1 Pendahuluan Saat ini setiap negara tidak lepas dari Perdagangan international, Perdagangan international adalah kegiatan pertukaran barang dan jasa yang melintasi batas-batas negara dan berhubungan dengan pemerintah serta pendududk negara lain ,perdagangan international bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyrakat yang ada pada negara tersebut serta untuk Memperoleh barang dan jasa yang tidak dapat di hasilkan di dalam negeri dan mendorong terciptanya kemajuan teknologi, dapat memperluas pasar, meningkatkan penerimaan negara melalui bea masuk maupun bea keluar, mempererat hubungan dengan negara lain seringnya perdagangan international di lakukan oleh setiap negara maka harus berhati-hati dalam melakukan perdagangan international karena perdagangan international terdapat kerugian yang di timbulkan bagi negara yang tidak tahan seperti ketidakmampuan beradaptasi di pasar global menyebabkan perekonomian negara terpuruk. Produksi dalam negeri yang tidak mampu bersaing dengan barang impor akan ditinggalkan konsumen karena hal tersebutlah akan menyebabkan inflasi pada negara tersebut. Barang-barang impor sangat berpengaruh dengan barang-barang produk dalam negeri, karena selain harga barang-barang impor yang sangat murah kualitasnya pun dapat dibilang baik. Sehingga orang-orang dalam negeri cenderung lebih memilih produk impor. Hal tersebut disebabkan karena belum maksimalnya penerapan sebuah teknologi dalam proses produksi. Kebanyakan pengusaha dalam kegiatan proses produksi tanpa diiringi penguasaan konsep dan teknologi yang membuat tidak maksimalnya proses produksi. Permasalahan yang selanjutnya adalah dalam menjalankan proses produksinya, pelaku usaha di tanah air selalu dibayang-bayangi masalah finansial atau pendanaan proses produksi. Secara tidak langsung keadaan ini mengganggu proses produksi yang membuat pengusaha lebih memilih untuk menekan biaya produksi hingga seminimal mungkin. Misalnya saja dengan menggunakan bahan baku yang kualitasnya dibawah standar yang seharusnya serta penggunaan teknologi
46
Embed
Analisis Pengendalian Kualitas Dengan Metode Six Sigma ... · salah satu alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas yang merupakan terobosan di bidang manajemen kualitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Pendahuluan
Saat ini setiap negara tidak lepas dari Perdagangan international,
Perdagangan international adalah kegiatan pertukaran barang dan jasa yang
melintasi batas-batas negara dan berhubungan dengan pemerintah serta
pendududk negara lain ,perdagangan international bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyrakat yang ada pada negara tersebut serta untuk Memperoleh
barang dan jasa yang tidak dapat di hasilkan di dalam negeri dan mendorong
terciptanya kemajuan teknologi, dapat memperluas pasar, meningkatkan
penerimaan negara melalui bea masuk maupun bea keluar, mempererat hubungan
dengan negara lain seringnya perdagangan international di lakukan oleh setiap
negara maka harus berhati-hati dalam melakukan perdagangan international
karena perdagangan international terdapat kerugian yang di timbulkan bagi negara
yang tidak tahan seperti ketidakmampuan beradaptasi di pasar global
menyebabkan perekonomian negara terpuruk. Produksi dalam negeri yang tidak
mampu bersaing dengan barang impor akan ditinggalkan konsumen karena hal
tersebutlah akan menyebabkan inflasi pada negara tersebut.
Barang-barang impor sangat berpengaruh dengan barang-barang produk
dalam negeri, karena selain harga barang-barang impor yang sangat murah
kualitasnya pun dapat dibilang baik. Sehingga orang-orang dalam negeri
cenderung lebih memilih produk impor. Hal tersebut disebabkan karena belum
maksimalnya penerapan sebuah teknologi dalam proses produksi. Kebanyakan
pengusaha dalam kegiatan proses produksi tanpa diiringi penguasaan konsep dan
teknologi yang membuat tidak maksimalnya proses produksi. Permasalahan yang
selanjutnya adalah dalam menjalankan proses produksinya, pelaku usaha di tanah
air selalu dibayang-bayangi masalah finansial atau pendanaan proses produksi.
Secara tidak langsung keadaan ini mengganggu proses produksi yang
membuat pengusaha lebih memilih untuk menekan biaya produksi hingga
seminimal mungkin. Misalnya saja dengan menggunakan bahan baku yang
kualitasnya dibawah standar yang seharusnya serta penggunaan teknologi
2
konvensional yang membuat proses produksi tidak maksimal. Dua permasalahan
klasik diatas merupakan sebagian kecil dari hambatan-hambatan yang membuat
produk-produk dalam negeri menjadi lebih rendah mutunya jika dibandingkan
dengan produk-produk yang diproduksi negara-negara maju. Hal ini tentunya
menjadi ancaman serius bagi pelaku usaha nasional karena kita telah memasuki
gerbang perdagangan bebas. Sedangkan pada perdagangan bebas itu diharapkan
barang-barang produksi Indonesia mampu menyaingi produk luar yang masuk ke
Indonesia sehingga dapat tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Guna memasuki pasar internasional, maka perusahaan dalam kegiatan
produksinya harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas. Peningkatan
kualitas produk dengan harapan tercapainya tingkat cacat produk mendekati zero
defect membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perbaikan kualitas dan perbaikan
proses terhadap sistem produksi secara menyeluruh harus dilakukan jika
perusahaan ingin menghasilkan produk yang berkualitas baik dalam waktu yang
relatif singkat. Suatu perusahaan dikatakan berkualitas bila perusahaan tersebut
mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses terkendali. Melalui
pengendalian kualitas (quality control) diharapkan bahwa perusahaan dapat
meningkatkan efektifitas pengendalian dalam mencegah terjadinya produk cacat
(defect prevention), sehingga dapat menekan terjadinya pemborosan dari segi
material maupun tenaga kerja yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas
produksi dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Nenny Ika Cendrawati (2007), menyatakan
bahwa dalam kegiatan proses produksi tekstil untuk meningkatkan mutu produksi
diperlukan rancangan pengendalian mutu dengan metode six sigma. Melalui
metode ini proses spinning dapat menghasilkan produk benang yang bermutu.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sahrial Amri dan I Wayan Suletra (2009),
mengungkapkan bahwa terdapat gangguan yag bersifat khusus (di luar sistem)
yang mempunyai potensi menganggu proses produksi, sehingga diperlukan
analisis stabilitas dan kapabilitas dalam proses spinning.
3
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Yogi Yusuf Wibisono dan
Theressa Suteja (2013), mengemukakan bahwa aplikasi dan potensi DMAIC Six
Sigma dalam proyek perbaikan mutu untuk satu jenis produk di mana dalam
proyek ini hanya melibatkan orang-orang di bagian produksi. Salah satu
pendekatan dan metode yang efektif dalam kegiatan produksi adalah DMAIC Six
Sigma yang berhasil memperbaiki kualitas produksi.
PT. Pismatex yang berada di Kota Pekalongan Jawa Tengah salah satu
perusahan tekstil yang sudah merambah di bidang produk tekstil, kemudian
mengembangkan bisnisnya menjadi tekstil yang memproduksi kain sarung
pelekat. Sistem modal dan saham yang dimiliki adalah milik keluarga. PT
Pismatex didirikan pada tahun 1971 oleh H. Ghozi Salim sebagai pemilik
perusahaan dan pada tahun 1972 mulai memproduksi kain sarung pelekat merek
‘Gajah Duduk’. Sejalan dengan perkembangan penggunaan teknologi dalam
industri tekstil, maka sarung ‘Gajah Duduk’ diproduksi dengan berbagai
tingkatan mutu, antara lain mutu 4.000 benang, 5.000 benang dan 7.000 benang.
Pada awal berdiri PT. Pismatex menggunakan proses produksi kain sarung
dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Penggunaan teknologi yang semakin
berkembang dalam industri tekstil menuntut perusahaan mengadopsi
perkembangan teknologi dalam proses produksinya. Oleh karena itu, pada tahun
1973 perusahaan melakukan pembaharuan teknologinya dengan mengganti
penggunaan ATBM menjadi Alat Tenun Mesin (ATM). Penggantian penggunaan
mesin dalam proses produksi kain sarung atas pertimbangan perusahaan dan
dikarenakan meningkatnya daya beli masyarakat, tingkat produktivitas yang tinggi
dan mutu kain sarung yang lebih baik.
Perkembangan ekonomi membuat PT. Pismatex mencoba merambah pasar
internasional, maka dari itu PT. Pismatex dituntut untuk selalu berusaha
memperbaiki kualitas dengan tujuan agar dapat memberikan produk yang
berkualitas dan selalu menjaga reputasi merek dagang sarung yang terkenal
dengan merek ‘Gajah Duduk’. Apabila produk sarung yang dihasilkan bermutu
rendah, maka akan menyebabkan konsumen berpaling pada produk yang
4
lebih bermutu. Sebaliknya, bila produk sarung yang dihasilkan mempunyai mutu
yang baik dari perusahaan pesaing, konsumen akan lebih memilih untuk
menggunakan produk sarung tersebut (Faris Andinova Yuliawan, 2005).
Untuk menjaga persaingan PT. Pismatex harus selalau menjaga kualitas
produk yang baik dengan menerapkan proses pengendalian kualitas sangatlah
penting untuk diaga dan dilakukan guna menghasilkan produk yang dapat
bersaing di pasaran. Proses pengendalian kualitas dilihat dari manajemen
operasional, maka dapat muncul kualitas produk yang baik. Pengendalian kualitas
produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya
saing produk, dengan kualitas produk yang bagus diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan omset pendapatan, dan ditambah lagi jika kualitas produk dapat
tejaga dengan baik dapat meningkatkan persaingan dibandingkan dengan produk
lain (Muhaemin, 2005).
Dalam melakukan kegiatan produksi di PT Pismatex, kualitas menjadi
sangat penting untuk menjaga reputasi merek dagang, maka dari itu PT Pismatex
selalu melakukan pengendalian kualitas (Quality Control) mengurangi tingkat
produk cacat mendekati zero defect, tetapi untuk melakukannya dibutuhkan biaya
operasional yang tidak sedikit. Maka dari itu hal yang perlu dilakukan PT
Pismatex adalah melakukan perbaikan kualitas maupun perbaikan proses terhadap
sistem produksi secara menyeluruh untuk menghasilkan produk yang berkualitas
dengan efisiensi biaya dan proses produksi yang relatif singkat.
Selama ini, PT. Pismatex Pekalongan dalam upaya meningkatkan kualitas
produk menggunakan metode Total Quality Management (TQM). Meskipun
penggunaan metode ini umum digunakan oleh perusahaan untuk mengontrol
produk cacat, namun tingkat keakuratannya masih relatif kurang. Karena dalam
proses produksi masih ditemukan masalah seperti terjadi ketidaksesuaian antara
hasil produksi dengan yang diharapkan konsumen, kecacatan produk saat
produksi yang sering terjadi mengakibatkan penjualan dan tingkat produktivitas
menurun. Berikut tabel prosentase kecacatan sehingga mempengaruhi
produktivitas dan penjualan dari tahun 2008 – 2012.
5
Tabel 1
Jumlah Produksi, Jumlah Produk Cacat dan Presentase Kecacatan
Tahun 2008 – 2012
Tahun Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat Presentase
Kecacatan
2008 253.150,04 17.064,33 6,74%
2009 235.582,10 19.906,69 8,45%
2010 209.495,95 19.923,06 9,51%
2011 252.981,45 27.853,26 11,01%
2012 243.486,50 28.080,70 8,67%
Sumber: Dokumen arsip PT. Pismatex, 2012
Dari permasalahan yang terjadi maka implementasi metode Six sigma
digunakan dalam memperbaiki prinsip nilai dan teknik kualitas. Pihak
perusaahaan harus mengubah sistem pengendalian kualitas yang semula
menggunakan TQM ke metode six sigma. Metode Sig sima mengutamakan
pengurangan produk cacat agar lebih efisien dalam proses produksi serta
mengurangi biaya produksi untuk penggantian produk cacat. Mengingat metode
Six sigma sebagai salah satu metode baru yang paling popular dan
salah satu alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas yang
merupakan terobosan di bidang manajemen kualitas (Gasperzs, 2005). Six
sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi
yang aktual. Six sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses
industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan
proses. Pencapaian six sigma hanya terdapat 3,4 cacat per sejuta kesempatan.
Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistem industri semakin
membaik.
Metode yang digunakan dalam Six Sigma adalah DMAIC (define, measure,
analysis, improve, control). Metode DMAIC banyak digunakan pada program Six
Sigma di perusahaan kecil menengah di Inggris dan memberikan hasil yang
memuaskan (Antony, 2005) dan secara tradisional metode ini banyak diterapkan
oleh tim Six Sigma dalam melakukan perbaikan untuk mencapai tingkat enam
sigma (Thomas, 2006). Sehingga Fokus dalam penelitian ini adalah strategi
6
peningkatan kualitas dengan metode six sigma menggunakan DMAIC pada
produk sarung Gajah Duduk.
Rumusan Masalah
Berkenaan dengan deskripsi di atas, masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran pengendalian kualitas produk sarung gajah duduk
dengan metode six sigma menggunakan DMAIC untuk mengurangi produk
cacat?
2. Hambatan apakah yang terjadi dalam proses pengendalian kualitas dengan
metode six sigma menggunakan DMAIC guna mengurangi produk cacat pada
PT. Pismatex?
3. Solusi apa yang diterapkan untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam
pengendalian kualitas dengan metode six sigma menggunakan DMAIC guna
mengurangi produk cacat pada PT. Pismatex?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan dan menganalisis proses pengendalian kualitas dengan
metode six sigma menggunakan DMAIC untuk mengurangi produk cacat
pada PT. Pismatex.
2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan pengendalian kualitas dengan metode
six sigma menggunakan DMAIC untuk mengurangi produk cacat pada PT.
Pismatex.
3. Mendeskripsikan solusi yang diterapkan untuk mengatasi hambatan yang
dialami dalam proses pengendalian kualitas dengan metode six sigma
menggunakan DMAIC untuk mengurangi produk cacat pada PT. Pismatex.
7
Kerangka Teoritis
Kualitas Produk
Pengertian atau definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas,
relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki
banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari
sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta
dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan kualitas. Konsumen
dan produsen itu berbeda dan akan merasakan kualitas secara berbeda pula sesuai
dengan standar kualitas yang dimiliki masing-masing. Begitu pula para ahli dalam
memberikan definisi dari kualitas juga akan berbeda satu sama lain karena mereka
membentuknya dalam dimensi yang berbeda. Oleh karena itu definisi kualitas
dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen.
Namun pada dasarnya konsep dari kualitas sering dianggap sebagai kesesuaian,
keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan oleh
konsumen.
“Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau
pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan/tersirat” (Philip Kotler diterjemahkan oleh Hendra Teguh & Rommy.
A. Rusli, 2002).
Pada dasarnya tujuan dilaksanakan proses produksi adalah untuk
menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen baik
dalam hal selera maupun kegunaannya. Salah satu aspek yang dapat mendukung
tercapainya tujuan tersebut adalah dengan memperhatikan kualitas yang benar-
benar sesuai dengan keinginan konsumen. Kualitas yang baik adalah produk yang
dihasilkan perusahaan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Untuk
menciptakan produk berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen tidak harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar, diperlukan peningkatan kualitas, untuk
menghasilkan produk yang lebih baik (better), lebih cepat (faster), dan dengan
biaya lebih rendah (at lower cost). Kualitas yang baik menurut sudut pandang
konsumen jika produk yang dibeli tersebut sesuai dengan keinginan, memiliki
8
manfaat yang sesuai dengan kebutuhan setara dengan pengorbanan yang
dikeluarkan. Apabila kualitas produk tidak memenuhi kebutuhan dan keinginan,
maka konsumen menganggap sebagai produk yang berkualitas jelek. (Latief &
Utami, 2009).
“Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas “ Lupiyoadi (2007). Kata kualitas
juga mengandung banyak sekali definisi makna, setiap orang berbeda-beda dalam
mengartikannya. Akan tetapi dapatlah diambil kesimpulan bahwa ada beberapa
contoh definisi yang kerap dijumpai mengenai kualitas :
1. Kecocokkan dengan persyaratan atau ketentuan.
2. Kecocokkan untuk pemakaian.
3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan.
4. Bebas dari kerusakan atau cacat.
5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat.
Kualitas mempunyai definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang
konvensional sampai yang lebih strategis. Definisi konvensional dari kualitas
biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari produk seperti performansi
(Performance), keandalan (Realibility), mudah didalam penggunaan (Easy of use)
dan estetika (Easthetic). dikutip dari buku Jurnal mutu Proyek Pembangunan
Gedung (Gaspersz, 2004).
Dari pengertian kualitas produk diatas dapat disimpulkan kualitas produk
adalah suatu kondisi dinamis yang saling berhubungan meskipun dapat memiliki
definisi yang berbeda tetapi produk pada intinya memiliki suatu spesifikasi
terhadap suatu barang dan/ atau jasa yang dapat menimbulkan kepuasan yang
memenuhi atau melebihi harapan bagi konsumen yang menggunakannya.
Pengendalian Kualitas Produk
Dalam menjalankan aktivitas, pengendalian kualitas merupakan salah satu
teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada
9
saat proses produksi, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan
produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk
berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan
direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan.
standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas
yang telah sesuai.
Menurut Schermerhorn (2003) pengendalian merupakan kegiatan atau
aktivitas yang sudah atau sedang dilakukan, dengan tujuan dapat berjalan
sesuai dengan harapan. Pengendalian merupakan proses pengukuran kinerja,
membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil
tindakan pembetulan yang diperlukan.
Tetapi menurut Gasperz, 2004 pengendalian tidak cukup memantau kegiatan
atau aktivitas dalam proses produksi tetapi juga dapat berarti evaluasi yang bersifat
korektif untuk menjadikan produk berkualitas. Control can mean an evaluation to
indicate needed corrective responses, the act guilding, or the state of process in
which the variability is attribute to a constant system of chance couses.
Pendapat Agus Ahyari (2000) menyatakan bahwa pengendalian kualitas
produk tidak hanya mencakup pengukuran kinerja, menjaga dan mengarahkan
agar kualitas produk yang dihasilkan,tetapi juga dapat dilakukan sebagai tindakan
preventif dengan tujuan tidak terjadi produk cacat pada hasil akhir produksi.
Arman Hakim Nasution (2008) mempunyai pendapat yang sederhana
tentang arti pengendalian kualitas produk yaitu proses yang dibuat untuk menjaga
supaya realisasi sesuai dengan yang direncanakan. Supaya hal ini terjadi sistem
pengendalian kualitas mempunyai fungsi mengontrol proses produksi dari awal
proses input hingga output yang dihasilkan.
10
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas pengendalian kualitas
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas dengan cara
memfokuskan pada proses control yaitu dengan cara membuat rencana produksi
yang baik sehingga dapat sesuai dengan realisasinya, kemudian memastikan
kinerja yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan serta mengevaluasi
hasil proses produksi. Selain itu juga pengendalian kualitas juga dapat dilakukan
sebagai tindakan preventif perusahaan agar tidak terjadi produk cacat.
Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998) adalah:
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan
bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah
mungkin.
Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi,
karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi.
Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua
kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa
yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya.
Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang dihasilkan dapat
dipertanggungjawabkan seperti halnya pada pengendalian produksi. Dengan
demikian antara pengendalian produksi dan pengendalian kualitas erat kaitannya
dalam pembuatan barang.
11
Six Sigma
Menurut Breyfogle dalam Rahardjo (2003), six sigma merupakan tingkat
variabilitas yang menyatakan performance dari suatu proses. Tingkat mutu enam
sigma merupakan tingkat mutu dimana proses dengan penyebaran enam
sigma terhadap rataan proses masih memenuhi spesifikasi. Six sigma juga
diartikan sebagai tingkat mutu, dimana 3,4 persen kecacatan dihasilkan dari
satu juta kesempatan terjadinya kecacatan.
Nama "Six sigma" berasal dari tingkatan mutu : performa pada
tingkatan enam sigma yang berarti hanya 3,4 DPMO. Abjad Yunani Sigma adalah
lambang dalam statistik untuk deviasi standar, suatu ukuran variasi (Brue,
2005).
Six Sigma juga bisa diartikan sebagai suatu framework atau sistem yang
komprehensif dan fleksibel untuk melakukan proses perbaikan yang
berkesinambungan. Dalam prosesnya Six Sigma dikendalikan oleh pemahaman
yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan. Kemudian mengikuti perkembangan
jaman sigma dapat digunakan untuk mengukur kemampuan proses untuk
menghasilkan produk tanpa cacat. Indeks pengukuran yang sering digunakan
adalah "defect per unit". Nilai sigma mengindikasikan seberapa sering
kecacatan terjadi. Semakin meningkat nilai sigma, jumlah cacat semakin
sedikit sehingga biaya dan cycle time menurun. Selain itu tingkat kepuasan
pelanggan akan semakin meningkat (Muslim, 2005).
Six Sigma memiliki dua metodologi, yaitu (1) six sigma – DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) dan (2) Design For Six Sigma – DFSS