Page 1
ISSN: 2685-0605
21
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
Analisis Kuat Lentur Beton Agregat Daur Ulang Dengan
Komposisi 35%; 50% dan 100%
Maskura Sadila1 Surya Bermansyah2 Yunita Idris3 1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
email : [email protected]
Abstract
The use of large enough concrete for the development process resulted in the depletion of natural resources used
as a concrete mixture. One way of preserving the environment in the field of construction is to use recycle concrete
aggregates so as to minimize the use of natural aggregates. This study used K175 quality recycled concrete, with a
maximum fractional / crushing size of 31.5 mm. The quality of the compressive strength plan is K300, the tensile
strength test is carried out on a 53x15x15 cm3 beam, tested at 7, 14 and 28 days. Variants of recycled concrete
aggregate compositions are 35%, 50% and 100% against natural aggregates. The beam test object is equipped with
one deformation measuring device (transducer) comprising a vertical deformation meter connected to the data logger.
The result obtained from this research is the value of tensile strength of concrete aggregate recycled lower than
concrete without recycled aggregate. The minimum decrease was seen in variant composition of 35% is 4% (<10%).
Keywords: Recycled Aggregate, Variant of Compotition, Flexural Tensile Strength, Concrete.
Abstrak
Penggunaan beton yang cukup besar untuk proses pembangunan mengakibatkan berkurangnya sumber daya
alam yang digunakan sebagai bahan campuran beton. Salah satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang
konstruksi ialah dengan menggunakan agregat beton daur ulang (recycle concrete aggregate) sehingga dapat
meminimalisir penggunaan agregat natural. Penelitian ini menggunakan beton daur ulang mutu K175, dengan
ukuran pecahan/hancuran maksimum 31,5 mm. Mutu rencana kuat tekan adalah K300, pengujian kuat tarik lentur
dilakukan pada balok 53x15x15 cm3, yang diuji pada umur 7, 14 dan 28 hari. Varian komposisi beton agregat daur
ulang adalah 35%, 50% dan 100% terhadap agregat alam. Benda uji balok dilengkapi dengan satu peralatan ukur
deformasi (transducer) yang terdiri dari pengukur deformasi vertikal yang disambungkan dengan data logger. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai kuat tarik lentur beton agregat daur ulang lebih rendah daripada beton
tanpa agregat daur ulang. Penurunan minimum terlihat pada varian komposisi 35% yaitu sebesar 4% (<10%).
Kata Kunci: Agregat Daur Ulang, Varian Komposisi, Kuat Tarik Lentur, Beton
1. Pendahuluan
Beton merupakan bahan konstruksi yang banyak
digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di
Indonesia, demikian pula halnya di Banda Aceh. Hal
ini dikarenakan beton mempunyai kelebihan dibandingkan bahan-bahan lain.
Menurunkan ketergantungan pada agregat alami
dengan memanfaatkan limbah bangunan adalah salah
satu cara pelestarian lingkungan dalam bidang
konstruksi yaitu melakukan daur ulang beton (recycled
concrete), sehingga sedikitnya dapat mengurangi
penggunaan berlebihan agregat alami. Recycled
Concrete Aggregate (RCA) merupakan campuran
material yang didapatkan dari proses daur ulang
material yang sudah tidak terpakai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kuat lentur beton yang diproduksi dengan
3 varian komposisi, masing-masing variasi komposisi
memiliki agregat daur ulang sebesar 35%, 50% dan
100% dari total agregat kasar yang dibutuhkan. Mix
design beton memakai Faktor Air Semen (FAS)
rencana 0,4. Analisis yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah komposisi agregat daur ulang yang
menghasilkan kuat lentur maksimum dan diharapkan
dapat digunakan sebagai material struktural pada
bangunan. Batasan penelitian ini dimulai dari
pemilihan agregat daur ulang, dari proses
penghancuran beton bekas atau limbah bangunan
dengan mutu K-175 yang ada di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil Unsyiah,
kemudian diseleksi saringan untuk mendapatkan
gradasi ukuran butiran agregat daur ulang yang
diinginkan.
Page 2
ISSN: 2685-0605
22
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa beton
agregat daur ulang variasi 35% dapat menjadi
alternatif agregat untuk beton struktural, karena selisih
penurunan kuat tarik lenturnya masih <10%.
2. Tinjauan kepustakaan
Berikut uraian beberapa alasan teori dan rumus-
rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan penelitian ini yang
dikutip dari beberapa literatur.
2.1 Beton
Menurut Anonim[1], beton adalah campuran
antara Portland Cement atau semen hidraulik lainnya
dengan agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat
halus.
2.2 Agregat
Menurut Anonim[1], agregat adalah material
yang dipakai bersama dengan suatu media pengikat
untuk pembentuk beton, yang diantaranya adalah
pasir, kerikil, batu pecah, dimana agregat berfungsi
sebagai bahan pengisi dan jumlahnya sekitar 75%
volume beton.
2.3 Agregat Kasar Daur Ulang
Menurut Wulandarie[2], agregat kasar dari
limbah beton tentu memiliki kekuatan yang berbeda
dengan agregat dari alam, karena adanya kandungan
pasta sekitar 25% hingga 45%. Beberapa perbedaan
kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang
tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat
(properties) meterial beton yang dihasilkan. Karena
kualitas agregat daur ulang ini tentunya telah
berkurang, maka perlu adanya pencampuran antara
agregat daur ulang dengan agregat alam untuk
menghasilkan beton yang mampu memenuhi target
kekuatan yang direncanakan. Untuk mendapatkan
beton sesuai dengan perencanaan, kandungan agregat
kasar daur ulang tidak dapat terlalu dominan, dimana
komposisi yang memungkinkan untuk target kekuatan
terpenuhi adalah penggunaan agregat kasar daur ulang
hingga 50%. Sehingga kandungan agregat daur ulang
dapat digunakan hingga persentase 100%.
2.4 Gradasi
Menurut Pertiwie[3], gradasi agregat campuran
yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung
dari quarry. Di satu sisi pembuatan beton
mensyaratkan workabilitas yang baik dengan
kandungan udara yang kecil tahan terhadap segregasi,
pengurangan shrinkage dan mengurangi efek panas
hidrasi. Di sisi lain adanya kesulitan dalam
mobilisasi agregat dari lokasi lain untuk memperoleh
kombinasi agregat yang menerus.
2.5 Porositas
Menurut Sutapa[4], Porositas dapat
didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori
(volume yang dapat ditempati oleh fluida) terhadap
volume total beton. Ruang pori pada beton umumnya
terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan
pengecoran seperti, faktor air semen yang
berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan
agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe
susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap
lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan
pada beton maka semakin besar mutu beton itu sendiri,
sebaliknya semakin besar porositas beton, maka
kekuatan beton akan semakin kecil.
2.6 Densitas
Menurut Kadarningsih dkk[5], densitas adalah
pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi densitas (massa jenis) suatu benda,
maka semakin besar pula setiap volumenya. Sebuah
benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan
memiliki volume yang lebih randah dari pada benda
yang bermassa sama yang memiliki densitas yang
lebih rendah. Untuk pengukuran densitas batako
menggunakan metode Archimedes mengacu pada
standard ASTM C 134-95 dan dihitung dengan
persamaan berikut :
............. 1)
dengan :
ρpc = densitas (gr/cm3)
ms = massa sampel kering (gr)
mb = massa sampel setelah direndam (gr)
mg = massa sampel digantung didalam air (gr)
Page 3
ISSN: 2685-0605
23
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
mk = massa kawat penggantung (gr)
ρair = densitas air = 1 (gr/cm3)
2.7 Daya Serap Air (Water Absorption)
Menurut Utama[6], persentase berat air yang
mampu diserap agregat di dalam air disebut
serapan air, sedangkan banyaknya air yang
terkandung dalam agregat disebut kadar air. Besar
kecilnya penyerapan air sangat dipengaruhi pori atau
rongga yang terdapat pada beton. Semakin banyak
pori yang terkandung dalam beton maka akan
semakin besar pula penyerapan sehingga
ketahanannya akan berkurang. Pengaruh rasio yang
terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena
terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian
menguap dan meninggalkan rongga. Dan dihitung
dengan persamaan berikut:
............ 2)
dengan:
Wa = Water Absorption (%)
Mk = Massa benda kering (gr)
Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gr)
2.8 Semen Portland (Portland Cement)
Portland Cement merupakan bahan pengikat
utama untuk adukan beton dan pasangan batu yang
digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu
kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang
digunakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton. Menurut ASTM
C150[7], Portland cement dibagi menjadi lima tipe,
yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement), semen
untuk pengunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan
terhadap sulfat, kekuatan awal);
2. Tipe II (Moderate Sulphate Cement), semen
untuk beton yang tahan terhadap sulfat
sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang;
3. Tipe III (High Early Strength Cement),
semen untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi (cepat mengeras);
4. Tipe IV (Low Heat of Hydration Cement),
semen untuk beton yang memerlukan panas
hidrasi rendah, dengan kekuatan awal
rendah;
5. Tipe V (High Sulphate Resistance Cement),
semen untuk beton yang tahan terhadap kadar
sulfat tinggi.
2.9 Mortar
Menurut Anonim[8], mortar merupakan suatu
campuran yang terdiri dari semen, agregat halus dan
air baik dalam keadaan dikeraskan ataupun tidak
dikeraskan. Kekuatan tekan mortar adalah gaya
maksimum persatuan luas yang bekerja pada benda uji
mortar. Peningkatan kekuatan mortar bisa didapatkan
dengan mengurangi rasio air.
2.10 Faktor Air Semen (FAS)
Menurut Mindess dkk[9 ] , bila faktor air
semen terlalu rendah, maka adukan beton sulit untuk
dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air
semen optimum yang menghasilkan kuat tekan beton
maksimum. Kepadatan adukan beton sangat
mempengaruhi kuat tekan beton setelah mengeras.
2.11 Kuat Tarik Lentur Beton
Berdasarkan SNI Anonim[10], kuat lentur pengujian
beton dihitung dengan menggunakan rumus :
a. Untuk pengujian dimana bidang patah
terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik
perletakan bagian tengah), maka kuat lentur
beton dihitung menurut persamaan sebagai
berikut
........................... 3)
b. Untuk pengujian dimana bidang patah
terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik
perletakan bagian tengah), dan jarak antara
titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari
jarak antara titik perletakan maka kuat lentur
beton dihitung menurut persamaan sebagai
berikut.
...................... 4)
Page 4
ISSN: 2685-0605
24
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
keterangan :
= Kuat lentur benda uji (MPa)
P = Beban tertinggi yang terbaca
pada mesin uji (ton)
a = Jarak rata-rata antara tampang
lintang patah dan tumpuan luar
yang yang terdekat, diukur pada
4 tempat pada sudut bentang
(mm)
L = Jarak (bentang) antara dua garis
perletakan (mm)
b = Lebar tampang lintang patah
arah horizontal (mm)
h = Lebar tampang lintang patah
arah vertikal (mm)
2.12 Patahan Balok Beton
Menurut Anonim[11], patahan terbentuk
karena adanya gaya tekan dari atas dan bawah pada
benda uji balok beton. Pada saat pengujian dapat
diamati patahan yang terjadi pada masing-masing
benda uji. Patahan beton dibedakan menjadi 3 jenis.
2.13 Analisis Data
Data suatu penelitian dapat dilihat dari
penyebaran nilai yang didapat dari pemeriksaan,
menurut anonim (1979 : 39). Baik tidaknya
penyebaran data dapat ditinjau terhadap simpangan
baku (standar deviasi = S) hasil yang diperoleh, yang
didapat dari hasil pemeriksaan sifat-sifat mekanis
benda uji. Semakin kecil standar deviasi yang timbul,
maka akan baik pula mutu pelaksanaan penelitian.
Besarnya standar deviasi dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
1
2
1
n
XX
S
n
i
i
...................................... 5)
n
X
X
n
i
i 1 .................................................... 6)
dimana :
S = standar deviasi (kg/cm2);
Xi = besarnya data ke-i (kg/cm2);
X = nilai rata - rata dari benda uji (kg/cm2);
n = jumlah benda uji.
Klasifikasi mutu pelaksanaan untuk pekerjaan
penelitian di laboratorium menurut Troxell (1968 :
402) adalah:
CV 5% sangat baik;
5% CV 7% baik;
7% CV 10 % sedang; dan
CV 10 % kurang baik.
%100X
SCV ................................. 7)
dimana :
CV = koefisien ragam sampel (%);
S = deviasi standar (kg/cm2) ; dan
X = data rata - rata (kg/cm2).
3. Metode Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboraturium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Penelitian dilakukan selama 2 bulan, terhitung dari
penyiapan alat dan bahan hingga pengujian kuat lentur
beton.
3.2 Sumber Data
Data untuk mendukung penelitian ini diperoleh
dari berbagai pengujian yang dilakukan di
laboratorium seperti data kuat tekan beton yang
digunakan sebagai agregat beton daur ulang, data
pemeriksaan berat jenis agregat dan absorsi agregat
daur ulang, data pemeriksaan berat volume, jenis
agregat, gradasi butiran, hasil-hasil penelitian
terdahulu dan studi literatur lainnya sebagai sumber
data.
3.3 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini untuk pemeriksaan sifat fisis dan pengecoran beton
meliputi:
1. Timbangan;
2. Satu set saringan;
3. Gelas ukur berbagai ukuran;
4. Oven;
5. Mesin pengaduk beton berkapasitas 90
liter (molen);
6. Peralatan pengukuran slump (kerucut
Abram’s);
Page 5
ISSN: 2685-0605
25
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
7. Palu karet;
8. Gerobak sorong;
9. Cetakan benda uji balok ukuran.
Panjang 53x tinggi 15x lebar 15cm (SNI
4431:2011)
Peralatan yang digunakan untuk pengujian
benda uji meliputi:
1. Portable data logger
2. Frame load
3. Tranducers
4. Load cell
5. Jack load
3.4 Material yang Digunakan
Material yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Semen Portland (PC) tipe I;
2. Agregat halus;
3. Agregat kasar alami;
4. Agregat kasar daur ulang;
5. Air;
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi persiapan material
dan peralatan, pemeriksaan sifat fisis agregat,
perencanaan campuran beton, pembuatan benda uji,
perawatan benda uji, serta pengujian benda uji.
Pengujian benda uji masing-masing dilakukan setelah
umur beton mencapai 7, 14 dan 28 hari.
Gambar 1 Grafik Gradasi Campuran
3.6 Pengujian Kuat Lentur Beton
Metode yang digunakan untuk pengujian kuat
lentur beton normal dengan dua titik pembebanan ini
adalah metode SNI 4431;2011. Pengujian dilakukan
pada benda uji balok dengan ukuran panjang 53 cm x
tinggi 15 cm x lebar 15 cm, dengan benda uji berumur
7 hari, 14 hari, dan 28 hari dan kuat lentur rencana
K175.
3.7 Analisis Data
Hasil pengujian berupa data pembebanan dari
masing – masing benda uji yang ditampilkan dalam
grafik kuat lentur untuk setiap variasinya. Data ini
kemudian dianalisis berdasarkan dasar literatur yang
ada sehingga tujuan penelitian dapat diperoleh.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Hasil Pengujian Kuat Tarik Lentur
Beton
Gambar 2 Patahan Balok Pasca Pengujian
Gambar 3 Permukaan pada Bagian Patahan Beton
Tabel 1 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Umur
7 Hari.
Umur
Pengujian
Variasi
Agregat
Daur Ulang
Kuat Tarik
Lentur
(Mpa)
Kuat Tarik
Lentur rata-
rata (Mpa)
(xi-x) (xi-x)2 SCV
(%)Klasifikasi
3,21 0,29 0,09
2,81 -0,12 0,01
2,74 -0,18 0,03
2,67 -0,15 0,02
2,74 -0,09 0,01
3,07 0,24 0,06
3,15 0,2169 0,05
2,81 -0,1243 0,02
2,84 -0,0927 0,01
2,72 0,1143 0,01
2,58 -0,0317 0,00
2,53 -0,0827 0,01
6,419
3,920
Sedang
Sedang
Baik
Sangat Baik
7 Hari
0% 2,92
35% 2,83
50% 2,94
100% 2,61
0,256
0,212
0,189
0,102
8,755
7,491
Page 6
ISSN: 2685-0605
26
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Umur
14 dan 28 Hari.
Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa hasil kuat
tarik lentur yang tertinggi tetap dimiliki oleh beton
tanpa agregat daur ulang, saat umur beton mencapai 7
hari, 14 hari dan 28 hari.
Gambar 4 Grafik Perbandingan Kuat Lentur
Umur 28 Hari
Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kuat tarik
lentur terendah pada umur 28 hari adalah beton
agregat daur ulang variasi 50% yaitu sebesar 3,58
Mpa. Dan kuat tarik lentur tertinggi terlihat pada beton
tanpa agregat daur ulang (0%) pada umur 28 hari
sebesar 4,43 Mpa, nilai kuat tarik lentur ini sedikit
lebih tinggi dari beton agregat daur ulang. Sedangkan
pada beton agregat daur ulang variasi 35% nilai kuat
tarik lentur sedikit lebih rendah dari beton tanpa
campuran agregat daur ulang, nilai kuat tarik lentur
menjadi 4,25 Mpa. Nilai kuat tarik lentur pada beton
yang menggunakan agregat kasar daur ulang variasi
100% terlihat mengalami sedikit kenaikan dari variasi
benton agregat daur ulang 50%.
4.2 Deformasi Hasil Pengujian Kuat Tarik
Lentur
Gambar 5 Grafik Perbandingan Deformasi 28
Hari
Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai deformasi
rata-rata tertinggi terdapat pada varian 35% yaitu
sebesar 0,53 mm, dan nilai deformasi rata-rata
terendah terdapat pada varian 100% yaitu sebesar 0,4
mm.
4.3 Analisa Data
Hasil pengujian kuat lentur beton dengan variasi
agregat daur ulang 35%, 50% dan 100% pada umur 7
hari, 14 hari dan 28 hari kemudian dilakukan seleksi
data dengan evaluasi secara terhadap data yang
diperoleh.
4.4 Pembahasan
Mortar yang terdapat pada agregat daur ulang
mempengaruhi nilai kuat tarik lentur karena terdapat
retakan kecil dan pori–pori udara, memiliki daya serap
air yang sangat tinggi serta mempengaruhi lekatan
antara pasta semen dan agregat. Hal ini membuat
variasi agregat daur ulang mempengaruhi nilai kuat
tarik lentur beton. Retakan kecil dan pori–pori udara
dapat dilihat pada gambar 4.
Umur
Pengujian
Variasi
Agregat
Daur Ulang
Kuat Tarik
Lentur
(Mpa)
Kuat Tarik
Lentur rata-
rata (Mpa)
(xi-x) (xi-x)2 SCV
(%)Klasifikasi
3,77 0,29 0,08
3,50 0,02 0,00
3,17 -0,31 0,10
3,41 -0,02 0,00
3,59 0,17 0,03
3,27 -0,15 0,02
3,15 0,01 0,00
2,85 -0,30 0,09
3,43 0,29 0,08
2,91 -0,06 0,00
3,12 0,15 0,02
2,88 -0,09 0,01
4,80 0,37 0,14
4,19 -0,24 0,06
4,30 -0,13 0,02
4,37 0,12 0,02
4,32 0,08 0,01
4,05 -0,20 0,04
3,73 0,15 0,02
3,54 -0,03 0,00
3,46 -0,12 0,01
3,55 -0,16 0,02
3,66 -0,04 0,00
3,91 0,20 0,04
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
0,063 Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
14 Hari
0% 3,48 0,041 1,180
50% 3,14 0,000 0,002
35% 3,42 0,000 0,004
100% 2,97 0,002
28 Hari
0% 4,43 0,069 1,566
100% 3,71 0,012 0,332
35% 4,25 0,008 0,178
Sangat Baik
50% 3,58 0,012 0,327 Sangat Baik
Page 7
ISSN: 2685-0605
27
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 2, Agustus 2019, Halaman 21-27.
Gambar 6 Pori pada patahan beton
Penggunaan agregat kasar daur ulang dari limbah
beton sangat mempengaruhi nilai kuat tarik lentur,
pada umur 14 hari kecendrungan penurunan nilai kuat
lentur adalah 1,44% pada variasi 35%, 9,17% pada
variasi 50% dan 14,66% pada variasi 100%.
Sedangkan pada umur 28 hari trend penurunan kuat
lentur menjadi 4,10% pada variasi 35%, 19,19% pada
variasi 50% dan 16,25% pada variasi 100%.
Beton agregat daur ulang yang telah di uji kuat
tarik lentur mengalami deformasi dimana hasil
deformasi pada balok menunjukkan bahwa beton
agregat daur ulang varian komposisi 35% memiliki
nilai deformasi rata-rata tertinggi yaitu sebesar 0,53
mm. Sedangkan untuk nilai deformasi rata-rata
terendah terdapat pada varian komposisi 100% yaitu
sebesar 0,4 mm, dan pada varian komposisi 50%
memiliki nilai deformasi rata-rata yang tidak jauh
berbeda dari varian 100% yaitu 0,44 mm.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan
dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai
hasil akhir dari penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Capaian nilai kuat tarik lentur beton variasi 35,
50 dan 100% lebih rendah daripada beton agregat
normal (0%). Hal ini disebabkan bahan baku agregat
daur ulang dengan mutu K-175 memberikan kinerja
yang kurang baik daripada agregat alam. Pola retak
menunjukkan agregat daur ulang turut mengalami
keretakan pada beban maksimum. Secara umum kuat
lentur beton daur ulang lebih rendah daripada beton
tanpa agregat daur ulang. Penurunan paling rendah
terlihat pada komposisi 35% yaitu sebesar 4% (<10%).
5.2 Saran
Melakukan penambahan faktor benda uji lebih
dari 28 hari untuk pengujian kuat tarik lentur dan
penambahan pengujian kuat tarik lentur. Melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai beton daur ulang,
misalnya dengan menambahkan variasi komposisi
campuran beton, serta menambah variasi dari jumlah
benda uji.
6. Daftar pustaka
[1] SNI 2002, SNI-03-2847-2002, Pengertian
Beton dan Agregat, Jakarta.
[2] Wulandarie, A., 2008, Studi Perilaku Kuat
Tekan dan Kuat Tarik Belah Pada Beton dengan
Menggunakan Agregat Daur Ulang, (Tugas
Akhir), Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Jakarta.
[3] Pertiwi, N., 2014, Pengaruh Gradasi Agregat
Terhadap Sipil dan Perencanaan, Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Negeri Makassar, Vol. 12 No.1,
Makassar.
[4] Sutapa, G., A., A., 2011 Porositas, Kuat
Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton dengan
Agregat Kasar Batu Pecah Pasca Dibakar,
Jurusan Teknik Sipil Universitas Uadayana, Vol.
15, No. 1, Denpasar.
[5] Kadarningsih, R., dan Utama, A., K., 2012,
Karakteristik Batako Styrofoam sebagai Bahan
Konstruksi Dinding, Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
[6] ASTM 2004, ASTM C150, “Annual Book
of ASTM Standart 2004”, section 4, Vol. 04. 02
Concrete and Aggregates, International
Standart”, America.
[7] Mindess, S., Young, J. F., dan
Darwin, D., 2003 Concrete, Two Edition, U.S.A.
[8] SNI 2011, SNI 4431-2011, Cara Uji
Kuat Tekan Beton Normal dengan Dua Titik
Pembebanan, Jakarta.