Page 1
1
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIIL USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI CAHAYA BARU DESA
SUSUHBANGO KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR
(Studi Kasus Di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri)
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
SIGIT ARIFIANTO
NIM. 135080418113010
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Page 2
2
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIIL USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI CAHAYA BARU DESA
SUSUHBANGO KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR
(Studi Kasus Di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri)
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
SIGIT ARIFIANTO
NIM. 135080418113010
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
i ii iii ii
xv
Page 4
4
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIIL USAHA BUDIDAYA
PEMBESARAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI CAHAYA BARU
DESA SUSUHBANGO KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI
JAWA TIMUR
(Studi Kasus Di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri)
Nama Mahasiswa : Sigit Arifianto
NIM : 135080418113010
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP
Pembimbing 2 : Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si
PENGUJI BUKA PEMBIMBING
Dosen Penguji 1 : Candra Adi Intyas, S.Pi., MP
Dosen Penguji 2 : Mariyana Sari, S.Pi., MP
Tanggal Ujian : 24 Mei 2018
iv
Page 5
5
PERNYATAAN ORISINALITAS
Melalui pernyataan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan skripsi yang
saya tulis ini benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan usulan skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Mahasiswa
Sigit Arifianto
(135080418113010)
v
Page 6
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sigit Arifianto
NIM : 135080418113010
Tempat / Tgl Lahir : Kediri, 17 Januari 1994
No. Tes Masuk P.T. :140008007
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan
SumberdayaPerikanan dan Kelautan / Sosial Ekonomi
Perikanan dan Kelautan *)
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)
Agama : Islam
Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)
Alamat : Ds. Bogokidul RT. 02/RW.04 Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 S.D 2001 2007
2 S.L.T.P 2007 2010
3 S.L.T.A 2010 2013
4 Perguruan Tinggi ..........
5 Perguruan Tinggi (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
2013 2018
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala
akibatnya.
Hormat kami
( Sigit Arifianto )
*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080418113010
vi
Malang, 13 Mei 2018
Page 7
7
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allat S.W.T. atas karunia, kesehatan, dan kekuatan yang diberikan selama
ini dalam menghadapi segala kesulitan selama pengerjaan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Perikanan dan Kelautan.
3. Prof. Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP., selaku Dosen Pembimbing 1.
4. Bapak Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 2.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya.
6. Keluargaku Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku atas doa restu, pikiran,
tenaga, dan finansial dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan dari FPIK AP 2013 UB Kampus III dan keluarga
FPIK AP 2013 UB yang selalu mendukung dan memotivasi, serta semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini
sehingga dapat selesai dengan baik.
Malang, Maret 2018
Sigit Arifianto
vii
Page 8
8
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIIL USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI CAHAYA BARU DESA
SUSUHBANGO KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR
(Studi Kasus Di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri)
Oleh:
(Sigit Arifianto1), Mimit Primyastanto2), Mochammad Fattah3))
1)Mahasiswa SEPK, FPIK Universitas Brawijaya, Malang 2)Dosen SEPK, FPIK Universitas Brawijaya, Malang 3)Dosen SEPK, FPIK Universitas Brawijaya, Malang
Abstrak
Ikan gurame dikategorikan sebagai ikan yang laju pertumbuhannya
lambat dengan teknologi semi intensif. Menurut Sitanggang dan Sarwono
(2002), pertumbuhan gurame sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan (strain),
kesehatan, pakan, dan umur (waktu). Sedangkan menurut BI (2002), masa
pemeliharaan yang relatif lama ini membuat pembudidaya ikan gurame untuk
melakukan beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, pendederan,
dan pembesaran yang masing-masing tahapan dapat dipasarkan secara
tersendiri. Susanto (2002), berpendapat bahwa harga ikan gurame yang
mendominasi di pasaran dibandingkan dengan jenis ikan tawar lainnya, sehingga
pembudidaya ikan gurame tidak mempermasalahkan pertumbuhannya yang
lambat, khususnya pada tahap pembesaran.Penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan aspek non finansiil dan aspek teknis, menganalisis kelayakan
secara finansiil, dan menganalisis tingkat sensitivitaspada usaha budidaya
pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango,Kecamatan Ringinrejo,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2018,
dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan
data menggunakan metode partisipasi aktif, kuisioner, observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Jenis sumber data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Pada usaha pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango
Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri ini menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan dan diteruskan.
Kata Kunci:Studi Kelayakan Usaha, Ikan Gurame, Tingkat Sensitivitas
viii
Page 9
9
Feasibility Finansiil Analysis Of Cultivating Enlargement Carp
(Osphronemus gourami) Business In Cahaya Baru The Susuhbango Village
Ringinrejo Subdistrict Kediri Regency East Java
(Case Study In The Village Susuhbango Ringinrejo Subdistrict Kediri
Regency)
Oleh:
(Sigit Arifianto1), Mimit Primyastanto2), Mochammad Fattah3))
1)Student of SEPK, FPIK, University of Brawijaya, Malang 2)Lecture of SEPK, FPIK, University of Brawijaya, Malang 3)Lecture of SEPK, FPIK, University of Brawijaya, Malang
Abstract
Carp are classified as fish the rate of its growth slow with technology
spring intensive.According to Sitanggang and Sarwono ( 2002 ), gurame growth
is strongly influenced by heredity (strains), health, feed, and the days of a
time.While according to the BI (2002), the maintenance relatively long it makes
cultivator of the carp to do some stage of the maintenance the stage seeding,
pendederan, and enlargement that each phase can marketed in its own.Susanto
(2002), argues that the price of carp who dominated in the market compared with
other species of fresh, so that cultivator of the carp does not think its growth slow,
especially at the enlargement. Research aims to describingaspects non finansiil
and the technical aspects of, analyze feasibility in finansiil, and analyzed levels of
sensitivity in the business of cultivating enlargement carp in the village
susuhbango, Ringinrejo Subdistrict KediriRegencythis shows that business is
appropriate to run and passed on.
Keywords: feasibility study business , carp , the sensitivity
ix
Page 10
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy) di Cahaya Baru Desa Susuhbango, Kecamatan
Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur”. Proposal skripsi membahas
tentang analisis kelayakan fianasial usaha budidaya pembesaran ikan gurame
pada jangka pendek dan jangka panjang.
Data pada Pemerintah Kabupaten Kediri (2013), Kecamatan Ringinrejo
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang mampu
memproduksi ikan gurame sebanyak 30.500 kg/bln atau sekitar 366 ton/th.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri (2016), menambahkan bahwa kegiatan
budidaya yang berada di Kecamatan Ringinrejo ditunjang dengan Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) sebanyak 20 UPR dengan jumlah petani ikan
budidaya kolam sebanyak 241 rumah tangga. Desa Susuhbango merupakan
salah satu desa di Kecamatan Ringinrejo yang memproduksi ikan gurame
dengan jumlah pembudidaya sebanyak 70-80 orang. Kegiatan budidaya
dilakukan di lahan terbatas (pekarangan rumah) dengan modal yang dimiliki
untuk usaha tahap pembesaran ikan gurame dan sebagian benih didapatkan dari
daerah lain.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan proposal skripsi ini: Prof. Dr. Ir. Mimit
Primyastanto, MS selaku dosen pembimbing pertama dan Mochammad Fattah,
S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing kedua; Orang tua yang selalu memberikan
doa dan semangat untuk mengerjakan proposal skripsi; Teman-teman FPIK UB
x
xv
Page 11
11
Kampus III dan teman-teman seangkatan FPIK AP 2013 di Malang; dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis sangat menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan proposal skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin
Malang,
Sigit Arifianto
xi
Page 12
12
RINGKASAN
SIGIT ARIFIANTO, Analisis Kelayakan Finansiil Usaha Pembesaran Ikan
Gurame (Osphronemus gouramy) di Cahaya Baru Desa Susuhbango,
Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (dibawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. Mimit Primyastanto, Mp dan Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si).
Negara Indonesia secara astronomis terletak berada pada 60LU–110LS dan 950BT–1410BT. Letak ini membawa pengaruh terhadap iklim tropis di Indonesia, yaitu curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, suhu dan kelembaban udara yang tinggi, banyak hutan lebat dan senantiasa hijau, serta keanekaragaman biota yang mendapat julukan sebagai 'Home of Hundred Exotic Ornamental Fish' dan 'The Seven Mega Diversity Countries'(Antarajateng, 2015).Berkaitan dengan keanekaragaman tersebut Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 5 yang artinya:
“ ... dan kami lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Data pada Pemerintah Kabupaten Kediri (2013), Kecamatan Ringinrejo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang mampu memproduksi ikan gurame sebanyak 30.500 kg/bln atau sekitar 366 ton/th. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri (2016), menambahkan bahwa kegiatan budidaya yang berada di Kecamatan Ringinrejo ditunjang dengan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) sebanyak 20 UPR dengan jumlah petani ikan budidaya kolam sebanyak 241 rumah tangga. Desa Susuhbango merupakan salah satu desa di Kecamatan Ringinrejo yang memproduksi ikan gurame dengan jumlah pembudidaya sebanyak 70-80 orang. Kegiatan budidaya dilakukan di lahan terbatas (pekarangan rumah) dengan modal yang dimiliki untuk usaha tahap pembesaran ikan gurame dan sebagian benih didapatkan dari daerah lain.
Tujuan dari penelitian ini antara lain; Menganalisis aspek teknis yang dilakukan pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru di Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Menganalisis kelayakan secara finansiil dan non finansiil pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Menganalisis tingkat sensivitas apabila terjadi kenaikan biaya dan penurunan penerimaan pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif.Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data kemudian diolah. Hasil yang keluar akan menentukan layak atau tidaknya uaha pembesara ikan gurame di Cahaya Baru.Analisis finansiil jangka pendek pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame dalam periode hingga 10 tahun mendatang dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
Pada analisis kelayakan finansiil jangka pendek didapatkan hasil yaitu
pada Modal Tetap sebesar Rp.654.185.500, Modal Kerja Rp.75.315.000, Biaya
Total sebesar (TC) Rp.87.436.000, Penerimaan (TR) sebesar 220.320.000, RC
Ratio sebesar 2,52, Keuntungan sebelum zakat sebesar Rp. 107.103.680,
Keuntungan setelah dikurangi zakat sebesar Rp.104.426.088, Rentabilitas
sebesar 119,4%, BEP sales sebesar 18.365.151,5, BEP Unit sebesar 440,44.
xii
Page 13
13
Pada analisis kelayakan finansiil jangka panjang didapatkan hasil yaitu
pada Net Present Value sebesar Rp.342.835.855, Net B/C sebesar 4,50, Internal
Rate Return sebesar 31,80% dan pada Payback Period sebesar 2,88. Pada
analisis uji sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 105 mengalami
kerugian, pada asumsi benefit turun sebesar 42% juga mengalami kerugian dan
pada asumsi biaya naik 40% dan benefit turun 25% juga mengalami kerugian, itu
artinya pada uji asumsi sensitifitas semuanya mengalami kerugian.
Saran untuk pemilik yaitu bagi pelaku usaha atau pembudidaya
pembesaran ikan gurame, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan acuan bagi masyarakat atau pelaku usaha, khususnya usaha
budidaya pembesaran ikan gurame, sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menjalankan usaha serta keberlangsungan usaha dimasa
mendatang, serta dengan pendapatan yang tinggi dan terbilang menguntungkan,
diharapkan untuk kedepanya bisa merekruite tenaga kerja tetap.
xiii
Page 14
14
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii
HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI……………………………………………...iv
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................................v
HALAMAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….vi
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………..vii
HALAMAN KATA PENGANTAR.........................................................................x
HALAMAN RINGKASAN…………………………………………………………….xii
HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………………..xiv
HALAMAN DAFTAR TABEL……………………………………………………….xvii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...xviii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..…xix
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 20
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 20
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 25
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 27
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................ 27
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 28
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 29
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 29
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurame ................................................. 33
2.3 Teknik Budidaya Ikan Gurame ............................................................. 34
2.4 Analisis Kelayakan Usaha ................................................................... 39
2.4.1 Analisis Aspek Non Finansial ............................................................. 39
2.4.2 Analisis Aspek Finansial ................................................................... 40
2.4.2.1 Analisis Jangka Pendek ........................................................................... 42
2.4.2.2 Analisis Jangka Panjang .......................................................................... 44
2.4.3 Analisis Sensitivitas ..................................................................................... 45
2.5 Kerangka Berfikir ................................................................................. 46
xiv
Page 15
15
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 49
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ........................................ 49
3.2 Objek Penelitian .................................................................................. 49
3.3 Jenis Penelitian ................................................................................... 49
3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 50
3.4.1 Jenis Data ...................................................................................................... 50
3.4.2 Sumber Data ................................................................................................. 51
3.5 Subjek Penelitian ................................................................................. 52
3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 53
3.7 Analisis Data ....................................................................................... 55
3.7.1 Analisis Kualitatif .......................................................................................... 55
3.7.2 Analisis Kuantitatif ........................................................................................ 62
3.7.2 Analisis Sensitivitas ...................................................................................... 70
KEADAAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN ...................................................... 72
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi ............................................. 72
4.2 Profil Usaha Budidaya Ikan Gurame di Cahaya Baru ........................... 73
4.3 Demografi Lokasi Penelitian ................................................................ 74
4.3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 75
4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia .......................................... 75
4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................... 76
4.3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............................. 78
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 79
5.1 Aspek Non Finansial ............................................................................ 79
5.1.1 Aspek Teknis Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Gurame .................. 79
5.1.2 Aspek Manajemen ....................................................................................... 92
5.1.3 Aspek Pemasaran ........................................................................................ 95
5.1.4 Aspek Hukum .............................................................................................. 100
5.1.5 Aspek Sosial Ekonomi ............................................................................... 100
5.1.6 Aspek Lingkungan ...................................................................................... 101
5.1.7 Faktor Penghambat Dan Pendukung ...................................................... 102
5.2 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................. 103
5.2.1 Permodalan ................................................................................................. 103
5.2.2 Biaya produksi ............................................................................................ 103
xv
Page 16
16
5.2.3 Penerimaan ................................................................................................. 104
5.3 Analisis Kelayakakan Finansial Jangka Pendek ..................................... 105
5.4 Analisis Kelayakan Finansial Jangka Panjang .......................................... 108
5.5 Analisis Sensitifitas ............................................................................. 110
5.6 Implikasi Penelitian ........................................................................................ 113
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 115
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 115
6.2 Saran ................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 119
xvi
Page 17
17
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penyediaan Ikan untuk Konsumsi dan Angka Konsumsi Ikan 2013-2017
.......................................................................................................................... 21
Tabel 2.Target dan capaian volume produksi perikanan budidaya (gurame),
2012-2016. ........................................................................................................ 24
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 28
Tabel 4. RC Ratio, keuntungan, rentabilitas, Break event Point, Payback Period,
NPV (Net Present Value), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR). ..................... 32
Tabel 5.Komponen Aspek Manajemen .............................................................. 58
Tabel 6.Komponen Aspek Pemasaran ............................................................... 59
Tabel 7. Data Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 75
Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Tingkat Usia 76
Tabel 9. Data Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Mata Pencaharian ... 77
Tabel 10. Data Jumlah Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ......................................................................................................... 78
Tabel 11. Ukuran benih ikan gurame ................................................................. 87
Tabel 12. Permintaan Dan Penawaran Ikan Gurame Tahun 2012-2016 ............ 97
xvii
Page 18
18
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Gurame .................................................................................... 34
Gambar 2. Konstruksi kolam pendederan dan pembesaran ikan gurame .......... 36
Gambar 3. Kerangka Berpikir............................................................................. 48
Gambar 4. Mesin pakan ..................................................................................... 74
Gambar 5. Kondisi jalan raya di Desa Susuhbango ........................................... 80
Gambar 6. Saluran pengisian air kolam ............................................................. 81
Gambar 7. Media komunikasi yang digunakan oleh pembudidaya ..................... 81
Gambar 8. Kolam terpal pembesaran ikan gurame ............................................ 82
Gambar 9. Alur proses pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango. ........... 83
Gambar 10. Kolam pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango .................. 84
Gambar 11. Pengapuran pada kolam ikan gurame ............................................ 85
Gambar 12. Pengisian air kolam melalui pipa .................................................... 86
Gambar 13. Proses Pemberian Pakan ............................................................... 89
Gambar 14. Tahap pemanenan ikan gurame (a) seleksi ukuran panen ikan
gurame (b) penimbangan ikan gurame (c) pengemasan ikan gurame pasca
penen. ............................................................................................................... 91
Gambar 15. Pengangkutan ikan gurame oleh konsumen ................................... 92
Gambar 16. Saluran Pemasaran ....................................................................... 99
xviii
Page 19
19
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................. 123
Lampiran 2.Rincian Modal Tetap Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya
Baru Di Desa Susuhbango. ............................................................................. 124
Lampiran 3.Rincian Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya
Baru Di Desa Susuhbango. ............................................................................. 125
Lampiran 4.Rincian Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya
Baru Di Desa Susuhbango. ............................................................................. 125
Lampiran 5. Perhitungan Total Cost Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di
Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. ................................................................ 125
Lampiran 6. Rincian Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya
Baru Di Desa Susuhbango. ............................................................................. 126
Lampiran 7. Perhitungan Revenue Cost Ratio (RC Ratio) Pada Usaha
Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. .................. 126
Lampiran 8. Perhitungan Keuntungan Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di
Cahaya Baru Di Desa Susuhbango Sebelum Dikurangi Zakat.(EBZ). .............. 126
Lampiran 9. Perhitungan Keuntungan Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di
Cahaya Baru Di Desa Susuhbango Sesudah Di Kurangi Zakat (EAZ). ............ 127
Lampiran 10. Perhitungan Rentabilitas Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
Di Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. ............................................................ 127
Lampiran 11. Perhitungan Break Event Point (BEP) Pada Usaha Pembesaran
Ikan Gurame Di Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. ....................................... 128
Lampiran 12. Peforma Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Cahaya Baru Di
Desa Susuhbango. .......................................................................................... 129
Lampiran 13. Tabel Penambahan Investasi Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di
Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. ................................................................ 130
Lampiran 14. Analisis Finansial Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan
Gurame Di Cahaya Baru Di Desa Susuhbango. .............................................. 131
Lampiran 15. Analisis Finansial Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan
Gurame Di Cahaya Baru Pada Asumsi Kenaikan Biaya 105% ........................ 132
Lampiran 16.Analisis Finansial Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan
Gurame Di Cahaya Baru Pada Asumsi Benefit Turun 42% .............................. 133
Lampiran 17. Analisis Finansial Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan
Gurame Di Cahaya Baru Pada Asumsi Kenaikan Biaya 40% dan Benefit Turun
25% ................................................................................................................. 134
xix
Page 20
20
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah berfirman :“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya ke jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seraus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui “(Q. S.Al-Baqarah : 261)
Negara Indonesia secara astronomis terletak berada pada 60LU–110LS
dan 950BT–1410BT. Letak ini membawa pengaruh terhadap iklim tropis di
Indonesia, yaitu curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, suhu dan kelembaban
udara yang tinggi, banyak hutan lebat dan senantiasa hijau, serta
keanekaragaman biota yang mendapat julukan sebagai 'Home of Hundred Exotic
Ornamental Fish' dan 'The Seven Mega Diversity Countries'(Antarajateng,
2015).Berkaitan dengan keanekaragaman tersebut Allah berfirman di dalam Al-
Qur’an surat Al-Hajj ayat 5 yang artinya:
“ ... dan kami lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan
air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Menurut data statistik perikanan dan kelautan tahun 2016, perbandingan
jumlah produksi sub sektor perikanan laut pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2017 terlihat jelas kenaikannya mencapai lebih dari 100%, sedangkan
jumlah produksi sub sektor perikanan budidaya kenaikannya sangat fantastis,
yaitu mencapai 600%. Hal ini menunjukkan tingginya minat para pelaku usaha
perikanan dalam mengembangkan usahanya, terutama di sub sektor perikanan
budidaya (Nainggolan, 2016).
Page 21
21
Perkembangan masyarakat dunia pada abad ke 21 adanya
kecenderungan perubahan perilaku serta pola konsumsinya terhadap produk
perikanan. Terbatasnya pasokan hasil perikanan dunia akan mempengaruhi
kebutuhan komoditas perikanan oleh masyarakat dunia. Sehingga, permintaan
komoditas perikanan di masa datang akan semakin meningkat sebagai akibat
peningkatan jumlah penduduk, kualitas serta gaya hidup masyarakat dunia.
Sebagai pengaruh dari kebutuhan makanan sehat oleh masyarakat secara
internasional (Sukadi, 2002).
Keanekaragaman biota ini sangat bermanfaat khususnya bagi manusia
sebagai makhluk yang memanfaatkan dan mengolah sumber makanan dari
makhluk hidup lainnya, salah satunya ikan. Menurut data statistik Kementerian
Kelautan dan Perikanan (2015), tingkat konsumsi ikan di Indonesia selalu
meningkat seiring dengan gerakan Gemar Ikan yang dilakukan oleh KKP.Angka
konsumsi ikan dikonversi dalam satuan kg/kap/tahun dan data konsumsi ikan
selalu disandingkan dengan data penyediaan ikan konsumsi agar keduanya bisa
proporsional.
Tabel 1. Penyediaan Ikan untuk Konsumsi dan Angka Konsumsi Ikan 2013-2017
Item Satuan Tahun Pertumbuhan ( % )
2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
2013-2017
Penyediaan ikan
Total (1.000 Ton)
9.119 10.282 11.588 11.882 13.072 9,50 10,01
Perkapita (kg/Kap/Thn)
38,39 42,49 47,22 47,77 51,80 7,85 8,44
Konsumsi ikan
Perkapita (Kg/Kap/Thn)
30,48 32,25 33,89 35,21 38,14 5,78 8,32
Sumber: KKP, 2015
Page 22
22
Pada tabel di atas angka penyediaan ikan dan angka konsumsi ikan
selalu meningkat, namun angka konsumsi ikan masih belum mendekati
penyediaan ikan, artinya tingkat konsumsi masih kurang maksimal. Berdasarkan
data capaian konsumsi ikan pada tahun 2015, sebesar 41,11 kg/kap/th justru
melebihi target yang telah ditentukan yaitu 40,90 kg/kap/th. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya (2017), menambahkan bahwa tingkat konsumsi ikan tahun
2016 sebesar 43,94 kg/kap/th dari target 43,88 kg/kap/th.
Menurut Primyastanto (2011), kegiatan teknis usaha perikanan adalahh
usaha penangkapan, usaha budidaya, dan usaha pengolahan. Usaha
penangkapan adalah produk perikanan yang berasal dari alam dengan cara
penangkapan, sehingga kegiatan utama usaha terjadi pada saat melakukan
penangkapan. Usaha budidaya perikanan adalah usaha manusia untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi ikan dengan segala sumberdaya
yang dimilikinya, sedangkan usaha pengolahan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kualitas produk perikanan menjadi produk baru dengan nilai jual
yang lebih tinggi atau memperpanjang masa konsumsinya.Melalui usaha
perikanan diharapkan angka penyediaan dan konsumsi ikan dapat berjalan
seimbang.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2014), sistem usaha
perikanan budidaya juga harus memperhatikan daya dukung lahan serta
kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup, sehingga usaha perikanan
budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan,
sejalan dengan Tata Laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code of
Conduct for Responsible Fisheries).
Keanekaragaman biota yang banyak dikembangkan melalui kegiatan
budidaya air tawar adalah ikan lele, ikan mujair, ikan nila, dan ikan
bawal.Menurut Bank Indonesia (2002), ikan gurame (Oshpronemus gouramy)
Page 23
23
yang merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari daerah Jawa Barat.Ikan
gurame merupakan jenis ikan air tawar yang paling unggul dibandingkan dengan
jenis ikan air tawar lainnya, seperti ikan lele, ikan nila, ikan bawal, dan ikan
mujair. Keunggulan tersebut terletak pada rasanya sehingga digemari
konsumen.Selain itu, harga ikan gurame paling tinggi namun permintaannya juga
tinggimeskipun pasar ikan gurame masih mengandalkan pada permintaan
domestik.
Ikan gurame dikategorikan sebagai ikan yang laju pertumbuhannya
lambat dengan teknologi semi intensif. Menurut Sitanggang dan Sarwono
(2002), pertumbuhan gurame sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan (strain),
kesehatan, pakan, ruang hidup dan umur (waktu). Sedangkan menurut BI
(2002), masa pemeliharaan yang relatif lama ini membuat pembudidaya ikan
gurame untuk melakukan beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap
pembenihan, pendederan, dan pembesaran yang masing-masing tahapan dapat
dipasarkan secara tersendiri. Susanto (2002), berpendapat bahwa harga ikan
gurame yang mendominasi di pasaran dibandingkan dengan jenis ikan tawar
lainnya, sehingga pembudidaya ikan gurame tidak mempermasalahkan
pertumbuhannya yang lambat, khususnya pada tahap pembesaran.
Menurut DJPB (2015), volume produksi budidaya ikan gurame yang dapat
dihasilkan oleh provinsi Jawa Timur tahun 2012 sebanyak 8.425 ton, tahun 2013
sebanyak 9.525 ton, tahun 2014 sebanyak 11.463 ton, tahun 2015 sebanyak
18.087 ton, dan menurut BPS Provinsi Jawa Timur (2015) pada tahun 2016 yang
diperoleh hasil produksi ikan gurame sebanyak 17.886,7 ton. Berdasarkan
jumlah produksi tersebut, perikanan budidaya kolam pada komoditas ikan
gurame di Kabupaten Kediri pada tahun 2013 mampu menyumbang angka
produksi sebanyak 684,94 ton.
Page 24
24
Produksi ikan gurame tahun 2012-2016 menunjukkan kinerja yang positif.
Berdasarkan kinerja tersebut menunjukkan bahwa capaian produksi telah
mampu melampaui target tahunan yang ditetapkan.
Tabel 2.Target dan capaian volume produksi perikanan budidaya (gurame), 2012-2016.
Komoditas Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Gurame Target 40.000 42.300 44.400 125.000 150.000
Capaian 56.889 64.252 84.681 86.773
Sumber: DJPB, 2015 *) Angka Sementara
Pada tabel di atas, ikan gurame masih ditetapkan sebagai sasaran
peningkatan produksi menurut komoditas utama. Selisih capaian produksi ikan
gurame dengan target paling tinggi pada tahun 2012, namun pada tahun 2013
target belum mampu dicapai karena tingkat target yang ditetapkan dua kali lipat
dari target pada tahun sebelumnya dan merupakan peluang besar untuk
memenuhi target yang ditetapkan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
(2017), menambahkan bahwa produksi ikan gurame tetap menjadi target sasaran
peningkatan pada periode akhir tahun 2019.
Peningkatan target sasaran ikan gurame sebagai salah satu komoditas
utama diharapkan dapat terpenuhi dari berbagai kalangan terutama pada
pembudidaya ikan gurame dan dijadikan sebagai peluang usaha yang
menjanjikan walaupun mempunyai masa pertumbuhan yang relatif lama.
Sehingga sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya kepada
Stakeholder Perspective mengenai terwujudnya kesejahteraan masyakarat
Perikanan Budidaya diharapkan dapat tercapai.
Data pada Pemerintah Kabupaten Kediri (2013), Kecamatan Ringinrejo
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang mampu
memproduksi ikan gurame sebanyak 30.500 kg/bln atau sekitar 366 ton/th.
Page 25
25
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri (2016), menambahkan bahwa kegiatan
budidaya yang berada di Kecamatan Ringinrejo ditunjang dengan Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) sebanyak 20 UPR dengan jumlah petani ikan
budidaya kolam sebanyak 241 rumah tangga. Desa Susuhbango merupakan
salah satu desa di Kecamatan Ringinrejo yang memproduksi ikan gurame
dengan jumlah pembudidaya sebanyak 70-80 orang. Kegiatan budidaya
dilakukan di lahan terbatas (pekarangan rumah) dengan modal yang dimiliki
untuk usaha tahap pembesaran ikan gurame dan sebagian benih didapatkan dari
daerah lain.
Kegiatan budidaya ikan gurame di Desa Susuhbango ditunjang oleh
faktor lingkungan, yaitu mempunyai ketinggian 125 meter dari permukaan laut
dengan suhu udara berkisar antara 230C-310C. Menurut Sitanggang dan
Sarwono (2007), ikan gurame akan menunjukkan pertumbuhan optimum apabila
dikembangkan di daratan dengan ketinggian 50-400 meter dari permukaan laut
dengan suhu 240C-280C. Kegiatan budidaya juga didukung dengan tersedianya
tenaga kerja, sarana dan prasarana yang memadahi, penggunaan teknologi
yang baik (komunikasi dan transportasi), serta tersedianya pasar. Dengan
kondisi demikian Desa Susuhbango salah satu di desa yang berada di
Kabupaten Kediri ini sangat cocok untuk para pembudidaya pembesaran ikan
gurame. Melihat dengan kondisi demikian menarik untuk dilakukannya penelitian
terhadap rofibilitas dan kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame di
Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Desa Susuhbango merupakan salah satu desa yang berada dalam
wilayah Kecamatan Ringinrejo. Wilayah ini memiliki potensi sektor perikanan
budidaya air tawar yang mampu menjadi sumber pendapatan bagi warganya,
Page 26
26
salah satunya adalah budidayaikan gurame. Produksi ikan gurame mampu
menyerap tenaga kerja yang berada di lingkungan budidaya, peluang
wirausahawan untuk menyediaan kebutuhan teknis usaha budidaya ikan
gurame, seperti pakan, pupuk, obat-obatan, serta sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk proses produksi ikan gurame sehingga dapat menjadi mitra bagi
pembudidaya setempat.
Pertumbuhanikan gurame memerlukan waktu yang cukup lama
dibandingkan dengan usaha budidaya ikan air tawar lainnya seperti ikan lele,
ikan nila, ikan mujair, dan lain sebagainya. Hal ini karena pertumbuhan ikan
gurame yang lambat dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur dua
tahun. Menurut Kurniawan (2011), mengatakan bahwa benih ikan gurame dari
ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm) membutuhkan waktu
pemeliharaan selama 125 hari atau sekitar 4 bulan, sedangkan ikan gurame
dengan berat 0,7-1 kg/ekor membutuhkan waktu selama 4-6 bulan, jika
dibandingkan dengan ikan lele ukuran konsumsi yang hanya 2,5-3,5 bulan.
Penelitian mengenai analisis kelayakan finansial usasha pembesaran ikan
gurame diperlukan agar dapat mengetahui keuntungan maksimum walaupun
waktu yang dibutuhkan untuk usaha budidaya pembesaran ikan gurame
membutuhkan alokasi waktu yang terbilang cukup lama. Berdasarkan uraian di
atas maka rumusan masalah yang dapat disusun dan akan dilakukan penelitian
mengenai:
1. Bagaimana aspek non finansiil dan aspek teknis budidaya yang dilakukan
pada budidaya pembesaran ikan gurame ?
2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya pembesaran ikan gurame dilihat dari
kelayakan finansiilnya ?
3. Berapa tingkat sensitivitas apabila terjadi kenaikan biaya dan penurunan
biaya produksi ?
Page 27
27
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mendeskripsikan aspek non finansiil dan aspek teknis yang dilakukan pada
usaha budidaya pemesaran ikan gurame di Cahaya Baru di Desa
Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
2. Menganalisis kelayakan secara finansiil pada usaha budidaya pembesaran
ikan gurame di Cahaya Baru di Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
3. Menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan
gurame di Cahaya Baru di Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Peneliti dan lembaga akademis, sebagai informasi dan masukan dalam
mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan penelitian lebih lanjut.
2. Pembudidaya ikan, sebagai bahan masukan dan informasi tambahan
mengenai kegiatan usaha yang sedang dijalankan dari sisi kelayakan
finansial.
3. Penyuluh atau pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
program dan menentukan kebijakan dalam bidang perikanan khususnya
pada pengembangan budidaya ikan gurame.
4. Investor atau penyandang dana, sebagai bahan studi pendahuluan dalam
menetapkan keputusan untuk menginvestasi modalnya.
Page 28
28
5. Masyarakat, sebagai bahan informasi dan untuk pengembangan usaha yang
mendukung serta melengkapi usaha budidaya pembesaran ikan gurame.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Susuhbango, Kecamatan
Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Waktu penelitian sebagaimana
disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Februari
2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I
V
1 Penyusunan
Proposal
2 Penelitian
3 Penyusunan
Laporan
Page 29
29
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Analisis kelayakan finansial usaha ikan gurame tanpa pengembangan
dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar Rp 40.458.531 yang dihasilkan lebih
besar dari nol, nilai Net B/C sebesar 1,63 lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar
18 persen lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan (5,25 persen),
dan waktu pengembalian modal investasi sudah sesuai dengan umur proyek 10
tahun yaitu delapan tahun. Sedangkan analisis kelayakan finansial Kelompok
Tani Mina Makmur dengan pengembangan dinyatakan layak dengan nilai NPV
sebesarRp 451.876.066 yang dihasilkan lebih besar dari nol, nilai Net B/C
sebesar 34,7 lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar 28 persen lebih besar dari
tingkat discount rate yang ditentukan (5,25 persen), dan waktu pengembalian
modal investasi sudah sesuai dengan umur proyek 10 tahun yaitu satu tahun.
Analisis switching value menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame
Kelompok Tani Mina Makmur tanpa pengembangan lebih peka terhadap
peningkatan harga pakan dari pada penurunan produksi, dimana switching value
kenaikan harga pakan sebesar 2,35 persen dan penurunan produksi sebesar 8
persen. Sedangkan untuk usaha pembesaran ikan gurame dengan
pengembangan relatif sama dengan sebelum pengembangan, yaitu lebih peka
terhadap peningkatan harga pakan dari pada penurunan produksi, dimana
switching value menunjukkan kenaikan harga pakan sebesar 22,21 persen dan
penurunan produksi sebesar 9,05 persen. Incremental Net Benefit (manfaat
bersih) yang diperoleh dari hasil pengurangan manfaat bersih (net benefit) tanpa
pengembangan dari manfaat bersih dengan pengembangan yakni sebesar Rp
248.656.024 menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame Kelompok
Tani Mina Makmur layak untuk dikembangkan, hal ini dikemukakan dalam
Page 30
30
penelitian Derita W. (2013) dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Pembesaran Ikan Gurame Kelompok Tani Mina Makmur, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor.
Dalam penelitian Ketut ( 2008 ),dengan judul penelitian Analisis Usaha
Pembesaran Ikan Gurami, Pakan yang diberikan oleh petani kelompok Mina
Mekar ada dua jenis yaitu pakan buatan dan pakan alami. Rata-rata biaya pakan
yang dikeluarkan oleh kelompok Mina Mekar dalam satu kali produksi adalah Rp
5.884.615,38, dengan kisaran dari Rp 2.700.000,00 sampai Rp 16.200.000,00.
Pupuk yang digunakan oleh responden berbeda-beda, antara lain yaitu pupuk
Urea, TSP, Dolomix, dan Pupuk Kandang. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh
responden untuk pembelian pupuk dalam satu kali periode tebar adalah Rp
148.461,54 dengan kisaran Rp 30.000,- sampai dengan Rp 440.000,-.
Sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk pembelian
obat-obatan adalah Rp 197.307,69. Besarnya tingkat upah disesuaikan dengan
tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian selama penelitian ini berlangsung
yaitu Rp 30.000,00 per hari (rata-rata 8 jam). Untuk masa panen, sistem
pengupahan yang digunakan oleh kelompok Mina Mekar adalah dengan
menggunakan tenaga dari anggota kelompok dengan upah sebesar Rp.1000,-
tiap kilogramnya. Jadi besarnya biaya panen tergantung dari banyaknya ikan
yang di produksi.
Rata-rata penerimaan petani dari usaha pembesaran ikan gurami
kelompok “Mina Mekar” dalam satu musim produksi (12 bulan) adalah Rp
16.201.923,08 (Rp 25.000,00 X 648,08Kg). Dengan rata-rata total biaya
produksi yang dikeluarkan adalah Rp 13.863.973,67 yang terdiri dari Rp
6.732.239,52 biaya tetap dan Rp 7.131.734,15 biaya variabel. Setelah
mendapatkan semua data tentang kegiatan budidaya pembesaran gurami dan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh responden selama kegiatan budidaya maka
Page 31
31
selanjutnya dapat dihitung berapa keuntungan ( Net Cash Flow), R/C Ratio,
Payback Period, dan Break Even Point dari usaha pembesaran gurami tersebut.
Pendapatan bersih usaha pembesaran ikan adalah Rp 2.337.949,41. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa usaha pembesaran ikan gurami tersebut layak
untuk diusahakan (NCF>1). Usaha ini dikatakan layak karena R/C ratio lebih dari
1 yaitu 1,14. Nilai investasi akan kembali (PBP) setelah 4,38 tahun atau 4-5 kali
periode tebar. Usaha pembesaran ikan gurami yang dilakukan oleh Kelompok
Mina Mekar, tidak mengalami keuntungan maupun kerugian apabila ikan yang
diproduksi sebanyak 481,03 Kg dengan harga Rp 21.392,38/Kg. Sehingga usaha
pembesaran ikan gurame yang dijalankan oleh kelompok Mina Mekar termasuk
kedalam usaha yang menguntungkan karena nilai R/C rationya lebih dari satu
dan nilai investasinya akan kembali setelah usaha pembesaran ikan gurame
dijalankan selama 4,3 tahun dengan asusmsi hasil produksi dan harga jual
produksi tidak selalu menurun dan setiap tahun bisa menigkat.
Penelitian Primyastanto (2014), dengan judul Feasibility Study Of Fish
Capture With Payang Tool Before Using Electronic Onjhem Fads In Madura
Strait Indonesia. Penelitian dilakukan dengan secara kuantitatif. Penelitian
kelayakan usaha dilakukan dengan perhitungan RC Ratio, keuntungan,
rentabilitas, Break event Point, Payback Period, NPV (Net Present Value), Net
B/C, Internal Rate of Return (IRR). Pada analisis usaha studi kelayak
penangkapan ikan dengan alat tangkap payang di Madura. Adapun hasil dari
penelitian yang diperoleh dari analisis pendapatan usaha penangkapan ikan
dengan alat tangkap payang di Madura, antara lain:
Page 32
32
Tabel 4. RC Ratio, keuntungan, rentabilitas, Break event Point, Payback Period, NPV (Net Present Value), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR).
No Keterangan Nilai
1 RC Ratio 1.652, 4
2 Keuntungan 5.184.510,00
3 Rentabilitas 65, 2419 %
4 Break Event Point
1. Produk 2. Penjualan
1. 4. 455, 87 Kg 2. 25.089.419, 00
5 Payback Period 3,5 tahun
6 Net Present Value (NPV) 655.661.472,00
7 Net B/C 15,39
8 Internal Rate of Return (IRR) 417,35%
Sumber . IJABER, 2014
Penelitian Mimit Primyastanto (2015), dengan judul Pengembangan
Usaha Kerupuk Ikan Payus (Elops Hawaiensis) Pada Ud. Sumber Rezeki
Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya,
Jawa Timur. Didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi usaha
cukup mendukung. Pada aspek hukum UD. Sumber Rezeki telah memiliki SIUP,
TDI, PIRT, sertifikat merek, sertifikat halal. Pada aspek teknis UD. Sumber
Rezeki menggunakan sarana dan prasarana yang mudah diperoleh, dengan
proses produksi selama 209 hari orang kerja dalam 1 tahun. Pada aspek
finansial meliputi analisis finansial jangka pendek dapat dikatakan usaha ini
menguntungkan dengan permodalan Rp354.982.100,-; TC Rp321.714.100,-; TR
Rp 534.960.000; RC ratio 1,66; (π) Rp213.245.900,-; REC 54,77%; BEP (Sales)
produk A Rp88.156,84204,B Rp176.313,6841, C Rp73.464,03503, D
Rp88.156,84204, E Rp146.928,0701, F Rp7.934.115,784, G Rp2.424.313,156;
BEP unit (Q) produk A 15 bungkus, B 22 bungkus, C 7 bungkus, D 7 bungkus, E
10 bungkus, F 661 bungkus, G 73 bungkus. Aspek finansial jangka panjang,
Page 33
33
usaha ini layak untuk dijalankan 10 tahun ke depan, NPV Rp1.082.713.378,63;
IRR 639%; Profitability Index (Net B/C) 32; Payback Periode 0,15 tahun atau 1
bulan 24 hari. Pada aspek manajemen dijalankan dengan partisipatif. Pada
aspek pemasaran, meliputi rantai pemasaran, bauran pemasaran, saluran
distribusi secara langsung ke konsumen akhir dan melalui perantara.
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurame
Klasifikasi ilmiah ikan gurame sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Nomor 01-6485.1-2000 yang dikeluarkan olehBadan Standarisasi Nasional
(2000) adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy.
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006), secara morfologi bentuk luar
ikan gurame (Osphronemus gouramy.) memiliki lima jenis sirip yaitu sirip dada
(pectoral), punggung(dorsal), perut(ventral), dubur (anal), dan ekor (caudal).
Gurat sisi (linealateralis) ikan gurame berada di pertengahan badan dengan
posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Morfologi ikan gurame (Osphronemus gouramy.) dapat dilihat pada Gambar 1.
Page 34
34
Gambar 1. Ikan Gurame Sumber: BI, 2000
Keterangan:
1: ikan gurame jantan 2 : ikan gurame betina
a : mulut b : operkulum
c : sirip dada (pectoral) d : sirip punggung (dorsal)
e : sirip ekor (caudal) f : sirip anus (anal)
g : sirip perut (ventral) h : gurat sisi (linealateralis)
2.3 Teknik Budidaya Ikan Gurame
Teknis budidaya diperlukan untuk mengetahui tahapan serangkaian
proses budidaya agar didapatkan kuantitas dan kualitas ikan yang sesuai dengan
permintaan pasar. Menurut Primyastanto (2011), secara umum tahapan
budidaya ikan adalah (1) Pemilihan lokasi; (2) Pembuatan dan persiapan media
budidaya; (3) Pemilihan dan penyediaan induk; (4) Pemijahan; (5) Penanganan
telur dan benih; (6) Perawatan induk dan benih; dan (7) Panen dan penanganan
hasil panen.
Menurut Bank Indonesia (2002), terdapat berbagaitahapan-tahapan
dalam pelaksanaan kegiatan budidaya ikan gurame secara teknis adalah
sebagai berikut:
1
a
b c
d e
f g
h
2
Page 35
35
(1) Persiapan Kolam
Tahap persiapan kolam yang digunakan untuk budidaya ikan gurame
dalam berbagai tahap pada umumnya hampir sama, yang membedakan
adalah padat tebar, jenis pakan, dan ketinggian air yang dibutuhkan.
Sedangkan konstruksi kolam dan pengolahan lahan pada setiap tahap
sama. Kolam yang baik untuk budidaya ikan gurame berasal dari jenis
tanah liat/lempung, tidak berporos, dan cukup mengandung humus. Jenis
tanah seperti ini dapat menampung massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam.
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah
dengan kemiringan tidak lebih dari 45 derajat.Setiap kolam mempunyai
saluran pemasukan dan pengeluaran air, di dasar kolam dekat dengan
saluran masukan air sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla verticilata untuk
berlindung dan mencari makan benih ikan gurame. Bagian tengah kolam
dibuat kowean, yaitu kolam kecil di dalam kolam sebagai tempat
berkumpulnya ikan pada saat pelepasan benih dan pemanenan ikan
gurame. Kowean dihubungkan dengan caren ke saluran pemasukan dan
pengeluaran air. Caren berfungsi sebagai tempat pengumpulan benih pada
saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring ikan ke kowean
pada saat panen.
Page 36
36
Gambar 2. Konstruksi kolam pendederan dan pembesaran ikan gurame Sumber: BI, 2002
Bersamaan dengan persiapan pembuatan kolam juga dilakukan
pengeringan dasar kolam.Setelah dasar kolam kering, kemudian diberikan
kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2.
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH perairan, meningkatkan
ketersediaan kandungan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa
beracun, dan dapat merangsang aktivitas mikroorganisme tanah,
sedangkan pemberian pupuk kandang (yang baik berasal dari kotoran
ayam) bertujuan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan
alami.
(2) Pembenihan
Tahap pembenihan diawali dengan pemilihan induk ikan
gurameyang sudah matang gonad (berusia lebih dari 2 tahun) dan berada
pada usia produktif. Induk betina yang siap memijah ditandai dengan
bagian perut belakang sirip dada terlihat menggembung dan sisik-sisik
lebih terbuka, sedangkan pada induk jantan kedua belah rusuk di bagian
perut membentuk sudut tumpul serta mempunyai tingkah yang agresif.
Page 37
37
Satu pasang induk untuk pemijahan terdiri dari satu ekor pejantan dan tiga
sampai empat ekor betina.Pasangan induk kemudian dimasukkan ke kolam
pemijahan dan dipersiapkan perlengkapan seperti sosog, anjang-anjang,
dan bahan sarang.
Induk jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari berada di
kolam pemijahan. Sarang berguna sebagai tempat untuk melepaskan telur
dari induk betina dan induk jantan akan menyemprotkan spermanya.
Kemudian induk jantan akan meletakkan telur yan sudah dibuahi ke dalam
sarang dengan mulutnya. Apabila proses pemijahan sudah selesai akan
tercium bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
Telur dapat diambil satu hari setelah pemijahan dan dipisahkan dari
sarangnya kemudian dicuci untuk menghilangkan lemak yang menempel di
telur. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dipisahkan dari
induknya.Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa
kuning telur (yolk). Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 7 hari),
larva baru diberi pakan berupa pakan alami dan dipelihara hingga menjadi
larva dengan berat ± 0,5 gram selama ± 30 hari. Sebelum ditebar, terlebih
dahulu dilakukan seleksi untuk memilih benih yang berkualitas.
(3) Pendederan
Penebaran benih sebaiknya pada saat suhu udara rendah (pagi
atau sore hari) dengan melakukan proses aklimitasi (penyesuaian suhu air
dalam wadah angkut dengan suhu air kolam) terlebih dahulu. Proses
aklimitasi dilakukan dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi
sedikit ke dalam wadah angkut, setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah
angkut dimasukkan ke dalam kolam dan ikan akan berenang keluar.
Pemanenan pada tahap pendederan dapat dilakukan apabila berat ikan
sudah mencapai 20-25 gram.
Page 38
38
(4) Pembesaran
Kolam yang digunakan untuk tahap pembesaranikan gurame dibuat
tidak terlalu berlumpur dengan kedalaman air 1 meter, dasar kolam dilapisi
dengan plastik atau dengan kolam permanen (semi intensif). Pemanenan
pada tahap pembesaran dapat dilakukan apabila ikan berukuran berat 200-
250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1-2 kg/m2. Pakan
yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5-
2% dari berat ikan pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak
5% dari berat ikan diberikan pada sore hari. Selang waktu 4 bulan ikan
akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor dan
dapat dipanen tanpa menggunakan alat tangkap.
(5) Pemberian Pakan
Ikan gurame mengalami perubahan tingkah laku makan (feeding
habit) selama masa pertumbuhannya.Larva ikan gurame bersifat karnivora
sampai dengan umur tertentu, juvenil muda bersifat omnivora, dan setelah
mencapai ukuran induk menjadi herbivora.Pola perubahan tersebut terkait
dengan perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Pakan yang digunakan terdiri dari pakan alami berupa plankton,
tubifex, daphnia, dan dedaunan maupun pakan buatan derupa pelet. Larva
ikan setelah cadangan kantung kuning telurnya habis diberi pakan alami
seperti plankton dan tubifex secukupnya, sedangkan pada ukuran juvenil
sampai induk diberi kombinasi pakan alami (dedaunan) sebanyak 5% per
hari dan pelet sebanyak 1,5-2% per hari. Konversi pakan untuk
pemeliharaan dalam kolam adalah 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1
kg ikan gurame memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Page 39
39
2.4 Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha adalah suatu studi yang digunakan oleh suatu
instansi untuk menilai layak atau tidaknya suatu proyek tertentu yang sedang
atau akan dilaksanakan. Prinsipnya, penilaian pada studi kelayakan lebih
ditekankan pada analisa atau rasio finansial, maka diperlukan analisa jangka
pendek dan jangka panjang terhadap suatu usaha (Primyastanto, 2011).
Hal ini sependapat dengan Riyanto (2003) yang menyatakan, aspek
finansial dari suatu usaha adalah inti dari pembahasan seluruh aspek lainnya,
karena studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui potensi keuntungan dari
usaha yang dijalankan maupun masih direncanakan. Aspek ini berkaitan dengan
penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasian dana tersebut
seefisien mungkin, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan
bagi investor.
Menurut Riyanto (2002), profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan aktiva atau modal
perusahaan yang digunakan selama periode tertentu dan dinyatakan dengan
persentase. Analisis profitabilitas diperlukan untuk menilai besar kecilnya
produktifitas usaha sebuah perusahaan. Penilaian profitabilitas ini menggunakan
beberapa kriteria antara lain: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Total Assets
Turnover, Return on Investment dan Return on Equity (Fanani, 2014).
2.4.1 Analisis Aspek Non Finansiil
Menurut Primyastanto (2011), tujuan dilkukan evaluasi proyek yaitu untuk
mengurangi resiko kerugian, memudahkan perencanaan, memumadahkan
pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, serta memudahkan
pengendalian. Tahapan yang dilakukan dalam evaluasi proyek yaitu dengan
melakukan pengumpulan data yang telah didapatkan, lalu dilakukan analisis
Page 40
40
data, setelah itu bisa diamil keputusan apakah proyek yang dijalankan layak atau
tidak untuk dijalankan, setelah didapatkan hasil keputusan kemudian dilakukan
rekomendasi hal-hal yang dapat menunjang kelancaran proyek sebelum
melakukan pelaksanaan usaha.
Evaluasi proyek atau juga dikenal sebagai studi kelayakan proyek
merupakan pengkajian suatu usulan proyek apakah proyek dapa dialaksanakan
atau tidak dengan berdasarkan berbagai aspek kajian. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah suatu proyek dapat dilaksanakan degan berhasil, sehingga
dapat menghindari keterlajuran investasi modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan. Aspek yang diperhatikan dalam kegiatan
evaluasi proyek adalah aspek manajemen, aspek teknis, aspek (pemasaran
pasar), aspek hukum, aspek sosial, aspek lingkungan.
2.4.2 Analisis Aspek Finansiil
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), studi kelayakan finansial pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempelajari seara mendalam tentang
suatu kegiatan usaha atau bisnis yang dijalankan. Analisis finansial merupakan
perbandinan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha, apakah usaha itu
akan menjamin modalnya akan kembali atau tidak. Analsis finansia juga
mencakup perkiraan biya oprasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja,
sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara
jangka panjang.
Menurut Sanusi (2009), analisis finansial adalah analisis kelayakan yang
melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Pada analisis finasial,
diperhatikan segi cash-flow dari suatu proyek atau usaha tani yaitu perbandingan
antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah
biaya-biaya (total cost ) yang dinyatakan dalam niali sekarang untuk mengetahui
Page 41
41
kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finasial sering juga
disebut private returns.pada analisis kelayakan finansial meliputi permodalan,
biaya produksi, biaya produksi dan penerimaan.
1. Permodalan
Menurut Riyanto (2010), pengertian modal pada mulanya
berorientasi pada “ physical oriented “ yaitu hasil produksi yang digunakan
untuk memproduksi lebih lanjut. Berikutnya pengertian mulai bersifat “ non
physical oriented “yang lebih menekankan pada kekuasaan untuk
menggunakan barang barang modal. Pengelompokan modal dapat dilihat
dari berbagai jenis, modal yang menunjukan bentuknya disebut modal
aktif yang elemennya selalu berubah baik dalam waktu jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Sedangkan modal yang menunjukkan
asalnya dapat berupa modal pasif yag nilainya dalam jangka panjang
relatif permanen.
Sedangkan menurut Riyato (2001), modal usaha dalam pengertian
ekonomi adalah baranga atau uang yang besama-sama dengan factor
produksi tanah dan tenga kerja bekerja untuk menghasilkan suatu barang
baru. Modal tersebut dapat berupa modal tetap atau aktiva dan modal
kerja.
2. Biaya Produksi
Menurut Primyastato (2011), biaya meruakan satuan nilai yang
dikorbanka dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan suatu hasil
produksi. Berdsarkan penggnaanya pada proses produksi, biaya dibagi
menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya
tetap atau fixed cots merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses
roduksi yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Sedangkan biya
Page 42
42
variabel atau variabelcost merupakan biaya prodksi yang jumlahnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah roduksi.
Menurut Rehardi (1997), biaya produksi perikanan merupakan modal
awal pada sebuah usaha yang harus dikeluarkan untuk membudidayaka
ikan mulai dari proses persiapan hingga sampai dengan proses panen.
3. Penerimaan
Penerimaan atau Total Revenue TR merupakan pendapatan kotor
usaha yang dudefnisikan sebagai nilai produksi total usaha dalam jangka
waktu tertentu. Penerimaan diperoleh dari penjualan produk akhir yag
berupa uang (Primyastanto, 2011).
Penerimaan adalah total prodksi dikali dengan harga pasar. Besarnya
penerimaan yag dierima dipengaruhi oleh banyaknya hasil produksi dan
harga setiap ukuran ikan, semakin banyak hasil roduksi maka semakin
besar penerimaan yang akan di terima (Eni, 2012).
2.4.2.1 Analisis Jangka Pendek
Analisis jangka pendek merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui perolehan nilai profit dalam tiap siklus dalam satu tahun. Analisis
investasi jangka pendek meliputi; keuntungan, Rentabilitas, Revenue Cost Rate
(RC Ratio), Break Even Point (BEP), atau titik impas (Primyastanto, 2011).
1. RC Ratio
Menurut Effendi dan Oktaza (2005), analisis RC Ratio merupakan
alat analisis untuk melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu
tahun terhada baiaya yag dipakai dalam kegiatan tersebut.
Menurut Primyastanto (2005), analisis revenue cost ratio yaitu
perbandingan atau imbangan antara total penerimaan degan total
Page 43
43
biaya. RC Ratio merupakan perhitungan utuk mengetahui
perbandingan antara penerimaan denan biaya yang dikeluarkan.
2. Keuntungan
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya
penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
proses produksi baik tetap maupun tidak tetap (Primyastanto, 2006).
Keuntungan menurut Suwardjono (2008). Keuntungan dimaknai
sebagai imbalan atas upaya perusahan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti kentungan merupakan kelebihan pendapatan diatasa
biaya (biaya total yang elekat kegiatan produksi dan penyerahan
barang atau jasa).
3. Break Even Point (BEP)
Menurut Primyastanto (2011), Break Even Point (BEP) merupakan
titik impas atau suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Analisa BEP
adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume kegiatan.
4. Rentabilitas
Menurut Riyanto (1995) rentabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal kerja
dalam perusahaan tersebut dengan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Menurut Riyanto (2010), rentabilitas suatu perusahaan menunjukan
perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut.
Pengertian rentabilitas dapat juga diartikan kemampuan suatu perushaan utuk
menghasilkan laba dalam periode tertentu.
Page 44
44
2.4.2.2 Analisis Jangka Panjang
Menurut Husnan dan Suwarsono (2008), ada lima metode yang dapat
dipertimbangkang dalam penilaian investasi, antara lain ; Average Rate Of
Retrun, Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Retrun
(IRR), Dan Profitability Index Atau Bc Ratio.
1. Net Present Value (NPV)
Menurut Nurmalina et.al. (2009), suatu bisnis dapat dinyatakan
layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya
yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut denga
manfaat bersih adalah selisih antara present value manfaat dengan
total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat berih
tambahan selama umur bisnis. Nilai yag dihasilkan oelh perhitungan
NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp).
2. BC Ratio
Net B/C adalah ratio antar manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Dengan kata lain
manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap
satu-satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan
investasi dapat dikatan layak apabila Net B/C Ratio lebih besar dari
satu dan dikatakan tidak layak apabila niai Net B/C Ratio lebih kecil
dari satu (Nurmalina et.al. 2009).
3. Internal Rate Of Retrun (IRR)
Menurut Nurmalina et.al. (2009), kelayakan usaha / bisnis juga
dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi
yang ditanamkan. Hal ini ditunjukan dengan mengukur besaran
Internal Rate Of Retrun (IRR). IRR adalah tingkatan discount rate DR
yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan
Page 45
45
dari perhitungan ii adalah dalam satuan presentase (%). Suatu bisis
dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of
capital-nya ( DR ).
Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan
dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount
rate yang lebih dari tinggi (yang menghasilkan NPV negative)
(Nurmalina et.al. 2009).
4. Payback Period (PP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah
salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang
digunakan untuk mengukur period jangkan waktu pengembalian
modal. Semakin cepat modal itu kembali, semakin baik suatu proyek
untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untk
mebiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2.4.3 Analisis Sensitivitas
Menurut Ambarawati et.al. (2015), kemampuan proyek bertahan dan
menghasilkan keuntungan dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Akibat perubahan tersebut, usaha yang tadinya layak dapat menjadi
tidak layak pada kondisi dan waktu tertentu. Oleh karena itu, perkiraan usaha
dimasa depan dihadapi dengan ketidakpastian, sehingga perlu adanya kajian
tingkat kepekaan (Sensitivity Analysis).
Menurut Kadariah et.al. (2004), analisis sensitivitas adalah suatu teknis
analisis untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada total
penerimaan apabila terjadi perubahana unsur-unsur dalam aspek finansial yang
tidak terduga yang berbeda dengan perencanaa dan perkiraan semula. Suatu
Page 46
46
analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah unsur-unsur lain, kemudia
menentukan pengaruh pada hasil analisis.
Analisis bertujua untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
analisis proyek apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya atau benefit. Analsis sensitivitas dilakukan dengan mengubah
suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan
menentukan pengaruh dari perubahan pada hasil semula.
2.5 Kerangka Berfikir
Sugiyono (2014), mengemukanan bahwa kerangka berpikir yang baik
menjelaskan secara teoritis mengenai pertautan antar variabel yang akan diteliti.
Kerangka berpikir dalam penelitian perlu dibuat apabila variabel yang digunakan
berjumlah dua atau lebih variabel.Penelitian yang menggunakan dua variabel
atau lebih, biasanya berbentuk komparasi atau hubungan, untuk itu dikemukakan
dalam kerangka berpikir.
Desa Susuhbango merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan
Ringinrejo. Di wilayah ini tersimpan banyak potensi perikanan, khususnya
perikanan air tawar karena Kawasan Desa Susuhbango berada pada ketinggian
125 meter dari permukaan laut dengan suhu udara berkisar antara 230C-310C,
mempunyai jenis tanah alluvial yang merupakan tanah lempung dan dapat
menahan massa air, merupakan faktor lingkungan yang menunjang untuk
mengembangkan usaha budidaya.
Menurut BSN (2006), tekstur tanah merupakan bagian yang perlu
diperhatikan, jenis tanah yang baik untuk budidaya adalah tanah liat berpasir
yang dapat menahan massa air dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang
kolam. Selain faktor lingkungan, sumber daya manusia dan kemudahan dalam
Page 47
47
akses pemasaran, serta kebutuhan sarana prasarana menjadi faktor pendukung
usaha pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango.
Walaupun masa pertumbuhannya lambat, tingkat kematangan gonad
yang lama, dan masih mengandalkan pasar domestik, namun ikan gurame
memiliki nilai ekonomi yang baik karena untuk ukuran ikan konsumsi, ikan
gurame mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya
(lele, ikan mas, nila, mujaer).Ikan gurame juga tergolong mudah untuk
dibudidayakan.Selain itu, permintaan ikan gurame dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan positif dan menjadi salah satu target sasaran produksi
ikan menurut komoditas utama dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
untuk meningkatkan produksi.Sehingga peluang usaha budidaya ikan gurame
sangat banyak, salah satunya usaha pada tahap pembesaran.
Untuk mengetahui kelayakan finansial pada usaha budidaya ikan gurame
terutama pada usaha pembesaran ikan gurame dilakukan analisis non finansiil
yang meliputi aspek teknis, aspek hokum, aspek social ekonomi, aspek
lingkungan, aspek manajemen, aspek pemasaran dan factor pendukung dan
penghambat. Pada analisis finansiil terdiri dari 2 analisis, yaitu ; analisis finansiil
jangka pendek dan analisis jangka panjang. Yang terakhir adalah dilakukan
anaisis sensitivitas. Setelah 3 analisis diketahui hasilnya maka dapat diketahui
apakah usaha budidaya pembesaranikan gurame tersebut layak atau tidak layak.
Apabila usaha tersebut tidak layak maka dilakukan evaluasi terhadap 3 analisis
tersebut samapi usha budidaya pembesaran ikan gurame tersebut dikatan layak.
Apabila usaha budidaya tersebut dikatakan layak maka selanjutnya dilakukan
pengembangan terhadap usaha budidaya pembesaran ikan gurame. Adapun
kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 3.
Page 48
48
Gambar 3.Kerangka Berpikir
Usaha budidaya ikan di Cahaya Baru Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri
Profitabilitas
1. RC Ratio 2. BEP 3. Keuntungan 4. Rentabilitas
Kelayakan finansial
1. NPV 2. B/C 3. IRR 4. PP
Sensitivitas
Pembesaran Ikan Gurame
Analisis Non
Finansial
Aspek Finansial
Modal Biaya Penerimaan
Analisis Kualitatif
Pengembangan Usaha Budidaya
Ikan Gurame
1. Hukum 2. Sosial ekonomi 3. Manajemen 4. Lingkungan 5. Pasar
Page 49
49
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang akan dilakukan pada bulan maret-april 2018.
Lokasi penelitian berada di kelompok pembudidaya ikan gurame Cahaya Baru di
Desa Susuhbango. Pemillihan lokasi berdasarkan potensi perikanan yang akan
dilakukan analisis mengenai kelayakan finansial usaha pembesaran ikan
gurame.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pelaku usaha budidaya pembesaran ikan
gurame di Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur. Sasaran dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kelayakan secara non
finansiil dan aspek teknis dari budidaya pembesaran ikan gurame, menganalisis
kelayakan secara finansiil dan menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha
pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru.
3.3 Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data terutama yang
berasal dari data primer kemudian diolah untuk mengetahui kelayakan finansial
usaha. Analisis dari data primer dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara
menghitung dengan rumus.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Menurut
Direktorat Tenaga Pendidikan (2008), penelitian kuantitatif menggunakan
instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka).
Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan
mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan
Page 50
50
perbedaan antar kelompok data.Kontrol, instrumen, dan analisis statistik
digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat.Dengan
demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian
kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan sekumpulan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan. Data akan menunjukkan informasi berupa kuantitatif
dan kualitatif. Data perlu disimpan dengan metode tertentu agar pada saat
dibutuhkan dalam waktu cepat data sudah dapat diketahui keberadaannya.
3.4.1 Jenis Data
Berdasarkan jenis datanya, maka data dapat dibedakan menjadi data
kuantitatif dan data kualitatif:
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diukur berdasarkan skala angka
atau numerik.Data kuantitatif dapat dihitung melalui perhitungan secara
matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, pembabagian, dan
perkalian. Misalnya, jumlah kepadatan penduduk di suatu daerah, jumlah
pendapatan usaha berdasarkan aspek finansialnya..
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur berdasarkan
skala angka atau numerik.Data kualitatif diuraikan berdasarkan rangkaian
penjabaran alur kegiatan.Namun, data kualitatif dapat dikuantitatifkan
melalui aplikasi pengolah data, yaitu mengubah data kualiatatif menjadi
data ordinal maupun nominal.
Page 51
51
3.4.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari data primer dan data
sekunder yang diperoleh baik dari penelitian dilapang maupun dari literatur.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh berdasarkan hasil
penelusuran di lapangan dengan melakukan observasi, wawancara dan
pengisian kuesioner maupun hasil dokumentasi. Data yang dikumpulkan
meliputi identitas pembudidaya, teknis budidaya yang dilakukan, input
dan output produksi, serta permodalan untuk melakukan budidaya di
Cahaya Baru Di Desa Susuhbanbgo Kecamatan Ringinrejo Kabupaten
Kediri.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dadri sumber datanya. Untuk mendapatkan data
primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung. Teknik
pengumpuan data digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer
antara lain obeservasi, wawancara. Diskusi terfokus, dan penyebaran
kuisioner (Dharma, 2008).
Sedangkan menurut Santoso dan Tjiptono (2002), dalam
penggunaannya data primer memiliki kelebihan serta kekurangan.
Kelebihan data primer yakni meliputi hampir semua tahap proses dari
riset sedangkan kekurangannya memiliki biaya yang tinggi karena harus
menghabiskan banyak waktu.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi
dari instansi dam lembaga terkait dengan penelitian seperti BPS
Page 52
52
Kabupaten Kediri, Dinas Perikanan Kabupaten Kediri, dan Kantor Kepala
Desa Susuhbango, serta berdasarkan literatur yang digunakan.
Menurut Santoso dan Tjiptono (2002), data sekunder memiliki
beberapa kekurangan serta kelebihan. Kelebihan dari dat sekunder
adalah hemat biaya karena waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan
data tidak selama data primer. Sementar kekurangannya yakni data yang
diperoleh terkadang kurang relevan dengan kebutuhan riset, akurasi
terkadang masih dipertanyakan.
Pada penelitian ini data sekunder berupa data keadaan umum
lokasi yang di peroleh dari Balai Desa/Kantor Kecamatan pada lokasi
penelitian serta data yang diperoleh dari jurnal atau literature dan buku-
buku sebagai tinjauan pustaka.
3.5 Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014), subjek penelitian atau responden adalah orang
yang diminta untuk memberikan keterangan tentanf suatu fakta atau pendapat.
Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006), subjek penelitian adalah subjek
yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan
sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta dilapangan.
Penentuan subjek penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda
dengan penelitian kuantitati. Licoln dan Gruba (2005) mengemukakan bahwa
penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sanagat berbeda
dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penetuan
samapel tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan subjek penelitian dalam
penelitian ini digunkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas
Page 53
53
dan mendalam. Penentuan subjek atau responden dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara purposive sampling. Purposive samplinmenurut Djam’an Satori
(2007) merupakan teknik pengambilan sampel yang ditentukan dengan
menyesuaikan pada tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. Djam’an Satori
(2007) menambahkan bahwa “purposive sampling “ sering disebut juga sebagai
Judgement sampling, secara sederhana diartikan sebagai pemilihan sampel
yang disesuaikan dengan tujuan tertentu”.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian digunakan sebagai
data atau bahan acuan yang relevan dan akurat. Dalam penelitian ini digunakan
metode pengumpulan data berupa:
a. Metode Interview (Wawancara)
Menurut Idrus (2009), wawancara atau interview merupakan
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu.
Percakapan yang ada dalam proses wawancara diarahkan pada suatu
masalah tertentu, di mana proses tanya jawab secara lisan dan dua orang
atau lebih berhadapan secara fisik. Metode wawancara terdiri dari
wawancara terstruktur dan wawancara yang tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur dilakukan jika peneliti telah mengetahui dangan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh dengan menyiapkan daftar pertanyaan
dan alternatif jawabannya. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
merupakan wawancara yang bebas sehingga peneliti tidak perlu
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.
Tetapi, menggunakan garis-garis besar dari pertanyaan yang akan
ditanyakan.
Page 54
54
b. Observasi
Menurut Sugiyono (2014), definisi dari observasi lebih luas dari
wawancara dan kuesioner yang berkomunikasi dengan orang, dalam
observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang
lainnya.
Idrus (2009), menambahkan bahwa observasi atau pengamatan
merupakan teknik untuk mencatat fenomena yang dilakukan secara
sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipasif)
ataupun nonpartisipasif, dengan melibatkan peneliti dalam kegiatan orang
yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada
kegiatan yang bersangkutan. Terkadang teknik observasi dalam penelitian
tidak mendapatkan respon yang selamanya positif. Untuk itu, dalam
melakukan observasi perlu diperhatikan keilmiahan dari hasil pengamatan
dan mencari informasi yang lengkap tentang hal-hal yang hendak
diobservasi.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan bahan pelengkap dari metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2014), dokumenbisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumentel dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti
catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, dan
kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar seperti foto, gambar hidup,
sketsa, dan lain-lain.Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kreadibilitas
yang tinggi.Misalnya gambar yang tidak mencerminkan keadaan aslinya
dan autobiografi yang sering bersifat subjektif.Pengambilan dokumen perlu
Page 55
55
memperhatikan sumbernya, yaitu berdasarkan sumber primer atau sumber
sekunder.
3.7 Analisis Data
Analisis data merupakan tahap suatu proyek penelitian yang mencoba
menjawab pertanyaan, “apa yang telah kita temukan?” dan “apa yang diungkap
oleh data?”(Syaban, 2005). Sedangkan menurut Sugiyono (2004), analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.Pada penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada
dilakukan penelitian secara deskriptif.Adapun analisis deskriptif yang dimaksud,
yaitu analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Menurut Nazir (2011), analisis deskriptif adalah suatu metode yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi secara aktual yang menggambarkan
gejala yang sudah ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
prktek-praktek yang dilakukan orang lain dalam menghadapi maslah yang sama
dan belajar dari pengalama mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan
pada waktu yang aka datang.
3.7.1 Analisis Kualitatif
Menurut Hasan (2002), analisis kualitatif merupakan analisis yang berupa
uraian dan penafsiran dari suatu pengolahan data tanpa menggunakan model
matematik, statistik, maupun ekonometrik. Sedangkan menurut Usman dan
Akbar (2006) menyatakan, metode kualitatif dilakukan untuk memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu.
Page 56
56
Untuk mengetahui pelaksanaan budidaya pembesaran ikan gurame di
Desa Susuhbango, dilakukan analisis data deskriptif kualitatif. Data yang
dianalisis berkiatan dengan aspek non finasial, antara lain aspek teknis, aspek
manajemen, aspek pemasaran, aspek hukum, aspek sosial ekonomi, aspek
lingkungan dan faktor penghambat maupun pendukung usaha budidaya
pembesaran ikan gurame.
3.7.1.1 Analisis Aspek Non Finansiil
Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), untuk membahasevaluasi
proyek, ada beberapa aspek yang dapat digunakan. Namun dalam realisasinya
evaluasi proyek tidaklah meneliti semua aspek yang ada, tapi setidaknya ada
beberapa aspek utama yang harus diteliti. Aspek-aspek tersebut menurut
Suratman (2001) adalah sebagai berikut :
a. Aspek teknis
Menurut Husnan dan Suwarsono (2001), aspek teknis merupakan
suatu aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasianya setelah
proek tersebut dibangun. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan
dalam penentian aspek teknis adalah :
1. Ketersediaan benih
2. Pasar
3. Tenaga listrik
4. Ketersediaan air
5. Tenaga kerja
6. Fasilitas fasilitas terkait
Apek teknis merupakan aspek yang paling pentig dilakukan sebelum
perushaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi
perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi,
sehingga apabila tdak dianalsis dengan baik, maka akan berakibat fatal
Page 57
57
bagi perusahaan dalam perjalanannya dikemudian hari. Berbagai hal
yang perlu dilakukan dalam aspek teknis ini adalah masalah penentuan
lokasi, luas produksi, tata letak, penyusunan, peralatan pabrik dan proses
prduksinya termasuk pemilihan teknologi (Kasmir dan Jakfar, 2009).
Data yang berkaitan dengan aspek teknis ini akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran secara umum, sistematis,
jelas dan faktual yang berkaitan dengan proses pembenihan ikan gurame.
Mulai dari ketersediaan induk ikan gurame, benih ikan gurame, proses
produksi (persiapan kolam, pendederan, pemberian pakan, pemberian
obat-obatan, pemanenan) sampai proses pemasaran ikan gurame, serta
sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam
kegiatan usaha budidaya ikan gurame dan tersedia di sekitar lokasi
penelitian. Komponen yang dianalisis dari faktor teknis antara lain, yaitu
sarana prasarana, faktor produksi (input), proses produksi, serta output.
b. Aspek Manajemen
Menurut Primyastanto (2011), manajemen merupakan suatu proses
atau kegiatan yang terdiri dari penusunan suatu rencana,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan berbagai usaha dari
suatu organisasi degan menggunakan semua sumberdaya yang ada
dalam organisasi tersebut untuk mencapai sasaran. Adapun fungsi-fungsi
dari manajemen sendiri antara lain adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning) adalah proses untuk menentukan
kemana dan bagaimana suatu usaha akan dijalankan atau dimulai
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengorganisasian (Organizing) adalah proses untuk
pengelompokan terhadap kegiatan-kegiatan dalam unit-unit
Page 58
58
tertentu agar jelas dan teratur sesuai dengan tanggung jawab dan
wewenang si pemegang unit.
3. Pelaksanaan (Actuating) adalah proses dimana semua hal
terencana telah dimulai oleh seluruh unit. Seperti seorang manajer
yang mengerahkan seluruh bawahannya untuk memulai pekerjaan
sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan untuk meningkatkan
kinerja para bawahannya.
4. Pengawasan (Controling) adalah proes untuk mengukur, menilai
dan mengevaluasi hasil pekerjaan agar tetap sesuai dengan
rencana awal dan mengkoreksi penyimpangan selama proses
pelaksanaan kerja.
Dalam Penelitian kelayakan finansial pada usaha pembesaran ikan
gurame di Cahaya Baru di Desa Susuhbango, data-data terkait
perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
bersifat deskriptif. Komponen-komponen yang dianalisis dari aspek
manajemen disajikan dalam tabel.5
Tabel 5.Komponen Aspek Manajemen
Fungsi manajemen Komponen
Planing Tujuan usaha, target usaha, strategi usaha
Organizing Struktur organisasi, mekanisme kerja
Actuating Pengarahan dari manajer sesuai dengan
tujuan usaha, target usaha dan strategi
usaha
Controling Evaluasi keberhasilan usaha, mengontrol
proes kerja bawahan dilakukan oleh atasan
Page 59
59
c. Aspek Pemasaran
Menurut Kotler (2011), pengertian pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang terjadi diantara individu dan kelompok dalam
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang saling bernilai bagi mereka.
Definisi tersebut didasarkan pada konsep inti pemasaran yaitu kebutuhan,
keinginan, dan permintaan; produk nilai, biaya, dan kepuasan;
pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar pemasaran serta pemasar.
Kajian aspek pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran usaha
yakni upaya yang dilakukan oleh calon investor atau pengusaha dalam
mempengaruhi keputuan konsumen untuk melakukan pembelian hasil
produksinya (Primyastanto, 2011). Penyajian data deskriptif dalam aspek
pemasaran yaitu mengenai strategi pemasaran, bauran pemasaran dan
saluran pemasaran serta faktor lain yang mempengaruhi dengan jalannya
pemasaran pada usaha pembesaran ikan gurame. Komponen-komponen
yang dianalisis anta lain disajikan pada tabel. 6
Tabel 6.Komponen Aspek Pemasaran
Aspek Komponen
Pemasaran
Daerah pemasaran ikan gurame
Gambaran secara umum
pemasaran ikan gurame
Bagaimana kondisi permintaan
pasar ikan gurame
Saluran pemasaran ikan gurame
Page 60
60
d. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji tentang legalitas usulan proyek yang akan
dibangun atau sedang dioperasikan. Hal ini berarti bahwa proyek tersebut
harus memenuhi hukum dan tat peraturan yang berlaku di wilayah
tersebut (Primyastanto, 2011).
Menurut Samsudin (2013), legalitas suatu perusahaan atau badna
usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas
merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan
usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Dengan kata lain, legalitas
perusahaan harus sah menurut undang-undang dan peraturan, diamana
perusahaan tersebut dilindungi atau dipayungi dengan berbagai dokumen
hingga sah dimata hukum pada pemerintahan yang berkuasa saat itu.
Kegiatan usaha tidak dapat dilepaskan dari badan usaha dan izin
yang diperlukan dalam menjalakan usaha. Secara definisi badan usaha
adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan
menari laba atau keuntungan. Badan hukum seringkali disamakan
dengan perusahaan, walaupun pada kenyataannya berbeda. Perbedaan
utamanya, Badan Usaha adalah lembaga sementara perusahaan tempat
diama badan usaha itu mengelola faktor-faktor produksi. Dalam aspek
hukum dikaji tentang legalitas, izin usaha dimiliki serta status badan
hukum dari usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru.
e. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi yaitu aspek yang akan menentukan tentang
besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap kesejahteraan
masyarakat setempat dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Dengan melakukan analisis ekonomi diharapkan proyek dapat menilai
apakah proyek akan membebani perekonomian nasional atau bahkan
Page 61
61
justru membantu perekonomian nasional dan mampu memberikan
pengaruh baik bagi kehidupan msayarakat setempat (Primyastanto dan
Istikharoh, 2003). Adapun aspek sosial ekonomi dalam penelitian
kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame yaitu mengkaji
tentang dampak keberadaan proyek terhadap kehidupan masyarakat
terutama masyarakat setempat dari sisi sosial dan pembangunan
perekonmian daerah setempat maupun secara keseluruhan.
f. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada
saat ini karena setiap proyek yang dijalakan akan sangat besar
dampaknya terhadap lingkungan disekitarnya, baik terhadap darat,air dan
udara yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia
dan makhluk hidup lain disektarnya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Dalam
aspek lingkungan dalam usaha pembesaran ikan gurame dijelaskan
tentang apa saja pengaruh kegiatan usha terhadap kelestarian serta
penanggulangan dari dampak lingkungan akibat adanya kegiatan usaha
pembesaran ikan gurame tersebut.
g. Faktor Pendukung dan Penghambat
Setiap usaha yang diajalakna pasti memunyai faktor faktor yang
mempengaruhi, baik itu yang bersifat menghambat maupun yang
memperlancar usaha tersebut (Primyastanto, 2011). Faktor pendukung
merupakan faktor yang mendukung keberlangsungan usha budidaya ikan
gurame sehingga dengan faktor pendukung ini usaha budidaya
pembesara ikan gurame dapat berkembang dan berlangsung dalam
kurun waktu yang lama.
Page 62
62
Faktor penghambat merupakan faktor yang harus diperhitungkan,
terkait dengan adanya usaha sejenis, permintaan yang menurun, program
pemerintah yang membuat pembudidaya kesulitan dalam mendapatkan
perlindungan usaha dan melakukan engembangan usaha. Data primer
yang diperoleh mengenai faktor pendukung dan penghambat pada usaha
budidaya pembesaran ikan gurame akan dia analisis dengan cara
deskriptif kualitatif.
3.7.2 Analisis Kuantitatif
Menurut Sugiyono ( 2014), penelitian kuantitatif analisis data merupakan
kegiatan yang dilakukan setelah memperoleh data dari responden atau data dari
sumber lain yang sudah terkumpul. Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data
adalah: mengelomokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data, menyajikan data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknis analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Menurut Primyastanto (2014), aspek keuangan merupakan aspek yang
digunakan untuk menilai keuangan suatu perusahan secara keseluruhan dan
merupakan salah satu aspek yang digakan untuk mengetahui kelayakan suatu
usaha.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka aspek yang termasuk ke dalam
penelitian kuantitatif adalah aspek finansial, dalam aspek finansial meliputi;
permodalan, biaya produksi, dan penerimaan. Selain itu aspek finansial juga di
gunakan untuk menganalisis aspek finansial jangka pendek, yang terdapat dalam
analisis jangka pendek antara lain; Revenue Cost Ratio (RC Ratio), keuntungan,
Break Event Point (BEP), dan rentabilitas. Sedangkan analisis finansial jangka
Page 63
63
panjang antara lain; Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal dan Retrun
(IRR), dan Payback Period (PP). Serta menganalisis Sensitivitas dalam sebuah
usaha.
3.7.2.1 Analisis Aspek Finansiil
Menurut Arifin (2007), analisis aspek finansiil memiliki peranan yang
strategis sebgai dasar pengambilan keputusan. Disamping itu ada studi
kelayakan proyek. Feasibility study atau studi kelayakan proyek bidang finansial
mempunyai tujuan untuk melakukan beberapa analisis dengan perhitungan
finansial dengan cara efisien, tepat dan akurat dari suatu investasi modal. Yaitu
menganalisis tingkat perbandingan antara chas in flow atau perbandingan antara
cost dan benefit.
Pada aspek analisis finasiil ada beberapa yang akan dinilai meliputi
jangka pendek dan jangka panjang, perhitungan dalam satu siklus produksi
selama satu tahun produksi denga komponen-komponen sebagai berikut;
permodalan, biaya produksi, dan penerimaan.
a. Permodalan
Menurut Riyanto (2002) dalam Primyastanto (2011), modal usaha
merupakan barang atau uang dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja
yang dapat menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut
biasanya berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja.
Pengertian modal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Nugraha (2011), yaitu adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk)
untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang,
barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang menambah kekayaan. Analisis permodalan dalam Penelitian
Page 64
64
yang di laksanakan di Cahaya Baru ini adalah: modal tetap, modal kerja,
dan sumber modal.
b. Biaya Produksi
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2003), setiap kegiatan usaha yang
dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran usaha. Menurut
prinsip ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang optimal, atau
dengan kata lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya yang
serendah mungkin.
Menurut Sinta (2011), total cost (TC) didapat dari penjumlahan biaya
tetap dengan biaya variabel. Dirumuskan sebagai berikut:
Di mana: TC = Total Cost/biaya total (Rp)
FC= Fixed Cost/biaya tetap (Rp)
VC = Variable Cost/biaya variabel (Rp)
c. Penerimaan
Menurut Primyastanto dan Intikharoh (2006), penerimaan atau Total
Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang didefinisikan sebagai
nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu. Adapun Total Revenue
(TR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Di mana : TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)
P = Harga (Rp)
Q = Unit Produksi (Ekor).
TC = FC + VC
TR = P x Q
Page 65
65
1. Analisis kelayakan finansiil jangka pendek
a. Revenue Cost Ratio (RC Ratio)
Menurut Effendi dan Oktariza (2006) dalam Primyastanto
(2011), analisis RC Ratio merupakan alat analisis untuk melihat
keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya
yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak
bila RC lebih besar dari 1 ( RC > 1). Hal ini menggambarkan semakin
tinggi nilai RC, maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin
tinggi. RC Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan total (Rp)
TC= Total Cost/biaya total (Rp)
Dengan kriteria :
a. RC > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan
b. RC = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak
rugi
c. RC < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian
b. Keuntungan
Menurut Primyastanto (2006), meuntungan usaha atau
pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap
maupun tidak tetap. Analisis pendapatan ini digunakan untuk
mengetahui besaran yang diperoleh dari usaha yang dilakukan,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
RC Ratio = TR
TC
Page 66
66
Dimana: π = Keuntungan (Rp)
TR = Penerimaan total (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
FC = Biaya tetap/Fixed Cost (Rp)
VC = Biaya tidak tetap/Variabel cost (Rp)
Untuk membersihkan harta/benefi tyang didapatkan maka
perlu dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari benefit yang diperoleh.
Firman allah surat At Taubah : 103 “ Ambilah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk merekea.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui “.
Zakat dalam analisis finansial tidak akan menambah total
cost(biaya produksi). Hal ini bebeda dengan konsep pajak, dimana
pajak (selain PPh karena kedua pajak tersebut dipotong
berdasarkan keuntungan kotor dan PPN dikenakan pada
konsumen) akan menyebabkan jumlah fixed cost dari suatu usaha
naik (Primyastanto,2011).
Untuk mengetahui jumlah keuntungan setelah dikenai zakat
atau Erning After Zakat (EAZ) dengan cara keuntungan sebelum
atau Erning Before Zakat(EBZ) dikenai zakat dikurangi nilai zakat
dari keuntungan sebelum dikenai zakat tersebut. Adapun analisi
perhitungannya sebagai berikut:
π = TR – TC
= TR – (FC + VC)
Page 67
67
EBZ atau π = TR – TC
Zakat = 2,5% X EBZ
EAZ = EBZ - Z
c. Rentabilitas Usaha
Menurut Riyanto (1995) dalam Primyastanto (2011),
rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal kerja dalam
perusahaan tersebut dengan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rentabilitas secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana = L : jumlah laba (Rp)
M : modal/aktiva (Rp)
R : rentabilitas (%)
d. BEP (Break Event Point)
Menurut Primyastanto (2011), Break Even Point (BEP)
merupakan titik impas atau suatu kondisi dimana suatu perusahaan
tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Analisa
BEP adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume kegiatan. Cara
perhitungan BEP ada 2 macam:
R = M
L X 100
%
Page 68
68
1. BEP atas dasar sales, dirumuskan :
dimana : FC = Biaya tetap (Rp)
VC = Variabel cost (Rp)
S = Nilai penjualan/jumlah penerimaan (Rp)
2. BEP atas dasar unit, dirumuskan :
Dimana : FC = biaya tetap(Rp)
p = harga per unit(Rp)
v = biaya variabel per unit (Rp)
Apabila penerimaan lebih besar dari BEP maka usaha tersebut
dapat dikatakan memberikan keuntungan.
2. Analisis kelayakan finansial jangka panjang
a. Net Present Value (NPV)
Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat
dan biaya disebut dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan
layak jika NPV lebih besar dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan
atau memberikan manfaat. NPV adalah selisih antara total present
value manfaat dengan total present value biaya dengan rumus
sebagai berikut:
s
vc
FCBEP
1
vp
FCBEP
Page 69
69
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t (Rp)
t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0
atau tahun 1
i = Tingkat DR (Dicount Rate)
b. Net B/C
Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.Manfaat bersih
yang menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan
kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan
sebagai:
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t (Rp)
t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0
atau tahun 1
i = Tingkat DR (Dicount Rate)
c. Internal Rate and Return (IRR)
Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian
bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat
∑𝐵𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
𝑛
𝑡=0/1
− ∑𝐶𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
𝑛
𝑡=0/1
= ∑𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
𝑛
𝑡=0/1
NPV =
∑ 𝐵𝑡−𝐶𝑡𝑛
𝑡=1
(1+𝑖) 𝑡
∑ 𝐶𝑡−𝐵𝑡𝑛𝑡=𝑖
(1=𝑖) 𝑡
⇒[𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0]
[𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0] Net B/C =
Page 70
70
discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0.
Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih
tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR:
Dimana:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negative
d. Payback Period (PP)
Payback Period adalah jangka waktu tertentu yang
menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara
kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value.
Sehingga disimpulkan bahwa Payback Period merupakan suatu nilai
dimana dari nilai tersebut dapat diketahui berapa lama usaha yang
dijalankan bisa mengembalikan modal yang ditanam baik modal tetap
maupun tidak tetap. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung payback period, yaitu :
3.7.2 Analisis Sensitivitas
Menurut Ambarawati, et.al (2015), kemampuan proyek bertahan dan
menghasilkan keuntungan dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
IRR = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉1
𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2 𝑥 (𝑖2 − 𝑖2)
PP = Jumlah Investasi
Keuntungan
Page 71
71
eksternal. Akibat perubahan tersebut, usaha yang tadinya layak dapat menjadi
tidak layak pada kondisi dan waktu tertentu. Oleh karena itu, perkiraan usaha
dimasa depan dihadapi dengan ketidakpastian, sehingga perlu adanya kajian
tingkat kepekaan (sensitivity analysis).
Berdasarkan penelitian ini, analisis sensitivitas usaha dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pada usaha jika terjadi semacam kenaikan biaya
operasional maupun penurunan produktivitas usaha pada nilai tertentu apakah
hal tersebut berpengaruh besar terhadap kelayakan usaha yang dijalankan di
Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Adapun perubahan
atau skenario yang ditentukan dalam penelitian ini adalah terjadi kenaikan biaya
sebesar 105%, penurunan penerimaan sebesar 42%, dan biaya naik 40%
dengan penurunan penerimaan 25%.
Page 72
72
4. KEADAAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi
Letak geografis Kabupaten Kediri berada pada 111o 47" 05" s/d 112o 18"
20" BT dan 7o 36" 12" s/d 8o 0" 32" LS dengan luas 1.386,05 Km2 atau 138.605
Ha (BPS Kabupaten Kediri, 2013).
Desa Susuhbango merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, dengan letak geografis kantor desanya
adalah 112,02487 oBT dan -7,97474oLS (BPS Kabupaten Kediri, 2016). Desa
Susuhbango terletak di wilayah selatan Kabupaten Kediri, berjarak 2,50 km dari
Ibukota Kecamatan Ringinrejo atau berjarak ± 14,7 km dari Ibukota Kabupaten
Kediri. Adapun denah lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran.
iBatas-wilayah Desa Susuhbango adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Nambakan
Sebelah selatan : Desa Sambi
Sebelah timur : Desa Selodono
Sebelah barat : Desa Bendosari
Menurut Data Potensi Desa (2017), luas Desa Susuhbango adalah
242,67 Ha. Berdasarkan total luas wilayah tersebut 92,30 Ha digunakan untuk
tanah sawah, 129,70 Ha digunakan untuk tanah kering, dan 20,67 Ha digunakan
untuk membangun fasilitas umum, seperti tanah kas desa/kelurahan, lapangan
olahraga, perkantoran pemerintah, tempat pemakaman, bangunan sekolah, dan
jalan.
Kondisi topografi Desa Susuhbango berada pada ketinggian 125 meter
dari permukaan laut, Curah hujan 26,50 mm dan suhu rata-rata harian 240 C.
Jenis tanahnya regosol yang bersifat subur, tekstur tanah kasar, peka terhadap
erosi, berwarna keabuan, kaya unsur hara seperti P dan K yang masih segar,
Page 73
73
kandungan N kurang, pH 6-7, cenderung gembur, umumnya tekstur semakin
halus semakin produktif, dan kemampuan menyerap air tinggi. Budidaya ikan
gurame di Desa Susuhbango melapisi permukaan cekungan kolam dengan
terpal untuk mencegah tanah yang erosi dan penyerapan air yang tinggi oleh
tanah.
4.2 Profil Usaha Budidaya Ikan Gurame di Cahaya Baru
Usaha budidaya ikan gurame di Desa Susuhbango sudah berlangsung
sejak tahun 1990-an tepatnya pada tahun 1997 bermula dari mencoba-coba
hinggasekarang masih terus berkembang. Awalnya para pembudidaya
melakukan satu siklus budidaya gurame secara penuh, yaitu pada tahap
pembenihan, pendederan, hingga pembesaran. Namun, membutuhkan waktu
yang lama (kurang lebih selama 14 bulan), resiko yang besar, dan biaya yang
tidak sedikit. Untuk itu, pada saat ini sebagian besar pembudidaya hanya
melakukan satu tahap budidaya yaitu tahap pembesaran yang dilakukan di
kolam terpal dengan benih yang ditebar ukuran panjang 4–6 cm (berat 5–10
gram per ekor) yang dibesarkankan hingga ukuran konsumsi (berat 500 gram per
ekor) selama 7 bulan.
Nama Cahaya Baru adalah nama usaha milik Bapak Zainal Muhson yang
merupakan pelaku usaha dalam bidang pembudidaya ikan gurame di Desa
Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri yang berdiri sejak 2006
sampai sekarang,pada mulanya cahaya baru adalah hanya sebagai kelompok
pembudidaya ikan gurame saja dengan total anggota kelompok sebanyak 20
pembudidaya ikan gurame, setiap anggota pembudidaya mempunyai kegiatan
pembudidaya bermacam macam, ada yang sebagai pembudidaya ikan gurame
konsumsi ada juga yang sebagai pembudidaya pembenihan ikan gurame dan
hingga sampai akhirnya pada tahun 2014 kelompok cahaya baru terdaftar dalam
Page 74
74
P2MPKP (Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan Dan Perikanan) yang mana
P2MPKP merupakan lembaga pelatihan kelautan dan perikanan yang di bawah
nauangan BPPP (Balai Pendidikan Dan Pelatihan Perikanan) Banyuwangi. Pada
tahun 2016, Cahaya Baru mendapatkan bantuan dari Dinas perikanan setempat
berupa mesin pembuat pakan, dan mengharuskan untuk membuat formulasi
pakan untuk budidaya ikan gurame. Berikut ini adalah gambar mesin pakan yang
ada di Cahaya Baru:
Gambar 4. Mesin pakan Sumber:Data primer, 2018 Penggunaan mesin pakan tersebut selalu mendapat perhatian dari Dinas
Perikanan setempat, dengan melakukan kontrol ke tempat pembudidaya minimal
satu bulan sekali. Besar harapannya agar pembudidaya mampu untuk
menciptakan formula pakan untuk budidaya ikan gurame yang tepat dan
meminimalisir biaya untuk keperluan pakan pabrik, sehingga dapat
meringgankan biya pakan yang dikeluarkan selama budidaya gurame.
4.3 Demografi Lokasi Penelitian
Menurut BPS Kabupaten Kediri (2016), Desa Susuhbango mempunyai
tiga dusun, yaitu Susuhbango Selatan, Karangnongko, dan Susuhbango Utara,
dengan jumlah dua rukun tetangga (RT) dan enam rukun warga (RW) di setiap
dusunnya. Keadaan penduduk di Desa Susuhbango dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia, mata pencaharian, dan tingkat
pendidikan.
Page 75
75
4.3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk yang menempati Desa Susuhbango sebanyak 3.966
jiwa, didominasi oleh penduduk laki-laki sebanyak 2.030 jiwa dan perempuan
sebanyak 1.936 jiwa. Berdasarkan data tersebut, dapat disajikan dalam bentuk
Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Data Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
1 Laki laki 2.030 51,2
2 Perempuan 1.936 48,8
Total 3.966 100,0
Sumber : Data Primer, 2018
4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia
Berdasarkan tingkat usia jumlah penduduk di Desa Susuhbango dapat
digolongkan menjadi enam golongan. Rentang usia 18-56 tahun merupakan
usia produktif mendominasi dari keseluruhan penduduk sebanyak 2.039 jiwa
atau dengan persentase 51,4%, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.072 jiwa
dan perempuan sebanyak 967 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
yaitu pada usia 6-7 tahun dengan jumlah sebesar 101 atau 2,6% dari total
penduduk Desa Susuhbango. Pembagian jumlah penduduk Desa Susuhbango
berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 8.
Page 76
76
Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Tingkat Usia
No. Usia Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 0-12 bulan 199 338 537 13,5
2 1-5 tahun 89 78 167 4,2
3 6-7 tahun 53 48 101 2,6
4 8-17 tahun 406 334 740 18,7
5 18-56
tahun
1.072 967 2.039 51,4
6 >56 tahun 211 171 382 9,6
Total 2.030 1.936 3.966 100,0
Sumber: Data Potensi Desa Susuhbango, 2018
Usia produktif 18 tahun adakalanya membantu dalam memberi pakan
ikan gurame, menyiapkan sarana dan prasarana kolam budidaya, melakukan
pergantian air, dan turut serta melakukan pemasaran antar kota. Sedangkan
usia 56 tahun memungkinkan penduduk untuk masih bisa melakukan kegiatan di
kolam budidaya pembesaran gurame. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti
melalukan seleksi ikan gurame, pemanenan, penimbangan, dan pemasaran.
4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Terdapat banyak jenis mata pencaharian yang ada di Desa Susuhbango
yang dikelompokkan dalam jenis mata pencaharian lainnya, seperti mekanik,
pembantu rumah tangga, sopir, pengacara, pensiunan, dan mata pencaharian
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kelompok jenis pekerjaan
lainnya yang ditekuni penduduk mendominasi sebanyak 697 jiwa atau 17,5%
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang biasanya mendominasi di
daerah pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 640 jiwa
atau 16,1%. Data penduduk desa dapat dilihat pada tabel 9.
Page 77
77
Tabel 9. Data Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Belum/tidak bekerja 1.048 26,42
2 Petani 640 16,1
3 Buruh Tani 109 2,7
4 Pegawai Negeri Sipil 54 1,3
5 Industri Rumah Tangga 7 0,17
6 Pedagang 35 0,88
7 Peternak 41 1,03
8 Tukang 10 0,25
9 TNI 4 0,1
10 POLRI 2 0,05
11 Wiraswasta 684 17,24
12 Karyawan 113 2,84
13 Pelajar/Mahaiswa 522 13,42
14 Lain-lain 697 17,5
Total 3.966 100,0
Sumber: Data Potensi Desa Susuhbango, (2018)
Pengertian dari penduduk yang belum bekerja adalah penduduk yang
masih berada pada masa sekolah atau belum produktif sedangkan penduduk
tidak bekerja terdiri dari orang tua yang sudah tidak produktif atau tidak dapat
bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.
Sebagian besar responden yang mempunyai usaha budidaya
pembesaran ikan gurame merupakan usaha sampingan karena tergolong usaha
yang membutuhkan waktu lama dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
serta kebutuhan dalam melakukan budidaya dihasilkan dari pekerjaan lainnya.
Page 78
78
4.3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari jumlah penduduk yang ada di Desa
Susuhbango sebanyak 3.966 jiwa, tingkat pendidikan tamat SLTA mendominasi
sebanyak 1.001 jiwa atau 25,2% jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan
SLPA yang berjumlah 842 jiwa atau 21,2%. Ada juga jenjang pendidikan tingkat
TK, SD, diploma, hingga strata 1, bahkan ada yang tidak pernah mengenyam
pendidikan. Adapun pembagian jumlah penduduk Desa Susuhbango
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Data Jumlah Penduduk Desa Susuhbango Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/Tidak Sekolah 593 14,9
2 TK/Play group 54 1,4
3 Usia 7-18 tahun yang sedang
sekolah
270 6,8
4 Tamat SD 702 17,7
5 Usia 12-56 tahun tidak tamat
SMP
61 1,5
6 Usia 18-56 tahun tidak tamat
SMA
193 4,9
7 Tamat SLTP 842 21,1
8 Tamat SLTA 1.001 25,2
9 Diploma I 90 2,3
10 Diploma II 52 1,3
11 Diploma III 48 1,2
12 Diploma IV/S-1 54 1,4
13 Strata 2 6 0,2
14 Strata 3 0 0
Total 3.966 100,0
Sumber: Data Potensi Desa Susuhbango, 2018
Page 79
79
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Aspek Non Finansiil
Menurut Primyastanto (2011), tujuan dilkukan evaluasi proyek yaitu untuk
mengurangi resiko kerugian, memudahkan perencanaan, memumadahkan
pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, serta memudahkan
pengendalian. Tahapan yang dilakukan dalam evaluasi proyek yaitu dengan
melakukan pengumpulan data yang telah didapatkan, lalu dilakukan analisis
data, setelah itu bisa diamil keputusan apakah proyek yang dijalankan layak atau
tidak untuk dijalankan, setelah didapatkan hasil keputusan kemudian dilakukan
rekomendasi hal-hal yang dapat menunjang kelancaran proyek sebelum
melakukan pelaksanaan usaha.
Evaluasi proyek atau juga dikenal sebagai studi kelayakan proyek
merupakan pengkajian suatu usulan proyek apakah proyek dapa dialaksanakan
atau tidak dengan berdasarkan berbagai aspek kajian. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah suatu proyek dapat dilaksanakan degan berhasil, sehingga
dapat menghindari keterlajuran investasi modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan. Aspek yang diperhatikan dalam kegiatan
evaluasi proyek adalah aspek manajemen, aspek teknis, aspek (pemasaran
pasar), aspek hukum, aspek sosial, aspek lingkungan.
5.1.1 Aspek Teknis Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Gurame
Kegiatan pembesaran ikan gurame memerlukan metode atau sistem
untuk mengerjakannya yang dirangkai dalam aspek teknis. Aspek teknis perlu
memperhatikan pengalaman dan penggunaan teknologi untuk mengambil
keputusan sebelum menerapkan lokasi, tata letak tempat produksi, skala usaha,
dan peralatan yang akan digunakan. Menurut Primyastanto (2011), aspek teknis
Page 80
80
merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya
setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis pada usaha pembesaran
ikan gurame di Desa Susuhbango meliputi prasarana dan sarana, lokasi, fasilitas
penunjang, serta proses pembesaran ikan gurame.
5.1.1.1 Prasarana Pembesaran Ikan Gurame
Prasarana merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses atau
fasilitas yang secara tidak langsung dapat menunjang proses kegiatan.Prasarana
yang digunakan untuk menunjang kegiatan budidaya pembesaran ikan gurame
di Desa Susuhbango adalah sebagai berikut:
1. Akses jalan
Akses jalan menuju Desa Susuhbango sangat mudah, hal ini
karena Desa Susuhbango terletak di jalan raya yang menghubungkan
Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar. Kondisi jalannya pun baik
sehingga memudahkan jalur perjalan konsumen menuju tembat budidaya
ikan gurame dan proses pengiriman ikan gurame kepada konsumen antar
daerah.
Gambar 5. Kondisi jalan raya di Desa Susuhbango Sumber: Data primer, 2018
Page 81
81
2. Saluran irigasi
Sumber air yang digunakan untuk mengaliri air kolam berasal dari
pompa air yang dipasang disetiap rumah. Penggunaan pompa air pada
saat pengisian air kolam membutuhkan waktu sekitar 5-8 jam setiap 10 x
30 m² atau tergantung luas kolam yang dimiliki.
Gambar 6. Saluran pengisian air kolam Sumber: Data primer, 2018
3. Teknologi informasi
Teknologi informasi yang digunakan oleh pembudidaya ikan
gurame adalah telepon seluler. Penggunaan telepon seluler
memudahkan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam
bertransaksi dan untuk mengetahui informasi lainnya, seperti harga ikan
gurame, penyediaan stok pakan, pelaksanaan penyuluhan, kegiatan
dengan para pembudidaya, dan sebagainya.
Gambar 7.Media komunikasi yang digunakan oleh pembudidaya Sumber: Data primer, 2018
Page 82
82
5.1.1.2 Sarana Pembesaran Ikan Gurame
Sarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dapat
digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan. Pengadaan sarana bertujuan
untuk merangsang peningkatan produksi, pemanfaatan potensi sumberdaya
perikanan dan mendorong tumbuh kembangnya usaha perikanan (Penebar
Swadaya, 2009 dalam Kusumawati, 2015). Adapun sarana yang digunakan
dalam pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango antara lain:
1. Kolam terpal, digunakan untuk melakukan usaha pembesaran ikan gurame
dari ukuran benih hingga konsumsi. Setiap kolam mempunyai saluran output
dan input untuk keluar masuknya air kolam. Kolam yang mulai kotor
dilakukan pengerukan hingga dasar kolam agar tidak menggagu lingkungan
ikan gurame. Tepi kolam pembesaran ikan gurame dikelilingi oleh pagar
yang terbuat dari waring, bertujuan untuk mencegah ikan gurame yang
meloncat keluar, menghindari gangguan dari anak anak kecil yang bermain
di sekitaran kolam yang dapat mengganggu masa pertumbuhan dan
mencegah masuknya predator yang akan memangsa ikan gurame.
Gambar 8. Kolam terpal pembesaran ikan gurame Sumber: Data primer, 2018
2. Benih ikan gurame, benih yang ditebar oleh pemilik berkisar antara ukuran 4-
6 cm atau biasa disebut oleh para pembudidaya ikan gurame yaitu ukuran
silet, rata rata padat tebar sebanyak 15 ekor/m².
Page 83
83
3. Peralatan, meliputi jaring, pipa, PVC, selang hisap, waring, timbangan,
gayung, bak, seser, sapu ijuk, sabit, timba, mesi diesel, dan drum bak besar.
4. Transportasi merupakan sarana yang penting dalam sebuah kegiatan usaha.
Dalam kegiatan usaha ini transportasi berperan penting dalam
keberlangsungan dan keberhasilan saat memasarkan ikan dan memberikan
kemudahan kepada para pembeli serta penjual untuk mengangkut hasil ikan
gurame tersebut serta mengangkut pakan. Semua jenis kendaraan dapat
digunakan melewati jalan.
5.1.1.3 Proses Budidaya Pembesaran Ikan Gurame
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan budidaya
ikan gurame dimana setiap tahapan menentukan keberhasilan proses produksi.
Berikut ini adalah alur proses tahapan budidaya pembearan ikan gurame yang
dilakukan oleh pembudiaya ikan gurame di Cahaya Baru di Desa Susuhbango.
Gambar9. Alur proses pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango Sumber: Data primer, 2018.
Tahap persiapan
Tahap pemasaran
Tahap penebaran benih
Tahap pemeliharaan
Tahap pemanenan
Page 84
84
Berdasarkan alur proses pembesaran ikan gurame di atas, maka dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Budidaya ikan gurame perlu memperhatikan karakteristik persyaratan
hidup lingkungan ikan gurame, salah satunya adalah kualitas air yang
dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dan dasar air yang tidak berlumpur (BI,
2002). Tahap persiapan kolam yang dilakukan oleh pembudidaya ikan
gurame di Desa Susuhbango dengan cara melapisi permukaan kolam tanah
menggunakan terpal, untuk menghindari dasar kolam yang tertalu
berlumpur. Rata-rata luas kolam yang dimiliki oleh pembudidaya
pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango seluas 157, 06 m air
sedalam 80 cm.
Gambar 10. Kolam pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango Sumber: Data primer, 2018
Konstruksi kolam perlu dilengkapi dengan pembuatan pematang, saluran
pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran (outlet) yang dilengkapi dengan
filter untuk menjaga kualitas air yang masuk dan menjaga ikan yang keluar
melalui saluran pengeluaran. Bagian tepi dari kolam diberi pagar yang
terbuat dari waring, pagar ini berfungsi melindungi kolam dari predator,
mencegah ikan meloncat keluar kolam, dan melindungi dari ulah manusia
yang jahil.
Page 85
85
Sebelum pengisian air, terlebih dahulu kolam dikeringkan selama dua hari
untuk agar dapat memutus bibit penyakit yang terdapat di dalam tanah
kemudian kolam dilapisi dengan terpal dan dilakukan pengisian air kira-kira
30 cm untuk membasahi dasar kolam dan mengeringkannya kembali.
Pembilasan dan pengeringan yang berulang-ulang juga berfungsi untuk
mempercepat oksidasi amonia yang terperangkap di dalam lapisan tanah
kolam (Pane, 2011).
Gambar 11. Pengapuran pada kolam ikan gurame Sumber: Data primer, 2018
Langkah selanjutnya dengan melapisi seluruh permukaan terpal dengan
kapur pertanian (CaCO3) yang sudah dicampur dengan air kemudian
diratakan ke seluruh permukaan terpal menggunakan sapu ijuk. Umumnya
pengapuran diberikan dengan frekuensi satu kali selama satu siklus
budidaya ikan gurame yaitu pada pasca pemanenan yang dilakukan pada
waktu sore hari. Namun, pengapuran juga kadang diberikan jika kondisi
lingkungan kurang stabil. Nilai pH di Desa Susuhbango sekitar 6-7 sehingga
para pembudidaya tidak memerlukan pemupukan karena pemupukan akan
menurunkan nilai pH dan menjaga keamanan kualitas ikan gurame.
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH menjadi pH netral pada
kisaran 7-8, meningkatkan kandungan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan plankton, mengurangi pewarnaan air oleh humus dan
mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh partikel liat koloida (Boyd,
Page 86
86
1979 dalam Pane, 2011). Setelah dilakukan pengapuran maka kolam
dikeringkan selama dua hari. Kemudian kolam diisi dengan air kira-kira
setinggi 30 cm dan didiamkan selama 4-7 hari untuk menumbuhkan plankon.
Setelah plankton cukup tumbuh maka volume air dinaikkan hingga
kedalaman 80 cm dan didiamkan kira-kira dua hari untuk mengendapkan
partikel halus yang mungkin lolos melalui filter saluran pemasukan.
Sumber air pada pembesaran ikan gurame di Desa Susuhbango berasal
dari air kran yang dipasang disetiap rumah pembudiaya dan disalurkan
melalui pipa panjang menuju kolam.
Gambar 12. Pengisian air kolam melalui pipa Sumber: Data primer, 2018
Proses pengisian air kolam berlangsung selama 8 jam dan dilakukan
pada malam hari. Jika terjadi pemadaman listrik maka pengisian air kolam
dibantu dengan mesin diesel. Pada tahan persiapan kolam, jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan hanya berkisar 1-3 orang karena kebutuhan tenaga
kerja tergantung pada luas kolam dan hanya beberapa jam kerja. Tenaga
kerja yang digunakan bukan merupakan tenaga kerja tetap.
2. Tahap Penebaran Benih
Salah satu kunci keberhasilan produksi ikan gurame adalah memilih
benih yang berkualitas bagus sebelum benih ikan ditebar. Menurut Pane
(2011), benih ikan gurame yang bagus mempunyai ciri-ciri warna tubuh
Page 87
87
kecoklatan, bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuningan dengan
bentuk menyerupai ikan dewasa, responsif terhadap rangsangan dari luar,
dan aktif muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen bebas dari udara.
Ukuran benih yang ditebar oleh pembudidaya ikan gurame di Desa
Susuhbango pada umumnya berukuran 4-6 cm yang biasanya disebut
ukuran korek api yang dapat dilihat pada Tabel 5.Ukuran benih ikan gurame.
Tabel 11. Ukuran benih ikan gurame
Umur Sebutan
ukuran
Panjang
(cm)
1-12 hari - - -
12-30 hari Biji oyong 0,5 – 1
1-2 bulan Daun
kelor
1 – 2,5
3 bulan Silet 2,5 – 4
Page 88
88
Umur Sebutan
ukuran
Panjang
(cm)
Gambar
4 bulan Korek Api 4 -6
Penebaran benih dilakukan saat suhu udara tidak terlalu tinggi yaitu pada
pagi atau sore hari. Sebelum benih ikan ditebar sebaiknya dilakukan
aklimatisasi (proses penyesusaian suhu air dalam wadah angkut dengan
suhu air kolam) di bak yang berisi air kolam. Tujuan aklimatisasi adalah
untuk mencegah terjadinya shock pada organisme apabila organisme
tersebut dipindahkan ke lingkungan yang sifatnya berbeda (Suyanto dan
Takarina, 2009 dalam Pane, 2011).
Kepadatan pada saat penebaran benih perlu menjadi perhatian karena
kepadatan ikan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Jika kepadatan terlalu
tinggi maka pertumbuhan ikan gurame akan terhambat karena ikan gurame
merupakan ikan yang bersifat teritori sehingga kepadatannya tidak boleh
terlalu tinggi. Kepadatan ikan gurame di Desa Susuhbango rata-rata
15ekor/m2. Menurut SNI 01-7241 (2006), kepadatan ikan gurame yang baik
pada kisaran 15-20 ekor/m2.
3. Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan ikan gurame membutuhkan waktu yang relatif lama
karena pertumbuhan ikan gurame yang relatif lambat. Jika benih yang
ditebar di Desa Susuhbango ukuran 4-6 cm dengan berat 10 gr maka waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi (500 gr) adalah selama 7
Page 89
89
bulan. Pakan yang diberikan pada ikan gurame adalah pakan buatan dan
pakan hijau.
Pakan buatan yang diberikan adalah pelet yang mengandung persen
protein dan diberikan setiap hari sebanyak (% dari total bobot ikan yang
ditebar). Pakan diberikan pada pagi dan sore hari. Sedangkan pakan hijau
yang diberikan berupa daun sente diberikan sebagai pakan tambahan yang
diberikan setiap tiga hari sekali.
Cara pemberian pakan dengan menebarkan ke kolam dan
memperhatikan selera makan ikan. Pakan pelet terlebih dahulu dicampur
dengan probiotik dengan dosis rata-rata 1,89 liter selama satu siklus ikan
gurame, kemudian pakan yang telah bercampur dengan probiotik disebarkan
ke kolam.
Pemberian pakan baik berupa pakan pelet maupun pakan hijau daun
sente harus secara seefisien mungkin. Pemberian pakan dalam jumlah
kurang menyebabkan pertumbuhan terhambat, sedangka pemberian pakan
dalam jumlah berlebih akan mengakibatkan penumpukan limbah di dasar
kolam, pemborosan pakan yang berdampak pada biaya pakan dan
mengurangi keuntungan.
Gambar 13. Proses Pemberian Pakan Sumber : Data Primer 2018.
Page 90
90
4. Tahap Pemanenan Setelah ikan dipelihara selama 7 bulan dengan ukuran konsumsi (500
gr/ekor) maka ikan gurame sudah bisa dipanen. Pemanenan ikan gurame
dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00-selesai) atau sore hari (pukul 15.00-
selesai WIB) pada saat suhu udara tidak terlalu tinggi untuk menghindari
terjadinya gangguang fisiologis pada ikan gurame. Peralatan yang
digunakan untuk memanen ikan adalah jaring, dan drum.
Proses pemanenan dimulai dengan menebar jaring ke permukaan kolam
untuk mengumpulkn ikan agar mudah ditangkap dan dilakukan seleksi
manual ikan yang dikira seragam (berat 500 gr/ekor). Setelah ikan terpilih,
ikan dimasukkan ke wadah penampungan sementara, hingga cukup dan
siap dikeluarkan dari kolam dan kemudian dilakukan penimbangan. Pada
saat penimbangan, ikan diletakkan di dalam wadah penampungan
sementara dengan perbandingan air dan ikan sebanyak 60 kg air dan 25 kg
ikan. Rata-rata setiap berat ikan 25 kg berisi ikan gurame sebanyak 38-55
ekor dengan berat 450-650 gr/ekor. Setelah dilakukan penimbangan ikan
gurame dipindahkan ke wadah jurigen milik konsumen, setiap jurigen diisi 8-
10 ekor ikan gurame dengan air secukupnya untuk mencegah ikan gurame
meloncat keluar.
(a) (b)
Page 91
91
(c)
Gambar 14. Tahap pemanenan ikan gurame (a) seleksi ukuran panen ikan gurame (b) penimbangan ikan gurame (c) pengemasan ikan gurame pasca penen. Sumber: Data primer, 2018
5. Tahap Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan menyalurkan produk dari titik konsumsi
atau proses dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka
butuh dan inginkan dengan menciptakan dan menukar produk serta jasa
dengan sesamanya (Pane, 2011). Kegiatan pemasaran ikan gurame di Desa
Susuhbango belum memperlihatkan sistem pemasaran yang baik, karena
pemasarannya masih dipegang oleh tengkulak.
Pemanenan ikan gurame akan dilakukan jika pengepul sudah
menemukan calon konsumennya. Ikan gurame dipanen dalam ukuran size 2
(1 Kg ikan gurame isi 2 ekor) dengan berat 500 gr/ekor, dan harga dari
produsen sebesar Rp 34.000. Konsumen ikan gurame biasanya dari daerah
Lamongan, Bojonegoro, Tulungagung, Blitar, Surabaya, Trenggalek,
Sidoardjo, Cepu, danPasuruan. Jika sudah terjadi kesepakatan harga antara
konsumen danprodusen maka konsumen akan datang ke temat konsumen
dengan membawa mobil pick up dan tenaga kerjanya. Jadi, pada tahap
pemasaran produsen tidak menanggung biaya pemanenan dan transportasi
karena konsumen sudahmembawa tenaga kerja sendiri untuk menyeleksi
Page 92
92
ikan gurame, menimbang, danmengepak ikan gurame ke dalam jurigen
Jurigen yang sudah berisi
Gambar 15. Pengangkutan ikan gurame oleh konsumen Sumber: Data primer, 2018
Jurigen yang sudah berisi ikan gurame ditempatkan didalam mobil pick up
dan bagian atas jurigen ditutup dengan sekat bambu dan anyaman batan
pohon pisang agar ikan gurame tidak loncat dan agar kuat menopang jurigen
yang ada di atasnya.
5.1.2 Aspek Manajemen
Manajemen yang dijalankan dalam pelaksanaan pembesaran ikan
gurame di Cahaya baru di Desa Susuhbango sudah dapat dikatakan
mananjemennya sudah cukup baik. Struktur organsasi dan deskripsi pekerjaan
juga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki karyawan. Terpenuhinya fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasaan menunjukkan bahwa usaha saat ini layak untuk dilaksanakan
karena semua aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis/usaha
telah dilakukan dan dijalankan dengan baik.
5.1.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan pertama seorag manajer dalam rangka
melaksana fungsi manajemen. Penyusunan rencana terdiri dari memikirkan apa
yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki, sehingga pembuatan
Page 93
93
rencana yang teratur dan logis dapat terlaksana dengan keputusan yang terlebih
dahulu diambil (Sukwiaty, Jamal, dan Sukamto, 2015 ).
Perencanaan yang telah dilakukan oleh pemilik usaha pembesaran ikan
gurame masih sederhana dan belum tertulis secara terstruktur. Perencanaan
yang dilakukan dimulai dari pembuatan kolam, kualitas air, pemilihan benih, cara
tebar benih, panen, dan pasca panen.
Pada perencanaannya, dilakukan dalam pengadaan atau produksi
pembesaran ikan gurame, perencanaan tenaga kerja dan pemasaran hasil
pembesaran ikan gurame serta perencanaan program kemitraan. Perencanaan
pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru dilaksanakan dengan merencanakan
jumlah produksi pembesaran ikan gurame pada siklus berikutnya berdasarkan
nilai perolehan Break Even Point (BEP) berdasarkan unit produksi sesuai harga
pasaran ikan gurame/kg yaitu sebesar 440,44. Sedangkan untuk kedepannya
Cahaya Baru akan melaksanakan program kemitraan dengan pelaku usaha
budidaya pembenihan ikan gurame yang ada disekitarnya sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi yang berkualitas dan bermutu tinggi.
Pemilik kolam juga berencana untuk bekerja sama dengan dinas
Perikanan Kabupaten Kediri agar mendapatkan dana bantuan untuk menambah
jumlah kolam pembesaran dan memperbaruhi fasilitas yan lain. Pemilik juga
berencana untuk menambah jumlah pekerja bantu untuk proses produksi, dan
memperluas pemasaran ikan gurame yang telah di produksi.
5.1.2.2 Pengorganisasian (Organizing)
Organizing adalah menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian
yang terintergrasi sedemikian rupa pengorganisasian dalam sebuah usaha
dapat berjalan sesuai dengan struktur yang telah dibuat dan sehingga antara
Page 94
94
bagian-bagian dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur
tersebut (Sukwiaty, Jamal, dan Sukamto, 2015 ).
Pemilik usaha dalam menjalankan usahanya belum menerapkan
pengorganisasian. Beliau menjalakan semua tugas dan pekerjaannya dalam
kegiatan usaha pembesaran ikan gurame dikerjakan sendiri dan tidak ada
karyawan tetap. Untuk membantunya dalam bekerja, beliau menggunakan buruh
tidak tetap yang hanya diperlukan pada waktu-waktu tertentu saja., seperti pada
saat pengeringan kolam, pengkapuran kolam, penyelekasian dan perhitungan
pada saat pemanenan, sedangkan untuk kegiatan yag lain dilakukan sendiri oleh
pemilik.
5.1.2.3 Pengarahan/Pergerakan (Actuating)
Pergerakan merupakan fungsi manajemen yang tugasnya menjalankan
segala aktifitas atau tindakan guna mencapai tujuan atau sasaran yang telah
direncanakan. Untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pelaksanaan suatu
tindakan atau kegiatan. Fungsi pergerkan ini sangat menentukan sukses dan
gagalnya seseorang di dalam organisasi maupun dalam hidupnya
(Wiyono,2006).
Pelaksanaan atau pergerakan pada usaha pembesaran ikan gurameyang
ada di Cahaya Baru dimulai dari persiapan kolam, pengeringan kolam,
pengkapuran kolam, dan pengisian air, penebaran benih ikan gurame, perawatan
dan pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan
pengemasan ikan. Semua kegiatan tersebut dilakukan oleh pemilik dengan
dibantu oleh dua orang karyawan tidak tetap, dan pemilik juga memberikan upah
lebih agar para pekerja semakin giat dalam membantu pemilik. Serta pemberian
motivasi dilakukan oleh pemilik kepada tenaga kerja harian lepas dalam bentuk
hasil penjualan dari usaha pembesaran ikan gurame yang dilakukan oleh tenaga
Page 95
95
kerja harian lepas tersebut dan rencananya juga akan diberikan jasa kerja
berupa upah tambahan kepada tenaga harian lepas yang giat dalam usaha
kerjanya.
5.1.2.4 Pengawasan (Controling)
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tugasnya mengawasi,
mengevaluasi, dan memantau apakah pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Mekanisme yang dilakukan adalah
membandingkan hasil yang telah direncanakan atau target hasil yang ditetapkan.
Jika hasil tidak sama dengan target, maka terjadi penyimpangan baik
penyimpangan yang merugikan maupun mengntungkan (Handoko, 2003).
Pengawasn yang dilakukan terhadap usaha pembesaran ikan gurame
diantaranya meliputi kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, jumlah
produksi yang dihasilkan setiap siklusnya, dan perkembangan pertumbuhan ikan.
Pemilik usaha tidak membuatdan mencatat keuangan yang masuk maupun yang
dikeluarkan. Tidak adanya pembukuan tersebut mengakibatkan tidak diketahui
secara rinci usaha yang dilaksanakannya tersebut mengalami kerugian atau
keuntungan.
5.1.3 Aspek Pemasaran
Menurut Kollter (2008), dalam perusahaan hendaknya mengetahui pasar
sebagai tempat jasa yang akan diproduksi dan ditawarkan. Ini erarti perusahaan
harus menentukan pasar sasaran yang akan dituju. Hal ini dikarenakan
perusahaan memiliki sumber daya terbatas untuk memenuhi pasar. Didalam
pemasara meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan dan menentukan harga, hingga
mempromosikan dan mendistribusikan produk yang akan memuaskan kebuthan
pembeli. Kangkauan pemasaran sangat luas , berbagai kegiatan harus dilalui
Page 96
96
oleh jasa sebelum sampai ketangan kosumen. Manajemen pemasaran juga
mempunyai tugas untuk mempengaruhi tingkat serta komposisi permintaan
sehingga akan membantu perusahaan dalam mencapai sasaran. Manajemen
pemasaran pada dasarnya adalah manajemen terhadap permintaan akan suatu
produk atau jasa.
Dalam aspek pemasaran usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya
Baru terdiri dari; permintaan dan penawaran, penetapan harga, salauran
pemasaran, dan margin pemasaran.
5.1.3.1 Permintaan dan Penawaran
Permintaan atau demand adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan
mampu dibeli konsumen pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu
tertentu dan dengan anggapan hal-hal yang lain tetap sama. Teori permintaan
diturunkan dari teori konsumsi, dimana konsumen mau “meminta” (dalam
pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertentu karena barang tersebut
diangap berguna baginya. Semakin rendah harga suatau barang, maka
konsumen cenderung akan membeli barang tersebut dalam jumlah yang lebih
besar (Hanafie, 2010).
Permintaan terhadap ikan gurame dari tahun ke tahun terus menigkat.
Menurut DJPB (2015), permintaan ikan gurame konsumsi tahun 2012 yaitu
sebesar 26.690 ton, tahun 2013 sebesar 43.618 ton, tahun 2014 sebesar 57,926
ton, tahun 2015 sebesar 62.807, tahun 2016 sebesar 79.927 ton
Penawaran atau supply merupakan jumlah maksimum yang mau dijual
pada berbagai tingkat harga atau beberapa harga minimum yang masih
mendorong penjualan untuk menawarkan berbagai jumlah dari suatu barang.
Pengertian dalam ilmu ekonominya yaitu penawaran adalah jumlah suatu barang
yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu.
Page 97
97
Penawaran lebih menekankan pada kerelaan atau ketersediaan untuk menjual,
bukan pada beapa jumlah barang yang benar-benar terjual (Hanafie,2010).
Jumlah penawaran ikan gurame yang dilakukan masih belum memenuhi
permintaan ikan gurame, dan jumlah penawarannya masih dibawah jumlah
permintaan. Penawaran ikan gurame yang dimaksudkan adalah produksi ikan
gurame tersebut yang dapat dihasilkan setiap siklusnya dalam satu tahun.
Berdasarkan laporan produksi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur tahun
2012 sebanyak 8.425 ton, tahun 2013 sebanyak 9.525 ton, tahun 2014 sebanyak
11.463 ton, tahun 2015 sebanyak 18. 087 ton, tahun 2016 sebanyak 17.886 ton.
Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan ikan gurame dari tahun ketahun
semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan hasil produksi pada usaha
pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru, jumlah permintaan belum memenuhi
pasar. Maka kondisi itu dapat dijadikan peluang untuk lebih menigkatkan
produksi ikan gurame.
Tabel 12. Permintaan Dan Penawaran Ikan Gurame Tahun 2012-2016
Komoditas Tahun/ton
2012 2013 2014 2015 2016
Gurame Permintaan 26.690 43.618 57,926 62.807 79.927
Penawaran 8.425 9.525 11.463 18. 087 17.886
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2016
5.1.3.2 Penetapan Harga
Penetapan harga mempunyai dampak secara langsung pada pendapatan
dan sangat fleksibel, maka dari itu pengusaha sebaiknya memiliki strategi
penetapan harga yang baik. Untuk penetapan harga pada produk yang udah
ada dapat dilakukan diantara 3 pilihan diantaranya yaitu penetapan harga di atas
harga pasar yang memanfaatkan asumsi-asumsi umum bahwa harga pasarlebih
Page 98
98
tinggi berarti mutu lebih baik, penetapan harga dibawah harga pasar diamana
perusahaan menawarkan produk dengan mutu yang dapat diterima dengan
menjaga biaya dibawah biaya pesaing yang menetapkan harga yang mendekati
harga lebih tinggi, dan penetapan harga mendekati harga pasar (Ebert dan
Garifin, 2006).
Sistem pembayaran yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
bhasil produksi di bawa dulu oleh pengepul dengan cara memberikan uang muka
terlebih dahulu dan uang akan diberikan ketika barang dari pengepul sudah
habis terjual semua atau dengan sistem pembayaran tunai. Kesepakatan harga
yaitu di dapat dari harga pasar ikan gurame di pasaran. Untuk harga ikan gurame
pada tahun ini yaitu 34.000 Rp / kg dengan asumsi perkilo ikan gurame isi dua.
5.1.3.3 Saluran Pemasaran
Pola kegiatan pemasaran ikan gurame adalah dengan memanfaatkan
saluran-saluran pemasaran yang ada untuk pendistribusian barang. Saluran
pemasaran adalah serangkaian lembaga-lembaga yang saling terkait satu sama
lain dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu suatu produk atau jasa
dapat digunakan atau dikonsumsi. Adanya saluran pemasaran ini dapat
membuat produsen dapat tetap menyalurkan produknya walaupun sumber daya
finasiil yang dimiliki terbatas (Tim Lentera, 2003).
Saluran pemasaran memiliki peran yang penting dalam aspek pemasaran
agar produk yang dihasilkan dapat tersalurkan hingga konsumen akhir dengan
cepat. Saluran pemasaran pada usaha pembesaran ikan gurame di pasarkan
melalui pengepul dan pengepul menjual ke pedagang pengecer. Saat sudah
memasuki waktu panen dan ikan siap dijual, pengepul yang biasnya membeli
ikan gurame akan datang dan mengambil hasil panen ikan gurame tersebut.
Page 99
99
Pengepul yang sudah menjadi langganan dan biasanya mengambil ikan
gurame hasil panenanynya akan datang langsung ke kolam budiaya. Para
pengepul tersebut sudah menjadi langganan sejak 5 tahun terakhir. Mereka
memilih membeli ikan gurame karena kualitas ikannya dan pengepul
menganggap pemilik usaha pembesaran ikan gurame baik dan jujur serta pemilik
selalu menghubungi penepul apabila ikan guramesudah memasuki waktu panen.
Daerah-daerah pemasaran yang dituju oleh pengepul tersebut berbeda-
beda. Pengepul biasanya memasarkan hasil panen ikan gurame ke daerah
bojonegoro, ngawi, malang, kudus, sidoarjo, surabaya dan lamongan. Saluran
pemasaran yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya
Baru dapat dilihat pada gambar. 15
Gambar 16.Saluran Pemasaran
5.1.3.4 Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah selisih antara harga di tingkat konsumen dan
harga di tingkat petani produsen. Semakin sedikit lembaga pemasaran yang
terlibat, maka margin pemasarannya akan semakin rendah sehinga harga di
tingkat produsen tinggi sedangkan hrga tingkat konsumen layak dan saling
diuntungkan. Sebaliknya, apabila lembaga pemasaran banyak, maka margin
pemasaran yang terbentuk akan tinggi, sehingga baik produsen maupun
konsumen saling tidak diuntungkan (Cahyono,2000).
Saluran pemasaran yang pendek membentuk margin pemasaran yang
rendah. Selisih harga diatara produsen ikan gurame dengan hasil penjualan yang
dihasilkan oleh pengepul tidak terlalu tinggi. Ikan gurame di beli oleh pengepul
dengan harga 34.000 Rp / Kg dengan asumsi satu kilo ikan gurame isi dua,
dengan hasil perhitungan margin sebesar 89,47% Dan pengepul menjual ke
Produsen Pedagang
pengepul
Konsumen Pedangan
pengecer
Page 100
100
pedagang ecer dengan harga 36.500 / Kg, dengan hasil perhitungan margin
sebesar 6,58%, dan pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga
38.000 / Kg, dengan hasil perhitungan margin sebesar 3,95%. Total margin
pemasaran yaitu sebesar 10,53%. Semakin sedikit lembaga pemasaran, maka
semakin rendah margin pemasarannya, sehingga harga dari produsen tinggi,
sedangkan harga di tingkat konsumen layak.
5.1.4 Aspek Hukum
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), untk memulai studi
kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai pada aspek hukum, walaupun
banyak pula yang melakukandari aspek lain. Aspek hukum bertujuan untuk
mencermati keabsahan, kelengkapan, dan keaslian dari setiap dokumen yang
dimiliki oleh setiap perusahaan, sertifikat tanah atau dokumen lainnyayang
mendukung kegiatan bisnis atau usaha tersebut.
Pada usaha pembesaran ikan gurame yang ada di Cahaya Baru,
dokumen-dokumen yang menunjang aspek hukum dalam mencermati
keabsahan suatu usaha pembesaran ikan gurame yang ada di Cahaya Baru
adalah berupa sertifikat tanah yang merupakan lahan untuk melakukan produksi
pembesaran ikan gurame.
5.1.5 Aspek Sosial Ekonomi
Menurut Primyastanto (2015), setiap usaha atau bisnis yang dilakukan
pasti nantinya akan menimbulkan dampak positf dan negatif terutama terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitar dari usaha tersebut. Dalam pembanganunan
negara dan pengembangan daerah, biasanya dijadikan tolok ukur keberhasila
hanyalah yang dinyatakan dengan uang.
Usaha pemesaran ikan gurame di Cahaya Baru telah membawa dampak
positif pada masyarakat sekitar. Hal ini karena bisa membuka lapangan
Page 101
101
pekerjaan bagi warga sekitar yang belum mendapatkan pekerjaan walapun
pekerjaan yang diberikan oleh pemilik usaha tidak setiap hari atau dalam artian
pemilik usaha memberikan pekerjaan borongan ketika pemilik usaha
membutukan bantuan dalam proses produksi.
Selain itu, melalui nilai perolehan zakat dari keuntungan setelah di kurangi
zakat (EAZ) diperoleh nilai sebesar 2.677.592,-. Zakat tersebut nantinya akan
dibagikan ke masyarakat sekitar yang kurang mampu pada 1 tahun sekali pada
bulan ramadhan sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat disekitar lokasi
usaha pembesaran ikan gurame.
5.1.6 Aspek Lingkungan
Menurut Primyastanto (2015), aspek lingkungan adalah salah satu aspek
yang sangat penting untuk di telaah sebelum suatu kegiatan investasi, bisnis
atau usaha dilaksanakan. Penelitian mengenai aspek lingkungan untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dalam investasi ataupun usaha harus
dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Dampak terhadap lingkungan
hidup yang terjadi adalah adanya perubahan adanya perubahan pada linkungan
hidup dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik, kimia, dan biologi atau sosial.
Keberadaan usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan limbah
yang dihasilkan dari proses produksi budidaya pembesasran ikan gurame dapat
meberikan manfaat bagi area persawahan milik masyarakat sekitar lokasi
budidaya. Air kolam sisa pembesaran ikan gurame yang ada di Cahaya Baru di
aliran ke area persawahan masyarakat sekitar untuk dijadikan pupuk tambahan
tanaman. Air limbah kolam dapat dijadikan pupuk karena mengandung unsur
hara sisa pemeliharaan ikan yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu,
air limbah kolam terlebih dahulu dibuang melalui saluran pembuangan air limbah
Page 102
102
dan kemudian dialirkan ke instalasi pembuangan air limbah (IPAL) untuk
mengurangi air cemaran yang masuk ke parit atau sungai yang ada di Desa
Susuhbango sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar.
5.1.7 Faktor Penghambat Dan Pendukung
Dalam suatu usaha pasti terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat
maupun mendukung keberlangsungan suatu usaha, termasuk dalam usaha
pembesaran ikan gurame yang ada di Cahaya Baru di Desa Susuhbango.
5.1.7.1 Faktor Penghambat Usaha Pembesaran Ikan Gurame
Adapun faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi usaha
pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru :
a. Banyaknya hama yang terdapat di area kolam budidaya pembesaran ikan
gurame, seperti : ular, burung, dan biawak.
b. Tidak adanya tenaga kerja tetap untuk pemeliharaan pada saat proses
produksi sehingga bisa menghambat pertumbuhan ikan gurame dikarenakan
tidak adanya tenaga kerja yang memilihara pada saat proses produksi
apabila pemilik beserta keluarga sedang keluar kota dalam waktu yang lama.
c. Belum adanya obat-obatan yang dapat mengatasi penyakit ikan (jamur yang
terdapat pada sisik ikan).
5.1.7.2 Faktor Pendukung Usaha Pembesaran Ikan Gurame
Adapun faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi usaha pembesaran
ikan gurame di Cahaya Baru :
a. Akses transportasi yang mudah.
b. Lokasi yang strategis dan cocok untuk usah pembesaran ikan gurame.
c. Permintaan akan ikan gurame tinggi, menginggat konsumsi ikan dari tahun
ke tahun terus meningkat.
Page 103
103
d. Pemilik mempuyai pembeli atau pengepul yang tetap
5.2 Analisis Kelayakan Finansiil
Menurut Arifin (2007), aspek finansial memiliki peranan yang strategis
sebagai dasar pengambilan keputusan. Disamping itu ada suatu studi kelayakan
proyek. Feasibility study atau studi kelyakan proyek pada bidang finansial
mempunyai tujuan untuk melakukan beberapa analisis dengan perhitungan
finasial dengan cara efisien, tepat dan akurat dari suatu invesatasimodal. Yaitu
menganalisis tingkat perbanding anantara cash in flow atau perbandingan anatar
cost dan benefit.
5.2.1 Permodalan
Menurut Riyanto (1995) dalam Primyastanto (2011), modal dapat
diartikan ebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.
Modala dapat dilihat dari bentuknya disebut modal aktif, sedangkan modal yang
dilihat dari asal modal tersebut disebut modal pasif. Modal aktif dibedakan
menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital assets) dan modal kerja (working
capital assets).
Pada usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru Di desa Susuhbango,
modal tetap yang digunakan yaitu sebesar Rp. 654.185.500 (uraian modal tetap
dapat dilihat pada lampiran 4), kemudian modal lancar Rp. 75.315.000 (uraian
modal tetap dapat dilihat pada lampiran 2).
5.2.2 Biaya Produksi
Menurut Riyanto (2010), dalam Primyastanto (2011), biaya produksi
dalam suatu usaha dibedakan menjadi 2, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam poses
produksi yang bersifat tetap dalam setiap tahun atau setiap siklus produksi dan
Page 104
104
tidak dipengaruhi oleh proses produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang dipengaruhi oleh proses produksi dan habis dalam 1 kali proses produksi.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap pada usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru
anatara lain terdiri dari biaya penyusutan, perawatan peralatan kolam,
tagihan listrik dan pajak bumi bangunan. Biaya tetap yang digunakan dalam
proses produksi usaha pembesara ikan gurame yaitu sebesar Rp.
12.121.000 (Uraian biaya tetap dapa dilihat pada lampiran 3).
b. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Biaya variabel pada usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru
antara lain terdiri dari biaya pembelian benih, pembelian pakan pelet,
pembelian pakan alami, pembelian probiotik, dan upah tenaga kerja
borongan. Biaya variabel yang digunakan dalam proses produksi usaha
pembesaran ikan gurame yaitu sebesar Rp. 75.315.000 (Uraian biaya
variabel dapat dilihat pada lampiran 4).
c. Biaya Total (Total Cost)
Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan dalam proses
produksi yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap yang diperlukan dalam saha pembesaran ikan gurame di
Cahaya Baru di peroleh sebesar Rp. 87.436.000 (Uraian biaya total dapat
dilihat pada lampiran 5).
5.2.3 Penerimaan
Penerimaan (Revenue) adalah sumber daya yang masuk ke perusahan
dalam satu periode atau dapat dikatakan hasil penjulan barang atau jasa yang
tidak mencakup dari sumber daya yang diperoleh dari operasi perusahaan
(Ahmad, 2007). Sedangkan menurut Riyanto (2010), penerimaan total adalah
Page 105
105
jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk dalam periode
tertentu.
Penerimaan merupakan hasil produksi yang diperoleh dari perkalian antar
jumlah hasil produksi dengan harga jual produk. Berdasarkan penelitian pada
analisis finasial, nilai penerimaan pada usaha pembesaran ikan gurame di
Cahaya Baru di peroleh sebesar Rp. 220.320.000 (Uraian penerimaan dapat
dilihat pada lampiran 6).
5.3 Analisis Kelayakakan Finansiil Jangka Pendek
a. Revenue Cost Ratio (RC Ratio)
Menurut Maryam (2009), analsis R/C juga dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi suatu usaha dalam upaya penggunaan faktor produksi seminimal
mungkin untuk mendapatkan tigkat produksi yang maksimal. Efisiensi usaha
dapat dihitung dengan membandingkan anta penerimaan total atau total revenue
(TR) dengan biaya total atau total cost (TC). Perbandingan tersebut untuk
melihat apakah usha yang dijalankan efisien dengan menggunakan rumus: R/C=
TR/TC, dengan kaidah bahwa, apabila R/C > 1 menyatakan usaha yang
dijalankan dari segi ekonomi efisien, sedangkan R/C < 1 menyatakan usaha
yang dijalankan dari segi ekonomi tidak efisien, apabla R/C = 1 maka disebut
usaha belum mencapai efisien (Tugiyanto, et al, 2013).
Usaha pembesarn ikan gurame di peroleh perhitungan total penerimaan Rp.
2,52 (Uraian perhitungan RC Ratio dapat dilihat pada lampiran 7). Berdasarkan
perhitungan RC Ratio pada usaha pembesaran ikan gurami di Cahaya Baru
diperoleh nilai > 1, yang berarti usaha tersebut menguntungkan untuk dijalankan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ambarwati (2015), yang menyatakan
bahwa RC Ratio dikatakan untung bila nilai yang diperoleh lebih besar dari 1.
Page 106
106
b. Keutungan
Menurut Primyastanto (2009), untuk membersihkan harta/benefit yang
didaptkan maka perlu dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari benefit yang
diperoleh. Zakat dalam konsep finansial tidak menambah besarnya total biaya.
Hal ini beda dengan konsep pajak. Besarnya pajak selain PPh, hal ini
disebabkan kedua macam pajak tersebut dibayarkan berdasarkan keuntungan
kotor produsen dan PPN dibebankan pada konsumen. Hal ini mengakibatkan
jumlah fixed cost dari suatu proyek usaha meningkat. Zakat dilakukan terkait
dengan adanya perintah untuk membersihkan harta sekaligus ada proses
distribusi harta kepada yang berhak, sebagai mana tertera dalam Q.S. At-
Taubah:60, yaitu : “..... sesungguhnya zakat itu hanyalahuntuk orang-orang fakir,
orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang,
untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana...”.
Berdasarkan analisis profitabilitas pada usaha pembesaran ikan gurame di
Cahaya Baru di peroleh nilai pendapatan sebesar Rp. 132.596.000, kemudian
dikurangi oleh nilai kerja keluarga (NKK) yaitu sebesar Rp. 25.492.320,-
sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 107.103.680. Keuntungan yang di
dapat pada usaha pembesaran ikan gurame dan setelah dikurangi zakat sebesar
2,5% dari keuntungan sebesar Rp. 104.426.088 (Uraian perhitungan keuntungan
dapat dilihat pada lampiran 8), sehingga diperoleh nilai zakat sebesar Rp.
2.677.592 (Uraian perhitungan nilai zakat dapat dilihat pada lampiran 9).
c. Rentabilitas usaha
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu, karena nilai rentabilitas menunjukkan perbnadingan
Page 107
107
antara laba atau keuntungan dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut (Riyanto, 2010).
Berdasrkan hasil pehitungan rentabilitas, diperoleh hasil nilai retabilitas pada
usah pembesaran ikan gurame sebesar 119,4% (uraian perhitungan nilai
rentabilitas dapat dilihat ada lampiran 10). Berdasarkan hasil perhitungan
rentabilitas pada lokasi penelitian, usaha pembearan ikan gurame dapat
dikatakan layak karena nilai rentabilitas pada usaha pembesaran ikan gurame di
Cahaya Baru yaitu lebih dari 12% diatas tingkat suku buga bank. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Ambarwati (2015), dimana nilai rentabilitas dikatan
layak jika nilainya lebih dari tingkat suku bunga yang ditentukan bank.
d. Break Event Point (BEP)
Untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap,
keuntungan, dan volume kegiatan dapat menggunakan teknik analisis break-
even. Perhitungan break-even ini berguna untuk mengetahui berapa minimal
jumlah produk yang harus dihasilkan suatu perusahaan dan menjual agar tidak
mengalai kerugian (Riyanto, 2010).
1. BEP atas dasar sales
Berdasarkan hasil perhitungan break event point diperoleh hasil BEP total
sebesar 18 365.151,5 (uraian perhitungan BEP sales dapat dilihat pada
lampiran 11). Artinya usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru ini akan
mencapai titik keeimbangan(titik impas) setelah memperoleh tingkat penjualan
ikan gurame sebesar Rp. 18 365.151,5.
2. BEP atas dasar unit
Berdasarkan hasil perhitungan break event point diperoleh hasil BEP total
sebesar 440,44 (uraian perhitungan BEP unit dapat dilihat pada lampiran 11).
Artinya usaha pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru ini akan mencapai
Page 108
108
titik keeimbangan (titik impas) setelah memperoleh tingkat penjualan ikan
gurame Sebesar Rp. 440,44.
5.4 Analisis Kelayakan Finansial Jangka Panjang
Analisis finansial jangka panjang atau investment criteria pada usaha
pembesaran ikan gurame terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal
Rate and Retrun (IRR), Payback Period (PP).
5.4.1 Penambahan Investasi (Re-Investasi).
Menurut Dzulfikri (2016), penambahan investasi merupakan pengerluaran
biaya yang digunakan untuk membeli peralatan baru yang dipakai saat proses
produksi utuk mengganti peralatan yang sudah mengalami penyusutan. Hal ini
dilakukan untuk menunjang kelancaran jalannya proes produksi usaha. Biaya
yang dikeuarkan untuk penambahan investasi berbeda-beda tiap tahunnnya
tergantung umur teknis suatu peralatan yang diguakan dolama proses produksi.
Perencnaan penambahan investasi untuk pembesaran ikan gurame di
Cahaya Baru yang di peroleh sebesar Rp. 382.055.000 (Uraian perhitungan
penambahan investasi dapat dilihat pada lampiran 13), hasil dari perhitungan
tersebut menggunakan perencanaan penambahan investasi dengan jangka
waktu selama 10 tahun, mulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2027
dengan nilai kenaikan sebesar 1%.
5.4.2 Net Present Value (NPV)
Menurut Primyastanto (2011), Net Present Value merupakan metode
yang digunakan dalam menghitung antara nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang. Perhitungan
analisis menggunakan Net Present Value dilakukan untuk mengetahui kelayaka
suatu usaha dalam jangka panjang, apakah suatu ushaa tersebut layak untuk
Page 109
109
dijalankan pada masa mendatang atau tidak layak dijalankan sehingga
diperlukan evaluasi dan peninjauan kembali.
Berdasarkan perhitungan Net Present Valuepada usaha pembesaran ikan
gurame diperoleh nilai NPV pada keadaan normal sebesar Rp. 342.835.855
(uraian perhitungan net present value dapat dilihat pada lampiran 13). Hal ini
menunjukan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan, sesuai dengan
pendapat Mahyudin (2014), dimana kriteria nilai NPV jika bernilai positif atau
lebih dari 0 maka suatu usaha layak untuk dijalankan.
5.4.3 Net B/C
Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga
pembilangannya terdiri atas Present Value total dari keuntungan dalam setiap
tahun dimana keuntungan tersebut bernilai positif, sedangkan penyebutnya
terdiri dari Present Value total dari biaya bersih dalam setiap tahun dimana nilai
dari biaya kotor lebih besar daripada penerimaan (Ibrahim, 1998 dalam Dzulfikri,
2016).
Dalam perhitungan Net B/C pada usaha budidaya ikan guramedi Cahaya
Baru Desa Susuhbango diperoleh nilai Net B/C pada keadaan normal sebesar
4,50 (uraian perhitungan net B/C dpat dilihat pada lampiran 13). Hal tersebut
menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame layak untuk dijalankan,
dimana kriteria kelayakan usaha pada perhitungan Net B/C yaitu nilai yang
diperoleh lebih dari 1 (>1).
5.4.4 Internal Rate and Return
Internal Rate of Return atau IRR merupakan nilai ukur untuk
menyetarakan arus kas bersih dimasa mendatang dengan pengeluaran
investasi awal. IRR dinyatakan dalam bentuk presentase dimana proyek dengan
nilai IRR yang besar adalah proyek yang akan diterima (Ibrahim, 1998).
Page 110
110
Pada analisis perhitungan Internal Rate of Return, diperoleh hasil pada
usaha budidaya pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru diperoleh nilai
IRRsebesar 31.80% (uraian perhirungan internal rate and retrun dapat dilihat
pada lampiran 13), pada keadaan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
usaha pada pembesaran ikan gurame di Cahaya Baru layak untuk dijalankan,
dimana kriteria kelayakan usaha pada perhitungan IRR adalah nilai IRR lebih dari
nilai tingkat suku bunga yang ditentukan, yaitu sebesar 12%.
5.4.5 Payback Period (PP)
Payback Period atau PP merupakan jangka waktu yang dibutuhkan suatu
usaha untuk dapat menutup kembali investasi yang dikeluarkan menggunakan
kas netto dengan mengabaikan nilai waktu uang. Layak tidaknya suatu investasi
usaha dilakukan dengan cara membandingkan periode waktu maksimum yang
ditentukan dengan hasil hitungan (Arifin, 2007).
Dalam perhitungan PP pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
diperoleh nilai PP pada keadaan normal sebesar 2,9 (uraian perhitungan
payback period dapat dilihat pada lampiran 13) yang berarti jangka waktu yang
diperlukan agar modal yang diinvestasikan dapat kembali dalam waktu 2,9 tahun.
5.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk menilai dampak dari berbagai
kemungkinan perubahan dalam masing-masing variabel-variabel penting
terhadap hasil yang mungkin terjadi. Teknik analisis ini merupakan simulasi
dimana nilai-nilai variabel penyebab diubah-ubah guna mengetahui dampak yang
timbul terhadap hasil yang diharapkan pada aliran kas, seberapa besar
perubahan tersebut mempengaruhi layak atau tidaknya investasi tersebut
(Riyanto, 2010).
Page 111
111
Analisis sensitivitas ini digunakan dengan mengasumsikan biaya yang
dikeluarkan mengalami kenaikan dan benefit atau keuntungan mengalami
penurunan, biaya mengalami kenaikan benefit yang dihasilkan tetap, dan benefit
yang dihasilkan turun namun biaya tetap. Sehingga pemilik usaha dapat
mengetahui bagian mana yang sensitif dan perlu pengawasan ketat sehingga
arus aliran kas stabil.
a. Asumsi biaya naik sebesar 105%
Asumsi biaya naik dilakukan dengan tujuan untuk mengantisipasi hal-hal
yang terjadi karena perubahan yang berkaitan dengan kelayakan usaha
budidaya ikan lele, seperti kenaikan biaya-biaya produksi, seperti kenaikan biaya
pakan atau benih, upah tenaga kerja, dan sebagainya. Untuk mengetahui layak
atau tidaknya usaha budidaya ikan lele dengan asumsi biaya naik sebesar 105%
sehingga untuk kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pelaku usaha
dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan gurame serta sebagai
bahan rekomendasi untuk memulai usaha budidaya pembesaran ikan gurame.
Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 105%
dengan usaha budidaya pembesaran ikan gurame diperoleh nilai NPV sebesar
Rp -175.898.691 Net B/C sebesar 0,93, nilai IRR sebesar -1.43%, dan PP
sebesar 9,30. Hal tersebut menandakan bila terjadi kenaikan biaya sebesar
105%, usaha tersebut dinilai mengalami kerugian, karena nilai NPV menunjukkan
angka negatif (-) atau kurang dari nol (>0) dan nilai IRR dibawah nilai tingkat
suku bunga deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk
dijalankan. (uraian perhitungan sensitivitas dengan asumsi biaya naik 105%
dapat dilihat pada lampiran15).
b. Asumsi benefit turun sebesar 42%
Asumsi benefit turun dilakukan dengan tujuan untuk mengantisipasi hal-
hal yang terjadi karena perubahan yang berkaitan dengan kelayakan usaha
Page 112
112
budidaya pembesaran ikan gurame, seperti harga jual pasaran turun, produksi
mengalami penurunan, dan sebagainya. Untuk mengetahui layak atau tidaknya
usaha budidaya pembesaran ikan gurame dengan asumsi benefit turun sebesar
20% sehingga untuk kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pelaku
usaha dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan gurame sebagai
bahan rekomendasi untuk memulai usaha budidaya pembesaran ikan gurame.
Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi benefit turun sebesar 42%
pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame diperoleh nilai NPV sebesar Rp.
-181.276.420 Net B/C sebesar 0,90, nilai IRR sebesar -2,04%, dan PP sebesar
9,47. Hal tersebut menandakan bila terjadi kenaikan biaya sebesar 42%, usaha
tersebut dinilai merugikan, karena nilai NPV menunjukkan angka negatif (-) atau
kurang dari nol (>0) dan nilai IRR dibawah nilai tingkat suku bunga deposito yaitu
12%, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. (uraian perhitungan
sensitivitas dengan asumsi benefit turun 42% dapat dilihat pada lampiran16).
c. Asumsi biaya naik 40% benefit turun sebesar 25%
Asumsi biaya naik dan benefit turun dilakukan sebagai tindakan
antisipasi hal-hal yang terjadi karena perubahan yang berkaitan dengan
kelayakan usaha budidaya pembesaran ikan gurame, seperti kenaikan biaya-
biaya produksi dan turunnya produksivitas. Asumsi biaya naik sebesar 40% dan
benefit turun sebesar 25% dilakukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya
pada pembesaran ikan gurame masih layak atau tidak jika suatu saat terjadi
kenaikan biaya dan penurunan benefit pada usaha-usaha tersebut.
Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 40% dan
benefit turun sebesar 25% pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
diperoleh nilai NPV yaitu sebesar Rp. -167.263.867, Net B/C sebesar 0,96, nilai
IRR sebesar-0,730%, dan PP sebesar 8,92. Hal tersebut menandakan bila
terjadi kenaikan biaya sebesar 40% dan penurunan benefit sebesat 25%, usaha
Page 113
113
tersebut dinila merugikan, karena nilai NPV menunjukkan angka negatif (+) atau
kurang dari nol (>0) dan nilai IRR dibawah nilai tingkat suku bunga deposito yaitu
12%, sehingga usaha tersebut layak lagi untuk dijalankan.(perhitungan nilai
sensitivitas biaya naik 40% dan benefit turun 25% dapat dilihat pada lampiran17)
5.6 Implikasi Penelitian
Berdasarkan penelitian pada usaha pembesaran ikan gurame“Cahaya
Barui” Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri, diperoleh
hasil atau bentuk implikasi sebagai berikut:
1. Dengan adanya pengembangan usaha pembesaran kan gurame pembenihan
dapat memberikan kontribusi dalam mencukupi kebutuhan pasar terhadap
permintaan ikan gurame konsumsi yang tinggi, khususnya daerah Kediri,
Sidoarjo, Lamongan, Tuban, Bojonegoro. Mengingat tingginya minat konsumsi
ikan gurame di Indonesia, terutama daerah-daerah tersebut. Serta dapat
memberikan keuntungan kepada pelaku usaha rumah makan yang
menyediakan menu ikan gurame serta memberikan keuntungan bagi
tungkulak ikan gurame.
2. Semakin banyaknya usaha pembesaran ikan gurame, hal tersebut juga
berpengaruh terhadap pendapatan pelaku usaha pembesaran ikan gurame
pada daerah lain, seperti di daerah Tulungagung, kemudian juga akan
mempengaruhi harga pasaran ikan gurame semakin turun.
3. Dengan berjalannya usaha, serta besarnya profitabilitas yang diperoleh dari
usaha pembesaran ikan gurame “Cahaya Baru”, maka perlu dilakukan
pengembangan usaha, mengingat besarnya profitabilitas dari usaha tersebut
dan juga tingginya permintaan pasar terhadap konsumsi ikan gurame.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada usaha pembesaran ikan gurame
“Cahaya Baru” yaitu dengan menambah jumlah kolam usaha pembesaran dan
memperbanyak jaringan dengan pembudidaya, menjalankan usaha
Page 114
114
pembesaran sekaligus usaha rumah makan yang menyediakan menu khas
ikan gurame dengan varian menu yang berbahan dasar ikan gurame.
4. Pada analisis kelayakan finansiil jangka pendek didapatkan hasil yaitu pada
Modal Tetap sebesar Rp.654.185.500, Modal Kerja Rp.75.315.000, Biaya
Total sebesar (TC) Rp.87.436.000, Penerimaan (TR) sebesar 220.320.000,
RC Ratio sebesar 2,52, Keuntungan sebelum zakat sebesar Rp. 132.596.000,
kemudian dikurangi oleh nilai kerja keluarga (NKK) yaitu sebesar Rp.
25.492.320 sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 107.103.680.
Keuntungan yang di dapat pada usaha pembesaran ikan gurame dan setelah
dikurangi zakat sebesar 2,5% dari keuntungan sebesar Rp. 104.426.088.
Rentabilitas sebesar 119,4%, BEP sales sebesar 18.365.151,5, BEP Unit
sebesar 440,44.
5. Pada analisis kelayakan finansiil jangka panjang didapatkan hasil yaitu pada
Net Present Value sebesar Rp.342.835.855, Net B/C sebesar 4,50, Internal
Rate Return sebesar 31,80% dan pada Payback Period sebesar 2,88.
6. Pada analisis uji sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 105
mengalami kerugian, pada asumsi benefit turun sebesar 42% juga mengalami
kerugian dan pada asumsi biaya naik 40% dan benefit turun 25% juga
mengalami kerugian, itu artinya pada uji asumsi sensitifitas semuanya
mengalami kerugian.
Page 115
115
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kelayakan finansiil usaha
pembesara ikan gurame di Cahaya Baru Di Desa Susuhbango Kecamatan
Ringinrejo Kabupaten Kediri dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.) Usaha budidaya ikan yang dijalankan berupa usaha pembesaran ikan
gurame, Pelaksanaan usaha pembesaran ikan gurame diawali dengan
persiapan kolam,pengkapuran kolam, penebaran benih, perawatan, panen
pan pasca panen. Jumlah padat tebar benih pada pembesaran ikan gurame
yang ada di Cahaya Baru adalah 1 ekor/kolam. Manajemen yang dijalankan
dalam pelaksanaan pembesaran ikan gurame di Cahaya baru di Desa
Susuhbango sudah baik. Terpenuhinya fungsi manajemen yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasaan
menunjukkan bahwa usaha saat ini layak untuk dilaksanakan karena semua
aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis/usaha telah
dilakukan dan dijalankan dengan baik. Ditunjang dengan perencanaan yang
di lakuakan oleh pemilik pada proses produksi yang ada di Cahaya Baru
sudah direncanakan dengan matang sehingga hasil produksi yang dihasilkan
maksimal dan bisa memenuhi permintaan pasar. Lahan yang di jadikan utnuk
proses produksi merupakan lahan milik sendiri yang bias dibuktikan dengan
surat surat hak milik atas lahan yang dijadikan lahan untuk proses produksi,
sehingga dengan adanya usaha tersebut dapat memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan dengan adanya kegiatan produksi di
desa tersebut juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang memiliki
lahan pertanian karena limbah air dari kegiatan produksi bisa dimanfaatkan
untuk irigasi lahan pertanian.
Page 116
116
Faktor pendukung dan faktor penghambat usaha budidaya pembesaran ikan
gurame antara lain :
a. Adapun faktor-faktor penghambat yang sering dikeluhkan oleh para pemilik
usaha budidaya pembesaran ikan gurame antara lain : tingginya harga
pakan, gangguan hama yang menyerang benih ikan, seperti burung, larva
capung, ular serta penyakit pada ikan lele dan belum adanya obat-obatan
yang dapat mengatasi penyakit ikan (jamuran pada sisik ikan).
b. Faktor-faktor pendukung yang terdapat pada usaha budidaya pembesaran
ikan gurame antara lain : lokasi usaha yang strategis dan cocok untuk
kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurame, ketersediaan sumber air
yang menunjang usaha budidaya, tingginya minat atau permintaan
konsumen, adanya bantuan pemerintah berupa peralatan penunjang serta
pembenahan prasarana, dekat dengan pusat kota, dan akses jalan mudah
dilalui.
2.) Kelayakan finansiil
Analisis finansiil jangka pendek pada usaha budidaya pembesaran ikan
gurame adapun hasil analisis finansiil pada usaha budidaya pembesaran ikan
gurame diperoleh penerimaan sebesar Rp 220.320.000,-, nilai RC ratio
sebesar 2,52, keuntungan setelah adanya penhurangan zakat sebesar Rp
129.281.100,-, nilai rentabilitas sebesar 147.8%, nilai BEP sales sebesar Rp
18.365.151,5,-, dan BEP produk sebanyak 440,44 unit.
Analisis jangka panjang pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
dalam periode hingga 10 tahun mendatang dapat dikatakan layak untuk
dijalankan, adapun hasil analisis finansiil pada usaha budidaya pembesaran
ikan gurame diperoleh nilai NPV sebesar Rp 342.835.855,-, nilai Net B/C
sebesar 4,50, kemudian nilai IRR sebesar 31,80%, dan PP senilai 2,88.
Page 117
117
3.) Analisis Sensitivitas
Pada analisis uji sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 105
mengalami kerugian, pada asumsi benefit turun sebesar 42% juga
mengalami kerugian dan pada asumsi biaya naik 40% dan benefit turun 25%
juga mengalami kerugian, itu artinya pada uji asumsi sensitifitas semuanya
mengalami kerugian.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini antara
lain :
1) Bagi pemerintah, perlu adanya peningkatan kualitas SDM, yaitu dengan
cara mengadakan pelatihan kepada setiap pelaku usaha perikanan dan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pelaku usaha
budidaya, khususnya budidaya pembesaran ikan gurame agar dapat
meningkatkan produktivitas usahanya serta pemberian bantuan kepada
pelaku usaha budidaya pembesaran ikan gurame terutama usaha skala
kecil.
2) Bagi mahasiswa atau pihak akademisi, diharapkan penelitian ini dapat
menunjang dalam penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat menjadi
lebih baik, terutama dalam bidang pengembangan usaha atau studi
kelayakan usaha, khususnya usaha budidaya pembesaran ikan
gurame.
3) Bagi pelaku usaha atau pembudidaya pembesaran ikan gurame,
dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
bagi masyarakat atau pelaku usaha, khususnya usaha budidaya
pembesaran ikan gurame, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menjalankan usaha serta keberlangsungan usaha dimasa
Page 118
118
mendatang. Dan untuk kedepanya pemilik usaha bisa merekruite
pekerja untuk keberlangsungan dalam proses produksi. Sehingga
usaha yang dijalankan lenbih optimal dalam proses produksi.
Page 119
119
DAFTAR PUSTAKA
Aji, 2009. Kombinasi Tepung Ikan Rucah Pada Pakan Buatan Untuk
Meningkatkan Kandungan Omega 3 Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus
Burchell). Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/2140/1/0BL00921.pdf. diakses pada 2 Maret 2017,
pukul 20.14 WIB.
Ambarawati, dkk. 2015. Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele: Studi
Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di
Kota Denpasar. Jurnal Manajemen Agribisnis. FP UNUD. Bali.
Cholila, I. 2014. Analisis Profitabilitas Terhadap Pengembalian Aset Usaha Ayam
Petelur (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu). e-J. Agrotekbis 2 (1):
91-95.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=173651&val=5153.
Diakses pada 11 April 2017, pukul 18.45 WIB.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Pt. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Dzulfikri, 2016. Studi Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele di Desa Gelang
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Skripsi. FPIK-UB.
Malang
Fanani, Z. dkk. 2014. Analisis Proffitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong
(Studi Kasus Di Kelompok Tani Ternak “Gunungrejo Makmur Ii” Desa
Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan).
http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Jurnal-Analisis-
Profitabilitas-Usaha-Penggemukan-Sapi-Potong.pdf. Diakses pada 11
April 2017, pukul 19.00 WIB.
Fauzi A. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian : Panduan Singkat. Bogor : Jurusan
Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Bogor.
Page 120
120
Fauzi. A, dkk. 2014. Dinamika Interspatial Total Factor Produktivity Usaha
Perikanan Budidaya Air Tawar dan Implikasinya Terhadap Perekonomian
Wilayah Jawa Barat. Sosiohumaniora, Volume 16 No. 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php. Diakses pada 11 April 2017,
pukul 17.12 WIB.
Gunawan. S, 2016. 99% Sukses Budidaya Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harahab. N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove & Aplikasinya
dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hartanto. 2003. Modul Metodologi Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. https://core.ac.uk/download/pdf/11720379.pdf. Diakses pada
tanggal 24 Maret 2017, pukul 09.15 WIB.
Jamaludin, 2015. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias sp) di Bojong Farm Kabupaten Bogor. Skripsi.
Agribisnis. UIN Syarif Hidayatullah.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30196/1/JAMAL
UDIN-FST.pdf. Diakses pada 29 Maret 2017, pukul 19.43 WIB.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
KEPMEN KP No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan.
Kohar M, A. dan Wibowo. 2014. Dampak Pengembangan Perikanan Terhadap
Penurunan Kemiskinan, Peningkatan Pendapatan Dan Penyerapan
Tenaga Kerja Di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/35266/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017,
pukul 20.40 WIB.
Mahyudin, dkk. 2014. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada
Usaha Budidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan. Enviro Scienteae 10 (2014) 9-17.
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/es/article/view/1959/1706.
Diakses pada 23 Maret 2017, pukul 19.00 WIB.
Page 121
121
Masri, M. 2013. Deteksi Koi Harpes Virus (KHV) pada Ikan Mas Koi (Cyprinus
carpio L) dengan menggunakan Metode Aplikasi Polymerase Chain
Reaction (PCR). Jurnal Teknosains .http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/221. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2017, pukul 18.21 WIB.
Notohatmojo. 2013. Perbandingan Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele dengan
Metode Konvensional dan Metode Regulator Ekosistem pada Skala
Rumah Tangga di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang. Konverensi Akuakultur Indonesia 2013.
http://epaper.aquaculture-mai.org/upload/1.%20Bonifasius.pdf. Diakses
pada 28 Maret 2017, pukul 21.05 WIB.
Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Primyastanto, M, dan Istikharoh. 2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek
Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. UB Press. Malang.
Primyastanto, M. 2014. Feasibility Study Of Fish Capture With Payang Tool
Before Using Electronic Onjhem Fads In Madura Strait Indonesia. Vol.14,
No.10 (2016):6615-6628. IJABER. diakses pada tanggal 2 maret 2018,
Pukul 22.00 WIB.
Primyastanto, M. 2015. Pengembangan Usaha Kerupuk Ikan Payus (Elops
Hawaiensis) Pada Ud. Sumber Rezeki Kelurahan Gunung Anyar Tambak,
Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur. Vol. 3 No. 1,
2015. ECSOFiM. Diakses pada tanggal 2 maret 2018, Pukul 22.00 WIB.
Primyastanto, M. 2015. Ekonomi Perikanan. Inteligensi Media. Malang.
Primyastanto, M. 2016. Evaluasi Proyek. Teori dan Aplikasi ada Usaha
Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp). UB Press. Malang.
Rahmat, P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol. 5, No 9.
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf.
diakses pada 27 Maret 2017, pukul 22.00 WIB.
Page 122
122
Ratnaningtias, T. 2009. Pengendalian Kegiatan Penambangan Pasir
Berdasarkan Pendekatan Carrying Capacity Di Das Luk Ulo Kabupaten
Kebumen.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-6818-
3604100008-bab3.pdf. Diakses pada 23 Maret 2017, pukul 16.52 WIB.
Sriwidadi, T. 2011. Penggunaan Uji Mann-Whitney pada Analisis Pengaruh
Pelatihan Wiraniaga dalam Penjualan Produk Baru. Binus Business
Review Vol. 2 No. 2.
http://journal.binus.ac.id/index.php/BBR/article/viewFile/1221/1089
Diakses pada 11 April 2017, pukul 16.39 WIB.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Universitas Pendidikan
Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB
/196006021986011-SURYANA/FILE__7.pdf. Diakses pada tanggal 24
Maret 2017, pukul 21.23 WIB
Syaban, A. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian (Aplikasi Program SPSS dan
Teknik Menghitungnya). Diklat. UHAMKA.
http://www.stiead.ac.id/index.php/direktori-khusus/doc_download/44-
diktat-analisis-data. Diakses pada 27 Maret 2017, pukul 21.30 WIB
Syamsuddin. L, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan [Konsep Aplikasi
dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan].
Rajawali Pers. Jakarta.
Usman dan Akbar. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.
Wiadnya. D, 2011. Konsep Perencanaan Kawasan Minapolitan dalam
Pengembangan Wilayah. FPIK UB.
http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/UNIBRAW-FPIK-Konsep
Perencanaan Minapolitan_22 November 2011.pdf. Diakses pada 29
Maret 2017, pukul 19.30