Page 1
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
330
PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP USD, DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP
IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015
Veryda Harfikawati
[email protected]
Magister Manajemen Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia
ABSTRAK:
Keberadaan pasar modal di suatu negara merupakan tolak ukur kemajuan
perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara serta sebagai
acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis
negara. Pertumbuhan investasi di Indonesia dapat dilihat dari pergerakan indeks
pasar saham yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam
negeri seperti makro ekonomi dan faktor dari luar negeri seperti perekonomian
global yaitu indeks harga saham secara global. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan
indeks dow jones terhadap IHSG. Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dengan data bulanan IHSG,
inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones dari tahun 2011-
2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan nilai tukar
Rupiah terhadap USD berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara indeks
dow jones berpengaruh positif terhadap IHSG.
Kata kunci: tingkat inflasi, nilai tukar, indeks dow jones, IHSG.
ABSTRACT:
The existence of capital markets in a country is a benchmark for economic
progress as well as supporting the country's economy and a reference to see the
excitement or dynamic of the state business. Investment growth in Indonesia can
be seen from the movement of a stock market index which is influenced by several
factors from domestic factor such as macro-economic, and factors from abroad as
the global economy as well as the movement of global stock price index. The
purpose of this study was to determine the effect of the inflation rate, exchange
rate against USD, and dow jones index towards IHSG. The analytical method
which is used is multiple linear regression analysis method and hypothesis testing
uses monthly data IHSG, inflation rate, exchange rate against USD, and dow
jones index from 2011-2015. The results of this study showed that Rupiah
inflation rate and exchange rate against USD has negative effect on IHSG.
Meanwhile the dow jones index has positive impact on IHSG.
Page 2
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
331
Key words: inflation rate, exchange rate, index dow jones, IHSG.
PENDAHULUAN
Keberadaan pasar modal di suatu negara merupakan tolak ukur kemajuan
perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara serta sebagai
acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara.
Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan
jangka panjang seperti obligasi, saham, dan sebagainya. Pasar modal di Indonesia
dalam perkembangannya telah menunjukkan tempatnya sebagai bagian dalam
instrumen perekonomian, di mana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh
para peneliti maupun praktisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia.
Kondisi tersebut juga telah ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia yang semakin
meningkatkan komitmennya terhadap peran pasar modal melalui Undang-Undang
Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, di mana dinyatakan di
dalamnya bahwa pasar modal memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
nasional, sebagai salah satu sumber bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi
masyarakat.
Banyak faktor yang mempengaruhi indeks saham, antara lain keadaan
ekonomi global dan kestabilan politik suatu negara. Kondisi makro perekonomian
suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul dalam Mujayana,
2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya kinerja saham.
Salah satunya adalah faktor makro ekonomi seperti tingkat inflasi dan nilai tukar.
Sedangkan, kondisi ekonomi global yang mempengaruhi indeks saham salah
satunya adalah indeks dow jones.
Sudarsana dan Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009) menemukan
bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Kenaikan
inflasi menyebabkan peningkatan biaya produksi sehingga perusahaan akan
menaikkan harga jual barang, sehingga harga barang naik secara keseluruhan.
Page 3
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
332
Kenaikan harga barang secara keseluruhan dapat mengurangi daya beli konsumen.
Hal ini disebabkan oleh cost-push inflation. Kusumaningsih (2015) dan Prima
(2012) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG.
Namun, Chandra (2012) menemukan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh
terhadap IHSG.
Menurut Irianto (2007) perubahan kurs USD akan mempengaruhi IHSG
secara negatif. Sudarsana dan Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009)
menunjukkan hasil bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawan dan Haryogo (2013) menunjukkan hasil bahwa
pergerakan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh
terhadap pergerakan IHSG. Menurut Sudarsana dan Candraningrat (2014) indeks
Dow Jones mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Menurut
Dwitanto (2005) indeks Dow Jones tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Berdasarkan perbedaaan hasil penelitian terdahulu pada uraian tersebut di
atas, maka penulis ingin menguji pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah
terhadap USD, dan indeks dow jones terhadap IHSG baik secara parsial maupun
simultan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
investor tentang pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan
indeks dow jones terhadap IHSG.
TINJAUAN PUSTAKA
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas, instrumen
derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmaji dan Hendy, 2006). Menurut
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, definisi pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Page 4
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
333
Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara
sebagai salah satu ukuran untuk melihat maju mundurnya dinamika bisnis yang
terjadi di negara tersebut. Menurut Lindon dalam Fahmi (2012) ada beberapa
elemen yang menciptakan tumbuhnya pasar modal, yaitu:
1. Adanya kesadaran masyarakat mengenai manfaat dan peluang yang terdapat
di pasar modal serta manfaat lain dari kepemilikan saham.
2. Perkembangan prasarana pasar modal seperti majunya teknologi informasi
yang mendorong tumbuhnya sistem perdagangan elektronik, kliring,
pendaftaran saham, dan lain-lain.
3. Perkembangan peraturan perundangan guna terciptanya kepercayaan
masyarakat, perlindungan pemodal dan kemandiriannya.
4. Adanya program privatisasi yang mendorong penawaran dan permintaan
saham.
Adapun peran dan manfaat pasar modal menurut Martalena dan Malinda
(2011), adalah:
1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.
2. Pasar modal sebagai alternativ investasi.
3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik.
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan.
5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional.
Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu: fungsi ekonomi dan
fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan,
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return). Sedangkan bagi perusahaan (issuer) dana dari
pasar modal tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
Page 5
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
334
kesempatan untuk memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih (Sekolah Pasar Modal, 2012).
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, Bursa Efek adalah pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Di Indonesia hanya ada satu bursa yaitu
PT Bursa Efek Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia adalah gabungan dari PT
Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya yang merger pada tahun 2007.
PT Bursa Efek Indonesia bersifat swasta dan merupakan SRO (Self Regulatory
Organization) yaitu merupakan lembaga atau organisasi yang bisa mengatur
dirinya sendiri dan berwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan
usahanya.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pergerakan pasar
modal di indonesia dengan menggunakan indeks saham. Indeks saham yang
sering dijadikan patokan oleh para investor di BEI adalah IHSG. IHSG
menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek
Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau
beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Adapun formula untuk
menghitung IHSG menurut metode Paasche adalah:
IHSG =∑(PS x SS)
Pbase x SS x 100
Di mana:
PS = Harga pasar saham
SS = Jumlah saham yang dikeluarkan
Pbase = Harga dasar saham
Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh
karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh
indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG
diperkirakan positif dalam arti kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan
Page 6
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
335
naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen
positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia.
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Inflasi
dianggap sebagai salah satu faktor gangguan terhadap investasi portofolio dalam
dekade 1980 dan 1990. Mengingat dampaknya yang besar pada aktivitas
perekonomian seperti menurunnya omset penjualan, meningkatnya suku bunga,
dan turunnya indeks harga saham serta distorsi return di pasar modal (Cottle,
Murray, dan Block dalam Gunarto.2000).
Menurut Prakoso (2007), nilai tukar dapat diartikan sebagai harga mata
uang asing yang dinyatakan dalam mata uang domestik. Ketika rupiah mengalami
penguatan/apresiasi, maka hal itu memperlihatkan bahwa perekonomian dalam
negeri semakin menarik dan membaik untuk kegiatan investasi. Dengan kondisi
yang demikian, maka minat investor untuk berinvestasi di pasar modal juga akan
mengalami peningkatan, dengan banyaknya investor berinvestasi di pasar modal,
selanjutnya akan berdampak terhadap kenaikan harga saham di pasar modal yang
secara otomatis akan mengakibatkan naiknya imbal hasil saham.
METODE
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil library
research. Dalam melakukan pengumpulan data untuk penelitian ini, digunakan
data sekunder yang diperoleh melalui website Bank Indonesia www.bi.go.id dan
http://finance.yahoo.com dengan periode waktu selama 5 (lima) tahun (Januari
2011 s.d Desember 2015).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analisis regresi linier
berganda dengan bantuan software SPSS Versi 23. Analisis regresi linier
berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara tingkat inflasi, nilai tukar
Rupiah terhadap USD, dan indeks Dow Jones terhadap IHSG dihitung dengan
menggunakan persamaan garis regresi linier berganda berikut:
Y = α + β1X1 + β 2X2 + β3X3+ e
Page 7
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
336
Di mana:
Y = IHSG
α = intercept atau konstanta
β = koefisien garis regresi
X1 = tingkat inflasi
X2 = nilai tukar Rupiah terhadap USD
X3 = indeks dow jones
e = standar error
Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji
asumsi klasik antara lain uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan
uji heteroskedasitas. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan
bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). Untuk pengujian hipotesis
digunakan uji koefisien determinasi (R2), uji t, dan uji F.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai terendah dari tingkat inflasi
adalah 0,0335 dan nilai tertinggi sebesar 0,0879. Nilai rata-rata tingkat inflasi
adalah 0,0588 dengan standar deviasi sebesar 0,0154. Nilai terendah Rupiah
terhadap USD adalah 8.532 dan nilai tertinggi sebesar 14.396,10. Nilai rata-rata
Rupiah terhadap USD adalah 10.775,48 dengan standar deviasi sebesar 1.760,34.
Indeks Dow Jones nilai terendah adalah 10.913,38 dan nilai tertinggi sebesar
18.132,70. Nilai rata-rata indeks Dow Jones adalah 14.906,33 dengan standar
deviasi sebesar 2.187,93. Nilai terendah dari IHSG adalah 3.409,17 dan nilai
tertinggi sebesar 5.518,67. Nilai rata-rata IHSG adalah 4.456,76 dengan standar
deviasi sebesar 539,42.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat hasil uji F hitung sebesar 109,271 dengan
sig 0,000. Uji F terpenuhi dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan
nilai F tabel 2,769 (F hitung > F tabel). Dari uji F tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hasil uji t dari Tabel 2
dapat disimpulkan bahwa:
Page 8
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
337
1. Tingkat inflasi menghasilkan t hitung sebesar - 3,157 sedangkan t tabel
sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (- 3.157) lebih besar dari t
tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel tingkat
inflasi terhadap IHSG.
2. Nilai tukar Rupiah terhadap USD menghasilkan t hitung sebesar - 6,439
sedangkan t tabel sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000.
Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (- 6.439)
lebih besar dari t tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara
variabel nilai tukar Rupiah terhadap USD terhadap IHSG.
3. Indeks Dow Jones menghasilkan t hitung sebesar 12,635 sedangkan t tabel
sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (12.635) lebih besar dari t
tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel Indeks Dow
Jones terhadap IHSG.
Dari hasil uji koefisien determinasi (R2) diperoleh hasil nilai adjusted R
square adalah sebesar 0.846 menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel
tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones adalah
sebesar 84.6% sedangkan sisanya sebesar 15.4% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar variabel yang diteliti. Dari Tabel 2, model regresi yang dapat dibentuk
adalah:
Y = 1.316,124 – 6.364,385. X1 – 0,267. X2 + 0,429. X3 + e
Berdasarkan model regresi tersebut, hasil hipotesis penelitan pengaruh
tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones terhadap
IHSG secara parsial akan dibahas sebagai berikut:
1. Koefisien regresi variabel tingkat inflasi sebesar - 6.364,385; menunjukan
bahwa jika tingkat inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks
IHSG akan mengalami penurunan sebesar 6.364,385.
2. Koefisien regresi variabel nilai tukar Rupiah terhadap USD sebesar - 0,267;
menunjukan bahwa jika nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami
Page 9
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
338
kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan
sebesar 0,267.
3. Koefisien regresi variabel Indeks Dow Jones sebesar 0,429; menunjukan
bahwa jika Indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka
indeks IHSG juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,429.
Ha1 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis pertama negatif
signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika tingkat inflasi
tinggi maka IHSG akan mengalami penurunan dan sebaliknya jika tingkat inflasi
rendah maka IHSG akan naik. Jika terjadi kenaikan harga maka daya beli
masyarakat akan menurun, dan minat untuk melakukan investasi juga akan
menurun. Akibatnya, harga saham akan mengalami penurunan, dan Indeks Harga
Saham juga akan menurun. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Sudarsana dan
Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009).
Ha2 : Nilai tukar Rupiah terhadap USD berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis kedua negatif
signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai kurs Rupiah
terhadap USD terdepresiasi maka IHSG juga akan mengalami penurunan. Bagi
investor, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD mengindikasikan situasi
fundamental perekonomian Indonesia. Sehingga ketika nilainya menurun, maka
menunjukan bahwa Rupiah sedang melemah dan kondisi perekonomian Indonesia
sedang tidak dalam kondisi yang stabil. Ketika kondisi perekonomian kurang
stabil, maka investor kecenderungannya akan menjual saham-saham yang
dimilikinya untuk menghindari risiko, dimana aksi jual saham ini tentunya akan
mengakibatkan pelemahan IHSG. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Andiyasa
(2014), Sudarsana dan Candraningrat (2014), Indra (2013), dan Purwranto (2009).
Page 10
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
339
Ha3 : Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa hipotesis ketiga positif signifikan
terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan
mendorong kenaikan IHSG. Indeks Dow Jones sendiri merupakan rata-rata indeks
saham terbesar di dunia, oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat
mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh
indeks Dow Jones terhadap IHSG adalah positif, yang dapat diartikan bahwa
kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan pula pada naiknya IHSG di
Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para
investor terhadap kondisi ekonomi dunia Hasil dari penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Fitria
(2015), Andiyasa (2014), dan Prima (2012).
SIMPULAN
Seluruh variabel independen yaitu: tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah
terhadap USD, dan indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Secara parsial, tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap
USD berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Sedangkan indeks Dow
Jones bepengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Nilai koefisien determinasi
adalah sebesar 0.846 menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu
menjelaskan 84.6% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar
15.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen.
DAFTAR PUSTAKA
Andiyasa, I Gusti Agus. (2004). Pengaruh Beberapa Indeks Saham Dan Indikator
Ekonomi Global Terhadap Kondisi Pasar Modal Indonesia.Tesis.
Universitas Udayana. Denpasar.
Bodie, Kane, Marcus. (2006). Investments. Jakarta: Salemba Empat.
Case, K.E & Fair, R.C. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Page 11
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
340
Chandra, Juniadi. (2012). Pengaruh Nilai Tukar USD, Inflasi dan Resesi Amerika
Serikat Terhadap IHSG. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard Starz. (2008). Makro Ekonomi. Jakarta:
PT Media Global Edukasi.
Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Pasar Modal. Bandung: CV Alfabeta.
Fitria O, Rizka. (2015). Pengaruh Indeks Dow Jones dan Indeks Nikkei 225
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Tahun
Periode 2010-2014). Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ghozali, Iman. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: BP UNDIP.
Gujarati, Damodar. R. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.
Haryogo, Ardy. (2013). Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap
Composite Index di Bursa Efek Indonesia. Jurnal FINESTA Vol. 1, No. 1
Hal 1 – 6. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Hidayat, Taufik. (2010). Buku Pintar Investasi. Jakarta: Mediakita.
Immanuel, Roisondo. (2015). Analisis Pengaruh Indikator Makroekonomi dan
Indeks Saham Regional ASEAN Terhadap Pasar Saham Indonesia (IHSG)
Periode Pada Tahun 2009-2014. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya
Malang.
Irianto, Guntur. (2007). Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan Harga Emas
Terhadap IHSG. Jurnal Manajemen Mutu, Volume 6, No.2.
Kewal, Suramaya Suci. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal
Economia, Volume 8, Nomor 1. STIE Musi Palembang.
Page 12
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
341
Kurniawan, Yohanes, Jhony. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah Terhadap
Dollar Amerika, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi dan bisnis. Pp: 1 20
Kusumaningsih, Novia. (2015). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Dan Volume
Perdagangan Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2014. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Malinda, Maya & Martalena. (2011). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Mansyur, Moh. (2005). Pengaruh Indek Bursa Global Terhadap Indek Harga
Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 2000-
2002. Universitas Padjajaran. Bandung.
Merancia, Alfin. (2010). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Indeks Regional
Terhadap Risiko Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.
Mujayana, Marya. (2013). Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Jurnal SNASTI 2013 LL 21 - 26. STMIK STIKOM.
Surabaya.
Prakoso, B. (2007). Korelasi Antara Variabel Ekonomi Makro Dengan Jakarta
Islamic Indeks dan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta
(Periode 2001-2005). Jakarta: Program Magister Manajemen Universitas
Indonesia.
Pratikno, Dedy. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan
Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Page 13
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
342
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Prima, Biorika. (2012). Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Indeks
Saham Internasional Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia Dengan Pendekatan Kointegrasi. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Purwranto, Diki. (2009). Analisis Pengaruh Suku Bunga The Fed, Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga Bank
Indonesia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia Pada Periode Januari 2008 s.d. Mei 2009. Tesis. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Samsul, Mohamad. (20080. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
Santoso, Singgih. (2016). Panduan Lengkap SPSS Versi 23. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sekolah Pasar Modal. 2012. Jakarta: BEI.
Sudarsana dan Candraningrat. (2014). Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar,
Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI. Journal hal. 3291 - 3308 . Universitas Udayana. Bali
Sugiono, Heri. (2013). Analisis Pengaruh Makro Ekonomi dan Indeks Hangseng
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic Indeks
Periode 2007-2011 (Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia). Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maliki Malang.
Supranto, J. (2012). Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
Page 14
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
343
Tjiptono, Darmadji dan Fakhruddin, Hendy.M. (2006). Pasar Modal Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995.
Witjaksono, Ardian Agung. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225,
dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG (Studi Kasus Pada IHSG di BEI
Selama Periode 2000-2009). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang
http://bem.feb.ugm.ac.id
www.bi.go.id
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/608312-laju-ihsg-cetak-rekor-tertinggi
http://ekbis.sindonews.com/read/1078039/32/
http://finance.detik.com/read/2011/01/24/071821/1552766/6/
http://finance.yahoo.com
www.idx.co.id
http://market.bisnis.com/read /20150901/93/467605
www.nyse.com
http://www.neraca.co.id/article/32472/bps
Page 15
Jurnal EKSEKUTIF Volume 13 No. 2 Desember 2016
344
LAMPIRAN
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Tabel 2. Uji Hipotesis
Analisa Regresi Koefisien
Regresi
Uji t Uji F Adjusted
R Square t stat Sig F stat Sig
(Constant) 1316,124 6,885 0,000 109,271 0,000 0,846
INFLASI -6364,385 -3,157 0,003
Nilai Tukar Rp/USD -0,267 -6,439 0,000
DOW JONES 0,429 12,635 0,000
Var N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tingkat Inflasi 60 0,058852 0,0154221 0,0335 0,0879
Nilai Tukar Rp to USD 60 10775,48633 1760,345754 8532 14396,1
Indeks Dow Jones 60 14906,33133 2187,939233 10913,38 18132,7
IHSG 60 4456,763167 539,4253204 3409,17 5518,67