Top Banner
Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 16- 28 Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 16 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Hismendi 1 , Abubakar Hamzah 2 , Said Musnadi 2 1) Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala 2, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Abstract: This research is intended to analyze the effect of`exchange rates, interest rate of Bank Indonesia Certificates, inflation and GDP growth on the movement of Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange. This research to applies secondary data quarterly period March 2002 to September 2012. The analysis based on the Ordinary Least Square (OLS) method The results showed that the independent variables simultaneously significant effect on IHSG. In partial exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates and affect GDP growth significant the IHSG movement, while inflation had no significant effect on CSPI. For that researchers expect the monetary authority to control the movement of the CSPI priority on stability of the exchange rate policy, the interest rate of Bank Indonesia Certificates and GDP growth, which will strengthen the control and stability of the stock market in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates, GDP growth and Composite Stock Price Index (CSPI). Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data triwulan periode Maret 2002 sampai dengan September 2012. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.Untuk itu peneliti mengharapkan otoritas moneter dalam mengendalikan pergerakan IHSG memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP, sehingga akan memperkuat pengendalian dan stabilitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia Kata Kunci: Nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, pertumbuhan GDP dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000). Setiap investor di pasar modal sangat membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat penting untuk dijadikan referensi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kepututusan investasi dipasar modal. Analisa fundamental saham meliputi: (1) analisa aspek finansial, yaitu: nilai buku saham, pendapatan per saham, nilai buku ekuitas dan
13

analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jan 14, 2017

Download

Documents

hoangcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 16- 28

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 16

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN

PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Hismendi1, Abubakar Hamzah

2, Said Musnadi

2

1) Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala

2, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: This research is intended to analyze the effect of`exchange rates, interest rate of Bank

Indonesia Certificates, inflation and GDP growth on the movement of Composite Stock Price Index

(CSPI) in Indonesia Stock Exchange. This research to applies secondary data quarterly period

March 2002 to September 2012. The analysis based on the Ordinary Least Square (OLS) method

The results showed that the independent variables simultaneously significant effect on IHSG. In

partial exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates and affect GDP growth

significant the IHSG movement, while inflation had no significant effect on CSPI. For that

researchers expect the monetary authority to control the movement of the CSPI priority on stability

of the exchange rate policy, the interest rate of Bank Indonesia Certificates and GDP growth,

which will strengthen the control and stability of the stock market in Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates, GDP growth and

Composite Stock Price Index (CSPI).

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia, inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder

berupa data triwulan periode Maret 2002 sampai dengan September 2012. Metode analisis yang

digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial

nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap pergerakan

IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.Untuk

itu peneliti mengharapkan otoritas moneter dalam mengendalikan pergerakan IHSG

memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP,

sehingga akan memperkuat pengendalian dan stabilitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia

Kata Kunci: Nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, pertumbuhan GDP dan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan salah satu

alternatif pilihan investasi yang dapat

menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi

investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan menempatkan dana pada satu atau

lebih dari satu aset selama periode tertentu

dengan harapan dapat memperoleh penghasilan

dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000).

Setiap investor di pasar modal sangat

membutuhkan informasi yang relevan dengan

perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat

penting untuk dijadikan referensi dan bahan

pertimbangan dalam pengambilan kepututusan

investasi dipasar modal.

Analisa fundamental saham meliputi: (1)

analisa aspek finansial, yaitu: nilai buku saham,

pendapatan per saham, nilai buku ekuitas dan

Page 2: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

17 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

0

2

4

6

8

10

12

14

Jan

-07

Ma

y-0

7

Se

p-0

7

Jan

-08

Ma

y-0

8

Se

p-0

8

Jan

-09

Ma

y-0

9

Se

p-0

9

Jan

-10

Ma

y-1

0

Se

p-1

0

Jan

-11

Ma

y-1

1

Se

p-1

1

Jan

-12

Ma

y-1

2

%Inflation BI Rate

ratio pengeluaran; (2) analisa laporan tahunan

perusahaan termasuk: garis besar filosofi

perusahaan, laporan operasional perusahaan,

informasi finansial, catatan kaki dan pernyataan

tertulis dari auditor. Untuk menganalisa

fundamental secara menyeluruh tidak cukup

hanya melihat dari kedua hal tersebut saja,

tetapi harus melihat hal-hal seperti kemampuan

manajemen, operasional, transparansi, rencana,

persaingan perusahaan, nilai tukar, tingkat suku

bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi serta

kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah

(Jogianto, 2000).

Seiring dengan meningkatnya aktivitas

perdagangan, kebutuhan untuk memberikan

informasi mengenai perkembangan bursa juga

semakin meningkat. Salah satu informasi yang

diperlukan tersebut adalah indeks harga saham

sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.

Gambar 1. Grafik Pergerakan IHSG di BEI

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012

Perkembangan ekonomi yang meningkat

setelah periode krisis, disertai kondisi politik dan

keamanan yang semakin membaik merupakan

kondisi yang kondusif bagi perkembangan

industri. Membaiknya kondisi ekonomi tersebut

tercermin pula dari indikator makro ekonomi

seperti nilai tukar yang relatif lebih stabil, inflasi

yang terkendali dan suku bunga yang lebih

rendah serta GDP per kapita yang terus

meningkat.

Gambar 2. Kondisi inflasi & suku bunga SBI di

Indonesia

Sumber : Bank Indonesia, 2012

Dampak merosotnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar memungkinkan berpengaruh

negatif terhadap pasar modal, mengingat

sebagian besar perusahaan yang go-public di

BEI mempunyai hutang luar negeri dalam

bentuk valuta asing. Produk-produk yang

dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut

banyak menggunakan bahan yang memiliki

kandungan impor tinggi. Pemerintah mempunyai

peran penting untuk meredam melemahnya nilai

tukar rupiah, misalnya dengan menaikkan suku

bunga SBI.

Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap

PDB tahun 2011 mencapai 48,9%. Total nilai

transaksi saham tahunan dengan peningkatan

sebanyak 4 persen dari Rp 1.176 triliun pada

2010 menjadi lebih dari Rp 1.223 triliun pada

2011. Pencapaian positif indikator-indikator

utama bursa didukung oleh kondisi fundamental

Page 3: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 18

807 771925

1,095 1,1811,294

1,625

1,900

2,211 2,298

2,981

3,511

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

USDGDP per Capita

E

0

E

1

D

0

D

1

Q

0

P

0

P

1

emiten-emiten yang tercatat di BEI. (BI, 2012).

Gambar 3. GDP Riil per Kapita Indonesia

Sumber : Bank Indonesia,2012

Semakin meningkatnya GDP per kapita

masyarakat Indonesia telah menopang konsumsi

domestik sehingga mampu memberikan

pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif

tinggi.

Secara umum faktor domestik berupa

faktor-faktor fundamental suatu negara seperti

inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang

beredar, suku bunga, nilai tukar dan

pertumbuhan GDP berpengaruh pada ekspektasi

investor sehingga berpengaruh pada pergerakan

Indeks (Husnan, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,

dan pertumbuhan GDP terhadap pergerakan

IHSG di Bursa Efek Indonesia.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pergerakan Harga Saham (Volatilitas)

Pergerakan harga saham ditentukan oleh

dinamika penawaran (supply) dan permintaan

(demand).

Harga Saham (P)

S0

Kuantitas

Saham (Q)

Gambar 4. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham

Sumber: Bodie, Kane dan Marcus dalam Satingingsih

dkk, 2005

Pada suatu periode tertentu, penawaran

saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal

seperti ditunjukkan oleh kurva S0. Permintaan

pasar merupakan permintaan agregat dari

sejumlah investor, sehingga kurvanya relatif

horizontal seperti ditunjukkan oleh kurva D0.

Keseimbangan harga terjadi saat kurva

penawaran dan permintaan agregat berpotongan

yang terjadi pada titik E0. Karena kurva

penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga

saham diakibatkan oleh pergerakan

(pergeseran) kurva permintaan. Ketika kurva

permintaan naik dari D0 menjadi D1, maka

keseimbangan baru terjadi pada harga yang

lebih tinggi (harga naik) yaitu P1. Jadi perilaku

harga suatu saham merupakan cermin

permintaan agregat dari para investor.

Dengan demikian pergerakan harga

saham disebabkan oleh pergerakan kurva

demand, maka faktor-faktor penggeser demand

seperti harga saham-saham lainnya, pendapatan

investor dan jumlah investor menjadi faktor-

Page 4: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

19 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

faktor yang mempengaruhi perubahan indek

harga saham.

Investasi di Pasar Modal

Investasi merupakan penanaman modal

untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

mendapatkan keuntungan di masa datang.

Umumnya invetasi dikategorikan dua jenis

yaitu, real assets dan financial assets. Aset riil

bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan

serta tanah. Sedangkan aset keuangan

merupakan dokumen klaim tidak langsung

pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang

menerbitkan sekuritas tersebut.

Pasar modal mempunyai peranan penting

dalam suatu negara karena pasar modal

menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi

keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam fungsi

ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas

memindahkan dana dari pihak yang kelebihan

dana ke pihak yang memerlukan dana. (Husnan,

2000).

Indeks Harga Saham Gabungan

Untuk mengukur kinerja saham yang

diperdagangkan di bursa digunakan suatu

indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga

saham yang sudah disusun dan dihitung

sehingga menghasilkan trend, dimana angka

indeks adalah angka yang diolah sedemikian

rupa sehingga dapat digunakan

membandingkan kejadian yang dapat berupa

perubahan harga saham dari waktu ke waktu.

Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan

waktu dasar (base period) dan waktu yang

sedang berjalan (given/parent period),

(Jogiyanto, 2000).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

menggambarkan suatu rangkaian informasi

historis mengenai pergerakan harga saham

gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal

tertentu. Pergerakan harga saham tersebut

disajikan setiap hari, berdasarkan harga

penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks

tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks

harga saham gabungan berubah setiap hari

karena, (1) perubahan harga pasar yang terjadi

setiap hari, (2) adanya saham tambahan

(masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa

Efek, atau terjadinya tindakan corporate action

berupa stock split, right, waran, deviden saham,

saham bonus, dan saham konversi).

Ada beberapa pendekatan atau metode

perhitungan yang digunakan untuk menghitung

indeks, yaitu: (1) menghitung rata-rata

(arithmetic mean) harga saham yang masuk

dalam anggota indeks, (2) menghitung

(geometric mean) dari indeks individual saham

yang masuk anggota indeks, (3) menghitung

rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya

semua indeks harga saham gabungan

(composite) menggunakan metode rata-rata

tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia

(BEI, 2012).

Faktor-faktor Ekonomi yang diperkirakan

mempengaruhi Indeks Harga Saham

Nilai Tukar

Page 5: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 20

Kurs merupakan salah satu harga

terpenting dalam perekonomian terbuka

mengingat pengaruhnya yang demikian besar

bagi transaksi berjalan maupun variabel-

variabel makro yang lainnya. Oleh karena itulah,

kurs juga merupakan sebuah harga aktiva atau

harga asset (asset price), sehingga prinsip-

prinsip pengaturan harga asset-asset lainnya

juga berlaku dalam pengaturan kurs, (Salvatore,

2007).

Nilai tukar terbagi atas nilai tukar riil (real

exchange rate) dan nilai tukar nominal (nominal

exchange rate). Nilai riil adalah nilai yang

digunakan untuk menukar barang dan jasa dari

suatu negara dengan barang dan jasa dari negara

lain. Sedangkan nilai tukar nominal adalah nilai

yang digunakan untuk menukar mata uang suatu

negara dengan mata uang negara lain, (Mankiw,

2003).

Para pendukung model “portfolio-

balance” meyakini bahwa harga saham

mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif.

Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan

(wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai

tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai

contoh semakin tinggi harga saham akan

semakin tinggi permintaan uang, sehingga hal ini

akan menarik minat investor asing untuk

menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi

apresiasi terhadap mata uang domestik. (Saini

dkk., 2002)

Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

merupakan salah satu instrumen pasar uang yang

digunakan oleh Bank Indonesia untuk

mengendalikan likuiditas perekonomian. Untuk

jangka pendek, SBI dijadikan instrumen

keuangan sebagai tolak ukur bank-bank

pemerintah, swasta nasional dan swasta asing

dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan,

deposito dan pinjaman.

Dalam kondisi normal fungsi utama SBI

adalah menjaga uang yang beredar berada dalam

jumlah yang optimal dan juga mencegah

meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat

dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk

keperluan transaksi (Bank Indonesia, 2012).

Hasil penelitian Haryanto dan Riyatno

(2007) membuktikan bahwa besarnya suku

bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik

perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank

Indonesia maka semakin besar risiko sistematik

saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan

patokan dalam menentukan besarnya bunga

kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang

tinggi tidak menggairahkan perkembangan

usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga

bank yang lain juga tinggi.

Inflasi

Inflasi adalah kencenderungan dari harga-

harga untuk naik secara umum dan terus

menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya

dari satu atau dua barang saja tidak disebut

inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari

harga barang-barang lain (Boediono, 2000).

Secara keseluruhan, inflasi yang sedang

berlangsung tergantung pada (i)

Page 6: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

21 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang

inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya

yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar

yang datang terutama sisi penawaran (Nopirin,

2000).

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya

dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu

panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi

mengalami permintaan atas produk yang

melebihi kapasitas penawaran produknya,

sehingga harga-harga cenderung mengalami

kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan

menyebabkan penurunan daya beli uang

(purchasing power of money) serta dapat

mengurangi tingkat pendapatan riil yang

diperoleh investor dari investasinya. Jadi inflasi

yang tinggi menyebabkan menurunnya

keuntungan perusahan, sehingga efek ekuitas

menjadi kurang kompetitif (Tandelilin, 2001).

Pertumbuhan GDP

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar

semua barang dan jasa akhir yang diproduksi

dalam perekonomian selama kurun waktu

tertentu (Mankiw, 2003).

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Domestic Product (GDP) dapat diukur dengan

dua cara: (1) sebagai arus produk jadi; (2)

sebagai total biaya atau penghasilan dari input

yang menghasilkan output. Karena laba

merupakan hasil sisa, kedua pendekatan akan

menghasilkan total GDP yang sama persis

(Samuelson dan Nordhaus, 2004).

Untuk mengukur nilai uang yang berlaku

dari output perekonomian disebut GDP nominal,

sedangkan GDP riil mengukur output yang

dinilai pada harga konstan. Deflator GDP

mengukur harga output relatif terhadap harganya

pada tahun dasar (Mankiw, 2003).

Penelitian Sebelumnya

Hardiningsih, dkk (2002) menyatakan

bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar

berpengaruh negatif terhadap return saham.

Kewal (2012) menyatakan kurs rupiah

berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan

tingkat inflasi, suku bunga SBI dan

pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap IHSG. Setyorini dan

Supriyadi (2000), dalam penelitian hubungan

dinamis antara nilai tukar rupiah dan harga

saham di Bursa Efek Jakarta Pasca penerapan

sistem devisa bebas mengambang

mengemukakan hasil penelitian bahwa terjadi

pengaruh negatif dan signifikan nilai tukar

rupiah terhadap harga saham.

Hooker (2004) dalam penelitiannya

menemukan tingkat bunga berpengaruh negatif

terhadap return pasar. Gjerde dan Saettem

(1999) yang mengkaji hubungan sebab akibat

antara return saham dengan variabel

makroekonomi memperoleh hasil perubahan

suku bunga riil berpengaruh secara negatif

dengan harga saham, perubahan suku bunga riil

juga mempengaruhi tingkat inflasi. Hasil

penelitian Kandir (2008), tingkat bunga

mempengaruhi secara negatif return semua

portofolio yang diteliti.

Utami dan Rahayu (2003) hasilnya

Page 7: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 22

membuktikan bahwa profitabilitas, suku bunga,

inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama

mempengaruhi harga saham di pasar modal

secara signifikan. Sedangkan Suciwati dan

Desak Putu (2002), nilai tukar berpengaruh

positif terhadap return saham sebelum terjadi

depresiasi dan berpengaruh negatif setelah

terjadinya depresiasi.

Untuk penelitian yang dilakukan

dibeberapa negara, diantaranya penelitian yang

dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan

bahwa dengan menggunakan data untuk enam

negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik

berpengaruh negatif pada pergerakan harga

saham domestik. Namun dalam penelitian yang

dilakukan Frank dan Young (dalam Saini dkk,

2002) yang meneliti US MNCs (United State

Multi National Corporations) menemukan

bahwa tidak ada pola yang pasti (no

recognizable pattern) dari hubungan harga

saham dengan nilai tukar uang.

Mok (1993) dalam penelitian Causality of

Interest Rate, Exchange Rate, and Stock price

at Stock Market Open and Close in Hongkong

dengan model analisis Arima tidak menemukan

hubungan yang signifikan antara kedua variabel

suku bunga terhadap harga saham.

Almilia (2004) menyatakan bahwa

semakin tinggi inflasi semakin menurunnya

profitabilitas perusahaan dan dapat

mengakibatkan turunnya harga saham

perusahaan tersebut. Sangkyun (1997) yang

meneliti kaitan antara variabel makro, IHK,

GDP, tingkat inflasi, dan suku bunga terhadap

harga saham menemukan bahwa hanya GDP

yang berpengaruh positif terhadap harga saham

sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.

Mansur (2004) penelitian mengenai

pengaruh indeks bursa global terhadap IHSG di

BEI selama periode tahun 2000- 2002,

menyatakan hasil penelitiannya bahwa indeks-

indeks bursa global secara bersama-sama

memberi pengaruh yang signifikan terhadap

IHSG di BEI.

Haryanto dan Riyatno (2007) yang

meneliti tentang pengaruh suku bunga SBI dan

kurs terhadap resiko sistematik saham

perusahaan di BEI menyatakan suku bunga SBI

dan kurs mempengaruhi resiko sistematik

saham namun hasilnya tidak signifikan pada

dua karakteristik yang berbeda. Handayani

(2007), penelitiannya membuktikan bahwa

tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap

IHSG, sedangkan kurs dollar AS dan tingkat

inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan

permasalahan, hipotesisnya adalah nilai tukar

rupiah, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai

pengaruh negatif, sedangkan pertumbuhan GDP

mempunyai pengaruh positif terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di

Bursa Efek Indonesia.

METODE PENELITIAN

Untuk melihat seberapa besar pengaruh

nilai tukar rupiah, inflasi, suku bunga SBI dan

pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG

di BEI selama kurun waktu 43 kuartal mulai

Page 8: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

23 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

bulan Maret 2003 sampai dengan September

2012, dianalisa dengan metode Ordinary Least

Square (OLS) dengan fungsi persamaan:

IHSG = .f (KURS, Inflasi, SBI,

Pertumbuhan GDP) ……....(1)

Metode analisis yang digunakan adalah

persamaan regresi linear berganda (Gujarati,

2006) dengan model:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3

+ β4 X4 + e ……………………. (2)

Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke

dalam model penelitian ini dengan rumus

persamaan regresi:

IHSG = α + β1 KURS + β2 SBI + β3 INF +

β4GDP+e ……………….. (3)

dimana:

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

α : konstanta

β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi

KURS : Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

US (Rp : $)

SBI : Suku bunga SBI (persen)

INF : Inflasi (persen)

GDP : Pertumbuhan GDP (Rp)

e : error

HASIL PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapat estimasi yang terbaik,

data sekunder tersebut dilakukan pengujian

asumsi regresi klasik.

Uji Multikolineritas

Berdasarkan data yang diolah

menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga

SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP mempunyai

nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti

tidak terdapat korelasi antar variabel

independen yang nilainya lebih dari 90 persen.

Hasil VIF juga terlihat tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari

10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinearitas.

Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan hasil olahan data dengan

menggunakan metode grafik, maka didapatkan

hasil uji heterokedastisitas.

Gambar 5. Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Berdasarkan uji heterokedastisitas, dapat

diperhatikan bahwa sebaran data ada di sekitar

titik nol dan tidak tampak adanya suatu pola

tertentu pada sebaran data tersebut. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian

ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji

gletsjer menunjukkan bahwa semua variabel

bebas tidak signifikan terhadap nilai absolute

Page 9: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 24

residual regresi. Hal ini menandakan bahwa

pada model regresi yang terbentuk bebas dari

gejala heterokesdastisitas.

Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov

Smirnov diketahui Kurs = 1.208 ; SBI = 1.135 ;

INF = 1.190 ; GDP = 0.801 ; IHSG = 0.834.

Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi uji

lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan data

yang digunakan dalam regresi berdistribusi

normal.

Uji Autokorelasi

Pada uji regresi menghasilkan nilai

Durbin‐Watson sebesar 1.731. Dengan

demikian, nilai Durbin Watson tersebut berada

pada interval 1,55 sampai dengan 2,46 sehingga

model regresi linier berganda tersebut tidak

terjadi gejala autokorelasi.

Perumusan Model Persamaan Regresi

Berdasarkan output regresi linear, model

regresi berganda dirumuskan:

IHSG = 3344,443- 0,363Kurs + 33,163Inf +

0,002GDP

Persamaan regresi menunjukkan bahwa

konstanta sebesar 3344,443. Koefisien regresi

untuk nilai tukar (kurs) sebesar -0,363, suku

bunga SBI sebesar -70,354 dan

pertumbuhan GDP sebesar 0,002.

Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas

terhadap Variasi Variabel Terikat

Hubungan antara variabel-variabel

independen penelitian yaitu nilai tukar, SBI,

Inflasi, dan pertumbuhan GDP secara bersama-

sama dengan IHSG sebagai variabel dependen

terlihat pada Koefisien R = 0,971 menunjukkan

hubungan yang kuat atara variabel independen

dengan variabel dependen. Nilai R square

sebesar 0,943 yang berarti bahwa 94,3%

perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh keempat

variabel bebas yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi,

dan pertumbuhan GDP. Sedangkan sisanya

5,7% dipengaruhi oleh sebab‐sebab lain di luar

model.

Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F

sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari

derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari

hasil uji F ini berarti nilai tukar, SBI, inflasi dan

pertumbuhan GDP (variabel bebas) secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap

pergerakan IHSG (variabel terikat).

Hasil uji signifikan secara parsial

pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,

dan pertumbuhan GDP terhadap IHSG diuji

dengan uji t dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Page 10: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

25 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

Kemampuan nilai tukar (Kurs)

mempengaruhi IHSG

Berdasarkan Tabel diketahui nilai tukar

menghasilkan nilai t hitung sebesar -4,429.

Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,000. Dibandingkan dengan derajat

kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini

termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel

nilai tukar lebih kecil dari derajat kesalahan

artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil

uji t disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pergerakan

IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian dilakukan oleh Kewal (2012),

Hardiningsih, dkk (2002), Setyorini dan

Supriyadi (2000).

Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap

IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan

signifikan. Mengindikasikan apabila nilai tukar

rupiah meningkat (rupiah terdepresiasi), maka

akan menurunkan indeks harga saham, dan

sebaliknya. Hasil penelitian juga konsisten

dengan teori, dimana model “portfolio-

balance” meyakini harga saham mempengaruhi

nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002).

Kemampuan SBI mempengaruhi IHSG

Berdasarkan Tabel diketahui bahwa suku

bunga SBI menghasilkan nilai t hitung sebesar -

2,085 dan mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat

kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini

termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel

SBI lebih kecil dari derajat kesalahan yang

artinya bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima.

Dari hasil uji t disimpulkan bahwa suku bunga

SBI berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Kandir (2008), Hooker (2004) dan Gjerde

dan Saettem (1999).

Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat

meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk

memenuhi kewajiban/utang kepada bank

sehingga menurunkan laba perusahaan dan

akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku

bunga SBI juga potensial mendorong investor

mengalihkan dananya ke pasar uang (tabungan)

maupun deposito.

Tabel 1. Hasil Uji Satatistik T

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3344.443 803.935 4.160 .000

KURS -.363 .082 -.183 -4.429 .000 .886 1.129

SBI -70.354 33.750 -.157 -2.085 .044 .264 3.781

INF 33.163 21.924 .099 1.513 .139 .348 2.872

GDP .002 .000 .919 17.379 .000 .538 1.858

a. Dependent Variable: IHSG

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Page 11: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 26

Kemampuan Inflasi mempengaruhi IHSG

Berdasarkan Tabel diketahui bahwa

Inflasi menghasilkan nilai t hitung sebesar

1,513 dan mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,139. Apabila dibandingkan dengan

derajat kesalahan sebesar 5 persen, tingkat

signifikansi Inflasi lebih besar. Hal ini

menunjukkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari

hasil uji t disimpulkan bahwa Inflasi tidak

berpengaruh signifikan dalam terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Kewal

(2012), Sangkyun (1997) dan Mok (1993).

Kemampuan Pertumbuhan GDP

mempengaruhi IHSG.

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa

pertumbuhan GDP menghasilkan nilai t hitung

sebesar 17,379 dan mempunyai tingkat

signifikansi sebesar 0,000. Apabila

dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar

5 persen, tingkat signifikansi GDP lebih kecil,

yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Dari hasil uji t disimpulkan bahwa

pertumbuhan GDP berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Sangkyun (1997).

Pertumbuhan GDP mengindikasikan

pertumbuhan ekonomi, jika pertumbuhan

ekonomi membaik maka daya beli

masyarakatpun akan meningkat dan

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk

meningkatkan penjualan, sehingga

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Keuntungan yang tinggi menjadi daya tarik

bagi para investor untuk membeli saham

perusahaan tersebut, sehingga akan

meningkatkan indek harga saham di pasar

modal (Tandelin, 2001).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan, maka kesimpulannya yaitu :

1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang

berarti bahwa 94,3% pergerakan IHSG

dapat dijelaskan keempat variabel bebas

yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi, dan

pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen

dipengaruhi sebab lain di luar model.

2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F,

menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi dan

pertumbuhan GDP secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pergerakan

IHSG.

3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar,

suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP

berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap

terhadap pergerakan IHSG.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti

menyarankan sebagai berikut:

1. Sebaiknya otoritas moneter dalam

mengendalikan IHSG memprioritaskan

pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku

bunga SBI dan pertumbuhan GDP,

sehingga memperkuat pengendalian dan

Page 12: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

27 - Volume 1, No. 2, Mei 2013

stabilitas pasar saham di BEI.

2. Untuk penelitian selanjutnya, dianggap

perlu mengkaji kembali faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi pergerakan

IHSG, misalnya faktor fundamental

perusahaan seperti laba, rugi, dan faktor

internal perusahaan (emiten), serta

peraturan pemerintah dan undang-undang

yang mengatur tentang pasar modal.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Almilia, L.S., 2004. Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu

Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ. Simposium

Nasional Akuntansi. Ke.VL. HaI. 546-564.

Robbert, A., 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta:

Mediasoft.

Badan Pusat Statistik, 2012. Tabel input-output

Indonesia. Jakarta: BPS.

Bank Indonesia, 2012. Indonesia Financial Statistic.

Jakarta: BI.

Bursa Efek Indonesia, 2012. Buku Panduan Indeks

Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek

Indonesia.

Gujarati, D.N., 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.

Jilid 1. Alih Bahasa Julius Mulyadi. Jakarta:

Salemba Empat.

Handayani, 2007. Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai

Kurs Dollar AS dan Tingkat Inflasi Terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi

di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Keuangan dan

Bisnis. Vol. 5, No.l Maret 2007, Hal 55-67.

Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo, 2000.

Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di

Pasar Modal Indonesia. Jakarta: BEJ.

Haryanto, M., dan Dedi Riyatno, 2007. Pengaruh

Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Terhadap

Resiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ.

Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.l Maret

2007, Hal 24-40.

Husnan, S., 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan

Analisis Sekuritas di Pasar Modal. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

Hooker, M.A., 2004. Macroeconomic Factors and

Emerging Market Equity Returns: A Bayesian

Model Selection Approach. Journal Emerging

Markets Review. 5:379‐387.

Jogiyanto, H., 2000. Teori Portofolio dan Analisis

Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Kandir, S. Y., 2008. Macroeconomic Variables, Firm

Characteristics and Stock Returns: Evidence

from Turkey. International Research Journal of

Finance and Economics. ISSN 1450‐2887

Issue 16

Kewal, S.S., 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,

Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap IHSG.

Jurnal Economia. Volume 8. No. 1, April 2012,

Hal 53-64.

Ma, C.K., and Kao, G.W., 1990. On Exchange Rate

Changes and Stock Prices Reaction. Journal of

Business Finance and Accounting. Hal. 441-49.

Mankiw, N. G., 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi

kelima. Alih Bahasa Imam Nurmawan. Jakarta:

Erlangga.

Mansur, M., 2004. Pengaruh Indeks Bursa Global

Terhadap IHSG pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Periode 2000-2002. Fakultas Ekonomi

Universitas Padjajaran Bandung.

Mok, H. M., 1993. Causality of Interest Rate,

Exchange Rate, and Stock price at Stock Market

Open and Close in Hongkong. Asia Pacific

Journal of Management. VoI.X. hal 123-129

Nopirin., 2000. Ekonomi Moneter. Buku 2, Edisi ke 1.

Cetakan kesepuluh. Yogyakarta: BPFE UGM.

Saini, A., Muzawar dan M.Azali., 2002. Stock Price

and Exchange Rate Interaction in Indonesia: An

Empirical Inquiry. Jurnal Ekonomi dan

Keuangan Indonesia. Volume L No.3. Hal 311-

324.

Salvatore., 2007. Ekonomi Internasional. Jilid 2. Alih

Bahasa Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.

Samuelson dan Nordhaus., 2004. Ilmu Makro

Ekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT. Media Jakarta:

Global Edukasi.

Sangkyun, P., 1997. Rationality of negative Stock

Price Responses to Strong Economics Activity.

Journal Financial Analyst. Sept/Oct 1997. Hal.

35-43.

Satiningsih, 2005. Pergerakan Harga Saham dan

Pengukuran Pengembalian Resiko Saham

BUMN. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Setyorini, dan Supriyadi., 2000. Hubungan Dinamis

antara Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham di

Bursa Efek Jakarta Pasca Penerapan Sistem

Devisa Bebas Mengambang. Simposium

Akuntansi Nasional. Ke III. Hal 771-793.

Suciwati, D.P., 2002. Pengaruh Resiko Nilai Tukar

Rupiah Terhadap Return Saham: Studi Empiris

pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di

BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Vo1.17 No.4: 347-360.

Tandelilin, E., 2001. Analisis Investasi dan

Manajemen Fortofolio. Yogyakarta: BPFE.

Taylor, J.B., 2000. Low Inflation, Pass through and

Pricing Power of Firm. Journal of Economic

Perspective.

Utami, M., dan Rahayu, Mudjilah., 2003.

Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi

Page 13: analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 28

dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar

Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi.

Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol. S, No.2.

Hal 58-67.