ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI TUKAR, DAN RETURN SAHAM (Studi pada Sektor Barang Konsumsi yang Listing di BEI dan yang Termasuk pada Indeks LQ-45) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Anindita Ajeng Prililantyas 125020407111011 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
27
Embed
ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI TUKAR, DAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INFLASI, NILAI
TUKAR, DAN RETURN SAHAM
(Studi pada Sektor Barang Konsumsi yang Listing di BEI
dan yang Termasuk pada Indeks LQ-45)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Anindita Ajeng Prililantyas
125020407111011
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1
Analisis Keterkaitan Antara Inflasi, Nilai Tukar, dan Return Saham
(Studi pada Sektor Barang Konsumsi yang Listing di BEI dan yang
Termasuk pada Indeks LQ-45)
Anindita Ajeng Prililantyas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Pada jangka pendek Indofood tidak terpengaruh oleh pergerakan inflasi yang terjadi di
Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh penjualan bersih dan laba bersih yang dihasilkan Indofood yang
terus tetap meningkat bahkan pada kondisi inflasi yang tinggi. Selain itu, hal ini juga
mengindikasikan bahwa Indofood memiliki strategi untuk meminimalisir terjadinya risiko akibat
inflasi yang terjadi di Indonesia.
Namun jika perusahaan Indofood lengah atau tidak memperhitungkan risiko inflasi untuk
jangka panjang, maka akan terjadi kemungkinan yang buruk untuk perusahaan tersebut. Sesuai
dengan Arbitrage Pricing Theory yang menjelaskan bahwa return saham dipengaruhi oleh
beberapa faktor risiko. Salah satu risiko yang mempengaruhi perubahan return saham adalah
perubahan tingkat inflasi yang tidak diantisipasi sebelumnya. Kenaikan laju inflasi yang tidak
diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi dalam jangka
panjang akan menurun yang nantinya akan dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
Selain itu, hasil pengujian statistik menunjukan bahwa return INDF juga mempunyai
pengaruh terhadap inflasi. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan Indofood merupakan perusahaan
barang konsumsi yang kuat di Indonesia. Indofood mempunyai beberapa divisi grup yang
memproduksi barang/bahan yang dikonsumsi oleh masyrakat di Indonesia untuk kebutuhan sehari-
hari.
Divisi CBP (Consumer Branded Product) merupakan divisi yang memproduksi mie
instan, dairy, makan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus, dan minuman.
Divisi ini paling banyak menyumbangkan penjualan bersih untuk perusahaan Indofood pada setiap
tahunnya. Divisi bogasari merupakan divisi yang memproduksi tepung terigu dan pasta. Divisi
Agribisisnis merupakan divisi yang memproduksi minyak goreng dan margarine. Tingginya
penjualan bersih yang dilakukan oleh Indofood akan menyebabkan tingginya juga laba bersih
perusahaan tersebut sehingga dividen yang dibagikan untuk pemegang saham juga tinggi. Dari
tabel 4.10 dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi masyarakat terhadap barang produksi
Indofood juga tinggi. Tingginya konsumsi masyarakat juga dapat dibuktikan dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK). IHK yang tinggi juga akan menyebabkan inflasi meningkat, karena indikator
inflasi yang utama adalah IHK.
19
Hasil dari pengujian impulse response antara return INDF dengan inflasi menunjukan
respon yang negatif. Pada jangka pendek, respon negatif yang fluktuatif ditunjukan oleh return
INDF terhadap perubahan inflasi. Hal ini mengindikasikan perubahan inflasi yang terjadi akan
mengurangi atau memberikan dampak yang negatif untuk return INDF. Namun, respon kedua
variabel tersebut menuju keseimbangan jangka panjang, itu artinya respon return INDF terhadap
perubahan shock inflasi makin lama akan makin menghilang sehingga shock inflasi tidak
memberikan pengaruh yang permanen untuk return INDF.
Begitu juga yang terjadi dengan variance decomposition dari return INDF dan inflasi.
Shock yang terjadi pada return INDF dipengaruhi oleh inflasi, begitu juga sebaliknya. Shock yang
terjadi pada inflasi juga dipengaruhi oleh return INDF. Walaupun sebagian besar dipengaruhi oleh
dirinya sendiri.
Hubungan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Return INDF dan Nilai Tukar
Pada pengujian VECM ditemukan bukti empiris bahwa return INDF memiliki pengaruh
hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang signifikan terhadap nilai tukar. Pada pengujian
jangka panjang, return INDF berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar. Tetapi, nilai tukar tidak
berpengaruh signifikan terhadap return INDF. Pada pengujian jangka pendek, return INDF
berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar dan nilai tukar memiliki hubungan jangka pendek
terhadap return INDF.
Return saham INDF memiliki pengaruh jangka panjang dan jangka pendek terhadap nilai
tukar. Untuk jangka pendek, dapat dijelaskan melalui pasar uang dan pasar modal. Nilai tukar
(kurs) dibentuk oleh pasar uang, dan saham dibentuk oleh pasar modal. Pasar modal sendiri
berefek ke pasar uang. Misal, warga negara asing menganggap negara Indonesia memiliki pasar
yang tidak jenuh. Hal ini dapat memicu warga negara asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia dengan cara membeli saham di Indonesia. Semakin banyak warga negara asing membeli
saham Indonesia, akan memicu indeks harga saham mengalami kenaikan, sehingga juga akan
berefek pada valuta asing. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi apresiasi rupiah terhadap mata
uang asing. Namun dalam jangka panjang akan memungkinkan berdampak negatif terhadap nilai
tukar, karena apabila warga negara asing atau investor asing tersebut ingin melikuidkan
20
investasinya, maka akan dikonversikan ke mata uang USD. Hal ini dapat memicu depresiasi rupiah
terhadap USD.
Nilai tukar memberikan pengaruh jangka pendek terhadap return INDF. Hal ini
dibuktikan pada tahun 2014 terjadi penurunan laba bersih yang dihasilkan oleh Indofood mencapai
6,7% dari tahun sebelumnya karena pengaruh turunnya permintaan konsumen seiring dengan
naiknya biaya akibat melemahnya rupiah. Namun pada jangka panjang nilai tukar tidak
memberikan pengaruh untuk return INDF, karena perusahaan Indofood cepat menanggapi hal-hal
buruk yang terjadi akibat dari terjadinya risiko nilai tukar.
Impulse response return INDF terhadap nilai tukar bergerak pada menuju keseimbangan
pada periode 12 hingga periode 20. Hal ini mengindikasikan bahwa respon return INDF terhadap
shock perubahan nilai tukar pada jangka panjang bergerak stabil atau makin lama akan hilang
sehingga shock tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen terhadap return INDF.
Variance decomposition dari return INDF dipengaruhi oleh shock perubahan nilai tukar.
Namun pada jangka pendek, return INDF membuktikan mampu mendominasi respon perubahan
dirinya sendiri. Pada jangka panjang nilai tukar turut mempengaruhi return INDF yang besarnya
lebih besar dibandingkan pengaruh dari inflasi. Variance decomposition dari nilai tukar juga
dipengaruhi oleh return INDF yang besarnya semakin lama periode juga semakin tinggi
pengaruhnya.
Hubungan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Inflasi dan Nilai Tukar
Pada pengujian VECM ditemukan bukti empiris bahwa inflasi memiliki pengaruh
hubungan jangka panjang yang signifikan terhadap nilai tukar. Namun pada jangka pendek, kedua
variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifkan.
Pengaruh hubungan inflasi terhadap nilai tukar jangka panjang dapat dijelaskan melalui
teori Purchasing Power Parity (PPP) atau biasa disebut dengan paritas daya beli. Inflasi
merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum dan terjadi secara terus
menerus. Jika inflasi meningkat maka harga barang di Indonesia mengalami kenaikan juga.
Naiknya harga barang tersebut sama saja dengan turunnya nilai mata uang rupiah (daya beli uang).
Dengan demikian inflasi juga dapat diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap barang
dan jasa secara umum.
21
Pada dasarnya, kenaikan atau besarnya inflasi di Indonesia dapat mencerminkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, namun dalam jangka panjang. Tingkat inflasi yang tinggi
akan memberikan dampak yang buruk untuk Indonesia. Tingginya tingkat inflasi dapat
menyebabkan harga barang di Indonesia relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
impor, yang nantinya akan mengakibatkan turunnya daya saing atas barang domestik tersebut di
pasar internasional. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia cenderung akan membeli barang
impor yang lebih murah, dan akan memberikan dampak turunnya nilai ekspor dan naiknya nilai
impor. Transaksi ekspor/impor membutuhkan konversi mata uang rupiah menjadi mata uang USD.
Jika demand mata uang USD meningkat, maka akan melemahkan mata uang rupiah. Maka dari itu
dapat disimpulkan, kenaikan harga yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi akan cenderung
menurunkan daya saing produk asli Indonesia dan melemahkan nilai mata uang rupiah.
Impulse Response pada penelitian ini menunjukan respon inflasi terhadap perubahan nilai
tukar menunjukan respon yang negatif, begitu juga respon nilai tukar terhadap perubahan inflasi.
Dalam jangka pendek, respon dari masing-masing variabel terhadap variabel lain menunjukan
fluktuatif. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan inflasi akan mengakibatkan depresiasi nilai
tukar rupiah terhadap USD. Namun inflasi menunjukan respon yang menuju keseimbangan dalam
jangka panjang. Jika impulse response menunjukan pergerakan yang semakin mendekati titik
keseimbangan (convergence) atau kembali ke keseimbangan sebelumnya, itu artinya respon suatu
variabel akibat suatu shock makin lama akan menghilang sehingga shock tersebut tidak me-
ninggalkan pengaruh permanen terhadap variabel tersebut.
Shock yang terjadi pada inflasi juga dipengaruhi oleh nilai tukar, begitu juga sebaliknya.
Hal ini dibuktikan pada hasil variance decomposition. Besarnya pengaruh dari variabel lain
terbilang sangat kecil bila dibandingkan dengan pengaruh dari dirinya sendiri.
Implikasi Hasil Penelitian
Dari pembahasan hasil penelitian, dapat dijadikan pertimbangan keputusan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan emiten Indofood Sukses Makmur Tbk. Secara
keseluruhan, kinerja dari perusahaan Indofood sangat baik karena perusahaan tersebut tidak rentan
terhadap perubahan kondisi inflasi dan nilai tukar. Hal ini dapat dibuktikan dengan terus
22
meningkatnya penjualan bersih dan laba bersih dari perusahaan tersebut pada kondisi inflasi yang
tinggi dan depresiasi rupiah yang terjadi.
Penjualan bersih dan laba bersih yang terus meningkat pada saat kondisi inflasi yang
tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi oleh USD mengindikasikan bahwa kinerja yang
baik pada perusahaan Indofood. Di tengah kondisi ekonomi yang seperti itu, perusahaan Indofood
tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi makro yang terjadi di Indonesia. Perusahaan Indofood
memiliki cara untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi akibat terjadi kenaikan inflasi dan
rupiah yang terus terdepresiasi oleh USD. Salah satu strategi Indofood adalah melakukan arahan
stategi untuk meraih pertumbuhan melalui inovasi telah dilaksanakan dengan baik. Inovasi yang
dilakukan adalah dengan cara peluncuran kategori-kategori produk yang baru, serta banyaknya
peluncuran berbagai produk baru. Selain itu, Indofood juga tetap berhati-hati terhadap potensi
pelemahan nilai tukar rupiah dan perlambatan pemulihan ekonomi domestik.
Selain itu, laba per saham yang memiliki kecenderungan trend meningkat. Hal ini
mengindikasikan Indofood Sukses Makmur Tbk juga dapat memberikan laba per saham yang terus
meningkat dari tahun ke tahunnya selama periode yang ditentukan. Hal ini merupakan informasi
yang baik untuk pemegang saham atau calon investor.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara return INDF,
inflasi dan nilai tukar. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan jangka
panjang dan jangka pendek antar variabel tersebut. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji
Kausalitas Toda-Yamamoto dan Vector Error Correction Model (VECM), dapat disimpulkan
berbagai hal sebagai berikut:
1. Tidak terjadi hubungan kausalitas antara return INDF dan inflasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan Indofood tidak rentan terhadap kondisi inflasi. Hasil
penelitian tersebut dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya penjualan bersih, laba
bersih, dan laba per saham yang dihasilkan oleh perusahaan Indofood.
2. Pada hubungan jangka pendek inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap return INDF,
namun pada jangka panjang inflasi menunjukan potensi untuk berpengaruh terhadap
return INDF jika perusahaan tersebut tidak mengantisipasi terjadinya risiko inflasi,
karena Arbitrage Pricing Theory menjelaskan return saham dapat dipengaruhi oleh
perubahan inflasi. Pada hubungan jangka panjang dan jangka pendek return INDF
memberikan pengaruh terhadap inflasi.
23
3. Terjadi hubungan kausalitas dua arah antara return INDF dan nilai tukar. Return INDF
dapat berpengaruh terhadap nilai tukar dapat dijelaskan melalui teori good market
approach dan teori portofolio balance approach. Nilai tukar dapat berpengaruh terhadap
return INDF dapat dijelaskan melalui hubungan pasar uang dan pasar modal.
4. Pada jangka pendek terdapat hubungan yang signifikan antara return INDF dan nilai
tukar. Hal ini dapat dijelaskan melalui hubungan pasar uang dan pasar modal. Pada
jangka pendek nilai tukar mempengaruhi return INDF namun pada panjang nilai tukar
tidak mempengaruhi return INDF.
5. Tidak terjadi hubungan kausalitas antara inflasi dan nilai tukar. Hal ini terjadi karena
pada periode waktu penelitian, Indonesia telah menggunakan kebijakan ITF dimana
kebijakan tersebut menjaga kestabilan harga-harga komoditas barang sekaligus menjaga
stabilitas nilai tukar. Oleh sebab itu sasarannya adalah inflasi diupayakan agar tidak
mengganggu kestabilan nilai tukar, dan begitu juga sebaliknya.
6. Pada jangka panjang dan jangka pendek, nilai tukar tidak dapat mempengaruhi inflasi.
Pada jangka pendek, inflasi juga tidak dapat mempengaruhi nilai tukar. Namun, pada
jangka panjang inflasi mampu memberikan pengaruh untuk nilai tukar. Hal ini dapat
dijelaskan melalui teori Purchasing Power Parity (PPP) atau teori paritas daya beli.
Saran
Beberapa saran yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Investor Perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk dapat menjadi salah satu pertimbangan yang
baik untuk berinvestasi di pasar modal. Karena perusahaan Indofood merupakan
perusahaan emiten yang memiliki kinerja perusahaan yang baik yang dapat dicerminkan
melalui laporan keuangannya. Perusahaan tersebut juga tidak rentan terhadap makro
ekonomi yang dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya penjualan dan laba bersih
ditengah kondisi makro yang kurang mendukung.
2. Bagi Perusahaan
Akan lebih baik apabila perusahaan dapat memperluas pasar ekspor dan lebih banyak
melakukan inovasi produk guna menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) di
tahun yang akan datang.
3. Bagi Akademisi Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan melihat kondisi fundamental dan
teknikal dari perusahaan. Dan juga perlu menambah variabel makro ekonomi yang
memungkinkan untuk dapat mempengaruhi return saham.
24
F. DAFTAR PUSTAKA
Adisetiawan. 2012. Kausalitas BI Rate, Inflasi, dan Indeks Harga Saham. Manajemen & Bisnis,
Volume 11, Nomor 2, September 2012.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft Indonesia. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ayu, I Gusti dan Suwarta, I Ketut, 2014. Pengaruh Faktor Fundamental dan Ekonomi Makro
Pada Return Saham Perusahaan Consumer Good. Jurnal Akuntansi. Volume 8 No 3.
Universitas Udayana. Azwar Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bank Indonesia. 2015. Data Inflasi. www.bi.go.id diakses pada November 2015
Boediono. 2005. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 2 : Ekonomi Makro, Edisi Ke-1.
Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFP). Chen N.F., R. Roll and S.A. Ross. 1986. Economic Forces and the Stock Market. Journal of
Business. Vol. 59, No. 3.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M, Fakhrudin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat. Dornbusch, R., and S. Fischer. 1980. Exchange Rates and the Current Account. American
Economic Review 70 (December): 960-971.
Franke, J.A. 1993. Monetary and Portfolio-Balance Models of the Determination of Exchange
Rates. Chambridge : MIT Press. Halim, Livia. 2013. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Return Saham Kapitalisasi Besar di
Bursa Efek Indonesia. FINESTA Volume 1 No 2. Surabaya : Universitas Kristen Petra.
Hardiningsih et al. 2002. Pengaruh faktor fundamental dan resiko ekonomi terhadap retrun saham
pada perusahaan di BEJ, studi kasus basic industry & chemical. Jurnal strategi bisnis. Semarang : Universitas Diponegoro.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ke-3. Yogyakarta
: AMP YKPN.
Jogiyanto, 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ke-3. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE).
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
Terhadap IHSG. Jurnal Economia. Volume 8 Nomor 1. Palembang : STIE Musi.
Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa : Imam Nurmawam. Jakarta : Erlangga
Tingkat Keuntungan dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham. Jurnal Aplikasi
Manajemen. Vol.2 No.3. Desember 2004. Masood, Bellalah, Chaudhary, Mansour, dan Teulon. 2010. Cointegration of Baltic Stock Markets
in the Financial Tsunami: Empirical Evidence. International Journal Of Business. Volume
15 Nomor 1. ISSN.
Mishkin, Frederic S. 2009. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
Nasrudin, Muhammad dan Surya, Indra. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta :
Fajar Interpratama Offset.
Riantani, Suskim dan Tambunan, Maria. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Gloal terhadap Return Saham. Seminar Nasional teknologi informasi &
Komunikasi Terapan. Bandung : Universitas Widyagama
Soliha, Euis; Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. STIE Stikubank
Utami, Mudji, Mudjilah Rahayu. 2003. Peranan dari Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan. Volume 5 No. 2. Universitas Surabaya.
Yahoo Finance. 2015. Data Historis Harga Saham. www.finance.yahoo.com diakses pada