Page 1
ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, ROA, DAN BOPO TERHADAP LDR
(Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008)
Mita Puji Utari
Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si
ABSTRACT Public confidence in the bank as an institution and is part of the monetary system has a
strategic position to support economic development. Maintenance of bank health, among others,
performed while maintaining liquidity so banks can meet the obligations on all parties of interest
or withdraw their savings at any time. Bank management are required to continuously maintain
a balance between maintaining adequate levels of liquidity and high profitability of banks and
capital needs.
This research was conducted to examine the influence of the variable CAR (Capital
Adequacy Ratio), NPL (non performing loans), ROA (Return On Asset), BOPO (Operating
Expenses to Operating Income), and GWM (Statutory Minimum) to LDR. The sample of this
research is the National Private Banks Foreign Exchange in Indonesia the period 2005-2008
with the number 15 bank by using purposive sampling method. While the analytical methods
used are classical test assumptions and hypothesis testing and multiple regression analysis.
The results showed that independent variables and CAR is not significant positive
influence on the LDR with a significance level of 0.192> 0.050, NPL has a significant negative
influence on the LDR with a significance level of 0.000 <0.050, ROA is not significant negative
influence on the LDR with a significance level of 0.560> 0.050, BOPO has a significant positive
effect on the LDR with a significance level of 0.001 <0.050. The five variables influence by
24.4% against the level of liquidity proxy LDR.
Key words: CAR, NPL, ROA, BOPO, GWM, LDR, Liquidity
Page 2
1. PENDAHULUAN
Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan merupakan bagian dari sistem
moneter mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi.
Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga
bank bisa memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan
simpanannya sewaktu-waktu (Taswan dan Hersugondo, 1997).
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
pengertian Bank Umum Swasta Nasional Devisa adalah bank yang berbadan hukum Indonesia
yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau badan
hukum Indonesia yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing
setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan
memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta
asing.
Bank yang hanya mengejar rentabilitas yang tinggi, besar kemungkinan posisi
likuiditasnya terancam. Sebaliknya, jika alat-alat likuid menumpuk, penawaran dana bertambah
yang mengakibatkan menurunnya rentabilitas. Maka dari itu, pimpinan bank harus mengambil
suatu kebijakan yang tepat dalam rangka penyaluran dana, antara kepentingan likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitas (Simorangkir, 2004).
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan rasio-rasio keuangan Bank Umum Swasta
Nasional Devisa tahun 2005-2008 :
Tabel 1.1 Perkembangan rasio-rasio keuangan
Bank Umum Swasta Nasional Devisa (%) Tahun 2005-2008
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI), BI ( diolah ) Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa LDR Bank Umum swasta Nasional Devisa
pada tahun 2006-2008 mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya (Info Bank, 2008). Berbagai
Rasio (%) 2005 2006 2007 2008 LDR 63,499 61,897 64,108 72,553 CAR 36,633 30,917 32,548 31,284 NPL 2,874 3,916 8,472 8,463 ROA 1,157 0,813 0,651 1,082 BOPO 89,145 95,667 92,395 97,355
Page 3
penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan perbankan terhadap LDR telah banyak dilakukan,
diantaranya Nasiruddin (2005), Aristanto (2005), Pramono (2006), Kristijadi dan Laksana
(2006), Fransisca dan Siregar (2008), Hermawan (2009), Anisah (2010), Nandadipa (2010).
Secara umum, kedelapan penelitian tersebut mampu membuktikan bahwa rasio keuangan
perbankan berpengaruh terhadap LDR, namun ada beberapa variabel yang tidak konsisten
hasilnya.
Dalam hal ini terjadi suatu kesenjangan gap (research gap) antara teori yang selama ini
dianggap benar dan selalu diterapkan pada industri perbankan dengan kondisi empiris bisnis
perbankan. Apabila hal – hal di atas dibiarkan terjadi maka dikhawatirkan akan mempengaruhi
likuiditas perbankan di tahun mendatang. Oleh karena itu perlu diketahui faktor – faktor yang
menyebabkan fluktuasi likuiditas perbankan (LDR) agar dapat segera diatasi, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, ROA, DAN BOPO TERHADAP LDR (Studi Kasus
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008)”.
Page 4
1. TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan nya kepada msyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Analisis rasio keuangan pada dasarnya adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai sifat-
sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank yang telah
distandarisasi. Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan
jumlah lainnya. Analisis rasio keuangan ini dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta
informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank (Siamat, 2003).
Pengaruh CAR terhadap LDR
Menurut Susilo (2000), bahwa kecukupan modal merupakan faktor yang sangat penting
bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia
menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan
oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).
Pengaruh NPL terhadap LDR
Non Performing Loan apabila tidak dapat ditangani dengan tepat, menurut Dendawijaya
(2004) diantaranya hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income) dari
kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk
memberikan kredit. Banyaknya kredit bermasalah membuat bank tidak berani meningkatkan
penyaluran kreditnya apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka
dapat mengganggu likuiditas suatu bank, oleh karena itu kredit bermasalah berpengaruh negatif
terhadap LDR.
Page 5
Pengaruh ROA terhadap LDR
Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena
mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat.
Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba perusahaan sehingga
kinerja keuangan akan lebih baik (Wisnu Mawardi,2005).
Pengaruh BOPO terhadap LDR
Operating Expense to Operating Income dihitung dengan menggunakan perbandingan
antara Beban Operasi dengan pendapatan Operasi atau yang biasa disingkat dengan BOPO di
Indonesia (Siamat, 2003). Mengingat kegiatan utama bank menghimpun dan menyalurkan dana,
maka biaya bunga dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pedapatan
bunga. Biaya bunga adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari bank Indonesia, bank
lain, dan pihak ketiga bukan bank. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil (Dendawijaya, 2004).
Page 6
3. METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan variabel dependent Loan Deposit to Ratio (LDR)
sebagai pengukur likuiditas perbankan. Sedangkan variabel yang diduga sebagai sebab di
variabel independen dalam penelitian ini yaitu : Capital Adequacy Ratio (CAR), NPL
(Non Performing Loan), Return on Asset (ROA) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional).
3.1.1 Loan Deposit to Ratio (LDR)
Menurut Kasmir (2004) rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah
dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2004) dan (Kasmir,2004):
��� ������ ����
����� � ����� � ����� � 100%
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio permodalan dalam hal ini dijelaskan oleh Capital Adequacy Ratio CAR
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada yang bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2004), (Susilo, 2000),
(Siamat, 2003), dan (Nandadipa, 2010):
��� ������ � ����
����� 100%
b. NPL (Non Performing Loan)
Non Performing Loan merupakan rasio untuk mengukur risiko kredit dimana
kredit berupa tidak lancarnya dana yang diberikan tersebut untuk kembali. Rasio ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Susilo, 2000), (Dendawijaya, 2004), (Nasiruddin,
2005), (Fransisca dan Siregar,2008), dan (Nandadipa, 2010):
��� � � ��� ! �"�����#
����� � ���� 100%
Page 7
c. Return on Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2004), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dendawijaya, 2004),
(Fransisca dan Siregar, 2008), (Anisah, 2010), dan (Nandadipa, 2010):
�$� ���%� ! ���#
����� �&��'� � 100%
d. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/3 DPNP tanggal 14 Desember 2001) dan
(Dendawijaya, 2004) :
!$�$ �!���� $� �������
� ������ $� ������� 100%
3.2 Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi berupa seluruh perusahaan perbankan di Indonesia
yang tergolong dalam Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2005-2008. Populasi dari
penelitian ini berjumlah 35 bank.
Kriteria yang diterapkan terhadap pengmbilan sampel penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bank yang tercantum termasuk dalam golongan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa yang masih berdiri selama periode pengamatan yaitu selama periode 2005-
2008.
2. Bank tersebut mempublikasikan laporan di Bank Indonesia selama tahun 2005-2008.
3. Bank tersebut tidak mengalami merger dan akuisisi selama periode pengamatan.
Page 8
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif merupakan
statistik yang menggambarkan atau yang mendekripsikan data yang menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami (Ghozali,2001).
Uji Asumsi Klasik
1). Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas populasi suatu data dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis grafik. Pada analisis regresi ini, metode yang digunakan adalah grafik histogram
dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2005:110).
2.Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2005), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi, dapat dilihat dari tolerance value dan variance
inflation factor (VIF).
3.Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005), pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ini terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah terjadi homokesdastisitas.
4.Uji Autokorelasi
Uji Autikorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode (t-1) dalam
model regresi.
Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dalam menganalisis data. Model ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen yaitu kinerja keuangan bank.
Page 9
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi melalui uji statistik t dan
uji statistik F. Analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap dependen secara parsial atau simultan serta untuk mengetahui persentase dominasi
variabel independen terhadap variabel dependen.
1). Uji statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
2). Uji statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
Page 10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
CAR 60 6.81 57.64 1970.73 32.8455 14.12536
NPL 60 .14 27.58 191.62 3.1937 4.91954
ROA 60 -10.49 3.80 55.53 .9255 2.37853
BOPO 60 50.63 253.73 5494.97 91.5828 30.21160
LDR 60 21.99 89.29 3812.78 63.5463 15.38540
Valid N (listwise)
60
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa N atau jumlah observasi dalam penelitian sebanyak 60
perusahaan perbankan. Dari 60 observasi terhadap sampel dapat diketahui bahwa nilai terkecil
dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 6,81dan nilai terbesarnya 57.64.
Pada variabel NPL (Non Performing Loan), nilai minimum sebesar 0,14 dan nilai
maksimum 27,58. Hal ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel penelitian, nilai NPL terkecil
adalah 0,14 % sedangkan NPL terbesar 27,58 %.
Pada variabel ROA (Return on Asset), nilai minimum sebesar -10,49 dan nilai maksimum
3,80. Hal ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel penelitian, nilai ROA terkecil adalah -10,49 %
sedangkan ROA terbesar 3,80 %.
Pada variabel BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), nilai
minimum sebesar 50,63 dan nilai maksimum 203,10. Hal ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel
penelitian, nilai BOPO terkecil adalah 50,63% sedangkan BOPO terbesar 253,73%.
Pada variabel LDR (Loan Deposit to Ratio), nilai minimum sebesar 21,99 dan nilai
maksimum 89,29. Hal ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel penelitian, nilai LDR terkecil
adalah 21,99 % sedangkan LDR terbesar 89,29 %.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel tersebut layak untuk
dijadikan bahan dalam penelitian. Uji Asumsi Klasik ini meliputi:
4.2.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas memilki tujuan untuk menguji apakah
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Page 11
Grafik Normalitas Data
Grafik Normal P-Plot
Gambar 4.1 (Histogram) dapat memberikan penjelasan pada kita bahwa pola distribusi
tersebut tidak melenceng ke kanan atau ke kiri sehingga dapat dikatakan bahwa residual data
tersebut terdistribusi secara normal. Gambar 4.2 (Normal Plot) juga memperkuat bukti bahwa
residual data tersebut terdistribusi secara normal ini terbukti dengan penyebaran titik-titik
tersebut masih berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas data sebaiknya juga melakukan analisis statistik
selain menggunakan analisis grafik. Untuk analisis statistik, penulis menggunakan metode uji
Kolmogorov-Semirnov. Berikut adalah tabel hasil uji Kolmogorov-Smirnov :
Page 12
Uji Kolmogorov-Smirnov
Hasil uji normalitas dengan uji statistik one sample Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
pada tabel 4.3. Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,580 dan nilai signifikasi dari
unstandardized residual sebesar 0,890. Nilai signifikasi tersebut lebih besar dari 0,05 dan data
terdistribusi secara normal sehingga hal ini berarti Ho diterima. Karena data terdistribusi secara
normal maka regresi dapat digunakan untuk peramalan.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 22.336 14.838 1.505 .138
CAR .178 .135 .164 1.321 .192 .895 1.117
NPL -3.661 .897 -1.171
-4.081
.000 .167 5.990
ROA -.896 1.529 -.138 -.586 .560 .246 4.066
BOPO .523 .151 1.027 3.463 .001 .156 6.398
a. Dependent Variable: LDR Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa
Mean .0000000
Std. Deviation 13.37392944
Most Extreme Differences
Absolute .075
Positive .075
Negative -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .580
Asymp. Sig. (2-tailed) .890
a. Test distribution is Normal. Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
Page 13
Hasil uji Multikolinearitas yang terdapat pada tabel 4.5 menunjukkan hasil besaran
korelasi antar variabel independen tampak bahwa hanya variabel BOPO yang mempunyai
korelasi cukup tinggi dengan variabel NPL dengan tingkat korelasi sebesar -0,652 atau sekitar
65,2%. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak
terjadimultikkolonieritas yang serius.
Hasil perhitungan Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai Tolerance kurang 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen
yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada
hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-
1.
Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model Adjusted R
Square
Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .189 .244 4.447 4 55 .003 2.039
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, ROA, NPL
b. Dependent Variable: LDR Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
Dari tabel 4.6 yang berisi hasil Uji Durbin Watson, kita melihat bahwa variabel tersebut
memiliki angka Durbin-Watson sebesar 2,039. Penelitian ini menggunakan data sebanyak 60, 5
variabel independen, serta tingkat keyakinan 24,4%. Jika kita melihat tabel Durbin Watson,
diperoleh dl = 1,444 dan du = 1,727, sehingga 4-du = 2,273. Karena nila Durbin Watson terletak
diantara du (1,727) dan 4-du (2,273) maka hal ini pada model regresi tidak terdapat autokorelasi
positif atau negatif sehingga model layak digunakan (Ghozali, 2006).
Page 14
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedasitas berguna untuk mengetahui ada tidaknya ketidaksamaan variance
residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain.
Grafik Scatterplot
Dengan melihat gambar 4.3, kita dapat mengetahui bahwa titik-titik scatterplot menyebar secara
acak baik di atas maupun di bawah sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini masing-masing pengujian hipotesis dilakukan dengan analisisregresi
berganda (Multiple Regression). Pengujian analisis berganda dengan melihat goodness of fit
meliputi uji koefisien determinasi dan uji signifikasi parameter individual (Uji statistik t).
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Sudarmanto (2005), ketepatan suatu garis regresi dapat diketahui melalui besar kecilnya
koefisien determinasi atau koefisien R2 (R-Square).
Page 15
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .494a .244 .189 13.85172 .244 4.447 4 55 .003 2.039
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, ROA, NPL
b. Dependen Variabel: LDR Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
Hasil output SPSS pada tabel 4.8 terlihat bahwa R Square (R2) sebesar 0,244 dan nilai
adjusted R Square sebesar 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas (LDR) dapat
dijelaskan oleh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA
(Return On Asset), dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) sebesar
24,4 %. Sedangkan sisanya ( 100 % - 24,4 % = 76,6 % ) dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3413.058 4 853.265 4.447 .003a
Residual 10552.857 55 191.870 Total 13965.916 59
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, ROA, NPL
b. Dependen Variabel: LDR Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.9 uji F diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,003 dan jauh lebih kecil
dari 0,05. Hal ini berarti variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan),
ROA (Return On Asset), dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap LDR pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa.
Page 16
4.2.3.2 Uji Signifikasi Parameter Individual ( T-test )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Uji t dalam penelitian ini digunakan
untuk meneliti lebih lanjut manakah diantara 4 variabel independen yang berpengaruh signifikan
terhadap LDR.
Tabel 4.10 Uji Signifikasi Parameter Individual (T-test)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 22.336 14.838 1.505 .138
CAR .178 .135 .164 1.321 .192 .895 1.117 NPL -3.661 .897 -1.171 -4.081 .000 .167 5.990 ROA -.896 1.529 -.138 -.586 .560 .246 4.066 BOPO .523 .151 .151 3.463 .001 .156 6.398
a. Dependen Variabel: LDR
Sumber : Data SPSS, diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari lima variabel independen yang dimasukkan dalam
model dengan tingkat signifikasi 5 % dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas yaitu Non Performing Loan (NPL), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 nilai
signifikasi untuk variabel NPL sebesar 0,000, variabel BOPO sebesar 0,001.
Sedangkan variabel lain yang memiliki nilai signifikasi melebihi 5 % yaitu CAR (Capital
Adequacy Ratio) dan ROA (Return On Asset). Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai
signifikasi variabel CAR adalah sebesar 1,92 dan variabel ROA sebesar 0,560. Ini berarti bahwa
variabel NPL, dan BOPO memiliki daya pengaruh yang besar terhadap LDR sedangkan CAR,
dan ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap LDR.
4.3 Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua variabel NPL diterima dan berpengaruh
terhadap LDR. Pengujian hipotesis keempat BOPO menunjukkan hasil yang signifikan namun
Page 17
memiliki arah koefisien yang berlawanan dengan hipotesis tersebut , sehingga H4 ditolak.
Pengujian hipotesis H1, dan H3 menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga hipotesis-
hipotesis tersebut tidak dapat diterima.
4.3.1 Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap LDR
Hasil pengujian antara variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap LDR
menunjukkan koefisien positif dan tidak ada pengaruh signifikan antara CAR (Capital Adequacy
Ratio) terhadap LDR. Koefisien yang positif menunjukkan sebagian besar data pada periode
penelitian ketika nilai CAR (Capital Adequacy Ratio) mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai
LDR yang mengalami kenaikan. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki nilai t hitung
sebesar 1,321 dan nilai signifikasi sebesar 0,192. Nilai signifikasi 0,192 > (0,05), hal ini berarti
bahwa variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak signifikan pada level 5% dengan arah
koefisien yang positif. Dapat disimpulkan bahwa variabel CAR (Capital Adequacy Ratio)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas perbankan. Dengan demikian
hipotesis satu (H1) ditolak.
CAR diperoleh dari perbandingan antara total modal dibagi dengan ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko). Penurunan CAR bisa disebabkan oleh penurunan modal dan laba
disertai kenaikan terhadap AMTR. Peningkatan ATMR bisa terjadi karena semakin besar kredit
yang disalurkan oleh bank maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan sehingga
CAR akan turun. Peningkatan CAR bisa disebabkan karena terjadi peningkatan modal sendiri.
Karena terjadi peningkatan modal sendiri maka biaya dana akan menurun sehingga likuiditas
justru akan menurun. Jadi, peningkatan nilai CAR disertai kenaikan likuiditas bisa saja terjadi
jika terjadi peningkatan modal sendiri yang dimiliki oleh bank. Namun dari hasil penelitian dapat
ditunjukkan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
likuiditas.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca dan
siregar (2008), dimana CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasiruddin (2005) dan
Hermawan (2009), dengan hasil bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR.
Semakin tinggi rasio CAR maka semakin besar kemampuan bank dalam menggunakan
modalnya untuk membiayai aktiva bank yang mengandung risiko, sehingga dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin tinggi CAR maka
Page 18
semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, semakin rendah biaya dana yang
dikeluarkan oleh bank.
4.3.2 Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap LDR
Hasil pengujian antara variabel NPL (Non Performing Loan) terhadap LDR menunjukkan
koefisien negatif dan ada pengaruh signifikan antara NPL (Non Performing Loan) terhadap
LDR. Koefisien yang negatif menunjukkan sebagian besar data pada periode penelitian ketika
nilai NPL (Non Performing Loan) mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai LDR yang
mengalami penurunan. Variabel NPL (Non Performing Loan) memiliki nilai t hitung sebesar -
4,081 dan nilai signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi 0,000 < (0,05), hal ini berarti bahwa
variabel NPL (Non Performing Loan) signifikan pada level 5% dengan arah koefisien yang
negatif. Dapat disimpulkan bahwa variabel NPL (Non Performing Loan) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap LDR. Dengan demikian hipotesis dua (H2) diterima.
NPL yang diperoleh dari perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibagi
dengan total kredit. Peningkatan NPL bisa disebabkan karena terjadi peningkatan kredit
bermasalah secara signifikan meskipun total kredit juga mengalami peningkatan tetapi tidak
signifikan. Semakin banyak kredit macet dalam pengelolaan kredit bank yang ditunjukkan dalam
NPL akan menurunkan tingkat likudiditas bank. Banyaknya kredit bermasalah membuat bank
tidak berani meningkatkan penyaluran kredit jika DPK dapat dicapai secara optimal maka dapat
mengganggu likuiditas bank.
Hasil penelitian ini mendukung teori dari Dendawijaya (2004), dimana dampak dari
meningkatnya NPL akan menyebabkan hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan
pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi
kemampuan untuk memberikan kredit.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasiruddin (2005)
dan Nandadipa (2010) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh terhadap LDR. Namun tidak
sesuai dengan Anisah (2010) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh positif dan signifikan
terhadap LDR.
Page 19
4.3.3 Pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap LDR
Hasil pengujian antara variabel ROA (Return On Asset) terhadap LDR menunjukkan
koefisien negatif dan tidak berpengaruh signifikan antara ROA (Return On Asset) terhadap
tingkat likuiditas. Koefisien yang negatif menunjukkan sebagian besar data pada periode
penelitian ketika nilai ROA (Return On Asset) mengalami penurunan, diikuti dengan LDR yang
mengalami kenaikan. Variabel ROA (Return On Asset) memiliki nilai t hitung sebesar -0,586
dan nilai signifikasi sebesar 0,560. Nilai signifikasi 0,560 > (0,05), hal ini berarti bahwa variabel
ROA (Return On Asset) tidak signifikan pada level 5% dengan arah koefisien yang negatif.
Dapat disimpulkan bahwa variabel ROA (Return On Asset) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat likuiditas perbankan. Dengan demikian hipotesis tiga (H3) ditolak.
ROA diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dibagi dengan total aktiva. Menurut
Hasibuan (2002) penurunan rentabilitas perbankan dapat terjadi karena dipengaruhi
meningkatnya cadangan penghapusan kredit (provision for loan losses) dan pembayaran bunga
(interest expenses) pada sisi profit margin dan menurunnya pendapatan bunga (interest income)
pada sisi asset utilization. Kondisi ROA menurun karena modal dan laba segaian besar
disalurkan untuk kredit. Penurunan dari sector kredit akan menurunkan pendapatan. Serta karena
kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.
Hasil penelitian ini Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca dan Siregar
(2005) dan Anisah (2010) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh secara parsial terhadap
LDR.
4.3.4 Pengaruh BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap
LDR
Hasil pengujian antara variabel BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) terhadap LDR menunjukkan koefisien positif dan ada pengaruh signifikan antara
BOPO terhadap LDR. Koefisien yang positif menunjukkan sebagian besar data pada periode
penelitian ketika nilai BOPO mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai likuditas yang mengalami
kenaikan. Variabel BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) memiliki nilai t
hitung sebesar 3,463 dan nilai signifikasi sebesar 0,001. Nilai signifikasi 0,001 < (0,05), hal ini
berarti bahwa variabel BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) signifikan
pada level 5% dengan arah koefisien yang positif. Dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO
Page 20
(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap LDR. Dengan demikian hipotesis empat (H4) ditolak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun BOPO meningkat tetapi LDR (Likuiditas)
yang dicapai bank juga meningkat. Hal itu disebabkan karena ada peningkatan pendapatan di
luar pendapatan operasional. Selain itu besarnya rasio BOPO juga disebabkan karena tingginya
biaya dana yang dihimpun dan rendahnya pendapatan bunga dari penanaman dana.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hermawan (2010) dan Pramono (2006)
menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR.
Page 21
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penelitian ini meneliti pengaruh rasio keuangan perbankan terhadap LDR. Jumlah
sampel yang dipergunakan adalah 15 Bank Umum Swasta Nasional Devisa di
Indonesia dari 35 populasi. Data yang dipakai dari yahun 2005 sampai dengan 2008.
Penelitian ini menguji lima variabel yang termasuk dalam rasio-rasio perbankan.
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy
Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Asset), dan BOPO (Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan diuji dengan menggunakan
analisis regresi berganda.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL, dan BOPO berpengaruh
signifikan terhadap LDR. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
2.1 Berdasarkan hasil penelitian kita ketahui bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan tingkat Capital
Adequacy Ratio tidak berdampak langsung pada LDR sehingga H1 ”Ada pengaruh
yang positif antara CAR terhadap LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di
Indonesia” ditolak karena hasil tidak sesuai dengan hipotesis.
2.2 Berdasarkan hasil penelitian kita ketahui bahwa Non Performing Loan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap loan to deposit ratio (LDR). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar NPL maka LDR semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemungkinan tingkat NPL tidak berdampak langsung pada LDR sehingga H2 ”Ada
pengaruh yang negatif antara NPL terhadap LDR pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa di Indonesia” diterima karena hasil sesuai dengan hipotesis.
2.3 Berdasarkan hasil penelitian kita ketahui bahwa Return on Assets berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar ROA maka LDR akan semakin turun. Jika sesuai teori
seharusnya ROA berpengaruh positif terhadap LDR. ROA adalah rasio untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Apabila rasio ini tinggi maka bank dalam posisi baik dari segi
Page 22
penggunaan asset karena semakin tinggi tingkat keuntungan yang dicapai bank. Oleh
karena itu ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR sehingga H3 ”Ada
pengaruh yang negatif antara ROA terhadap LDR pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa di Indonesia” ditolak karena hasil tidak sesuai dengan hipotesis.
2.4 Berdasarkan hasil penelitian kita ketahui bahwa BOPO berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loan to deposit Ratio (LDR). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar BOPO maka LDR juga akan semakin besar. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemungkinan tingkat efisiensi dan kemampuan dalam melakukan kegiatan
operasinya tidak berdampak langsung pada LDR sehingga H4 ”Ada pengaruh yang
negatif antara BOPO terhadap LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di
Indonesia” ditolak karena hasil tidak sesuai dengan hipotesis
5.2 Keterbatasan
1. Variabel yang digunakan hanya 4 variabel padahal, masih banyak variabel lain yang
mempengaruhi LDR. Ini disebabkan tidak semua data sekunder memaparkan data
perusahaan.
2. Periode amatan yang terbatas hanya 4 tahun 2005-2008 karena data sekunder hanya
menyediakan jangka waktu tertentu saja.
3. Sampel penelitian relatif kecil yaitu 60 sampel saja, karena hanya terbatas pada Bank
Umum Swasta nasional Devisa saja.
4. Ditinjau dari R2 dan uji simultan (uji F) model kurang layak digunakan karena R2
sebesar 24,4 % dan uji F signifikan. Hanya saja dari variabel independen hanya 1
variabel saja ( NPL ) yang terbukti diterima dari 4 variabel independen.
5. Variabel NPL khusus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia belum
terdistribusi secara normal karena pada uji multikolinearitas variabel tersebut
dilakukan transformasi.
Page 23
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan sehingga jumlah
sampel penelitian juga lebih banyak sehingga dapat meningkatkan distribusi data
yang lebih baik.
2. Pemilihan sampel sebaiknya tidak hanya terbatas pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa saja, melainkan dapat menggunakan seluruh perusahaan perbankan di
Indonesia.
3. Perlu dilakukan kajian ulang bagi penelitian yang lain karena dari 4 hipotesis hanya 1
hipotesis yang diterima.
4. Bank Umum Swasta Nasional Devisa perlu mewaspadai NPL terhadap kredit macet
karena dari penelitian ini variabel tersebut tidak terdistribusi normal.
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Anggana, Greg. Peranan Manajemen Likuiditas Bagi Industri Perbankan. Jurnal Gema
Stikubank Februari 1996 : 1-20.
Anisah, Siti Nur. 2010. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR, Dana Pihak Ketiga (DPK),
Return On Asset Ratio (ROA), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Jumlah
Penyaluran Kredit Perbankan kepada Sektor UMKM (Studi pada Perbankan
yang Listing di BEI 2007-2009). Skripsi Fakultas Ekonomi UM. www.google.com
Aristanto, Eko. Kajian Mengenai Likuiditas dan Profitabilitas Bank Pemerintah (BUMN) di
Indonesia Periode 2003-2004. Jurnal Keuangan dan Perbankan Tahun IX No. 3
September 2005 : 837-848.
Bank Indonesia. Direktori Perbankan Indonesia 2005-2008. Jakarta. www.bi.go.id
Booklet Perbankan Indonesia. 2009. www.bi.go.id
Dendawijaya, Lukman. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Detail, Berita. Pembatasan LDR Lindungi Bank Dari Risiko Likuiditas. 27 Januari 2010.
http://bataviase.co.id/detailberita-10564146.html
Fransisca dan Siregar, Hasan Sakti. 2008. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume
Kredit Pada Bank Yang Go Publik di Indonesia. USU Respository. Universitas
Sumatera Utara : Medan. www.google.com
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi 4. Badan
Fe UNDIP: Semarang.
Page 25
Hasibuan, M.S.P. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Hermawan, Jaka. 2009. Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada
Perusahaan Perbankan Yang Go Publik. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara: Medan. www.google.com
Jaeni. Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Kinerja Keuangan Bank (Ditinjau
Aspek Permodalan, Likuiditas, dan Rentabilitas). Jurnal Gema Stikubank Desember
1996: 17-31.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kristijadi, E. dan Laksana, Krisna Bayu. 2006. Pengaruh Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan
Simpanan Dari Bank Lain, Tingkat Suku SBI dan CAR Terhadap Pertumbuhan
Kredit Pada Bank-bank Pemerintah. Kompak. Vol. 13 Vol.1 hal: 249-
264.www.google.com
Kuncoro, Mudrajat dan Suhardjono. 2001. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. BPFE: Yogyakarta.
Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Bank Umum di Indonesia. Jurnal Bisnis strategi Vol. 14 No. 1. Juli: 83-84.
Nandadipa, Seandy. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan
Exchange Rate Terhadap LDR (Studi Kasus Pada Bank UMUM di Indonesia
Periode 2004-2008). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
www.google.com
Nasiruddin. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR), di BPR
Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang. Tesis Program Magister
Manajemen Universitas Diponegoro. www.google.com
Page 26
Pramono, Widi. 2006. Analisis Pengaruh Likuiditas, Modal, dan Efisiensi Bank Terhadap
Pemberian Kredit (Studi Kasus Pada PT bank Rakyat Indonesia, Tbk). Skripsi
fakultas ekonomi Universitas diponegoro. www.google.com
Siamat, Dahlan. 2003. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Infomedia.
Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sinungan, Muchadarsyah. 1997. Manajemen Dana Bank. Edisi dua. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Bank Dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha ilmu.
Sugiyono. 1999. Metode penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Susilo, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Taswan dan Hersugondo. Perubahan Pola Penilaian Bank Umum. Jurnal Gema Stikubank
September 1997: 17-30.
Wasis. 1993. Perbankan Pendekatan Manajerial. Semarang: Percetakan Satya Wacana.