BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangAnestesi merupakan tahapan yang sangat
penting dan strategis pada tindakan pembedahan, karena pembedahan
tidak dapat dilakukan bila belum dilaksanakan anestesi. Anestesi
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : (1) anestesi lokal, yaitu
suatu tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai hilangnya
kesadaran, dan (2) anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang
reversibel yang disebabkan oleh zat anestesi, disertai hilangnya
sensasi sakit pada seluruh tubuh. Sebagian besar operasi (70-75%)
dilakukan dengan anestesi umum, lainnya dengan anestesi
lokal/regional.1Anestesi umum adalah tahapan yang sangat penting
dan mempunyai risiko jauh lebih besar dari prosedur pembedahan itu
sendiri, karena anestesi yang dalam akan mengancam nyawa pasien.
Guna mencegah dua kejadian yang ekstrim tersebut, harus dilakukan
pemilihan anestetikum yang memenuhi kriteria ideal, yaitu
anestetikum yang menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi,
ketidaksadaran, dan aman untuk sitem vital, serta mudah
diaplikasikan.2Anestesi umum yang dinyatakan cukup aman dan sering
digunakan untuk anjing adalah anestesi inhalasi, tetapi anestesi
inhalasi memerlukan perangkat yang rumit, mahal, dan tidak praktis
untuk menangani kasus pembedahan di lapangan. Anestesi inhalasi
tidak dapat digunakan untuk penanganan presedur bronkoskopi dan
laringoskopi, serta menyebabkan polusi terhadap individu yang
berada di ruangan operasi. Anestesi inhalasi, seperti gas nitrogen
oksida dan anestesi yang diuapkan dengan halogen mengakibatkan
pencemaran lingkungan dan penipisan lapisan ozon.2Mengatasi
kelemahan anestesi inhalasi dan untuk mengatasi permasalahan
penggunaaan anestesi di lapangan, digunakan metode anestesi
intravena total (total intraveous anesthesia, TIVA). Anestesi
intravena total menggunakan anestetika secara intravena (IV) untuk
induksi dan pemeliharaan anestesi. Penggunaan mesin pompa infusi
dengan komputer pada metode TIVA menghasilkan jumlah infusi yang
stabil dan akurat. Metode TIVA mirip dengan penggunaan alat penguap
(vaporizer) pada anestesi inhalasi sehingga anestesi menjadi lebih
stabil.2Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan
melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau
analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh
darah vena, obat obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ
masing-masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.3Anestesi yang ideal akan bekerja
secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat
segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas keamanan
pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat
minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek samping
yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan
efek yang diharapkan tanpa efek samping, bila diberikan secara
tunggal.3Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat
penting, membutuhkan pertimbangan yang sangat matang dari pasien
dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan, pada populasi umum
walaupun regional anestesi dikatakan lebih aman daripada general
anestesi, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa teknik yang
satu lebih baik dari yang lain, sehingga penentuan teknik anestesi
menjadi sangat penting.3
1.2. Tujuan PenulisanAdapun tujuan pembuatan laporan kasus ini
adalah untuk menganalisis kasus dalam menentukan tahap persiapan
yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi, tahap penatalaksanaan
anestesi dan pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan pasca
anestesi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi UmumSuatu keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh
akibat pemberian obat anestesi.Rees dan Gray membagi anestesi
menjadi 3 (tiga) komponen yaitu :1. Hipnotika : pasien kehilangan
kesadaran2. Anestesia : pasien bebas nyeri3. Relaksasi : pasien
mengalami kelumpuhan otot rangka Teknik anestesi umum :a) Anestesi
umum intravenab) Anestesi umum inhalasic) Anestesi imbang.5
2.1.1 Anestesi Umum IntravenaMerupakan salah satu teknik
anestesi umum yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung pada pembuluh darah vena.Obat-obat
anestetik intravena:Ketamin HCl : hipnotik dan analgetikTiopenton :
hipnotikPropofol : hipnotikDiazepam : sedatif dan menurunkan tonus
ototDeidrobenzperidol : sedatifMidazolam : sedatifPetidin :
analgetik dan sedatifMorfin : analgetik dan
sedatifFentanil/sufentanil : analgetik dan sedatifIndikasi Anestesi
Intravena1. Obat induksi anesthesia umum2. Obat tunggal untuk
anestesi pembedahan singkat 3. Tambahan untuk obat inhalasi yang
kurang kuat4. Obat tambahan anestesi regional5. Menghilangkan
keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)Beberapa
variasi anestesia intravena:1. Anestesia intravena klasikPemakaian
kombinasi obat ketamin hidroklorida dengan sedatif contoh:
diazepam, midazolam atau dehidro benzperidol. Komponen trias
anestesi yang dipenuhi dengan teknik ini adalah : hipnotik dan
anestesia.Indikasi :Pada operasi kecil dan sedang yang tidak
memerlukan relaksasi lapangan operasi yang optimal dan berlangsung
singkat, dengan perkecualian operasi didaerah jalan nafas dan
intraokuler.Kontraindikasi:1) Pasien yang rentan terhadap obat-obat
simpatomimetik, misalnya: penderita diabetes melitus, hipertensi,
tirotoksikosis dan paeokromo sitoma2) Pasien yang menderita
hipertensi intrakranial3) Pasien penderita glaukoma4) Operasi intra
okuler.2. Anestesi intravena totalPemakaian kombinasi obat
anestetika intravena yang berkhasiat hipnotik, analgetik dan
relaksasi otot secara berimbang. Komponen trias anestesia yang
dipenuhi adalah hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.Indikasi :
Operasi-operasi yang memerlukan relaksasi lapangan operasi
optimalKontraindikasi :Tidak ada kontra indikasi absolut. Pemilihan
obat disesuaikan dengan penyakit yang diderita pasien.3.
Anestesia-analgesia neuroleptPemakaian kombinasi obat beuroleptik
dengan analgetik opiat secara intravena. Komponen trias anastesia
yang dipenuhinya adalah sedasi atau hipnotik ringan dan analgesia
ringan. Kombinasi lazim adalah dehidrobenzperidol dengan fentanil.
Jika tidak terdapat fentanil dapat digantikan dengan petidin atau
morfin.Indikasi: 1) Tindakan diagnostik endoskopi seperti
laringoskopi, bronkoskopi, esofaguskopi, rektos-kopi2) Sebagai
suplemen tindakan anestesi lokalKontraindikasi :1) Penderita
parkinson, karena pada pemberian dehidrobenzperidol akan
menyebabkan peningkatan gejala parkinson2) Penderita penyakit paru
obstruktif3) Bayi dan anak-anak sebagai kontraindikasi
relatif.1,5
Jenis Obat Anestesi Intravena :1. Propofol (2,6
diisopropylphenol)Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan
sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang
Diprivan. Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam
anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak-anak usia lebih
dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean. Obat
ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat
isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8 Obat ini
juga kompatibel dengan D5W.5,7Mekanisme kerja :Mekanisme kerjanya
sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired
Acid).Farmakokinetik :Digunakan secara intravena dan bersifat
lipofilik dimana 98% terikat protein plasma, eliminasi dari obat
ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, onset
kerja berkisar 30 45 detik. Durasi 5-10 menit. Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi (rata - rata 30 45 detik) dan kecepatan untuk
pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol
10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek
analgetik ataupun relaksasi otot.5,7Farmakodinamik:a.) Pada sistem
saraf pusatDosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana
dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai
efek analgetik, pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) pemulihan
kesadaran berlangsung cepat. Dapat menyebabkan perubahan mood tapi
tidak sehebat thiopental. Dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
tekanan intraokular sebanyak 35%.5,7Cp50 - respon terhadap perintah
hilang (verbal) = 2.3 - 3.5 mcg/mlPemeliharaan : 1.5-6 mcg/ml
Pasien bangun: < 1.6 mcg/ml Pasien terorientasi: < 1.2 mcg/ml
b.) Pada sistem kardiovaskulerInduksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat
menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan
dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. Ini
diakibatkan Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan
katekolamin dan menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik
sebanyak 30%. Pengaruh pada jantung tergantung dari :1.) Pernafasan
spontan mengurangi depresi jantung berbanding nafas kendali
Pemberian drip lewat infus mengurangi depresi jantung berbanding
pemberian secara bolus2.) Umur makin tua usia pasien makin
meningkat efek depresi jantung.5,7c.) Pada sistem pernafasanDapat
menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa
kasus dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada
pemberian diprivan. Secara lebih detail konsentrasi yang
menimbulkan efek terhadap sistem pernafasan adalah seperti
berikut:1.) Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe
setelah diberikan dosis induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30
saat.2.) Pemberian 2,4 mg/kg: Memperlambat frekuensi pernafasan
selama 2 menit, volume tidal (VT) menurun selama 4 menit 3.)
Pemberian 100 g/kg/min: respons CO2 sedikit menurun, VT berkurang
40% ,frekuensi pernafasan meningkat 20%4.) Pemberian 200 g/kg/min:
hanya sedikit mendepresi VT, paCO2 menurun.5,7Dosis dan
penggunaana) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.b) Sedasi : 25 to 75
g/kg/min dengan I.V infusc) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum :
100 - 150 g/kg/min IV (titrate to effect).d) Turunkan dosis pada
orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung
penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.e) Dapat dilarutkan
dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal
0,2%f) Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus
berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam
kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi
dari bakteri.5,7Efek SampingDapat menyebabkan nyeri selama
pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi
pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat
dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika
mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan
torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V
melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali
ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol. Propofol
merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada
pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan
pankreatitis. Pada sesetengah kasus dapat menyebabkan kejang
mioklonik (thiopental < propofol < etomidate atau
methohexital). Phlebitis juga pernah dilaporkan terjadi setelah
pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang. Terdapat
juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan
pada anak-anak akibat pemberian propofol.5,7
2. KetaminKetamine (Ketalar or Ketaject) merupakan
arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan
phencyclidine. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan rapid acting non barbiturate general
anesthesia. 5,7Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia,
karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi ,
nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah muntah ,
pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan
terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi
gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan
emergence phenomena.5,7Mekanisme kerjaBeberapa kepustakaan
menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan
medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan
interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi
umum dan juga efek analgesik.5,7Farmakokinetika.) Absorbsi :
Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau
intramuscularb.) Distribusi : Ketamin lebih larut dalam lemak
sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ. Efek
muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis
induksi 0,5 2 mg/kg BB, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit.
Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15
menit.c.) Metabolisme : Ketamin mengalami biotransformasi oleh
enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit yang masih
aktif.d.) Ekskresi : Produk akhir dari biotransformasi ketamin
diekskresikan melalui ginjal.5,7Farmakodinamika.) Susunan saraf
pusatApabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien
akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas
pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain
itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari (cataleptic
appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang.
Itu merupakan efek anestesi dissosiatif yang merupakan tanda khas
setelah pemberian Ketamin. Apabila diberikan secara intramuskular,
efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi
buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien
mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan
peningkatan tekanan darah intrakranial. 5,7Konsentrasi plasma (Cp)
yang diperlukan untuk hipnotik dan amnesia ketika operasi kurang
lebih antara 0,7 sampai 2,2 g/ml (sampai 4,0 g/ml buat anak-anak).
Pasien dapat terbangun jika Cp dibawah 0,5g/ml.5,7Ketamin merupakan
suatu reseptor antagonis N-Metil-D-aspartat (NMDA) yang non
kompetitif yang menyebabkan :1) Penghambatan aktivasi reseptor NMDA
oleh glutamat 2) Mengurangi pembebasan presinaps glutamat 3) Efek
potensial Gamma-aminobutyric acid (GABA)5,7Pemberian Ketamin dapat
menyebabkan efek psikologis yang berupa:1) Mimpi buruk2) Perasaan
ekstrakorporeal (merasa seperti melayang keluar dari badan)3) Salah
persepsi, salah interpretasi dan ilusi 4) Euphoria, eksitasi,
kebingungan dan ketakutan5) 20%-30% terjadi pada orang dewasa6)
Dewasa > anak-anak7) Perempuan > laki-laki5,7b.)
MataMenimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka
spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan
aliran darah pada pleksus koroidalis.5,7c.) Sistem
kardiovaskulerKetamin adalah obat anestesia yang bersifat
simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan
jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif
dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.5,7d.) Sistem
pernafasanPada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap
sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat
simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien
asma.5,7Dosis dan pemberianKetamin merupakan obat yang dapat
diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit
didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. Dosis induksi adalah
1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif
lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk
mendapatkan efek yang diinginkan.5,7Untuk pemeliharaan dapat
diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara
intermitten diulang setiap 10 15 menit dengan dosis setengah dari
dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk menimbulkan
efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 0,8 mg/kg IV atau 2 4 mg/kg
IM atau 5 10 g/kg/min IV drip infus.5,7Efek sampingDapat
menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah,
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot
dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu
ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata
dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.5,7Kontra
indikasiMengingat efek farmakodinamiknya yang relatif kompleks
seperti yang telah disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas
pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit
sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor
otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat,
misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler.
Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat
obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes
militus , PJK dll.1,5,7
Jenis obat premedikasi :1. Ondansetron Ondansetron adalah
derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan dengan serotonin
dan merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang berada
di CTZ dan juga pada aferen vagal saluran cerna, tanpa mempengaruhi
reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun
kolinergik.6,7Pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara
cepat. Kadar maksimum tercapai setelah 1-1,5 jam, terikat protein
plasma sebanyak 70-76% dan waktu paruh 3 jam. Ondansetron di
eliminasi cepat dalam tubuh. Metabolisme obat ini terutama secara
dihidroksilasi dan konjugasi dengan glukuronida atau sulfat dalam
hati.6,7Indikasi :Untuk mencegah mual dan muntah yang berhubungan
dengan operasi dan pengobatan kanker dengan radioterapi dan
sitostatika 0,1-0,2 mg/kg IV.6,7Efek samping : Keluhan umum yang
ditemukan adalah konstipasi. Gejala lain berupa sakit kepala,
flushing, mengantuk, gangguan saluran cerna. 6,7
Kontraindikasi :Pasien yang hipersensitivitas terhadap obat ini,
ibu hamil ataupun yang ibu sedang menyusui karena mungkin disekresi
dalam asi. Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami intoksikasi,
tetapi pada pasien yang mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat
digunakan dengan aman.1,5,7
BAB IIILAPORAN KASUS
3.1. Identitas PasienNama: Ny. KUsia: 34 tahunNo. Rekam Medik:
273041Jenis Kelamin: PerempuanPendidikan: Ibu Rumah TanggaAgama:
IslamAlamat: Pejogol RT 03/02Tanggal Masuk RS: 23 Mei 2013Tanggal
Follow up: 23 Mei 2013Tanggal Operasi: 24 Mei 2013 Pukul 10.00
WIB
3.2. Primary SurveyA: Airway clear, snoring (-), Gurgling (-),
Crowing (-), Maxillofacial injury (-)B: Spontan, Respiration rate:
18 kali per menit, Suara dasar vesikuler, Wheezing (-), Ronchi
(-)C: Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 84 kali per menit, Tegangan
dan isi cukup, S1>S2, Gallop (-), Murmur (-)D: GCS (15), BB: (53
Kg), S : (36.4 derajat celsius) 3.3. Secondary Surveya. Anamnesis
(Tanggal 23 Mei 2013) Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dari
Poli RSMS mengeluh adanya perdarahan dari jalan lahir dari 1 bulan
yang lalu. Darah berwarna merah segar, jaringan (-) HPHT: 27/3/13 ,
riwayat menstruasi tidak teratur per 7 hari. Dengan G2P1A0 anak
yang pertama perempuan usia 12 tahun lahir spontan dengan berat
badan 2,8 . Nyeri perut (-), riwayat KB suntik, riwayat penyakit
lain (-) Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku tidak memiliki
riwayat alergi terhadap obat Analsik dan tidak alergi terhadap
makanan. Pasien juga tidak memiliki penyakit hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gastritis, dan
juga riwayat batuk yang lama. Riwayat Penayakit KeluargaPasien
mengatakan bahwa dikeluarga tidak memiliki riwayat penyakit kencing
manis dan penyakit darah tinggi. Pasien juga mangaku tidak punya
gigi palsu dan tidak ada gigi yang goyang. Pasien tidak memiliki
riwayat operasi sebelumnya. Riwayat Kebiasaan PasienPasien juga
tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, mengkonsumsi
obat-obatan. Sebelum operasi pasien sudah menjalani puasa selama 6
jam. Selama itu selang infus telah terpasang pada tangan kanan
pasien.
b. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : Tampak sakit ringanKesadaran:
Compos MentisBerat badan: 53 kgTinggi badan: 150 cmBMI: 23,5
(normoweight)Tanda tanda vital Tekanan darah: 120/80 mmhgNadi: 71
x/menitSuhu: 36,4 CPernafasan: 18 x/menitStatus GeneralisKepala:
NormocephaliMata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung
(+/+)Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)Telinga :
Simetris, liang telinga lapang, MT intak +/+, sekret -/-Mulut:
Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), bau pernafasan (-),
gerak sendi temporo mandibula baikGigi geligi : Gigi palsu (-),
gigi goyag (-), gigi depan menonjol (-)Rongga mulut: Terlihat
palatum mole dan durum, terlihat tonsil kanan T1 tonsil kiri T1 dan
uvula, (Mallampati I), oral hygiene baik.Leher : Leher pendek (-),
gerak vertebra servikal baik, KGB tidak teraba membesar, JVP 5+1cm
H2OThorax: Bentuk simetris, gerak dinding dada simetrisCor: Bunyi
jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)Pulmo: Vocal fremitus
simetris, sonor +/+ Suara nafas vesikuler normal, Ronki (-/-),
wheezing (-/-)Abdomen: datar,simetris,supel, nyeri tekan(-), bising
usus (+) normal.Ekstremitas : Akral hangat (+) Edema ()
c. Pemeriksaan PenunjangLaboratorium Darah Lengkap (23 Mei
2013)a. Hb: 10,6 gr/dl b. Ht: 31 % c. Leukosit: 7000/uL d.
Trombosit: 238.000 /uL e. Eritrosit : 3,6 x 106 /uL f. PTT : 13,5
detik g. APTT : 34,9 detik h. GDP : 160 mg/dLi. GDPP : 268 mg/dLj.
Na : 140 mmol/Lk. K: 3,8 mmol/Ll. Cl: 104 mmol/Lm. Cr: 0,65 mg/dLn.
Ureum : 17,9 mg/dLo. Basofil : 0,1% p. Eosinofil: 0,3% q. Batang :
0% r. Segmen: 77% s. Limfosit: 17% t. Monosit: 4,8%
d. RESUMESeorang perempuan umur 34 tahun, datang dengan keluhan
terjadi perdarahan dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu. HPHT
27/3/13, Menstruasi tidak teratur sudah 7 hari. Pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi dan pernapasan
dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan kelainan.
e. DIAGNOSA KERJAG2P1A0 34 tahun dengan usia kehamilan 7 minggu
6 hari dengan abortus insipien DD abortus iminen pro kuretase
f. KESIMPULANBerdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
maka dapat disimpulkan:Diagnosa perioperatif: Abortus
insipienStatus operatif : ASA IJenis operasi: KuretaseJenis
anestesi: TIVADiagnosa postoperatif: Abortus insipien
BAB IVLAPORAN ANESTESI
4.1 Pre Operatifa. Persiapan anestesi Informed Consent : (+)
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos Mentis
Tanda-tanda vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi: 71 x/menit RR:
20 x/menit Suhu: 36,4 C Puasa 6-8 jam pre operasi Terpasang infus
di tangan kanan RL 500cc
b. Penatalaksanaan anestesi Tindakan Anestesi: TIVA Tindakan
Operasi: curet Posisi pasien: Supine Premedikasi: Ondansentron 4 mg
i.v Induksi: - Propofol 40mg i.v Ketamin 25 mg iv Rumatan: - O2
2L/menit N2O 2L/menit
4.2 Monitoring Tindakan Operasi :Tabel 1. Monitoring Tindakan
OperasiJam(WIB)TindakanTekanan Darah (mmHg)Nadi (x/menit)Saturasi
O2 (%)
09.30 Pasien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja
operasi Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi, saturasi O2
Infus RL terpasang pada tangan kanan Pemberian premedikasi:
Ondansentron 4 mg iv bolus120/8071100
09:32 Obat induksi dimasukkan secara iv: Propofol 40 mg Ketamin
25 mgDalam beberapa saat pasien teranestesi penuh O2 :
2L/menit136/91102100
09:33 Operasi dimulai130/879899
09:35 Pospargin132/9095100
09:40 Operasi selesai Gas O2 distop Pelepasan alat monitoring
Pasien dibangunkan125/8090100
09:42 Pasien dipindahkan ke ruang Recovery room Dilakukan
pemasangan alat monitoring125/859599
4.3 Intra Operatif (24 Mei 2013)a. Lama Operasi : 7 menit (09:33
09:40 )b. Lama Anestesi: 8 menit (09:32 09:40 )c. Jenis Anestesi :
Total intravena anestesi menggunakan O2 2L/mntd. Pernafasan:
Spontan e. Cairan yang masuk saat durante operasi : RL 500cc,
cairan keluar tidak dapat dimonitoring karena tidak dilakukan
pemasangan kateter
4.4. Post Operatif Pasien masuk ruang pemulihan dan setelah itu
dibawa ke kamar rawat Flamboyan Observasi tanda- tanda vital dalam
batas normal Kesadaran: compos mentisTD: 130/90 mmHgNadi:
85x/minPenilaian pemulihan kesadaranTabel 2 . Variabel Skor
Lockharte/AldreteVariabelTemSkorSkor Pasien
AktivitasGerak ke-4 anggota gerak atas perintahGerak ke-2
anggota gerak atas perintahTidak respon2102
RespirasiDapat bernapas dalam dan batukDispnea,
hipoventilasiApnea2102
SirkulasiPerubahan ,< 20 % TD sistol preoperasiPerubahan
20-50 % TD sistol preoperasiPerubahan .> 50 % TD sistol
preoperasi2102
KesadaranSadar penuhDapat dibangunkanTidak respon2101
Warna kulitMerahPucatSianotik2102
Skor Total9
9 : Pindah dari unit perawatan pasca anestesi 8 : Dipindahkan ke
ruang perawatan bangsal 5 : dipindahkan ke ruang perawatan intensif
(ICU)
Pasien dipindahkan ke ruang perawatan bangsal untuk dilakukan
observasi lebih lanjut.
4.5. Terapi Cairan Intra OperatifBerat badan: 53 kg
2 x Berat BadanKebutuhan Cairan Basal (M) : 2 x 53 kg = 106
cc
Operasi sedang x Berat Badan (kg)Kebutuhan cairan operasi (O) :
(Stress Operasi) 6 x 53 kg= 318 cc
Lama jam puasa x kebutuhan cairan basalKebutuhan cairan puasa
(P) : 6 x 106 cc= 636 cc
Pemberian cairan jam pertama :50% Kebutuhan cairan
puasa+Kebutuhan cairan basal+Kebutuhan cairan operasi=318 cc +
106cc + 318 cc = 742 cc
4.6. PrognosisAd Vitam: Ad BonamAd Functionam: Ad BonamAd
Sanationam: Ad Bonam
BAB VANALISA KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis, Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis abortus insipien dengan ASA I, yakni
pasien sehat organik, fisiologik , psikiatrik dan biokimia. Pasien
dianjurkan untuk melakukan operasi kuretase. Menjelang operasi
pasien tampak sakit ringan, tenang, kesadaran compos mentis. Pasien
sudah dipuasakan selama 6 jam. Jenis anestesi yang dilakukan yaitu
anestesi intravena dengan teknik TIVA. Pada pasien diberikan
premedikasi ondancentron 4 mg. Ondansentron merupakan antagonis
reseptor serotonin 5-HT3 selektif yang diberikan sebagai pencegahan
dan pengobatan mual dan muntah selama dan pasca bedah. Ondansentron
diberikan pada pasien untuk mencegah mual muntah yang bisa
menyebabkan aspirasi. Pelepasan 5HT3 ke dalam usus merangsang
refleks muntah dan mengaktifkan serabut aferen vagal lewat
reseptornya.Dilakukan induksi dengan propofol 40 mg (dosis induksi
2-2,5mg/kgBB), propofol dapat menghambat transmisi neuron yang
hancur oleh GABA. Obat anestesi yang bekerja cepat efek kerjanya
dicapai dalam waktu 30 detik. Dan diberikan ketamin 25 mg dengan
dosis 0,5-1mg/kgBB, yang mempunyai efek analgesia sangat kuat, akan
tetapi efek hipnotiknya kurang. Apabila diberikan intravena, maka
dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat
kesadaran. Selama operasi keadaan pasien stabil. Observasi
dilanjutkan pada pasien postoperatif di Recovery Room, dimana
dilakukan pemantauan tanda vital meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi dan saturasi oksigen.
BAB VIPENUTUP
6.1 KesimpulanPada pasien ini dilakukan kuretase pada tanggal 24
Mei 2013 dengan teknik anestesi yang di pakai adalah anestesi umum
intravena. Dilakukan induksi dengan propofol sebagai obat sedatif,
yang diberikan bersamaan dengan ketamin. Untuk maintenance selama
operasi berlangsung O2 2L. Pemberian cairan infus RL untuk
mengganti cairan intravaskular dan ekstrasel yang hilang selama
operasi. Perawatan post operatif dilakukan di Recovery Room dengan
pengawasan tanda vital, tanda-tanda perdarahan dan infus cairan
sesuai dengan kebutuhan.
1
22