Top Banner
ISSN: 2685-0605 21 Journal of The Civil Engineering Student Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27. Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan Komposisi 35%; 50% dan 100% Maskura Sadila 1 Surya Bermansyah 2 Yunita Idris 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2,3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia email : [email protected] Abstract The use of large enough concrete for the development process resulted in the depletion of natural resources used as a concrete mixture. One way of preserving the environment in the field of construction is to use recycle concrete aggregates so as to minimize the use of natural aggregates. This study used K175 quality recycled concrete, with a maximum fractional / crushing size of 31.5 mm. The quality of the compressive strength plan is K300, the tensile strength test is carried out on a 53x15x15 cm3 beam, tested at 7, 14 and 28 days. Variants of recycled concrete aggregate compositions are 35%, 50% and 100% against natural aggregates. The beam test object is equipped with one deformation measuring device (transducer) comprising a vertical deformation meter connected to the data logger. The result obtained from this research is the value of tensile strength of concrete aggregate recycled lower than concrete without recycled aggregate. The minimum decrease was seen in variant composition of 35% is 4% (<10%). Keywords: Recycled Aggregate, Variant of Compotition, Flexural Tensile Strength, Concrete. Abstrak Penggunaan beton yang cukup besar untuk proses pembangunan mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan campuran beton. Salah satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang konstruksi ialah dengan menggunakan agregat beton daur ulang (recycle concrete aggregate) sehingga dapat meminimalisir penggunaan agregat natural. Penelitian ini menggunakan beton daur ulang mutu K175, dengan ukuran pecahan/hancuran maksimum 31,5 mm. Mutu rencana kuat tekan adalah K300, pengujian kuat tarik lentur dilakukan pada balok 53x15x15 cm 3 , yang diuji pada umur 7, 14 dan 28 hari. Varian komposisi beton agregat daur ulang adalah 35%, 50% dan 100% terhadap agregat alam. Benda uji balok dilengkapi dengan satu peralatan ukur deformasi (transducer) yang terdiri dari pengukur deformasi vertikal yang disambungkan dengan data logger. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai kuat tarik lentur beton agregat daur ulang lebih rendah daripada beton tanpa agregat daur ulang. Penurunan minimum terlihat pada varian komposisi 35% yaitu sebesar 4% (<10%). Kata Kunci: Agregat Daur Ulang, Varian Komposisi, Kuat Tarik Lentur, Beton 1. Pendahuluan Beton merupakan bahan konstruksi yang banyak digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di Indonesia, demikian pula halnya di Banda Aceh. Hal ini dikarenakan beton mempunyai kelebihan dibandingkan bahan-bahan lain. Menurunkan ketergantungan pada agregat alami dengan memanfaatkan limbah bangunan adalah salah satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang konstruksi yaitu melakukan daur ulang beton (recycled concrete), sehingga sedikitnya dapat mengurangi penggunaan berlebihan agregat alami. Recycled Concrete Aggregate (RCA) merupakan campuran material yang didapatkan dari proses daur ulang material yang sudah tidak terpakai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat lentur beton yang diproduksi dengan 3 varian komposisi, masing-masing variasi komposisi memiliki agregat daur ulang sebesar 35%, 50% dan 100% dari total agregat kasar yang dibutuhkan. Mix design beton memakai Faktor Air Semen (FAS) rencana 0,4. Analisis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah komposisi agregat daur ulang yang menghasilkan kuat lentur maksimum dan diharapkan dapat digunakan sebagai material struktural pada bangunan. Batasan penelitian ini dimulai dari pemilihan agregat daur ulang, dari proses penghancuran beton bekas atau limbah bangunan dengan mutu K-175 yang ada di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil Unsyiah, kemudian diseleksi saringan untuk mendapatkan gradasi ukuran butiran agregat daur ulang yang diinginkan.
7

Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

Nov 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

21

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan

Komposisi 35%; 50% dan 100%

Maskura Sadila1 Surya Bermansyah2 Yunita Idris3 1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia

2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia

email : [email protected]

Abstract

The use of large enough concrete for the development process resulted in the depletion of natural resources used

as a concrete mixture. One way of preserving the environment in the field of construction is to use recycle concrete

aggregates so as to minimize the use of natural aggregates. This study used K175 quality recycled concrete, with a

maximum fractional / crushing size of 31.5 mm. The quality of the compressive strength plan is K300, the tensile

strength test is carried out on a 53x15x15 cm3 beam, tested at 7, 14 and 28 days. Variants of recycled concrete

aggregate compositions are 35%, 50% and 100% against natural aggregates. The beam test object is equipped with

one deformation measuring device (transducer) comprising a vertical deformation meter connected to the data logger.

The result obtained from this research is the value of tensile strength of concrete aggregate recycled lower than

concrete without recycled aggregate. The minimum decrease was seen in variant composition of 35% is 4% (<10%).

Keywords: Recycled Aggregate, Variant of Compotition, Flexural Tensile Strength, Concrete.

Abstrak

Penggunaan beton yang cukup besar untuk proses pembangunan mengakibatkan berkurangnya sumber daya

alam yang digunakan sebagai bahan campuran beton. Salah satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang

konstruksi ialah dengan menggunakan agregat beton daur ulang (recycle concrete aggregate) sehingga dapat

meminimalisir penggunaan agregat natural. Penelitian ini menggunakan beton daur ulang mutu K175, dengan

ukuran pecahan/hancuran maksimum 31,5 mm. Mutu rencana kuat tekan adalah K300, pengujian kuat tarik lentur

dilakukan pada balok 53x15x15 cm3, yang diuji pada umur 7, 14 dan 28 hari. Varian komposisi beton agregat daur

ulang adalah 35%, 50% dan 100% terhadap agregat alam. Benda uji balok dilengkapi dengan satu peralatan ukur

deformasi (transducer) yang terdiri dari pengukur deformasi vertikal yang disambungkan dengan data logger. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai kuat tarik lentur beton agregat daur ulang lebih rendah daripada beton

tanpa agregat daur ulang. Penurunan minimum terlihat pada varian komposisi 35% yaitu sebesar 4% (<10%).

Kata Kunci: Agregat Daur Ulang, Varian Komposisi, Kuat Tarik Lentur, Beton

1. Pendahuluan

Beton merupakan bahan konstruksi yang banyak

digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di

Indonesia, demikian pula halnya di Banda Aceh. Hal

ini dikarenakan beton mempunyai kelebihan dibandingkan bahan-bahan lain.

Menurunkan ketergantungan pada agregat alami

dengan memanfaatkan limbah bangunan adalah salah

satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang

konstruksi yaitu melakukan daur ulang beton (recycled

concrete), sehingga sedikitnya dapat mengurangi

penggunaan berlebihan agregat alami. Recycled

Concrete Aggregate (RCA) merupakan campuran

material yang didapatkan dari proses daur ulang

material yang sudah tidak terpakai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kuat lentur beton yang diproduksi dengan

3 varian komposisi, masing-masing variasi komposisi

memiliki agregat daur ulang sebesar 35%, 50% dan

100% dari total agregat kasar yang dibutuhkan. Mix

design beton memakai Faktor Air Semen (FAS)

rencana 0,4. Analisis yang diharapkan dalam penelitian

ini adalah komposisi agregat daur ulang yang

menghasilkan kuat lentur maksimum dan diharapkan

dapat digunakan sebagai material struktural pada

bangunan. Batasan penelitian ini dimulai dari

pemilihan agregat daur ulang, dari proses

penghancuran beton bekas atau limbah bangunan

dengan mutu K-175 yang ada di Laboratorium

Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil Unsyiah,

kemudian diseleksi saringan untuk mendapatkan

gradasi ukuran butiran agregat daur ulang yang

diinginkan.

Page 2: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

22

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa beton

agregat daur ulang variasi 35% dapat menjadi

alternatif agregat untuk beton struktural, karena selisih

penurunan kuat tarik lenturnya masih <10%.

2. Tinjauan kepustakaan

Berikut uraian beberapa alasan teori dan rumus-

rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan penelitian ini yang

dikutip dari beberapa literatur.

2.1 Beton

Menurut Anonim[1], beton adalah campuran

antara Portland Cement atau semen hidraulik lainnya

dengan agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan

atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa

padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat

halus.

2.2 Agregat

Menurut Anonim[1], agregat adalah material

yang dipakai bersama dengan suatu media pengikat

untuk pembentuk beton, yang diantaranya adalah

pasir, kerikil, batu pecah, dimana agregat berfungsi

sebagai bahan pengisi dan jumlahnya sekitar 75%

volume beton.

2.3 Agregat Kasar Daur Ulang

Menurut Wulandarie[2], agregat kasar dari

limbah beton tentu memiliki kekuatan yang berbeda

dengan agregat dari alam, karena adanya kandungan

pasta sekitar 25% hingga 45%. Beberapa perbedaan

kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang

tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat

(properties) meterial beton yang dihasilkan. Karena

kualitas agregat daur ulang ini tentunya telah

berkurang, maka perlu adanya pencampuran antara

agregat daur ulang dengan agregat alam untuk

menghasilkan beton yang mampu memenuhi target

kekuatan yang direncanakan. Untuk mendapatkan

beton sesuai dengan perencanaan, kandungan agregat

kasar daur ulang tidak dapat terlalu dominan, dimana

komposisi yang memungkinkan untuk target kekuatan

terpenuhi adalah penggunaan agregat kasar daur ulang

hingga 50%. Sehingga kandungan agregat daur ulang

dapat digunakan hingga persentase 100%.

2.4 Gradasi

Menurut Pertiwie[3], gradasi agregat campuran

yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung

dari quarry. Di satu sisi pembuatan beton

mensyaratkan workabilitas yang baik dengan

kandungan udara yang kecil tahan terhadap segregasi,

pengurangan shrinkage dan mengurangi efek panas

hidrasi. Di sisi lain adanya kesulitan dalam

mobilisasi agregat dari lokasi lain untuk memperoleh

kombinasi agregat yang menerus.

2.5 Porositas

Menurut Sutapa[4], Porositas dapat

didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori

(volume yang dapat ditempati oleh fluida) terhadap

volume total beton. Ruang pori pada beton umumnya

terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan

pengecoran seperti, faktor air semen yang

berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan

agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe

susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap

lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan

pada beton maka semakin besar mutu beton itu sendiri,

sebaliknya semakin besar porositas beton, maka

kekuatan beton akan semakin kecil.

2.6 Densitas

Menurut Kadarningsih dkk[5], densitas adalah

pengukuran massa setiap satuan volume benda.

Semakin tinggi densitas (massa jenis) suatu benda,

maka semakin besar pula setiap volumenya. Sebuah

benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan

memiliki volume yang lebih randah dari pada benda

yang bermassa sama yang memiliki densitas yang

lebih rendah. Untuk pengukuran densitas batako

menggunakan metode Archimedes mengacu pada

standard ASTM C 134-95 dan dihitung dengan

persamaan berikut :

............. 1)

dengan :

ρpc = densitas (gr/cm3)

ms = massa sampel kering (gr)

mb = massa sampel setelah direndam (gr)

mg = massa sampel digantung didalam air (gr)

Page 3: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

23

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

mk = massa kawat penggantung (gr)

ρair = densitas air = 1 (gr/cm3)

2.7 Daya Serap Air (Water Absorption)

Menurut Utama[6], persentase berat air yang

mampu diserap agregat di dalam air disebut

serapan air, sedangkan banyaknya air yang

terkandung dalam agregat disebut kadar air. Besar

kecilnya penyerapan air sangat dipengaruhi pori atau

rongga yang terdapat pada beton. Semakin banyak

pori yang terkandung dalam beton maka akan

semakin besar pula penyerapan sehingga

ketahanannya akan berkurang. Pengaruh rasio yang

terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena

terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian

menguap dan meninggalkan rongga. Dan dihitung

dengan persamaan berikut:

............ 2)

dengan:

Wa = Water Absorption (%)

Mk = Massa benda kering (gr)

Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gr)

2.8 Semen Portland (Portland Cement)

Portland Cement merupakan bahan pengikat

utama untuk adukan beton dan pasangan batu yang

digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu

kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang

digunakan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kuat tekan beton. Menurut ASTM

C150[7], Portland cement dibagi menjadi lima tipe,

yaitu :

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement), semen

untuk pengunaan umum, tidak memerlukan

persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan

terhadap sulfat, kekuatan awal);

2. Tipe II (Moderate Sulphate Cement), semen

untuk beton yang tahan terhadap sulfat

sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang;

3. Tipe III (High Early Strength Cement),

semen untuk beton dengan kekuatan awal

tinggi (cepat mengeras);

4. Tipe IV (Low Heat of Hydration Cement),

semen untuk beton yang memerlukan panas

hidrasi rendah, dengan kekuatan awal

rendah;

5. Tipe V (High Sulphate Resistance Cement),

semen untuk beton yang tahan terhadap kadar

sulfat tinggi.

2.9 Mortar

Menurut Anonim[8], mortar merupakan suatu

campuran yang terdiri dari semen, agregat halus dan

air baik dalam keadaan dikeraskan ataupun tidak

dikeraskan. Kekuatan tekan mortar adalah gaya

maksimum persatuan luas yang bekerja pada benda uji

mortar. Peningkatan kekuatan mortar bisa didapatkan

dengan mengurangi rasio air.

2.10 Faktor Air Semen (FAS)

Menurut Mindess dkk[9 ] , bila faktor air

semen terlalu rendah, maka adukan beton sulit untuk

dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air

semen optimum yang menghasilkan kuat tekan beton

maksimum. Kepadatan adukan beton sangat

mempengaruhi kuat tekan beton setelah mengeras.

2.11 Kuat Tarik Lentur Beton

Berdasarkan SNI Anonim[10], kuat lentur pengujian

beton dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Untuk pengujian dimana bidang patah

terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik

perletakan bagian tengah), maka kuat lentur

beton dihitung menurut persamaan sebagai

berikut

........................... 3)

b. Untuk pengujian dimana bidang patah

terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik

perletakan bagian tengah), dan jarak antara

titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari

jarak antara titik perletakan maka kuat lentur

beton dihitung menurut persamaan sebagai

berikut.

...................... 4)

Page 4: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

24

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

keterangan :

= Kuat lentur benda uji (MPa)

P = Beban tertinggi yang terbaca

pada mesin uji (ton)

a = Jarak rata-rata antara tampang

lintang patah dan tumpuan luar

yang yang terdekat, diukur pada

4 tempat pada sudut bentang

(mm)

L = Jarak (bentang) antara dua garis

perletakan (mm)

b = Lebar tampang lintang patah

arah horizontal (mm)

h = Lebar tampang lintang patah

arah vertikal (mm)

2.12 Patahan Balok Beton

Menurut Anonim[11], patahan terbentuk

karena adanya gaya tekan dari atas dan bawah pada

benda uji balok beton. Pada saat pengujian dapat

diamati patahan yang terjadi pada masing-masing

benda uji. Patahan beton dibedakan menjadi 3 jenis.

2.13 Analisis Data

Data suatu penelitian dapat dilihat dari

penyebaran nilai yang didapat dari pemeriksaan,

menurut anonim (1979 : 39). Baik tidaknya

penyebaran data dapat ditinjau terhadap simpangan

baku (standar deviasi = S) hasil yang diperoleh, yang

didapat dari hasil pemeriksaan sifat-sifat mekanis

benda uji. Semakin kecil standar deviasi yang timbul,

maka akan baik pula mutu pelaksanaan penelitian.

Besarnya standar deviasi dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

1

2

1

n

XX

S

n

i

i

...................................... 5)

n

X

X

n

i

i 1 .................................................... 6)

dimana :

S = standar deviasi (kg/cm2);

Xi = besarnya data ke-i (kg/cm2);

X = nilai rata - rata dari benda uji (kg/cm2);

n = jumlah benda uji.

Klasifikasi mutu pelaksanaan untuk pekerjaan

penelitian di laboratorium menurut Troxell (1968 :

402) adalah:

CV 5% sangat baik;

5% CV 7% baik;

7% CV 10 % sedang; dan

CV 10 % kurang baik.

%100X

SCV ................................. 7)

dimana :

CV = koefisien ragam sampel (%);

S = deviasi standar (kg/cm2) ; dan

X = data rata - rata (kg/cm2).

3. Metode Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium

Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil

Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

Penelitian dilakukan selama 2 bulan, terhitung dari

penyiapan alat dan bahan hingga pengujian kuat lentur

beton.

3.2 Sumber Data

Data untuk mendukung penelitian ini diperoleh

dari berbagai pengujian yang dilakukan di

laboratorium seperti data kuat tekan beton yang

digunakan sebagai agregat beton daur ulang, data

pemeriksaan berat jenis agregat dan absorsi agregat

daur ulang, data pemeriksaan berat volume, jenis

agregat, gradasi butiran, hasil-hasil penelitian

terdahulu dan studi literatur lainnya sebagai sumber

data.

3.3 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian

ini untuk pemeriksaan sifat fisis dan pengecoran beton

meliputi:

1. Timbangan;

2. Satu set saringan;

3. Gelas ukur berbagai ukuran;

4. Oven;

5. Mesin pengaduk beton berkapasitas 90

liter (molen);

6. Peralatan pengukuran slump (kerucut

Abram’s);

Page 5: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

25

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

7. Palu karet;

8. Gerobak sorong;

9. Cetakan benda uji balok ukuran.

Panjang 53x tinggi 15x lebar 15cm (SNI

4431:2011)

Peralatan yang digunakan untuk pengujian

benda uji meliputi:

1. Portable data logger

2. Frame load

3. Tranducers

4. Load cell

5. Jack load

3.4 Material yang Digunakan

Material yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Semen Portland (PC) tipe I;

2. Agregat halus;

3. Agregat kasar alami;

4. Agregat kasar daur ulang;

5. Air;

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi persiapan material

dan peralatan, pemeriksaan sifat fisis agregat,

perencanaan campuran beton, pembuatan benda uji,

perawatan benda uji, serta pengujian benda uji.

Pengujian benda uji masing-masing dilakukan setelah

umur beton mencapai 7, 14 dan 28 hari.

Gambar 1 Grafik Gradasi Campuran

3.6 Pengujian Kuat Lentur Beton

Metode yang digunakan untuk pengujian kuat

lentur beton normal dengan dua titik pembebanan ini

adalah metode SNI 4431;2011. Pengujian dilakukan

pada benda uji balok dengan ukuran panjang 53 cm x

tinggi 15 cm x lebar 15 cm, dengan benda uji berumur

7 hari, 14 hari, dan 28 hari dan kuat lentur rencana

K175.

3.7 Analisis Data

Hasil pengujian berupa data pembebanan dari

masing – masing benda uji yang ditampilkan dalam

grafik kuat lentur untuk setiap variasinya. Data ini

kemudian dianalisis berdasarkan dasar literatur yang

ada sehingga tujuan penelitian dapat diperoleh.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Hasil Pengujian Kuat Tarik Lentur

Beton

Gambar 2 Patahan Balok Pasca Pengujian

Gambar 3 Permukaan pada Bagian Patahan Beton

Tabel 1 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Umur

7 Hari.

Umur

Pengujian

Variasi

Agregat

Daur Ulang

Kuat Tarik

Lentur

(Mpa)

Kuat Tarik

Lentur rata-

rata (Mpa)

(xi-x) (xi-x)2 SCV

(%)Klasifikasi

3,21 0,29 0,09

2,81 -0,12 0,01

2,74 -0,18 0,03

2,67 -0,15 0,02

2,74 -0,09 0,01

3,07 0,24 0,06

3,15 0,2169 0,05

2,81 -0,1243 0,02

2,84 -0,0927 0,01

2,72 0,1143 0,01

2,58 -0,0317 0,00

2,53 -0,0827 0,01

6,419

3,920

Sedang

Sedang

Baik

Sangat Baik

7 Hari

0% 2,92

35% 2,83

50% 2,94

100% 2,61

0,256

0,212

0,189

0,102

8,755

7,491

Page 6: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

26

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Umur

14 dan 28 Hari.

Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa hasil kuat

tarik lentur yang tertinggi tetap dimiliki oleh beton

tanpa agregat daur ulang, saat umur beton mencapai 7

hari, 14 hari dan 28 hari.

Gambar 4 Grafik Perbandingan Kuat Lentur

Umur 28 Hari

Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kuat tarik

lentur terendah pada umur 28 hari adalah beton

agregat daur ulang variasi 50% yaitu sebesar 3,58

Mpa. Dan kuat tarik lentur tertinggi terlihat pada beton

tanpa agregat daur ulang (0%) pada umur 28 hari

sebesar 4,43 Mpa, nilai kuat tarik lentur ini sedikit

lebih tinggi dari beton agregat daur ulang. Sedangkan

pada beton agregat daur ulang variasi 35% nilai kuat

tarik lentur sedikit lebih rendah dari beton tanpa

campuran agregat daur ulang, nilai kuat tarik lentur

menjadi 4,25 Mpa. Nilai kuat tarik lentur pada beton

yang menggunakan agregat kasar daur ulang variasi

100% terlihat mengalami sedikit kenaikan dari variasi

benton agregat daur ulang 50%.

4.2 Deformasi Hasil Pengujian Kuat Tarik

Lentur

Gambar 5 Grafik Perbandingan Deformasi 28

Hari

Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai deformasi

rata-rata tertinggi terdapat pada varian 35% yaitu

sebesar 0,53 mm, dan nilai deformasi rata-rata

terendah terdapat pada varian 100% yaitu sebesar 0,4

mm.

4.3 Analisa Data

Hasil pengujian kuat lentur beton dengan variasi

agregat daur ulang 35%, 50% dan 100% pada umur 7

hari, 14 hari dan 28 hari kemudian dilakukan seleksi

data dengan evaluasi secara terhadap data yang

diperoleh.

4.4 Pembahasan

Mortar yang terdapat pada agregat daur ulang

mempengaruhi nilai kuat tarik lentur karena terdapat

retakan kecil dan pori–pori udara, memiliki daya serap

air yang sangat tinggi serta mempengaruhi lekatan

antara pasta semen dan agregat. Hal ini membuat

variasi agregat daur ulang mempengaruhi nilai kuat

tarik lentur beton. Retakan kecil dan pori–pori udara

dapat dilihat pada gambar 4.

Umur

Pengujian

Variasi

Agregat

Daur Ulang

Kuat Tarik

Lentur

(Mpa)

Kuat Tarik

Lentur rata-

rata (Mpa)

(xi-x) (xi-x)2 SCV

(%)Klasifikasi

3,77 0,29 0,08

3,50 0,02 0,00

3,17 -0,31 0,10

3,41 -0,02 0,00

3,59 0,17 0,03

3,27 -0,15 0,02

3,15 0,01 0,00

2,85 -0,30 0,09

3,43 0,29 0,08

2,91 -0,06 0,00

3,12 0,15 0,02

2,88 -0,09 0,01

4,80 0,37 0,14

4,19 -0,24 0,06

4,30 -0,13 0,02

4,37 0,12 0,02

4,32 0,08 0,01

4,05 -0,20 0,04

3,73 0,15 0,02

3,54 -0,03 0,00

3,46 -0,12 0,01

3,55 -0,16 0,02

3,66 -0,04 0,00

3,91 0,20 0,04

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

0,063 Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

14 Hari

0% 3,48 0,041 1,180

50% 3,14 0,000 0,002

35% 3,42 0,000 0,004

100% 2,97 0,002

28 Hari

0% 4,43 0,069 1,566

100% 3,71 0,012 0,332

35% 4,25 0,008 0,178

Sangat Baik

50% 3,58 0,012 0,327 Sangat Baik

Page 7: Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan ...

ISSN: 2685-0605

27

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.

Gambar 6 Pori pada patahan beton

Penggunaan agregat kasar daur ulang dari limbah

beton sangat mempengaruhi nilai kuat tarik lentur,

pada umur 14 hari kecendrungan penurunan nilai kuat

lentur adalah 1,44% pada variasi 35%, 9,17% pada

variasi 50% dan 14,66% pada variasi 100%.

Sedangkan pada umur 28 hari trend penurunan kuat

lentur menjadi 4,10% pada variasi 35%, 19,19% pada

variasi 50% dan 16,25% pada variasi 100%.

Beton agregat daur ulang yang telah di uji kuat

tarik lentur mengalami deformasi dimana hasil

deformasi pada balok menunjukkan bahwa beton

agregat daur ulang varian komposisi 35% memiliki

nilai deformasi rata-rata tertinggi yaitu sebesar 0,53

mm. Sedangkan untuk nilai deformasi rata-rata

terendah terdapat pada varian komposisi 100% yaitu

sebesar 0,4 mm, dan pada varian komposisi 50%

memiliki nilai deformasi rata-rata yang tidak jauh

berbeda dari varian 100% yaitu 0,44 mm.

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan

dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai

hasil akhir dari penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Capaian nilai kuat tarik lentur beton variasi 35,

50 dan 100% lebih rendah daripada beton agregat

normal (0%). Hal ini disebabkan bahan baku agregat

daur ulang dengan mutu K-175 memberikan kinerja

yang kurang baik daripada agregat alam. Pola retak

menunjukkan agregat daur ulang turut mengalami

keretakan pada beban maksimum. Secara umum kuat

lentur beton daur ulang lebih rendah daripada beton

tanpa agregat daur ulang. Penurunan paling rendah

terlihat pada komposisi 35% yaitu sebesar 4% (<10%).

5.2 Saran

Melakukan penambahan faktor benda uji lebih

dari 28 hari untuk pengujian kuat tarik lentur dan

penambahan pengujian kuat tarik lentur. Melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai beton daur ulang,

misalnya dengan menambahkan variasi komposisi

campuran beton, serta menambah variasi dari jumlah

benda uji.

6. Daftar pustaka

[1] SNI 2002, SNI-03-2847-2002, Pengertian

Beton dan Agregat, Jakarta.

[2] Wulandarie, A., 2008, Studi Perilaku Kuat

Tekan dan Kuat Tarik Belah Pada Beton dengan

Menggunakan Agregat Daur Ulang, (Tugas

Akhir), Fakultas Teknik Universitas Indonesia,

Jakarta.

[3] Pertiwi, N., 2014, Pengaruh Gradasi Agregat

Terhadap Sipil dan Perencanaan, Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,

Universitas Negeri Makassar, Vol. 12 No.1,

Makassar.

[4] Sutapa, G., A., A., 2011 Porositas, Kuat

Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton dengan

Agregat Kasar Batu Pecah Pasca Dibakar,

Jurusan Teknik Sipil Universitas Uadayana, Vol.

15, No. 1, Denpasar.

[5] Kadarningsih, R., dan Utama, A., K., 2012,

Karakteristik Batako Styrofoam sebagai Bahan

Konstruksi Dinding, Jurusan Teknik Sipil

Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

[6] ASTM 2004, ASTM C150, “Annual Book

of ASTM Standart 2004”, section 4, Vol. 04. 02

Concrete and Aggregates, International

Standart”, America.

[7] Mindess, S., Young, J. F., dan

Darwin, D., 2003 Concrete, Two Edition, U.S.A.

[8] SNI 2011, SNI 4431-2011, Cara Uji

Kuat Tekan Beton Normal dengan Dua Titik

Pembebanan, Jakarta.