FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI INTRAVENA NON OPIOID
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI INTRAVENA NON OPIOIDOleh : Ayu
Miftakhun NikmahH1A010010
Pembimbing :Dr. Hj. Elya Endriani, Sp.An
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN / SMF
ANESTESI DAN REAMINASIRUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTBFAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2014
Obat non opioid adalah obat yang tidak berasal dari opium
ataupun morfin. Sedangkan obat anestesi intravena adalah obat
anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang
berkhasiat hipnotik, analgetik ataupun pelumpuh otot. Obat anestesi
intravena disebut ideal bila memenuhi persyaratan tidak iritasi
pada vena, induksi cepat, stabil kardiovaskuler dan lama kerja
cepat, sehingga pemulihan cepat.2
PendahuluanObat anestesi intravena biasanya diberikan sebagai
obat induksi anesthesia umum, obat tunggal untuk anestesi
pembedahan singkat, obat tambahan untuk obat inhalasi yang kurang
kuat dan obat tambahan anestesi regional.Setelah berada didalam
pembuluh darah vena, obatobat ini akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju
target organ masingmasing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamik masing-masing obat.1
Tinjauan PustakaObat Anestesia Non OpioidAgen kelompok ini dapat
dibagi menjadi barbiturat (tiopental, tiamilal, metoheksital),
benzodiazepine (midazolam, diazepam, lorazepam) dan obat lainnya
seperti ketamine dan propofol.
Mekanisme KerjaBarbiturat menekan sistem aktivasi retikuler,
suatu jaringan polisinaptik kompleks dari saraf dan pusat regulasi,
yang terletak di batang otak yang mengontrol beberapa fungsi vital,
termasuk kesadaran. Barbiturat menekan transmisi neurotransmiter
eksitator (seperti asetilkolin) dan meningkatkan transmisi
neurotransmiter inhibitor (seperti gamma-aminobutyric acid atau
GABA). Mekanisme spesifik diantaranya dengan pelepasan transmiter
(presinaptik) dan interaksi selektif dengan reseptor
(postsinaptik).2
Barbiturata. Absorbsi : Pada anestesiologi klinis, barbiturat
paling banyak diberikan secara intravena.4b. Distribusi : Setelah
pemberian secara intravena, thiopental akan melewati sawar darah
otak secara cepat dan akan menyebabkan hipnotis dalam waktu 30-40
detik. Kesadaran akan pulih setelah 20-30 menit pemberian. Lama
kerja dari barbiturate ditentukan oleh redistribusinya. Thiopental
di dalam darah 70% terikat albumin, sisanya 30 % dalam bentuk
bebas, sehingga pada pasien dengan albumin rendah dosis harus
dikurangi. 4c. Metabolisme : Metabolisme dari barbiturat terutama
terjadi dihepar.4d. Ekskresi : Sebagian besar akan diekskresikan
lewat urine.4
FarmakokinetikDosis induksi untuk anesthesia pada pasien dewasa
thiopental adalah 3-5 mg/kgBB. Dosis tersebut dapat bervariasi
antara pasien satu dengan lainnya. Hal ini paling banyak disebabkan
oleh efek tambahan dari obat premedikasi ataupun keadaan pasien itu
sendiri seperti pada pasien yang hamil atau lanjut usia, dosisnya
dikurangi (1-3 mg/kgBB).
Dosisa.Sistem kardiovaskuler Menurunkan tekanan darah dan
cardiac output. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot
jantung, sehingga curah jantung turun dan dilatasi pembuluh
darah.4b.Sistem Respirasi Menyebabkan depresi pusat pernafasan dan
sensitifitas terhadap CO2 menurun. c. Neurologi Barbiturate
merupakan antikonvulsan yang sangat baik. Thiopental mengontrol
kejang tipe grand mall.
Efek SampingObat golongan benzodiazepine yang sering digunakan
untuk anestesia adalah diazepam, midazolam dan lorazepam. Golongan
benzodiazepine baik digunakan sebagai premedikasi karena memiliki
efek amnesia anterograde sehingga dapat menghilangkan ingatan
trauma operasi pada anak-anak.
BenzodiazepineGolongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik,
sedative, anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang
bekerja di sentral. Benzodiazepine bekerja di reseptor ikatan
GABAA. Benzodiazepam meningkatkan aktifitas reseptor GABAA yang
memiliki efek inhibitori pada system saraf pusat.
Mekanisme Kerjaa. Absorbsi : Benzodiazepin dapat diberikan
secara oral, intramuskuler, dan intravena untuk sedasi atau induksi
pada general anestesia. b. Distribusi : Diazepam cukup larut lemak
dan dengan cepat melewati sawar darah otak. Midazolam bersifat
larut air namun pada pH yang rendah menyebabkan peningkatan
kelarutan terhadap lemak. Lorazepam mempunyai kelarutan sedang pada
lemak sehingga memperlambat ambilan ke otak dan onset
kerjanya.5
Farmakokinetikc. Biotransformasi : Biotransformasi
benzodiazepine terjadi dalam liver. Golongan benzodiazepine banyak
di metabolisme oleh enzim-enzim dalam kelompok sitokrom P450.
d.Ekskresi : Metabolit biotransformasi benzodiazepin dieksresi
terutama lewat urin dan sebagian kecil di plasma. Gagal ginjal
menyebabkan perpanjangan sedasi pada pasien yang mendapat midazolam
akibat akumulasi metabolit konjugated.4,5
a. Kardiovaskuler Efek depresan kardiovaskuler benzodiazepin
minimal walaupun pada dosis induksi. Tekanan darah arterial,
cardiac output dan tahanan vaskuler perifer turun secara pelan,
kadang denyut jantung meningkat. b. Respirasi Benzodiazepin menekan
respon ventilatori terhadap CO2. C. Otak Benzodiazepin menurunkan
Cerebral Metabolic Rate untuk konsumsi O2 (CMRO2), Cerebral Blood
Flow (CBF).3 Dosis ini sering menimbulkan amnesia antegrade yang
berguna untuk premedikasi. Anticemas, amnesik dan efek sedasi
terlihat pada dosis rendah dan meningkat menjadi stupor dan tidak
sadar pada dosis induksi. 5
Efek SampingPropofol merupakan derivat fenol dengan nama kimia
di-iso profil fenol yang banyak dipakai sebagai obat anestesia
intravena. Bentuk fisik berupa cairan berwarna putih seperti susu,
tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk
ampul, berisi 20 ml/ampul (1 ml = 10 mg). Propofola. Absorbsi :
Propofol hanya diberikan secara intravena untuk induksi general.5b.
Distribusi : Kelarutan lemak yang tinggi dari propofol menyebabkan
onset kerjanya yang cepat. Waktu paruh distribusinya sangat cepat
yaitu 2-8 menit, sedangkan waktu eliminasinya 20-60 menit. Pada
induksi anestesi, level tidur yang cukup dalam dapat dicapai
propofol dalam waktu 1-2 menit. 2,5c. Metabolisme : Bersihan
propofol melewati aliran darah hepar dengan cepat menjadi tidak
aktif yaitu sulfat dan asam glukoronik . 4,5d. Ekskresi sebagian
besar diekskresikan melalui urin.2
FarmakokinetikDosis induksi propofol 1,5-2,5 mg/kg. Dosis
tersebut bisa bervarisi setiap orang. Dosis induksi propofol yang
digunakan untuk orang tua harus dikurangi.
Dosis1. Kardiovaskuler : propofol dapat menurunkan tekanan darah
arteri selama induksi anestesi. Penurunan tekanan arteri diikuti
oleh penurunan stroke volume 25 % dan tahanan sistemik vaskuler
sekitar 15-25 %. Vasodilatasi muncul karena penurunan aktivitas
simpatis, dan efek langsung pada mobilisasi Ca intrasel otot polos.
52. Respirasi : Propofol mengakibatkan depresan respiratori. 5 3.
Otak : Propofol menurunkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial. Propofol juga menurunkan tekanan intraokuler.5
Efek SampingKetamine merupakan rapid acting non barbiturate
general anesthesia. Ketamin menghasilkan anestesi disosiasi yaitu
dimana mata masih tetap terbuka dan ada nistagmus yang lambat.
Pasien tidak dapat berkomunikasi meskipun dia tampak sadar.
Refleks-refleks masih tetap dipertahankan seperti reflek kornea,
reflek batuk dan reflek menelan. Namun, semua reflek ini tidak
boleh dianggap sebagai proteksi terhadap jalan napas.1,5
KetaminKetamin berefek multipel melalui sistem saraf pusat,
termasuk memblok refleks polisinaptik di medula spinalis dan efek
inhibisi neurotransmiter eksitatori asam glutamat pada subtipe
reseptor NMDA. Reseptor NMDA ini terlibat dalam input sensoris pada
level spinal, talamik, limbik dan kortikal. Ketamin menghambat atau
menginterfensi input sensoris ke sentral yang lebih tinggi dari
system saraf pusat. Mekanisme Kerjaa. Absorbsi : Ketamin diberikan
secara intravena atau intramuskuler.3b. Distribusi : Ketamin larut
lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ
yang banyak vaskularisasinya termasuk otak dan selanjutnya akan
didistribusikan kembali ke jaringan. Waktu paruh distribusinya
10-15 menit. 5c.Metabolisme : Ketamin dibiotransformasi oleh enzim
mikrosomal di hepar menjadi beberapa metabolit, beberapa masih
beraktivitas anestetik.3d.Ekskresi : ginjal.3
FarmakokinetikPada sistem saraf pusat Aliran darah ke otak
meningkat, menimbulkan peningkatan intrakranial. ketamin
meningkatkan konsumsi oksigen serebral, CBF dan tekanan
intrakranial. Efek ini menghalangi penggunaannya pada pasien dengan
lesi desak ruang intrakranial. 5Pada kardiovaskuler : ketamin
merupakan obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, stimulasi
sentral di sistem saraf simpatis, meningkatkan tekanan darah dan
denyut jantung (efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer). Ketamin merupakan bronkodilator yang poten dan baik
untuk pasien asma. 2,5
Efek SampingTingkat kelarutan ketamin dalam lemak sangat tinggi,
sehingga onset kerjanya sangat cepat kurang lebih 30 detik dan
durasinya relatif singkat. Ketamin dapat melewati sawar darah otak
dengan sangat cepat. Konsentrasi plasma ketamin terjadi dalam 1
menit setelah pemberian melalui intravena dan bertahan 5 sampai 10
menit.2
Onset dan DurasiAnestesia intravena merupakan metode anestesia
yang paling sering digunakan untuk induksi anestesia pada orang
dewasa. Sifat obat yang lipofilik membuat obat cepat teredistribusi
ke otak sehingga menghasilkan onset kerja obat yang cepat dan
durasi yang cepat setelah pemberian intravena. Masing-masing obat
memiliki sifat dan efek samping yang berbeda-beda. Pemilihan dalam
penggunaan obat untuk induksi anestesi harus diperhatikan pada
faktor-faktor yang mungkin berperan dalam proses absorbs,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. Faktor yang berperan dalam
pemilihan obat antara lain usia, berat badan dan penyakit yang
menyertai.
KesimpulanKatzung BG. Farmakologi Dasar Klinik, Edisi ke-10.
Jakarta: EGC 2010Kresnoadi, E. Belajar Ilmu Anestesi, Jilid ke-1.
Bagian/SMF Anestesiologi dan Reaminasi Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram. 2011Hardman G Joel & Limbird E Lee.
Goodman & Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Volume 1. Jakarta:
EGC; 2008Hamming C Hugh. The Pharmaco;ogy Of Intravenous Anesthetic
Induction Agents. Weill Cornel Medical Collage: New York;
2010Morgan, GD. Et al, Clinical Anesthesiology. 4th edition. Lange
Medical Books/McGraw-Hill.2006; hal : 194-204
Daftar Pustaka