologi dan pembangunan g. Mengetahui penyakit-penyakit pembangunan

Page 5: Antropologi Kesehatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar kesehatan lingkungan dan hubungannya dengan antropologi

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Menurut (WHO, 2005) Kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (4).

Sedangkan istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, pengertian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Menurut William A Haviland, ahli Antropologi asal Amerika Serikat, Pengertian Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia. Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, ahli Antropologi Indonesia, pengertian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan

Page 6: Antropologi Kesehatan

mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang dihasilkan (5).

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya (3).

Pokok perhatian Kutub Biologi :a. Pertumbuhan dan perkembangan manusiab. Peranan penyakit dalam evolusi manusiac. Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

Pokok perhatian kutub sosial-budaya : Sistem medis tradisional (etnomedisin) Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan

profesional mereka Tingkah laku sakit Hubungan antara dokter pasien Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan

barat kepada masyarakat tradisional.

Page 7: Antropologi Kesehatan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (3).

Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkah lakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara dimana tingkah lakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses umpan-balik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang (12).

Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC, dll pada umumnya terdapat pada negara-negara berkembang, sedangkan penyakit-penyakit noninfeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.

Page 8: Antropologi Kesehatan

B. Ekologi dalam kacamata antropologiTerkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya

menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa

tinggal tanpa itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita

dipengaruhi lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita

dipengaruhi tubuh dan pikiran kita (9).

Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun

paradigma mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol

objek ekologi — masalah subyek-subyek. Namun

dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya jelas jika

kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama. Dengan

baik ditetapkan Antoine de Saint-Exupery: "Bumi mengajarkan kita lebih banyak

tentang diri kita daripada seluruh buku. Karena itu menolak kita. Manusia

menemukan dirinya sendiri saat ia membandingkan dirinya terhadap

hambatan” (9).

C. Ekosistem dan sistem sosial budayaSelama bertahun-tahun, makin banyak ahli antropologi yang

menaruh perhatian pada masalah-masalah kesehatan lingkungan biobudaya, yang paling baik dipelajari melalui apa yang disebut Bates sebagai “pandangan ekologis”. Suatu “sistem”, menurut defenisi Kamus Webster Edisi Kedua, adalah “agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang berkombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni

Page 9: Antropologi Kesehatan

sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral, dan berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam kesatuan.” Dalam ekologi keseluruhan integral adalah suatu ekosistem, “suatu interaksi antara kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan non-hidup mereka”. Pada kedua disiplin tersebut, seperti yang dinyatakan dalam defenisi kamus, ada dua pertanyaan yang mendasar semua pertanyaan. Pertanyaan pertama ada hubungannya dengan bentuk dan fungsi; yang kedua adalah masalah dinamika.

Untuk dapat terus berfungsi tanpa gangguan yang berat, baik ekosistem maupun sistem sosial-budaya harus mempertahankan suatu tingkatan integrasi minimum dan konsistensi dari dalam, suatu tingkatan yang cukup tinggi sehingga unit-unit yang terpisah-pisah dalam sistem tersebut dapat saling menyumbangkan peranannya. Bagi mahasiswa yang mempelajari ekosistem dan social-budaya, kenyataan ini amat penting karena dalam kedua disiplin tersebut, para sarjana terutama berhubungan dengan perubahan dan inovasi(9).

D. Perhatian ekologis dari para ahli antropologi kesehatanSelama bertahun-tahun semakin banyak ahli antropologi

yang menaruh perhatian pada masalah-masalah kesehatan lingkungan. Ekologi manusia, ekologi medis, ekologi sosial, ekologi penyakit dan yang lainnya sering digunakan dalam arti yang berbeda-beda dan tumpang tindih. Namun yang terpenting adalah topik, atau bidang-bidang perhatian, dan disini kita memperoleh kesepakatan umum dalam kepustakaan-

Page 10: Antropologi Kesehatan

kepustakaan antrolopologi. Kemungkinan adanya pengaruh dari lingkungan terhadap kebudayaan merupakan pemikiran yang secara relatif baru akhir-akhir ini digarap secara sungguh-sungguh. Untuk banyak ahli antropologi, lingkungan hanya dilihat sebagai faktor yang mempunyai pengaruh yang membatasi kebudayaan yaitu aktivitas tertentu mustahil terjadi pada iklim-iklim tertentu. Tapi jangkauan yang lebih jauh tidak ada sehingga lingkungan hanya dilihat sebagai sesuatu yang tak mempunyai pengaruh langsung terhadap kebudayaan (6).

Julian steward adalah salah seorang yang mula-mula menyarankan pengkajian tentang ekologi kebudayaan yaitu analisa mengenai hubungan antara suatu kebudayaan alam dengan sekitarnya atau lingkungannya. Perhatikanlah misalnya bagaimana kebudayaan dan lingkungan saling berkaitan di antara orang-orang Tsembaga yang hidup dipedalaman Irian. Mereka berbudaya horticulture yaitu terutama hidup dari hasil tanaman akar-akaran dan sayur-sayuran yang mereka tanam di kebun mereka. Mereka juga memelihara babi yang dapat memenuhi beberapa fungsi yang berguna. Meskipun babi jarng dimakan tapi babi itu menjaga kebersihan halaman karena memakan sampah-sampah dan karena tanah perkebunan dibantu dikorek oleh babi maka pengolahan tanah terbantu. Sehingga para masyarakat Tsembaga tak memerlukan pembersih sampah dan mesin pengolah tanah (7).

Dalam dunia masa kini, pendekatan ekologis adalah dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat

Page 11: Antropologi Kesehatan

kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Dalam studi-studi ekologi, kita mulai dengan lingkungan. Semua kelompok harus menyesuaikan diri dengan kondisi geografi dan iklim yang terdapat di tempat tinggal mereka dan mereka harus belajar untuk mengeksploitasikan sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penyakit, misalnya, adalah bagian dari lingkungan manusia. Kenyataannya, factor-faktor social-psikologis dan factor budaya sering memainkan peran dalam mencetuskan penyakit. Sedangkan cara-cara dimana lingkungan pasien diubah sementara ia mengalami perawatan adalah benar-benar kebudayaan (2).

Penyakit yang dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, telah mempengaruhi evolusi manusia, seperti nampak pada contoh kecepatan reproduksi ciri sel-sabit di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan kepada individu yang mempunyai sel itu suatu imunitas yang relative terhdap malaria. Nutrisi dapat dipandang juga sebagai ciri lingkungan biobudaya. Namun bagian apa dari nutrient yang tersedia dalam lingkungan tertentu, yang didefinisikan sebagai “makanan”. Nutrisi adalah juga bagian dari lingkungan social-budaya dalam situasi dimana, misalnya, pria makan lebih dulu dan menerima lebih banyak makanan yang kaya protein, sedangkan wanita dan anak-anak memperoleh sisa-sisa, sehingga seringkali hal itu mengakibatkan mereka kekurangan nutirsi yang serius(2).

Page 12: Antropologi Kesehatan

E. Penyakit dan evolusiPenyakit yang dipandang sebagai suatu unsur dalam

lingkungan manusia, telah mempengaruhi evolusi manusia, seperti nampak pada contoh kecepatan reproduksi ciri sel-sabit di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan kepada individu yang mempunyai sel itu suatu imunitas yang relative terhdap malaria. Penyakit-penyakit infeksi telah merupakan faktor penting dalam evolusi manusia selama 2 juta tahun atau lebih; melalui mekanisme evolusi dari “proteksi genetic” maka nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok. Contohnya penyakit sickle-cell anemia yang terutama menulari orang kulit hitam di Afrika Barat yang juga ternyata menyebar hingga ke Amerika(3).  

Hal ini menarik perhatian ahli antropologi kesehatan tentang bagaimana suatu penyakit tertentu yang merupakan ancaman terhadap kesehatan dapat mempengaruhi evolusi manusia. Hal itu khususnya menunjukkan karakteristik dari sisa-sisa penduduk tertua yang dikenal di Afrika Barat, yang banyak diantaranya kemudian terpaksa menyingkir ke pinggiran hutan rimba, akibat datangnya para imigran dari timur. Penduduk asli rimba raya itu hampir tidak ada yang menderita penyakit malaria. Ini disebabkan karena Anopheles gambiens, vector malaria tidak dapat berkembang di genangan air yang sangat terlindungi dari sinar matahari, seperti yang terdapat di hutan tropis(3).

Dengan adanya populasi pertanian menetap dan penebangan hutan untuk bercocok tanam, maka terciptalah kondisi yang

Page 13: Antropologi Kesehatan

ideal bagi Anopheles gambiens. Karena hutan-hutan ditebang, desa-desa menjadi permanen dan Anopheles gambiens bertambah.  Ciri sel sabit yang sudah ada di kalangan penduduk Bantu mendapat keutungan selektif terhadap gen yang bukan sel sabit karena adanya imunitas relative dan mungkin, frekuensinya bertambah secara berarti. “Gen sel sabit nampaknya merupakan respons evolusioner pada lingkungan penyakit yang berubah. Karena itu, gen ini merupakan respon genetic pertama yang diketahui terhadap peristiwa penting dalam evolusi manusia, ketika penyakit menjadi factor utama yang menentukan arah dari evolusi tersebut”(3).

Dimana adaptasi social-ekonomi menyebabkan perubahan pada lingkungan, frekuensi dari suatu gen akan berubah dalam proporsi terhadap nilai kelangsungan hidup, yang memberikan gen itu kepada pembawa penyakit, dalam ekosistem yang baru. Peningkatan frekuensi dari suatu gen yang adaptif menghilangkan pembatas lingkungan dan memberi kemungkinan perkembangan lebih lanjut bagi adaptasi social-ekonomi(6).

F. Ekologi dan pembangunan Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan

antara organisme dan lingkungan. Pembangunan merupakan tuntutan tentang sumberdaya manusia, keuangan dan sumber-sumber alam untuk memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Salah satu cabang ekologi yang mempelajari lingkungan hidup sebagai objek kajian dalam

Page 14: Antropologi Kesehatan

hubungannya dengan pembangunan adalah ekologi pembangunan. Studi ini sangat pesat perkembangannya berhubung dengan banyaknya kasus kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses pembangunan (1).

Pembangunan adalah upaya-upaya yang di arahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebh baik. Upaya-upaya untuk memperoleh kesejahteraan atau taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang dimana pun berada. Khususnya di negara berkembang, pembangunan merupakan pilihan penting dilakukan guna terciptanya kesejahteraan penduduknya. Upaya di bidang pertanian dilakukan secara ekstensifikasi dan instensifikasi. Lahan diperluas dan pupuk di tingkatkan jumlah maupun mutunya melalui sistem teknologi. Sarana-sarana infrastruktur ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor industri dibuka , bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan pertanian, tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan. Industri selain meningkatkan pedapatan, juga beperan untuk menyerap tenaga kerja (7).

Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf kesejahteraan manusia. Namun demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan. Lingkungan menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber hayati seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya bermacam-macam biota, baik spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Di samping itu,

Page 15: Antropologi Kesehatan

terjadi pula berbagai penyakit sebagai akibat dari pencemaran industry (7).

Di Jepang timbul berbagai penyakit aneh pada waktu mulai berkembangnya industri di negeri itu. Penyakit itu dikenal dengan minimata disease berupa terganggunya fungsi otak. Ada pula penyakit itai-itasi yang merusak sum-sum tulang, ginjal, dan menimbulkan kematian. Di identifikasi, penyakit tersebut berasal dari buangan pabrik ke sungai dan teluk, di mana korban pada umumnya adalah para nelayan. Contoh tersebut mewakili banyak kasus pencemaran yang terjadi dengan berbagai variannya. Hal itu merupakan studi menarik bagi ekologi pembangunan. Khususnya yang dialami negara-negara berkembang, kasus pencemaran dan kerusakan alam, tampak seakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan yang dijalankan. Lingkungan dan sumber alam menjadi objek utama dalam semua program pembangunan. Hutan, barang-barang tambang, atau pola eksploitasi atas semua aset-aset lingkungan seperti pasir, binatang-binatang liar, tumbuh-tumbuhan bahkan barang-barang antik, dan alat-alat budaya tradisional dijadikan sebagai objek untuk mencukupi kebutuhan negara dan rakyatnya. Industri dan perdaganan di arahkan sebagai alat akselerasi pembangunan, tetapi sebagian pula menjadi alat pelipatgandaan tingkat kerusakan alam dan lingkungan. Karena pembangunan yang digiatkan semuanya berbasis lingkungan dan sumber-sumber alam (4).

Page 16: Antropologi Kesehatan

Bagi negara-negara berkembang, tidak ada pilihan kecuali meneruskan pembangunan dengan tingkat risiko maha hebat bagi lingkungan dan kekayaan alamnya. Namun pembangunan, risiko yang terjadi akan lebih besar pula dibanding dengan keadaan membangun. Maka bagi negara-negara berkembang, “pembangunan” menjadi sesuatu yang bersifat “simalakama”. Membangun mempunyai resiko besar, tanpa membangun tetap pula mempuyai resiko besar. Atas dasar itulah adanya teori zero growth, yakni kebijakan yang diterapkan seluruh dunia untuk menekan pertumbuhan ekonomi dan kependudukan, sangat tidak populer bagi negara-negara berkembang (11).

Dari sudut pandang ekologi pembangunan, teori di atas dipandang tidak tepat. Karena konsep disiplin ini tidak pernah menawarkan suatu kebijakan tanpa pertumbuhan. Pembangunan dan pertumbuhan adala pilihan yang tidak perlu ditiadakan, tetapi harus dicari berbagai solusi yang signifikan: Bagaimana menekan berbagai dampak yang terjadi akibat dari pembagunan dan bagaimana supaya lingkungan dan sumber-sumer alam tidak menjadi rusak dan habis dalam program mencapai tingkat pertumbuhan(9).

Melihat dampak-dampak negatif yang ditimbulkan maka dicarilah alternatif supaya pembangunan tidak selamanya menjadi anti lingkungan. Pandangan demikian melahirkan terminologi yang selalu menempatkan ecodevelopment, yakni bila di Indonesia-kan menjadi “pembangunan berwawasan lingkungan. Ekologi pembangunan kiranya memfokuskan kajian supaya paradigma pembangunan dicakupkan kepada aspek

Page 17: Antropologi Kesehatan

lingkungan maka tidak tampak prinsip pengutamaan pembangunan. Guna mengubah orientasi dari penekanan pembangunan, maka dalam konsep pembangunan berkelanjutan terdapat penekanan yang sama terhadap aspek sosial budaya, sehingga pembangunan berkelanjutan mengandung tiga aspek: ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya (5).

Konsep pemikiran dalam hubungan antara pembangunan dengan lingkungan muncul pula secara lebih jauh dengan konsep “berkelajutan ekologi yang dicetuskan oleh A. Sonny Keraf, seorang ahli etika yang kemudian menjadi menteri lingkungan hidup 1999-2001. Konsep ini berbeda dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yakni paradigma yang dianut adalah perhatian pada pembangunan ekonomi sambil menekankan kepentingan proporsional atas aspek lingkungan dan aspek sosial budaya(9).

G. Penyakit-penyakit pembangunanPembangunan mempunyai konotasi positif. Melalui

pembangunan, pemanfaatan yang rasional atas sumberdaya manusia dan fisik dapat diperoleh, kemiskinan dapat diberantas, pendidikan dapat dinikmati dimana-mana, penyakit dapat diatasi, standar kehidupan menjadi lebih baik. Konsep pembangunan mencakup intervensi teknologi manusia terhadap keseimbangan alam. Namun demikian pembangunan juga membawa dampak negatif terutama pada kesehatan manusia. Pembangunan bendungan, pembangunan jalan raya, sekolah-

Page 18: Antropologi Kesehatan

sekolah, rumah sakit-rumahsakit, pengeboran minyak, pembukaan pabrik, dan pembangunan lain-lain menyebabkan kecepatan intervensi manusia terhadap alam menjadi semakin meningkat. Dari sinilah mulai dikenal dengan polusi udara, kekurangan sanitasi, cara hidup yang berdesakan di daerah pemukiman miskin di perkotaan (Slums Area), semuanya menimbulkan konsekuensi konsekuensi kesehatan yang belum dapat dipecahkan secara keseluruhan(7).

Pembangunan memang harus ada, karena tidak ada alternatif lain bagi dunia yang semakin padat. Namun ada pembangunan yang “baik” dan ada pembangunan yang “buruk”. Yang pertama adalah dimana pada suatu populasi tertentu terdapat keseimbangan, yaitu populasi tersebut menjadi lebih baik daripada sebelum adanya pembangunan, sedangkan yang kedua, adalah dimana keadaan populasi justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan(6).

Kebudayaan adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang (misalnya, pertanian) kemudian menimbulkan perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang diharapkan. Hampir selalu terdapat implikasi-implikasi yang tak terduga pada inovasi yang terencana, beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian tidak diinginkan. Dubos menyebutkan model implikasi yang tak terduga ini dengan istilah ekologi. Semua inovasi teknologi yang berhubungan dengan praktek-praktek industri, maupun dengan pertanian atau kedokteran, akan

Page 19: Antropologi Kesehatan

mengganggu keseimbangan alam. Kenyataannya menguasi alam sama artinya dengan mengganggu keteraturan alam (DuBos, 1965:416)(3).

Pandangan ekologi menyediakan perspektif yang ideal bagi studi mengenai perubahan-perubahan pembangunan, karena kebanyakan dari proyek-proyek yang dianalisis melibatkan intervensi terhadap alam.

Contoh-contoh tentang macam-macam masalah kesehatan yang berhubungan dengan pembangunan (3):a) Kasus penggalian terusan Panama, demam kuninglah yang

mengalahkan insinyur Perancis DeLessup dalam usahanya untuk menggali terusan; setelah dokter-dokter Amerika menemukan penyebab sakit kuning, dan setelah vektor nyamuk

b) dibasmi, barulah keadaan memungkinkan menyelesaikan terusan itu.

c) Sampai akhir-akhir ini malaria endemik telah menyebabkan banyak dataran-dataran subur tropis hampir tidak didiami.

d) Penyakit tidur yang disebabkan oleh lalat Tsetse amat membatasi eksploitasi dari banyak wilayah di Afrika.

Pembangunan yang sukses sering secara berarti menyebabkan peningkatan munculnya penyakit-penyakit tertentu, menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang sebelumnya tidak ada atau yang relatif hanya sedikit. Sebaliknya keberhasilan dalam pembasmian penyakit-penyakit infeksi, menyebabkan ledakan penduduk, yang merupakan bahaya terbesar bagi kehidupan masa depan kemanusiaan.

Page 20: Antropologi Kesehatan

Kemungkinan juga dengan adanya pertambahan penduduk, penyakit-penyakit masih juga terdapat diseluruh dunia, walaupun pengobatan modern telah menunjukkan keberhasilannya dalam pengawasan penyakit (3).

Penyakit menghambat pembangunan sehingga mendorong timbulnya perkembangan pelayanan-pelayanan kesehatan dan pengawasan penyakit, yang berdampak juga pada macam-macam pembangunan lainnya. Namun yang seringkali terjadi dibalik keberhasilan pembangunan kesehatan ini adalah justru terdapat kelebihan penduduk dan bertambahnya penyakit, sehingga siklus itupun dimulai lagi. Tidak semua penyakit secara sama dipengaruhi oleh pembangunan, walaupun tampaknya semua keseimbangan penyakit, pada tingkatan tertentu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan akibat pembangunan (3).

1. Pembangunan lembah sungai, di Mesir dan Sudan yang mengakibatkan bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama peningkatan penyakit Bilharziasis (penyakit cacing pita dari genus Schistosoma ditularkan lewat siput air) dan Ochoncerciasis (buta sungai, ditularkan oleh vektor lalat yang mengigit dibagian belakan kepala, merusak saraf mata yang mengakibatkan kebutaan.

2. Pembudidayaan tanah, di Karibia merupakan kondisi ideal bagi peningkatan pengembangbiakan jenis nyamuk anopheles yang menularkan penyakit malaria.

3. Pembangunan Jalan Raya, beberapa penyakit yang dulunya terbatas wilayahnya atau menyebar secara lambat,

Page 21: Antropologi Kesehatan

disebarkan kedaerah-daerah yang dulunya bebas penyakit, sebagai akibat dari komunikasi besar-besaran yang dimungkinkan oleh adanya jalan-jalan raya, jalan kereta api, dan lalulintas udara. Trypanosomiasis (penyakit tidur adalah salah satu penyakit yang tersebar secara luas di Afrika. Lalat tsetse merupakan vektor bagi penyakit-penyakit protosoa, yang menulari manusia dan hewan. Dengan adanya jalan-jalan baru yang menyebabkan para musafir sering beristirahat dan minum ditepi sungai dekat jalan raya, merupakan bahaya yang mengacam mereka dari gigitan lalat tsetse dan infeksi penyakit tidur.

4. Urbanisasi, Migrasi penduduk desa ke daerah-daerah pemukiman miskin yang padat diperkotaan menyebabkan timbulnya berbagai maslah kesehatan. Pada awal periode industri di Inggris, angka Tubercolosis sering amat tinggi, disebabkan karena kepadatan penduduk dalam rumah, kondisi rumah yang buruk, sehingga memungkinkan dengan mudahnya baksil TBC, hidup dan menularkan pada manusia.

Page 22: Antropologi Kesehatan

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAntropologi kesehatan mencakup definisi secara

komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut dan partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik(6).

Julian steward adalah salah seorang yang mula-mula menyarankan pengkajian tentang ekologi kebudayaan yaitu analisa mengenai hubungan antara suatu kebudayaan alam dengan sekitarnya atau lingkungannya. Penyakit yang dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, telah mempengaruhi evolusi manusia, seperti nampak pada contoh kecepatan reproduksi ciri sel-sabit di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan kepada individu yang mempunyai sel itu suatu imunitas yang relative terhdap malaria.

B. Saran

Page 23: Antropologi Kesehatan

Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dengan mempelajari masalah kesehatan lingkungan dan ekologi dari aspek antropologi sosial sehingga dapat membantu untuk belajar serta mengetahu hubungan antara kesehatan lingkungan dalam ruang lingkup antropologi sosial. Diharapkan setelah mempelajari ini, pembaca mampu mengatasi dampak negatif yang muncul akibat pembangunan dan berdampak pada kesehatan lingkungan dan ekologi.

Page 24: Antropologi Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Pramono S. A. Pembangunan berkelanjutan dalam perspektif psikologis. Teodolita, 2011; 14(1): 27-35

2. Isniati. Kesehatan modern dengan nuansa budaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2013; 7(1).

3. Djoht Djekky R. Penerapan ilmu antropologi kesehatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat papua.Antropologi Papua, 2002; 1 (1)

4. Chandra Budiman. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2006.

5. Sare Y. Antropologi SMA/MA XI. Jakarta: Grasindo, 2007.6. Ihromi T.O. Pokok-pokok antropologi budaya. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2006.7. Siahaan N.A.T. Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan.

Jakarta: Erlangga, 2004.8. Notoadmojo. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta:

Karya Medika, 2007.9. Modul ekologi dan lingkungan hidup. Teknik Sipil Universitas

Mercu Buana.10. Salisah Nikmah H. Komunikasi kesehatan: perlunya ilmu

multidisipliner dalam ilmu komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2011; 1 (2).

11. Pranadji T. Gagasan pembangunan berbasis kualitas penduduk dan tata nilai sosio-budaya. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2007; 25 (2): 136-160

12. Arifin , Zainal. Hubungan manusia dan lingkungan dalam kajian antropologi ekologi. Jurnal Antropologi, 2010; 1 (1).

13. Achmadi U.F. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jurnal Kesmas,2009; 3(4):147-153