I. JUDULSistem Kardiovaskuler
II. TUJUANMengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
III. DASAR TEORIJantung adalah sebuah pompa dan
kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah
disebut siklus jantung. Getaran jantung berasal dari nodus sinus
atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini
bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi
(Pearce, 2002:125). Bagian-bagian jantung yang secara normal
berdenyut dengan urutan teratur yakni kontraksi atrium (sistol
atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan
selama diastol semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut
jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan
menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur
yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul
SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikuler
(simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinje.
Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada keadaan abnormal,
bagian-bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan.
Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik
paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain
sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Kareena itu simpul SA
merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik
menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam
simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui
simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas His
melalui sistem purkinje ke otot ventrikel (Ganong, 1998:529).Pada
jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA (irama
sinus normal, ISN). Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu
menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat (bradikardia)
selama tidur dan dipercepat (takikardia)oleh emosi, olahraga,
demam, dan rangsang lain. Pada individu muda sehat yang bernapas
dengan frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase
pernapasan yakni meningkat selama inspirasi dan menurun selama
ekspirasi, terutama bila dalamnya pernapasan meningkat. Aritmia
sinus ini adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh
fluktuasi persarafan parasimpatis ke jantung. Selama inspirasi,
impuls vagus dari reseptor regang dalam paru-paru menghambat daerah
hambat jantung di medula oblongata. Lepas muatan tonus vagus yang
menjaga frekuensi denyut jantung lambat menurun, dan frekuensi
denyut jantung meningkat (Ganong, 1998:536).Dalam satu sel otot,
kontraksi dimulai segera sesudah depolarisasi dan berakhir
kira-kira 50 milidetik setelah repolarisasi lengkap. Sistole atrium
dimulai setelah gelombang P pada kurva EKG, sistol ventrikel
dimulai dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah
gelombang T. Kontraksi menghasilkan runtutan perubahan tekanan dan
aliran dalam rongga jantung dan pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa
istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh darah merujuk pada
puncak tekanan yang dicapai selam sistole, bukan tekanan rata-rata
yakni sama halnya, tekanan diastolik merujuk pada tekanan terendah
selama diastole (Ganong, 1998:546).Pada akhir diastole, katup
mitral dan trikuspid antara atrium dan ventrikel terbuka dan katuo
aorta dan pulmonal tertutup. Aliran darah ke jantung selama
diastole, mengisi atrium dan ventrikel. Laju pengisian menurun
setelah ventrikel teregang, dan terutama ketika frekuensi denyut
jantung rendah- daun katup atrioventrikuler (AV) terdorong ke
posisi menutup. Tekanan di ventrikel tetap rendah (Ganong,
1998:546).Kontraksi atrium mendorong sejumlah darah tambahan ke
ventrikel, tetapi kira-kira 70% pengisian ventrikel terjadi secara
pasif selama diastole.kontraksi otot atrium yang mengelilingi
lubang vena cava superior dan inferior dan vena pulmonalis
mengecilkan lubangnya, dan inertia darah yang bergerak menuju
jantung cenderung menahan darah di dalamnya, meskipun terdapat
sedikit regurgutasi darah ke vena selama sistole atrium. Pada
permulaan sisstole ventrikel, katup mitral dan trikuspid (AV)
menutup. Otot ventrikel mula-mula memendek relatif sedikit, tetapi
tekanan intraventrikuler meningkat secara tajam ketika miokardium
menekan darah dalam ventrikel. Perode kontraksi isovolumentrik
ventrikel (isovolumik, isometrik) berlangsung kira-kira 0,05 detik,
sampai tekanan dalam venttrikel kiri dan kanan melampaui tekanan di
dalam aorta (80mmHg, 10,6kPa) dan arteri pulmonalis (10 mmHg) dan
katup aorta dan pulmonal membuka. Selam kontraksi isovolumentrik,
katup AV mencembung ke atrium menyebabkan sedikit peningkatan
tetapi tajam pada tekanan atrium (Ganong, 1998:546-547).Bila katup
aorta dan pulmonal membuka, mulailah fase ejeksi ventrikel. Pada
pernulaan ejeksi cepat, menurun sesuai perkembangan sistole.
Tekanan intraventrikel naik sampai maksimal dan kemudian menurun
sedikit sebelum sistole ventrikel berakhir. Puncak tekanan
ventrikel kiri kira-kira 120mmHg, dan puncak tekanan ventrikel
kanan 25 mmHg atau kurang. Pada akhir sistole, sebenarnya tekanan
aorta melampaui ventrikel, tetapi untuk periode waktu yang singkat
momentum menjaga darah bergerak maju. Katup AV kemudian tertarik ke
bawah oleh kontraksi otot ventrikel, dan tekanan atrium menurun.
Jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel per denyut pada keadaan
istirahat adalah 70-90 ml. Volume akhir diastole ventrikel
kira-kira 130 ml. Jadi, kira-kira 50 ml darah tetap di dalam tiap
ventrikel pada akhir sistole (volume akhir sistolik ventrikel), dan
fraksi ejeksi persentase volume akhir diastolik ventrikel yang
dipompa pada tiap denyut, kira-kira 65%. Fraksi ejeksi merupakan
indeks yang mempunyai nilai pada fungsi ventrikel. Hal ini dapat
diukur dengan menyuntikkan sel darah merah yang berlabel
radionuclide, kemudian dilakukan imaging kumpulan darah jantung
pada akhir diastole dan akhir sistole (angiokardiografi
radionuclide seimbang), dan kemudian menghitung fraksi ejeksi
(Ganong, 1998:547).Sekali seluruh otot ventrikel berkontraksi,
tekanan ventrikel yang sudah menurun itu, semakin turun dengan
lebih cepat lagi. Periode ini adalah periode protodiastole. Ini
berlangsung kira-kira 0,04 detik. Berakhir ketika momentum darah
yang dipompa dilampaui dan katup aorta serta pulmonal menutup,
membuat getaran yang berlangsung singkat dalam darah dan dinding
pembuluh darah. Sesudah katup menutup, tekanan terus menurun secara
cepat selama periode relaksasi isovolumetrik ventrikel. Relaksasi
isovolumetrik berakhir ketika tekanan ventrikel turun di bawah
tekanan atrium dan katup AV membuka, memperkenankan pengisian
ventrikel. Pada permulaan pengisian berlangsung cepat, kemudian
melambat ketika mendekati kontraksi jantung berikutnya. Tekanan
atrium terus meningkat sesudah akhir sistole ventrikel sampai katup
AV membuka, kemudian turun dan secara lambat naik lagi sampai
sistole strium berikutnya (Ganong, 1998:547).Dua bunyi yang secara
normal didengar melalui stetoskop selama tiap siklus jantung. Yang
pertama adalah rendah, sedikit memanjang lub (bunyi pertama),
disebabkan oleh getaran yang dibuat oleh penutupan tiba-tiba katup
mitral dan trikuspid pada permulaan sistole ventrikel. Yang kedua
lebih pendek, nada tinggi dup (bunyi kedua), disebabkan oleh
getaran yang berhubungan dengan penutupan katup aorta dan pulmonal
segera setelah akhir sistole ventrikel. Bunyi ketiga yang lembut,
nada rendah didengar kira-kira sepertiga jalan sepanjang diastole
pada banyak individu muda normal. Hal itu bersamaan dengan periode
pengisian cepat ventrikel dan mungkin karena getaran yang dibuat
oleh aliran masuk darah. Bunyi keempat kadang-kadang dapat didengar
sesaat sebelum bunyi pertama ketika tekanan atrium tinggi atau
ventrikel kaku misalnya pada keadaan hipertrofi. Hal itu disebabkan
oleh pengisian ventrikel dan jarang dapat didengar pada orang
dewasa normal (Ganong, 1998:550).Debaran jantung atau lebih tepat
debaran apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior
yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba,
dan sering terlihat juga pada ruang interkostal kelima kiri,
kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum. Otot jantung
mempunyai ciri-ciri yang khas yakni kemampuan berkontraksi, dengan
berkontraksi otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastole
keluar dari ruang-rungnya. Konduktivitas (daya hantar), kontraksi
diantarkan melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali.
Kemampuan pengantaran ini sangat jelas dalam berkas His. Ritme,
otot jantung memiliki juga kekuatan untuk kontraksi ritmik secara
otomatik, dengan tak tergantung pada rangsangan saraf (Pearce,
2002:126).Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada
arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba
disuatu tempat dimana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak
dekat permukaan. Seperti misalnya arteri radialis disebelah depan
pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau
arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah
yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada
darah itu sendiri (Pearce, 2002:127).Kecepatan denyut jantung dalam
keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan
siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus
jantung 70 kali semenit juga. Kecapatan normal denyut nadi (jumlah
debaran setiap menit) pada bayi yang baru lahir adalah 140 pada
umur 5 tahun 96-100, selama tahun pertama 120 pada umur sepuluh
tahun 80-90, selama tahun kedua 110 pada orang dewasa 60-80
(Pearce, 2002:127-128).Pada orang yang istirahat jantungnya
berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut.
Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70x70
ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung
dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml,
yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.
Tiap menit sejumlah volume yang tepat sam kembali dari vena ke
jamtung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang
dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka
terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi
membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan
kalau keadaan ini tidak cepat ditangani maka terjadi udema (Pearce,
2002:128).Denyut jantung atau denyut nadi. Denyut jantung atau
denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang
sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktifitas otot
maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung yang
ada, demikian pula sebaliknya. Beban kerja dapat diukur dengan
denyut nadi kerja. Selain itu, denyut nadi juga dapat digunakan
untuk memperkirakan kondisi fisik atau derajat kesegaran jasmani
seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit) dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kelelahan seseorang. Cara lain yang dapat
dilakukan untuk merekam denyut jantung seseorang pada saat kerja
yakni dengan menggunakan electromyography (EMG) (Andriyanto &
Bariyah, 2012).Frekuensi jantung merupakan ukuran kecepatan denyut
jantung selama 60 detik. Penilaian Peak Velocity (Vpeak) di katup
aorta diukur dengan cara menempatkan Doppler sample volume tepat di
antara daun katup aorta saat periode diastole (Penninck dan dAnjou,
2008). Pada hasil EKG, Peak velocity terjadi setelah akhir
gelombang S. Parameter velocity time integral (VTI) dihitung dengan
menjumlahkan luas area antara base line sampai dengan puncak
gelombang. Penilaian mean pressure gradient (MPG) dihitung
berdasarkan perbedaan tekanan darah (P1-P2) di dalam katup.
Penghitungan parameter pulsatility index (PI) diperoleh dengan
menggunakan rumus : PI = ( (A(cm/sec)-B(cm/ sec) ) / Time-averaged
peak velocity (cm/sec) ). Penentuan sistole/diastole (S/D)
didapatkan dengan membagi nilai sistol dengan nilai diastol
(Noviana & Alham, 2012).Pengukuran tekanan darah menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop, akan menghasilkan dua buah angka
hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistole dan tekanan darah
diastole. Angka pertama yang lebih besar nilainya, menunjukkan
tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil nilainya,
menunjukkan tekanan darah diastoel. Sistole adalah tekanan darah
pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat
jantung mengkerut). Diastole adalah tekanan darah pada saat jantung
mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis
kosong (Yeni et al., 2010).
IV. METODE PENELITIAN4.1 Waktu dan tempatPraktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium pendidikan biologi pada tanggal 20
April 2015 jam 14.20 wib.4.2 Alat dan bahan Tensimeter
(Sphygmomanometer), terdiri dari: Manometer air raksa Manset udara
Selang karet Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup
Stetoskop Stopwatch Meja periksa dan bangku4.3 Cara kerjaa.
Mengukur tekanan darahMemasang dengan rapat manset/sabuk tensimeter
pada lengan kiri atas probandus
Menempatkan stetoskop pada lengan kita
Memastikan kepala stetoskop dalam posisi terbuka (on)
Mencari denyut nadi/arteri brakhialis di bagian siku dalam
lengan kiri probandus
Meletakkan kepala stetoskop pada denyut nadi
Memastikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup (dengan
memutar skrup searah jarum jam sampai rapat)
Memompa kantung tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada penunjuk
jarum manometer
Membuka perlahan-lahan katup kantung tekanan
Mendengarkan dan menandai bunyi yang terdengar pertama dan
terakhir kali muncul saat jarum pada manometer turun
Bunyi pertama terdengar adalah sistole dan bunyi kedua terdengar
adalah diastoel
Membuka katup kantung tekanan sampai jarum pada manometer
menunjukkan angka 0
Membuka manset tensimeter pada pasien, dan mengempiskan, lalu
menggulung dan memasukkan kembali pada kotak penyimpan
Meletakkan stetoskop dan memastikan kepala stetoskop dalam
kondisi tertutup
Melakukan perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas fisik
b. Menghitung denyut nadiMenempatkan jari telunjuk dan jari
tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi leher
Melihat stopwatch untuk menghitung jumlah denyut nadi selama 60
detik
Melakukan perhitungan denyut jantung sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas fisik
V. HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASANPada praktikum kali ini kami membahas tentang
sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskular, juga dikenal sebagai
sistem peredaran darah, adalah sistem dari tubuh yang terdiri dari
jantung, darah, dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular
bertanggung jawab untuk mengangkut darah. Mengingat sistem
kardiovaskular menggerakkan darah ke seluruh tubuh, sel-sel akan
menerima oksigen dan nutrisi. Karbon dioksida dan limbah lainnya
dikeluarkan dari tubuh juga. Kata kardiovaskular berasal dari
kardia kata Yunani yang berarti jantung dan vasculum kata Latin
yang berarti pembuluh kecil. Praktikum ini bertujuan untuk
menegtahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tekanan darah adalah tekanan
yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan
arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan
darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat
jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkansebagairasiotekanan sistolik terhadap tekanan diastolik,
dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai
140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normalbiasanya 120/80
mmHg.Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan
darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat
pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan
tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan
kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi
pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat).
Tekanandarah normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk
mengalirkan darah ke seluruhtubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen
dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah, sedangkan
tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar. Secara umum
tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik).
Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90mmHg. Tekanan darah
termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg
dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut
turut selama selang waktu 28 minggu. Menurut WHO, tekanan darah
dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi
bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut
digolongkan normal tinggi.Tekanan darah diukur dengan menggunakan
alat spygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari
spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri,
aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis
spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak
tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan
tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.
Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaannya yaitu menyeimbangkan
tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang
menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan
pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding
model standar yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga
relatif rendah.Tensimeteradalah alat yang digunakan untuk
mengukurtekanan darah. Dengan mengetahui berapa tekanan darah kita,
kita dapat menilai apakahtekanan darah/ tensi darahkitanormalatau
tidak.Tensi darah normal manusia dewasaadalah 100-130 mmHg untuk
tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan
sistolikadalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot
jantung.Tekanan diastolikadalah tekanan darah saat jantung sedang
relaksasi/ beristirahat. Seseorang dikatakan menderitatekanan darah
tinggijika tekanan darah/tensi darahnya diatas 140/90mmHg. Dan
dikatakan menderitatekanan darahrendahjika tekanan darah/ tensi
darahnya di bawah 90/60mmHg.Alat Tensimeterada 3 macam :a.
Tensimeter air raksaMerupakan tensimeter konvensional yang
sebenarnya sudah jarang dipakai di luar negeri, karena tensimeter
ini masih menggunakan air raksa yang berbahaya jika sampai alat
pecah dan air raksa terkena kulit atau saluran pernafasan.
Tensimeter jenis ini memerlukan stetoskop untuk mendengar munculnya
bunyi suara tekanan sistolik dan diastolik pada jantung.
b. Tensimeter aneroidTensimeter ini lebih aman karena tidak lagi
menggunakan air raksa tetapi menggunakan putaran berangka sebagai
penggantinya. Sama dengan tensimeter air raksa,tensimeter
aneroidmasih menggunakan stetoskop.
c. Tensimeter digitalMerupakan tensimeter yang lebih modern dan
akurat, langsung menunjukan hasil dalam bentuk angka. Berbeda
dengantensimeter air raksayang memerlukan stetoskop untuk
mendengarkan suara sebagai pertanda tekanan sistolik dan siastolik,
makatensimeter digitalmenggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya
sehingga baik dipakai untuk mereka yang memiliki gangguan
pendengaran.
Metodepengukurantekanandarahpadadasarnyaada2carayaitu dengan
metode Palpasi (perabaan dengan anggota tubuh) dan metodeAuskultasi
(pengukuran dengan bantuan stetoskop): a. Metode Auskultasi Tekanan
darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi.
Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke
manometer air raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling
lengan dan stetoskop ditempatkan diatas arteria brachialis pada
siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya tepat
diatastekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria
brachialis. Arteri iniditutup dengan manset dan tidak ada bunyi
yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian
direndahkan pelan-pelan padatitik tekanan sistolik di dalam arteri
tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah lewat bersama
tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap denyut, serta
terdengar bunyi mengetok di bawah manset.Tekanan manset saat bunyi
pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan
manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras,
lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia
menghilang.b. Metode PalpasiTekanan sistolik dapat ditentukan
dengan mengembangkan manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan
turun dan menentukan tekanansaat denyut radialis dapat diraba
pertama kali. Karena kesulitanmenentukan dengan tepat kapan denyut
pertama teraba, maka tekananyang didapat dengan metode palpasi ini
biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur oleh metode
auskultasi.Cara mengukur tekanan darah yang benar: 1. Duduklah
dengan lengan telanjang, boleh menggunakan baju lengan pendek atau
lengan panjang yang digulung keatas. perhatikan gulungan lengan
baju, jangan terlalu ketat.2. Letakkan lengan secara bebas diatas
meja, dengan posisi lengan sama tinggi dengan jantung.3. Pasang
manset di lengan kira-kira 2,5 cm dari siku.4. Pastikan pemasangan
manset tidak terlalu ketat. Beri jarak setinggi 2 jari antara
manset dan lengan.5. Beri tekanan pada manset dengan memompa atau
dengan memencet tombol on off padatensimeter digitaljenis 2.6.
Hentikan pemompaan, maka tekanan pada manset akan berkurang dan
darah bisa mengalir lagi ke lengan bawah. Pada tensimeter yang
menggunakan stetoskop bunyi/ detak nadi yang pertama kali muncul
adalah tekanan sistolik dan bunyi/ detak nadi yang terakhir kali
terdengar adalah tekanan diastolik. Pada tensimeter digital,
hasilnya akan keluar secara otomatis pada layar.7. 30 menit sebelum
melakukan pengukuran jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat,
jangan merokok, jangan minum-minuman yang berkafein seperti kopi,
teh, coca-cola dan jangan konsumsi obat-obatan yang mengandung
kafein, seperti Panadol extra, Paramex.8. Sebelum melakukan
pengukuran duduklah dengan tenang selama 5 menit, jangan stress.9.
Selama melakukanpengukuran tekanan darahdengan tensimeter, jangan
berbicara.10. Lakukan pengukuran 2-3 kali, dengan selang minimal 2
menit, dan hitung rata-rata hasilnya.11. Untuk penderita
hipertensi, perlu dilakukanpemeriksaan tensi darahsetiap hari untuk
mengetahui efek obat antihipertensi yang diminum. Lakukanlah
pengecekan pada waktu yang sama setiap harinya untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
Cara menggunakan Sphygmomanometer manual yang benar:1. Yakinkan
semua sisa udara yang masih terdapat di dalambladderpada manset
sisa pemeriksaan sebelumnya, sudah habis dikeluarkan dengan cara
menekan-nekannya. Bila masih ada sisa udara, maka hasil yang
didapatkan nanti akan menjadi kurang tepat.2. Lilitkan manset pada
lengan atas dengan menggunakan manset yang sesuai dengan ukuran
lingkar lengan atas pasien. Tensi meter yang bermutu tinggi, akan
memiliki acuan atau petunjukarm circumferenceini pada mansetnya
yang dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat apa kah manset
yang digunakan sudah tepat atau harus diganti dengan yang lebih
besar atau lebih kecil.Manset memiliki 6 ukuran yaitu: paha, dewasa
besar, dewasa, anak-anak, bayi, danneonatus. Bila salah menggunakan
manset, maka hasil yang didapatkan nanti bisa menjadi sangat
salah.3. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikanartery
markingatau garis tanda arteri, yang dicetak pada manset. Garis
tanda arteri ini harus diletakkan padavossa cubitiatau lipat dalam
siku saat pemasangan manset.4. Kunciair valveatau katup udara
dengan kencang.5. Letakkanchest piecedari
stethoscopeproximaldarivossa cubiti(biasanya sedikit dibawah
manset).6. Pompabulbsampai dengan nadi yang ada padadistaldari
pemasangan manset (bila di lengan biasanyavena radialisyang
diperiksa) sudah tidak teraba lagi, pertanda tekanan sudah melewati
tekanansystolicdari pasien.7. Lepaskan tekanan dengan memutarair
valveberlawanan arah dengan jarum jam dengan kecepatan 5 mmHg per
detik. Jangan terlalu cepat melepaskannya, karena degupan awal
pertanda tekanansystolicpasien akan terlewat atau tidak terdengar
sehingga pembacaan tekanan pasien terbaca lebih rendah dari
sebenarnya.8. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan
sampai 5 mmHg. Jangan membulatkan ke puluhan terdekat, tapi
bulatkanlah ke kelipatan 5 terdekat.Cara menggunakan
Sphygmomanometer automatis / digital yang benar:1. Seperti pada
tipe manual, juga harus dipastikan tidak ada udara yang tersisa di
dalam bladder pada manset. Kecuali untuk tipeadvanceyang memiliki
sistem menguras udara residu pemeriksaan sebelumnya.2. Juga seperti
tipe manual, ukuran manset juga harus sesuai dengan pemasangan yang
benar. Walau pun tipe automatis/digital bila manset yang digunakan
tidak tepat, maka hasil pengukurannya pun akan tidak tepat.3. Bila
memakai model sphygmomanometer digital yangwrist(model di
pergelangan tangan), gunakanlah pergelangan tangan kiri, kecuali
karena ada kondisi yang tidak memungkinkannya. Mengapa harus tangan
kiri? Modelwristini sangat sensitif sehingga lebih baik menggunakan
tangan yang paling dekat dengan jantung. Jangan lupa juga untuk
melepaskan jam tangan dan gelang.4. Posisi pemasangan manset (tipe
apa pun juga) harus memperhatikanartery marking(penanda posisi
arteri) yang ada pada manset.5. Sebelum menekan tombolnya, pastikan
tingginya manset sama dengan jantung, sehingga disarankan diperiksa
dalam keadaan duduk. Bila memakai modelwrist, tempelkan pergelangan
tangan yang diperiksa ke dada.6. Tekan tombol pemompa, dan
tunggulah dengan sabar sampai alat benar-benar berhenti bekerja.
Jangan bergerak, jangan bicara, dan jangan banyak bergoyang saat
pemeriksaan; karena tensi meter digital terutama modelwristsangat
sensitif, sehingga getaran kecil dapat membuat salah pembacaan.7.
Baca hasilnya pada layar dan jangan dibulatkan. Angka yang
ditunjukkan merupakan angka yang biasanya sampai ke 1-an mmHg.8.
Bila akan dilakukan pemeriksaan kedua, berilah jarak interval
setidaknya 5 menit untuk memberikan sistem peredaran darah kembali
normal setelah tertekan saat pengukuran sebelumnya. Kemudian ulangi
proses dengan cara yang sama.
Hal terakhir yang harus juga selalu mendapatkan perhatian adalah
perawatan terhadap alat sphygmomanometer-nya sendiri. Seperti
alat-alat ukur lainnya,sphygmomanometer harus dirawat, dipakai, dan
simpan dengan baik. Cara pemeriksaan sudah benar, apa bila alatnya
tidak dalam kondisi baik, hasil pemeriksaan tekanan darah pun
menjadi tidak tepat. Berikut yang harus diperhatikan:1. Hindari
suhu dan kelembaban yang tinggi baik pada saat penggunaan atau pun
saat penyimpanan, apa pun jenis tensi meternya. Suhu dan kelembaban
tinggi akan lebih cepat merusak alat.2. Hindari dari kontak dengan
zat-zat kimia. Di rumah sakit banyak zat kimia yang dapat merusak
alat.3. Hindari dari benda-benda tajam yang juga dapat merusak
alat.4. Jagalah agar manometer (tabungmercury,gauge, atau LCD) dari
benturan benda keras.5. Jangan mengisibladderdengan udara dan
pastikanbladderpada manset sekosong-kosongnya pada saat
penyimpanan.6. Jangan lupa mengunci tuas padamercury flask(tabung
penyimpanan air raksa) pada saat sphygmomanometermercuryakan
disimpan. Bila sering lupa, maka akan mengakibatkan kebocoran atau
residumercurypada tabung kaca manometer. Sudah pasti bila terjadi
demikian tensi meter tersebut sudah tidak akurat lagi.Denyut nadi
adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada
jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA
(irama sinus normal, NSR = Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat,
jantung berdenyutkira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu
tidur dan bertambah karenaemosi, kerja, demam, dan banyak
rangsangan yang lainnya. Denyut nadiseseorang akan terus meningkat
bila suhu tubuh meningkat kecuali
bilapekerjayangbersangkutantelahberaklimatisasiterhadapsuhuudarayang
tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200
denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung
dalam waktu beberapa menit saja. Tempat meraba denyut nadi adalah:
pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari
tangan (Arteri radialis, di leher sebelah kiri/kanan depan otot
sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat
di apex jantung (Arteri temparalis), di pelipis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, keadaan
kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap
kerja, faktor fisik dan kondisi psikis.Jumlah denyut nadi yang
normal berdasarkan usia seseorang adalah:1. Bayi baru lahir: 140
kali per menit2. Umur di bawah umur 1 bulan: 110 kali per menit3.
Umur 1 6 bulan: 130 kali per menit 4. Umur 6 12 bulan: 115 kali per
menit 5. Umur 1 2 tahun: 110 kali per menit 6. Umur 2 6 tahun: 105
kali per menit7. Umur 6 10 tahun: 95 kali per menit8. Umur 10 14
tahun: 85 kali per menit9. Umur 14 18 tahun: 82 kali per menit10.
Umur di atas 18 tahun: 60 100 kali per menit11. Usia Lanjut: 60 -70
kali per menitCara Menghitung: 1. Tempel dan tekankan (Jangan
terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu
tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda.
Setelah itu, barulah Anda mulai menghitung.2. Hitunglah denyut nadi
Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.Angka-angka Denyut
nadi normal: 60 100/menit Denyut nadi maksimal: 220 Umur Zone
latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa
berolahraga): 70% 85% dari denyut nadi maksimalCara menghitung
denyut nadi seseorang adalah dengan cara letakkan jari pada
pergelangan tangan (jangan menggunakan ibu jari), atau dapat juga
meraba daerah leher disamping tenggorokan, atau dapat juga dengan
secara langsung menempelkan telinga pada dada orang yang akan
diperiksa untuk mendengar detak jantungnya. Denyut nadi pada orang
yang sedang berisitirahat adalah sekita 60 80 permenit untuk orang
dewasa, 80 100 permenit untuk anak-anak, dan 100 140 permenit pada
bayi. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam
keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau sakit panas. Umumnya
denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap
satu derajat celcius penderita sakit panas. Sebagai catatan, denyut
nadi yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan dapat
berarti gangguan pada jantung Jika jumlah denyut nadi di bawah
kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika jumlah denyut nadi di
atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.Tujuan mengetahui
jumlah denyut nadi seseorang adalah: Untuk mengetahui kerja jantung
Untuk menentukan diagnosa Untuk segera mengetahui adanya
kelainan-kelainan pada seseorangTempat-tempat menghitung denyut
nadi adalah: Ateri radalis: Pada pergelangan tangan Arteri
temporalis: Pada tulang pelipis Arteri caratis: Pada leher Arteri
femoralis: Pada lipatan paha Arteri dorsalis pedis: Pada punggung
kaki Arteri politela:pada lipatan lutut Arteri bracialis: Pada
lipatan siku Ictus cordis: Pada dinding igaPada praktikum kali ini
hal alat dan bahan yang kami gunakan untuk mengukur tekanan darah
dan denyut nadi adalah tensimeter yang berfungsi untuk mengukur
tekanan darah. Ada stetoskop adalah sebuah alat medis akustik untuk
memeriksa suara dalam tubuh.Fungsi stetoskop adalah untuk
mendengarkan detak jantung, suara usus, pernapasan dan lain
sebagainya. Dengan kemampuannya ini,Stetoskop dapat digunakan pula
untuk mengetahui kerja paru-paru dan juga untuk mengukur tekanan
darah dengan mendengarkan denyut nadi. Ada dua jenis Stetoskopyaitu
Stetoskop akustik merupakan stetoskop yang paling umum digunakan,
dan beroperasi dengan menyalurkan suara dari bagian dada, melalui
tabung kosong berisi-udara, ke telinga pendengar dan Stetoskop
elektronik merupakan stetoskop untuk mengatasi tingkatan suara yang
rendah dengan cara memperkuat suara tubuh. Selain stetoskop ada
juga stopwatch yang fungsinya untuk menghitung waktu denyut nadi.
Dan juga ada meja periksa dan bangku yang fungsinya untuk
meletakkan alat-alat dan juga agar mudah untuk memeriksa tekanan
darah. Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk diukur tekanan
darahnya yakni probandus lebih tepatnya tangan probandus sebelah
kiri, hal ini dikarenakan tangan kiri jarang digunakan untuk
aktivitas dibanding dengan tangan kanan, sehingga lebih efektif
digunkan untuk pemeriksaan. Hasil dari praktikum yang kami lakukan
adalah yang pertama Muhammad Efendi berjeniss kelamin laki-laki,
usia 21 tahun, denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah
70/menit dan 92/58. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari
adalah 79/menit dan 135/121. Yang digunakan adalah tensimeter
digital. Yang kedua yakni Hany Fertiyani R. Jenis kelamin
perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum
berlari adalah 63/menit dan 120/80. Denyut nadi setelah berlari dan
tekanan darah setelah berlari adalah 102/menit dan 140/83.
Menggunakan tensimeter clock. Yang ketiga yakni Ervan Prasetyo
jenis kelamin laki-laki, usia 22 tahun. Denyut nadi dan tekanan
darh sebelum berlari adalah 91/menit dan 110/68. Denyut nadi dan
tekanan darah setelah berlari adalah 95/menit dan 146/83.
Menggunakan tensimeter digital. Yang keempat yakni Cici Riski Y.
Jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan
darah sebelum berlari adalah 82/menit dan 90/60. Denyut nadi dan
tekanan darah setelah berlari adalah 103/menit dan 110/60.
Menggunakan tensimeter air raksa. Yang kelima yakni Elok Nur F.
Jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan
darah sebelum berlari adalah 100/menit dan 100/80. Denyut nadi dan
tekanan darah setelah berlari adalah 120/menit dan 110/80.
Menggunakan tensimeter air raksa. Yang keenam yakni Sandi Pradipta
jenis kelamin laki-laki, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan
darah sebelum berlari adalah 88/menit dan 123/82. Denyut nadi dan
tekanan darah setelah berlari adalah 116/menit dan 130/72.
Menggunakan tensimeter digital. Yang ketujuh yakni Zakiyah jenis
kelamin perempuan, usia 20 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah
sebelum berlari yakni 74/menit dan 118/74. Denyut nadi dan tekanan
darah setelah berlari adalah 124/menit dan 100/70. Menggunakan
tensimeter clock. Yang terakhir yakni Maya Umi Hajar jenis kelamin
perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum
berlari yakni 73/menit dan 118/74. Denyut nadi dan tekanan darah
setelah berlari adalah 88/menit dan 130/90. Menggunakan tensimeter
air raksa. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa denyut nadi dan
tekanan darah sebelum berlari dan sesudah berlari lebih tinggi yang
sesudah berlari, hal ini berarti aktivitas mempengaruhi denyut nadi
dan tekanan darah. Dari semua probandus tekanan darah mau pun
denyut nadi dinyatakan normal kecuali Cici dan Efendi yang hanya
memiliki tekanan darah 90/60 dan 92/58, tekanan darah seperti itu
menurut literatur tergolong rendah. Artinya Cici dan Efendi
menderita hipotensi atau darah rendah.Sistem kardiovaskular bekerja
menjaga homeostasis tubuh. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerja
sistem kardiovaskular ini. Faktor- faktor tersebut dikenali dan
dikendalikan oleh tubuh melalui refleks baroreseptor arterial dan
mekanisme pengaturan keseimbangan cairan oleh ginjal (perubahan
tekanan darah arteri). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kerja
sistem kardiovaskular diantaranya adalah gravitasi, olahraga, usia,
jenis kelamin, akselerasi, dan aktivitas respirasi.1. Pengaruh
gravitasi (posisi tubuh)Seperti halnya benda yang dijatuhkan dari
ketinggian tertentu, aliran darah pun akan semakin cepat mengalir
bila posisi seseorang sedang berdiri, artinya tekanan darah tidak
hanya berhubungan dengan aliran dan resistansi, tapi juga
gravitasi. Berbeda jika posisi seseorang sedang berbaring, dimana
gravitasi dapat diabaikan. Pada orang yang berdiri, terjadi
perbedaan tekanan kardiovaskular antara jantung dengan bagian tubuh
yang tidak selevel dengan jantung. Pada gambar B, semua tekanan
intravaskular di kaki meningkat sekitar 90 mmH (arteri dan vena).
Hal ini karena gravitasi itu memberikan efek yang sama terhadap
tekanan arteri dan vena pada satu level. Meskipun perbedaan tekanan
arteri dan vena tidak berbeda dari posisi berbaring, peningkatan
tekanan pembuluh pada ekstrimitas bawah ketika berdiri memiliki dua
efek langsung yaitu :a. Peningkatan tekanan vena menyebabkan
peningkatan volume vena periferal sebanyak 500 ml pada dewasa
normal.b. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler menyebabkan
tingginya laju filtrasi transkapiler.Pada kenyataannya refleks
normal kardiovaskular tidak dapat mempertahankan posisi berdiri
tanpa adanya peran pompa otot rangka. Seseorang yang tetap bertahan
dalam posisi berdiri tanpa kontraksi yang intermiten dari otot
rangka kaki, maka orang tersebut akan kehilangan kesadarandalam
10-20 menit karena terjadi penurunan alirandarah ke otak yang
merupakan akibat dari penurunan volume darah pusat,stroke volume,
curah jantung dan tekanan arteri.Efektivitas dari pompa otot rangka
dalam mengarusbalikkan darah vena yang berkumpul dan formasi edema
pada ektrimitas bawah selama berdiri. Segera setelah kontraksi otot
rangka, baik vena dan pembuluh limfa relatif kosong karena sistem
katup satu arah pembuluh-pembuluh tersebut dapat mencegah aliran
balik cairan yang telah terdorong. Hal yang terpenting adalah berat
dari cairan vena dan limfa akan ditahan oleh katupone-wayyang
tertutup. Hal ini mengakibatkan tekanan vena lebih rendah secara
drastis segera setelah kontraksi otot rangka dan kembali meningkat
secara bertahap ketika vena terisi kembali dengan darah dari
kapiler. Jadi, tekanan kapiler dan laju filtrasi transkapiler
secara drastis juga turun setelah kontraksi otot rangka. Kontraksi
otot rangka yang periodik dapat menjaga nilai tekanan vena. Berikut
adalah refleks penyesuaiankardiovaskular terhadap posisi berdiri
:Akibat dari penurunan input baroreseptor ke pusat kardiovaskular
adalah refleks untuk meningkatkan tekanan darah dengan menurunkan
aktivitas parasimpatis jantung dan peningkatan aktivitas simpatis.
Denyut jantung dan kontraktilitas kardia juga meningkat, ketika
arteri dan vena mengalami konstriksi di kebanyakan organ
sistemik.1Denyut jantung dan resistansi total perifer lebih tinggi
ketika seseorang berdiri dibanding berbaring. Sebaliknya stroke
volume dan curah jantung menurun dibawah nilai ketika posisi
berbaring selama berdiri. Tekanan rata-rata arteri seringkali
meningkat ketika seseorang berubah posisi dari berbaring ke
berdiri. Jika seseorang tetap berdiri, pompa venanya tidak bekerja,
maka terjadi peningkatan tekanan vena dengan dipengaruhi efek
gravitasi 90 mmHg dalam waktu 30 detik. Tekanan pada kapiler juga
meningkat, sehingga menyebabkan filtrasi cairan keluar dari sistem
sirkulasi ke ruang jarinbgan, sehingga menyebabkan kaki membengkak
dan volume darah turun. Selain itu, 10-20% volume darah dapat
menghilang dari sistem sirkulasi dalam 15-30 menit pada keadaan
berdiri.Sistem kardiovaskular pada individu yang istrirahat lama
dapat mengalami perubahan adaptif yang mirip dengan individu yang
berada di luar angkasa. Perubahan tersebut disebabkan karena
perubahan perpindahan cairan dari ekstrimitas bawah ke atas.
Akibatnya antara lain distensi kepada dan vena leher, edema wajah,
kekakuan nasal, dan penurunan ukuran betis. Selain itu, peningkatan
volume darah sentral menstimulasi mekanoreseptor kardiopulmo, yang
menginduksi fungsi renal melalaui jalur neural dan hormonal untuk
menurukan kerja simpatis dan menginduksi kehilangan cairan.
Seseorang akan mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari
dan akan menjadi hipovolemik.Ketika pasien yang posisinya sering
tidur tiba-tiba mencoba untuk berdiri (atau ketika seorang astronot
mulai memasuki atmosfer bumi) respon normalnya terhadap gravitasi
tidak efektif, hal ini terjadi karena volume sirkulasi menurun.
Selama berdiri, darah berpindah dari central venous pool ke vena
perifer, stroke volume turun, dan orang tersebut akan pusing dan
mungkin pingsan karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba.
Fenomena ini disebut dengan hipotensi postural atau ortostatik.
Pengembalian keadaan intoleransi ortostatik ini ke keadaan yang
normal dapat memerlukan waktu beberapa hari hingga minggu.
Penjelasan hipotensi ortostatik akan dijelaskan pada poin
berikutnya lebih detail.Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi
perubahan kardiovaskular tersebut adalah pada pasien yang keadaan
tidur lama dapat diberikan olahraga duduk yang intermiten sifatnya.
Hal ini bertujuan untuk memicu mekanisme retensi cairan. Pada orang
yang berada di luar angkasa juga dapat dilakukan olahraga yang
sama, kemudian dapat ditambahkan peralatan tekanan negatif
ekstrimitas bawah, dan diet air serta garam.Pada beberapa orang,
berdiri mendadak menyebabkan penurunan tekanan darah, pusing,
penglihatan kabr, dan bahkan pingsan. Hipotensi jenis ini memiliki
banyak sebab. Kelainan ini juga terjadi pada pasien yang
mendapatkan obat simpatolitik, diabetes, sifilis yang menyebabkan
kerusakan di sistem saraf simpatis. Kegagalan otonom terjadi pada
berbagai penyakit yang salah satunya disebabkan oleh defisiensi
kongenital dopamin beta hidroksilase, yaitu norepinefrin dan
epinefrin sedikit diproduksi atau tidak diprosuksi sama sekali.
Refleks baroreseptor juga tidak normal pada pasien
hipoaldosteronisme primer. Namun pasien ini umumnya tidak mengalami
hipotensi postural karena volume darah mereka dapat bertambah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan curah jantung walau terjadi
perubahan posisi.2. Pengaruh olahragaa.Pengaruh olahraga
akutOlahraga fisik merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
sistem kardiovaskuler. Perubahan tersebut juga dipengaruhi tipe
olahraga fisik (apakah dominan olahraga dinamik-ritmik-isotonik
atau statik-isometrik), intensitas dan durasi olahraga, umur
individu, dan tingkat kebugaran individu. Keadaan sistem
kardiovaskular yang berubahan yang terjadi pada remaja normal yang
tidak terlatih dalam merespon olahraga dinamik seperti berlari
dapat dilihat pada gambar 3. Perhatikan bahwa denyut jantung dan
curah jantung sangat meningkat selama olahraga dan tekanan arteri
rata-rata serta tekanan darah juga meningkat secara signifikan.
Perubahan ini memperlihatkan kebutuhan metabolik otot rangka dengan
meningkatkan aliran darah ke otot rangka.Sebagai tambahan, otot
yang berkontraksi dapat mengkompresi pembuluh darah jika
kontraksinya melebihi 10% tegangan maksimum. Jika tegangan lebih
dari 70%, maka aliran darah akan terhenti sama sekali. Namun
diantara kontraksi, aliran darah akan sangat meningkat sehingga
aliran darah per satuan waktu di suatu otot yang berkontraksi
secara ritmik meningkat hingga 30 kali lipat.Mekanisme lokal yang
mempertahankan sejumlah besar aliran darah otot saat berolahraga
adalah penurtunan Po2 jariangan , peningkatan Pco2 dan akumulasi K+
serta metabolit vasodilator lain, suhu yang meningkat pada otot
yang aktiif juga berperan memvasodilatasikan pembuluh darah.
Dilatasi sfingter prakapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan
10-100 kali lipat jumlah kapiler yang terbuka, dan jarak rerata
antar darah dan sel aktif dan juga jarak difusi O2 akan sangat
berkurang.Banyak penyesuaian terhadap olahraga disebabkan oleh
aktivitas simpatis. Salah satu dari faktor utama yang berhubungan
dengan stres berasal dari korteks otak yang kemudian memicu pusat
kardiovaskular medula melalui jalur kortikohipotalamik. Pengaruh
jalur tersebut sering disebut dengan perintah pusat yang bekerja
pada neuron bagian sistem baroreseptor arterial. Pengaruh dari
sistem tersebut adalah membuat tekanan rata-rata arterial menjadi
lebih tinggi dibandingkan nilai normalnya.Selain itu, teradapat
juga jalur pengaktifan di pusat kardiovaskular yang berasal dari
kemoreseptor dan mekanoreseptor di otot rangka yang aktif. Input
seperti itu juga berkontribusi pada peningkatan aktivitas simpatis
dan tekanan rata-rata arteri yang berlangsung selama
olahraga.Faktor utama yang mempengaruhi sistem kardiovaskular
selama olahraga adalah penurunan resistansi perifer total karena
akumulasi vasodilator metabolik dan penurunan resistansi vaskular
pada otot rangka yang aktif. Resistansi perifer total yang turun
merupakan pemicu yang kuat untuk aktivitas simpatis melalui refleks
baroreseptor arterial.Meskipun tekanan rata-rata arteri berada
diatas normal selama olahraga, penurunan resistansi perifer
menyebabkan tekanan darah yang naik tersebut menjadi turun dibawah
level yang telah naik tersebut. Jika bukan karena refleks
baroreseptor arterial, penurunan resistansi perifer total yang
terjadi selama olahraga akan menyebabkan tekanan rata-rata arterial
turun dibawah nilai normal.Aliran darah kutaneus dapat meningkat
selama olahraga meskipun peningkatan secara umum pada
vasokonstriksi simpatis disebabkan refleks termal. Refleks
temperatur yang biasanya teraktivasi selama olahraga berfungsi
untuk mengurangi kelebihan panas yang diproduksi oleh otot rangka
yang aktif. Pada awal ketika mulai berolahraga, terjadi penurunan
aliran kutaneus karena vasokonstriktor simpatis namun kemudian
terjadi peningkatan aliran kutaneus setelah temperatur tubuh mulai
naik.Selain dari peningkatan aliran darah otot rangka dan kulit,
aliran darah koroner juga meningkat selama olahraga. Hal ini
disebabkan karena peningkatan vasodilator metabolik lokal dari
arteri koroner akibat dari kerja jantung dan konsumsi oksigen
miokardial.Pompa otot rangka juga merupakan faktor penting dalam
memicu kembalinya arus balik vena selama olahraga dinamik, sehingga
dapat mencegah terjadinya penurunan tekanan vena yang drastis.
Faktor lain yang memicu arus balik vena adalah pompa respirasi.
Pergerakan respirasi yang meningkat selama olahraga meningkatkan
efektivitas pompa respirasi sehingga meningkatkan arus balik vena
dan pengisian jantung.Respon kardiovaskular sistemik terhadap
olahraga bergantung pada jenis kontraksi yang dominan di otot,
yakni isometrik atau isotonik. Pada kontraksi otot isometrik,
frekuensi denyut jantung meningkat. Selain itu setelah beberapa
detik kontraksi dimulai, olahraga isometrik ini akan menyebabkan
tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat tajam, namun curah
jantung tidak banyak berubah, serta aliran darah berkurang akibat
kompresi pembuluh darah.Pada olahraga isotonik, juga terjadi
peningkatan frekuensi denyut jantung, namun perbedaanya terjadi
peningkatan yang mencolok pada curah jantung, yaitu dapat terjadi
peningkatan curah jantung 35 L/menit. akibatnya tekanan darah
sistolik hanya meningkat sedang, sementara diastolik biasanya tidak
berubah atau menurun. Pada olahraga isometrik, otot dikontraksikan
secara tonik dan dapat meningkatkan resistensi perifer total dan
peningkatan aktivitas simpatis otot. Sedangkan pada isotonik justru
sebaliknya, terjadi penurunan resistansi perifer.b.Pengaruh
olahraga kronikOlahraga fisikyang dikondisikan memiliki efek yang
bermanfaat untuk sistem kardiovaskular. Meskipun perubahan juga
dipengaruhi tipe olahraga, intensitas, dan durasi olahraga, umur,
dan tingkat kebugaran masing-masing individu. Secara umum, olahraga
yang diulang-ulang dalam jangka wkatu yang lama dihubungkan dengan
peningkatan kapasitas kerja individu. Perubahan kardiovaskular
tersebut dapat dalam hal peningkatan volume darah, penurunan denyut
jantung, peningkatan volume stroke jantung, dan penurunan tekanan
darah arteri saat beristirahat. Selama olahraga, seseorang yang
terlatih akan dapat menerima beban kerja dan curah jantung dengan
denyut jantung yang lebih rendah dan volume stroke yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Perubahan ini
menghasilkan penurunan secara umum kebutuhan oksigen miokardial dan
peningkatancardiac reserve(berpotensi untuk meningkatkan curah
jantung) yang dapat menjadi respon ketika stres. Pembesaran ruang
ventrikel seringkali dihubungkan dengan olahraga endurance
sedangkan peningkatan masa myokardial dan ketebalan dinding
ventrikel lebih dhubungkan dengan olahraga statis (kekuatan).
Perubahan struktur ini meningkatkan kapabilitas
miokardium.Penebalan dinding ventrikel dihubungkan dengan
peningkatan intensitas olahraga yang mengandalkan kekuatan.
Perubahan struktur tersebut dapat memperbaiki kapabilitas pemompaan
miokardium. Jika berhenti dari program olahraga tersebut, maka akan
terjadi perubahan struktur dengan cepat. Olahraga merupakan
pengkondisian fisik yang secara signifikan mengurangi insiden dan
mortalitas dari penyakit jantung. Meskipun belum ada studi yang
memaparkan keuntungan secara spesifiknya, namun terdapat korelasi
yang posistif antara orang-orang yangg tidak aktif bergerak dengan
insiden serta intensitas penyakit jantung koroner. Keuntungan dari
berolahraga juga ternyata terdapat perbaikan dalam kapasitas kerja
fisik, persentase lemak tubuh, serum lipid, dan terdapat perasaan
dalam keadaan sehat, serta peningkatan kualitas hidup.Tetapi,
pembesaran ruang ventrikular dan hipertrofi miokardial bukan
merupakan suatu tanda perbaikancardiac performance, bisa jadi hal
tersebut merupakan respon adaptif terhadap keadaan patologi dimana
dalam keadaan yang ekstrim mungkin tidak dapat membantu.Baik pada
keadaan istirahat maupun berolahraga, atlet yang terlatih memiliki
isi sekuncup yang lebih besar dan frekuensi denyut jantung yang
lebih rendah dibanding orang yang tidak terlatih dan para atlet ini
cenderung memiliki ukuran jantung yang lebih besar. Latihan dapat
meningkatkan konsumsi oksigen maksimum (VO2max) yang dipicu oleh
olahraga. VO2max rerata adalah sekitar 38 ml/kg/menit pada pria
sehat yang terlalu banyak aktivitas dan sekitar 29 ml/kg/menit pada
wanita sehat yang aktif. Angka ini lebih rendah pada orang yang
tidak aktif. VO2max adalah hasil dari curah jantung maksimum dan
ekstraksi dengan latihan. Perubahan yang terjadi pada otot-otot
rangka dengan latihan adalah peningkatan jumlah mitokondria dan
enzim yang berperan pada metabolisme oksidatif. Jumlah kapiler
meningkat, dengan membaiknya distribusi darah ke serabut otot. Efek
akhirnya adalah ekstraksi O2 yang lebih sempurna dan akibatnya
pembentukan laktat yang lebih kecil untuk beban yang sama.
Peningkatan aliran darah ke otot menjadi berkurang dan karena hal
ini, frekuensi denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat
dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Hal ini merupakan
alasan mengapa olahraga berguna bagi pasien penyakit jantung.3.
Pengaruh UmurVariabel usia juga mempengaruhi sistem kardiovaskular.
Neonatus normal memiliki denyut jantung istirahat (resting heart
rate) yang tinggi (rata- rata 140/menit) dan tekanan darah arteri
yang rendah (rata- rata 60/35 mmHg). Perubahan yang cepat terjadi
hingga tahun pertama, yaitu denyut jantung 120/menit dan tekanan
darah arteri 100/65 mmHg. Perubahan juga terjadi pada pembuluh
darah, diantaranya berkurangnya densitas kapiler di beberapa
jaringan dan meningkatnya total resisten pembuluh darah perifer.
Perubahan- perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri dan tekanan darah arteri rata- rata. Perubahan tekanan darah
yang diinduksi oleh baroreseptor arterial akan berkurang fungsinya
seiring bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan berkurangnya
akitivitas aferen dari baroreseptor arterial karena kekakuan arteri
(arterial rigidity) yang meningkat. Selain itu, jumlah norepinefrin
yang bekerja di saraf simpatis juga akan berkurang semakin
bertambahnya umur.4. Pengaruh jenis kelaminPengaruh perbedaan jenis
kelamin terhadap sistem kardiovaskular hanya sedikit
didokumentasikan. Perempuan yang premenopause memiliki masa
ventrikel kiri yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada
umur yang sama, yang berarti, merefleksikancardiac afterloadyang
lebih rendah. Hal ini terjadi akibat tekanan darah arterial yang
rendah,aortic compliancelebih besar, dan kemampuan untuk
menginduksi vasodilator lebih tinggi.Perbedaan ini diperkirakan
dihubungkan dengan efek protekif dari estrogen dan dapat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan premenopause. Setelah
menopause, perbedaan tersebut tidak berarti lagi, karena
kenyataannya pada perempuan tua dengan penyakit jantung iskemi
sering menunjukkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan
laki-laki. Terdapat juga perbedaan yang dihubungkan dengan jenis
kelamin dalam hal elektrik kardia. Yaitu pada perempuan memiliki
denyut jantung intrinsik yang lebih rendah dan interval QT yang
lebih panjang dibanding laki-laki. Perempuan seperti itu lebih
memiliki risiko yang besar berkembang menjadi sindrom QT panjang
dan torsades de pointes. Selain itu, perempuan juga memiliki risiko
dua kali lebih besar dibanding laki-laki dalamatrioventrikular
nodal re-entry tachycardias. Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi
adalah bahwa dalam proses fisiologik kardiovaskular yang paling
dasar, tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
Jadi, individu yang berbeda memiliki respon dasar fisiologis yang
sama.5. Pengaruh aktivitas respirasiAktivitas fisik yang
berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi mempunyai efek yang
besar pada aliran darah balik dan curah jantung (cardiac output).
Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7 mmHg,
dimana diafragma berkontraksi dan rongga dada mengembang. Tekanan
ini meningkat dengan jumlah yang sama selama ekspirasi. Selama
pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara keluar masuk
paru yang terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga
ditransmisikan ke dinding- dinding vena besar di rongga dada dan
mempengaruhi aliran balik vena dari perifer ke jantung. Fenomena
ini disebut juga pompa respirasi (respiratory pump). Selama
inspirasi, tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di vena
sentral juga berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena
return) dan volume vena sentral meningkat sehingga pengisian
jantung kanan meningkat. Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga
meningkatkanstroke volumedancardiac outputdi jantung kiri. Hal ini
akan meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor
arterial. Proses inspirasi yang mengurangi tekanan intratoraks juga
merangsang baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung.
Rangsangan yang diterima oleh kedua reseptor akan
mengaktivasimedullary cardiovascular centersuntuk menurunkan
tekanan darah yaitu dengan meningkatkan kerja parasimpatis dan
menurunkan kerja simpatis.6. Pengaruh akselerasiGaya yang bekerja
pada tubuh sebagai akibat akselerasi sering dinyatakan dalam satuan
g, yaitu 1 g adalah gaya gravitasi pada permukaan bumi. G positif
adalah gaya akibat percepatan yang bekerja pada sumbu tubuh
longitudinal, dari kepala sampai kaki; Sedangkan g negatif adalah
gaya akibat akselerasi yang bekerja pada arah yang berlawanan.
Ketika terpajan oleh g posistif, darah terlempar ke bagian bawah
tubuh. Tekanan arteri di kepala berkurang, begitu juga dengan
tekanan intrakranial dan vena dan hal ini menyebabkan penurunan
aliran ke kepala. Curah jantung dipertahankan untuk beberapa saat
karena darah diambil dari cadangan vena pulmonalis dan karena daya
kontraksi jantung menguat. Namun pada percepatan melebihi 5 g,
pengelihatan akan menjadi gelap dalam waktu sekitar 5 detik,
sebelum kemudian kehilangan kesadaran. Efek g positif dapat bekerja
secara efektif jika digunakan baju antigravitasi yang dapat
memberikan gaya yang setara dengan g posistif. Hal ini mengurangi
pengumpulan darah di vena.Besaran g negatif menyebabkan peningkatan
curah jantung, tekanan arteri serebrum, kongesti berat pada
pembuluh kepala dan leher, ekimosis di sekitar mata, nyeri
berdenyut yang berat pada kepala, dan akhirnya gangguan mental.
Walaupun terjadi peningkatan hebat pada tekanan arteri serebrum,
pembuluh di otak tidak robek karena biasanya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial sehingga menujang dinding pembuluh. Toleransi
terhadap gaya g yang menembus tubuh jauh lebih besar dibandingkan
terhadap g longitudinal. Manusia dapat mentoleransi 11 g yang
bekerja dengan arah penggung ke dada selama 3 menit dan 17 g yang
bekerja dengan arah dada ke punggung selama 4 menit.VII. PENUTUP7.1
KesimpulanCara menghitung denyut nadi yakni dengan cara meletakkan
jari pada pergelangan tangan dan kemudian menghitungnya dalam waktu
satu menit. Untuk orang dewasa normalnya yakni 60-80 per menit.
Untuk mengukur tekanan darah dapat diukur dengan alat yang disebut
tensimeter (Sphygnomanometer). Ukuran normal tekanan darah orang
dewasa yakni 120/90. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi
dan juga tekanan darah yang paling utama adalah aktivitas. Adapun
faktor lain yakni umur, jenis kelamin, posisi tubuh, dan
akselerasi.7.2 SaranSebaiknya dalam menggunakan tensimeter
probandus harus banyak latihan supaya lebih terampil dan
akurat.
DAFTAR PUSTAKA Andriyanto & Bariyah, C. 2012. Analisis Beban
Kerja Operator Mesin Pemotong Batu Besar (Sirkel 160 Cm) Dengan
Menggunakan Metode 10 Denyut. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol.
11 (2): 136-143.
Ganong, Wiliam F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Noviana, D. & Alham, F. 2012. Karakteristik Aliran Darah
pada Katup Semilunar Aorta Anjing Kampung yang Dinilai dengan
Pulsed Wave Doppler Ekhokardiografi. Jurnal Veteriner. Vol. 13 (1):
1-8.
Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yeni, Y., Djannah, S.N., Solikhah. 2010. FaktorFaktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 4 (2): 76 143.