ANALISIS KASUS 1. ANAMNESIS a. Identitas Nama : bpk. Nurcholis Umur : 58 tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : islam Suku bangsa : indonesia Pendidikan : kuliah ekonomi Pekerjaan : wiraswasta Status perkawinan : sudah menikah ANALISIS : Usia : Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada usia 40 tahun atau lebih, dan prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur. Usia lanjut pada sebuah penduduk menjadi sebuah alasan umum terjadinya diabetes melitus tipe 2. Hampir semua diabetes melitus pada orang tua adalah diabtes melitus tipe 2. Jenis kelamin : Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih banyak pada perempuan (63%)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KASUS
1. ANAMNESIS
a. Identitas
Nama : bpk. Nurcholis
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku bangsa : indonesia
Pendidikan : kuliah ekonomi
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : sudah menikah
ANALISIS :
Usia :
Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada usia 40 tahun atau lebih, dan
prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur. Usia lanjut pada
sebuah penduduk menjadi sebuah alasan umum terjadinya diabetes melitus tipe
2. Hampir semua diabetes melitus pada orang tua adalah diabtes melitus tipe 2.
Jenis kelamin :
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes
Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah
faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan
desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM
lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula
pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi
pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki
(38,2%).
Suku bangsa :
Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang
cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Prevalensi
diabetes melitus tipe 2 sangat bervariasi antara kelompok ras dan etnis. Diabetes
mellitus tipe 2 lebih umum di kalangan penduduk asli Amerika, Afrika Amerika,
dan Asia tenggara serta Pasifik barat. Memang, penyakit ini hampir menjadi
pandemi dalam beberapa kelompok penduduk asli Amerika. Risiko retinopati dan
nefropati tampaknya lebih besar pada orang kulit hitam dan penduduk asli
Amerika.
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : tangan dan kaki kesemutan
Keluahan tambahan : sakit gigi dan gusi bengkak serta lesi di tepi mukusa
mulut.
Analisis :
Keluhan utama :
Kesemutan pada tangan dan kaki terjadi karena kadar glukosa
darah yang tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama sehingga
pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh mengalami gangguan
fungsi akibatnya ketidak cukupan suplai darah ke jaringan sehingga aliran
darah tidak laancar menyebabakan darah yang mengalir di ujung-ujung saraf
terhambatdan berkurang karena penekanan yang terus menerus dala waktu
lama.
Keluhan tambahan :
Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi
pada email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi,
bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula
(termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email
akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan
menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses
demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies
pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak
bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan
dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena
karies oleh dokter gigi. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang
semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi
lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi akan terasa
nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan suhu yang dingin, dan makanan
atau minuman yang manis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 bulan terakhir ini, pasien sering merasakan jari kaki dan
tangan kesemutan. Tangan kesemutan sebelah kanan di jarinya. 10 bulan
yang lalu pasien mengalami kadar gula darah hingga 475 mg/dl. Dia
merasakan mudah lemas, letih dan jika minum air dingin sering buang air
kecil 10-11 kali dalam sehari dan jarang buang air besar, kadang 2 hari sekali
buang air besar karena fesesnya keras sehingga sering mengkonsumsi vegeta
untuk melancarkan buang air besar. Nafsu makan biasa saja tetapi berat
badan terus bertambah. Pasien sudah pernah berobat ke dokter, dia diberi
obat glibenklamid untuk mengatasi keluhan kadar gula darah yang meningkat
tersebut. Namun pasien minum obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter,
dia selalu melebihi dosis yang telah diberikan dari dokter.
Sudah 6 bulan yang lalu pasien menjalani operasi usus buntu.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan
untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi.
Guna mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah puasa, glukosa 2 jam post prandial atau glukosa darah pada waktu
yang lain secara berkala sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan A1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin
atau hemoglobin glikosilasi (A1C) merupakan cara yang digunakan untuk
menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat
digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C
dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.
Pemeriksaan glukosa urine
Pengukuran glukosa urin memberikan penilaian yang tidak langsung. Hanya
digunakan pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau memeriksa kadar
glukosa darah. Batas ekskresi glukosa renal rata-rata sekitar 180 mg/dL,
dapat bervariasi pada beberapa pasien, bahkan pada pasien yang sama
dalam jangka waktu lama. Hasil pemeriksaan sangat tergantung pada fungsi
ginjal dan tidak dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan terapi.
Pemantaun benda keton
Pemantaun benda keton dalam darah maupun dalam urine cukup penting terutama
pada penyandang DM tipe 2 yang terkendali buruk (kadar glukosa darah >300
mg/dL). Pemeriksaan benda keton juga diperlukan pada penyandang diabetes yang
sedang hamil. Tes benda keton ini mengukur kadar asetoasetat, sementara benda
keton yang penting adalah asam beta hodroksibutirat. Saat ini telah dapat dilakukan
pemeriksaan kadar asam beta hidroksibutirat dalam darah secara langsung dengan
menggunakan strip khusus. Kadar asam beta hidroksibutirat darah <0,6 mmol/L
dianggap normal,
4. Terapi
ANALISIS :
Metformin
Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita
diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin
yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas
hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta
menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya
mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak
menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak
menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan
kehilangan berat badan. Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
Indikasi:
1. Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat
badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai
obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan sulfonilurea.
2. Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap
insulin yang simptomnya sulit dikontrol.
Kontra indikasi :
1. Hipersensitif terhadap obat ini.
2. Koma diabetik dan ketoasidosis.
3. Gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati.
4. Penyakit hati kronis, kegagalan jantung dan miokardial infark, alkoholisme, riwayat
atau keadaan yang berkaitan dengan laktat asidosis seperti syok atau insufisiensi
pulmonal, dan keadaan yang berhubungan dengan hipoksemia.
5. Kehamilan dan menyusui.
Dosis :
Metformin harus diberikan bersama dengan makan atau sesudah makan dalam dosis
terbagi.
Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.
Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat
mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai
dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan
secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat
dikontrol, dosis dapat diturunkan.
Efek samping :1. Metformin dapat digunakan pada pasien dengan hanya sedikit gangguan
gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.
2. Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya.