Top Banner
COVER
147

COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Jul 29, 2019

Download

Documents

vuongdieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

COVER

Page 2: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

i

=

i

Page 3: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

ii

Page 4: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

PRAKATA

Usahatani merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan

manajemen yang baik. Dengan cara tersebut akan memperoleh

hasil yang optimal. Usahatani tidak hanya mengutamakan

output semata namun juga harus memperhatikan aspek-aspek

yang terkait, salah satunya adalah input produksi. Penggunaan

input produksi yang efektif dan efesien akan memdatangkan

output yang optimal, bagi petani/ pengusaha dapat menda-

patkan keuntungkan yang maksimal. Untuk mencapai

manajemen yang baik, petani membutuhkan peran peneliti

untuk menganalisis usahataninya. Buku ini bisa sebagai salah

satu yang dapat membantu peneliti maupun petani untuk

mengelola usahatani yang baik dan benar.

Buku ini berisi mengenai faktor-faktor apa saja yang

harus diperhatikan dalam berusahatani, tahap apa saja yang

harus dilakukan peneliti apabila akan melakukan

penelitiannya termasuk di dalamnya perencanaan dan resiko

yang akan dihadapi. Hal yang tidak kalah penting dalam

pembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan

usahatani. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para

petani, teknisi, penyuluh, peneliti, mahasiswa maupun dosen

yang sedang membutuhkan dan menjadi amal kebajikan bagi

kami. Oleh karena itu buku ini disusun dengan tujuan untuk

membatu siapa saja yang sedang mengerjakan tugas terkait

Usahatani dan Analisisnya, tentu harus bekerja keras untuk

dapat menguasainya.

Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para petani,

teknisi, penyuluh, peneliti, mahasiswa maupun dosen yang

sedang membutuhkan dan menjadi amal kebajikan bagi kami.

Oleh karena itu buku ini disusun dengan tujuan untuk

membatu siapa saja yang sedang mengerjakan tugas terkait

Usahatani dan Analisisnya, tentu harus bekerja keras untuk

dapat menguasainya.

v

PRAKATA

iii

Page 5: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Akhirnya kami menyadari bahwa buku ini tidak bisa

melepaskan diri dari kekurangan kekurangan dalam

sistematika dan penyampaiannya. Masukan dari semua pihak

dibutuhkan, siapa tahu kami masih diberi waktu dan

kesempatan untuk memperbaikinya dimasa yang akan dating.

Penyusunan buku ini tidak akan selesai jika tidak ada

yang mendorong dan membantunya. Saya berterima kasih

kepada Bp. Dr.Ir. Chendy Tafakresnanto, MP., Kepala Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur sebagai atasan

ditempat kerja penulis yang telah memberikan motivasi dalam

penyelesaian buku ini. Kepada Rekan sejawat yang menjadi

teman diskusi, yaitu Bp. Prof. Dr. Ir. Suyamto, Bp. Dr. Ir.

Herman Subagyo, MS. Dan Sdri. Aulia Nadhirah, SP. MP.

MBA, Sdr. M. Sodiq, SP., Sdr. Anugerah, SP. MP. Yang telah

membantu pengumpulan literatur, kami ucapkan terima kasih.

Dan tak kalah penting lagi kepada Istriku Dra. Eko Pujiati,

SH., MPd, dan anak anakku Fardhian Dhiyawardhana, SKG.

Nahdia Riza Sania dan Nur Imam Ramadhan, merekalah yang

sangat memberikan semangat dan Inspirasi kepada penulis.

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Tuhan Yang

Hahakuasa, Hanya Engkau Ya Allah yang telah memberi

berbagai anugerah dan kenikmatan sehingga buku ini bisa di

terbitkan. Tanpa Pertolongan-Mu tidak mungkin buku ini bisa

terwujud

Malang, 17 Oktober 2018

Penulis,

Moh. Saeri

[email protected]

iv

Page 6: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

vii

DAFTAR ISI

KOLOM PENERBIT ................................................................ i

PRAKATA .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................ viii

1. Pendahuluan ..................................................................... 1

A. Definisi Usahatani ........................................................ 1

B. Sistem Usahatani .......................................................... 2

C. Klasifikasi Usahatani .................................................... 4

2. Faktor-faktor dalam Usahatani ......................................... 7

A. Lahan ............................................................................ 8

B. Tenaga Kerja .............................................................. 12

C. Modal ......................................................................... 16

D. Manajemen ................................................................. 24

3. Penelitian Usahatani ....................................................... 35

A. Pelaksanaan Penelitian Usahatani .............................. 35

B. Kebutuhan Terhadap Penelitian Usahatani ................ 42

C. Tahapan Penelitian Usahatani .................................... 43

4. Perencanaan & Resiko Usahatani ................................... 49

A. Perencanaan Usahatani ............................................... 49

B. Resiko Usahatani ........................................................ 54

5. Metode analisis Usahatani .............................................. 62

A. Analisis Data Sederhana ............................................. 62

B. Analisis Program Linear ............................................. 65

C. Efisiensi ...................................................................... 75

D. Biaya .......................................................................... 92

6. Kelayakan Usahatani ...................................................... 99

A. Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim .................. 99

DAFTAR ISI

v

Page 7: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

viii

B. Kelayakan Usahatani Tanaman Tahunan ................. 105

C. Studi kasus ................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 117

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani ............................ 123

INDEKS ............................................................................... 131

TENTANG PENULIS .......................................................... 136

vi

Page 8: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Biaya Pengeluaran Usahatani Tanaman Karet ......... 22

Tabel 2. Komponen Biaya Produksi Usahatani Jagung ......... 59

Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung ..................... 60

Tabel 4. Contoh tabel tujuan umum ....................................... 63

Tabel 5. Contoh tabel satu dimensi arah ................................ 64

Tabel 6. Contoh tabel dua dimensi arah ................................. 64

Tabel 7. Contoh tabel tiga dimensi arah ................................. 64

Tabel 8. Efisiensi pendapatan usahatani kailan dan tomat pada

kelompok tani Vigur Asri ..................................... 111

Tabel 9. Tingkat BEP usahatani kailan dan tomat pada

kelompok tani Vigur Asri ..................................... 112

Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per

Ha di Desa Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar

Tipe Luapan C .................................................... 114

Tabel 11. Analysis kelayakan finansial usahatani anggur .... 115

DAFTAR TABEL

vii

Page 9: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan ilmu usahatani dengan ilmu lainnya ...... 3

Gambar 2. Metode Tahapan Uji Coba .................................... 47

Gambar 3. Kurva Produksi ..................................................... 78

Gambar 4. Kurva metode DEA orientasi input ...................... 85

Gambar 5. Kurva Metode DEA orientasi output .................... 86

Gambar 6. Kurva deterministic frontier ................................. 88

Gambar 7. Fungsi produksi stochastic frontier ....................... 91

Gambar 8. Kurva TFC ............................................................ 92

Gambar 9. Kurva TVC ........................................................... 93

Gambar 10. Kurva TC ............................................................ 94

Gambar 11. Kurva AFC ......................................................... 94

Gambar 12. Kurva AVC ......................................................... 95

Gambar 13. Kurva AC ............................................................ 96

Gambar 14. Kurva MC ........................................................... 97

Gambar 15. Kurva BEP ........................................................ 102

DAFTAR GAMBAR

viii

Page 10: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Pendahuluan 1

1. Pendahuluan A. Definisi Usahatani

Menurut Ken (2015), pertanian adalah kegiatan

seseorang yang berhubungan dengan proses produksi untuk

menghasilkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh manusia dan

berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai dengan

usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan

mempertimbangkan faktor ekonomis. Sehingga ilmu yang

mempelajari kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan

pertanian disebut ilmu usahatani.

Menurut Wanda (2015), ilmu usahatani merupakan

suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menentukan,

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dalam

menggunakan sumberdaya dengan efektif dan efisien sehingga

pendapatan yang diperoleh oleh petani lebih tinggi.

Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani membahas

bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang

1 PENDAHULUAN

Page 11: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

2 Pendahuluan

mereka miliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Penggunaan input dapat dikatakan efektif ketika petani dapat

mengalokasikan input yang mereka gunakan sebaik-baiknya,

dikatakan efisien apabila output yang mereka hasilkan lebih

besar dari input yang mereka gunakan.

Menurut Prawirokusumo (1990), ilmu usahatani adalah

ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan

sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian,

perikanan atau peternakan. Beberapa sumberdaya yang

digunakan dalam pertanian yaitu lahan, tenaga kerja, modal

dan manajemen.

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas

dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya (lahan,

tenaga kerja, modal dan manajemen) yang dimiliki petani

untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

B. Sistem Usahatani

Menurut Shinta (2011), ilmu usahatani adalah suatu

upaya penelaahan tritugal antara lain manusia, tanaman atau

hewan, sehingga ilmu usahatani berkaitan dengan beberapa

aspek yaitu aspek sosial (manusia), kimia, fisika (lahan) dan

budidaya (tanaman, tumbuhan).

Dalam analisis ilmiah konvensional, usahatani dibagi

dalam berbagai macam disiplin dan dipandang dengan sudut

profesional dari ahli agronomi, nutrisi, ternak, ekonomi, sosial

dan lain-lain. Sebaliknya, petani justru tidak memiliki bidang

keahlian khusus, mereka menganggap usahatani sebagai suatu

keselurahan, jika ingin memahami bagaimana usahatani

berfungsi dan bagaimana keputusan usahatani diambil, harus

Page 12: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Pendahuluan 3

melihat usahatani sebagai suatu sistem. Usahatani bukanlah

sekadar kumpulan tanaman, hewan, peralatan, tenaga kerja,

namun merupakan suatu jalinan yang komplek dengan

pengaruh-pengaruh lingkungan dan input-input yang harus

dikelola petani sesuai dengan kemampuannya. Berikut

merupakan sistem dari usahatani:

Gambar 1. Hubungan ilmu usahatani dengan ilmu lainnya

Sistem usahatani dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sistem penggunaan lahan. Sistem penggunaan lahan

merupakan suatu sistem dalam usahatani dimana petani

menggunaan lahan untuk melakukan kegiatan penanaman

Ilmu Sosial

&Ekonomi

Ilmu Sosiologi

Ilmu Tanah,

pemupukan,

klimatologi, pengairan dan

lain-lain

Ilmu

Usahatani

Manusia Petani

Lahan

Tanaman/ Ternak/

ikan

Ilmu Teknik

Pertanian

Ilmu organisasi

Ilmu hama

penyakit

Ilmu Tataniaga

Ilmu

Ekonomi Pertanian

Pembiayaan

Usahatani

Page 13: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

4 Pendahuluan

terhadap tanaman seperti menanam padi, menanam cabe

dan lain-lain

2. Sistem produksi ternak pada sistem kedua ini petani

menggunakan lahannya untuk beternak atau memelihara

hewan baik hewan ternak maupun ikan

3. Sistem rumah tangga petani pada sistem ini para petani

tidak melakukan kegiatan pertanian (off farm) mereka

melakukan usaha diluar kegiatan pertanian. Hal ini

dikarenakan setiap petani memiliki karakteristik yang

berbeda sehingga kegiatan usahatani yang mereka lakukan

relatif berbeda sesuai karakter dan keinginan masing

masing petani.

C. Klasifikasi Usahatani

Klasifikasi usahatani terbentuk karena adanya perbedaan

beberapa faktor dalam kegiatan pertanian, pertama yaitu faktor

fisik yang terdiri dari letak geografi dan topografi suatu lahan,

kondisi iklim dan jenis tanah yang dapat menyebabkan

perbedaan tanaman yang dapat ditanam oleh para petani.

Kedua yaitu faktor ekonomis yang terdiri dari biaya, modal

yang dimiliki petani, penawaran pasar, permintaan pasar dan

resiko yang dihadapi. Sehingga faktor ekonomis tersebut akan

memberikan batas kepada petani dalam melakukan usahatani.

Yang ketiga yaitu faktor lainnya yang terdiri dari kondisi

sosial, hama dan penyakit tanaman dan lain lain yang juga

dapat menghambat kegiatan usahatani yg dilakukan oleh para

petani.

Ketiga faktor tersebut akan menentukan para petani

dalam melakukan kegiatan usahatani. Menurut Ken (2015),

klasifikasi usahatani dapat dibagi menjadi empat bagian, antara

lain:

Page 14: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Pendahuluan 5

1. Corak dan sifat

Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menurut

corak dan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu subsisten dan

komersial. Usahatani yang dilakukan hanya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri disebut subsisten sedangkan usahatani yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan

memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil produksinya

disebut usahatani komersial.

2. Organisasi

Usahatani menurut organisasinya dapat dibagi kedalam

tiga kelompok, pertama yaitu individual, dimana dalam

melakukan kegiatan usahatani seluruh proses mulai dari

perencanaan, pengelolaan lahan, penanaman, perawatan,

pemanenan hingga pemasaran dilakukan sendiri beserta

keluarganya. Kedua kolektif, dimana dalam proses usahatani

dilakukan oleh suatu kelompok. Ketiga kooperatif, usahatani

yang prosesnya dikerjakan sendiri, hanya saja ada beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh kelompok seperti halnya

pemasaran, pembelian samprodi dan lain-lain.

3. Pola

Usahatani menurut pola yang dilakukan dibagi kedalam

tiga kelompok. Pertama yaitu pola khusus, usahatani ini hanya

melakukan satu cabang dalam kegiatan usahataninya seperti

usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani

peternakan dan lain-lain. Kedua, pola tidak khusus yaitu

melakukan beberapa cabang usahatani secara bersama-sama

akan tetapi memiliki batas yang jelas. Ketiga, usahatani

campuran yaitu melakukan beberapa cabang usahatani dalam

Page 15: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

6 Pendahuluan

satu lahan tanpa ada batas. Seperti mina padi, tumpang sari dan

lain-lain.

4. Tipe

Tipe usahatani dapat dilihat dari berdasarkan komoditas

yang di usahakan, seperti halnya usahatani jagung, usahatani

padi, usahatani kambing dan lain-lain.

Page 16: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 7

2. Faktor-faktor dalam Usahatani

Usahatani selalu berkaitan erat dengan faktor-faktor

produksi (input) yang tersedia. Menurut Soekartawi (1987),

tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti

bahwa produktifitas yang didapatkan petani itu tinggi. Namun,

bagaimana petani mampu melakukan usahanya dengan

mengalokasikan faktor produksi (input) yang tersedia secara

efektif dan efisien. Apabila petani mampu mengalokasikan

faktor produksi sedemikian rupa sehingga mencapai produksi

yang tinggi maka usahataninya tergolong ke dalam efisiensi

secara teknis. Apabila petani mampu mengalokasikan faktor

produksi sedemikian rupa sehingga mendapatkan keuntungan

yang besar maka usahataninya tergolong efisien secara

alokatif. Petani dapat menempuhnya dengan cara membeli

faktor produksi dengan harga yang murah namun dapat

menjual hasil usahataninya dengan harga yang relatif tinggi.

2 FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

DALAM USAHATANI

Page 17: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

8 Faktor-faktor dalam Usahatani

Apabila petani mampu meningkatkan produksinya dengan

menekan harga faktor produksinya namun harga jual tetap

tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan

efisiensi ekonomi.

Semakin petani dapat mengefisiensikan faktor produksi

yang tersedia secara teknis maupun ekonomi, maka semakin

tinggi produktivitas dari usahatani tersebut. Namun, faktor

produksi dalam usahatani memiliki kemampuan terbatas untuk

berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk

mengatasinya yaitu dengan meningkatkan nilai

produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat. Uraian

secara terperinci mengenai apa saja faktor-faktor produksi

yang harus diperhatikan dalam berusahatani akan dibahas pada

bab ini. Faktor-faktor produksi tersebut meliputi:

A. Lahan

Lahan (meliputi tanah, air dan yang terkandung di

dalamnya) merupakan salah satu unsur usahatani atau disebut

juga faktor produksi yang mempunyai kedudukan penting.

Kedudukan penting dari lahan sebagai faktor produksi terkait

dengan kepemilikan dan pemanfaatannya sebagaitempat atau

wadah proses produksi berlangsung. Ditinjau secara fisik,

kondisi dan sifat lahan (tanah, air dan dikandungnya) sangat

beragam antara satu dengan tempat lainnya dapat berbeda.

Secara ekonomi, lahan mempunyai tingkat produktivitas yang

berbeda antara satu agroekosistem dengan agroekosistem

lainnya atau besifat spesifik lokasi. Secara hokum, terkait

dengan status kepemilikan dapat mempengaruhi nilai dan

harga sehingga penggunaan dan penghasilan dari faktor

produksi ini dapat berbeda akibat berbeda status

kepemilikannya (Darsani dan Subagio, 2016)

Page 18: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 9

Kepemilikan lahan menjadi hal pertama yang perlu

diperhatikan apabila ingin melakukan usahatani. Dengan

mengetahui sumber kepemilikan lahan dan status lahan yang

akan digarap, petani akan lebih leluasa untuk dapat

memberikan kontribusi yang sesuai dengan kegiatan

usahataninya. Berdasarkan sumber kepemilikannya, lahan

dibagi menjadi tujuh yaitu:

a. Beli

Lahan yang telah dibeli merupakan lahan dengan hak

milik. Ketentuan yang harus dimiliki untuk hak milik adalah

sebagai berikut:

(1) Sertifikat yang dikeluarkan oleh negara sebagai bukti

kepemilikan hak lahan

(2) Pemenuhan ketentuan yang berlaku secara admistratif

dan proseduriil untuk jual beli lahan.

(3) Jual beli juga dapat melalui pembuat akte tanah yang

telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu notaris atau

camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)

(4) Setelah akta jual beli ini diperoleh, baru diajukan ke

kantor agrarian kabupaten untuk disertifikatkan.

b. Sewa

Menurut Wulansari dan Gunarsa (2016), sewa dapat

diartikan suatu transaksi yang mengizinkan orang lain

mengerjakan atau mengelola lahan pertanian untuk

dimanfaatkan sesuai kebutuhan penyewa dengan membayar

uang sewa yang tetap setiap sesudah panen, setiap bulan atau

seiap tahun. Definisi sewa lahan berbeda dengan hak pakai

lahan yang memiliki arti hak untuk menggunakan lahan untuk

memungut hasilnya. Menggunakan tanah pada definisi hak

pakai memiliki kesamaan dengan memanfaatkan, namun yang

Page 19: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

10 Faktor-faktor dalam Usahatani

berbeda adalah hak pakai tidak berlaku pada perjanjian sewa

menyewa atau perjanjian pengolahan lahan.

c. Sakap

Tanah sakap merupakan tanah atau lahan yang dimiliki

seseorang dan telah disutujui untuk dikerjakan atau dikelola

oleh orang lain atau petani. Pengelolaan tanah sakap petani

yang mengerjakan harus berkoordinasi untuk penentuan

usahatani dan pilihan teknologi yang akan diterapkan. Hasil

produksi dari tanah sakap ini dibagi dua dengan persentase

50% untuk pengelola dan 50% untuk pemilik tanah. Sarana

produksi pada umumnya berasal dari pengelola usahatani.

d. Pemberian oleh negara

Pemberian hak atas tanah atau lahan oleh negara

adalah penetapan pemerintah yang memberikan suatu hak atas

tanah negara.

e. Warisan

Tanah warisan adalah tanah peninggalan yang sesuai

hukum agama diberikan kepada ahli warisnya.

f. Wakaf

Tanah yang telah diberikan hak miliknya kepada pihak

lain untuk kepentingan sosial.

g. Membuka lahan sendiri

Pembukaan lahan sendiri biasanya terjadi pada

masyarakat yang memegang hukum adat atas wilayah tertentu

yang merupakan lingkungan hidupnya, meliputi hak untuk

memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta isinya.

Page 20: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 11

Selain sumber kepemilikan lahan, hal lainnya yang perlu

diperhatikan adalah status lahan. Status lahan pertanian dibagi

menjadi empat macam, yaitu:

a. Lahan milik sendiri

Petaniyang memiliki lahan dengan hak milik pribadi

berhak untuk menentukan apa yang akan dilakukan untuk

lahannya seperti merencanakan atau menentukan cabang usaha

yang akan dilakukan di atas lahan miliknya, bebas untuk

menentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk

mendukung usahatani di lahan miliknya serta bebas untuk

memperjualbelikan lahannya.

b. Lahan sewa

Lahan sewa merupakan lahan yang disewa oleh petani

dari pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan pihak penyewa

berkewajiban untuk membayar uang sewa dengan jumlah yang

telah disepakati. Dalam hal ini penyewa tidak diperbolehkan

untuk menjual lahan yang disewa.

c. Lahan sakap

Tanah sakap adalah tanah orang lain yang atas

persetujuan pemiliknya, digarap atau dikelola oleh pihak lain.

Pengelolaan usahataninya, seperti penentuan cabang usaha dan

pilihan teknologi harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.

d. Lahan gadai

Lahan yang digarap oleh petani penggarap dengan

sistem gadai. Adanya petani yang menggadaikan lahan karena

petani pemilik lahan tersebut membutuhkan uang yang cukup

besar dalam waktu yang mendesak. Cara yang dapat ditempuh

adalah dengan mengunakan hak gadai tersebut supaya hak

kepemilikan tanah tidak berpindah ke orang lain secara mutlak.

Page 21: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

12 Faktor-faktor dalam Usahatani

Namun, adanya hak gadai tersebut secara berangsur-angsur

hak kepemilikannya akan berpindah menjadi milik penggadai

apabila angsuran uang gadai yang telah disepakati tidak dapat

dipenuhi.

B. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan subsistem usahatani yang

apabila faktor tenaga kerja ini tidak ada maka usahatani tidak

akan berjalan. Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap

hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang

tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja

dalam usahatani dibagi atas tenaga kerja manusia, tenaga

ternak dan tenaga mesin. Berikut merupakan kegiatan yang

membutuhkan tenaga kerja manusia di dalam usahatani,

meliputi:

1. Pengolahan lahan

2. Pengadaan saprodi

3. Penanaman

4. Persemaian

5. Peliharaan, meliputi: pemupukan, penyiangan,

pemangkasan, pengairan dan lain-lain

6. Panen

7. Pengangkutan hasil

8. Penjualan hasil

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang

secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan

produksi. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung

unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh

tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan

berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan

Page 22: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 13

berdasarkan sifat kerjanya. Berdasarkan kualitasnya, tenaga

kerja dapat dibagi menjadi:

1. Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang

memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di

bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli

hukum.

2. Tenaga kerja terampil

Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang

memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan

tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang

listrik, montir, tukang las dan sopir.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah

tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan

dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu,

pemulung, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi

tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja

rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa,

dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.

Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang

menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.

Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

Dalam usahatani, petani adalah setiap orang yang

melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh

kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang

meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan

Page 23: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

14 Faktor-faktor dalam Usahatani

pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak fungsi dan

kedudukan atas perannya, antara lain:

a. Petani sebagai pribadi

b. Petani sebagai kepala keluarga

c. Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)

d. Petani sebagai pengelola usahatani

e. Petani sebagai warga sosial, kelompok

f. Petani sebagai warga negara

Dalam pertanian masa depan, diharapkan petani menjadi

petani sejati yang menguasai hak untuk memiliki keragaman

hayati, hak untuk melestarikan, memuliakan, mengembangkan,

saling tukar dan jual benih serta hak untuk memperoleh

makanan yang aman dan menyehatkankan serta termasuk hak

untuk memperoleh keadilan harga dan dorongan untuk bertani

secara berkelanjutan serta hak untuk memperoleh informasi

yang benar. Pertanian lokal setempat menemukan cara-cara

untuk memperbaiki struktur tanah, kapasitas menahan air serta

keberadaan unsur hara dan air tanpa pemanfaatan input buatan.

Dalam banyak kasus, sistem pertanian mereka kini dan dahulu

merupakan bentuk-bentuk pertanian ekologis yang lebih

canggih dan tidak destruktif serta tepat bagi kondisi-kondisi

lingkungan yang khusus.

Sebagian besar tenaga kerja manusia dalam usahatani

berlahan garapan sempit berasal dari tenaga kerja dalam

keluarga petani itu sendiri. Petani berlahan sempit akan

menyewa tenaga kerja buruh, apabila tenaga kerja dalam

keluarga sudah tidak mencukupi. Meskipun menyewa tenaga

kerja hanya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu saja yang

digarap oleh petani sewa, contohnya dalam penggarapan lahan

atau pada waktu panen. Sedangkan untuk usahatani berlahan

Page 24: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 15

garapan luas sebagian besar lebih memilih membayar tenaga

manusia dari luar keluarga atau petani sewa. Apabila petani

pemilik sawah memutuskan untuk membayar petani sewa

untuk menggarap lahannya, maka petani pemilik lahan harus

mengeluarkan biaya untuk faktor produksi yang lebih besar

untuk upah petani sewa. Dalam kegiatan usahatani ada

beberapa sistem upah yang diberlakukan untuk tenaga kerja

manusia. Berikut merupakan sistem upah dalam menyewa

tenaga kerja:

a. Sistem upah harian tidak tetap

Sistem ini menggunakan tenaga kerja buruh tani yang

pada hari itu bekerja maka pada hari itu pula buruh tani

tersebut akan mendapatkan upah dan dapat saja untuk hari

selanjutnya buruh tani tersebut tidak kembali bekerja di lahan

yang sama.

b. Sistem upah harian tetap

Sistem upah harian tidak tetap merupakan sistem dengan

hubungan antara buruh tani dan petani tidak putus apabila

pekerjaan telah selesai dan upahnya dibayarkan setiap hari

sesuai dengan tingkat upah yang telah disepakati bersama.

c. Sistem upah borongan

Sistem upah borongan merupakan sistem jika pekerjaan

selesai maka upah akan dibayarkan diakhir sekaligus sesuai

dengan tingkat upah yang telah disepakati bersama.

d. Sistem upah kontrak

Sistem dengan upah kontrak yaitu sistem yang dalam

usahataninya mirip dengan sistem ceblokan. Sistem ceblokan

merupakan pekerja yang mengadakan kesepakatan dengan

petani tertentu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dalam

Page 25: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

16 Faktor-faktor dalam Usahatani

usahatani. Upahnya akan dibayarkan pada saat panen yaitu

sebesar seperempat dari hasil padi yang diperoleh dari luas

lahan tertentu.

C. Modal

Modal dari segi ekonomi merupakan salah satu faktor

produksi yang berasal dari kekayaan seseorang yang

digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya.

Menurut Suratiyah (2006), berikut merupakan unsur-unsur

modal dalam usahatani, antara lain:

a. Berdasarkan sifat subtitusinya

(1) Land saving capital, dengan modal tersebut, petani dapat

menghemat penggunaan lahan, tanpa menambah luas

lahan namun tetap dapat meningkatkan produksi.

Contonya adalah intensifikasi, penggunaan bibit unggul,

pupuk dan pestisida.

(2) Labor saving capital, dengan modal tersebut, petani dapat

menghemat penggunaan tenaga kerja. Misalnya

penggunaan traktor untuk membajak lahan dan

penggunaan trasher untuk penggabahan.

b. Berdasarkan kegunaannya

(1) Modal aktif, modal yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat meningkatkan hasil produksi dari

usahatani, contohnya adalah pupuk.

(2) Modal pasif, modal yang digunakan untuk pertahankan isi

dari produk usahatani, contohnya bungkus, karung, plastik

dan lain-lain.

Page 26: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 17

c. Berdasarkan waktunya

(1) Modal produktif, modal yang secara langsung dapat

meningkatkan hasil produksi dari usahatani, contohnya

adalah pupuk dan bibit unggul.

(2) Modal prospektif, modal yang meningkatkan produksi

usahataninya dalam kurun waktu yang cukup lama,

contohnya adalah investasi.

d. Berdasarkan fungsinya

(a) Modal tetap, modal yang dapat digunakan untuk beberapa

kali dalam proses produksinya. Pada kondisi yang

sebesarnya, modal tetap dibagi lagi menjadi dua yaitu:

Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah

dipindahkan baik hidup maupun mati. Contohnya adalah

cangkul, sabit, traktor dan lain-lain.

Modal tetap tidak bergerak baik hidup maupun mati.

Contohnya adalah lahan, rumah dan lain-lain.

Berikut merupakan uraian dari penggolongan untuk

modal tetap, antara lain:

Lahan usaha yang dimiliki

Sebagai faktor produksi, sebenarnya lahan tidak

termasuk ke dalam modal. Namun dalam penghitungan biaya,

biaya lahan dimasukkan ke dalam biaya modal karena lahan

merupakan barang modal (aset tetap yang dimiliki

perusahaan).

Lahan sebagai barang modal tidak perlu di depresiasi.

Lahan pada umumnya tidak turun kegunaannya, kecuali

apabila mengalami kerusakan, longsor, erosi dan bencana alam

lainnya. Dalam keadaan biasa, nilai lahan akan selalu

meningkat sehingga tidak mengalami depresiasi melainkan

apresiasi. Pekerjaan-pekerjaan memperbaiki lahan akan

Page 27: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

18 Faktor-faktor dalam Usahatani

menambah kegunaan lahan tetapi mengeluarkan biaya.

Demikian pula apabila pekerjaan itu dilaksanakan sendiri oleh

petani, maka harus tetap diperhitungkan sebagai biaya.

Pekerjaan demikian harus dianggap sebagai penanaman modal,

yang disebut modal ameliorasi dan harus dicatat sebagai modal

tetap. Terhadap modal ameliorasi ini pun harus dikenakan

biaya depresiasi.

Bangunan

Segala bangunan yang ada di atas farm termasuk sebagai

modal tetap diantaranya adalah bangunan rumah, gudang,

kantor, kandang, sumur, instalasi listrik serta jalan. Bangunan

rumah tinggal peternak yang ada di atas lahan usaha harus

digolongkan ke dalam modal tetap pula, akan tetapi apabila

letaknya terpisah dan berada di luar farm, tidak termasuk

sebagai modal tetap, melainkan termasuk kekayaan di luar

usaha. Demikian pula dengan bangunan rumah pegawai atau

karyawan yang berada dalam farm termasuk sebagai modal

tetap.

Gudang yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan

hasil produksi sebelum dijual, pakan ternak dan obat-obatan,

pupuk serta alat-alat dan perkakas lainnya serta ruang kerja

termasuk sebagai bagian dari modal tetap. Dalam perusahaan

peternakan modern tiap jenis bahan yang disimpan, harus

dalam gudang-gudang yang sesuai dengan sifat barang yang

disimpannya, agar tidak mengakibatkan turunnya mutu atau

kualitas barang yang disimpan. Misalnya, susu harus disimpan

dalam kamar khusus (kamar susu).

Ternak

Ternak dari sejak lahir sampai berproduksi, memerlukan

biaya pemeliharaan. Semuanya harus dianggap sebagai

Page 28: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 19

penanaman modal. Apakah modal termasuk modal tetap atau

bukan tergantung apakah modal tersebut diterima kembali

dalam jangka waktu satu tahun lebih. Apabila pengeluaran

dapat diterima kembali dalam jangka waktu kurang dari satu

tahun, misalnya anak ayam broiler, maka tidak termasuk

sebagai modal tetap. Demikian juga dengan anak sapi yang

dijual dalam umur satu tahun atau kurang, tidak dianggap

sebagai modal tetap tetapi biaya yang dikeluarkannya dianggap

sebagai biaya eksplotasi.

Ternak induk yang dipelihara untuk menghasilkan anak

haruslah dianggap sebagai modal tetap. Oleh karena itu biaya

ternak induk dapat dibebankan sebagai biaya depresiasi.

Karena walaupun pada awalnya ternak induk mengalami

peningkatan nilai namun pada umur tertentu produktivitas akan

mulai menurun sehingga nilainya pun akan ikut menurun. Oleh

karena itu, perlu diperhitungkan penyusutannya.

Ternak pada perusahaan peternakan, dapat dibedakan

atas ternak usaha dan ternak kerja. Ternak usaha adalah ternak

yang dimanfaatkan untuk memproduksi susu, telur, daging dan

sebagainya, sedangkan ternak kerja yaitu ternak yang

dipekerjakan dan dimanfaatkan tenaganya. Namun rata-rata

untuk ternak kerja, setelah memasuki menopose atau sudah

tidak produktif lagi maka akan menjadi ternak potong juga.

Mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan dalam perusahaan peternakan

merupakan barang modal tetap yang digunakan untuk

memperlancar pekerjaan dengan tujuan memperoleh hasil yang

tinggi dan biaya pokok yang rendah. Tujuan ini hanya akan

dicapai bila mesin tersebut digunakan secara penuh, terus

menerus dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Dalam

Page 29: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

20 Faktor-faktor dalam Usahatani

analisis jangka pendek, biaya mesin dan peralatan yang tahan

lama ini tidak dibebankan dalam satu tahun analisis tapi

menyebar sepanjang umur ekonomisnya berupa depresiasi

(penyusutan).

(b) Modal tidak tetap

Modal tidak tetap adalah modal yang dalam proses

produksi habis pakai dan pada tiap pengulangan produksi harus

disediakan kembali. Pada umumnya yang digolongkan ke

dalam modal tidak tetap adalah tanaman berumur semusim,

alat-alat kecil yang lekas rusak, dana eksplotasi, pakan ternak

dan termasuk pula diantaranya adalah modal operasional.

Dalam setiap perusahaan ada penerimaan dan

pengeluaran. Dalam jangka pendek keadaan yang paling baik

adalah apabila penerimaan dapat menutupi pengeluaran atas

modal tidak tetap. Penerimaan dan pengeluaran tersebut harus

terjadi berturut-turut dalam suatu cash flow yang baik.

Menurut Suratiyah (2006), bahwa terdapat tujuh hal

yang dapat dijelaskan pada konsekuensi modal dan peralatan

yaitu sebagai berikut:

1. Jenis konsekuensi

Pembagian modal atas dasar fungsinya sangat penting

sehubungan dengan pembebanan modal dalam perhitungan

biaya suatu kegiatan usahatani. Modal berdasarkan fungsinya

dibagi dalam modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tidak

tetap hanya dipakai dalam satu kali proses produksi maka

keseluruhan nilai modal tidak tetap dibebankan dalam proses

produksi yang bersangkutan sementara modal tetap perlu

diperhitungkan dahulu karena tidak semua nilai modal tetap

dibebankan pada proses produksi.

Page 30: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 21

2. Cara menghitung penyusutan

Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya

bertitik tolak pada harga perolehan sampai dengan modal

tersebut dapat memberikan manfaat. Ada empat macam cara

untuk memperhitungkan nilai penyusutan yaitu garis lurus,

performance unit, decreasing dan declining balance.

3. Alat-alat pertanian sebagai modal tetap

Berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam usahatani

dapat merupakan modal tetap. Alat-alat tersebut adalah traktor,

bajak, cangkul termasuk di dalamnya adalah ternak yang

digunakan untuk menjalankan usahatani dan lain-lain.

a. Traktor, truk dan lain-lain

Kelima konsekuensi penggunaan modal tetap

diperhitungkan semuanya. Komplementer diperhitungkan

karena traktor tersebut dapat memberikan manfaat jika ada

pengemudi dan bahan bakarnya.

b. Bajak, sabit, cangkul dan lain lain

Untuk alat-alat tersebut hanya diperhitungkan

penyusutannya. Biasanya penyusutan oleh petani tidak

disimpan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk ternak berupa

kambing atau ternak lain dengan maksud apabila bajak rusak

dan tidak dapat dimanfaatkan lagi maka kambing tersebut

dapat dijual untuk membeli bajak yang baru.

c. Ternak sapi

Dalam memperhitungkan ternak maka harus dipisahkan

terlebih dahulu apakah ternak tersebut dianggap sebagai tenaga

kerja atau sebagai modal peternakan. Jika ternak sebagai

tenaga kerja maka penyusutan tidak diperhitungkan karena

pada dasarnya semakin besar ternak semakin tinggi harganya

Page 31: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

22 Faktor-faktor dalam Usahatani

karena adanya pertumbuhan. Dengan demikian, yang perlu

diperhitungkan hanyalah bunga, pemeliharaan dan

komplementer. Namun apabila ternak adalah sebagai ternak

perah maka perlu diperhitungkan pula penyusutan,

komplementer, pemeliharaan bunga dan asuransi.

4. Tanaman sebagai modal tetap

Sebelum dipungut hasilnya maka tanaman semusim

merupakan modal tetap. Tanaman padi selama masih di lahan

maka dianggap sebagai modal tetap tetapi jika sudah dipanen

maka kehilangan sifatnya sebagai modal tetap. Dengan

demikian maka sistem ijon merupakan penjualan modal tetap.

Tanaman keras merupakan modal tetap karena nilainya

terus menerus ada sampai dengan nilai ekonomisnya. Sebagai

contoh tanaman karet maka penyusutannya diperhitungkan dari

biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan dari permulaan

biaya sampai dengan menghasilkan yang pertama kali.

Contohnya sebagai berikut:

Tabel1. Biaya Pengeluaran Usahatani Tanaman Karet

Biaya bibit Rp 1.000.000

Biaya pengolahan tanah Rp 10.000.000

Pemeliharaan 6 tahun Rp 20.000.000

Biaya lain lain Rp 20.000.000

Jumlah Rp 51.000.000

Jumlah biaya sampai menghasilkan yang pertama kali lebih

kurang 6 tahun adalah sebesar Rp 51.000.000

Umur ekonomis karet = 25 tahun

Nilai sisa (kayu bakar) = Rp 1.000.000

Page 32: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 23

Penyusutan per tahun =

= Rp 2.000.000

Oleh karena menggunakan metode garis lurus maka

akan diperoleh nilai yang sama tiap tahunnya. Sementara biaya

biaya sesudah menghasilkan akan diperhitungkan sebagai

biaya operasional dan dibebankan pada masing-masing proses

produksi atau tahun yang bersangkutan.

5. Uang tunai sebagai modal

Uang tunai dipergunakan untuk membiayai pembelian

sarana produksi, pengeluaran-pengeluaran untuk pihak ketiga

(pajak, selamatan), pengolahan tanah dengan tenaga luar dan

penggunaan modal tetap. Besar kecilnya kebutuhan uang tunai

sebagai modal tidak sama tetapi tergantung pada lingkungan

usahatani. Suatu daerah tertentu, pembayaran dengan uang

tunai dilakukan dengan hak, bahan, atau bagian hasil sehingga

kebutuhan akan uang tunai sebagai modal kecil. Sebaliknya,

bila semua harus dibayar uang tunai maka kebutuhan akan

uang tunai sebagai modal besar. Jadi besar kecilnya kebutuhan

uang tunai sebagai modal sangat tergantung lingkungan serta

kebiasaan kebiasaan yang ada di sekitar usahataninya.

6. Lahan sebagai modal tetap

Lahan tidak ada penyusutan karena pada prinsipnya

lahan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang tidak

terbatas, tidak rusak jika dipelihara dengan baik. Bahkan, jika

pemeliharaannya baik maka kesuburannyapun akan ikut

meningkat. Pada umumnya, lahan juga tidak diasuransikan

tetapi yang diasuransikan adalah tanamannya. Demikian juga

biaya komplementer lahan tidak ada. Pada umumnya, tanah

hanya ada biaya bunga dan pemeliharaan. Untuk

Page 33: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

24 Faktor-faktor dalam Usahatani

memperhitungkan biaya pemeliharaan lahan sulit karena tidak

mudah membedakan pemeliharaan untuk lahan atau untuk

tanamannya.

7. Bangunan sebagai modal tetap

Pada umumnya, biaya penyusutan, asuransi, bunga dan

pemeliharaan bangunan diperhitungkan karena pada dasarnya

bangunan memberikan manfaat pada jangka waktu tertentu

saja. Untuk memberikan manfaat perlu dipelihara dan dalam

hubungannya dengan resiko perlu diasuransikan, meskipun

tidak semua bangunan dapat diasuransikan.

D. Manajemen

Menurut Shinta (2011), pengelolaan usahatani adalah

kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir,

mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor

produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu

memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi

dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan

agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan

manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu,

kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu

didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses

produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan

modal/investasi.

Berikut merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam

manajemen usahatani menurut Suratiyah (2006) antara lain:

1. Pengurusan

Pengurusan adalah menjalankan perusahaan menurut

cara-cara yang sudah berlaku secara turun-temurun dengan

usaha untuk memperoleh tambahan pendapatan untuk

melakukan hal-hal yang sudah biasa berlaku tersebut. Tujuan

pengurusan adalah untuk menjamin bahwa perusahaan dapat

Page 34: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 25

mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ciri dari

perusahaan yang baik adalah pertumbuhan kondisi perusahaan

setiap tahun baru harus melebihi tahun yang sebelumnya

berapapun kecilnya.

Pengurusan unit-unit usahatani yang terdapat di

Indonesia, pada umumnya dilihat dari segi ilmu manajemen

belum dapat dikatakan melaksanakan manajemen modern,

karena banyak hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang

biasa dikenal alam ilmu manajemen. Dengan demikian maka

pengelolaan usahatani di Indonesia dapat dikatakan sebagai

pengurusan saja sifatnya. Teknologi yang diterapkan sebagian

besar merupakan teknologi yang biasa dilakukan oleh para

nenek moyangnya. Oleh karena itu, produktuvitas usahatani

dari tahun ketahun berikutnya dapat dikatakan relatif sama

dengan kecenderungan terus menurun karena tidak ada usaha

perbaikan teknologi.

2. Pelaksanaan

Tujuan pokok dari setiap perusahaan tidak lain adalah

untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan dalam

rencana. Tujuan tersebut dicapai apabila perusahan tersebut

dapat berjalan secara terus-menerus, dalam pengertian bahwa

seakali berjalan tetep harus berjalan. Dalam kegiatan

usahatani, komando yang efektif terhadap kapan pelaksanaan

kegiatan dalam usahatani tersebut dimulai adalah keadaan

iklim terutama curah hujan dan waktu jatuhnya hujan

merupakan tanda bahwa kegiatan usahatani segera dimulai,

karena jatuhnya hujan akan mempengaruhi pada timbulnya

hama dan penyakit tanaman atau ternak yang diusahakan.

Sekiranya menurut para petani bahwa curah hujan itu

tidak normal jumlah dan waktunya dibandingkan dengan curah

Page 35: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

26 Faktor-faktor dalam Usahatani

hujan dan waktu jatuh hujan sebelumnya, maka biasanya

petani menangguhkan kegiatan usahataninya sampai pada

keadaan yang menguntungkan. Cara ini dilakukan petani

dalam rangka mengurangi risiko kegagalan.

Apabila terjadi kegagalan pada awal pelaksanaan

usahataninya, akan sulit bagi petani tersebut untuk mencari

dana yang diperlukan untuk mengulangi lagi kegiatan-kegiatan

yang seharusnya sudah harus selesai dikerjakan. Oleh karena

itu, memulai kegiatan produksi dalam bidang usaha pertanian

umumnya dan usahatai khususnya memerlukan ketelitian yang

tinggi didalam menilai perubahan iklim yang berlaku dimana

usahatani tersebut ada.

3. Kewaspadaan

Yang dimaksud dengan kewaspadaan adalah melindungi

diri terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko atau

kerugian. Tindakan-tindakan pengusaha atau petani harus

diperhitungkan menurut ukuran, ruang dan waktu sedemikian

rupa sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi

perusahaan. Di dalam usahatani risiko atau kerugian setiap saat

dapat mengancam karena faktor-faktor yang

mempengaruhinya sebagian besar belum mampu dikuasai

manusia. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam mengambil

setiap keputusan harus didasarkan pada berbagai informasi

yang lengkap, baik informasi dari dalam usahatani sendiri

maupun informasi sesuatu masalah akan mengurangi

kemungkinan terjadinya suatu kegagalan yang besar.

4. Risiko usaha

Setiap usaha akan selalu menghadapi risiko, besar

kecilnya risiko yang dialami seorang pengusaha atau petani

tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu keputusan.

Page 36: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 27

Dalam usahatani risiko itu sulit untuk diduga karena faktor-

faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani sebagian besar

belum dapat dikuasai secara sempurna oleh manusia, misalnya

faktor iklim dan perubahannya. Oleh karena itu, risiko dalam

usahatani setiap saat akan mengancam petani, baik perorangan

maupun kelompok.

Dalam kegiatan usaha pertanian umumnya dan usahatani

pada khususnya ada dua macam risiko yang mugkin dihadapi

petani, yaitu (1) risiko yang sulit diduga dan (2) risiko yang

mudah diduga.

Risiko yang sulit diduga misalnya adanya serangan

hama penyakit tanaman atau ternak dan risiko yang yang

mudah diduga misalnya jatuhnya harga hasil usahatani pada

waktu panen. Oleh karena itu, unsur kewaspadaan dan unsur

risiko merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya.

Dalam pengertiannya bahwa kewaspadaan untuk memilih atau

mengambil keputusan akan diikuti suatu risiko. Besar kecilnya

risiko yang diderita seorang pengusaha akan dipengaruhi oleh

keberanian mengambil keputusan terhadap suatu masalah yang

dihadapi.

Untuk mengurangi risiko tersebut caranya adalah

memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang suatu

masalah tersebut. Dalam hal ini catatan tentang sesuatu

kejadian yang dialami dalam periode tertentu amat diperlukan,

agar apabila menghadapi masalah yang sama pada periode

berikutnya tidak menderita risiko yang terlalu tinggi.

Kebanyakan petani di Indonesia tidak melakukan

pencatatan atas segala kejadian yang dialami tahun yang silam,

sehingga setiap keputusan hanya didasarkan pada pengalaman

Page 37: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

28 Faktor-faktor dalam Usahatani

saja, yang sifatnya hanya diingat di kepala. Oleh karena itu,

kegiatan usahatani yang bersifat kerutinan, seperti tahun-tahun

yang telah dilewati, jarang mengadakan perubahan-perubahan

yang drastis terhadap kegiatan usahataninya.

5. Sarana penunjang

Yang dimaksud dengan sarana penunjang adalah segala

peralatan yang dapat menunjang kelancaran kegiatan

pelaksanaan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan. Sarana ini dapat berupa sarana fisik maupun

nonfisik. Saran fisik adalah peralatan kerja yang sesuai dengan

kegiatan keja yang dilakukan, sedangkan sarana nonfisik

misalnya ketenangan bekerja dan lingkungan kerja. Kegiatan

manajer tidak akan efektif dan efisien apabila sarana yang

tersedia tidak memadai, baik dalam jumlah maupun ukuran

dan juga ketepatan sarana tersebut dengan kegiatan yang ada

dalam usahatani.

Manajemen dalam usahatani adalah aktivitas keahlian

pengorganisasian, pengoperasian dari ketiga faktor produksi

yang lain (tanah, tenaga kerja, modal dalam proses produksi).

Di dalam faktor manajemen juga terdapat faktor keahlian

(skill) yaitu keahlian dan kemampuan pengusaha-pengusaha

untuk mandiri dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha.

Keahlian-keahlian tersebut meliputi:

a. Technical skill atau keahlian teknis, yaitu keahlian yang

diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesifik tertentu

sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Seperti

mengoperasikan komputer, mendesain bangunan, membuat

layout perusahaan dan sebagainya.

Page 38: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 29

b. Human relation skill atau keahlian berkomunikasi dan

berinteraksi dengan masyarakat. Seperti keahlian dalam

bernegara, memotivasi, meyakinkan konsumen dan

sebagainya.

c. Conceptual skill atau keahlian konseptual, yaitu keahlian

dalam berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di

dalamnya mendiagnosa dan menganalisis berbagai masalah

dalam situasi yang berbeda-beda bahkan keahlian untuk

mempridiksi di masa yang akan datang.

d. Decision making skill atau keahlian dalam pengambilan

keputusan, yaitu keahlian untuk mengidentifikasikan

masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi

atas permasalahan yang dihadapi.

e. Time managment skill atau keahlian dalam mengelola

waktu, yaitu keahlian dalam memanfaatkan waktu secara

efektif dan efisien.

f. Global managment skill atau keahlian dalam manajemen

global, yaitu keahlian manajemen yang tidak saja berfokus

pada satu keadaan di negara tertentu akan tetapi juga lintas

negara bahkan lintas budaya.

g. Techmological skill atau keahlian dalam hal teknologi,

yaitu keahlian manajerial dalam mengikuti dan menguasai

perkembangan teknologi yang terjadi.

h. Managerial skill, yaitu kemampuan dalam

mengorganisasikan semua faktor produksi agar mencapai

tujuan.

Page 39: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

30 Faktor-faktor dalam Usahatani

i. Organizational skill, yaitu keahlian pengusaha dalam

memimpin berbagai usaha tidak hanya intern perusahaan

yang bersifat bisnis, tetapi juga organisasi dalam bentuk

lain.

Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan

dilakukan dengan meningkatkan mutu intensifikasi yang

dijalankan secara berkelanjutan dan efisien guna meningkatkan

daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian

lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan

dengan penerapan teknologi maju.

Cara lain untuk meningkatkan usahatani adalah dengan

perluasan areal tanam. Peningkatan Intensitas Pertanaman

(PIP) baik dari Intensitas Pertanaman (IP) 100 menjadi IP 200

maupun dari IP 200 menjadi IP 300 pada berbagai tipologi

lahan. Penambahan baku lahan (PBL) yang diupayakan

melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial, terutama diluar

Jawa.

Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan

produktifitas maupun perluasan areal tanam diperlukan

penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi yang

diterapkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik

lokasi dan berwawasan lingkungan. Teknologi yang

disebarluaskan mulai dari teknologi pra produksi, proses

produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil dengan

fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu,

pemupukan berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta

teknologi pengolahan hasil dan alsin pertanian.

Upaya pengembangan usaha yang lainnya adalah

penambahan nilai tambah. Upaya pengembangan usaha yang

Page 40: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 31

mampu memberikan nilai tambah bagi petani perlu terus

ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya

bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam

bentuk olahan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara

lain:

a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat

b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil

c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu

d. Pemanfaatan peluang kredit

Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana

pertanian tanaman pangan diarahkan untuk menjamin

aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan

produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan

pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai

berikut:

Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana

produksi dilapangan untuk menciptakan iklim yang kondusif

dan berusahatani. Peningkatan efektivitas dan efisiensi

koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan

pengembangan sarana dan prasarana

Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan

dengan sistem pemasaran yang efisien dan berorientasi pada

kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan

kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu

produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi

pemasaran.

Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan

kelembagaan baik kelembagaan petani maupun pemerintah

sebagai berikut:

Page 41: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

32 Faktor-faktor dalam Usahatani

a. Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan

kemampuannya tidak hanya dari aspek budidayanya saja

namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan

kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang

menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi

maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.

b. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing,

penyediaan kredit, dan mengembangkan pola kemitran.

c. Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan

memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap petugas,

manajer, operator dan petani melalui peningkatan fasilitas

perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit

dan pelatihan.

d. Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH,

balai benih maupun Brigade proteksi sehingga dapat

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama

petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus

operasional dan admisnistrasi.

Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam

peningkatan usahatani. Akan tetapi penyuluhan pertanian

sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-akhir ini

terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera

diwujudkan sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.

Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal

pemasyarakatan teknologi dan manajemen produksi, serta

fasilitas aksesibilitas petani terhadap pasar, permodalan,

informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar

penyuluhan dapat efektif mendukung program pembangunan

usahatani diperlukan upaya-upaya koordinasi dan sinkronisasi,

sosialisasi program pembangunan usahtani, serta mengisi

Page 42: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 33

materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program

pembangunan usahatani.

Page 43: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

34 Faktor-faktor dalam Usahatani

Page 44: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 35

3. Penelitian Usahatani

A. Pelaksanaan Penelitian Usahatani

Soekartawi, et al. (1986) mengatakan bahwa penelitian

adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematis dan

teliti dengan tujuan memecahkan suatu masalah. Pada

umumnya penelitian dari usahatani adalah memberikan petani

informasi untuk petani mencapai tujuan dari usahataninya dan

memberikan informasi kepada pemerintah sebagai dasar

perumusan kebijakan dan pembangunan pertanian yang lebih

baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya peneliti harus

memperhatikan beberapa aspek sehingga dapat menciptakan

penelitian yang baik dan efektif. Berikut merupakan elemen

yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penelitian

usahatani, yaitu:

1. Pengetahuan yang cukup mengenai teori tentang pertanian

Pengetahuan yang cukup mengenai teori pertanian

dibutuhkan untuk perumusan hipotesis dari penelitian yang

3 PENELITIAN USAHATANI

Page 45: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

36 Penelitian Usahatani

akan dibahas. Pengetahuan yang cukup mengenai teori

memberikan gambaran mengapa suatu keadaan atau

permasalahan itu bisa terjadi dan juga melihat bagaimana cara

agar keadaan atau permasalahan tersebut bisa diubah.

Ilmu usahatani erat kaitannya dengan pengalokasian

petani dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Teori ini memiliki disiplin

induk yang disebut dengan teori ekonomi. Dalam ilmu

ekonomi, terdapat beberapa prinsip yang dianut yaitu sebagai

berikut:

a. Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif menjelaskan tentang lokasi

produksi pertanian, berbagai jenis tanaman dan ternak dengan

syarat berbeda harus diusahakan di daerah-daerah pada

keadaan fisik dan sumberdaya lainnya secara ekonomis sangat

sesuai. Karena itu usahatani dengan sumberdaya yang

terbataspun dapat memiliki keunggulan komparatif untuk

beberapa komoditi. Terdapat beberapa faktor yang dapat

mengubah keunggulan komparatif, antara lain:

(1) Pengembangan pola usahatani baru atau perbaikan

teknologi

(2) Perubahan biaya produksi dan harga relatif berbagai

komoditi usahatani

(3) Perubahan biaya angkutan seperti yang terjadi bila jalan

diperbaiki

(4) Perbaikan kualitas lahan karena drainase, irigasi dan

sebagainya

(5) Pengembangan produk subtitusi yang lebih murah.

Page 46: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 37

Beberapa faktor diatas merupakan tugas dari peneliti

untuk mengevaluasi perubahan-perubahan kondisi yang terjadi

dan memberikan saran bagaimana memanajemen usahatani

yang baik sehingga petani dapat lebih cepat menyesuaikan diri

terhadap perubahan kondisi yang terjadi.

b. The law of diminishing returns

Prinsip ini berguna untuk menentukan jumlah produksi

secara maksimal yang dapat dihasilkan dari sumberdaya yang

terbatas, misalnya apabila petani memiliki sebidang tanah

maka petani tersebut harus dapat memanfaatkan lahannya

secara efektif dan efisien untuk mencapai produksi yang

maksimal. Apabila hal tersebut tidak dilakukan oleh petani

secara baik maka akan berdampak pada pendapatan petani

yang semakin menurun. Mengingat banyaknya faktor produksi

yang digunakan petani dalam berusahatani dan tidak semua

daerah memiliki tingkat pengembalian yang sama maka

dengan adanya penelitian usahatani, seorang peneliti

diharapkan dapat memberikan saran maupun informasi

mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan

sumberdaya yang terbatas tersebut.

c. Substitusi

Banyaknya cara yang dapat dilakukan untuk

berproduksi, maka petani harus dapat memilih metode yang

dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dan dapat

memproduksi hasil yang maksimal. Contohnya, apabila

seorang petani harus menyiapkan pengolahan lahan yang akan

digunakan untuk bercocok tanam maka petani tersebut harus

memilih akan membayar sejumlah tenaga kerja untuk

mengerjakan lahannya atau mengerjakan sendiri, akan

menggunakan ternak untuk membajak lahannya atau

Page 47: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

38 Penelitian Usahatani

menggunakan teknologi yang lebih modern. Dengan adanya

penelitian tentang usahatani, diharapkan dapat memberikan

pandangan bagi petani pilihan mana yang lebih efektif dan

efisien sesuai dengan lahan yang dimiliki.

d. Analisis biaya

Prinsip keempat ini merupakan prinsip yang penting

apabila ingin melakukan usahatani. Alasannya karena petani

tidak mampu mengatur harga komoditas yang dijualnya atau

memberikan nilai kepada komoditi tersebut, yang bisa

dilakukan adalah menghitung seberapa banyak biaya yang

harus dikeluarkan untuk melakukan usahatani tersebut. Biaya

pada usahatani terbagi menjadi dua yaitu:

(1) Biaya tetap yaitu biaya faktor produksi untuk usahatani

yang tidak bergantung pada tingkat produksi yang

dihasilkan. Contohnya: Lahan, mesin pertanian, bangunan

dan lain-lain

(2) Biaya variabel yaitu biaya faktor produksi untuk usahatani

yang bergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan.

Contohnya: Bibit, pupuk, bahan bakar dan lain-lain.

Biaya-biaya dari faktor produksi tersebutlah yang akan

membantu petani untuk menentukan dengan harga berapa hasil

produksinya dapat dijual dan juga menentukan nilai dari suatu

hasil produksi petani tersebut. Dengan adanya penelitian

mengenai usahatani maka dapat membantu petani dalam

menentukan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dalam

berusahatani dan juga dalam penentukan harga dan nilai yang

telah dijelaskan sebelumnya.

e. Biaya yang diluangkan

Prinsip ini merupakan biaya yang berkaitan dengan

setiap pilihan, misalnya menggunakan beberapa macam

Page 48: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 39

sumberdaya di dalam suatu kegiatan, ditanyakan oleh nilai

penggunaan alternatif terbaik yang diluangkan. Contohnya

yaitu apabila memiliki 2 pilihan untuk berusahatani, yaitu

menanam jagung dan padi. Apabila menanam jagung, petani

akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp100.000,-,

sedangkan menanam padi sebesar Rp150.000,-, maka biaya

yang diluangkan untuk petani menanam jagung adalah sebesar

Rp150.000,-. Karena angka ini lebih besar daripada

keuntungan potensial tanaman jagung, maka petani harus

menanam padi. Penelitian usahatani akan membantu petani

dalam menentukan pilihan-pilihan tersebut karena prinsip

alokasi sumberdaya tersebut mempunyai peranan yang sangat

penting dalam memilih cabang usaha, dan karena itu pula

penting dalam menyusun pola organisasi usahatani yang

efisien.

f. Pemilihan Cabang Usaha

Prinsip ini merupakan sesuatu cabang usaha yang

dipertimbangkan dalam perencanaan usahatani selama

sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih

usahatani melebihi biaya yang diluangkan sumberdaya yang

mereka gunakan. Beberapa cabang usaha dalam usahatani

dapat saling bersaing dalam menggunakan sumberdaya.

Contohnya petani menanam dua tanaman yang berbeda tidak

memiliki cukup tenaga kerja yang digunakan dalam memanen

apabila waktu panen bersamaan maka petani harus mengatur

waktu tanam dan juga panen.

Secara keseluruhan tujuannya adalah menggunakan

seefisien mungkin sumberdaya yang dimiliki. Prinsip ini

berhubungan dengan alokasi sumberdaya kepada cabang usaha

atau aktivitas yang akan memaksimalkan pendapatan bersih

Page 49: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

40 Penelitian Usahatani

usahatani. Penelitian mengenai usahatani akan membantu

petani memanajemen bagaimana dapat memaksimalkan

keuntungan dengan menggunakan sumberdaya yang ada secara

efisien dengan adanya cabang usaha atau aktifitas yang

dilakukan.

g. Bakutimbang tujuan

Petani tentunya ingin mencapai bebrapa tujuan yang

dapat memberikan kepuasan yang sebaik-baiknya. Hal yang

tidak dapat dihindari ialah bahwa beberapa tujuan itu saling

bersaing. Contohnya pendapatan tunai untuk membiayai

usahatani dan menyekolahkan anak dengan bersantai-santai.

Apabila petani tidak mensubtitusi satu dengan yang lainnya,

baik dalam penggunaan sumberdaya maupun konsumsi, maka

petani harus mempertimbangkan satu tujuan dengan tujuan

lainnya. Dengan adanya penelitian usahatani maka akan

memberikan pengetahuan petani sehingga diharapkan nantinya

dapat mempertimbangkan tujuan satu dengan yang lainnya.

Prinsip-prinsip di atas menuntun peneliti kepada

perumusan hipotesis yang akan diuji dan pengumpulan data

yang diperlukan. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan

dalam menerapkan prinsip tersebut, yaitu:

a. Ketidakpastian

Hal ini yang akan mempengaruhi pendapatan seperti

iklim, serangan hama dan penyakit, perkembangan harga,

keragaman teknologi baru, politik, sosial dan sebagainya,

sehingga peneliti harus menyadari hal tersebut, dalam hal ini

diperlukan analisis resiko.

Page 50: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 41

b. Uang

Petani kecil berusahatani dengan komersil, semi

subsisten dan subsisten, sehingga peneliti harus menggunakan

uang sebagai ukuran yang sangat memudahkan untuk

membandingkan atau mengukur usahatani daerah tersebut,

antar daerah, antar negara bagaimanapun bentuk usahatani

tersebut.

1. Pengetahuan praktis dan pengalaman yang relevan

Dengan menghargai, merasa dekat dan memiliki

pengalaman terhadap usahatani dan penduduk desa merupakan

salah satu elemen penting bagi keberhasilan penelitian

usahatani. Tanpa pengalaman dan apresiasi akan sulit bagi

peneliti untuk mengetahui kebutuhan petani dan memahami

pola usahatani yang dilakukan petani. Tanpa mengetahui hal

tersebut, peneliti akan memiliki landasan yang sempit untuk

merumuskan masalah yang dapat diteliti dan hipotesis yang

akan diuji. Maka dari itu, pengetahuan praktis dan pengalaman

yang relevan merupakan elemen terpenting agar penelitian

usahatani berhasil.

2. Strategi penelitian yang efektif dan sumberdaya penelitian

yang cukup

Dalam merumuskan strategi penelitian usahatani perlu

dibedakan antara elemen-elemen yang tergolong metode

penelitian di satu pihak dan tahapan-tahapan administrasi di

pihak lain. Elemen-elemen penting dalam metode penelitian

adalah:

a. Perumusan masalah

Masalah harus mencerminkan kebutuhan yang

dirasakan. Agar relevan sebagai masalah yang dapat diteliti,

Page 51: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

42 Penelitian Usahatani

maka kebutuhan tersebut harus dapat dipecahkan dengan

informasi yang diperoleh melalui penelitian.

b. Hipotesis

Hipotesis merupakan penghubung antara masalah dan

tahap pengumpulan data dan analisis data. Sifat-sifat hipotesis

yang diinginkan yaitu terkait dengan pernyataan yang dibuat

sesederhana mungkin, harus dapat dibuktikan atau ditolak

dalam batas-batas sumberdaya penelitian yang tersedia dan

harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga memberikan arah

kepada penelitian.

c. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian menguraikan apa yang ingin dicapai

oleh penelitian. Umumnya menentukan batas-batas proyek

penelitian, menguraikan cara-cara pelaksanaan penelitian,

menetukan untuk siapa penelitian dilakukan dan menjelaskan

hasil yang diharapkan.

B. Kebutuhan Terhadap Penelitian Usahatani

Kebutuhan terhadap penelitian usahatani yaitu petani

dengan golongan miskin di dunia dan mempunyai peranan

penting dalam mencukupi kebutuhan pangan dunia. Maka

pembangunan pertanian harus dilakukan yang dibantu dengan

adanya penelitian mengenai usahatani. Berikut merupakan

bagian dari penelitian usahatani yang dapat membantu dalam

pembangunan pertanian, antara lain:

1. Rekomendasi

Penyediaan teknologi baru dan pemberian informasi

pasar yang memadai dan tepat sasaran atau sesuai kebutuhan

petani.

Page 52: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 43

2. Evaluasi proyek

Setiap usulan proyek harus dinilai apakah manfaat yang

diperoleh melebihi biayanya.

3. Perencanaan pertanian

Perencanaan disini adalah perencanaan pada

sumberdaya yang tersedia bagi petani selama kurun waktu

perencanaan.

4. Kebijaksanaan pertanian

Sebagai perincian oleh pemerintah mengenai ketentuan

peraturan yang harus ditaati dalam penyelenggaraan pertanian,

misalnya:

a. Kebijaksanaan bagi hasil

b. Hak atas tanah dan air

c. Harga dan pengaturan pasar

d. Pengawasan terhadap hama dan penyakit

e. Ekspor dan kesejahteraan buruh

f. Pemberian kredit dan tingkat bunga.

5. Pembangunan desa

Pembangunan desa mencakup pendapatan, kesehatan,

pendidikan, kebudayaan dan infrastruktur.

C. Tahapan Penelitian Usahatani

Dalam penelitian usahatani, tahapan yang harus

dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan dan pemilihan lokasi penelitian

Aspek yang perlu diperhatikan apabila peneliti ingin

menetapkan lokasi penelitian adalah menyangkut lokasi

geografis yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani,

peneliti juga harus mempertimbangkan aspek pilihan waktu

penelitian, misalnya ingin meneliti produktifitas mangga, maka

Page 53: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

44 Penelitian Usahatani

tentu harus memperhitungkan saat mangga berbunga, berbuah

dan lainnya serta peneliti memperhatikan pula kemungkinan di

daerah tersebut akan ada perubahan akibat dibukanya jalan

baru, irigasi baru dan lain-lain.

2. Deskripsi dan analisa

Kegunaan dan tujuan dari deskripsi dan tujuan adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menggali pemahaman lingkungan usahatani dan

sistem yang mendukung serta pengaruhnya terhadap tingkat

pengambilan keputusan petani

b. Untuk mengetahui faktor fisik, biologis dan sosial

ekonomis

c. Untuk mengetahui faktor pembatas atau penghambat

sehingga dapat ditetapkan prioritas penelitian yang paling

efektif dalam memacahkan masalah.

Kegiatan yang dilakukan untuk melakukan penelitian

usahatani adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dasar

b. Diagnosa hasil studi lapang

c. Analisa data dasar dan hasil studi lapang

d. Penetapan prioritas daerah penelitian

Analisa sistem usahatani yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Pemaparan lingkungan petani, lingkungan ekonomi dan

budaya

b. Pemaparan atau penjelasan sistem usahatani

• Pilihan cabang usaha dan hubungan antar cabang usaha

• Faktor-faktor produksi

• Pengelolaan usahatani

• Persepsi dan cara petani mengambil keputusan

Page 54: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 45

c. Identifikasi masalah dan kesempatan

d. Penetapan prioritas penelitian usahatani (pra-penelitian)

3. Penyusunan kerangka penelitian

Kegunaan dan tujuan dari deskripsi dan tujuan adalah

sebagai berikut:

a. Menggali informasi dari tahap diagnosa serta umpan balik

b. Uji coba pada petani menguji alternatif pemecahan masalah

serta identifikasi

Dalam penyusunan kerangka penelitian terdapat

penjabaran yang meliputi penetapan rekan kerja, penetapan

prioritas penelitian dan penentuan hipotesa untuk diuji. Serta

terdapat pula evaluasi pemecahan yang paling memungkinkan

yaitu mengenai:

a. Desain kriteria untuk analisa prediktif

b. Analisa alternatif pemecahan berdasarkan kepada

lingkungan petani, pengelolaan yang diperlukan, bentuk

pengaruh dan sikap sosial petani.

Terdapat pula desain penelitian usahatani antara lain

sebagai berikut:

a. Pemilihan metode penelitian

b. Kriteria produktifitas

c. Penentuan petani contoh

d. Tipe pengujian

e. Bentuk uji coba

f. Metode analisis hasil

Berikut merupakan draf rencana kerja yang

komperhensif, yaitu:

a. Uji coba umum : percobaan pada usahatani

b. Penelitian budidaya dan aspek biologis

Page 55: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

46 Penelitian Usahatani

c. Penelitian sosial ekonomi (survei, pembahasan usahatani

dan monitoring)

d. Penelitan sumberdaya usahatani: pelestarian tanah dan

Sumberdaya Alam (SDA), teknik pengairan dan kualitas

air, kegunaan iklim dan drainase, dan lain-lain.

e. Analisa hasil penelitian

• Berkaitan dengan analisa kerja: pendekatan terintegrasi

dan interdisiplin keilmuan

• Hasil kajian budidaya dan aspek biologis, meliputi:

- Bentuk uji dan tujuan

- Setiap respon budidaya

- Evaluasi variabilitas

- Kondisi iklim normal atau tidak normal

- Pertimbangan petani atas teknik yang dipilih

• Sumberdaya usahatani yang digunakan: kredit, tenaga

kerja, pengairan, harga lahan, perhubungan dan

kelembagaan penunjang.

• Analisa ekonomi, meliputi:

- Pendugaan keuntungan

- Analisa alternatif

- Marginal keuntungan

- Pendugaan keuntungan bila petani menggunakan

metode baru

- Pertimbangan resiko

• Analisa sosial dan perilaku petani

• Hasil dari uji lapang, meliputi:

- Umpan balik dari penerapan teknologi

- Perbaikan pengertian dari sistem usahatani

- Penentuan bentuk teknik yang dapat disuluhkan

4. Tahap kegiatan penelitian

Page 56: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Penelitian Usahatani 47

5. Tahap uji coba

Tahap ini memerlukan kerjasama antara peneliti

usahatani dan ahli biologi pertanian, penelitian ini dilakukan

terhadap faktor-faktor penghambat hasil. Metode yang

digunakan dalam tahap ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Metode Tahapan Uji Coba

Metode yang digunakan dalam tahap ini digambarkan

sebagai berikut:

• Perbedaan hasil I terjadi karena adanya teknologi yang

tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan

• Perbedaan hasil II terjadi karena adanya kendala biologi

(varietas, tanamana pengganggu, hama dan penyakit,

masalah tanah dan kesuburan tanah) serta kendala sosial

ekonomi (biaya dan penerimaan, kredit, kebiasaan dan

sikap, pengetahuan, kelembagaan, ketidakpastian dan

resiko).

Has

il L

embag

a E

ksp

erim

en

Has

il P

ote

nsi

Usa

hat

ani

Has

il U

T

perbedaan

perbedaan

Page 57: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

48 Penelitian Usahatani

6. Tahap penyuluhan

Tahap penyuluhan merupakan tahap aplikasi semua

hasil kajian yang berdayaguna untuk dikembangkan sehingga

tujuan usahatani, pembagunan pertanian dan pembangunan

nasional dapat tercapai.

Page 58: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 49

4.

4. Perencanaan & Resiko Usahatani A. Perencanaan Usahatani

Tujuan dari perencanaan usahatani sejatinya untuk

menganalisa kembali penggunaan sumberdaya dalam

usahatani, dengan kata lain perencanaan usahatani digunakan

untuk mengevaluasi dampak yang diperoleh dari adanya

perubahan dalam metode produksi ataupun pengorganisasian

dalam usahatani misalnya perubahan varietas tanaman atau

pengeintensifan lahan produksi. Pada praktik perencanaan

usahatani dapat dilakukan sebagai suatu kesatuan (whole farm

planning) atau hanya sebagian saja (partial analysis).

Pada whole farm planning segala jenis perencanaan

dalam kegiatan yang berhubungan dengan usahatani ditinjau

dan dipertimbangkan berdasarkan keseluruhan aspek kegiatan

termasuk menyusun penerimaan dan pengeluaran anggaran.

Sedangkan pada partial analysis penyusunan anggaran hanya

pada aspek-aspek tertentu yang dipengaruhi langsung oleh

perubahan yang diusulkan.

4 PERENCANAAN & RESIKO

USAHATANI

Page 59: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

50 Perencanaan & Resiko Usahatani

Perencanaan usahatani terdiri dari tiga tahap utama.

Tahap pertama ialah menyusun secara rinci seluruh cabang-

cabang usahatani dan metode produksi yang akan digunakan.

Perencanaan ini tidak hanya menunjukkan jenis-jenis tanaman

yang akan diusahakan, tetapi juga merinci segala jenis varietas

dari tanaman, waktu tanam, jenis pupuk dan pestisida yang

digunakan dan keseluruhan kegiatan usahatani lainnya. Tahap

kedua ialah menguji perencanaan yang telah diperinci yang

berhubungan dengan sumberdaya yang diperlukan dan

menyesuaikan dengan kendala-kendala sumberdaya yang ada

serta faktor-faktor yang berpengaruh meliputi institusional,

kelembagaan, sosial dan budaya. Tahap terakhir ialah

mengevaluasi rencana dan menyusun urutan rencana alternatif

sesuai dengan pedoman serta memilih rencana yang terbaik.

Pedoman yang digunakan adalah pedoman yang

mencerminkan tujuan petani, misalnya penghasilan bersih

usahatani, maka alat analisis yang digunakan ialah metode

anggaran (budgeting method) dan perencanaan linier (linier

programming).

Pada pelaksanaan perencanaan usahatani tentunya ketiga

tahap utama tersebut harus dilakukan secara bersamaan. Pada

budgeting method rencana-rencana alternatif disusun sesuai

dengan intuisi, yaitu dengan memodifikasi sistem yang sudah

berlaku saat ini atau dengan mengadaptasi sistem yang

dikembangkan pada usahatani yang sudah berhasil dan sudah

teruji dalam penelitian. Keseluruhan rencana tersebut

kemudian akan dilakukan pengujian dan modifikasi lebih

lanjut agar dapat dievaluasi. Umumnya pada metode linier

programming dan prosedur-prosedur yang berhubungan

dengan perencanaan usahatani dibuat untuk memperoleh

perencanaan usahatani yang memenuhi kendala-kendala

Page 60: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 51

optimum menurut patokan tertentu. Segala jenis metode yang

digunakan dalam perencanaan usahatani, hal pertama yang

harus menjadi perhatian ialah ditujukan pada penyusunan

anggaran kegiatan (activity budget).

Anggaran kegiatan (activity budget) merupakan salah

satu aspek penting karena merupakan komponen yang

digunakan pada semua teknis perencanaan usahatani.

Anggaran kegiatan terdiri dari kumpulan informasi mengenai

teknologi produksi tertentu yang digunakan dalam kegiatan

usahatani. Segala informasi tersebut diperoleh melalui kegiatan

survei usahatani, data usahatani, penelitian usahatani dan

lainnya. Pada anggaran kegiatan terdapat dua istilah yang perlu

diketahui yaitu cabang usahatani dan cabang kegiatan. Cabang

usahatani (enter prise) dipahami sebagai produksi komoditas

tertentu atau sekelompok komoditas untuk keperluan dijual

kepada konsumen atau untuk keperluan konsumsi pribadi

tanpa menyebutkan metode produksi yang digunakan.

Sedangkan cabang kegiatan (activity) merupakan metode

tertentu yang bertujuan untuk memproduksi tanaman atau

mengusahakan suatu atau sekelompok komoditas pertanian.

Misalnya ialah komoditas bawang merah pada lahan sawah

irigasi dan lahan tegal merupakan kegiatan yang berbeda akan

tetapi masih dalam cabang usahatani yang sama.

Perbedaan pada enter prise dan activity adalah penting

untuk dipahami karena perencanaan usahatani tidak hanya

menentukan apa yang akan diproduksi akan tetapi bagaimana

cara memproduksinya. Pilihan metode tersebut tidak hanya

pada penentuan kombinasi cabang usaha, akan tetapi

pengkombinasian kegiatan yang sesuai. Pada

pengaplikasiannya penentuan jumlah kegiatan tersebut hanya

Page 61: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

52 Perencanaan & Resiko Usahatani

terbatas pada jangkauan pelaku usahatani. Oleh sebab itu

permasalahan dalam perencanaan usahatani berubah menjadi

pemilihan jenis kegiatan usahatani yang layak dan optimal.

Anggaran kegiatan terdiri dari beberapa komponen

seperti:

a. Batasan kegiatan secara singkat dan jelas yang menyatakan

apa yang diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya.

b. Daftar sumberdaya usahatani yang dibutuhkan (lahan,

tenaga kerja, modal dan lainnya) pada setiap unit kegiatan.

c. Jumlah hubungan antara segala jenis kegiatan usahatani.

d. Daftar kendala yang bukan merupakan sumberdaya

usahatani pada satu atau beberapa kegiatan usahatani,

seperti kendala pemasaran.

e. Daftar biaya variabel pada setiap unit kegiatan usahatani.

f. Jumlah produk yang dihasilkan pada tiap unit kegiatan

usahatani dan perkiraan harga jual produk.

Tujuan perencanaan usahatani ialah untuk memilih dan

mengkombinasikan kegiatan tanam untuk memperoleh hasil da

kondisi yang optimum. Adapun beberapan program

perencanaan usahatani yang dapat digunakan ialah:

1. Program sederhana (simplied programming) yaitu

perhitungan pada program ini dapat dilakukan secara

manual, akan tetapi sangat rentan dengan masalah dan

kendala.

2. Program linier (linier programming) yaitu perencanaan

usahatani dengan menggunakan media komputer atau

manual yang digunakan untuk memilih kombinasi dari

beberapa kegiatan sehingga dapat memaksimalkan

pendapatan kotor.

Page 62: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 53

3. Program resiko (risk programming) yaitu metode yang

sesuai dengan perencanaan usahatani jika produktivitas,

harga dan koefisien perencanaan kegiatan usahatani sulit

untuk diestimasi lebih awal. Cara menghitung faktor resiko

dalam pendapatan kotor dapat dilakukan dengan

menggunakan program resiko kuadratik (Quadratic Risk

Programming) yaitu dengan menyusun matriks yang

menyajikan ragam dalam pendapatan kotor.

4. Sistem simulation yaitu metode yang digunakan untuk

menirukan kegiatan usahatani melalui model tertentu.

Model yang digunakan dapat berupa model sederhana

maupun model rumit yang menunjukkan hubungan antara

proses sosial dan ekonomi yang berpengaruh pada kegiatan

usahatani.

Berikut merupakan contoh anggaran kegiatan dari

usahatani padi sawah:

Modal

1. Kebutuhan benih 20 kg @ 6.000 120.000

2. Pupuk kandang 1000 kg @ 1.000 1.000.000

3. Sekam padi 20 karung @ 2.000 40.000

4. Pupuk NPK kujang 5 karung @ 120.000 600.000

5. Pupuk NPK Ponska 3 karung @ 120.000 360.000

6. Pestisida / insektisida 150.000

———– +

2.270.000

Biaya operasional

1. Pengolahan lahan 30 HOKp @ 35.000 1.050.000

2. Penanaman 20 HOKw @ 25.000 500.000

3. Penyiangan 6 HOK @ 35.000 210.000

4. Pemupukan 6 HOK @ 35.000 210.000

Page 63: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

54 Perencanaan & Resiko Usahatani

5. Penyemprotan Pestisida 4 HOK @ 35.000 140.000

6. Panen dan pasca panen 12 HOK @ 35.000 420.000

7. Biaya pengeringan 8 HOK @ 35.000 280.000

———– +

2.810.000

Pengeluaran = Modal + biaya operasional

= 2.270.000 + 2.810.000

= 5.080.000

Pendapatan

Hasil Panen misalkan 7 ton GKP per hektar. Setelah

dikeringkan susut 18 %, maka hasilnya 5,74 ton GKG per

hektar. Harga 1 kg GKG adalah 3.500. Maka hasil yang

diperoleh adalah 5.740 kg x 3.500 = 20.090.000

Keuntungan

= HPendapatan – Biaya Pengeluaran

= 20.090.000 – 5.080.000

= 15.010.000

Bila dalam 1 musim tanam adalah 4 bulan, berarti dalam 1

bulan keuntungannya

= 15.010.000 : 4

= 3.752.5000

B. Resiko Usahatani

Kegiatan usahatani merupakan suatu pengorganisasian

produksi dimana petani sebagai pelaku usaha yang mengelola

modal, tenaga kerja, dan lahan yang bertujuan untuk

menghasilkan produksi tertentu baik dalam segi output

pertanian maupun sisi pendapatan. Sebagai pelaku usahatani

Page 64: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 55

tentu selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan

kendala usaha yang harus sesegera mungkin untuk diantisipasi.

Permasalahan yang umum seperti apa yang harus ditanam oleh

petani harus dapat memperoleh keuntungan.

Salah satu ketidakpastian dalam usahatani ialah adanya

fluktuasi harga maupun fluktuasi produksi hasil pertanian

(Soekartawi et al., 1993). Misalnya fluktuasi hasil produksi

pertanian dalam usahatani padi umumnya disebabkan oleh

kondisi iklim yang tidak menentu, dan serangan hama

penyakit. Sedangkan dari sisi fluktuasi harga dapat disebabkan

oleh harga beras lokal terhadap beras impor.

Pengambilan keputusan dalam mengalokasikan input

usahatani sangat dipengaruhi oleh sikap dari pelaku usahatani

(petani) yaitu jika petani berani mengambil resiko maka

pengalokasian input usahatani dapat lebih efisien. Menurut

Arsyad (1995) perilaku dari pelaku usahatani (petani) dalam

menghadapi resiko terbagi menjadi tiga jenis fungsi utilitas,

antara lain:

a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau dapat dikatakan

sebagai orang yang cenderung menghindari resiko

b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau dapat dikatakan

sebagai orang yang bersikap netral terhadap resiko

c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau dapat dikatakan sebagai

orang yang berani mengambil resiko

Dalam setiap perencanaan kegiatan tentunya akan selalu

dihadapkan dengan berbagai macam pertimbangan antara

sesuatu yang harus dikorbankan dan manfaat yang akan

diterima. Sama halnya dengan sektor produksi, pada setiap

kebutuhan ekonomi harus ada perhitungan antara hasil yang

Page 65: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

56 Perencanaan & Resiko Usahatani

ingin dicapai dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

mencapai hasil tersebut. Begitu juga pada sektor usahatani

dimana kegiatan tersebut harus dianalogikan sebagai sebuah

perusahaan, agar biaya dan hasil yang diperoleh harus

mempunyai perhitungan untuk mengetahui pendapatan serta

tingkat efisiensi maupu resiko dari kegiatan usahatani tersebut.

Menurut Ichsan (1998) untuk menganalisis resiko

usahatani dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu

pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kualitatif didasarkan pada penelitian subjektif dari

pengambilan keputusan. Sedangkan pendekatan kuantitatif

didasarkan pada penghitungan dari nilai hasil yang ingin

dicapai sebagai indikator probabilitas dari investasi dan ragam

(variance) dan standard deviasi sebagai indikator resiko.

Menurut Kadarsan (1995), hubungan antara resiko dan

pendapatan usahatani adalah aspek yang penting dalam

kegiatan usahatani. Hubungan tersebut umumnya diukur

dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas

minimum pendapatan. Koefisien variasi atau tingkat resiko

terendah ialah perbandingan antara resiko yang ditanggung

oleh pelaku usahatani dengan jumlah pendapatan yang akan

diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang

diinvestasikan dalam kegiatan produksi, koefisien variasi juga

digunakan dalam pemilihan alternatif yang memberikan resiko

paling sedikit dalam mengharapkan usatu hasil.

Sebagai contoh dalam meminimalkan resiko usahatani

ialah dengan mengasuransikan kegiatan usahatani. Hal ini

dilakukan agar pelaku usahatani dapat terlindungi dari resiko

gagal panen dan resiko harga produk jatuh pada saat panen

raya (over supply). Namun masih banyak pelaku usahatani

Page 66: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 57

(petani) yang enggan mengasuransikan usahataninya dengan

alasan seperti biaya premi yang tinggi sehingga petani

kesulitan dalam membayar premi, kurangnya kepercayaan

terhadap perusahaan asuransi dan proses administrasi asuransi

yang dianggap berbelit oleh petani.

Pada dasarnya prinsip asuransi dalam usahatani terdiri

dari tiga prinsip, antara lain:

a. Risk spreading dan risk pooling yaitu Risk spreading dapat

diartikan sebagai pelaku usahatani membagikan resiko yang

sama terhadap perusahaan penyedia jasa asuransi,

sedangkan risk pooling merupakan pelaku usahatani yang

memiliki resiko berbeda menggabungkan resiko tersebut

dalam satu wadah secara bersamaan.

b. Insurable risk yang berarti bahwa segala resiko yang

mungkin akan terjadi layak secara ekonomis untuk dapat

diasuransikan.

c. Rational for buying insurance yang berarti bahwa

pembelian asuransi harus rasional dari segi ekonomi.

Terdapatnya berbagai fasilitas kredit usahatani dan

asuransi usahatani tentunya mampu meringankan beban atau

kendala yang dihadapi oleh pelaku usahatani sehingga

diharapkan petani dapat melakukan kegiatan usahatani menjadi

lebih baik. Situasi yang dibutuhkan untuk dapat membentuk

sistem asuransi pertanian yang rasional bagi pelaku usahatani

dan secara ekonomi dapat dikatakan layak bagi perusahaan

penyedia asuransi antara lain:

a. Pelaku usahatani yang menjadi peserta asuransi harus

dalam jumlah yang cukup banyak, yang dirapkan dengan

Page 67: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

58 Perencanaan & Resiko Usahatani

mewajibkan pelaku usahatani penerima kredit asuransi

membeli plosi asuransi usahatani.

b. Pelaku usahatani harus menyetujui pengaplikasian

teknologi yang direkomendasikan dan adanya jasa dari

perbankan yang menyalurkan kredit sekaligus menjadi agen

asuransi dan dokumen klaim serta pembayaran klaim yang

telah disepakati oleh perusahaan penyedia asuransi.

c. Adanya dukungan penuh dari Departemen Pertanian,

terutama dalam kegiatan inspeksi resiko dan penilaian

kerugian serta pengaturan asuransi usahatani yang

dilakukan secara terpusat.

d. Adanya tenaga ahli yang memiliki pengalaman khusus

dalam bidang asuransi usahatani yang dimiliki oleh

perusahaan penyedia asuransi usahatani, misalnya tim

agronomi atau tim penilai kelayakan usahatani.

e. Perlunya kegiatan trial and error sebelum kegiatan asuransi

usahatani dilaksanakan supaya dapat dirumuskan

bagaimana model asuransi yang tepat sesuai dengan kondisi

riil di lapangan.

f. Perlunya kegiatan studi banding dengan berbagai negara

yang sudah berhasil dalam penyelenggaran asuransi

usahatani baik dengan menggunakan fasilitas secara online

atau langsung mengunjungi negara tersebut.

Berdasarkan kondisi dan persayaratan yang sudah

dipaparkan tersebut tentunya diharapkan asuransi usahatani di

Indonesia dapat terlaksana secara tepat. Dengan adanya kredit

usahatani dan asuransi usahatani diharapkan mampu

membantu pelaku usahatani untuk menjalankan kegiatan

usahatani secara lebih baik dan efisien.

Page 68: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 59

Studi Kasus Resiko Usahatani

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rarasati (2015)

yang melakukan penelitian tentang Analisis Resiko pada

Usahatani Kedelai dan Jagung di Kabupaten Grobogan

memperoleh hasil dimana sarana produksi yang digunakan

dalam usahatani jagung antara lain pupuk phonska, puuk TSP,

pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk ZA. Biaya lain yang

dikeluarkan oleh petani meliputi biaya sewa lahan, dan

kegiatan upacara adat seperti selametan. Total biaya yang

dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani jagung dengan

rata-rata luasan lahan sebesar 0,368 Ha ialah sebesar

Rp.1.632.944,00 dengan nilai konversi dalam bentuk 1 Ha

lahan sebesar Rp.4.435.271,00.

Tabel 2. Komponen Biaya Produksi Usahatani Jagung Input Kebutuhan

Per

Usahatani

Biaya

Per

Usahatani

(Rp)

Kebutuhan

Per

Hektar

Biaya

Per

Hektar

(Rp)

Benih (Kg) 5,4 386.838 14,73 1.050.618

Pupuk (Kg) :

a. Phonska 99 253.578 268 688.695

b. Organik 66 5.875 180 15.956

c. TSP 18 40.313 48 109.485

d. Urea 123 244.237 333 663.326

e. ZA 4 6.238 10 16.941

Pestisida

(liter)

0,57 24.750 2 67.219

Fungisida (gr) 8 1000 20 2.716

Lain-lain 670.115 1.819.976

Jumlah 1.632.944 4.435.271

Sumber : Rarasati (2015)

Page 69: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

60 Perencanaan & Resiko Usahatani

Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung Tenaga

Kerja

Kebutuhan

Per

Usahatani

Biaya

Per

Usahatani

(Rp)

Kebutuhan

Per

Hektar

Biaya

Per

Hektar

(Rp)

Pengolahan

lahan

2 183.000 5 497.012

Penanaman 5 214.188 12 581.715

Penyiangan 2 160.750 6 436.583

Pengairan 0 0 0 0

Pengendalian

hama

0 0 1 86.909

Panen 4 242.563 12 658.779

Pasca panen 1 68.438 4 185.870

Jumlah 14 1.632.944 39 2.446.870

Sumber : Rarasati (2015)

Selain itu, dari sisi iklim (peluang hujan)

pemilihan usahatani jagung dilakukan pada bulan Juni

sampai bulan Desember karena pada rentang waktu

tersebut memiliki rata-rata curah hujan yang cukup tinggi.

Dari segi produksi jagung adalah komoditas

unggulan yang dibudidayakan di Kabupaten Grobogan.

Mayoritas varietas yang digunakan ialah varietas jagung

hibrida berwarna kuning. Jumlah produksi jagung di

daerah penelitian sebesar 5.603 Kg/Ha. jumlah tersebut

termasuk jumlah produksi yang besar, karena jumlah

produksi maksimal yang dicapai bias mencapai

5.700 Kg/Ha di di Kabupaten Grobongan.

Harga jual jagung pada tingkat petani berada

pada kisaran harga Rp.2000/Kg sampai Rp.3000/Kg

Page 70: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Perencanaan & Resiko Usahatani 61

dalam bentuk kering pipil. Pendapatan rata-rata usahatani

jagung sebesar Rp.2.072.996/0,368 Ha. Produksi total

untuk komoditas jagung sebesar 224.137,23/Kg.

sedangkan rata-rata produksi jagung oleh petani

responden sebesar 5.603,43 Kg. Standar deviasi produksi

jagung diperoleh sebesar 2.152,65 sedangkan koefisien

variasi sebesar 0,38 yang berarti produksi jagung

memiliki tingkat resiko yang rendah sebab nilai CV<0,5.

Pada tingkat resiko iklim diperoleh standar deviasi iklim

sebesar 645,8 dan koefisien variasi 0,33 yang berarti

resiko iklim rendah karena nilai CV<0,5.

Pada sisi harga jual jagung sebesar Rp.94.600

dengan rata-rata harga sebesar Rp.2.365 dan diperoleh

standar deviasi sebesar 315 dan koefisien variasi sebesar

0,13 yang berarti tingkat resiko usahatani jagung rendah

karena nilai CV<0,5. Pada resiko pendapatan diketahui

total pendapatan sebesar Rp.82.922.528 dengan rata-rata

sebesar Rp.2.073.061 dengan standar deviasi

sebesar 1.549.402 dan koefisien 0,75 yang berarti resiko

pendapatan usahatani jagung rendah kerena nilai CV<0,5.

Page 71: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

62 Metode analisis Usahatani

5. Metode analisis Usahatani

A. Analisis Data Sederhana

Analisis ini juga dinamakan analisis tabulasi data, yang

meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu :

a. Menyusun sistem klasifikasi data

Data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data

diskrit dan data kontinyu. Data diskrit adalah data yang

memiliki bilangan terbatas, sedangkan data kontinyu memiliki

bilangan yang tidak terbatas.

b. Menentukan macam variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai

baik dalam bentuk angka (seperti jumlah anak, jumlah

pemilikan alat pertanian) atau bukan dalam bentuk angka

(seperti benar atau salah, tanaman pokok apa yang ditanam,

pelaksanaan panen dilakukan secara gotong-royong atau

sendiri).

Variabel continous: digunakan untuk tujuan praktis,

selalu berbentuk angka, dalam teori dapat mempunyai bilangan

yang tidak terbatas dalam jarak jangkau tertentu, misalnya:

5 METODE ANALISIS USAHATANI

Page 72: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 63

produksi/ha, biaya-biaya saprodi, tetapi dalam prakteknya

kadang penggunaannya kabur.

c. Menentukan kelas

Klasifikasi data memerlukan pengelompokan data ke

dalam kelas berdasarkan nilai sebuah atau beberapa buah

variabel. Contoh : Data diskrit (0 – 9 ; 10 – 19), data kontinyu

(0,0 – 0,9 ; 1,0 – 1,9).

d. Menentukan macam tabel yang digunakan

Terdapat beberapa macam tabel:

1. Tabel untuk tujuan umum: menyajikan gambaran ikhtisar

untuk menyajikan data primer yang amat banyak agar

mudah untuk dibaca. Contohnya sebagai berikut:

Tabel 4. Contoh tabel tujuan umum

2. Tabel untuk tujuan khusus: tahapan yang lebih lanjut di

dalam analisis, tabel-tabel tersebut dibuat untuk

memperjelas beberapa bagian yang tidak terpisah dari

No Data Frekuensi Keterangan

1.

Sensus

rumah

tangga

1 kali Untuk semua rumah

tangga

2. Inventaris

ternak

Tiap

tahun

Pencatatatan kekayaan

rumahtangga berupa

ternak/alat pertanian

3.

Inventaris

alat

pertanian

Tiap 15 ,

20 hari

Pencatatan tentang

macam dan nilai

transaksi, meliputi arus

uang keluar dan masuk

barang dan jasa pada

rumah tangga.

Page 73: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

64 Metode analisis Usahatani

kegiatan penelitian keseluruhannya. Data diolah sebagai

rata-rata, indeks, persen dan sebagainya. Contohnya adalah

sebagai berikut:

a) Satu dimensi arah

Tabel 5.Contoh tabel satu dimensi arah No Macam Pengeluaran Rupiah

(Rp)

Persen

(%)

1. Sewa alat 1.000 16,7

2. Upah buruh 2.000 33,3

3. Pembelian bibit 3.000 50

Total 6.000 100

b) Dua dimensi arah (berdasarkan varietas padi dan status

petani)

Tabel 6. Contoh tabel dua dimensi arah

No Status Petani

Varietas Padi Rata-

rata Unggul Lokal

1. Petani Pemilik

penggarap

100 50 50

2. Petani bagi hasil 70 20 45

c) Tiga dimensi arah (berdasarkan tahun, musim,

kecamatan)

Tabel 7. Contoh tabel tiga dimensi arah

No Tahun

Kec. Leces Kec. Kraksan

Musim

hujan

Musim

kemarau

Musim

hujan

Musim

kemarau

1. 1970-1971

2. 1971-1972

Rata-rata

Page 74: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 65

e. Penyajian data dengan gambar

1) Grafik: dengan dua variabel

2) Diagram tebar: untuk menunjukkan hubungan antara 2

variabel di dalam data yang tidak jelas menunjukkan

rangkaian kesatuan.

3) Histogram

4) Gambar Balok

5) Pie Chart

B. Analisis Program Linear

Analisis program linier adalah analisis dengan

menggunakan model matematika untuk memperoleh pilihan

terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Bersifat linier

dikarenakan variabel-variabel yang membentuk model

dianggap linier. Tujuan dari analisis regresi linier yaitu untuk

memilih kombinasi dari beberapa alternatif yang optimum.

Pilihan optimum dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan

ataupun meminimalkan fungsi tujuan dengan syarat bersifat

linier.

Menurut Soekartawi (1992) Linear Programming (LP)

adalah suatu metoda analisis yang variabelnya disusun dengan

persamaan linier. Kegunaan analisis program linier untuk

penelitian usahatani kadang-kadang terbatas karena asumsi-

asumsi yang digunakan. Asumsi linier dapat menghitung

pendapatan kotor dan kebutuhan pemakaian sumberdaya untuk

perencanaan tertentu, yang berarti bahwa setiap kegiatan

berlaku asumsi kenaikan hasil yang tetap. Asumsi ini tidak

selamanya benar, karena itu disajikan sebagai beberapa

segmen yang linier bersambungan.

Program linier merupakan suatu metode matematik yang

bertujuan untuk memaksimumkan satu atau beberapa fungsi

Page 75: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

66 Metode analisis Usahatani

tujuan yang linier di bawah beberapa kendala yang linier pula.

Teknik progam linier dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

(1) Meminimalkan biaya untuk mendapatkan total penerimaan

atau total keuntungan sebesar mungkin (program minimisasi

atau minimumkan); dan (2) Memaksimalkan total penerimaan

atau total keuntungan terhadap masalah keterbatasan

sumberdaya (program maksimasi atau memaksimumkan).

Programasi linier menurut Nasendi dan Anwar (1985)

adalah model yang didukung oleh lima macam asumsi yang

menjadi tulang punggung model ini. Beberapa ciri khas model

asumsi tersebut adalah:

1. Addivitas

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu

kriteria optimasi (koefisien peubah pengambil keputusan

dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu-

individu dalam model programasi linier.

2. Deterministik

Asumsi ini menghendaki agar semua parameter dalam

model programasi linier tetap dan diketahui atau ditentukan

secara pasti.

3. Divisibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah

pengambil keputusan, jika diperlukan dapat dibagi kedalam

pecahan-pecahan.

4. Linearitas

Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara

input yang satu dengan input yang lainnya atau untuk suatu

Page 76: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 67

input dengan output besarnya tetap dan terlepas (tidak

tergantung) pada tingkat produksi.

5. Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil

keputusan berubah maka dampak perubahannya akan

menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan

dan juga pada kendalanya.

Menurut Nasendi dan Anwar (1985) model dasar atau

model baku programasi linier dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Fungsi tujuan: optimumkan (maksimumkan atau

minimumkan)

Z=C1X1 + C2X2 + ….. + CnXn

Kendala: a11X1 + a12X2 + ….. + a1nXn ≤ b1

a21X1 + a22X2 + ….. + a2nXa ≤ b2

: : : : : : :

: : : : : : :

: : : : : : :

Am1X1 + am2X2 + ….. + amnXa ≤ bm

Syarat non negatif:

Xj ≥ 0, untuk j = 1,2, ……,n

Dalam bentuk kompaknya:

Optimumkan:

n

Z = ∑ CjXj, untuk j = 1,2,…

J=1

Page 77: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

68 Metode analisis Usahatani

Kendala:

n

∑ CijXj≤bi, untuk i = 1,2,…,m dan Xj≥0

J=1

Keterangan:

Cj = Parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau

koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi

tujuan

Xj = Peubah pengambil keputusan atau kegiatan (yang ingin

dicari: yang tidak diketahui)

aij = Koefisien teknologi peubah pengambil keputusan

(kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i yang

diperlukan untuk memproduksi satu satuan Xj

bi = Sumberdaya yang terbatas, yang membatasi usaha atau

kegiatan yang bersangkutan; disebut juga konstanta

atau ―nilai sebelah kanan‖ dari kendala ke-i

Z = Nilai scalar kriteria pengambilan keputusan; suatu

fungsi tujuan.

Rumusan model programasi linier tersebut menurut

Nasendi dan Anwar (1985) ada tiga unsur penting yang harus

dipenuhi oleh persoalan programasi linier untuk dapat

dirumuskan secara matematis, yaitu:

1. Suatu fungsi tujuan,

2. Berbagai kendala fungsional, dan

3. Kendala tidak boleh negatif (atau syarat ikatan non negatif).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model linear programming adalah

mengoptimalkan alokasi sumberdaya yang terbatas sehingga

diperoleh pendapatan maksimum atau meminimumkan biaya

Page 78: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 69

dalam upaya tetap mendapatkan total penerimaan atau total

keuntungan sebesar mungkin.

Software yang dapat menyelesaikan masalah dalam

menggunakan metoda linear programming adalah software

QM. Software POM/QM for Windows adalah sebuah software

yang dirancang untuk melakukan perhitungan yang diperlukan

pihak manajemen untuk mengambil keputusan di bidang

produksi dan pemasaran. Software ini dirancang oleh Howard

J. Weiss tahun 1996 untuk membantu manajer produksi

khususnya dalam menyusun prakiraan dan anggaran untuk

produksi bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi

dalam proses pabrikasi. Software ini dirancang hanya untuk

membantu perhitungannya saja sehingga kita harus dapat

menginterpretasikan masalah dan teori programasi linier.

Langkah – langkah Pengoperasian Program QM

1. Bukalah program QM yang telah terinstal di komputer

anda.

2. Secara otomatis nantinya akan diarahkan pada menu

Module untuk memilih salah satu metode yang akan

Page 79: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

70 Metode analisis Usahatani

digunakan dalam pemecahan masalah yaitu Linear

Programming.

3. Kemudian Pilihlah menu File, New

Page 80: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 71

4. Lalu akan muncul kotak pilihan seperti contoh berikut ini:

- Ketikkan nama judul pada kolom Title bila ingin memberi

judul sesuai dengan yang diinginkan atau boleh dibiarkan

tanpa judul.

- Isi jumlah batasan pada kolom Number of Constraints.

- Isi jumlah variabel pada kolom Number of Variables.

- Pada Objective, pilihlah fungsi tujuan yang dikehendaki

yaitu Maximize atau Minimize.

- Ketika semua telah diisi sesuai dengan keinginan maka klik

OK.

Page 81: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

72 Metode analisis Usahatani

5. Selanjutnya akan muncul tampilan seperti berikut ini.

Isi tabel di atas sesuai dengan bentuk matematis

permasalahan. Ubah nama variabel dan batasan tersebut sesuai

dengan yang diinginkan. Dapat juga mengganti tanda batasan

<= , =, >= hanya dengan mengklik kolom tandanya.

6. Jika telah mengisi tabel sesuai dengan keinginan, maka

langkah selanjutnya pilih menu File kemudian klik Solve

sehingga akan muncul tabel hasil analisis.

Page 82: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 73

7. Setelah klik Solve, secara otomatis akan muncul tampilan

seperti berikut ini.

Kemudian untuk memunculkan tabel ranging, daftar

solusi iterasi, dan grafik analisis dengan cara mengklik salah

satu pilihan menu pada window seperti yang terlihat di atas.

a. Tampilan menu ranging

Page 83: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

74 Metode analisis Usahatani

b. Tampilan Solution List

c. Tampilan tabel Iterasi

Page 84: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 75

d. Contoh tampilan grafik

Masing – masing hasil analisis di atas, dapat

diinterpretasikan sesuai dengan data yang dihasilkan.

8. Dapat juga memperbaiki data awal yang pertama kali

dimasukkan dengan mengklik edit data pada pilihan menu

window di atas.

C. Efisiensi

Efisiensi dalam produksi merupakan ukuran

perbandingan antara output dan input. Konsep efisiensi

diperkenalkan oleh Michael Farrell dengan mendefinisikan

sebagai kemampuan organisasi produksi untuk menghasilkan

produksi tertentu pada tingkat biaya minimum

(Kusumawardani dan Sutopo, 2001).

Konsep efisiensi merupakan ukuran untuk menunjukkan

perbandingan antara input yang dikorbankan dengan output

yang dihasilkan. Penganalisis ekonomi memberikan batas

Page 85: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

76 Metode analisis Usahatani

efisiensi sebagai alat ukur untuk menilai pilihan yang

dilakukan oleh produsen perusahaan ataupun usahatani (Lestari

dan Yudhanegara, 2015). Doll dan Orazam (1984)

mendefinisikan efisiensi sebagai jumlah output maksimal yang

mampu dihasilkan dengan penggunaan input tertentu atau

input paling minim. Menurut Farrel (1957) produksi maksimal

didefinisikan oleh produksi frontier. Mengukuran efisiensi

menyangkut pengukuran jarak titik data di observasi terhadap

frontirnya.

Menurut Komaruddin (1986), pertambahan efisiensi

dapat disebabkan oleh penggunaan system manajemen yang

modern, penggunaan sumber sumber yang bukan manusia,

mekanime yang dengan sendirinya dapat beradaptasi,

pemakaian alat-alat yang distandarisasikan dan dapat

ditukarkan satu sama lain, meninggalkan proses produksi yang

kompleks dan menggantinya dengan pekerjaan produksi yang

alternatif dan yang terakhir pengkhususan tugas tugas serta

pembagian kerja dan wewenang.

Menurut Farrel dalam Susantun (2000), efisiensi

dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif,

dan efisiensi ekonomis.

1. Efisiensi teknis

Efisiensi teknis adalah kombinasi antara kemampuan

dan kapasitas unit ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat

output maksimum dari sejumlah input dan teknologi, yang

dihitung dengan cara melihat rasio input dan output. Efisiensi

teknis mengukur berapa produksi yang dapat dicapai suatu set

input tertentu. Besarnya produksi tersebut menjelaskan

keadaan pengetahuan teknis dan modal tetap yang dikuasai

oleh produsen. Suatu usaha dikatakan lebih efisien secara

Page 86: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 77

teknis jika dengan menggunakan set input yang sama produk

yang dihasilkan lebih tinggi. Efisiensi teknis juga sering

disebut efisiensi jangka panjang. Efisiensi tehnik dapat dicari

dengan melihat penambahan input secara fisik yang digunakan

pengaruhnya terhadap penambahan produksi yang dihasilkan.

Bisa dihitung melalui elastisitas faktor produksi, secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut:

atau

Dimana:

Ep = elastisitas produksi

Y = hasil produksi

X = faktor produksi

Y = perubahan produksi

X = perubahan input

MPP = marginal pyshical product

APP = average pyshical product

Bila penggunaan input hanya satu, nilai elastisitas

berkaitan dengan fungsi-fungsi produktifitasnya.Suatu

usahatani akan mencapai suatu tingkat menguntungkan apabila

tercapai nilai elastisitas berada diantara 0 dan 1 atau 0<Ep<1

yaitu antara daerah optimum dan maksimum atau berada pada

daerah rasional, maka tingkat efisiensi akan tercapai bila nilai

APP=MPP.

Page 87: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

78 Metode analisis Usahatani

Hubungan antara kurva APP dan MPP dijelaskan

dengan gambar berikut ini:

Gambar 3. Kurva Produksi

2. Efisiensi alokatif

Efisiensi alokatif menurut Setiawan (2010), adalah

kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroprasi pada

nilai produk marginal sama dengan biaya marginal. Efisiensi

alokatif yaitu efisiensi yang dicapai apabila produsen

memperoleh keuntungan dari usahanya akibat dari harga.

Pengukuran efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang

dihitung dari nilai NPMx/Px. Efisiensi alokatif akan tercapai

jika penambahan faktor produksi mampu memaksimumkan

keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal sietiap faktor

produksi dan harganya. Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut:

1, Px

NPMxiatauPxiNPMxi

Uji efisiensi alokatif dimaksudkan untuk mengetahui

rasionalitas petani dalam melakukan kegiatan usahatani dengan

0

TPP Y=f(x)

Y

X

APP

I II III

MPP

Page 88: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 79

tujuan mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan maksimal

akan tercapai jika semua faktor produksi telah dialokasikan

secara optimal. Situasi yang diharapkan terjadi kalau petani

mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginalnya

(NPM) untu suatu input sama dengan harga input tersebut,

namun kenyataannya petani bekerja dalam ketidakpastian

mengenai harga input dan faktor ektern lainnya. Penggunaan

input optimum dicari dengan melihat nilai tambahan dari satu

satuan biaya dari input yang digunakan dengan satu satuan

output yang dihasilkan. Secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut:

▲Y.Py = ▲X.Px atau =▲Y = Px

▲X Py

MPP = Px

Py

NPMxi = MPP. Py

= Pyxi

Yi ..

βi = MPP. 1

APP

MPP = βi . APP

EP = y

x

x

y.

= β

Dimana:

NPMxi = Nilai produk marginal faktor produksi ke-i

Pxi = Harga faktor produksi ke-i

βi = Koefisien regresi xi

Page 89: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

80 Metode analisis Usahatani

Suatu usahatani akan menguntungkan apabila setiap

penambahan nilai output selalu lebih besar daripada setiap

penambahan nilai input atau ▲Y.Py > ▲X.Px . Dan

keuntungan akan berhenti pada saat garis harga menyinggung

garis TPP atau ▲Y.Py = ▲X.Px (Soekartawi,1993).

Atau dapat pula menggunakan kriteria pengujiannya

untuk melihat efisiensi harganya, sebagai berikut :

1Px

NPMxi, artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,

secara ekonomis penggunaan faktor produksi

optimum atau efisien.

Px

NPMxi>1, artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,

secara ekonomis penggunaan faktor produksi

belum optimum atau efisien.

Px

NPMxi<1, artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,

secara ekonomis penggunaan faktor produksi

melebihi kondisi optimum atau tidak efisien.

3. Efisiensi ekonomis

Efisiensi ekonomis merupakan produk dari efisiensi

teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis akan tercapai

bila kedua efisiensi tersebut tercapai sehingga dapat dituliskan

sebagai berikut EE=ET.EA (Susantun, 2000). Menurut

Warsana (2007), efisiensi ekonomis akan tercapai jika

terpenuhi dua kondisi berikut :

Page 90: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 81

a. Proses produksi harus berada pada tahap kedua yaitu pada

waktu 0 ≤ Ep ≤ 1

b. Kondisi keuntungan maksimum tercapai, dimana value

marginal product sama dengan marginal cost resource.

Jadi efisiensi ekonomis akan tercapai jika keuntungan

maksimum tercapai.

Terdapat beberapa perhitungan data efisiensi dengan

menggunakan analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) pertama kali

dikemukaan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun

1978. DEA merupakan metode yang menggunakan dasar linier

programing dengan membandingkan inefisiensi perusahaan

dengan best practice pada kelompok yang sama. Menurut

Avkiran (1999) DEA merupakan alat untuk mengukur efisiensi

dengan menghubungkan input dan output yang bervariasi

dimana sebelumnya tidak dapat diakomodasikan melalui

analisis rasio tradisional. Coelli et al. (2005) mengartikan DEA

merupakan suatu teknik pemrograman matematis yang

digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah

kumpulan Deccision Making Unit (DMU) dalam mengelola

input sehingga menjadi hasil atau output.

DEA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi

komparatif dari operasi homogen seperti sekolah, perusahaan,

usahatani dan lain-lain (Thanassoulis, 2001). DEA bertujuan

untuk melakukan evaluasi kinerja DMU dengan

membandingkan nilai efisiensi relatif terhadap DMU yang

sebanding. Selanjutnya DMU akan membentuk garis frontier.

DEA mengasumsikan bahwa tidak semua entitas adalah

efisien. Metode DEA memungkinkan adanya DMU dengan

Page 91: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

82 Metode analisis Usahatani

nilai efisiensi 1 dan dapat melihat sumber inefisiensi dengan

ukuran peningkatan potensial dari masing-masing input dan

output (Endri, 2011).

Menurut Coelli (1998), DEA memiliki beberapa

kelebihan dibanding metode lain, diantaranya:

a. DEA Tidak memerlukan suatu spesifikasi fungsi untuk

frontier produksi dan menghindari asumsi distribusi

inefisiensi

b. DEA dapat menggunakan input dan output lebih dari satu

c. DEA dapat mengidentifikasi kombinasi terbaik dari setiap

DMU

d. DEA dapat memberikan gambaran efisien relatif setiap

DMU terhadap DMU lain.

Selain itu Coelli (1998) juga menjelaskan bahwa Data

Envelopment Analysis (DEA) juga memiliki beberapa

kekurangan diantaranya:

a. Sampel bersifat spesifik

b. Menggunakan extreme point technique, dimanan kesalahan

dalam pengukuran dapat berakibat fatal

c. Hanya mengukur efisiensi relatif DMU, bukan efisiensi

absolut

d. Uji hipotesis secara statistik sulit dilakukan

e. Hasil estimasi nilai efisiensi dapat berubah jika jumlah

DMU ditambah ataupun dikurangi.

Charnes, et al. (1978) memperkenalkan dua model DEA

diantaranya CCR dan BBC:

a. DEA model CCR

Mode CCR menggunakan asumsi dasar Constant Return

to Scale (CRS). CRS berarti rasio antara penambahan atau

Page 92: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 83

pengurangan input dan output adalah sama, jika input x

ditambah atau dikurangi sebesar satu satuan, maka output akan

bertambah atau berkurang sebesar satu satuan. Model ini

menggunakan linier programing dimana terdiri dari fungsi

tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan model CCR yaitu

memaksimalkan jumlah output dari unit yang akan diukur

produktifitas relatifnya dan selisih jumlah output dan input dari

semua unit yang akan diukur produktifitasnya. Sedangkan

fungsi kendala adalah batas atau kendala yang ingin dicapai

dan didasarkan pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Selain

itu, model CCR juga mengasumsikan bahwa perusahaan atau

DMU beroperasi pada skala optimal. CRS juga disebut sebagai

Overall Technical Efficiency (OTE) atau efisiensi secara

keseluruhan. CRS dapat diukur dengan orientasi input ataupun

output. Dikatan berorientasi pada input jika perusahaan atau

DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap input dari pada

output. Dikatakan berorientasi pada output ketika perusahaan

atau DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap output

daripada input.

b. DEA model BBC

Model BCC diasumsikan bahwa tidak semua perusahaan

atau DMU mampu berusaha pada skala optimal, hal ini

dikarenakan adanya persaingan tidak sempurna, kendala

keuangan dan lain-lain. Model BCC ini menggunakan asumsi

Variabel Return to Scale (VRS) yang berarti bahwa perubahan

input dan output pada perusahaan atau DMU tidak harus linier,

dimana penambahan satu satuan input bisa memungkinkan

terjadinya peningkatan output lebih basar atau lebih kecil dari

satu satuan yang memungkinkan terjadinya Increasing Return

to Scale (IRS) atau Decreasing Return to Scale (DRS). VRS

juga dapat digunakan pada orientasi input ataupun output.

Page 93: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

84 Metode analisis Usahatani

Dikatan berorientasi pada input jika perusahaan atau DMU

mempunyai kontrol yang lebih terhadap input dari pada output.

Dikatakan berorientasi pada output ketika perusahaan atau

DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap output daripada

input.

Skala Efisiensi digunakan untuk mengukur apakah

DMU beroperasi pada skala optimal atau tidak. Skala efisiensi

mempunyai nilai 1 atau dengan asumsi Constant Return to

Scale (CRS). Jika skala efisiensi kurang dari 1, maka hal

tersebut mengindikasikan adanya ketidakefisienan. Secara

matematis skala efisiensi dapat dituliskan sebagai berikut:

SE = OE/TE

Dimana:

SE : Skala Efisiensi

OE : Overall Efficiency (Model CRS)

TE : Technical Efficiency (Model VRS)

Jika perhitungan DMU efisien menurut VRS akan tetapi

inefisien menurut CRS ataupun sebaliknya. Maka DMU

memiliki inefisiensi skala. DMU dikatakan efisien (nilai SE=1)

ketika perhitungan DMU menunjukkan nilai yang sama antara

model CRS dan VRS (Coelli,1998).

Efisiensi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu meliputi:

a. Orientasi Input

Ilustrasi penggunaan input pada metode DEA dengan

CRS dan VRS dilakukan dengan slack movement dan radial

movement. Gambar dibawah menjelaskan penggunaan DEA

dengan orientasi input, ketika A dan B tidak efisien secara

teknis, akan tetapi titik C dan D efisien secara teknis. Titik A

Page 94: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 85

dan B menurunkan masing masing input ke titik A’ dan B’

sehingga pada titik tersebut merupakan titik efisien secara

teknis. Proses penurunan input dari titik A ke A’ dan B ke B’

disebut dengan radial movement. Walauput titik A’ telah

efisien secara teknis namun masih bisa bergerak ke titik C

dengan mengurangi input X2 untuk menghasilkan ouput yang

sama. Perpindahan titik A’ ke titik C disebut slack movement,

slack disini dapat menurunkan input atau menaikkan output.

Gambar 4. Kurva metode DEA orientasi input

b. Orientasi Output

Pada gambar dibawah menjelaskan DEA berorientasi

pada output. Output P dan Q dapat ditingkatkan ke titik P’ dan

Q’ dengan menggunakan input yang tetap. Proses perpindahan

ini disebut radial movement. Titik P’ dapat bergerak ke titik R

untuk meningkatkan output Y2 dan pergerakan ini disebut

dengan output slack movement.

X1/Y

X2/Y

S A Slack Movement

A’

C Radial Movement

B’

D S’

B

O

Page 95: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

86 Metode analisis Usahatani

Gambar 5. Kurva Metode DEA orientasi output

2. Frontier

Dalam kegiatan produksi pihak produsen tidak selalu

dalam keadaan produksi dalam tingkat maksimum, jika

digambarkan dalam kurva produksi output yang dihasilkan

tidak terletak pada garis luar fungsi produksi dalam

penggunaan input tertentu. Menurut Coelli et al. (2005), fungsi

produksi frontier dapat mengestimasi tingkat efisiensi dari

suatu kegiatan usahatani yang diperoleh dari kombinasi antara

output yang dihasilkan dan produktivitas maksimal yang dapat

dihasilkan. Pada umumnya konsep fungsi produksi frontier

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan input

agar dapat menghasilkan output dengan tingkat yang

maksmimal. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi

yang paling praktis dalam penerapannya yang dapat

menggambarkan output maksimal yang dapat dihasilkan dari

kombinasi penggunaan input pada kuantitas dan teknologi

tertentu (Doll dan Orazem, 1984).

Y1

P’ R

Slack Movement

Q’

Radial Movement

S

Q

Y1

Y2 O

Page 96: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 87

Dalam mengestimasi fungsi produksi frontier terdapat

dua metode yaitu dengan menggunakan pendekatan parametrik

melalui metode frontier stokastik (Stochastic Frontier Method)

dan menggunakan pendekatan nonparametrik yaitu melalui

metode DEA (Data Envelopment Analysis). Menurut Sharma

et al. (2003), metode SFA (Stochastic Frontier Method) adalah

metode yang lebih baik jika dibandingkan dengan DEA (Data

Envelopment Analysis) dengan alasan bahwa metode SFA

dapat menunjukkan informasi mengenai faktor inefisiensi yang

menjadi variabel penjelas bahwa output yang dihasilkan tidak

selalu sama dengan produksi frontier nya dan metode SFA

dapat memperkirakan data yang memungkinkan untuk

mengukur tingkat efisiensi tidak hanya dalam tingkat

responden namun dapat memungkinkan mencari tingkat

efisiensi antar waktu.

a. Fungsi produksi deterministic frontier

Fungsi produksi deterministik pada awalnya

dikemukakan oleh Aigner dan Chu (1968) yang berpendapat

bahwa fungsi produksi memberikan informasi mengenai

produktivitas maksimum dengan variasi penggunaan input

dalam kuantitas tertentu yang dapat dinyatakan dalam rumus

matematis sebagai berikut:

Yi = f (Xi ; β). e – u

i ,i = 1, 2, …… N

Diketahui f (Xi ; β) merupakan fungsi Cobb-Douglas

atau Translog dimana β ialah parameter yang akan dicari nilai

estimasinya dan ui merupakan random variable atau variabel

acak yang bernilai positif yang dihubungkan dengan faktor-

faktor spesifik dari responden yang berpengaruh terhadap

tingkat efisiensi yang tidak maksimal (Battese, 1992). Pada

model ini dikatakan bahwa produsen hanya bisa berproduksi

Page 97: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

88 Metode analisis Usahatani

pada pada garis batas produksi, Asmara (2017)

menggambarkan kurva deterministik frontier dan efisiensi

teknis sebagai berikut:

Gambar 6. Kurva deterministic frontier

Melalui gambar diatas dapat diketahui dimana garis OX4

ialah batas produksi (Production Frontier) yang

menggambarkan produksi maksimal yang dapat dihasilkan dari

kombinasi input tertentu. Produsen dapat berproduksi

disepanjang garis OX4. Apabila produsen berproduksi antara

titik X2 dan X1 maka produsen tersebut telah mengasilkan

output yang efisien. Namun bila produsen hanya bisa

berproduksi pada garis batas titik X1 maka produsen belum

dapat menghasilkan output secara efisien.

Pada persamaan di atas dimana terdapat variabel ui dan

diasosiasikan dengan efisiensi teknis dari produsen tertentu

maka dapat diketahui bahwa nilai exp (-ui) memiliki nilai

diantara nol hingga satu. Maka output (Yi) diperkirakan berda

dibawah f (Xi ; β), maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

Page 98: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 89

Yi ≤ (Xi ; β) , i = 1, 2, …… N

Kelemahan dari deterministic frontier ialah tidak

mampu menunjukkan residual ui menjadi pengaruh efisiensi

yan tidak dapat diketahui. Sehingga diperoleh nilai inefisiensi

yang relatif besar yang dipengaruhi oleh dua komponen error

sekaligus.

Model ini juga tidak mempunyai ukuran untuk

mengestimasi pengaruh lain dari faktor error dan pengganggu

yang berada diatas Production Frontier. Sehingga hasil

inefisiensi teknis diasumsikan dari semua penyimpangan, yang

mengakibatkan nilai inefisiensi yang relatif tinggi (Coelli et

all, 2005).

b. Fungsi produksi stochastic frontier

Fungsi produksi Stochastic Frontier merupakan model

perluasan dari deterministik frontier model ini pertama kali

diperkenalkan oleh Aigner, et al. (1977). Model ini bertujuan

untuk mengukur Stochastic Effect atau efek yang tidak terduga

dalam batas produksi. Fungsi produksi Stochastic Frontier

juga merukan bentuk fungsi dari biaya, penerimaan,

keuntungan, kombinasi input dan output serta faktor-faktor

yang mempengaruhi lainnya dengan pertimbangan random

error (Berger et all, 1997). Fungsi produksi Stochastic

Frontier secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari persamaan di atas diketahui dimana

variabel yang terdiri dari vi dan ui. Variabel acak

bertujuan untuk menghitung tingkat error dan faktor-faktor

Page 99: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

90 Metode analisis Usahatani

yang tidak terduga seperti iklim, cuaca, maupun serangan OPT

dalam kombinasi input dan output yang tidak didefinisikan

dalam fungsi produksi. Variabel acak adalah variabel yang

secara indentik terdistribusi normal dengan rataan (ui) bernilai

nol dan variansnya konstan atau N(0, ). Sedangkan variabel

ui adalah variabel yang bernilai positif yang terdistribusi

secara bebas (Asmara, 2017).

Nilai ui yang diasumsikan positif (ui ≥ 1) dikarenakan

komponen error dari variabel bersifat asimetris sehingga

megakibatkan nilai harapan sama dengan nilai harapan ui.

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

( ) ( )

Menurut Khumbakar et al. (2000), variabel acak vi dan

ui di asumsikan terdistribusi bebas terhadap xi, sehingga

berdasarkan persamaan fungsi produksi Stochastic Frontier

diperoleh parameter dugaan βm yang tidak bias. Model fungsi

produksi stochastic frontier diasumsikan diminishing return to

scale, dengan asumsi dua produsen yang dilambangkan dengan

i dan j dalam kurva. Pada gambar 7 Dijelaskan bahwa

produsen i memproduksi output sebesar Yi* dimana telah

melewati production frontier dikarenakan kegiatan produksi

dipengaruhi oleh variabel vi yang bernilai positif sehingga

produsen i berada dalam posisi menguntungkan. Sedangkan

produsen j hanya mampu berproduksi sebesar Yj* yang berada

dibawah garis production frontier dikarenakan kegiatan

produksi dipengaruhi oleh variabel vj yang bernilai negatif

sehingga produsen j berada dalam posisi yang tidak

menguntungkan atau rugi. Dari persamaan fungsi produksi

Stochastic Frontier dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 100: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 91

Gambar 7. Fungsi produksi stochastic frontier

Pada model Stochastic Frontier nilai efisiensi maupun

inefisiensi pada proses produksi diukur oleh variabel acak ui,

akan tetapi hal ini menjadi kelemahan dalam penggunaan

model ini. Menurut Coelli et al. (2005), dalam model

Stochastic Frontier terdapat dua bentuk distribusi yaitu

distribusi normal dan distribusi eksponensial yang cenderung

memiliki nilai nol yang pada akhirnya nilai inefisiensi yang

dihasilkan mendekati nol dan nilai efisiensi teknisnya

cenderung lebih tinggi.

Menurut Khumbakar et al. (2000), variabel ui

diasumsikan terdistribusi setengah normal dengan distribusi

normal bersinggungan pada nilai nol. Maka distribusi normal

ini menghasilkan satu parameter tambahan yang di nyatakan

dengan µ yang akan di estimasi nilainya. Jika µ bernilai nol

dapat disimpulkan bahwa terdistribusi secara setengah normal.

Maka dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Ui = N [µ, Ϭ2] dimana µ = δ0 + ∑

Page 101: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

92 Metode analisis Usahatani

Khumbakar et al. (2000), menyatakan pengestimasian

nilai βm, β0 dan µ dilakukan dengan metode Maximum

Likelihood Estimation (MLE), dimana metode ini dilakukan

dalam dua tahap. Pada tahap awal dilakukan metode OLS yang

bertujuan untuk mengestimasi variabel input (βm), kemudian

tahap selanjutnya dengan metode MLE yang bertujuan untuk

mengestimasi seluruh variabel input (βm), intersep (β0), dan

error dari kedua komponen.

D. Biaya

Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), biaya

produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna

memproduksi output. Macam macam biaya produksi sebagai

berikut:

1. Total Fixed Cost (TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan

atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output atau

produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya

tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat

pertanian dan iuran irigasi.

Gambar 8. Kurva TFC

Cost

TFC

Output

Page 102: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 93

2. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya

berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang

dihasilkan.

Gambar 9. Kurva TVC

VC = garis bermula dari titik nol bergerak ke atas output

adalah nol sehingga VC juga nol.

Semakin besar jumlah output yang dihasilkan VC pun

juga akan semakin besar. Pola VC naik dengan tajam yaitu

perusahaan produktivitasnya naik, lalu agak landai (menurun

sedikit) kemudian naik lagi dengan tajam yaitu produksi naik.

Cost TVC

N = batas kapasitas normal

A

Page 103: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

94 Metode analisis Usahatani

3. Total Cost (TC) = FC + VC

Gambar 10. Kurva TC

4. Average Cost (AC)

a. Average Fixed Cost )(Q

FCAFC yaitu biaya tetap untuk

satuan output yang dihasilkan.

Gambar 11. Kurva AFC

VC

FC

TC

Cost

FC

Q

AFC3

Q1 Q1

AFC1

AFC2

AFC

AFC

A

Q

0

Page 104: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 95

b. Average Variable Cost (AVC) = VC/Q, yaitu biaya

variabel untuk setiap satuan output yang dihasilkan.

Gambar 12. Kurva AVC

S merupakan Shut down point atau titik gulung tikar

perusahaan gulung tikar karena AVC semakin besar. Sisi

miring OK, OL dan seterusnya terlihat semakin kecil &

kurva AVC meluntur ke bawah tetapi, menurunnya nnilai

AVC ini terus berlangsung seterusnya, ada batasnya, yaitu

ketika sisi miring ciri dengan tingkat output 0Q3 satuan.

Di tingkat output tersebut AVC mencapai titik terendah

dengan nilai OAVC3. Kemudian output digenjot lebih

tinggi lagi dari OQ3, maka nilai AVC lebih besar lagi

menjadi naik.

Cost VC

K

AVC3

Q2 Q1

AVC1

AVC2

AVC

AVC

Q Q3

L N

minimum

S

0

Page 105: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

96 Metode analisis Usahatani

c. Average Total Cost (Q

TCAC ), biaya persatuan output.

Rp

Q

Rp

Gambar 13. Kurva AC

TC = FC + VC dan AC = AFC + AVC

Tingkat output yang dihasilkan pada saat AC mínimum

atau OQ3 satuan disebut tingkat output minimal atau the

optimum rate of output.

5. Marginal Cost = Q

TCMC

Q

TC

Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan

biaya tetap. Biaya tetap merupakan konstanta, maka MC

tidak lain adalah garis singgung pada kurva biaya total atau

VC

Q2 Q1

AC

Q Q3

minimum

0

Page 106: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Metode analisis Usahatani 97

garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC dan VC

pada saat minimum.

Q

Gambar 14. Kurva MC

VC

FC

TC

AFC

AVC

AC MC

Q 0

Rp

0

Rp

Page 107: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

98 Metode analisis Usahatani

Page 108: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 99

6. Kelayakan Usahatani

A. Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim

Tanaman semusim dapat diartikan sebagai tanaman

yang hasilnya dipanen dalam kurun waktu satu musim tanam.

Menurut istilah botani diartikan juga tanaman semusim,

tanaman yang menghabiskan seluruh siklus hidupnya dalam

waktu satu tahun. Dalam istilah lain juga dikatakan bahwa

tanaman semusim (annual plant) yang dimaksud ialah tanaman

yang tumbuh atau dibudidayakan di daerah yang beriklim

sedang atau tropis sehingga tidak perlu melalui fase musim

dingin untuk proses pembungaannya atau yang disebut dengan

vernalisasi.

Layak atau tidaknya suatu usahatani dapat diketahui dari

efisiensi penggunaan biaya dan total perbandingan antara biaya

yang dikeluarkan dengan penerimaan yang dihasilkan.

Beberapa syarat utama dalam kelayakan usahatani harus

memperhatikan hal-hal berikut seperti:

a. R/C > 1

b. n/C > 1 bunga bank tidak berlaku

c. Produktifitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku

6 KELAYAKAN USAHATANI

Page 109: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

100 Kelayakan Usahatani

d. Pendapatan yang diterima > sewa lahan persatuan waktu

atau musim tanam

e. Produksi > BEP produksi

f. Penerimaan (Rp) > BEP harga (Rp)

g. Harga > BEP

h. Apabila ada penurunan harga produksi ataupun kenaikan

harga input hingga batas tertentu maka tidak akan

mengakibatkan kerugian.

Untuk menganalisis titik impas yang dikeluarkan

berdasarkan jumlah produk dan harga yang ditentukan maka

dapat dilakukan analisis BEP (Break Even Point), dan untuk

menganalisis perbandingan antara total penerimaan dan total

biaya dapat dilakukan dengan analisis R/C Ratio.

1. Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu

kondisi dimana suatu perusahaan dalam kegiatan produksinya

tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh

kerugian. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya

perusahaan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel dan

volume penjualan produknya hanya mampu menutupi biaya

variabel dan biaya tetapnya saja. Jika volume penjualan produk

oleh perusahaan hanya bisa menutupi seluruh biaya variabel

tetapi tidak bisa menutupi seuluruh biaya tetap, maka

perusahaan akan merugi. Sedangkan sebaliknya apabila dari

volume penjualan produk tersebut perusahaan mampu

menutupi biaya variabel dan biaya tetap secara berlebih maka

perusahaan tersebut memperoleh keuntungan.

Break Even Point merupakan tingkat penjualan yang

dibutuhkan yang digunakan untuk menutupi keseluruhan biaya

operasional produksi, dimana BEP tersebut laba sebelum

Page 110: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 101

bunga dan pajak sama dengan nol. Sedangkan menurut

Rangkuti (2005), analisis BEP ialah analisis yang digunakan

untuk mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,

tingkat pendapatan pada berbagai tingkat volume dan tingkat

operasional. Pada umumnya, model yang lumrah digunakan

untuk menganalisis BEP ialah dengan menggunakan kurva

BEP. Kurva BEP dapat memberikan informasi hubungan

antara biaya dan pendapatan, selain itu juga dapat

menunjukkan keuntungan dan kerugian yang dihasilkan pada

berbagai tingkatan produksi. Tujuan dari analisis BEP ialah

untuk mengetahui besaran tingkat penerimaan pada saat titik

balik modal, atau dengan kata lain pada saat dimana

perusahaan berada dalam kondisi tidak mengalami kerugian

dan tidak mengalami keuntungan.

Manfaat dari analisis Break Even Point (BEP) adalah

sebagai berikut:

a. Alat perencanaan untuk memperoleh keuntungan

b. Alat untuk memberikan informasi tenatang tingkat volume

penjualan produk dan hubungannya dengan peluang

memperoleh keuntungan berdasarkan tingkat penjualan

yang terkait

c. Mengevaluasi keuntungan secara menyeluruh

d. Mengganti sistem laporan menjadi lebih praktis dan mudah

untuk dimengerti melalui sistem info grafis.

Analisis BEP juga bermanfaat jika apabila asumsi-

asumsi dasar dapat terpenuhi, seperti:

a. Seluruh biaya yang dikeluarkan dapat digolongkan menjadi

biaya variabel dan biaya tetap

Page 111: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

102 Kelayakan Usahatani

b. Besaran total biaya variabel berubah secara proporsional

sesuai dengan volume produksi atau penjulan produk, yang

berarti biaya variabel perunitnya tetap

c. Besaran total biaya tetap tidak berubah walaupun terjadi

perubahan volume produksi atau penjualan produk, yang

berarti bahwa biaya tetap perunit berubah-ubah karena

adanya perubahan volume kegiatan

d. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah unit

produk yang diproduksi

e. Harga jual produk perunit tidak berubah dalam periode

tertentu

f. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, jika

lebih dari satu jenis produk maka komposisi dari tiap

produk tersebut diangap tetap.

Gambar 15. Kurva BEP

Keterangan:

TR : Total Revenue (Penerimaan)

Q : Quantities (Produksi)

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

Page 112: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 103

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

TC : Total Cost (Total Biaya)

BEP : Break Even Point (Titik Impas)

Kurva BEP ialah suatu diaram yang menunjukkan

hubungan antara jumlah unit yang diproduksi dan volume

produk yang terjual, dan hubungan anatara pendapatan dari

penjualan produk atau penerimaan serta biaya. Terjadinya BEP

jika pendapatan dari penjulan berada pada titik keseimbangan

dengan total biaya. Sedangkan biaya tetap merupakan variabel

yang tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Kurva

BEP dijelaskan melalui gambar berikut:

Pada kurva BEP diketahui bahwa perusahaan berada

pada tingkat produksi yang mencapai titik BEP, yaitu

perpotongan antara garis TR dan TC. Pada daerah bagian kiri

dari titik BEP yaitu antara garis TC dan TR termasuk kedalam

daerah rugi. Hal ini karena hasil dari penjulan produk < TC.

Sedangkan daerah pada sisi kanan titik TR dan titik TC

merupakan daerah untung karena hasil penjulan produk > TC.

Maka dari penjelasan tersebut BEP dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

a. BEP harga (Rp)

BEP harga (Rp) merupakan BEP yang menunjukkan

total penerimaan produk dengan kuantitas produk ketika

berada dalam kondisi BEP.

Page 113: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

104 Kelayakan Usahatani

Keterangan:

BEP : Break Even Point (Titik Impas)

TR : Total Revenue (Penerimaan)

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

b. BEP unit (volume produksi)

BEP unit merupakan BEP yang menunjukkan produksi

minimal yang harus dicapai dalam kegiatan usahatani agar

tidak mengalami kerugian.

Keterangan:

BEP : Break Even Point (Titik Impas)

Q : Quantities (Produksi)

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

P : Price (Harga Produk)

Dapat diartikan bahwa analisis BEP memberikan

pengaplikasian yang cukup luas untuk menguji kegiatan yang

diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif atau tujuan

pengambilan keputusan. Analisis BEP tidak hanya untuk

mengetahui keadaan perusahaan yang dalam kondisi impas

saja tetapi juga mampu memberikan informasi kepada stake

holder perusahaan mengenai tingkat penjulan dan peluang

untuk memberoleh keuntungan.

2. R/C Ratio

Menurut Soekartawi (1995), efisiensi merupakan bentuk

perbandingan yang paling baik antara suatu kegiatan usaha dan

Page 114: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 105

hasil yang ingin dicapai. Suatu usaha dikatakan efisien tidak

hanya ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari

usaha tersebut melainkan juga besar kecilnya biaya yang

dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut. Tingkat efisiensi

suatu usaha umumnya ditentukan dengan menghitung per cost

ratio yaitu perbandingan antara hasil usaha dengan total biaya

produksi, maka untuk mengukur tingkat efisiensinya

digunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio dapat diartikan

sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya, sehingga

secara matematis dapat dituliskan dalam bentuk rumus sebagai

berikut:

( )

Keterangan:

R : Revenue (Penerimaan)

C : Cost (Biaya)

PQ : Price od Quantities (Harga produk)

TVC : Total Variable Cost (Biaya Variabel)

TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

Beberapa kreteria pada R/C Ratio antara lain:

R/C Ratio > 1 maka usahatani dikatakan menguntungkan

R/C Ratio = 1 maka usahatani dikatakan BEP

R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan rugi

B. Kelayakan Usahatani Tanaman Tahunan

Tanaman tahunan merupakan tanaman yang pada

umumnya memiliki usia atau siklus hidup selama satu tahun

atau bahkan lebih dan pemanenannya dilakukan lebih dari satu

kali serta tanaman tersebut tidak dibongkar dalam satu kali

panen. Biasanya sebelum mengalisis data untuk kelayakan

usahani tanaman tahunan terlebih dahulu data dikelompokkan

Page 115: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

106 Kelayakan Usahatani

yaitu data parametrik yang terdiri dari data yang bisa diukur

dan data non parametrik yang biasanya data berupa skala atau

skor.

Penggabungan dari beberapa faktor yang membuat

keputusan investasi sebagai keputusan penting dalam

pengelolaan finansial. Keseluruhan bagian dalam kegiatan

usahatani dipengaruhi oleh keputusan ini. Dampak dari

pengambilan keputusan secara berlanjut dalam jangka waktu

yang lama mengakibatkan pengambil keputusan menjadi tidak

fleksibel. Perusahaan harus mampu berkomitmen untuk masa

depan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat

mengakibatkan konsekuensi yang sangat serius. Apabila aktiva

perusahaan terlalu besar maka akan mengakibatkan beban

penyusutan dan beban yang lain menjadi tinggi, yang

seharusnya tidak perlu terjadi. Maka dengan menggunakan

analisis manfaat finansial, kelayakan usahatani ditentukan

kedalam 3 kreteria yaitu analisis NPV, IRR, dan analisis Net

B/C agar suatu usahatani dapat dikatakan layak atau tidak

untuk dijalankan.

Untuk memprediksi haga input dan harga produksi di

masa yang akan datang sangatlah sulit. Analisis sensitivitas

dapat dilakukan dengan cara merubah nilai dari variabel

didalam perhitungan NPV (Net Present Value) yang

mempengaruhi hasil analisis dari Cost-Benefit pada suatu

kegiatan usahatani. Dalam analisis Cost-Benefit dengan

menggunakan NPV, variabel yang berpengaruh ialah discount

rate. Tingkatan discount rate dapat diubah untuk melihat

bagaimana nilai Cost-Benefit mengalami perubahan dalam

tingkat discount rate yang lebih tinggi ataupun pada tingkat

yang lebih rendah.

Page 116: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 107

Analisis NPV dapat menggambarkan seberapa besar

pengaruh suatu kegiatan usahatani terhadap kesejahteraan

sosial masyarakat dalam satu cakupan wilayah tertentu dengan

melakukan penilaian antara cost dan benefit yang muncul dari

akibat keberadaannya. Pada metode analisis NPV terhadap

semua data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan

proses discounting. Proses discounting merupakan proses

pendeflasian pendapatan di masa yang akan datang sehingga

bernilai sama dengan pendapatan saat ini. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui nilai pendapatan yang sebanding agar dapat

dilakukan perhitungan dan perbandingan antara cost dan

benefit. Faktor yang digunakan untuk men-discounting nilai

dari cost dan benefit pendapatan di masa yang akan datang

disebut dengan discount rate yang dinyatakan dalam bentuk

persentase.

IRR ialah nilai dari discount rate yang mana hasil akhir

dari NPV dari analisis cost dan benefit yang bernilai nol atau

dapat dikatakan merupakan kondisi dimana cost dan benefit

dari suatu kegiatan usahatani bernilai sama. IRR merupakan

bagian yang penting untuk mengukur dan melakukan penilaian

terhadap discount rate yang telah ditetapkan dalam analisis

cost dan benefit dalam suatu kegiatan usahatani sehingga dapat

diketahui apakah nilainya menjadi terlalu tinggi atau terlalu

rendah.

Analisis cost benefit ratio index bertujuan untuk mencari

hasil bentuk rasio dengan cara membagi nilai sekarang dari

seluruh pendapatan dan dari suatu usaha dengan cara

membungakannya dimana bunga dibagi dengan hasil dari

biaya usahatani. Hasil tersebut dipertimbangkan untuk dipilih

ialah yang memiliki cost benefit ratio atau profitability index

Page 117: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

108 Kelayakan Usahatani

sama atau lebih besar dari satu, karena jika cost benefit ratio

bernilai kurang dari satu maka berarti nilai sekarang dari

pendapatan lebih rendah dari pengeluarannya, dan hasil

tersebut tidak layak untuk dilanjutkan dalam kegiatan usaha.

Pada dasarnya setiap pelaku ushatani menjalankan

kegiatan usahatani karena tujuannya untuk memperoleh

manfaat ekonomis. Kadariah dan Gray (1999) menyatakan

bahwa untuk mengetahui suatu kegiatan usahatani dikatakan

layak atau tidak maka terdapat tiga kriteria investasi yang

harus diketahui yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal

Rate of Interest) dan Net B/C (Net Benefit Cost Ratio). Suatu

usahatani dikatakan layak jika memenuhi ketiga kreteria

tersebut pada kondisi antara lain:

NPV > 0

IRR > discount rate yang berlaku

Net B/C > 1

Analisis NPV merupakan metode yang paling sederhana

dan praktis untuk mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani

tersebut dikatakan layak atau tidak layak. Selain itu, kriteria

dalam IRR ialah tingkat keuntungan dalam investasi secara

bersih dalam suatu kegiatan usahatani jika setiap keuntungan

bersih yang diperoleh secara langsung digunakan lagi untuk

tahun selanjutnya. Keuntungan yang dihasilkan sama dengan

pemberian bunga selama kegiatan usahatani berlangsung.

Sedangkan analisis Net B/C merupakan perbandingan dimana

pembilangnya terdiri dari present value dari total biaya bersih

yang dikeluarkan.

Page 118: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 109

1. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) merupakan suatu analis

yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan

biaya dalam bentuk perbandingan jumlah nilai bersih positif

dimasa sekarang dengan jumlah nilai bersih negatif dimasa

sekarang atau dapat dikatakan Net B/C merupakan

perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif yang

menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh

dari biaya yang dikeluarkan. Pada analisis ini diutamakan data

beserta manfaat yang diperoleh. Jika Net B/C > 1 maka suatu

kegiatan usahatani dikatakan layak untuk dijalankan, tapi

sebaliknya jika Net B/C < 1 maka suatu kegiatan usahatani

dikatakan tidak layak untuk dijalankan. Secara matematis

dirumuskan sebagai berikut:

∑ ( )

∑ ( )

Keterangan:

: Benefit (Penerimaan kotor pada tahun ke-t)

: Cost (Biaya kotor pada tahun ke-t)

n : Umur ekonomis usahatani

i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Kreteria yang diperoleh ialah:

Net B/C > 1 maka usahatani layak

Net B/C = 1 maka usahatani dalam kondisi BEP

Net B/C > 1 maka usahatani tidak layak

2. NPV (Net Present Value)

NPV (Net Present Value) merupakan analisis dari

manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur kelayakan

Page 119: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

110 Kelayakan Usahatani

dari suatu usahatani yang dilihat dari nilai sekarang arus kas

bersih yang diterima terhadap nilai sekarang dari jumlah

investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih merupakan

keuntungan bersih usahatani ditambah dengan penyusutan,

sedangkan jumlah investasi merupakan jumlah total biaya yang

dikeluarkan untuk biaya pengadaan seluruh input yang

digunakan dalam kegiatan usahatani. Untuk menganalisis NPV

dibutuhkan data jumlah investasi, arus kas bersih setiap tahun

dengan umur ekonomis dari alat produksi.

Dalam istilah lain NPV juga diartikan sebagai nilai

bersih sekarang, dimana perhitungannya dalam suatu investasi

merupakan cara yang simpel untuk mengetahui apakah suatu

usahatani tersebut layak atau tidak layak. Keuntungan dari

usahatani merupakan jumlah total penerimaan dikurangi

dengan total biaya yang dikeluarkan. Pada kriteria ini suatu

kegiatan usahatani yang layak akan dipilih jka nilai NPV yang

dihasilkan lebih besar dari nol. Secara matematis NPV

dirumuskan sebagai berikut:

∑ ( )

Keterangan :

Bt : Benefit (Penerimaan kotor pada tahun ke-t)

Ct : Cost (Biaya kotor pada tahun ke-t)

n : Umur ekonomis usahatani

i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Apabila kegiatan usahatani dikatakan layak dan

menguntungkan untuk dijalankan jila nilai NPV yang

Page 120: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 111

diperoleh > 0. Namun jika nilai NPV < 0 maka usahatani

tersebut tidak layak dan rugi untuk dijalankan.

C. Studi kasus

1. Analisis Finansial Tanaman semusim

Komoditas yang dijadikan studi kasus dalam hal ini

ialah komoditas sayuran tomat dan kailan. Analisis finansial

yang digunakan ialah analisis R/C Ratio dengan

membandingkan seluruh penerimaan dan biaya. Usahatani

yang dikatakan layak dari komoditas tersebut apabila nilai

output yang dihasilkan > biaya input atau dengan kata lain R/C

Ratio > 1.

Tabel 8. Efisiensi pendapatan usahatani kailan dan tomat pada

kelompok tani Vigur Asri Data Kailan Tomat

TR (Rp) 348,075 862,5

TC (Rp) 309,825 428,342

R/C Ratio 1,12 2,01

Melalui tabel diketahui bahwa nilai R/C Ratio pada

masing-masing komoditas berbeda-beda. Dengan adanya

perbedaan nilai R/C Ratio tersebut dapat diketahui perbedaan

metode dari tiap pelaku usahatani dalam menjalankan kegiatan

usahataninya. Diketahui bahwa nilai R/C Ratio pada komoditas

kalian sebesar 1,12 dan nilai R/C Ratio pada komoditas tomat

sebesar 2,01.

Hal ini dapat diintepretasikan bahwa apabila setiap uang

yang diinvestasikan (Rp) oleh pelaku usahatani pada usahatani

kalian akan memberikan penerimaan sebesar 1,12 kali dan

pada komoditas tomat akan memberikan penerimaan sebesar

2,01 kali dari setiap uang (Rp) yang diinvestasikan. Kedua

Page 121: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

112 Kelayakan Usahatani

komoditas tersebut memiliki nilai R/C Ratio > 1 yang artinya

bahwa usahatani kailan dan usahatani tomat dikategorikan

efisien dan layak.

Selanjutnya ialah melakukan analisis BEP, analisis ini

bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat dalam usahatani

kailan dan tomat dapat dilakukan sehingga mengalami titik

impas, yaitu tidak mengalami kerugian maupun tidak untung.

Berikut disajikan data BEP pada komoditas kailan dan tomat.

Tabel 9. Tingkat BEP usahatani kailan dan tomat pada

kelompok tani Vigur Asri Data Kailan Tomat

BEP (Kg) 33,06 55,71

BEP (Polibag) 275,00 22,00

BEP (Rp) 198,349 167,143

Berdasarkan data BEP pada tabel 9 diketahui komoditas

kailan dapat mencapai kondisi BEP pada saat berproduksi

selama 3 bulan mencapai 22,06 kg. jumlah tersebut diproduksi

pada 275 polibag, dimana produksi kailan dalam 3 bulan

mencapai 58,01 kg. dari hasil analisis BEP penjualan dapat

diperoleh informasi bahwa titik impas usahatani kailan selama

3 bulan ialah Rp. 198.348,- dengan hasil penjualan sebesar

Rp. 348.075,- yang diperoleh dari perhitungan BEP unit

maupun BEP harga (Rp) yang artinya komoditas kailan dengan

jumlah produk yang dihasilkan selama 3 bulan telah

melampaui titik impas sehingga dapat dikategorikan layak

untuk dijalankan.

Sedangkan pada usahatani tomat mampu berproduksi

sebanyak 287,5 kg dan melalui analisis BEP unit diketahui

bahwa komoditas tomat mampu mencapai titik impas ketika

hasil panen yang dihasilkan sebesar 33,06 kg yang diperoleh

Page 122: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 113

dari 22 polibag. Penggunaan polibag pada tomat lebih sedikit

jika dibandingkan dengan penggunaan polibag pada komoditas

kalian. Hal ini karena bobot dari tomat dalam satu polibag bisa

mencapai rata-rata sebesar 2,5 kg, sedangkan untuk komoditas

kailan dalam satu polibag hanya mampu menghasilkan bobot

rata-rata 150 gram. Penjualan komoditas tomat saat ini sebesar

Rp. 167.143,- dengan hasil penjualan pada saat ini sebesar Rp.

862.500,- yang berarti nilai dari penjualan tomat sudah

melebihi titik impasnya sehingga dapat dikategorikan layak

untuk dijalankan.

Rina, et al. (2010) melakukan penelitian tentang

Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per Ha di Desa

Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar Tipe Luapan C. Pada

analisis ini keuntungan bersih dari usahatani padi, digunakan

B/C atau R/C rasio bisa dijadikan sebagai indikator kelayakan

usahatani dari sisi teknologi. Diperoleh nilai R/C rasio sebesar

2,01 yang berarti setiap satuan biaya yang di keluarkan pada

usahatani padi di lahan rawa pasang surut tipe luapan C akan

menghasilkan penerimaan sebesar 2,01 yang berarti usahatani

tersebut layak untuk dijalankan. Pada sisi indakator B/C rasio

diperoleh nilai sebesar 1,01 yang berarti dari segi finansial

usahatani padi unggul tersebut dikategorikan sangat

menguntungkan karena tingkat keuntungan yang diperoleh

berdasarkan B/C rasio sebesar 101% dari total biaya produksi

yang dikeluarkan. Apabila dilakukan perhitungan terhadap

biaya sewa lahan sebagai salah satu biaya produksi, maka akan

diperoleh keuntungan dari sisi finansial terhadap total biaya

ialah sebesar Rp.7.604.851/Ha/musim dan jika opportunity

cost dari sewa lahan tidak dilakukan perhitungan maka

keuntungan finansial yang mampu diperoleh sebesar

Rp.10.054.851/Ha/musim.

Page 123: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

114 Kelayakan Usahatani

Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per

Ha di Desa Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar

Tipe Luapan C. Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/satuan)

Nilai

( Rp)

Komponen

Biaya/musim

Sewa lahan 1 Ha 2.450.000

Tenaga Kerja 3.781.000

- Manusia 110 HOK 33.000 3.630.000

- Handtraktor 1,38 HKT 151.291

Bahan 1.085.680

- Benih 31,30 Kg 5.000 156.500

- Urea 126,54 Kg 1.200 151.848

- SP 36 55,74 Kg 1.800 100.332

- NPK 45,75 Kg 2.000 91.520

- Kapur 88,26 Kg 700 61.782

- Pupuk organik padat 160,22 Kg 1.000 160.220

- Pupuk organik cair 1,67 Liter 57.000 95.190

- Insektisida 1,69 Liter 45.000 76.050

- Herbisida 1,85 Liter 57.000 105.450

- Plastik 2,479 Roll 35.000 86.788

Total biaya diluar

bunga

7.316.971

Bunga (4% dari biaya

tunai)

194.678

Total biaya (4+5) 7.511.649

Komponen

pendapatan/musim

penerimaan

4.319 Kg 3.500 15.116.500

Keuntungan finansial

atas baiaya tunai

10.054.851

Keuntungan finansial

atau biaya total

7.604.851

R/C atas biaya tunai 2,98

R/C atas biaya total 2,01

Net B/C 1,01

Sumber: Rina et al (2010)

Page 124: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Kelayakan Usahatani 115

3. Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Tahunan

Perlu diketahui bahwa suatu usahatani yang dijalankan

dalam jangka waktu yang lama sangatlah perlu untuk diketahui

seberapa layak usaha tersebut untuk dijalankan. Maksud dari

kelayakan usahatani tersebut ialah jika dilihat dari sisi

ekonomi, baik dari sisi keuangan, investasi, biaya dan manfaat

yang akan diterima oleh pelaku usaha. Sebagai contoh akan

dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Maulidah

dan Pratiwi (2010) tentang Analisis Kelayakan Usahatani

Anggur Prabu Bestari (per ha) di Kecamatan Wonoasih,

Probolinggo. Analisis kelayakan usahatani ini menggunakan

kreteria investasi NPV, IRR, dan Net B/C yang menunjukkan

nilai yang akan diperoleh pada masa yang akan datang yang di

analisis dengan menghitung perkalian antara discount factor

dan nilai sekarang. Kemudian dilakukan analisis payback

period yang bertujuan untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian investasi dengan asumsi tingkat suku bunga

sebesar 14%.

Tabel 11. Analysis kelayakan finansial usahatani anggur

Kreteria Kelayakan Nilai Kelayakan

Net B/C 1,85 Layak

NPV Rp. 54.192.293,31 Layak

IRR 28,67 Layak

Payback Period 5 tahun 4 bulan Layak

Melalui data yang disajikan pada Tabel 11, diketahui bahwa

usahatani anggur di Kecamatan Wonoasih, Probolinggo layak

dijalankan karena diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,85 pada

tingkat suku bunga 14%. Nilai Net B/C > 1 sehingga usahatani

tersebut layak dijalankan karena menguntungkan. Pada kreteria

yang lain dari sisi NPV diperoleh nilai NPV yang bernilai

Page 125: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

116 Kelayakan Usahatani

positif yang artinya menunjukkan keuntungan dalam usahatani

anggur jika dijalankan dalam 10 tahun kedepan yang dianalsis

dengan menggunakan nilai sekarang dan tingkat suku bunga

yang berlaku pada saat ini. Pada tingkat suku bunga 14%

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 54.192.293,31 yang artinya

nilai tersebut bernilai positif sehingga dapat dikategorikan

layak untuk dijalankan karena menguntungkan.

Dari sisi kreteria investasi IRR diperoleh nilai sebesar

28,67% yang berarti lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang

berlaku saat ini sebesar 14%. Nilai IRR menunjukkan bahwa

nilai suku bunga pada saat NPV = 0 yang berarti kondisi

usahatani sedang berada dalam kondisi di titik impas (BEP).

Nilai IRR sebesar 28,67% pada kondisi NPV = 0 berarti

usahatani anggur dikategorikan layak untuk dijalankan. Nilai

IRR > i (tingkat suku bunga yang berlaku saat ini)

menunjukkan bahwa degan menginvestasikan modal pada

usahatani anggur lebih menguntungkan apabila

mendepositokan uang ke bank, dengan syarat ushatani dikelola

secara maksimal.

Page 126: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

DAFTAR PUSTAKA 117

DAFTAR PUSTAKA

Aigner, D. J., & Chu, S. F. (1968). On estimating the industry

production function. The American Economic

Review, 826-839.

Aigner, D., Lovell, C. K., & Schmidt, P. (1977). Formulation

and estimation of stochastic frontier production

function models. Journal of econometrics, 6(1), 21-

37.

Arsyad, L. (1995). Potensi Pengembangan Industri Kecil di

Indonesia. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi

Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Asmara, R. (2017). Technical, Cost And Allocative Efficiency

Of Rice, Corn And Soybean Farming In Indonesia:

Data Envelopment Analysis Approach. Agricultural

Socio-Economics Journal, 17(2), 76.

Avkiran, N. K. (1999). The evidence on efficiency gains: The

role of mergers and the benefits to the public. Journal of

banking & finance, 23(7), 991-1013.

Battese, G. E., & Coelli, T. J. (1992). Frontier production

functions, technical efficiency and panel data: with

application to paddy farmers in India. Journal of

productivity analysis, 3(1-2), 153-169.

Coelli, T. J., Rao, D. S. P., O'Donnell, C. J., & Battese, G. E.

(2005). An introduction to efficiency and productivity

analysis. Springer Science & Business Media.

DAFTAR PUSTAKA

Page 127: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

118 DAFTAR PUSTAKA

Coelli, T. (1998). A multi-stage methodology for the solution of

orientated DEA models. Operations Research

Letters, 23(3-5), 143-149.

Charnes, A., Cooper, W. W., & Rhodes, E. (1978). Measuring

the efficiency of decision making units. European journal

of operational research, 2(6), 429-444.

Darsani, Y.R. & Subagio, H. (2016). Usaha Tani di Lahan

Rawa: Analisis Ekonomi dan Aplikasinya. Jakarta:

IAARD Press

Doll, J. P. F, Orazem. (1984).―. Production Economics, Theory

With Application”. John Willey and Sons Inc.: New

York

Endri. (2011). Evaluasi efisiensi teknis perbankan syariah di

Indonesia: aplikasi two-stage Data Envelopment

Analysis. STEI Tazkia

Farrell, M. J. (1957). The measurement of productive

efficiency. 253-281.

Ichsan, M. (1998). Studi Kelayakan Proyek. Universitas

Brawijaya Press: Malang.

Kadariah, L. K., & Gray, C. (1999). Pengantar Evaluasi

Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia:

Jakarta.

Kadarsan H.W. (1995). Keuangan Pertanian dan Pembiayaan

perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta.

Ken, S. (2015). Ilmu Usahatani. In: Penebar Swadaya.

Page 128: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

DAFTAR PUSTAKA 119

Komaruddin, N. (1986). Erosi pada tanah andosol, latosol dan

grumusol dalam berbagai tingkat kemiringan dan

intensitas hujan (Doctoral dissertation, Universitas

Gadjah Mada).

Kusumawardani, S. S., & Sutopo, B. (2001). Designing 1 bit

error correcting circuit on FPGA using BCH codes.

di Proceedings of International Conference on

Electrical, Communication, and Information, CECI:

CECI.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian

pendidikan matematika. Refika Aditama: Bandung

Maulidah, S., & Pratiwi, D. E. (2013). Analisis kelayakan

finansial usahatani anggur prabu bestari. Agricultural

Socio-Economics Journal, 10(3), 213.

Nasendi, B. D., & Anwar, A. (1985). Program linear dan

variasinya. PT. Gramedia: Jakarta.

Prawirokusumo, S. (1990). Ilmu Usaha Tani. BPFE:

Yogyakarta.

Primyastanto, M., & Istikharoh, N. (2006). Potensi dan

Peluang Bisnis, Usaha Unggulan Ikan Gurami dan

Nila. Bahtera Perss: Malang.

Rangkuti, F. (2005). Marketing analysis made easy. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta

Rarasati, Christiani Indah. (2015). Analisis Resiko pada

Usahatani Kedelai dan Jagung di Kabupaten

Page 129: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

120 DAFTAR PUSTAKA

Grobogan. Agrita : Vol. 3 No. 2 : Hal.45 – 55.

ISSN 2302 – 1713.

Rina, Y, L. Indrayati, S. Asikin dan M. Noor. (2010). Tingkat

Adopsi Komponen Teknologi Pengolahan Tanaman

Terpadu (PTT) Melalui SLPTT di Lahan Pasang

Surut. Laporan Akhir Tahun 2010.

Sharma, S. C., Sylwester, K., & Margono, H. (2003).

Technical efficiency and total factor productivity

analysis across US States: 1977-2000. Manuscript,

Department of Economics, Southern Illinois

University Carbondale, Illinois.

Shinta, A. (2011). Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya

Press: Malang

Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.

Soekartawi, A., Dillon, J. L., & Hardaker, J. B. (1993). Ilmu

usaha Tani. LP3ES: Jakarta.

Soekartawi, D. (1992). Linear Programming: Teori dan

Aplikasi, khususnya di bidang pertanian.

Soekartawi (1987). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori

dan Aplikasinya. Rajawali: Jakarta

Soekartawi, A. S., Dillon, J. L., & Hardaker, J. B. (1986). Ilmu

usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani

kecil. UI-Press: Jakarta.

Suratiyah, K. (2006). Ilmu usahatani. Penebar Swadaya Grup.

Page 130: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

DAFTAR PUSTAKA 121

Susantun, Indah. (2000). Fungsi Keuntungan Cobb Douglas

dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal

Ekonomi Pembangunan Vol.5 No. 2, hal 149 – 161.

Thanassoulis, E. (2001). Introduction to the theory and

application of data envelopment analysis. Dordrecht:

Kluwer Academic Publishers.

Wanda, F. F. A. (2015). Analisis Pendapatan Usaha Tani

Jeruk Siam (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat

Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser). J.

Administrasi Bisnis, 3(3), 600-611.

Warsana, W. (2007). Analisis Efisiensi Dan Keuntungan

Usaha Tani Jagung (Studi Di Kecamatan Randublatung

Kabupaten Blora)(Doctoral dissertation, Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro).

Wulansari, C. D., & Gunarsa, A. (2016). Hukum adat

Indonesia: suatu pengantar: Refika Aditama.

Page 131: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

122 DAFTAR PUSTAKA

Page 132: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 123

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

A. Karakteristik Responden

Nama Responden : ……………………………………

Alamat : No………RT…………RW………

Desa : ……………………………………

Kecamatan : ……………………………………

Kabupaten : ……………………………………

No HP : ……………………………………

Jenis Kelamin : L/P

Usia : ……… Tahun

Status Marital : Menikah/lajang/janda/duda

Jlh Anggota Keluarga : ……………………………………

Pekerjaan Utama : ……………………………………

Pekerjaan Sampingan : ……………………………………

Penghasilan/Bulan : Rp…………………………………

Pengalaman Usahatani : ………..Tahun

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Sarjana/…………..

Pendidikan Informal : a……………….Tahun……………

b……………….Tahun……………

c……………….Tahun……………

d……………….Tahun……………

e………………..Tahun…………...

Mengikuti POKTAN : Ya/Tidak

Nama POKTAN : ……………………………………

Page 133: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

124 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

B. Komoditas yang diusahakan

Lahan Isian

Komoditas yang

diusahakan

1. padi

2. jagung

3. kedelai

4. lainnya……………………………..

Alasan pemilihan

komoditas

1. profit tinggi

2. resiko rendah

3. biaya rendah

4. pemeliharaan rendah

5. pemasaran mudah

6. lainnya……………………………

Komoditas alternatif

selain komoditas

utama yang

diusahakan

1. padi

2. jagung

3. kedelai

4. lainnya……………………………..

Alasan pemilihan

komoditas

alternative tersebut

1. profit tinggi

2. resiko rendah

3. biaya rendah

4. pemeliharaan rendah

5. pemasaran mudah

6. lainnya……………………………

Kemitraan usahatani 1. mandiri

2. mitra swasta

3. mitra pemerintah

4. usaha dengan Gapoktan

5. koperasi

6. lainnya…………………………….

Bentuk kemitraan 1. penyediaan saprodi

2. penyediaan kredit

3. pembelian hasil panen

4. pemasaran Bersama

5. lainnya…………………………….

Page 134: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 125

C. Sumber Daya Lahan

Lahan Isian

Jenis lahan 1. sawah

2. tegal

3. lainnya……………………………..

Luas lahan 1. milik sendiri…………………….m2

2. sewa…………………………….m2

3. bagi hasil………………………..m2

Nilai sewa

lahan/bagi hasil

(jika menyewa lahan

atau bagi hasil)

Rp……………………………………

Biaya pajak lahan Rp……………………………………

Sistem Irigasi 1. teknis

2. setengah teknis

4. lainnya…………………………….

D. Penggunaan Benih/Bibit

Penggunaan Isian

Jumlah

Jenis Benih/Bibit 1. lokal

2. unggul

Nama Varietas

Asal Benih 1. produksi sendiri

2. beli

3. usaha kelompok

4. lainnya……………………………..

Tempat Pembelian 1. kios pertanian

2. penangkar

3. koperasi

4. lainnya…………………………….

Sertifikasi Benih 1. bersertifikat

2. berlabel

3. tidak

Harga Rp………………………………………

Page 135: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

126 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

E. Penggunaan Pupuk

Jenis Pupuk Jumlah

(Kg/Ha)

Harga Pupuk

(Rp/Kg)

Urea

SP 36

NPK

Phonska

ZA

Kandang

Kompos

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

Asal pupuk 1. beli

2. usaha kelompok

3. lainnya……………………………..

Tempat pembelian 1. kios pertanian

2. penangkar

3. koperasi

4. lainnya……………………………..

Page 136: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 127

F. Penggunaan Pestisida

Jenis Pestisida Jumlah

(Kg/Ha) atau

(Liter/Ha)

Harga Pupuk

(Rp/Kg) atau

(Rp/Liter)

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

Asal pestisida 1. beli

2. usaha kelompok

3. lainnya……………………………..

Tempat pembelian 1. kios pertanian

2. penangkar

3. koperasi

4. lainnya……………………………..

Page 137: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

128 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

G. Aset Usahatani

Nama Aset Jumlah Status

Kepemilikan

(1 = pribadi,

2= sewa)

Tahun

pembelian

Harga

Beli

(Rp)

Cangkul

Garu

Sabit

Gejik

Handsprayer

Tractor

Mesin

perontok

padi

Mesin

pemipil

jagung

Disel air

Truck

Sepeda

motor

……………

……………

Page 138: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 129

H. Pengunaan Tenaga Kerja

Jenis

pekerjaan

Jumlah

TK

Upah/Hari

/Orang

Jam

kerja/Hari

Lama

Hari

Keja

Pengolahan

lahan

Pembibitan

Penanaman

Pemupukan

Penyemprotan

Pengairan

Panen

Pengangkutan

Standarisasi

produk

Pengolahan

Pengemasan

……………

……………

…………….

Page 139: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

130 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

I. Produksi dan Penanganan Pascapanen

Indikator Keterangan

Produksi hasil panen (Kg)

Taksiran produksi yang hilang (%)

Sistem penjualan 1. borongan

2. persatuan berat

3. ijon

4. lainnya……………..

Lembaga pembeli 1. tengkulak

2. pedagang pengumpul

3. pedagang besar

4. koperasi

5. pengecer

6. pengolah

7. lainnya………………

Biaya angkut Rp.

Harga jual (Rp/Kg)

Page 140: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

INDEKS 131

INDEKS

A

agronomi, 2, 57

alokasi, 38, 64

analisis, 2, 19, 39, 41, 44,

49, 58, 59, 61, 68, 69,

71, 95, 96, 99, 100, 101,

102, 103, 104, 106, 107,

110

aspek, 2, 31, 34, 42, 44, 45,

48, 50, 55

Average Cost, 90

B

beli, 9

biaya, 4, 15, 17, 18, 19, 20,

22, 23, 24, 35, 37, 38,

46, 51, 55, 56, 59, 62,

64, 71, 74, 75, 88, 89,

90, 91, 92, 94, 95, 96,

97, 98, 100, 102, 103,

104, 105, 106, 110

bibit, 16, 17, 22, 60

borongan, 15

Break Even Point, 95, 96,

98, 99

budidaya, 2, 44, 45

buruh, 14, 15, 42, 60

C

Corak, 5

D

Definisi, 1, 9

E

efektif, 1, 2, 7, 25, 28, 29,

32, 34, 36, 40, 43

efisien, 1, 2, 7, 28, 29, 30,

31, 36, 38, 39, 54, 57,

72, 76, 100, 107

ekonomi, 2, 8, 16, 35, 43,

45, 46, 52, 54, 56, 71,

72, 74, 110

ekonomis, 1, 4, 20, 22, 35,

43, 56, 72, 76, 77, 103,

104, 105

F

fisik, 4, 12, 13, 28, 35, 43,

73

fisika, 2

INDEKS

Page 141: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

132 INDEKS

G

gadai, 11

geografi, 4

H

hak milik, 9, 11

hama, 4, 25, 27, 39, 42, 46,

54

harga, 7, 14, 21, 27, 31, 35,

37, 39, 45, 51, 52, 54,

55, 74, 75, 76, 95, 98,

101, 107

hasil, 5, 7, 12, 14, 16, 17,

18, 19, 23, 27, 30, 31,

36, 37, 41, 42, 43, 44,

45, 46, 47, 51, 54, 55,

60, 61, 68, 71, 73, 88,

98, 100, 101, 102, 107

hewan, 1, 2, 3, 4

hortikultura, 5

hukum adat, 10

hutan, 10

I

iklim, 4, 25, 26, 27, 31, 39,

45, 54

ilmu usahatani, 1, 2, 3

individual, 5

input, 2, 3, 7, 14, 54, 62,

71, 72, 73, 75, 76, 95,

101, 105, 106

investasi, 17, 24, 55, 101,

103, 105, 110, 111

IRR, 101, 102, 103, 110,

111

J

jagung, 6, 38

jasmani, 13

K

Kelayakan, 94, 100, 110,

111, 113

kelompok, 5, 14, 24, 27, 31

keputusan, 2, 26, 27, 29,

43, 54, 55, 62, 63, 64,

65, 99, 101

ketidakpastian, 47, 54, 75

keuntungan, 2, 5, 7, 38, 39,

45, 54, 62, 65, 74, 75,

76, 77, 95, 96, 99, 103,

104, 105, 111

kimia, 2

Klasifikasi, 4, 59

komersial, 5

kontrak, 15

konvensional, 2

kualitas, 5, 12, 18, 32, 35,

45

kuantitas, 5, 98

Page 142: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

INDEKS 133

L

lahan, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11,

14, 15, 16, 17, 18, 22,

30, 35, 36, 48, 50, 51,

53, 95

Layak, 94, 111

lingkungan, 3, 10, 14, 23,

28, 30, 43, 44, 46

linier programming, 49, 51

M

maksimal, 2, 36, 72, 75,

111

manajemen, 2, 24, 25, 28,

29, 32, 65, 72

manusia, 1, 2, 12, 14, 26,

27, 72

Marginal Cost, 92

mesin, 12, 19, 37

modal, 2, 4, 16, 17, 18, 19,

20, 21, 22, 23, 24, 28,

51, 53, 55, 72, 96, 111

N

Net B/C, 101, 103, 104,

110, 111

NPV, 101, 102, 103, 104,

105, 110, 111

nutrisi, 2

O

organisasi, 30, 38, 71

output, 2, 53, 63, 71, 72,

75, 76, 88, 89, 90, 91,

92, 106

P

padi, 4, 6, 16, 22, 38, 54,

60

Panen, 12

pangan, 5, 24, 30, 31, 41

pasar, 4, 24, 32, 41, 42

pemanenan, 5

pemangkasan, 12

pemasaran, 5, 31, 51, 65

pemupukan, 12, 24, 30

penanaman, 3, 5, 18

penawaran, 4

pendapatan, 1, 16, 24, 36,

38, 39, 42, 51, 52, 53,

55, 61, 64, 96, 98, 102

pengairan, 12, 45

pengelolaan, 5, 8, 24, 25,

44, 101

penggunaan, 2, 3, 16, 21,

23, 30, 36, 38, 39, 48,

64, 72, 73, 74, 76, 94,

104, 108

Penjualan, 12, 108

penyakit, 4, 25, 27, 39, 42,

46, 54

Page 143: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

134 INDEKS

penyiangan, 12

peralatan, 3, 19, 20, 28

perawatan, 5

perencanaan, 5, 24, 38, 42,

48, 49, 50, 51, 52, 54,

61, 96

perikanan, 2, 14

permintaan, 4

Pertanian, 1, 14, 42, 57,

113, 115

petani, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,

10, 11, 13, 14, 15, 16,

18, 21, 24, 25, 26, 27,

30, 31, 32, 34, 35, 36,

37, 38, 39, 40, 41, 42,

43, 44, 45, 49, 53, 54,

56, 60, 74, 88, 115

peternakan, 2, 5, 14, 18,

19, 21

pola, 5, 32, 35, 38, 40

pribadi, 11, 14, 50

produksi, 1, 4, 7, 8, 10, 12,

13, 15, 16, 17, 18, 20,

23, 24, 26, 28, 29, 30,

31, 32, 35, 36, 37, 43,

48, 49, 50, 53, 54, 55,

59, 63, 65, 71, 72, 73,

74, 75, 76, 77, 88, 89,

95, 97, 98, 99, 100, 101,

105, 107

produktifitas, 7, 30, 31, 42,

44

pupuk, 16, 17, 18, 37, 49

R

R/C Ratio, 95, 99, 100,

106, 107

resiko, 4, 24, 39, 45, 47,

52, 54, 55, 56, 57

rohani, 13

S

sakap, 10, 11

saprodi, 12, 59

sarana, 7, 28, 31, 32

sawah, 15, 50

Semusim, 94

sewa, 9, 11, 14, 88, 95

sifat, 5, 13, 16, 18, 41

Sistem, 2, 3, 4, 15, 52

sosial, 2, 4, 10, 14, 39, 43,

44, 45, 46, 49, 52, 102

subsisten, 5, 40

sumberdaya, 1, 2, 35, 36,

38, 39, 40, 41, 42, 45,

48, 49, 51, 61, 62, 64

T

tahunan, 100

tanah, 4, 9, 10, 11, 14, 22,

23, 28, 36, 42, 45, 46,

88, 114

Page 144: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

INDEKS 135

tanaman, 2, 3, 4, 5, 20, 22,

24, 25, 27, 30, 31, 35,

38, 48, 49, 50, 58, 94,

100

teknologi, 10, 11, 25, 29,

30, 31, 32, 35, 37, 39,

41, 45, 46, 50, 57, 64, 72

tenaga kerja, 2, 3, 12, 13,

14, 15, 16, 21, 28, 36,

38, 45, 51, 53, 94

terampil, 13

terdidik, 13

terlatih, 13

ternak, 2, 4, 12, 18, 19, 20,

21, 25, 27, 35, 36, 59

Tipe, 6, 44

topografi, 4

Total Cost, 90, 92, 98

Total Fixed Cost, 88, 100

Total Variable Cost, 89,

100

U

uang, 9, 11, 21, 23, 40, 59,

106, 111

upah, 15, 94

upaya, 2, 31, 32, 65, 75

usaha, 1, 2, 3, 4, 11, 13, 17,

18, 19, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30, 31, 32, 38,

43, 50, 53, 64, 72, 99,

102, 110, 115

usahatani, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14, 16,

17, 20, 21, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 30, 31, 32,

34, 35, 36, 37, 38, 39,

40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50, 51,

52, 53, 54, 55, 56, 57,

61, 73, 74, 76, 94, 99,

100, 101, 102, 103, 104,

105, 106, 107, 110, 111,

115

utilitas, 54

V

variabel, 37, 51, 58, 59, 61,

67, 68, 91, 92, 95, 96,

97, 98, 101

W

Wakaf, 10

Warisan, 10

Page 145: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

136 TENTANG PENULIS

TENTANG PENULIS

Moh. Saeri, SP., MP. lahir di

Sidoarjo, 15 Juli 1961. Adalah

peneliti Ahli Madya di bidang Sosial

Ekonomi Pertanian di Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian

Jawa Timur, Kementerian Pertanian.

Karir penulis diawali dari sebagai tenaga pengumpul data

pada kegiatan penelitian Panel Petania Nasional atau

―PATANAS‖ tahun 1993-1995 di Kabupaten Tuban

oleh Pusat Sosial Ekonomi Bogor. Selanjutnya menjadi

teknisi penelitian pada Sub Balai Penelitian Hortikultura

Tlekung tahun 1985. Pada tahun 2000 penulis pindah

kantor di BPTP Karangploso Malang sampai sekarang.

Penulis menyelesaikan S1 Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian di Univ. Muhammadiyah Malang, Tahun 1994.

Pada tahun 2005 penulis mengawali karir sebagai

Pejabat Fungsional Peneliti di bidang Sosial Ekonomi

Pertanian. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan S2 di

Universitas Brawijaya Malang, pada bidang minat

Ekonomi Pertanian.

Penulis aktif melakukan penelitian dan publikasi hasil

penelitian melalui Seminar baik Nasional maupun

Internasional dalam bentuk Prosiding maupun Jurnal.

Page 146: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

TENTANG PENULIS 137

Penelitian dan publikasi yang sering dilakukan adalah

dibidang Usahatani baik tanaman pangan maupun

hortikultura dan model Analisisnya.

Page 147: COVER - jatim.litbang.pertanian.go.idjatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Buku-Usahatani-Saeri.pdfpembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan usahatani.

Error! No text of specified style in document. 1