-
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang
diperoleh
dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Adapun
tujuan dari penelitian
ini tercantum dalam BAB I yakni untuk mengetahui peningkatan
kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan
kontrol, untuk
mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis antara
siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui respon
siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, serta
untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran
dilaksanakan. Berikut ini
penjelasan mengenai hal-hal tersebut.
A. Hasil Penelitian
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini
yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data
hasil pretes dan postes
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen
dan kontrol.
Sementara data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa,
angket dan catatan
lapangan. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan program SPSS
16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini pemaparan
mengenai hal
tersebut.
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Data Pretes
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kreatif
matematis
di kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan pretes. Pretes
dilakukan pada
tanggal 11 Mei 2015 di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Jumlah siswa kelas
eksperimen terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol 40 orang
hadir semua. Adapun
prosedur pelaksanaan pretes dilakukan setelah perizinan ke pihak
sekolah untuk kelas
kontrol dan eksperimen pada tanggal 5 Mei 2015. Instrumen yang
digunakan berupa
tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang terdiri dari
15 butir soal
-
78
yang telah diujicobakan. Adapun hasil pretes kelas eksperimen
dapat dilihat pada
Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Nilai Pretes
1. Siswa 1 20,89
2. Siswa 2 13,33
3. Siswa 3 15,56
4. Siswa 4 9,78
5. Siswa 5 8,89
6. Siswa 6 28,44
7. Siswa 7 22,67
8. Siswa 8 19,11
9. Siswa 9 10,67
10. Siswa 10 16,89
11. Siswa 11 18,67
12. Siswa 12 0,00
13. Siswa 13 21,33
14. Siswa 14 23,11
15. Siswa 15 0,00
16. Siswa 16 13,78
17. Siswa 17 10,67
18. Siswa 18 33,78
19. Siswa 19 6,67
20. Siswa 20 24,44
21. Siswa 21 6,67
22. Siswa 22 29,33
23. Siswa 23 19,56
24. Siswa 24 24,44
-
79
No. Kode Siswa Nilai Pretes
25. Siswa 25 33,78
26. Siswa 26 36,44
27. Siswa 27 10,67
28. Siswa 28 0,00
29. Siswa 29 14,67
30. Siswa 30 26,67
31. Siswa 31 25,78
32. Siswa 32 10,67
33. Siswa 33 29,33
34. Siswa 34 5,78
35. Siswa 35 9,78
36. Siswa 36 23,56
37. Siswa 37 22,22
38. Siswa 38 28,89
39. Siswa 39 0,00
40. Siswa 40 8,44
Sedangkan data hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel 4.2
sebagai berikut.
Tabel 4.2
Data Hasil Pretes Kelas Kontrol
No. Kode Siswa Nilai Pretes
1. Siswa 1 5,78
2. Siswa 2 25,78
3. Siswa 3 19,56
4. Siswa 4 6,67
5. Siswa 5 11,11
6. Siswa 6 6,67
7. Siswa 7 6,67
8. Siswa 8 6,67
9. Siswa 9 20,00
10. Siswa 10 4,00
11. Siswa 11 35,56
-
80
No. Kode Siswa Nilai Pretes
12. Siswa 12 6,67
13. Siswa 13 10,67
14. Siswa 14 31,56
15. Siswa 15 31,56
16. Siswa 16 0,00
17. Siswa 17 16,44
18. Siswa 18 8,00
19. Siswa 19 7,56
20. Siswa 20 4,89
21. Siswa 21 13,33
22. Siswa 22 9,33
23. Siswa 23 8,89
24. Siswa 24 6,67
25. Siswa 25 6,67
26. Siswa 26 6,67
27. Siswa 27 16,00
28. Siswa 28 6,67
29. Siswa 29 6,67
30 Siswa 30 16,00
31. Siswa 31 0,00
32. Siswa 32 6,67
33. Siswa 33 16,00
34. Siswa 34 0,00
35. Siswa 35 6,67
36. Siswa 36 16,00
37. Siswa 37 0,00
38. Siswa 38 6,67
39 Siswa 39 0,00
40. Siswa 40 0,00
Data hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya
diolah dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk
mengetahui nilai rata-
rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan
standar deviasi. Berikut
disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.3.
-
81
Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif Data Pretes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Nilai pretes
eksperimen Mean 17.1333 1.58442
Std. Deviation 1.00208E1
Minimum .00
Maximum 36.44
Kontrol Mean 10.3669 1.39866
Std. Deviation 8.84593
Minimum .00
Maximum 35.56
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen
17,1333 dan rata-rata kelas kontrol 10,3669. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis kelas eksperimen dan kontrol masih
rendah. Sementara
untuk ketersebaran datanya, kelas eksperimen lebih tersebar
dibandingkan kelas
kontrol. Hal ini terlihat dari simpangan baku kelas eksperimen
yaitu 10,02081 dan
kelas kontrol 8,84593. Selain itu, skor maksimum dan minimun
yang diperoleh kelas
eksperimen yaitu 36,44 dan 0. Sementara untuk kelas kontrol skor
maksimum yaitu
35 dan skor minimumnya 0. Untuk lebih jelasnya, rata-rata pretes
kelas eksperimen
dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1.
-
82
Gambar 4.1
Diagram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes pada kelas
eksperimen
dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal
siswa di kedua
kelas berbeda. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretes yang
tinggi dibanding
kelas kontrol. Namun, hal tersebut belum cukup untuk
menggambarkan signifikansi
perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara
kelas eksperimen
dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji perbedaan dua
rata-rata. Namun sebelum
itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih
dahulu.
1) Analisis Uji Normalitas Data Pretes
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari
masing-masing
sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun
perumusan hipotesisnya
yaitu sebagai berikut.
H0: Data pretes berdistribusi normal
H1: Data pretes berdistribusi tidak normal
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih atau
sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05. Adapun
-
83
untuk menghitung hasil uji normalitas ini dibantu dengan
menggunakan software
SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai
berikut.
Tabel 4.4
Analisis Hasil Uji Normalitas Data Pretes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Nilai pretes Eksperimen .116 40 .194
Kontrol .212 40 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen
memiliki P-
value (Sig.) 0,194. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.)
kelas eksperimen lebih
dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data pretes
kelas eksperimen
berdistribusi normal.
Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,000
pada
Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang
dari 0,05 sehingga
H0 ditolak, artinya data pretes kelas kontrol berdistribusi
tidak normal.
Salahsatu faktor yang menjadi alasan data pretes normal dan
tidak normal
yaitu ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
persebaran data kelas
eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.2
Data Pretes Kelas Eksperimen yang Normal
-
84
Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan
panjangnya
hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa
persebaran
datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga
data menjadi normal.
Gambar 4.3
Data Pretes Kelas Kontrol yang Tidak Normal
Grafik kurva pada Gambar 4.3 lebih condong ke kiri lebih panjang
ke kanan.
Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan
persebarannya lebih banyak di
sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak
normal. Oleh
karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung
diuji perbedaan dua
rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney
(Uji-U).
2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Pretes
Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas
dan uji
homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada
pretes berdistribusi
tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata
yaitu uji non parametrik.
Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney).
Uji ini dilakukan
untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang
salahsatunya tidak normal.
Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai
berikut.
H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua
kelompok
H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok
-
85
Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai
signifikansi lebih
atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi
kurang dari 0,05. Adapun
hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for
Windows, dapat
dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5
Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Pretes
Test Statisticsa
Nilai Pretes
Mann-Whitney U 462.500
Wilcoxon W 1282.500
Z -3.262
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Grouping Variable: Kelas
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui nilai signifikansinya
(Sig.2-tailed)
yaitu 0,001. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,001 lebih
kecil dari (taraf
signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya
terdapat perbedaan rata-
rata nilai pretes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol.
Dengan demikian,
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat
perbedaan.
b. Analisis Data Postes
Data postes ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
berpikir
kreatif matematis siswa setelah dilakukan perlakuan yang
berbeda. Pada kelas
eksperimen diberikan perlakuan pendekatan investigatif sehingga
postes bertujuan
untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah melaksanakan
pembelajaran dengan
pendekatan investigatif. Pada kelas kontrol diberikan perlakuan
berupa pendekatan
konvensional sehingga postes bertujuan untuk melihat kemampuan
akhir siswa
setelah diberikan pendekatan konvensional. Soal yang digunakan
untuk postes
merupakan soal yang sama dengan soal yang digunakan saat pretes.
Postes kelas
eksperimen dan kontrol dilaksanakan secara terpisah. Kelas
eksperimen dilaksanakan
pada tanggal 25 Mei 2015 dengan jumlah 40 siswa. Adapun hasil
postes kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
-
86
Tabel 4.6
Data Hasil Postes Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Nilai Postes
1. Siswa 1 68,00
2. Siswa 2 40,00
3. Siswa 3 42,67
4. Siswa 4 38,22
5. Siswa 5 41,78
6. Siswa 6 81,33
7. Siswa 7 63,56
8. Siswa 8 75,56
9. Siswa 9 54,67
10. Siswa 10 56,00
11. Siswa 11 75,56
12. Siswa 12 26,67
13. Siswa 13 90,67
14. Siswa 14 75,56
15. Siswa 15 17,78
16. Siswa 16 69,33
17. Siswa 17 30,22
18. Siswa 18 96,89
19. Siswa 19 35,11
20. Siswa 20 75,56
21. Siswa 21 23,11
22. Siswa 22 80,44
23. Siswa 23 74,67
24. Siswa 24 69,33
25. Siswa 25 95,11
26. Siswa 26 98,22
-
87
No. Kode Siswa Nilai Postes
27. Siswa 27 51,56
28. Siswa 28 19,56
29. Siswa 29 50,22
30. Siswa 30 89,33
31. Siswa 31 69,78
32. Siswa 32 57,78
33. Siswa 33 81,33
34. Siswa 34 23,11
35. Siswa 35 30,22
36. Siswa 36 70,67
37. Siswa 37 56,89
38. Siswa 38 86,67
39. Siswa 39 39,56
40. Siswa 40 48,00
Sedangkan postes kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 Mei
2015.
Adapun data hasil postes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.7.
Tabel 4.7
Data Hasil Postes Kelas Kontrol
No. Kode Siswa Nilai Postes
1. Siswa 1 60,00
2. Siswa 2 45,33
3. Siswa 3 44,44
4. Siswa 4 46,22
5. Siswa 5 48,44
6. Siswa 6 28,00
7. Siswa 7 51,56
8. Siswa 8 80,89
9. Siswa 9 49,78
10. Siswa 10 28,00
11. Siswa 11 93,78
12. Siswa 12 70,22
-
88
No. Kode Siswa Nilai Postes
13. Siswa 13 51,56
14. Siswa 14 89,78
15. Siswa 15 79,11
16. Siswa 16 88,00
17. Siswa 17 49,78
18. Siswa 18 30,22
19. Siswa 19 64,00
20. Siswa 20 46,22
21. Siswa 21 60,00
22. Siswa 22 40,89
23. Siswa 23 45,33
24. Siswa 24 43,56
25. Siswa 25 42,22
26. Siswa 26 48,44
27. Siswa 27 60,00
28. Siswa 28 19,56
29. Siswa 29 34,67
30. Siswa 30 57,78
31. Siswa 31 23,11
32. Siswa 32 33,33
33. Siswa 33 32,89
34. Siswa 34 25,78
35. Siswa 35 34,67
36. Siswa 36 51,56
37. Siswa 37 34,67
38. Siswa 38 23,11
-
89
No. Kode Siswa Nilai Postes
39. Siswa 39 34,67
40. Siswa 40 17,78
Data hasil postes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya
diolah dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk
mengetahui nilai rata-
rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan
standar deviasi. Berikut
disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Analisis Statistik Deskriptif Data Postes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Descriptives
Kelas Statistic
Std. Error
Nilai Postes Eksperimen Mean 58.7250 3.72345
Std. Deviation 2.35492E1
Minimum 17.00
Maximum 98.00
Kontrol Mean 47.3000 3.06870
Std. Deviation 1.94082E1
Minimum 17.00
Maximum 93.00
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen
58,7250 dan rata-rata kelas kontrol 47,3000. Sementara untuk
ketersebaran datanya,
kelas eksperimen lebih tersebar dibandingkan kelas kontrol. Hal
ini terlihat dari
simpangan baku kelas eksperimen yaitu 23,54921 dan kelas kontrol
19,40821. Selain
itu, skor maksimum dan minimun yang diperoleh kelas eksperimen
yaitu 98,00 dan
17,00. Sementara untuk kelas kontrol skor maksimum yaitu 93,00
dan skor
minimumnya 17,00. Untuk lebih jelasnya, rata-rata postes kelas
eksperimen dan
kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.4.
-
90
Gambar 4.4
Diagram Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa nilai rata-rata postes pada kelas
eksperimen
dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akhir
siswa setelah
diberikan perlakuan di kedua kelas tersebut berbeda. Namun, hal
tersebut belum
cukup untuk menggambarkan signifikansi perbandingan kemampuan
berpikir kreatif
matematis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Oleh karena
itu, dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata pada hasil postes seperti halnya pretes.
Namun sebelum itu,
dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.
Selanjutnya, dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan
program
software SPSS v.16 for Windows. Adapun penjelasan mengenai
analisis data pada
masing-masing kelompok adalah sebagai berikut ini.
1) Analisis Uji Normalitas Data Postes
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari
masing-masing
sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun
perumusan hipotesisnya
yaitu sebagai berikut.
H0: Data postes berdistribusi normal
H1: Data postes berdistribusi tidak normal
-
91
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih atau
sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05. Adapun
hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS
16.0 for Windows,
dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9
Analisis Hasil Uji Normalitas Data Postes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Nilai Postes Eksperimen .128 40 .096
Kontrol .149 40 .025
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen
memiliki P-
value (Sig.) 0,096. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.)
kelas eksperimen lebih
dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data postes
kelas eksperimen
berdistribusi normal.
Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,025
pada
Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang
dari 0,05 sehingga
H0 ditolak, artinya data postes kelas kontrol berdistribusi
tidak normal.
Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak
normal yaitu
ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
persebaran data kelas
eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.5 dan 4.6.
-
92
Gambar 4.5
Data Postes Kelas Eksperimen yang Normal
Gambar 4.5 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan
panjangnya
hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa
persebaran
datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga
data menjadi normal.
Gambar 4.6
Data Postes Kelas Kontrol yang Tidak Normal
-
93
Grafik kurva pada Gambar 4.6 lebih condong ke kiri lebih panjang
ke kanan.
Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan
persebarannya lebih banyak di
sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak
normal. Oleh
karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung
diuji perbedaan dua
rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney
(Uji-U).
2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Postes
Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas
dan uji
homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada
pretes berdistribusi
tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata
yaitu uji non parametrik.
Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney).
Uji ini dilakukan
untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang
salahsatunya tidak normal.
Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai
berikut.
H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua
kelompok
H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok
Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai
signifikansi lebih
atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi
kurang dari 0,05. Adapun
hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for
Windows, dapat
dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.10
Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Postes
Test Statisticsa
Nilai Postes
Mann-Whitney U 571.000
Wilcoxon W 1391.000
Z -2.204
Asymp. Sig. (2-tailed) .027
a. Grouping Variable: Kelas
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui nilai signifikansinya
(Sig.2-tailed)
yaitu 0,027. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,027 lebih
kecil dari (taraf
-
94
signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya
terdapat perbedaan rata-
rata nilai postes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol.
Dengan demikian,
kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat
perbedaan.
3) Analisis Uji N Gain Data Pretes dan Postes
Uji gain normal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Uji gain dilakukan
jika kemampuan
awal siswa berbeda. Untuk mengetahui data gain normal pada
setiap siswa dari
masing-masing kelompok (eksperimen dan kontrol) dilakukan
perhitungan gain
normal. Adapun cara menghitung gain yang ternormalisasi yaitu
sebagai berikut
(Maulana, 2006, hlm. 57).
=
Perhitungan gain normal ini dilakukan dengan bantuan Microsoft
Excel for
Windows 2007. Adapun hasil uji gain normal pada kelompok
eksperimen dapat
dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes
Kelas Eksperimen
No. Kode
Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi
1 Siswa 1 20,89 68,00 0,596 Sedang
2 Siswa 2 13,33 40,00 0,308 Sedang
3 Siswa 3 15,56 42,67 0,321 Sedang
4 Siswa 4 9,78 38,22 0,315 Sedang
5 Siswa 5 8,89 41,78 0,361 Sedang
6 Siswa 6 28,44 81,33 0,739 Tinggi
7 Siswa 7 22,67 63,56 0,529 Sedang
8 Siswa 8 19,11 75,56 0,698 Sedang
9 Siswa 9 10,67 54,67 0,493 Sedang
10 Siswa 10 16,89 56,00 0,471 Sedang
11 Siswa 11 18,67 75,56 0,699 Sedang
12 Siswa 12 0,00 26,67 0,267 Rendah
13 Siswa 13 21,33 90,67 0,881 Tinggi
14 Siswa 14 23,11 75,56 0,682 Sedang
-
95
No. Kode
Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi
15 Siswa 15 0,00 17,78 0,178 Rendah
16 Siswa 16 13,78 69,33 0,644 Sedang
17 Siswa 17 10,67 26,22 0,174 Rendah
18 Siswa 18 33,78 96,89 0,953 Tinggi
19 Siswa 19 6,67 35,11 0,305 Sedang
20 Siswa 20 24,44 75,56 0,676 Sedang
21 Siswa 21 6,67 23,11 0,176 Rendah
22 Siswa 22 29,33 80,44 0,723 Tinggi
23 Siswa 23 19,56 74,67 0,685 Sedang
24 Siswa 24 24,44 69,33 0,594 Sedang
25 Siswa 25 33,78 95,11 0,926 Tinggi
26 Siswa 26 36,44 98,22 0,972 Tinggi
27 Siswa 27 10,67 51,56 0,458 Sedang
28 Siswa 28 0,00 19,56 0,196 Rendah
29 Siswa 29 14,67 50,22 0,417 Sedang
30 Siswa 30 26,67 89,33 0,855 Tinggi
31 Siswa 31 25,78 69,78 0,593 Sedang
32 Siswa 32 10,67 57,78 0,527 Sedang
33 Siswa 33 29,33 81,33 0,736 Tinggi
34 Siswa 34 5,78 23,11 0,184 Rendah
35 Siswa 35 9,78 30,22 0,227 Rendah
36 Siswa 36 23,56 70,67 0,616 Sedang
37 Siswa 37 22,22 56,89 0,446 Sedang
38 Siswa 38 28,89 86,67 0,813 Tinggi
39 Siswa 39 0,00 39,56 0,396 Rendah
40 Siswa 40 8,44 48,00 0,432 Sedang
Jumlah 685,33 2366,67 21,26
Rata-rata 17,13 59,17 0,53 Sedang
Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya 9 siswa
yang
mengalami peningkatan yang tergolong tinggi, 8 siswa yang
tergolong rendah, dan
sisanya mengalami peningkatan sedang sebanyak 33 siswa. Secara
keseluruhan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas
eksperimen
tergolong ke dalam kategori sedang.
-
96
Adapun hasil uji gain normal pada kelompok kontrol dapat dilihat
pada
Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes
Kelas Kontrol
No. Kode
Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi
1 Siswa 1 5,78 60,00 0,575 Sedang
2 Siswa 2 0 45,333 0,453 Sedang
3 Siswa 3 8,00 44,44 0,396 Sedang
4 Siswa 4 6,67 46,22 0,424 Sedang
5 Siswa 5 11,11 48,44 0,42 Sedang
6 Siswa 6 6,67 28,00 0,229 Rendah
7 Siswa 7 6,67 51,56 0,481 Sedang
8 Siswa 8 6,67 80,89 0,795 Tinggi
9 Siswa 9 20,00 49,78 0,372 Sedang
10 Siswa 10 4,00 28,00 0,25 Rendah
11 Siswa 11 35,56 93,78 0,903 Tinggi
12 Siswa 12 6,67 70,22 0,681 Sedang
13 Siswa 13 10,67 51,56 0,458 Sedang
14 Siswa 14 31,56 89,78 0,851 Tinggi
15 Siswa 15 25,78 79,11 0,719 Tinggi
16 Siswa 16 31,56 88,00 0,825 Tinggi
17 Siswa 17 16,44 49,78 0,399 Sedang
18 Siswa 18 19,56 30,22 0,133 Rendah
19 Siswa 19 7,56 64,00 0,611 Sedang
20 Siswa 20 4,89 46,22 0,435 Sedang
21 Siswa 21 13,33 60,00 0,538 Sedang
22 Siswa 22 9,33 40,89 0,348 Sedang
23 Siswa 23 8,89 45,33 0,4 Sedang
24 Siswa 24 6,67 43,56 0,395 Sedang
25 Siswa 25 6,67 42,22 0,381 Sedang
26 Siswa 26 6,67 48,44 0,448 Sedang
27 Siswa 27 16,00 60,00 0,524 Sedang
28 Siswa 28 6,67 19,56 0,138 Rendah
29 Siswa 29 6,67 34,67 0,3 Rendah
30 Siswa 30 16,00 57,78 0,497 Sedang
-
97
No. Kode
Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi
31 Siswa 31 0,00 23,11 0,231 Rendah
32 Siswa 32 6,67 33,33 0,286 Rendah
33 Siswa 33 6,67 32,89 0,281 Rendah
34 Siswa 34 0,00 25,78 0,258 Rendah
35 Siswa 35 6,67 34,67 0,3 Rendah
36 Siswa 36 16,00 51,56 0,423 Sedang
37 Siswa 37 0,00 34,67 0,347 Sedang
38 Siswa 38 6,67 23,11 0,176 Rendah
39 Siswa 39 0,00 34,67 0,347 Sedang
40 Siswa 40 0,00 17,78 0,178 Rendah
Jumlah 405,33 1909,3 17,20
Rata-rata 10,13 47,73 0,43 Sedang
Dari Tebel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya
terdapat 5 siswa
mengalami peningkatan yang tinggi, 23 siswa mengalami
peningkatan tingkat
sedang, sedangkan 12 siswa mengalami peningkatan tingkat rendah.
Tidak jauh
berbeda dengan kelas eksperimen, di kelas kontrol secara
keseluruhan sama-sama
mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang
tergolong ke
dalam peningkatan sedang.
Untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan siswa pada
kedua
kelompok agar lebih jelas dapat dilihat dari skor terendah, skor
tertinggi, rataan skor,
dan standar deviasi pada masing-masing kelompok yang terlihat
pada Tabel 4.13
dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel for Windows 2007.
Tabel 4.13
Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok
Kelas N Mean Std.
Deviasi Tertinggi Terendah
Eksperimen 40 0,53 0,236 0,953 0,174
Kontrol 40 0,43 0,194 0,903 0,176
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa peningkatan
kemampuan
berpikir matematis pada kedua kelas berbeda. Untuk siswa di
kelas eksperimen yang
diberi perlakuan pendekatan investigatif mengalami peningkatan
dengan rata-rata
-
98
gain = 0,53 yang tergolong pada peningkatan sedang, sedangkan
untuk siswa di kelas
kontrol yang diberi pembelajaran konvensional mengalami
peningkatan dengan rata-
rata gain sebesar 0,43 yang tergolong pada peningkatan sedang.
Oleh karena itu,
antara kedua kelas memiliki selisih rata-rata gain sebesar
0,10.
Untuk melihat perlakuan di kelas mana yang lebih baik dalam
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dilakukanlah uji
normalitas, uji
homogenitas dan uji beda rata-rata N-gain yang diperoleh oleh
kedua kelas. Berikut ini
hasil pengujian N-gain pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
1) Analisis Uji Normalitas N-Gain
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari
masing-masing
sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun
perumusan hipotesisnya
yaitu sebagai berikut.
H0: Data gain berdistribusi normal
H1: Data gain berdistribusi tidak normal
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih atau
sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05. Adapun
hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS
16.0 for Windows,
dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4.14
Analisis Hasil Uji Normalitas Data Gain
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Gain Eksperimen .089 40 .200*
Kontrol .143 40 .038
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen
memiliki
P-value (Sig.) 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.)
kelas eksperimen
lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data gain
kelas eksperimen
berdistribusi normal.
-
99
Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,03.
Dengan
demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga
H0 ditolak, artinya
data gain kelas kontrol berdistribusi tidak normal.
Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak
normal yaitu
ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
persebaran data kelas
eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.7 dan 4.8.
Gambar 4.7
Data Gain Kelas Eksperimen yang Normal
Gambar 4.7 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan
panjangnya
hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa
persebaran
datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga
data menjadi normal.
Gambar 4.8
Data Gain Kelas Kontrol yang Tidak Normal
Grafik kurva pada Gambar 4.8 lebih condong ke kiri lebih panjang
ke kanan.
Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan
persebarannya lebih banyak di
sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal. Berdasarkan
uji normalitas tersebut,
terdapat data yang tidak normal. Oleh karena itu, tidak
dilakukan uji homogenitas
-
100
akan tetapi langsung di uji perbedaan dua rata-ratanya dengan
menggunakan uji non
parametrik yang akan di uji pada hipotesis 3.
2. Analisis Data Kualitatif
Pada bagian pendahuluan telah dipaparkan bahwa tujuan penelitian
yang
dilakukan adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan investigatif dan untuk mengetahui faktor
apa saja yang
mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan
investigatif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan
pengambilan data
melalui instrumen non tes diantaranya adalah lembar observasi
kinerja guru, lembar
observasi aktivitas siswa, angket, dan catatan lapangan. Berikut
ini merupakan
penjelasan mengenai analisis hasil pengambilan data dari
instrumen tersebut.
a. Lembar Observasi Kinerja Guru
Peranan guru merupakan salahsatu faktor yang menentukan
suksesnya
ketercapaian tujuan pembelajaran. Dari mulai perencanaan,
pelaksanaan, hingga
evaluasi. Dalam penelitian ini kinerja guru diukur melalui
format observasi kinerja
guru baik pada saat merencanakan maupun saat melaksanakan
pembelajaran di kelas
eksperimen dan di kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi manipulasi
dalam perbandingan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada
kedua kelompok
tersebut. Untuk itu kinerja guru pada kedua kelompok seimbang
dan adil. Observasi
kinerja guru dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang
merupakan wali
kelas V di SDN Waringin I dan SDN Waringin IV.
Adapun dalam penelitian ini kinerja guru terbagi ke dalam dua
bagian yakni
kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran.
Dari hasil observasi kinerja guru secara umum pada kedua
kelompok tidak jauh
berbeda. Untuk hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan
pembelajaran pada
kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.15.
-
101
Tabel 4.15
Data Observasi Kinerja Guru
dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen
No. Aspek yang Dinilai Pertemuan
1 2 3
1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4
2. Memilih dan mengorganisasikan
materi, media, dan sumber belajar 4 4 4
3.
Merancang skenario kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan
investigatif
4 4 4
4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4
5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3
Jumlah 19 18 19
Presentase 95% 90% 95%
Tafsiran BS BS BS
Keterangan :
BS = Baik Sekali
Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan
pembelajaran
pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah
ini.
Tabel 4.16
Data Observasi Kinerja Guru
Dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol
No. Aspek yang Dinilai Pertemuan
1 2 3
1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4
2. Memilih dan mengorganisasikan
materi, media dan sumber belajar 4 4 4
3. Merancang strategi/metode
pembelajaran 4 4 4
4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4
5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3
Jumlah 19 18 19
Presentase 95% 90% 95%
Tafsiran BS BS BS
Keterangan :
BS = Baik Sekali
-
102
Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 diperoleh data mengenai
kinerja
guru dalam merencanakan pembelajaran. Kinerja guru dalam
merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif maupun
menggunakan
pendekatan konvensional sama-sama sudah mencapai 95%. Selain
dari perencanaan
pembelajaran, kinerja guru juga dinilai dari dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun hasil observasi
kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran pada kelompok eksperimen dapat dilihat
dari Tabel.17.
Tabel 4.17
Data Observasi Kinerja Guru
Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen
No. Aspek yang dinilai Pertemuan
1 2 3
A. Kegiatan Awal Pembelajaran
1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4
2. Guru menyampaikan tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran 4 3 4
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
3. Kemampuan mengorganisasikan
kelas 4 3 4
4. Guru membimbing siswa pada
fase membaca masalah 4 4 4
5. Guru membimbing siswa pada
fase pemecahan masalah 4 4 4
6.
Guru membimbing siswa pada
fase menjawab dan
mengkomunikasikan masalah
3 4 3
7.
Guru melakukan diskusi dengan
membimbing siswa untuk
mengkomunikasikan jawabannya
yang didapat dalam diskusi
kelompok
4 4 4
8. Mobilitasi posisi mengajar 4 4 4
C. Kegiatan Akhir Pembelajaran
9. Guru menyimpulkan pembelajaran 4 4 4
10. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan 4 4 4
Jumlah 38 38 39
Presentase 95% 95% 97,5%
Tafsiran BS BS BS
-
103
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1,
ke-2,dan ke-3
di kelas eksperimen, kinerja guru di kelas tersebut pada
pertemuan ke-1 mencapai
95% selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru
pada pertemuan
ke-1 yaitu terletak pada aspek apersepsi dan guru membimbing
siswa pada fase
menjawab dan mengkomunikasikan masalah. Dalam melakukan
apersepsi guru
kurang menunjukan semangat sehingga menyebabkan siswa kurang
bersemangat pula
pada awal pembelajaran. Kemudian pada fase membimbing siswa pada
fase
menjawab dan mengkomunikasikan masalah, guru kurang mampu
membingsing
siswa karena siswa yang di depan terganggu dengan suara gaduh
dari siswa yang
lainnya. Kemudian kurangnya guru dalam memotivasi siswa sehingga
menyebabkan
siswa sulit untuk mau mengkomunikasikan jawaban di depan
kelas.
Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-2 masih di
95% sama
seperti pertemuan ke-1. Namun kekurangan guru pada pertemuan
ke-2 ini terletak
pada aspek menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
serta pada
aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Pada saat penyampaian
tujuan
pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua tujuan. Guru hanya
menyebutkan dua
tujuan pembelajaran dari yang seharusnya empat tujuan
pembelajaran. Sedangkan
pada aspek kemampuan mengorganisasikan kelas, guru kurang
mampu
mengkondisikan kelas sehingga kondisi kelas menjadi ribut dan
gaduh. Kondisi kelas
menjadi tidak karuan karena keaktifan siswa kurang terkontrol
oleh guru pada saat
siswa berdiskusi menyelsaikan masalah yang harus ditemukan dalam
pembelajaran.
Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-3 mencapai
angka
97,5%. Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan
ke-1 dan ke-2.
Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada
aspek membimbing
siswa pada fase menjawab dan mengkomunikasikan masalah.
Kekurangan kinerja
pada saat membimbing siswa pada fase menjawab dan
mengkomunikasikan masalah,
guru kurang mampu membingsing siswa karena siswa yang di depan
terganggu
dengan suara gaduh dari siswa yang lainnya. Kemudian kurangnya
guru dalam
memotivasi siswa sehingga menyebabkan siswa sulit untuk mau
mengkomunikasikan
jawaban di depan kelas. Hal tersebut sama persis dengan yang
terjadi pada pertemuan
-
104
ke-1. Namun pada pertemuan ke-3 guru sudah lebih mampu dalam
membimbing
siswa, karena siswa lebih termotivasi untuk maju dan
mempresentasikan atau
mengkomunikasikan hasil temuan siswa pada saat dilakukan diskusi
dan kegiatan
investigatif.
Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran
pada kelompok kontrol dapat dilihat dari Tabel.18.
Tabel 4.18
Data Observasi Kinerja Guru
Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol
No. Aspek yang dinilai Pertemuan
1 2 3
A. Kegiatan Awal Pembelajaran
1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4
2. Guru menyampaikan tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran 4 3 4
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
3. Sikap guru dalam proses
pembelajaran 3 4 4
4. Mobilitas posisi mengajar 4 4 4
5. Penguasaan bahan ajar 4 4 4
6. Kegiatan belajar mengajar 4 4 4
7. Kemampuan mengorganisasikan
kelas 3 4 4
8. Kemampuan menggunakan media
pembelajaran 4 4 4
C. Kegiatan Akhir Pembelajaran
9. Guru menyimpulkan
pembelajaran 4 3 4
10.
Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah
dilakukan
4 4 3
Jumlah 37 38 39
Presentase 92,5% 95% 97,5%
Tafsiran BS BS BS
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1,
ke-2,dan ke-3
di kelas kontrol, kinerja guru di kelas tersebut pada pertemuan
ke-1 mencapai 92,5%
selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru pada
pertemuan ke-1
-
105
yaitu terletak pada aspek apersepsi, aspek sikap guru dalam
proses pembelajaran, dan
aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Dalam melakukan
apersepsi guru
kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga menyebabkan
siswa kurang
termotivasi pula untuk memulai pembelajaran. Kemudian pada aspek
sikap guru
dalam proses pembelajaran, sikap guru pada saat pembelajaran
lebih sering berdiri di
depan kelas. Selanjutnya kekurangan guru pada aspek
mengorganisasikan kelas, guru
dominan berada di sebalah kanan sehingga siswa yang ada pada
bagian kirikurang
terkontrol dengan baik dan menyebabkan banyak siswa yang
mengobrol.
Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-2 mencapai
95%.
Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-2 ini terletak pada
aspek menyampaikan
tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta pada aspek
kemampuan
mengorganisasikan kelas dan pada aspek menyimpulkan
pembelajaran. Pada saat
penyampaian tujuan pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua
tujuan. Guru
hanya menyebutkan tiga tujuan pembelajaran dari yang seharusnya
empat tujuan
pembelajaran. Selanjutnya pada aspek kemampuan menyimpulkan
pembelajaran,
guru lupa tidak menyimpulkan pembelajaran, guru langsung
merefleksi kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 mencapai angka
97,5%.
Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan ke-1 dan
ke-2.
Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada
aspek refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pada akhir
pembelajaran guru tidak
melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk melihat aktivitas
siswa selama
pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Observasi
aktivitas siswa
digunakan untuk melihat sejauh mana partisipasi, motivasi,
kreativitas, dan kerjasama
siswa selama proses pembelajaran. Untuk kelas kontrol tidak
mengobservasi aspek
kerjasama karena tidak terdapat kegiatan diskusi kelompok selama
pembelajaran
konvensional. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak tiga
kali pertemuan.
Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara
menyimpulkan pengamatan
-
106
observer selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk
mengetahui aktivitas siswa
selama pembelajaran pada pertemuan pertaman di kelas eksperimen
dapat dilihat dari
hasil observasi pada Tabel 4.19 berikut ini.
Tabel 4.19
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
(Pertemuan I)
Eksperimen
ASPEK YANG DINILAI
Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 24 33 26 10 0 20 45 30 5 0 12 24 18 15 0 16 30 46 0 0
93 100 68 92
Presentase 58,125% 62,5% 43,12% 57,5%
Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang
Pada perteman pertama motivasi siswa untuk belajar matematika
pada kelas
eksperimen terlihat sangat antusias sebagaimana terlihat dari
presentase yang
tergolong tinggi hingga mencapai 62,5%. Hal ini berdampak pada
suasana kelas yang
hidup, gaduh, dan penuh semangat pada saat pembelajaran
berlangsung. Namun
gaduh yang terjadi di dalam kelas bukanlah gaduh yang tidak
baik, melaikan gaduh
tersebut dikarenakan banyak siswa yang antusias dan mempunyai
keberanian untuk
mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran yang sedang mereka
ikuti. Hal ini
terlihat dari beberapa kelompok yang anggotanya terlihat berebut
untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Tetapi, menanggapi
pendapat teman pada
umumnya siswa masih tidak berani melakukan hal tersebut.
Selanjutnya untuk aspek
partisipasi dan kerjasama yang ditunjukkan siswa untuk belajar
matematika pada
kelas eksperimen terlihat sedang atau cukup baik. Persentase
untuk aspek partisipasi
yaitu 57,5%. dan aspek kerjasama yaitu 58,125%. Kemudian untuk
aspek kreativitas,
siswa-siswa terbilang cukup kreatif, hal tersebut terlihat pada
saat mereka berdiskusi.
Presentse untuk aspek kreativitas yaitu 43,12%.
Sementara untuk mengetahui hasil observasi aktivitas siswa
selama
pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.20.
-
107
Tabel 4.20
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
(Pertemuan I)
Kontrol
ASPEK YANG DINILAI
Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 8 30 6 15 0 0 15 10 15 0 0 15 18 15 0
59 40 48
Presentase 36,85% 25% 30%
Tafsiran Rendah Rendah Rendah
Berbeda dengan kelas eksperimen, suasana pembelajaran siswa di
kelas
kontrol lebih terlihat sepi dan tenang, sehingga berdampak pada
rendahnya aktivitas
siswa. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak berani
untuk mengajukan
pendapat, pertanyaan, maupun jawaban. Semua itu terlihat dari
aspek partisipasi
siswa yang hanya mencapai 30% dan aspek motivasi siswa 36,85%.
Kedua aspek ini
tergolong rendah. Padahal, guru terus memancing motivasi siswa
untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran. Sama halnya dengan kedua aspek tersebut,
pada aspek kretivitas
di kelas kontrol masih tergolong rendah yakni hanya mencapai
25%. Hal ini terlihat
dari ketanggapan siswa terhadap masalah yang diberikan masih
sangat kurang.
Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua di
kelas
eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.21
berikut ini.
Tabel 4.21
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
(Pertemuan II)
Eksperimen
ASPEK YANG DINILAI
Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 20 36 36 4 0 40 30 30 5 0 16 30 28 10 0 16 36 40 4 0
96 105 84 96
Presentase 60% 65,63% 52,5% 60%
Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang
-
108
Pada pertemuan kedua motivasi siswa untuk belajar matematika
pada kelas
eksperimen lebih meningkat dari pertemuan pertama dan masih
dalam katagori tinggi,
yakni mencapai persentase 65,63%. Pada umumnya, motivasi siswa
meningkat dan
siswa semakin terlihat semangat ketika setelah mengetahui bahwa
mereka akan
melakukan penyelidikan kembali. Dengan motivasi yang semakin
meningkat, suasana
kelas saat pembelajaran berlangsung tampak semakin hidup karena
siswa banyak
yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, dan
menjawab pertanyaan.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi aktivitas siswa yang
meningkat pada aspek
partisipasi yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria
sedang serta pada
aspek kerjasama yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria
sedang.
Selanjutnya untuk aspek kreativitas pun mengalami peningkatan
dengan presentase
hingga mencapai 52,5%. Hal tersebut terlihat dari cara mereka
menggambarkan atau
menuangkan hasil penyelidikan mereka pada LKS.
Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua
di kelas
kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.22
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
(Pertemuan II)
Kontrol
ASPEK YANG DINILAI
Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 16 45 10 10 0 4 24 20 10 0 24 36 20 7 0
81 58 87
Presentase 50,63% 36,25% 54,37%
Tafsiran Sedang Rendah Sedang
Sama halnya dengan kelas eksperimen, aktivitas siswa di kelas
kontrol pun
lebih hidup dibandingkan dengan pertemuan pertama. Hal ini
disebabkan siswa-siswa
sudah mulai berani dalam mengajukan pendapat, mengajukan
pertanyaan, maupun
dalam mengajukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru. Ada
beberapa siswa
yang sudah berani maju dan mengerjakan soaldi papan tulis tanpa
ditunjuk oleh guru.
Hal ini terlihat dari aspek partisipasi yang meningkat daripada
pertemuan pertama
-
109
yakni 54,37%. Hal ini berkaitan dengan aspek motivasi siswa yang
meningkat
menjadi cukup baik dari yang tadinya rendah, yakni 50,63%. Aspek
kreativitas siswa
pun mengalami peningkatan dengan persentase sebesar 36,25%
walaupun masih
terbilang rendah. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran di kelas
kontrol guru terus
memancing kreativitas siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di
kelas
eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.23
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
(Pertemuan III)
Eksperimen
ASPEK YANG DINILAI
Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 40 36 36 0 0 24 45 38 0 0 20 36 36 5 0 16 48 40 0 0
113 107 97 104
Presentase 70% 66,87% 60,6% 65%
Tafsiran Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Pada pertemuan ketiga dalam pembelajaran matematika dengan
pendekatan
investigatif motivasi siswa untuk belajar matematika tergolong
pada katagori tinggi
dan mengalami lagi peningkatan hingga mencapai 66,87%. Hal ini
berdampak pada
aktivitas siswa yang semakin hidup saat pembelajaran
berlangsung. Siswa semakin
banyak yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan
pendapat dan
mengajukan jawaban. Hal ini terlihat dari hasil observasi
aktivitas siswa pada aspek
partisipasi yang meningkat dari pertemuan kedua sehingga
tergolong tinggi dan
mencapai 65%. Banyak siswa yang ingin mengkomunikasikan hasil
penemuan
mereka di depan kelas. Aspek kerjasama pun banyak mengalami
peningkatan dan
mencapai 70%, tidak ada lagi siswa yang hanya duduk diam melihat
teman yang lain.
Pada aspek kreativitas juga sama mengalami peningkatan menjadi
60,6%.
Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga
di kelas
kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.24.
-
110
Tabel 4.24
Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
(Pertemuan III)
Kontrol
ASPEK YANG DINILAI
Motivasi Kreativitas Partisipasi
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
Jumlah 16 45 16 8 0 12 24 20 10 0 24 36 20 7 0
85 66 87
Presentase 53,12% 41,25% 54,37%
Tafsiran Sedang Sedang Sedang
Pembelajaran matematika di kelas kontrol pada pertemuan ketiga
ini tidak
mengalami peningkatan pada aspek partisipasi karena presentase
masih sama dengan
pertemuan sebelumnya yaitu 54,37%. Selama pembelajaran
berlangsung, siswa yang
aktif hanya siswa yang itu-itu saja, sementara siswa yang
lainnya masih tetap tidak
berani untuk mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, maupun
mengajukan
jawaban dan mengerjakan latihan soal di depan kelas. Sementara
itu, pada aspek
motivasi persentase aktivitas siswa sama meningkat hingga
mencapai 53,12% dan
masih tergolong sedang. Pada aspek kreativitaspun persentasenya
mengalami sedikit
peningkatan yakni 41,25%, dan meningkat yang tadinya rendah
menjadi sedang. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh semakin sulitnya materi
pembelajaran sehingga
semangat siswa menurun walaupun terus diberi motivasi untuk
terlibat aktif dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan hasil observasi aktivitas siswa di atas,
dapat
disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen dalam
aspek partisipasi,
motivasi, kreativitas, maupun kerjasama dari pertemuan pertama
hingga pertemuan
ketiga terus mengalami peningkatan. Begitu pun pada kelas
kontrol aspek motivasi,
kreativitas, dan partisipasi mengalami peningkatan dari
pertemuan satu sammpai tiga.
Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi hasil observasi aktivitas
siswa pada kelas
eksperimen Tabel 4.25.
-
111
Tabel 4.25
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen
ASPEK YANG DINILAI
Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
Jumlah 94 96 113 100 105 107 68 84 97 92 96 104
Presentase (%) 58,75 60 70 62,5 65,63 66,87 43,12 52,5 60,6 57,5
60 65
Tafsiran S S T T T T S S S S S T
Keterangan:
P = Pertemuan
Adapun untuk rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa kelas
kontrol dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.26
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
ASPEK YANG DINILAI
Motivasi Kreativitas Partisipasi
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
Jumlah 59 81 85 40 58 66 48 87 87
Presentase (%) 36,85 50,63 53,12 25 36,25 41,25 30 54,37
54,37
Tafsiran R S S R R S R S S
Keterangan:
P = Pertemuan
c. Angket Siswa
Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengethaui sikap
siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
investigatif dan
terhadap soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematis. Angket
diberikan kepada
siswa kelas eksperimen setelah tes akhir, artinya setelah semua
pembelajaran
berlangsung, tepatnya pada tanggal 26 Mei 2015. Angket ini
terdiri dari 20 nomor
dengan 11 nomor berupa pernyataan positif dan 9 nomor berupa
pernyataan negatif.
-
112
Masing-masing pernyataan berisi empat buah respon, yaitu berupa
kata-kata SS
(sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat
tidak setuju). Sebagai
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor
sebagai berikut.
1) Pertanyaan Positif :
SS (sangat setuju) = 5
S (setuju) = 4
TS (tidak setuju) = 2
STS (sangat tidak setuju) = 1
2) Pertanyaan Negatif :
SS (sangat setuju) = 1
S (setuju) = 2
TS (tidak setuju) = 4
STS (sangat tidak setuju) = 5
Jumlah angket terkumpul dan yang dianalisis adalah 40 angket.
Analisis
angket untuk masing-masing siswa dapat pada Tabel 4.27 berikut
ini.
Tabel 4.27
Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Investigatif
No. Nama Siswa Skor
Perolehan
Rata-rata
Skor
1 Siswa 1 80 4
2 Siswa 2 83 4,15
3 Siswa 3 67 3,35
4 Siswa 4 70 3,5
5 Siswa 5 83 4,15
6 Siswa 6 90 4,5
7 Siswa 7 81 4,05
8 Siswa 8 89 4,45
9 Siswa 9 67 3,35
10 Siswa 10 64 3,2
11 Siswa 11 51 2,55
12 Siswa 12 70 3,5
13 Siswa 13 78 3,9
14 Siswa 14 90 4,5
15 Siswa 15 76 3,8
-
113
No. Nama Siswa Skor
Perolehan
Rata-rata
Skor
16 Siswa 16 80 4
17 Siswa 17 76 3,8
18 Siswa 18 90 4,5
19 Siswa 19 76 3,8
20 Siswa 20 89 4,45
21 Siswa 21 78 3,9
22 Siswa 22 89 4,45
23 Siswa 23 75 3,75
24 Siswa 24 88 4,4
25 Siswa 25 90 4,5
26 Siswa 26 100 5
27 Siswa 27 73 3,65
28 Siswa 28 87 4,35
29 Siswa 29 81 4,05
30 Siswa 30 90 4,5
31 Siswa 31 89 4,45
32 Siswa 32 86 4,3
33 Siswa 33 90 4,5
34 Siswa 34 88 4,4
35 Siswa 35 89 4,45
36 Siswa 36 99 4,95
37 Siswa 37 81 4,05
38 Siswa 38 86 4,3
39 Siswa 39 86 4,3
40 Siswa 40 65 3,25
Jumlah 3260 163
Rata-rata 81,5 4,075
Berdasarkan Tabel 4.27, dapat dilihat bahwa rata-rata dari
respon siswa yaitu
4,075 yang menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan
investigatif mendapatkan respon yang positif dari siswa. Selain
dapat mengetahui
respon setiap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan
pendekatan investigatif secara keseluruhan, dapat juga diketahui
respon siswa
terhadap setiap indikator yang diajukan. Untuk mengetahui respon
siswa terhadap
setiap indikator yang diajukan, berikut akan dipaparkan
rekapitulasi hasil angket yang
diberikan berdasarkan indikatornya.
-
114
Tabel 4.28
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 1
Indikator : Menunjukkan Minat terhadap Pembelajaran
Matematika
No. Pertanyaan Jenis Respon
SS S TS STS
1. Belajar matematika sangat
menyenangkan. (+)
24 15 1 0
60% 37,5% 2,5% 0%
2. Matematika membuat saya bingung. (-) 1 15 17 7
2,5% 37,5% 42,5% 17,5%
5. Tugas matematika yang diberikan
membuat saya merasa tertarik. (+)
7 26 4 3
17,5% 65% 10% 7,5%
6. Saya merasa bosan dengan soal-soal
matematika. (-)
0 7 14 19
0% 17,5% 35% 47,5%
Berdasarkan Tabel 4.28 mengenai indikator minat terhadap
pembelajaran
matematika, dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.1, siswa
yang memilih sangat
setuju bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat
menyenangkan memiliki
persentase yang paling banyak dibanding respon yang lain yaitu
sebesar 60% dan
yang memilih setuju 37,5% sedangkan yang memilih tidak setuju
hanya 2,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyukai pelajaran
matematika.
Untuk pernyataan no.2, siswa memilih setuju sebesar 37,5% dan
42,5% tidak
setuju mengenai pelajaran matematika yang membuat bingung. Hal
ini menunjukkan
respon positif dan negatif siswa seimbang terhadap pelajaran
matematika yang
membingungkan. Kondisi tersebut terjadi karena siswa yang senang
matematika
terkadang merasa pusing dengan matematika dan harus berpikir
dengan keras agar
dapat menyelesaikan masalah matematika.
Sementara pada pernyataan no.5 paling banyak 65% setuju dan
17,5%
sangat setuju memilih tertarik terhadap tugas matematika yang
diberikan guru.
Kemudian sebanyak 10% siswa memilih tidak setuju. Hal ini
menunjukkan adanya
respon positif terhadap tugas matematika yang diberikan
guru.
Untuk pernyataan no.6, sebanyak 47,5% dan 35% siswa tidak merasa
bosan
dengan soal-soal matematika yang diberikan guru dan hanya 17,5%
siswa yang
merasa bosan dengan soal-soal matematika.
-
115
Berdasarkan hasil dari keempat pernyataan tersebut, dapat
diambil
kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki
respon positif
dan minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika. Kondisi
tersebut dapat
mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa.
Indikator selanjutnya yaitu mengenai minat terhadap kegiatan dan
suasana
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan
investigatif. Indikator ini
memuat 7 pernyataan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 4
pernyataan negatif.
Berikut rekapitulasi hasil angket indikator 2 dapat dilihat pada
Tabel 4.29.
Tabel 4.29
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 2
Indikator : Menunjukkan minat terhadap suasana atau kegiatan
pembelajaran.
No. Pertanyaan Jenis Respon
SS S TS STS
8. Saya merasa senang belajar matematika
dengan pendekatan investigatif. (+)
7 30 3 0
17,5% 75% 7,5% 0%
9.
Pembelajaran matematika dengan
pendekatan investigatif tidak ada
bedanya dengan pembelajaran
matematika biasa.
(-)
0 1 20 19
0% 2,5% 50% 47,5%
10. Saya kurang berpastisipasi pada saat
diskusi kelompok. (-)
0 1 23 16
0% 2,5% 57,5% 40%
11. Saya tidak suka belajar dengan
menggunakan LKS. (-)
0 1 20 19
0% 2,5% 50% 47,5%
12.
Saya dapat mengingat lebih lama
materi pelajaran matematika dengan
menemukan sendiri konsep yang
diajarkan.
(+) 10 22 8 0
25% 55% 20% 0%
13. Saya senang dengan penyelidikan dapat
menemukan konsep sendiri. (+)
7 33 0 0
17,5% 82,5% 0% 0%
14. Pembelajaran dengan investigatif
sangat membosankan. (-)
0 0 35 5
0% 0% 87,5% 12,5%
Dari Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.8,
banyak siswa
yang memilih sangat setuju yaitu sebesar 17,5% dan setuju 75%
merasa senang
belajar matematika dengan pendekatan investigatif. Sementara,
siswa yang memilih
tidak setuju hanya 7,5% dan tidak ada yang memilih sangat tidak
setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap
pembelajaran
-
116
matematika dengan pendekatan investigatif. Kondisi tersebut juga
diperkuat oleh
pernyataan no.14 yang memiliki persentase paling banyak pada
respon tidak setuju
sebesar 87,5% dan sangat tidak setuju sebesar 12,5% mengenai
pembelajaran
matematika dengan pendekatan investigatif membosankan. Tidak ada
siswa yang
merespon bahwa pembelajaran matematika dengan investigatif
sangat membosankan.
Selain itu, pada pernyataan no.9 mengenai pembelajaran
matematika dengan
pendekatan investigatif tidak ada bedanya dengan pembelajaran
matematika biasa
banyak siswa yang memilih tidak setuju sebesar 50% dan sangat
tidak setuju 47,5%.
Sementara yang memilih setuju hanya sebesar 2,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa
hampir semua siswa menganggap bahwa pembelajaran dengan
pendekatan
investigatif berbeda dengan pembelajaran yang biasa mereka
terima.
Untuk pernyataan no. 10, siswa memilih 40% tidak setuju dan
57,5% sangat
tidak setuju bahwa siswa kurang berpastisipasi pada saat diskusi
kelompok.
Sementara yang memilih kurang berpartisipasi hanya sebanyak
2,5%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dengan investigatif dapat membuat siswa
berpartisipasi aktif.
Sama halnya dengan pernyataan no. 11, siswa juga memilih 50%
tidak setuju dan
47,5% sangat tidak setuju bahwa siswa menyukai pembelajaran
dengan menggunakan
LKS. Sementara yang memilih kurang menyukai LKS hanya sebanyak
2,5%. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa dengan penggunaan LKS dalam
investigatif
mendapatkan respon positif dari siswa.
Sementara untuk pernyataan no. 12, sebanyak 55% dan 25% siswa
memilih
setuju dan sangat setuju dengan pembelajaran invistigatif dapat
mengingat lebih lama
materi pelajaran matematika dengan menemukan sendiri konsep yang
diajarkan dan
hanya 20% yang memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar
siswa merespon positif bahwa mereka dapat mengingat lebih lama
materi pelajaran
matematika. Selain itu diperkuat juga oleh pernyataan no. 13
yang memiliki
persentase paling banyak pada respon sangat setuju sebesar 17,5%
dan sebesar 82,5%
setuju menemukan konsep sendiri melalui penyelidikan sangat
menyenangkan. Tidak
ada siswa yang tidak senang terhadap kegiatan penyelidikan yang
dilakukan selama
pembelajaran.
-
117
Berdasarkan hasil dari ketujuh pernyataan tersebut, dapat
diambil
kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki
respon positif
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
investigatif.
Kondisi tersebut dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir
kreatif
matematis siswa.
Selanjutnya, indikator mengenai kepercayaan diri dalam belajar
matematika
dapat dilihat pada Tabel 4.30 berikut.
Tabel 4.30
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 3
Indikator : Menunjukkan kepercayaan diri dalam belajar
matematika.
No. Pertanyaan Jenis Respon
SS S TS STS
4. Saya merasa senang menyelesaikan
tugas matematika. (+)
19 20 1 0
47,5% 50% 2,5% 0%
19. Saya merasa kesulitan untuk
mengerjakan soal-soal matematika. (-)
0 7 14 19
0% 17,5% 35% 47,5%
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa pernyataan no.4 memiliki persentase
paling
banyak pada respon setuju dan sangat setuju yaitu sebesar 50%
dan 47,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua siswa memiliki kepercayaan diri
dan senang
dalam menyelesaikan tugas matematika. Kondisi tersebut juga
didukung oleh
pernyataan no.19, yang menunjukkan bahwa 47,5% siswa sangat
tidak setuju dengan
pernyataan no.19 mengenai ketidakmampuan dalam mengerjakan soal
matematika.
Dengan demikian, siswa merasa percaya diri dalam mengerjakan
soal-soal
matematika yang sulit di kelas eksperimen. Kondisi tersebut
dapat mendukung
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Indikator 4 terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan
keberanian dalam
bertanya dan menjawab. Ketiga pernyataan tersebut terdiri dari 2
pernyataan positif
dan 1 pernyataan negatif. Berikut rekapitulasi hasil angket pada
indikator 4 dapat
dilihat pada Tabel 4.31.
-
118
Tabel 4.31
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 4
Indikator : Menunjukkan keberanian bertanya dan menjawab
pertanyaan.
No. Pertanyaan Jenis Respon
SS S TS STS
16. Saya berani bertanya selama
pembelajaran matematika. (+)
7 24 8 1
17,5% 60% 20% 2,5%
17.
Saya merasa dihargai mendapat
kesempatan menjawab pertanyaan
guru/teman.
(+) 10 29 1 0
25% 72,5% 2,5% 0%
18. Saya merasa malu jika bertanya selama
pembelajaran. (-)
7 24 8 1
17,5% 60% 20% 2,5%
Berdasarkan Tabel 4.31 dapat dilihat bahwa pada pernyataan
no.16,
sebanyak 60% memilih setuju dan 17,5% memilih sangat setuju. Hal
ini
menunjukkan sebagian besar siswa berani bertanya selama
pembelajaran. Kondisi
tersebut juga terlihat dari persentase jawaban pada pernyataan
no.18 yang
menunjukkan 60% tidak setuju bahwa ketika bertanya merasa malu.
Selain itu, siswa
juga merasa dihargai ketika menjawab pertanyaan dari guru. Ha
ini terlihat pada
pernyataan no.17 yang memiliki persentase paling banyak dalam
memilih respon
setuju yaitu 72,5%. Kondisi tersebut sesuai dengan proses
pembelajaran yang
menunjukkan siswa aktif bertanya dan menjawab selama
pembelajaran.
Dengan demikian, siswa memiliki keberanian dalam bertanya dan
menjawab
selama pembelajaran matematika di kelas eksperimen. Melalui
kegiatan tanya-jawab
tersebut, siswa dapat dilatih kemampuan berpikir kreatif
matematisnya sehingga
terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Indikator terakhir yaitu menunjukkan pemahaman konsep. Indikator
ini
terdiri dari 4 pernyataan. Keempat pernyataan tersebut terdiri
dari 2 pernyataan
positif dan 2 pernyataan negatif. Berikut Berikut rekapitulasi
hasil angket pada
indikator 4 dapat dilihat pada Tabel 4.32.
-
119
Tabel 4.32
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 5
Indikator : Menunjukkan pemahaman terhadap konsep.
No. Pertanyaan Jenis Respon
SS S TS STS
3. Saya dapat menyelesaikan soal
matematika yang sulit. (+)
7 24 8 1
17,5% 60% 20% 2,5%
7. Saya tidak bisa menyelesaikan soal-soal
matematika yang sulit. (-)
1 7 16 16
2,5% 17,5% 40% 40%
15. Cara guru menyampaikan lebih mudah
dipahami. (+)
28 9 3 0
70% 22,5% 7,5% 0%
20. Saya merasa matematika bermanfaat
bagi kehidupan. (+)
8 30 2 0
20% 75% 5% 0%
Tabel 4.32 menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika
yang diajarkan. Pernyataan no.3 banyak siswa yang memilih setuju
sebesar 60% dan
sangat setuju 33,3% jika siswa mampu menyelesaikan soal
matematika yang sulit.
Dipertegas pula dengan pernyataan no. 7 dengan presentse tidak
setuju dan sangat
tidak setuju sama-sama sebesar 40%, siswa merasa percaya diri
mereka mampu
mengerjakan soal-soal matematika yang sulit.
Selain itu, ditambah dengan cara guru dalam menyampaikan materi
yang
mudah dipahami. Hal ini terlihat dari respon siswa pada
pernyataan no.15 yaitu
paling banyak memilih sangat setuju 70% dan setuju 22,5%.
Sementara untuk
pernyataan no. 20 mendapatkan presentase yang tinggi yaitu
setuju 75% dengan
pembelajaran investigatif siswa menyadari bahwa matematika
sangat berguna bagi
kehidupan.
Berdasarkan hasil uraian keempat pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa memiliki respon positif terhadap
pemahaman konsep
luas permukaan dan volume pada kubus dan balok.
Secara keseluruhan hasil angket dari indikator 1 sampai 5 di
kelas
eksperimen, siswa memiliki respon positif sebesar 81,5% terhadap
pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif.
-
120
d. Catatan Lapangan
Penggunaan catatan lapangan dimaksudkan untuk mengetahui
faktor-faktor
penghambat dan pendukung pembelajaran matematika dengan
menggunakan
pendekatan investigatif. Catatan lapangan ini digunakan untuk
mencatat hal-hal yang
tak terduga terjadi saat pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan investigatif
berlangsung. Hal-hal yang tak terduga ini bisa menjadi faktor
pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan penelitian ini. Adapun hasil
catatan lapangan setiap
pertemuan pada kelompok eksperimen akan diuraikan sebagai
berikut.
1) Pertemuan Ke-1
Pada pertemuan pertama, pembelajaran berjalan dengan baik hanya
saja saat
pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang belum mengerti
dengan apa
yang harus dilakukan pada saat diskusi berlangsung, padahal
sebelumnya guru sudah
menjelaskan secara rinci apa yang harus mereka lakukan. Hal
tersebut menyebabkan
siswa meminta guru beberapa kali untuk bergabung secara fisik
dengan kelompoknya
dan terjadi banyaknya pertanyaan yang dilontarkan siswa. Hal
tersebut membuat
banyak waktu yang terbuang.
Konsentrasi siswa juga terganggu dengan datangnya kepala sekolah
ke
dalam kelas untuk menginformasikan mengenai jalan santai yang
akan dilakukan. Hal
tersebut membuat suasa pembelajaran yang sudah mulai tenang
menjadi gaduh
kembali. Siswa juga dibuat bingung dengan gaya bicara guru yang
terlalu cepat
ritmenya, hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang
meminta guru mengulang
apa yang baru saja dibicarakan.
2) Pertemuan Ke-2
Pada pertemuan kedua, siswa terlihat mulai tenang, dan mengerti
dengan
tugasnya dalam melakukan diskusi kelompok. Namun guru masih
tetap menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran secara rinci untuk memastikan siswa
sudah benar-
benar mengerti. Sejalan dengan hal tersebut, siswa terlihat
semakin antusias dalam
melaksanakan pembelajaran. Semakin banyak siswa yang berani
mengemukakan
pendapat dan berebut untuk ke depan kelas. Selain itu, pada saat
menyimpulkan
pembelajaran, siswa banyak yang menyampaikan pendapatnya hingga
saat guru
-
121
meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
banyak siswa yang
mengacungkan tangannya untuk diberi kesempatan dalam
menyimpulkan
pembelajaran. Wali kelas pun menuturkan bahwa guru sudah tidak
terlalu cepat
dalam menjelaskan sehingga lebih dimengerti siswa.
3) Pertemuan Ke-3
Pada pertemuan ketiga ini atau pada pertemuan yang terakhir ini
siswa sudah
terbiasa dengan pembelajaran matematika yang menerapkan
pendekatan investigatif,
siswa sudah mengerti apa saja yang harus dilakukan saat diskusi
kelompok maupun
diskusi kelas. Siswa terlihat sangat termotivasi dengan
pembelajaran yang dilakukan
sehingga semakin banyak siswa berantusias untuk mengajukan
pendapatnya dalam
diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada saat diskusi kelas akan
dimulai, beberapa
siswa terlihat berebut untuk menjadi perwakilan kelompok. Wali
kelas mengatakan
bahwa hal ini merupakan hal yang jarang terjadi di kelas
tersebut. Namun walaupun
demikian masih tetap ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan
tetap diam tidak
mau memberikan pendaptanya bahkan untuk melontarkan pertanyaan
pun tidak
pernah.
B. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 1
Bunyi hipotesis no.1 adalah pembelajaran konvensional dapat
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi luas
permukaan dan
volume dari kubus dan balok. Untuk mengetahui apakah ada
peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol dapat
dilakukan dengan uji
hipotesis. Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai
berikut.
H0 : Pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan
kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume
dari
kubus dan balok secara signifikan.
H1 : Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif
matematis siswa SD pada materi materi luas permukaan dan volume
dari
kubus dan balok secara signifikan.
-
122
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih atau
sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05. Pada uji
hipotesis ini, akan dibandingkan hasil pretes dan postes
kelompok kontrol untuk
mengetahui adanya peningkatan atau tidak.
Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan
postes
memiliki distribusi yang tidak normal, maka langsung dilakukan
uji beda rata-rata.
Uji beda rata-rata dilakukan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata antara antara data
pretes dan postes pada kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu
uji non-parametrik
Wilcoxon untuk sampel terikat. Adapun hasil uji hipotesis 1
dengan menggunakan
software SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.33
sebagai berikut.
Tabel 4.33
Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah I
Postes Kontrol -
Pretes_Kontrol
Z -5.511a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari Tabel 4.33 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan
rata-rata
data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji
Wilcoxon dengan taraf
signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) =
0,000 kurang dari
0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu arah, maka
untuk mendapatkan P-
value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000
dibagi dua, sehingga
hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat
adalah 0,000 kurang dari
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa
pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif
matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari
kubus dan balok
secara signifikan.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran konvensional
terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dapat
diketahui dengan
-
123
mencari koefisien determinasi (KD). Namun sebelumnya harus
diketahui dulu
koefesien korelasinya. Koefisien korelasi ini dihasilkan dari
nilai pretes dan postes
kelas kontrol dengan menggunakan uji spearman’s dengan bantuan
software SPSS
16.0 for Windows. Adapun koefisien korelasi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.34
Analisis Koefisen Korelasi Kelas Kontrol
Correlations
Pretes_Kontrol Postes_Kontrol
Spearman's rho Pretes_Kontrol Correlation Coefficient 1.000
.614**
Sig. (1-tailed) . .000
N 40 40
Postes_Kontrol Correlation Coefficient .614** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari Tabel 4.34 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi
bernilai
positif yaitu 0,614 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
pembelajaran konvensional sangat berpengaruh positif terhadap
kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa.
Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai
berikut.
(Maulana, 2008c)
KD = r2
x 100% = 0,6142 x 100% = 37,69%
Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran
konvensional
memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberhasilan peningkatan
kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dengan presentase sebesar
37,69%. Sementara itu,
pengaruh sebesar 62,31% disebabkan oleh faktor-faktor
lainnya.
2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 2
Bunyi hipotesis no.2 adalah pembelajaran matematika dengan
menggunakan
pendekatan investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis
siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan
balok.
-
124
Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan
postes
memiliki distribusi yang normal, maka selanjutnya dilakukan uji
beda rata-rata. Uji
beda rata-rata yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata
dari Paired Samples Test
karena data pretes dan postes pada kelompok eksperimen
berdistribusi normal tetapi
berada pada kelompok variansi yang tidak homogen. Adapun uji
hipotesisnya adalah
sebagai berikut.
H0 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif
tidak dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada
materi
luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara
signifikan.
H1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif
dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada
materi
materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara
signifikan.
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih atau
sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang
dari 0,05. Perhitungan
uji perbedaan rata-rata dari Paired Samples Test ini dilakukan
dengan menggunakan
bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada Tabel
4.35 di bawah ini.
Tabel 4.35
Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah II
Paired Differences
T Df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretes_Eksperimen -
Postes_Eksperimen -4.21250E1 14.98236 2.36892 -46.91659
-37.33341 -17.782 39 .000
Dari Tabel 4.35 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan
rata-rata
data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji
Paired Samples Test
dengan taraf signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig.
2-tailed) = 0,000
kurang dari 0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu
arah, maka untuk
mendapatkan P-value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig.
2-tailed) = 0,000 dibagi dua,
sehingga hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang
didapat adalah 0,000
-
125
kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan
investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa SD
pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok
secara signifikan.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan investigatif terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis
siswa, dapat diketahui dengan mencari koefisien determinasi
(KD). Namun
sebelumnya harus diketahui dulu koefesien korelasinya. Koefisien
korelasi ini
dihasilkan dari nilai pretes dan postes kelas eksperimen dengan
menggunakan paired
samples test dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows.
Adapun koefisien
korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.36
Analisis Koefisen Korelasi Kelas Eksperimen
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pretes_Eksperimen & Postes_Eksperimen
40 .915 .000
Dari Tabel 4.36 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi
bernilai
positif yaitu 0,915 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif sangat
berpengaruh
positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai
berikut.
(Maulana, 2008c)
KD = r2
x 100% = 0,9152 x 100% = 83,73%
Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan investigatif memberikan sumbangan pengaruh terhadap
keberhasilan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
presentase sebesar
83,73%. Sementara itu, pengaruh sebesar 16,27% disebabkan oleh
faktor-faktor
lainnya.
-
126
3. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 3
Bunyi hipotesis no.3 adalah pembelajaran matematika dengan
menggunakan
pendekatan investigatif lebih baik secara signifikan daripada
siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis.
Berdasarkan uji hipotesis 1 dan 2, dapat diketahui bahwa
pembelajaran yang
menggunakan pendekatan investigatif dan konvensional sama-sama
memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa,
selanjutnya dilakukan analisis perbedaan kemampuan siswa antara
kelompok
eksperimen dengan kontrol. Hal ini untuk mengetahui apakah
pembelajaran luas
permukaan dan volume pada kubus dan balok dengan menggunakan
pendekatan
investigatif lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran
konvensional secara
signifikan dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bagian
pendahuluan.
Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut.
H0 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
investigatif
tidak lebih baik secara signifikan daripada siswa yang
mengikuti
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis.
H1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
investigatif
lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.
Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima, jika P-value (Sig.
1-tailed) ≥ 0,05
dan H0 ditolak jika P-value (Sig. 1-tailed) 0,05. Pada uji
hipotesis ini, akan
dibandingkan hasil postes kelompok eksperimen dan kontrol untuk
mengetahui
adanya perbedaan peningkatan atau tidak.
Analisi uji hipotesis 3 ini dilakukan terhadap nilai gain normal
yang didapat
dari kelas eksperimen dan kontrol. Setelah didapat data gain
normal dari masing-
masing kelompok, selanjutnya dilakukan analisis uji hipotesis 3
dengan melakukan
uji perbedaan rata-rata dari Independent Samples Test.
Pehitungan ini dilakukan
menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0
for Windows.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.37 berikut ini.
-
127
Tabel 4.37
Analisis Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Gain Equal variances not assumed 2.100 75.253 .039 .101400
.048278 .005230 .197570
Berdasarkan Tabel 4.37, perbedaan rata-rata postes kelas
eksperimen dan
kontrol berbeda. Hal ini terlihat dari P-value (Sig.2-tailed)
yang diasumsikan varians
tidak homogen yaitu 0,039. Namun karena yang diujinya satu arah,
maka 0,039
dibagi dua sehingga menjadi P-value (Sig.1-tailed) = 0,0195.
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa P-value (Sig.1-tailed) lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05.
Oleh karena itu, H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan
rata-rata peningkatan
kelas eksperimen dan kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif lebih baik
secara signifikan
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Pembahasan
1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis di Kelas
Kontrol
Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran
secara
konvensional selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3×35
menit, yaitu pada
tanggal 13 Mei 2015, 15 Mei 2015, dan 16 Mei 2015. Pada bagian
ini akan
membahas mengenai peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis dengan
pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Rata-rata nilai
pretes kemampuan
berpikir kreatif matematis 40 siswa di kelas kontrol ialah 10,36
dari nilai total 100.
Berdasarkan hal tersebut tanpa diberikan perlakuan, siswa kelas
kontrol telah
memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis sebesar 10,36%.
Perlakuan yang
-
128
diberikan pada kelas kontrol ialah pembelajaran konvensional.
Pembelajaran
konvensional yang digunakan di kelas ini ialah metode
ceramah.
a. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, pembelajaran di kelas kontrol diawali
dengan
menyampaikan materi volume kubus dan balok. Pada kegiatan awal,
guru
mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara memimpin
kegiatan berdoa dan
mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama siswa. Setelah itu
guru memberikan
motivasi kepada siswa agar semangat belajar. Siswa memahami
materi volume ini
melalui penjelasan guru. Guru menjelaskan volume kubus dan balok
dengan
menggunakan media kubus satuan. Selai itu, guru juga memberikan
contoh soal
mengenai volume. Setelah menjelaskan materi dan memberikan
contohnya, guru
bertanya kepada masing-masing siswa tentang rumus volume kubus
dan balok. Dari
siswa-siswa yang ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab
dan ada juga yang
tidak bisa menjawab. Kemudian guru memberikan latihan soal
kepada siswa, siswa
mengerjakannya sendiri.
Pada dasarnya kemampuan siswa berbeda sehingga dalam
penyelesaian soal-
soal latihan pun ada yang cepat dan ada pula yang lambat.
Setelah itu guru meminta
siswa untuk mengerjakannya kembali di papan tulis. Ada satu
siswa bernama Elnisa
Dwi Nur Nazmi mengacungkan tangan dan ingin mengerjakan soal
yang telah
diberikan di depan kelas. Siswa tersebut menjawab soal dengan
tepat sekali.
Kemudian disusul oleh siswa yang lain untuk maju dan mengerjakan
soal, karena
mereka merasa termotivasi oleh Elnisa yang dapat menjawab soal
dan mendapat
apresiasi dari guru, siswa tersebut adalah Fadhlan dan Fuji.
Setelah pembelajaran
selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi
pembelajaran, dan
siswa diberi pekerjaan rumah (PR) oleh guru.
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua pembelajaran yang dilakukan hampir sama
dengan
pembelajaran pada pertemuan pertama, hanya saja materi yang
diajarkan berbeda
dengan sebelumnya. Materi yang dipelajari adalah luas permukaan
dari kubus dan
balok. Jika pada pertemuan pertama guru menggunakan media kubus
satuan, maka
-
129
pada pertemuan kedua ini guru menggunakan media kubus dan balok
yang terbuat
dari karton.
Pada kegiatan awal, guru mengondisikan siswa agar siap belajar
dengan cara
memimpin kegiatan berdoa dan mengabsen siswa sambil menghafal
nama-nama
siswa. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar
semangat belajar.
Siswa memahami materi luas permukaan ini melalui penjelasan
guru. Guru
menjelaskan luas permukaan kubus dan balok dengan menggunakan
media karton.
Selai itu, guru juga memberikan contoh soal mengenai luas
permukaan. Setelah
menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru bertanya
kepada masing-
masing siswa tentang rumus luas permukaan kubus dan balok. Dari
siswa-siswa yang
ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan ada juga yang
tidak bisa