Top Banner
1 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI DESA SAMPEANG KECAMATAN BAJO BARAT KABUPATEN LUWU SITTI MUNAWARAH 105960196915 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
71

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Nov 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

1

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU

DI DESA SAMPEANG KECAMATAN BAJO BARAT

KABUPATEN LUWU

SITTI MUNAWARAH

105960196915

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI DESA

SAMPEANG KECAMATAN BAJO BARAT

KABUPATEN LUWU

SITTI MUNAWARAH

105960196915

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian strata

satu (s-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …
Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …
Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

PERNYATAAN MENGENAI

SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan

Usahatani Tanaman Sagu Di Desa Sampeang Kecematan Bajo Barat

Kabupaten Luwu adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dijantumkan dalam daftar pustaka

dibagaian akhir skripsi ini.

Makassar, 2019

Sitti Munawarah

105960196915

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada

umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Judul yang penulis ajukan

adalah “Analisis Kelayakan Usahatani Sagu Di Desa Sampeang Kecamatan Bajo

Barat Kabupaten Luwu”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Irwan Mado, M.P selaku pembimbing I dan Bapak Ardi

Rumallang, S.P.,M.M selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.Si. selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua, Kakak-kakak saya yang tercinta, serta segenap keluarga

yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada kami

khususnya penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten

Luwu beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian di daerah tersebut.

7. Kepada sahabatku Nur hinayah, Ana Pratiwi, Nungky Astuti, Zulkaidah,

Indriyani, Musdalifah, Zulfiani Toha, Iin Indriyani yang telah membantu dan

menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga

akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.Semoga

Allah senantiasa melindunginya, Amin.

Makassar, September, 2018

Sitti Munawarah

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

ABSTRAK

SITTI MUNAWARAH. 105960196915. Analisis Kelayakan Usahatani Sagu Di

Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu. Di bimbing oleh

IRWAN MADO dan ARDI RUMALLANG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kelayakan usahatani

tanaman sagu di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan metode sampling

jenuh atau sensus yaitu penentuan sampel dengan mengambil semua populasi

petani Sagu yang ada di Desa Sampeang Kecematan Bajo Barat Kabupaten Luwu

yang berjumlah 13 responden. Analisis data yang digunakan adalah data

kuantitatif dan data kualitatif dengan sumber data yang digunakan yaitu data

primer dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan

dan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa di Desa Sampeang Kecamatan Bajo

Barat Kabupaten Luwu jumlah rata-rata produksi yang didapatkan dari usahatani

sagu sebanyak 1.010 kg, dengan harga Rp. 3.500 / Kg maka jumlah Pendapatan

rata-rata yang diperoleh petani sagu sebanyak Rp. 2.920.474. Kelayakan usahatani

tanaman sagu sebesar 5,46 maka usahatani tanaman sagu layak di usahatanikan

karena niali R/C lebih dari satu.

Kata kunci: Analisis Kelayakan, Sagu.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ......................................................................... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .......... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitiaan ............................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6

2.1 Tanaman Sagu ............................................................................................. 6

2.2 Proses Pembuatan Tepung Sagu ................................................................ 10

2.3 Usahatani ................................................................................................... 13

2.4 Biaya Usahatani Tanaman Sagu ............................................................... 14

2.5 Penerimaan Dan Pendapatan ..................................................................... 15

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Sagu .......................................... 16

2.6 Kerangka Pikir ........................................................................................... 17

III METODE PENELITIAN ............................................................................... 19

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................... 19

3.2 Teknik Penentuan Sampel ......................................................................... 19

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

3.3 Jenis Dan Sumber Data .............................................................................. 20

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ........................................................................ 21

3.5 Tehnik Analisis Data ................................................................................. 22

3.6 Definisi Operasional .................................................................................. 23

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................... 25

4.1 Letak Geografis .......................................................................................... 25

4.2 Kondisi Demografis .................................................................................... 25

4.3 Sarana Dan Prasarana ................................................................................. 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAAN ................................................................... 31

5.1 Identifikasi Responden ............................................................................... 31

5.2 Penerimaan Usahatani Tanaman Sagu ........................................................ 35

5.3 Pendapatan Usahatani Tanaman Sagu ........................................................ 36

5.4 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Sagu ........................................... 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 44

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 41

6.2 Saran ........................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42

LAMPIRAN ........................................................................................................ 44

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tesk

1. Jumlah Produksi Petani Sagu Sulawesi Selatan ........................................ 3

2. Jumlah Penduduk Desa Sampeang......................................................... 26

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Desa Sampeang ......... 27

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa sampeang ...... 28

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan Desa Sampeang .... 29

6. Sarana Dan Prasaran Desa Sampeang ..................................................... 30

7. Umur Responden ..................................................................................... 32

8. Tingkat Pendidikan Responden............................................................... 33

9. Jumlah Tanggungan Responden ............................................................. 34

10. Pengalaman Berusahatani Responden..................................................... 35

11. Penerimaan Rata-Rata ............................................................................. 38

12. Biaya Dan Pendapatan Usahatani ........................................................... 37

13. Analisis Kelayakan.................................................................................. 39

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Tesk

1. Skema Kerangka Pikir Analisis Usahatani Tanaman Sagu Di Desa

Sampeang Kecematan Bajo Barat Kabupaten Luwu ........................... 21

2. Wawancara Dengan Responden Bahar ................................................ 58

3. Wawancara Dengan Responsen St. Halija........................................... 58

4. Proses Penebangan Pohon Sagu .......................................................... 59

5. Proses Pengambilan Isi Dalam Pohon Sagu ........................................ 59

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan di Indonesia memiliki beberapa komoditas penting, dan salah

satu nya adalah komoditas sagu. Dwi Asmono, Ketua Dewan Pakar

Masyarakat Sagu Indonesia, mengatakan pengembangan sagu yang

dijalankan secara optimal dapat menghasilkan produktivitas sekitar 6 ton

per hektare. Dengan jumlah ini, pemerintah mampu menyubtitusi 30 persen

impor gandum nasional yang setiap tahun mencapai 6,2 juta ton per tahun.

Selain itu, sagu dapat digunakan menjadi produk pangan pengganti beras. Saat

ini, luas lahan sagu di Indonesia mencapai 5,2 juta hektare. Namun

produksinya diperkirakan baru 100 ribu ton. Penyebaran lahan sagu, kata Dwi

Asmono, tidak hanya di wilayah Indonesia Timur tetapi berada di hampir

seluruh kawasan pantai di tanah air. Areal penanaman sagu berada di daerah

Papua, Maluku, Sulawesi utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jambi, Sumatera

Barat, dan Riau.

Areal sagu di Indonesia sekitar 1,128 juta ha atau 51,3 persen dari 2.201

juta ha luas areal sagu dunia mengahsilkan tepung sagu sebesar 4-5 juta ton

atau hanya sekitar 10 persen dari produksi potensial, disusul oleh Papua Nugini

43,3%. Namun segi pemanfaatannya Indonesia jauh tertinggal disbanding

dengan Malaysia dan Thailand yang masing – masing hanya memiliki areal

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

seluas 1,5% dan 0,2% dari luas areal sedunia (Abner dan Miftohurrahman,

2002 dalam Maddu 2007).

Sagu diyakini merupakan tanaman asli Indonesia dan pusat asal sagu

adalah sekitar Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Pohon sagu yang

menghasilkan sagu merupakan salah satu bahan pangan utama (staple food)

bagi sebagian masyarakat di Indonesia seperti Papua, Maluku, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Mentawai di Sumatera

Barat. (Otto,dkk, 2008).

Potensi tanaman sagu juga terdapat di Desa Pulau muda termasuk dalam

Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.Masyarakat

umumnya menanam tanaman tahunan ini di seberang desa atau di sangar dan

sedikit di sekitar pemukiman warga (Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama

yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru, 2011).

Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang sangat penting di

Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara, yang secara historis penduduknya

mengkonsumsi sagu sebagai bahan makanan pokok selain beras. Bagi

masyarakat sulawesi Tenggara khususnya suku Tolaki, sagu merupakan bahan

pangan local yang masih dikonsumsi masyarakat sampai sekarang, baik dalam

bentuk makanan utama berupa sinonggi maupun makanan snack berupa roti

bagea, sinole dan berbagai olahannya (Sinar Tani, 2012).

Luas areal sagu di Sulawesi selatan yaitu 4102 Hektar dengan produksi

sebesar 1065 ton. Terdapat cukup banyak sagu di beberapa kabupaten dan

daerah yang masih di tumbuhi pohon sagu :

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 1. Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Sagu di Sulawesi Selatan

Tahun 2016

No. Nama Kabupaten /

Kota

Luas Areal (ha) Produksi

(ton)

Petani

1 Kepulauan Selayar 7 1 23

2 Luwu 1.465 152 3.091

3 Luwu utara 1.590 277 2.644

4 Luwu Timur 102 166 183

5 Bone 274 408 1.436

6 Kota Palopo 667 61 755

Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2017

Tabel 1. menunjukkan bahwa di Sulawesi Selatan terdapat lima

kabupaten yang masih terdapat cukup banyak sagu. Luwu Utara merupakan

kabupaten dengan luas areal terbesar yaitu 1.590 hektar dengan jumlah

produksi 277 ton dan petani 2.644 orang. Selanjutnya luwu dengan jumlah luas

areal 1.462 hektar dengan jumlah produksi 152 ton dan jumlah petani 3.091

orang. Berikutnya yaitu Luwu Timur 102 hektar dengan jumlah produksi 166

ton dan 183 orang jumlah petani. Kota Palopo memiliki luas areal sagu seluas

667 hektar, produksi 61 ton dan jumlah petani 755 orang. Kabupaten Bone juga

di tumbuhi pohon sagu dengan luas areal 274 hektar, jumlah produksi 408 ton

dengan jumlah petani 1.436 orang sedangkan kepualauan Selayar merupakan

kabupaten yang paling sempit areal sagunya yang hanya seluas 7 hektar dengan

jumlah produksi 1 ton dan 23 orang petani. Kawasan Luwu Raya (Luwu,Luwu

Utara, dan Luwu Timur) merupakan kabupaten yang besar potensinya untuk

pengembangan sagu.

Dari dua puluh dua Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Luwu hampir

semua kecamatan dapat menghasilkan sagu, namun tentunya tidak semua

masyarakan bermata pencaharian sebagai petani, Dengan begitu tingkat

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

pendapatan yang diperoleh masyarakat di kabupaten luwu ini pun berbeda

antar keluarga satu dengan keluarga lainnya. Dengan adanya perbedaan tingkat

pendapatan ini maka menimbulkan pengaruh pada kesejahteraan kehidupan

masyarakat. Masyarakat dengan pendapatan lebih dari cukup, keluarganya

cenderung mampu untuk memenuhi kebutuhannya secara berlebih, namun

di lain pihak masyarakat dengan pendapatan cukup, hanya mampu memenuhi

kebutuhan dasar keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pendapatan usahatani tanaman sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat kabupaten Luwu?

2. Bagaimana kelayakan usahatani tanaman sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan uraian pada latar

belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini

yaitu:

1. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani tanaman sagu di Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

2. mengetahui analisis kelayakan usahatani tanaman sagu di Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya usahatani

sagu sebagai pangan pokok dalam memenuhi kebutuhan pangan.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti–peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan sagu dan

usahatani sagu

3. Sebagai pengembangan diri bagi peneliti dan menjadi salah satu syarat

dalam menyelesaikan studi untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

19

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sagu

Sagu (Metroxylon Sp) merupakan salah satu komoditi yang tinggi

kandungan karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat

disamping beras, jagung, atau singkong. Sagu dimanfaatkan sebagai bahan

pangan dan bahan baku industri. Tanaman sagu tumbuh secara alami

terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah.

Tanaman sagu memiliki kemampuan tumbuh di lahan marginal, sehingga

tanaman sagu menjadi salah satu sumber pati andalan pada masa mendatang

(Kindangen dan Malia 2006).

Sagu merupakan jenis palma penghasil karbohidrat tinggi yang berasal

dari batang. Potensi karbohidrat yang dapat diperoleh berupa pati kering dari

tanaman sagu yaitu sekitar 838 kg/pohon (Saitoh et al. 2004) dan Yamamoto

dalam Bintoro (2008) melaporkan adanya sagu unggul juga di Sentani yang

mengandung 947 kg pati kering/pohon.

Selain itu, sagu yang tergenang sampai dengan satu bulan memiliki

kondisi pati tetap baik.Namun sampai dengan saat ini, pemanfaatan tanaman

sagu belum memberikan dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal,

terutama di daerah Papua. Indonesia memiliki keragaman genetik tertinggi dan

sebaran terluas untuk tanaman sagu.

Sagu dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, yaitu pada lahan yang

belum berkembang berdrinase baik sampai buruk, yaitu sulfaquen

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

mengandung sulfidik, hidraquent (waterlogged), tropaquent (kawasan iklim

tropika), fulfaquent (tanah alluvial) dan psammaquent (tanah berpasir) (Pokja,

2005).

Panen dapat dilakukan umur 6-7 tahun, atau bila ujung batang mulai

membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna

putih terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohom 10 – 15 m, diameter 60 –

70 cm, tebal kulit luar 10 cm dan tebal batang yang mengandung sagu 50 – 60

cm. Ciri pohon sagu siap dipanen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan

yang terjadi pada daun, duri, pucuk, dan batang. Cara penentuan pohon sagu

yang siap panen di Maluku adalah sebagai berikut :

a. Tingkat Wela/putus duri, yaitu suatu fase dimana sebagian duri pada

pelepah daun telah lenyap, kematangan belum sempurna dan kandungan

acinya masih rendah, tetapi dalam keadaan terpaksa pohon ini dapat di

panen.

b. Tingkat Maputih, ditandai dengan menguningnya pelepah daun, duri yang

terdapat pada pelepah daun hamper seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian

pangkal pelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk

ukurannya semakin pendek dan kecil. Pada tingkat ini sagu jenis

Metroxylon rumphiiMartius sudah siap dipanen, karena kandungan acinya

sangat tinggi.

c. Tingkat Maputih masa / masa jantung, yaitu fase dimana semua pelepah

daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

telah padat mulai dari pangkal batang sampai ujung batang merupakan fase

yang tepat untuk panen sagu lhur (Metroxylon Sylvester Martius)

d. Tingkat siri buah, merupakan tingkat kematangan terakhir, dimana kuncup

bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan

buahnya mulai terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk

memanen sagu jenis Metroxylon longisipium Martius.

2.1.1 Morfologi Tanaman Sagu

1. Batang

Batang sagu merupakan bagian yang terpenting karena merupakan

gudang penyimpan tepung. Ukuran batang sagu berbeda-beda tergantung

dari jenis, umur, dan lingkungan atau habitat tumbuhnya. Pada umur

3-11 tahun tinggi batang bebas daun sekitar 3-16 m, bahkan dapat

mencapai 20 m. Sagu memiliki batang tertinggi pada umur panen, yaitu

14 tahun ke atas. Pada rumpun sagu rata-rata terdapat 1-8 batang, pada

setiap pangkal batang tumbuh 5-7 batang anakan. Pada kondisi liar,

rumpun sagu ini akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak, dalam

berbagai tingkat pertumbuhan anakan tersebut sedikit sekali yang tumbuh

menjadi pohon dewasa .

Batang sagu berbentuk silinder berdiameter sekitar 50 cm bahkan

dapat mencapai 80-90 cm. Umumnya, diameter batang bagian bawah agak

lebih besar daripada bagian atas. Batang bagian bawah umumnya juga

mengandung pati yang lebih tinggi dari pada bagian atas (Haryanto dan

Pangloli dalam Chafid dan Kusumawardhani, 2010). Batang sagu terdiri

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

dari lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa

empulur yang mengandung serat-serat dan tepung. Tebal kulit luar yang

keras sekitar 3-5 cm. Pohon sagu yang masih muda, kulitnya lebih tipis

dibandingkan dengan sagu dewasa.

2. Daun

Daun juga merupakan bagian sagu yang punya peranan penting,

karena merupakan dapur pembentukan tepung dalam proses fotosintesis.

Daun sagu berbentuk memanjang, agak lebar, berinduk tulang daun di

tengah yang menyerupai daun kelapa. Sagu yang tumbuh pada tanah liat

dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai

daun yang panjangnya sekitar 5-7 m. Dalam setiap tangkai terdapat

sekitar 50 pasang daun yang panjangnya bervariasi antara 60-180 cm dan

lebarnya sekitar 5 cm (Krey dalam Chafid dan Kusumawardhani, 2010).

Daun sagu muda umumnya berwarna hijau muda yang berangsur-angsur

berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi cokelat

kemerah-merahan apabila sudah tua atau matang.

3. Buah dan bunga

Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau

puncak batang sagu, berwarna merah kecoklatan seperti warna karat.

Sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10-15 tahun tergantung

pada kondisi tanah, tinggi tempat, dan varietas. Bunga sagu bercabang

banyak seperti tanduk rusa yang terdiri dari cabang-cabang primer,

sekunder, dan tersier. Pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

dan bunga betina. Munculnya bunga menandakan bahwa sagu telah

mendekati akhir daur pertumbuhan.

Buah sagu berbentuk bulat menyerupai buah salak dan mengandung

biji fertile. Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase pembentukan

buah diduga berlangsung sekitar dua tahun. Pohon sagu mengandung

tepung maksimum pada fase antara waktu setelah berbunga dan sebelum

buah berbentuk sempurna (Haryanto dan Pangloli dalam Chafid dan

Kusumawardhani, 2010).

2.2 Proses Pembuatan Tepung Sagu

Pada dasarnya, tepung sagu dibuat dari empulur batang sagu. Tahapan

proses pembuatan tepung sagu secara umum meliputi: penebangan pohon,

pemotongan dan pembelahan, penokokan atau pemarutan, pemerasan,

penyaringan, pengendapan dan pengemasan (Johan. 2011)

Ditinjau dari cara dan alat yang digunakan, pembuatan tepung sagu yang

dilakukan di daerah-daerah penghasil sagu di Indonesia saat ini dapat

dikelompokkan atas cara tradisional, semi-mekanis dan mekanis (Kindangen

dan Malia 2006).

a. Pembuatan Tepung Sagu secara Tradisional

Pada umumnya cara ini banyak dijumpai di Maluku, Papua, Sulawesi dan

Kalimantan. Pengambilan tepung sagu secara tradisional umumnya diusahakan

oleh penduduk setempat, dan digunakan sebagai bahan makanan pokok

sehari- hari (Kindangen dan Malia 2003).

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Penebangan pohon sagu dilakukan secara gotong-royong dengan

menggunakan peralatan sederhana, seperti parang atau kampak. Selanjutnya,

batang sagu dibersihkan dan dipotong-potong sepanjang 1- 2 meter; kemudian

potongan-potongan ini dibelah dua. Empulur batang yang mengandung tepung

dihancurkan dengan alat yang disebut nanni; dan pekerjaan menghancurkan

empulur sagu ini disebut menokok. Penokokan empulur dikerjakan sedemikian

rupa sehingga empulur cukup hancur dan pati mudah dipisahkan dari serat-

serat empulur. Empulur yang telah ditokok akan berwarna kecoklatan bila

disimpan di udara terbuka dalam waktu lebih dari sehari. Oleh karena itu,

empulur yang ditokok dalam satu hari harus diatur sedemikian rupa agar

pemisahan tepung dapat diselesaikan pada hari yang sama. Penokokan dapat

dilanjutkan pada hari berikutnya sampai seluruh batang habis ditokok. Dengan

cara tradisional ini, penokokan satu pohon sagu dapat diselesaikan dalam

waktu 1 – 3 minggu (Johan 2011)

Empulur hasil tokokan kemudian dipisahkan untuk dilarutkan dan

disaring tepungnya di tempat tersendiri. Pelarutan tepung sagu dilakukan

dengan cara peremasan dengan tangan, dan dibantu dengan penyiraman

air. Di beberapa daerah, air yang digunakan berasal dari rawa-rawa yang ada

di lokasi tersebut. Di Maluku, tempat pelarutan tepung sagu disebut sahani,

yang terbuat dari pelepah sagu dan pada ujungnya diberi sabut kelapa

sebagai penyaring (Shinta 2005).

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tepung sagu yang terlarut kemudian dialirkan dengan menggunakan

kulit batang sagu yang telah diambil empulurnya. Tepung sagu ini kemudian

diendapkan, dan dipisahkan dari airnya.

Tepung yang diperoleh dari cara tradisional ini masih basah, dan

biasanya dikemas dalam anyaman daun sagu yang disebut tumang; di Luwu

Sulawesi Selatan disebut balabba dan di Kendari disebut basung. Sagu yang

sudah dikemas ini kemudian disimpan dalam jangka waktu tertentu sebagai

persediaan pangan rumah tangga; dan sebagian lainnya dijual (Suratyah 2008).

Karena sagu yang sudah dikemas ini masih basah, maka

penyimpanan hanya dapat dilakukan selama beberapa hari. Biasanya,

cendawan atau mikroba lainnya akan tumbuh, dan mengakibatkan tepung sagu

berbau asam setelah beberapa hari penyimpanan.

b. Pembuatan Tepung Sagu secara Semi-mekanis

Pembuatan tepung sagu secara semi-mekanis pada prinsipnya sama

dengan cara tradisional. Perbedaannya hanyalah pada penggunaan alat atau

mesin pada sebagian proses pembuatan sagu dengan cara semi-mekanis ini.

Misalnya, pada proses penghancuran empulur digunakan mesin pemarut;

pada proses

Pelarutan tepung sagu digunakan alat berupa bak atau tangki yang

dilengkapi dengan pengaduk mekanik; dan pada proses pemisahan tepung sagu

digunakan saringan yang digerakkan dengan motor diesel (Samad 2003).

Cara semi-mekanis ini banyak digunakan oleh penghasil sagu di daerah

Luwu Sulawesi Selatan, dan daerah Riau, khususnya di daerah Selat Panjang.

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Secara umum, cara semi-mekanis ini diawali dengan memotong-motong pohon

sagu yang telah ditebang, dengan ukuran 0,5-1 meter. Potongan-potongan

ini kemudian dikupas kulitnya, dibelah-belah, dan diparut. Selanjutnya, hasil

parutan ditampung dalam bak kayu yang dilengkapi dengan pengaduk

yang berputar secara mekanis. Pengadukan biasanya dilakukan dalam dua

tahap, dengan tujuan agar seluruh tepung terlepas dari serat-seratnya.

Selanjutnya campuran yang terdiri dari serat-serat, tepung dan air dialirkan ke

saringan silinder berputar yang terdiri dari beberapa tingkat. Hasil penyaringan

berupa bubur ditampung dalam bak-bak kayu untuk proses pengendapan

tepung. Endapan tepung ini kemudian dicuci kembali dalam bak atau tangki

yang dilengkapi pengaduk, dan diendapkan lebih lanjut. Tepung sagu basah

yang diperoleh kemudian dijemur dan digiling dengan alat penggiling

(grinder). Selanjutnya, tepung yang sudah digiling dimasukkan ke dalam

karung-karung goni, dan siap untuk dipasarkan (Pramuda, et.al., 2006).

2.3 Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa

lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat

yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani

merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut

memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Ilmu

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien

untuk tujuan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi,

1995).

2.4 Biaya Usahatani Tanaman Sagu

Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang dilakukan oleh

suatu perusahaan atau peorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat

lebih dari aktivitas yang dilakukan tersebut (Raharjaputra, 2009).

biaya dalam arti pengorbanana/pengeluaran yang dilakukan oleh suatu

perusahaan atau individu yang berhubungan langsung dengan output/produk

yang dihasilkan oleh perusahaan/perorangan tersebut

2.4.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak

dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan

tingkatan tertentu. Biaya tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional

dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat

kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per unit. Semakin rendah tingkat

kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per unit.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

2.4.2 Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin

tinggi volume kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi

pula total biaya variabel. Semakin rendah volume kegiatan, maka secara

proporsional semakin rendah pula total biaya variabel.

2.5 Penerimaan Dan Pendapatan

2.4.1 Penerimaan

Penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang

diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan

(Total Revenue) di defenisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang

tertentu yang diperoleh dari sejumlah satuan barang yang terjual dikalikan

harga penjualan setiap satuan barang. Penerimaan di bidang pertanian adalah

produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan

biaya pengeluaran selama kegiatan usaha tersebut (Daniel dalam Alhidayat,

2002).

2.4.2 Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan berupa uang, baik dari pihak lain

maupun dari hasil sendiri yang dinilai atas sejumlah uang atas dasar harga

yang berlaku saat ini. Menurut Siagian (2002), pendapatan (Revenue)

merupakan imbalan dan pelayanan yang diberikan. Sedangkan menurut

Soekartawi (2005), keuntungan (K) adalah selisih antara penerimaan total

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

(PrT) dan biayabiaya (B). Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur

berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama

pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak.

Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat

cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Menurut Nicholson (2002), pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan

total dan pendapatan tunai. Pendapatan total merupakan selisih antara

penerimaan total (total revenue) dengan biaya total (total cost). Pendapatan

tunai dihitung dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai.

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Sagu

Analisis kelayakan usaha agribinis adalah upaya untuk mengetahui

tingkat kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha,

dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan

demikian suatu usaha dikatakan layak kalau keuntungan yang diperoleh dapat

menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun

yang tidak langsung.

Analisis kelayakan usaha penting dilakukan oleh seorang produsen guna

menghindari kerugian dan untuk pengembangan serta kelangsungan usaha.

Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan menggunakan

beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti menggunakan Titik

Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C

ratio), Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback Period, Retur of Investment, dll.

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Pada usaha skala kecil (mikro) disarankan paling tidak menggunakan BEP dan

/C ratio atau B/C ratio sebagai alat analisis kelayakan agribisnis.

2.6 Kerangka pikir

Sagu merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia khususnya di

bagian timur Indonesia.Sagu memiliki tiga konsep ketahanan pangan yaitu

ketersediaan, akses dan konsumsi. Ketersediaan pangan meliputi jumlah, jenis

dan kualitas pangan.Ketersediaan pangan meliputi jumlah, jenis dan kualitas

pangan. ketiga komponen ini dapat menunjukkan bahwa dengan banyaknya

pangan yang tersedia, jenis yang ada dan kualitasnya untuk dikonsumsi maka

ketersediaan pangan dalam suatu rumah tangga dapat terpenuhi. Akses

merupakan kemampuan semua rumah tangga dengan sumberdaya yang

dimilikinya untuk memperoleh pangan.

Berdasarkan latar belakang landasan teori maka di susun kerangka pikir

Analisis Kelayakan usahatani tanaman sagu di Desa Sampeang Kecematan

Bajo Barat Kabupaten Luwu dapat dilihat pada gambar 1.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Gambar 1. Skema kerangka pikir analisis kelayakan usahatani tanaman sagu di

Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu

Usahatani sagu

Biaya

Biaya tetap

Biya tidak tetap

Penerimaan

Produksi

harga

Pendapatan

Analisis kelayakan

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

32

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu. Lokasi ini dipilih secara dengan pertimbangan bahwa daerah

tersebut merupakan daerah yang cukup banyak produksi sagunya, masyarakat

di daerah tersebut banyak mengkonsumsi sagu, dan masih terdapat petani sagu.

Dengan demikian di harapkan dapat menjelaskan keadaan berdasarkan fakta-

fakta yang ada dan mencoba menganalisis fakta – fakta tersebut berdasarkan

data yang di peroleh di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli-

Agustus 2019.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani responden yang petani

sagu di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu. Metode

yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah sampling jenuh atau

sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono

(2008:122), adalah:

“Sampling jenuh atau sensus adalah tehnik penentuan sampel bila semua

anggota atau populasi digunakan sebagai sampel”.

Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas)

sehingga jumlah populasi yang diambil adalah semua petani Sagu yang

berjumlah 13 responden yang ada di Desa Sampeang Kecematan Bajo Barat

Kabupaten Luwu.

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu

data kualitatif dan data kuantitatif :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan suatu data yang bukan berbentuk sebuah angka,

di mana data tersebut merupakan hasil dari wawancara kepada pihak

pelanggan yang berhubungan dengan permasalahan yang hendak dibahas

di dalam penelitian.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan suatu data yang berbentuk angka ataupun data

kualitatif yang telah diangkakan. Data ini diperoleh dari perhitungan

kuesioner yang akan dilakukan yang berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti.

Adapun sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri dari pengamatan yang

telah dilakukan secara langsung di lokasi penelitian Desa Balo-Balo

Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu serta dari hasil wawancara

terhadap responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dari

berbagai sumber atau pihak instansi tertentu. Data yang diperoleh dari

lembaga-lembaga yang erat hubungannya dengan penelitian lain, dengan

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

cara pengutipan data yang selanjutnya digunakan sebagai alat analisis

dalam pemecahan permasalahan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 macam teknik

pengumpulan data, lebih jelasnya dapat dilihat pada diuraikan berikut:

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi atau pengamatan langsung merupakan salah satu teknik

pengumpulan data dimana peneliti terjun langsung ke lapangan sebagai

partisipan atau nonpartisipan. Dengan teknik observasi, peneliti

dapat memperoleh gambaran langsung dan mengetahui keadaan yang

sesungguhnya yang terjadi di lapangan.

2. Wawancara Mendalam (Independent Interview )

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang

mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (informan) atau yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Informan adalah orang yang

memberikan informasi dengan pengertian ini maka informan dapat

dikatakan sama dengan responden apabila pemberian keterangannya

karena dipancing oleh pihak peneliti. Istilah-istilah informan ini banyak

digunakan dalam penelitian kualitatif.

3. Studi Pustaka dan Dokumentasi.

Studi pustaka dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data

dengan menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia pada lembaga

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

tertentu baik berupa literatur, maupun Laporan Kegiatan Ilmiah dan lain

sebagainya.

3.4 Teknik Analisis Data

Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis pendapatan usahatani

dengan menggunakan rumus (Hernanto, 1998) sebagai berikut:

Pd= TR-TC

Pd = (py.Y) - (TFC+TVC)

Dimana:

Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp/Th)

TC = Total Pengeluaran Usahatani (Rp/Th)

Y = Produksi (Kg/Th)

Py = Harga Jual Rp/Kg

TFC = Total Fix Cost (Rp/Th)

TVC = Total Variabel Cost (Rp/Th)

Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman sagu dalam dapat

diukur dengan menggunakan R/C. Rasio (R/C) Analisis Revenue Cost Rasio

atau yang dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya

produksi (Suratiyah,2011), secara matematis hal ini dapat dituliskan sebagai

berikut :

a = R/c

R= Py.Y

C= FC + VC

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

a = {( P.y.Y) / (FC + VC)}

Dimana

R = Penerimaan

C = Biaya

Py = Harga Output

Y = Output

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)

VC = Biaya Variabel (Variabel Cost)

Indikator adalah sebagai berikut:

Formulasi R/C

a= P.y.Y

FC+VC

Bila R/C <1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

Bila R/C >1 maka usaha tersebut layak untuk layak untuk diusahaka.

3.5 Defenisi Operasional

1. Sagu adalah salah sati bahan pangan di Indonesia, khususnya bagian

Sulawesi-Selatan yang yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi juga

beberapa zat gizi lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat

khususnya di Luwu.

2. Penerimaan usahatani adalah hasil yang diperoleh petani dari penjualan

hasil produksi dikalikan dengan harga jual, diukur dalam satuan rupiah per

tahun (Rp/th).

3. Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah

dikurangi biaya produksi.

4. Analisis kelayakan merupakan salah satu cara untuk menetapkan suatu

usahatani layak atau tidak.

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak georafis

Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat adalah salah satu Desa yang

maliliki luas Wilayah 7,77 km2.

Yang memiliki batas-batas Wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Marinding

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kadong-Kadong

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sorando

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tumbu Barat

4.2 Kondisi Demografis

Berikut ini merupakan data-data penduduk yang ada di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu berdasarkan jumlah penduduk,

pendidikan, dan mata pencaharian masyarakat.

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data profil Jumlah penduduk Desa Sampeang Kecamatan

Bajo Barat Kabupaten Luwu yaitu berjumlah 1547 jiwa terdiri dari 750 Jiwa

Laki-Laki dan Perempuan 797 jiwa. Untuk mengetahui jumlah Penduduk Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 2. Jumlah Penduduk Di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu Tahun 2018

No Jenis Kealmin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 750 48.48

2 Perempuan 797 51.52

Jumlah 1.547 100.00

Sumber :Data Profil Desa Sampeang tahun 2018

Tabel 2. Menunjukkan bahwa Desa Sampeang berpenduduk sebanyak

1547 jiwa yang terdiri dari laki laki 750 jiwa dengan persentase 48.48 % dan

perempuan 797 jiwa dengan persentase sebesar 51.52 %. Hal ini menjelaskan

bahwa di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu jumlah

penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jenis

kelamin laki – laki.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia sering kali dijadikan patokan untuk menggambarkan produktifitas

dan berdasarkan hasil sensus penduduk sebanyak 1547 jiwa, yang terbesar

dalam beberapa kelompok usia penyebaran penduduk di Desa Sampeang dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia Desa Sampeang

Kecematan Bajo Barat kabupaten Luwu

No umur (Thn) Jumlah (Org) Persentase (%)

1 0-6 195 12.61

2 7-12 205 13.25

3 13-18 221 14.29

4 19-25 243 15.71

5 26-40 312 20.17

6 41-55 167 10.80

7 56-65 104 6.72

8 65-75 61 3.94

9 >75 39 2.52

Jumlah 1.547 100.00

Sumber: Data Profil Desa Sampeang 2018

Tabel 3. Menunjukkan bahwa usia penduduk Desa Sampeang dengan

usia yang paling banyak yaitu 26-40 sejumlah 312 orang dengan persentase

20.17 % sedangkan usia terendah yaitu usia >75 dengan Jumlah 39 orang

dalam persentase sebesar 2.52 %.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Secara umum Desa Sampeang pada umumnya bermata pencaharian

sebagai petani, namun demikian ada pula penduduk yang bekerja disektor lain.

Untuk lebih jelas kondisi mata pencaharian penduduk di Desa Sampeang

dilihat pada tabel berikut :

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (org) Persentase (%)

1 Petani 434 83.30

2 Buruh tani 24 4.61

3 PNS 14 2.69

4 Pensiunan 17 3.26

5 Wiraswasta 21 4.30

6 Pertukangan 11 2.11

Jumlah 521 100.00

Sumber: Data profil Desa Sampeang

Tabel 4. Menujukkan bahwa mata pencaharian utama adalah petani

dengan jumlah 434 jiwa dengan persentase 83.30 % jumlah tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sampeang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sedangkan mata pencaharian

yang paling rendah adalah petukangan dengan jumlah sebanyak 11 orang

dengan persentase sebesar 2.11 %.

4.2.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pembangunan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan mutu dan

perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari taman

kanak – kanak sampai kepada perguruan tinggi. Upaya peningkatan pendidikan

yang ingin dicapai tersebut agar menghasilkan manusia seutuhnya, sedangkan

perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah setiap

tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk.

Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu dapat dilihat sebagai berikut :

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)

1 SD 389 40.73

2 SMP 307 32.15

3 SMA 215 22.51

4 D3 18 1.88

5 Sarjana 26 2.72

Jumlah 955 100.00

Sumber: Data Profil Desa Sampeang 2018

Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa

Sampeang yang tertinggi adalah tingkat tamat SD dengan 389 orang dengan

persentase sebanyak 40.73 % sedangkan tingkat pendidikan terendah yaitu D3

dengan jumlah 18 orang dengan persentase 1.88 %.

4.3 Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat karena sangat berhubungan dengan berbagai segi

kehidupan jasmani dan rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut

tentunya akan memperlancar kegiatan masyarakat, sarana dan prasarana yang

ada dilokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu

No Jenis Sarana Dan Prasaran Jumlah Unit

1 Pustu 1

2 Posyandu 2

3 Gedung Tk 1

4 Gedung SD 1

5 Gedung SMP 1

6 Majid 2

7 Musholla 3

Sumber: Data Profil Desa Sampeang 2018

Tabel 6. menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu yang terbanyak yaitu

Musholla dengan jumlah 3 unit sedangkan jumlah paling sedikit adalah pustu,

Gedung TK, Gedung SD dan Gedung SMP yang berjumlah 1 unit.

Ini menunjukan bahwa jumlah sarana dan prasarana di Desa Sampeang

sudah cukup memadai, hal ini ditandai dengan dilengapinya sarana kesehatan,

pendidikan dan sarana ibadah.

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

V. HASIL DAN PEMBAHASAAN

5.1 Identifikasi Responden

Identifikasi responden merupakan latar belakang keadaan dari responden

sebagai tanggapan dan langkah selanjutnya dalam penelitian. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan terhadap 13 responden di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

5.1.1 Umur Responden

Umur seorang petani m empengaruhi kemampuan fisiknya dalam

bekerja, berpikir, dan dalam menerima inovasi baru. Pada umumnya, petani

yang berusia muda mempunyai kemampuan fisik lebih kuat dan responsive

terhadap penerapan inovasi baru dibandingkan petani yang berumur tua.

Seseorang yang lebih muda lebih cepat menerima hal – hal baru, berani

mengambil resiko yang dinamis, sedangkan seseorang yang relative tua

mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan memiliki banyak

pengalaman dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat berhati–hati dalam

bertindak dengan hal-hal yang bersifat rasional. Adapun tingkat usia petani

sagu dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 7. Umur Petani Sagu di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu 2019

No Usia ( Thn) Jumlah Orang Persentase (%)

1 27-39 4 30.77

2 40-52 7 53.85

3 53-65 2 15.38

Jumlah 13 100.00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan

usahatani untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih

menguntungkan.Jenis pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal

yang diikuti oleh petani. Namun, tidak menutupi kemungkinan pendidikan

nonformal seperti pelatihan, penyuluhan, magang, dan sebagainya turut

berpengaruh terhadap kemampuan petani responden. Pendidikan dapat

mempenagruhi kemampuan pola pikir petani dalam mengembangkan

usahataninya, terutama dalam menyerap dan mengadopsi teknologi usahatani

baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal. Semakin tinggi

tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani, semakin tinggi

pula tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi (Mosher dalam Wahyudi,

2016).

Tingkat pendidikan petani daerah Penelitian merupakan penunjang dalam

pengembangan agribisnis usahatani sagu oleh karena itu klarifikasi tingkat

petani responden, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 8. Tingkat pendidikan petani responden di Desa Sampeang Kecamatan

Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)

1 TS 2 15.38

2 SD 4 30.77

3 SMP 3 23.08

4 SMA 4 30.77

Total 13 100.00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden, SD

sebanyak 4 orang dengan persentase 30.77%, SMP sebanyak 3 orang dengan

persentase 23.08 %, SMA sebanyak 4 orang dengan persentase 30.77 % dan

tingkat pendidikan yang jumlahnya rendah yaitu yang tidak sekolah (TS)

dengan jumlah 2 dengan persentase 15.38 %. Tingkat pendidikan yang lebih

tinggi merupakan indicator bagi kemajuan dalam berbagai bidang usaha

khususnya dalam bidang pertanian.

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga menjadi gambaran potensi tenaga kerja

yang dimiliki keluarga petani itu, jumlah tanggungan keluarga juga akan

mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran keluarga petani. Semakin banyak

jumlah tanggungan akan menjadi beban bagi petani bila di tinjau dari segi

konsumsi. Namun, jumlah keluarga juga merupakan aset yang penting dalam

membantu kegiatan petani karena akan menambah pencurahan tenaga kerja

keluarga, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani akan

lebih kecil (Sihol Situngkir dkk, 2007 dalam Nanda, 2012). Adapun jumlah

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

tanggungan keluarga petani responden di Desa Sampeang Kecamatan Bajo

Barat Kabupaten Luwu secara rinci disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 9. Jumlah Tangungan Keluarga Responden Petani di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Jumlah

Tanggungan(Org) Jumlah (Org) Persentase (%)

1 1-2 2 15.38

2 3-4 7 53.85

3 5-6 4 30.77

Jumlah 13 100.00

Data Primer Setelah Diolah, 2019

Dari tabel 9 menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden

yang terbanyak adalah tinggkat tanggungan 3-4 sebanyak 7 orang dengan

persentase 53.38 %, kemudian jumlah tanggungan 5-6 sebanyak 4 orang

dengan persentase 31 %, dan jumlah tanggungan yang jumlah paling rendah

yaitu 1-2 sebanyak 2 orang dengan persentase 15.38 %.

5.1.4 Pengalaman Berusahatani

Selain Pendidikan, pengalaman berusahatani juga mempengaruhi

keberhasilan dalam pengolahan usaha sagu. Semakin lama orang mengelolah

berusahatani, maka semakin bertambah banyak pengalaman yang diperoleh.

Petani yang telah lama berusahatani sagu memiliki pengalaman yang lebih

banyak dibanding dengan petani yang belum lama berusahatani sagu,

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 10. Pengalaman Berusahatani Sagu di Desa Sampeang Kecamatan Bajo

Barat Kabupaten Luwu.

No Pengalaman

Berusahatani Jumlah (Org) Persentase (%)

1 5-11 5 38.46

2 12-18 1 7.69

3 19-25 3 23.08

4 26-32 1 7.69

5 33-39 3 23.08

Jumlah 13 100.00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 10. menunjukkan bahwa jumlah petani responden yang terbesar

adalah petani yang mempunyai pengalaman berusahatani sagu selama 5-11

tahun dengan jumlah 5 orang persentase sebesar 38.46 % dan pengalaman

usatani sagu terkecil yaitu 12-18 dan 26-32 dengan jumlah masing-masing 1

orang dengan persentase 7.69 %.

5.2 Penerimaan Usahatani Tanaman Sagu

Penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang

diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan

(Total Revenue) di defenisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang

tertentu yang diperoleh dari sejumlah satuan barang yang terjual dikalikan

harga penjualan setiap satuan barang. Penerimaan di bidang pertanian adalah

produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan

biaya pengeluaran selama kegiatan usaha tersebut (Daniel dalam Alhidayat,

2002).

Hasil analisis penerimaan petani sagu di Desa Sampeang Kecamatan

Bajo Barat Kabupaten Luwu dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 13. Penerimaan Rata-rata Petani Sagu di Desa Sampeang Kecamatan

Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Uraian Jumlah Total

1 Penerimaan(TR) = Y.py

-Produksi

- Pati sagu

- Harga (kg)

- Pati sagu

1.010 Kg

Rp. 3.500

2 Total Penerimaan (TR) Rp. 3.534.731

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 13. Menunjukkan bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh dari

usahatani sagu dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi yang dihasilkan

oleh petani dan harga jual yang sesuai, maka semakin besar pula penerimaan

yang akan diperoleh petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu bahwa produksi sagu

ditahun 2018 menunjukkan bahwa rata-rata hasil produksi yang diperoleh

petani sagu sebesar 1.010 kg dengan rata-rata harga Rp. 3.500 / Kg, dengan

total penerimaan sebesar Rp. 3.534.731

5.3 Pendapatan Usahatani Tanaman Sagu

Pendapatan adalah seluruh penerimaan berupa uang, baik dari pihak lain

maupun dari hasil sendiri yang dinilai atas sejumlah uang atas dasar harga yang

berlaku saat ini. Menurut Siagian (2002), pendapatan (Revenue) merupakan

imbalan dan pelayanan yang diberikan. Hasil analisis pendapatan usaha sagu di

Desa sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu sebagai berikut:

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 14. Biaya dan Pendapatan Usahatani Sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Uraian Jumlah Rata-Rata

1 Penerimaan (TR)= py.Y

A. Produksi (Y)

Pati sagu (Jumlah)

B. Harga Produksi (py)

Pati sagu (Jumlah)

Total Penerimaan

1.010

Rp. 3.500

3.534.731

2 Biaya produksi

A. Biaya Variabel (TVC)

Biaya bensin

Biaya tenaga kerja

Total biaya variabel

B. Biaya tetap (TFC)

Parang

Kampak

Linggis

Sensor

Total biaya Tetap

21.538

438.846

460.384

9.564

21.423

12.673

110.308

Rp. 153.968

3 Total biaya (TC)

A. Biaya Variabel

B. Biaya Tetap

Total biaya produksi

Rp. 460.385

Rp. 153.968

Rp. 614.353

4 Pendapatan = TR-TC Rp. 2.920.474

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 14. Menunjukkan bahwa total penerimaan rata – rata adalah Rp.

3.543,731 dalam satu tahun terakhir dengan jumlah produksi 1.010 kg harga

satuan Rp. 3.500 / kg. Biaya tetap dengan total Rp. 153.968 dan total biaya

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

variabel sebanyak Rp. 460.385 dan hasil semua biaya yaitu biaya tetap dan

biaya variable sebesar Rp. 614.353 dengan jumlah pendapatan usahatani sagu

desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu Rp. 2.920.474 dalam

satu tahun terakhir yaitu pada tahun 2018.

5.4 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Sagu

Analisis kelayakan usaha agribinis adalah upaya untuk mengetahui

tingkat kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha,

dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan

demikian suatu usaha dikatakan layak kalau keuntungan yang diperoleh dapat

menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun

yang tidak langsung.

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Tabel 15. Analisis Kelayakan Usahatani sagu di Desa Sampeang Kecamatan

Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Uraian Jumlah Rata-Rata

1 Penerimaan (TR)= py.Y

A. Produksi (Y)

Pati sagu (Jumlah)

B. Harga Produksi (py)

Pati sagu (Jumlah)

Total Penerimaan

1.010 (kg)

Rp. 3.500

3.534.731

2 Total Biaya FC + VC

A. Biaya Tetap

B. Biaya Variabel

Total Biaya

Rp. 153.968

Rp. 460. 385

Rp. 614.353

3 Analisis Kelayakan a= R/C

Total Penerimaan

Total Biaya

Total Analisis Kelayakan

Rp. 3.354.731

Rp. 614.353

Rp. 5,46

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 15. Menunjukkan bahwa total penerimaan rata – rata adalah Rp.

3.543,731 dalam satu tahun terakhir dengan jumlah produksi 1.010 kg harga

satuan Rp. 3.500 / kg. Biaya tetap dengan total Rp. 153.968 dan total biaya

variabel sebanyak Rp. 460.385 dan hasil semua biaya yaitu biaya tetap dan

biaya variable sebesar Rp. 614.353 dengan jumlah pendapatan usahatani sagu

desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu Rp. 2.920.474 dalam

satu tahun terakhir yaitu pada tahun 2018.

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Sedangkan R/C pada usahatani tanaman sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu dengan total penerimaan rata- rata

Rp. 3.534,731 dan total biaya sebesar Rp. 614.353 maka total analisis

kelayakan atau R/C pada uasahatani tanaman sagu yaitu, 5.46 yang berarti

usahatani sagu di Dasa Sampeang layak untuk di usahatanikan kerana nilai R/C

lebih dari 1 (satu).

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasakan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

jumlah rata-rata produksi yang didapatkan dari usahatani ssagu di Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu sebanyak

1.010,dengan harga Rp. 3.500 / Kg maka jumlah Pendapatan rata-rata yang

diperoleh petani sagu sebanyak Rp. 2.920.474.

2. Adapun indeks R/C pada usahatani tanaman sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu dengan total penerimaan rata-

rata Rp. 3.534.731 dan total biaya sebesar Rp. 614.353 maka total analisis

kelayakan atau R/C pada uasahatani tanaman sagu yaitu, 5.46 yang berarti

usahatani sagu di Dasa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu

layak untuk di usahatanikan kerana nilai R/C lebih dari 1 (satu).

6.2 Saran

Adapun saran – saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil

penelitian diatas,yaitu :

1. Kepada Petani diharapkan adanya budidaya sagu agar usaha saguterus

berlanjut dan ampas dari sagu dijual untuk pakan ikan sehingga

menambah pendapatan dari usaha sagu.

2. Diharapkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerintah setempat untuk

membantu petani sagu dalam meningkatkan pendapatannya.

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Dalam

Angka, tahun 2015

Chafid, A. dan Kusumawardhani, G. 2010. Modifikasi Tepung Sagu

s Menjadi Maltodekstrin Menggunakan Enzim Α-Amylase. (online).

(eprints.undip.ac.id (pdf)). Diakses pada 23 November 2017.

Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas

Diponegoro Semarang.

Daniel, Muchtar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara :

Jakarta.

Hernanto. 1998. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Johan, Suito. 2011. Studi kelayakan pengembangan usaha Sagu. Graha

Ilmu.Yogyakarta

Kindangen, J. G. dan I. E. Malia. 2006. Pengembangan Potensi

dan Pemberdayaan Petani Sagu di Sulawasi Utara. Dalam Prosiding

Seminar Sagu Nasional Sagu untuk Ketahanan Pangan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Maddu, Arifin. 2007. Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Sagu di

Kabupaten Luwu Utara.Tesis.Program Pasca Sarjana Universitas

hasanuddin, Makassar.

Otto, dkk.2008. Pengembangan Komoditi Sagu sebagai Pangan Alternatif di

Sulawesi Selatan.Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan.

Pokja, 2005. Penyusun Materi Penyuluhan Pertanian. Budidaya Sagu. Jakarta

Pranamuda, M. Y. Tokiwa dan H. Tanaka. 2006. Pemanfaatan Pati Sagu

Sebagai Bahan Baku Biodegradable Plastik. Jakarta : Cipta Karya.

Raharjaputra, H.S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta.

Salemba Empat.

Samad, M. Y. 2007. Pembuatan Beras Tiruan (Artificial Rice) dengan

Bahan Baku Sagu. Jakarta : Budi Karya.

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Sinar Tani. 2012. Sinonggi, Pangan Lokal Berbasis Sagu.

http://sinartani.com. Diakses pada 21 April 2019.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan pengendalian biaya,serta

pengambilan keputusan. Yogyakarta. BPFE.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta, UI Press.

Umar, Husein 2009. Studi Kelayakan Usaha. Edisi 3 Revisi. Gramedia

Pustaka Utama. Jakata

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

1. Identitas Responden

a. Nama :……………………………..

b. Umur :……………………………..

c. Jenis Kelamin : Laki-laki Wanita

d. Pendidikan :……………………………..

e. Agama :……………………………..

f. Warga/suku :……………………………..

g. Jumlah Tanggungan :………………………Orang

h. Pekerjaan Utama :……………………………..

i. Pekerjaan Sampingan :……………………………..

j. Pengalaman Berusahatani :………………………Tahun

2. Berapa hasil produksi yang didapatkan dalam satu pohon?

............................................................................................................................

3. Seberapa sering anggota keluarga Bapak/Ibu mengkonsumsi makanan yang

terbuat dari sagu?

No. Per hari Per minggu Per bulan Per tahun

1

4. Menurut anda mengapa tingkat konsumsi sagu di Luwu Utara ini cenderung

menurun dibandingkan sumber karbohidrat lainnya padahal leluhur kita sudah

terbiasa dengan makan sagu dan daerah ini penghasil sagu?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

5. Menurut anda mana lebih bergizi beras atau sagu?

………………………………………………………………………………….

6. Menurut anda mana lebih menguntungkan secara ekonomi, beras atau sagu?

.............................................................................................................................

7. Apakah bagian dari tanaman sagu masih digunakan oleh masyarakat di daerah

anda? Jelaskan!

………………………………………………………………………………….

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

8. Apakah terdapat kegiatan adat ataupun kegiatan lainnya di daerah anda yang

menggunakan sagu sebagai makanan yang harus disajikan? Jelaskan!

………………………………………………………………………………….

- Luas Lahan =

- Status Lahan = Milik/Sakap/Garap

No. Uraian Satuan Jumlah

Fisik

Harga/Satuan

(Rp)

Total

Nilai

(Rp)

1. Produksi

Batang Sagu

Daun Sagu

Kulit Batang

Pati Sagu

2. Biaya Bensin

Transportasi

Tenaga Kerja

…………

………… …………

…………

…………

…………

…………

……………...

……………... ……………...

……………...

……………...

……………...

……………...

………

…….... ………

……....

………

……....

………

3. Pajak/iuran

a.

b.

c.

d.

4. Nilai Penyusutan Alat

No. Jenis Alat Jumlah

(Buah)

Nilai

Baru

(Rp)

Nilai

Sekarang

(Rp)

Lama

Pemakaian

(Tahun)

NPA

(Rp)

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

5. Total Penerimaan (1) =

6. Total Biaya Variabel (2) =

7. Total Biaya Tetap (3+4) =

8. Pendapatan Bersih Usahatani Sagu (1-(6+7)) =

Lampiran 2. Identitas petani sagu di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat

Kabupaten Luwu.

No.

Nama

Responden

umur

(Thn)

Pendididkan

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

pengalaman

usahatani

(Thn)

1 Husen 27 SMA 3 5

2 Nur Hayati 49 SD 5 15

3 Tangke 50 SD 6 34

4 Maliwang 63 TS 4 20

5 St. Hadija 45 SMP 3 10

6 Ruslim 50 SMA 2 22

7 Nasir 29 SMA 3 7

8 Suair 50 SD 4 35

9 Rudding 39 SMA 3 10

10 Kama 45 SD 1 25

11 Bahar 49 SMP 4 27

12 Amal 56 TS 6 35

13 Sulaiman 37 SMP 5 11

Rata-rata 45.31 3.8 19.7

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 3. Biaya tetap ( penyusutan Parang) petani sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Jumlah

Alat Nilai Baru

Nilai

Sekarang

Lama

Pemakaian

(Thn)

NPA(Rp)

1 1 100.000 60.000 4 10.000

2 1 120.000 80.000 3 13.333

3 1 150.000 110.000 5 8.000

4 1 100.000 70.000 3 10.000

5 1 100.000 70.000 4 10.000

6 1 120.000 90.000 5 6.000

7 1 100.000 60.000 2 20.000

8 1 130.000 100.000 3 10.000

9 1 120.000 80.000 4 10.000

10 1 150.000 120.000 6 5.000

11 1 100.000 60.000 5 8.000

12 1 120.000 80.000 5 8.000

13 1 130.000 90.000 6 6.000

Rata-

Rata

1 118.462 82.318 4.23 9.564

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 4. Biaya Tetap (Penyusutan Kampak) Petani Sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No.

Responden Jumlah

Nilai Baru

(Rp)

Nilai

Sekarang

(Rp)

Lama

pemakaian(Thn) NPA (Rp)

1 1 90.000 60.000 2 30.000

2 1 100.000 50.000 4 12.500

3 1 100.000 60.000 3 20.000

4 1 150.000 90.000 5 18.000

5 1 130.000 70.000 2 35.000

6 1 80.000 40.000 3 13.333

s7 1 100.000 60.000 6 10.000

8 1 130.000 70.000 5 14.000

9 1 160.000 110.000 3 36.667

10 1 150.000 100.000 4 25.000

11 1 120.000 90.000 3 30.000

12 1 100.000 60.000 5 12.000

13 1 160.000 110.000 5 22.000

Rata-Rata 1 120.769 74.615 3.85 21,423

Sumber: DataPrimer Setelah Diolah, 2019

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 5. Biaya Tetap ( Penyusutan Linggis) petani sagu di Desa Sampeang

Kecematan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No.

Responden Jumlah

Nilai Baru

(Rp)

Nilai

Sekarang

(Rp)

Lama

Pemakaian

(Thn)

NPA

(Thn)

1 1 100.000 80.000 5 4.000

2 1 200.000 100.000 4 25.000

3 1 150.000 100.000 5 10.000

4 1 100.000 80.000 8 2.500

5 1 150.000 100.000 5 10.000

6 1 100.000 50.000 8 6.250

7 1 100.000 70.000 7 4.000

8 1 150.000 80.000 5 14.000

9 1 200.000 150.000 4 13.000

10 1 120.000 80.000 5 8.000

11 1 200.000 100.000 3 33.000

12 1 150.000 90.000 5 12.000

13 1 200.000 130.000 3 23.000

Rata-Rata 1 147.692 93.078 5.15 12.673

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 6. Biaya tetap (penyusutan sensor) petani sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat kabupaten Luwu.

No.

Responden Jumlah

Nilai Baru

(Rp)

Nilai

Sekarang

(Rp)

Lama

Pemakaian

(Thn)

NPA

(Rp)

1 1 1.200.000 700.000 4 125.000

2 1 1.200.000 700.000 5 100.000

3 1 1.500.000 900.000 5 120.000

4 1 1.400.000 900.000 5 110.000

5 1 1.100.000 600.000 6 83.000

6 1 1.300.000 800.000 5 100.000

7 1 1.300.000 800.000 6 83.000

8 1 1.500.000 1.000,000 5 100.000

9 1 1.200.000 900.000 5 60.000

10 1 1.400.000 600.000 5 160.000

11 1 1.200.000 600.000 4 150.000

12 1 1.500.000 1.000,000 6 83.000

13 1 1.300.000 500.000 5 160.000

Rata-Rata 1.00 1.315.385 727.273 5.08 110.308

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 7. Biaya Variabel (Biaya Bensin) Petani sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No.

Respon Jumlah (Liter) Harga (Rp) Total (Rp)

1 2 10.000 20.000

2 2 10.000 20.000

3 2 10.000 20.000

4 2 10.000 20.000

5 2 10.000 20.000

6 2 10.000 20.000

7 2 10.000 20.000

8 3 10.000 30.000

9 3 10.000 30.000

10 2 10.000 20.000

11 2 10.000 20.000

12 2 10.000 20.000

13 2 10.000 20.000

Rata-Rata 2.15 10.000 21.538

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 8. Biaya variable (Biaya tenaga kerja) petani sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No

Responden

Jumlah Tenaga

Kerja

Jumlah Upah

(Rp) Total Nilai (Rp)

1 4 80.000 320.000

2 5 80.000 400.000

3 5 90.000 450.000

4 7 80.000 560.000

5 4 80.000 320.000

6 5 90.000 450.000

7 5 80.000 400.000

8 6 85.000 510.000

9 7 80.000 560.000

10 5 80.000 400.000

11 6 85.000 510.000

12 5 80.000 400.000

13 5 85.000 425.000

Rata_Rata 5.3 82.692 438.846

Sumber:Data Primer Setealah Diaolah, 2019

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 9. Jumlah Hasil Produksi dan Penerimaan Petani Sagu dalam Tahun

Terakhir di Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten

Luwu.

No.

Responden

Jumlah

Pohon Sagu Produksi (Kg) Harga (Rp) Total (Rp)

1 5 925 3.500 3.237,500

2 5 969 3.500 3.391,500

3 4 803 3.500 2.810,500

4 6 1.156 3.500 4.046,000

5 4 796 3.500 2.786,000

6 5 970 3.500 3.395,000

7 8 1.517 3.500 5.309,500

8 7 1.334 3.500 4.669,000

9 4 813 3.500 2.845,500

10 5 940 3.500 3.290,000

11 6 1.162 3.500 4.067,000

12 4 819 3.500 2.866,500

13 5 925 3.500 3.237,500

Rata-Rata 5.23 1.010 3.500 3.534,731

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

67

Lampiran 10. Jumlah Biaya Total Petani Sagu dalam tahun terakhir di Desa Sampeang Kecamata Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Biaya Tetap

Jumlah Biaya Variabel

Jumlah Parang Kampak Linggis Senso Bensin Tenaga Kerja

1 10.000 30.000 4.000 125.000 169.000 20.000 320.000 340.000

2 13.333 12.500 25.000 100.000 150.833 20.000 400.000 420.000

3 8.000 20.000 10.000 120.000 158.000 20.000 450.000 470.000

4 10.000 18.000 2.500 110.000 140.500 20.000 560.000 580.000

5 10.000 35.000 10.000 83.000 138.000 20.000 320.000 340.000

6 6.000 13.333 6.250 100.000 125.583 20.000 450.000 470.000

7 20.000 10.000 4.000 83.000 117.000 20.000 400.000 420.000

8 10.000 14.000 14.000 100.000 138.000 30.000 510.000 540.000

9 10.000 36.667 13.000 60.000 119.667 30.000 560.000 590.000

10 5.000 25.000 8.000 160.000 198.000 20.000 400.000 420.000

11 8.000 30.000 33.000 150.000 221.000 20.000 510.000 530.000

12 8.000 12.000 12.000 83.000 115.000 20.000 400.000 420.000

13 6.000 22.000 23.000 160.000 211.000 20.000 425.000 445.000

Rata-

Rata 9,564 21.423 12,673 110.308 153.968 21,538 438.846 460.385

Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2019

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

68

Lampiran 11. Hasil Pendapatan Petani dari Usahatani Sagu Tahun 2018 di Desa

Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Nama

Responden

Total

penerimaan Total Biaya

Total

Pendapatan

1 Husen 3.237,500 509.000 2.728,500

2 Nur Hayati 3.391,500 570.833 2.820,667

3 Tangke 2.810,500 628.000 2.182,500

4 Maliwang 4.046,000 720.500 3.325,500

5 St. Hadija 2.786,000 478.000 2.308,000

6 Ruslim 3.395,000 595.000 2.800,000

7 Nasir 5.309,500 537.000 4.772,500

8 Suair 4.669,000 678.000 3.991,000

9 Rudding 2.845,500 709.000 2.136,500

10 Kama 3.290,000 618.000 2.672,000

11 Bahar 4.067,000 751.000 3.316,000

12 Amal 2.866,500 535.000 2.331,500

13 Sulaiman 3.237,500 656.000 2.581,500

Rata-Rata 3.534,731 614.256 2.920,474

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Lampiran 12. Hasil Analisis kelayakan Usahatani Sagu di Desa Sampeang

Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

No Nama

Responden Penerimaan total biaya Jumlah

1 Husen 3.237,500 509.000 6.36

2 Nur Hayati 3.391,500 570.833 5.94

3 Tangke 2.810,500 628.000 4.48

4 Maliwang 4.046,000 720.500 5.62

5 St. Hadija 2.786,000 478.000 5.83

6 Ruslim 3.395,000 595.000 5.71

7 Nasir 5.309,500 537.000 9.89

8 Suair 4.669,000 678.000 6.89

9 Rudding 2.845,500 709.000 4.01

10 Kama 3.290,000 618.000 5.32

11 Bahar 4.067,000 751.000 5.42

12 Amal 2.866,500 535.000 5.36

13 Sulaiman 3.237,500 656.000 4.94

Rata-Rata 3.534,731 614.256 5.83

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Lampiran 13.

Gambar 2. Proses Wawancara Dengan Responden Bahar

Gambar 3. Proses Wawancara Dengan Responden St. Halija

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

Gambar 4. Proses Penebangan Pohon Sagu

Gambar 5. Proses Pengambilan Isi Dalam Pohon Sagu

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN SAGU DI …

lxxi

RIWAYAT HIDUP

Sitti Munawarah. Lahir di Ujung Pandang pada tanggal 11

Desember 1996. Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, buah

kasih pasangan dari Ayahanda “Ruslim” dan Ibunda “Nur

Hayati”. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di

Sekolah Dasar (SD) pada MIN 04 Kamang dan selesai pada tahun 2008, dan

pada Tahun yang sama penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama di

SMPN 2 Kamanre dan selesai pada Tahun 2011 dan pada tahun itu pula penulis

melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Belopa pada tahun 2014. Dan pada Tahun

2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis melalui seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru.

Selama mengikuti perkulihan, penulis pernah magang di PT. Surya Raya

Lestari II yang bertempat di Desa Tobadak Kecamatan Tobadak Kabupaten

Mamuju Tengah pada tahun 2018.

Berkat petunjuk dan pertolongan Allah Swt, serta usaha dan disertai Do’a

dalam menjalani aktivitas akademik di perguruanTinggi Universitas

Muhammadiyah Makassar. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugasakhir

dengan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Tani Tamanan Sagu Di

Desa Sampeang Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu”