Top Banner
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat) DHARMA SIDDIQ DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
77

ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

Mar 09, 2019

Download

Documents

tranduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

KINERJA KELOMPOK TANI

(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,

Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat)

DHARMA SIDDIQ

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Page 3: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan

Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok

Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Dharma Siddiq

NIM H34080005

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

ABSTRAK DHARMA SIDDIQ. Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja

Kelompok Tani. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) merupakan salah

satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka pengurangan

kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan

menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Pembinaan

kelompok tani menjadi bagian penting dengan cara mengarahkan pada penerapan

sistem agribisnis, peningkatan peranan kepemimpinan, peran serta petani dan

anggota masyarakat pedesaan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis

gaya kepemimpinan, faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan,

kinerja kelompok tani, dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja

kelompok tani Karya Sejahtera, di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Non-Probability Sampling, analisis statistik deskriptif, dan uji korelasi Rank

Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan

partisipatif. Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok dapat mengarah

gaya kepemimpinan. Berdasarkan analisis statistik dekskriptif kinerja kelompok

tani Karya Sejahtera memiliki rata-rata skor sedang (3.45). Berdasarkan uji

korelasi Rank spearman terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua

kelompok dengan kinerja kelompok tani Karya Sejahtera.

Kata kunci: kepemimpinan, kelompok tani, kinerja

ABSTRACT DHARMA SIDDIQ. The Analysis Of Leadership Relation With The Performance

Of Farmer Groups. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry (RPPK) is one of the

Triple Track Strategy of the government in order to reduce poverty and

unemployment and improving the competitiveness of the national economy and

preserve agricultural resources, fisheries and forestry. Development of farmer

groups become an important part of the application by directing the agribusiness

system, an increase in the role of leadership, the participation of farmers and other

rural community members. This research was conducted to analyze the leadership

style, the factors which drive leadership style, performance farmer groups, and the

relationship with the leadership style of performance Karya Sejahtera farmer

groups, in Karyawangi Village, Parongpong Subdistrict, West Bandung. The

method used in this study is the Non-Probability Sampling, descriptive statistical

analysis, and the Spearman rank correlation test. The results of this study indicate

that the leadership style adopted by the laeder of Karya Sejahtera farmer group is

a participative leadership style. Based on the descriptive statistical analysis of

Karya Sejahtera farmer groups had an average score of moderate (3.45). Based on

rank spearman test there are any relation betwen leaddership style of the group

leader and Karya Sejahtera farmer group.

Keywords: leadership, farmer group, performance

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

KINERJA KELOMPOK TANI

(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,

Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat)

DHARMA SIDDIQ

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Page 7: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja

Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya

Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat)

Nama : Dharma Siddiq

NIM : H34080005

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah gaya

kepemimpinan dengan judul Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan

Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,

Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,

MSi sebagai Dosen Pembimbing atas semua bimbingan, arahan, waktu, motivasi,

dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

Begitu juga dengan Bapak Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Ir. Narni Farmayanti,

MSc sebagai dosen penguji sidang, serta seluruh staf Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak

membantu selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dikdik dan Ibu

Nenden beserta keluarga yang telah bersedia memberikan bantuan berupa tempat

tinggal selama penelitian. Bapak Ayi Maman, dan Bapak Agus beserta seluruh

anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera yang telah banyak direpotkan dan

banyak membantu penulis selama berada di Desa Karyawangi. Teman-teman

Agritrash, HIPMA, “ORASI” BEM FEM 2010, anggota Gladikarya Karyawangi,

teman-teman sebimbingan skripsi, teman-teman agribisnis (angkatan 42, 43, 44,

45, 46 dan 47). Teman-teman kostan Wisma Alma dan kontrakan “Naga Ganteng”

Cecep, Ikhsan, Febri, Hendri, Rasyd, Imam, Husein, Buyung, Joko, Malik, Ryan

S, dan Tsamaniatul serta seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini

saya ucapkan terima kasih.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Dharma Siddiq

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan 7

Studi Empiris terkait Kinerja kelompok 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasioanal 18

Hipotesis 20

METODE PENELITIAN 20 Lokasi dan Waktu Penelitian 20 Metode Penentuan Sampel 20 Data dan Instrumentasi 21

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Pengolahan dan Analisis Data 23

Depenisi Operasional 23

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Kecamatan Parongpong 27

Desa Karyawangi 28

Kelompoktani Ternak Karya Sejahtera 30

Karakteristik Peternak Responden 32

HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Analisis Gaya Kepemimpinan 34 Analisis Fakto-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan 36 Analisis Kinerja Kelompok Tani 43

Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani 45

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 50

RIWAYAT HIDUP 65

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

DAFTAR TABEL

1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun

2005-2009 1 2 Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian 11 3 Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong 27 4 Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong 28 5 Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010 29 6 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya ke

pemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera 35 7 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor

individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera 37 8 Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan 39 9 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok 41

10 Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok 41 11 Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan 42 12 Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok

tani Karya Sejahtera 44 13 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani 46

DAFTAR GAMBAR

1 Strategi pengembangan kelembagaan petani 2 2 Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian 4

3 Kerangka pemikiran operasional 19

4 Sebaran peternak responden berdasarkan umur 32

5 Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 33

6 Sebaran peternak responden berdasarkan pengalaman berternak 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012 50 2 Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010 51 3 Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung

Barat 52 4 Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan

Kabupaten Bandung Barat 53 5 Hasil uji validitas terhadap 30 responden 54 6 Hasil uji reliabilitas terhadap 30 Responden 58 7 Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera 60 8 Struktur organisasi kelompok tani ternak sapi perah Karya Sejahtera 61

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

9 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual pemimpin

dengan gaya kepemimpinan 62 10 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan

gaya kepemimpinan 63 11 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan dengan

kinerja kelompok tani 64

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Page 13: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian

di Indonesia. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki

kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth

with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan bahwa sekitar

45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian maka tidak heran

pertanian dapat menjadi basis pertumbuhan terutama di pedesaan (Daryanto 2009).

Kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian juga menunjukkan

bahwa pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada tahap awal periode 2005 sampai

2009 pertumbuhan PDB masih di bawah target, tetapi pertumbuhan PDB terus

meningkat bahkan di tahun 2008 berhasil melampaui target yang ditetapkan. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun

2005-2009

Tahun Target (%) Capaian (%)

2005 3.20 2.50

2006 3.40 3.20

2007 3.60 3.40

2008 3.60 5.16

2009 3.80 3.57*

Rata-rata 3.52 3.30 Sumber : Kementrian pertanian. (2009)

*Angka sementara

Menurut Mosher (1967) tujuan pembangunan pertanian adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya pembangunan

pertanian erat kaitannya dengan upaya pengembangan sumber daya manusia

khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan menggiatkan

pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usahataninya.

Pemerintah dalam hal ini Presiden RI terus mengupayakan pembangunan

pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pencanangan Revitalisasi

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005

merupakan salah satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka

pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing

ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan

kehutanan. Arah RPPK mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan

ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian

serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan dukungan sumber

daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan

kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan). Salah satu bagian penting

dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

2

pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk

meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani

masih menjadi bagian penting ketika akan melanjutkan revitalisasi tersebut

dengan cara mengarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan,

peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan

menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait

untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani

diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani

anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi,

pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya 1)

.

Secara umum pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura,

perkebunan, dan peternakan) dalam perkembangannya yang biasa kita disebut

agribisnis merupakan satu kesatuan sistem yang saling terintegrasi satu sama lain,

mulai dari usaha hulu, on farm (usaha tani), pengolahan (agroindustri), hingga

pemasaran dan lembaga penunjang pertanian. Kelembagaan penunjang pertanian

sangat dibutuhkan untuk membangun sistem agribisnis. Kelembagaan penunjang

pertanian tersebut meliputi kelembagaan keuangan (modal), pendidikan (tenaga

kerja), penelitian (teknologi), koperasi, kelompok tani, serta gabungan kelompok

tani.

Kelembagaan pertanian di Indonesia seperti kelompok tani hingga kini telah

banyak berkembang. Pemerintah terus melakukan strategi pengembangan

kelembagaan petanian khususnya kelompok tani. Strategi tersebut diantaranya;

sosialisasi kebijakan penumbuhan kepedulian masyarakat, penataan kelembagaan

penguatan akuntabilitas kelembagaan, pelembagaan sistem perencanaan

partisipatif, pengembangan jaringan serta pengembangan kemampuan advokasi

kelembagaan (Gambar 1).

Kelompok tani dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan asas

kekeluargaan. Selain itu, berdasarkan karakteristiknya, kelompok tani pada

dasarnya organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari,

1)

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan kehutanan (RPPK). www.deptan.go.id [diakses tanggal

31 Maret 2012]

Gambar 1. Strategi pengembangan kelembagaan petani Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007

5

6

7

8

0 20 40 60 80

Dia

met

er b

unga

(cm

)

Tingkat naungan (%)

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

3

oleh dan untuk petani”. Kelompok tani sudah seharusnya mengambil peranan

lebih dalam peningkatan kesejahteraan petani, akan tetapi pada umumnya masih

banyak petani yang enggan bergabung atau ikut menjadi anggota kelompok tani.

Para petani masih merasa tidak ada perbedaan secara signifikan keuntungan yang

diperoleh antara petani yang berkelompok dan petani pada umumnya. Hal ini

kemungkinan besar disebabkan oleh kelompok tani belum menjalankan fungsi

maupun kinerjanya secara maksimal.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 disebutkan

bahwa: Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota. Ciri kelompok tani adalah (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya

diantara sesama anggota; (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama

dalam berusaha tani; (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,

hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan,

dan ekologi; (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota

berdasarkan kesepakatan bersama. Unsur pengikat kelompok tani terdiri dari; (1)

adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; (2) adanya kawasan

usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; (3)

adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan

kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya; (4) adanya kegiatan yang

dapat dirasakan manfaatnya oleh minimal sebagian besar anggota; dan (5) adanya

dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang

program yang telah ditentukan. Kelompok tani berfungsi sebagai (1) wadah

belajar dan pembinaan petani guna meningkatkan PKS (pengetahuan,

keterampilan dan sikap), (2) wahana kerjasama diantara sesama anggota dan antar

kelompok tani serta pihak lain, (3) unit produksi (usaha tani) dari masing-masing

anggota kelompok tani untuk mencapai skala ekonomi dari segi kuantitas maupun

kontinuitas.

Terkait dengan berbagai keuntungan yang diperoleh dari pembentukan

kelompok tani, kinerja kelompok tani juga harus diperhatikan guna menjaga

keberlangsungan kelompok tani. Kinerja kelompok tani yang efektif menjadi

salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan

Kehutanan (RPPK). Menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam

Wahyuni (2003) indikator kinerja kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan

merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk

pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat

dan mamfaat sumber daya alam secara optimal. (2) Kemampuan melaksanakan

dan menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan

memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan

yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan

teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang

dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.

Paradigma dalam pengembangan kelembagaan petani mencakup berbagai

elemen diantaranya; kepemimpinan, kewirausahaan dan menejerial (Gambar 2).

Pemimpin dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam perkembangan

kelompok. Pemimpin dalam kelompok tani menggerakkan anggota atau petani

untuk mengembangkan usahanya. Pemimpin adalah seorang yang dengan cara

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

4

apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu sesuai

dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai

(Wiriadihardja 1987). Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam

kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan

kelompok tani. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas

kelompok dapat menunjang tercapainya kinerja kelompok tani yang efektif.

Salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan adalah

kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Kelompok tani ini berada di Desa

Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat yang fokus

mengembangkan usaha agribisnis sapi perah. Kelompok tani ternak Karya

Sejahtera berdiri pada tanggal 10 Maret 2008 dengan anggota awal 13 orang

hingga sekarang menjadi 33 anggota dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor.

Kelompok ini bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar dan Koperasi Peternak

Sapi Bandung Utara (KPSBU) untuk pemasaran produk susu sapi segar.

Kelompok tani telah memiliki berbagai prestasi di tingkat Jawa Barat, seperti ikut

berbagai kontes ternak di Jawa Barat. Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini

adalah agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga

kesejahteraan anggota akan lebih meningkat. Akhirnya, diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan anggota dalam hal bekerjasama dan bermitra usaha

dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Perumusan Masalah

Provinsi Jawa Barat dalam kurun tahun 2008 sampai 2012 tercatat berada di

urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk jumlah populasi sapi

perah se Indonesia (Lampiran 1) . Ketersediaan konsumsi akan susu di Jawa Barat

juga menjadi yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 715 350 ton per tahun

(Lampiran 2). Di samping itu, Kabupaten Bandung Barat masih tercatat sebagai

populasi peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat dengan 30 146 sapi perah.

Kawasan Lembang masih menjadi produsen terbanyak dengan 18 ribu sapi perah

yang dikelola oleh 7 ribu peternak 2)

.

Gambar 2. Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007

5

6

7

8

0 20 40 60 80

Dia

met

er b

unga

(cm

)

Tingkat naungan (%)

2)

Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah.

http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

5

Selain Lembang, daerah Kecamatan Parongpong juga mempunyai potensi

dalam mengembangkan agribisnis sapi perah khususnya di Desa Karyawangi

(Lampiran 3). Potensi agribisnis yang ada di Desa Karyawangi yang menonjol

adalah usaha bunga potong dan usaha ternak sapi perah. Khusus untuk ternak sapi

perah, jumlah populasinya menurut data tahun 2011 berjumlah 1 680 ekor,

terdapat peningkatan dibandingkan data tahun 2010 yang berjumlah 1 045 ekor.

Produksi susu sapi di desa ini mencapai 4 590 000 kg/tahun. Agroklimat yang

mendukung merupakan salah satu faktor yang membuat Desa Karyawangi

memiliki prospek yang baik untuk menjadi salah satu sentra produksi sapi perah

di Jawa Barat. Berdasarkan agroklimat, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong

berada pada ketinggian dari permukaan laut 150 dpl/mdl serta memiliki suhu 80C

Dilihat dari segi ekonomi, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai

peluang usaha yang sangat besar dalam hal penyiapan sarana peralatan,

pembibitan, dan pemeliharaan. Permintaan masyarakat terhadap susu mulai

meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah tidak seimbang dengan

permintaan tersebut. Permintaan susu segar tidak hanya berasal dari masyarakat,

tetapi industri pengolahan susu nasional. Permintaan pasokan susu segar oleh

industri terus bertambah hingga 10 persen setiap harinya. Hal ini menyebabkan

kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah

cukup baik dan menjanjikan 3)

.

Peluang dan potensi tersebut dimanfaatkan oleh para anggota kelompok tani

ternak Karya Sejahtera untuk mengembangkan agribisnis sapi perah, akan tetapi

para peternak sapi perah menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam

melakukan budidaya sapi perah. Kendala dan masalah tersebut secara umum juga

dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lampiran 4). Untuk

kelompok tani ternak Karya Sejahtera kendala yang dihadapi antara lain; harga

pakan yang mahal, adanya bakteri E. Coli yang menjangkit susu sapi perah

sehingga susu mudah basi, kurangnya pengetahuan peternak untuk memberikan

nilai tambah pada komoditas susu sapi perah seperti produk turunan susu sapi,

serta kurangnya pengetahuan akan usaha-usaha sampingan yang berasal dari

beternak sapi perah seperti pembuatan pupuk kompos. Untuk pakan, peternak

menggunakan pakan sapi perah berupa hijauan (rumput), ampas tahu dan

singkong serta konsentrat. Peternak menilai harga pakan masih terlalu mahal

sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi para peternak. Beberapa kendala

tersebut nanti akan berdampak timbulnya masalah baru. Masalah tersebut

diantaranya peternak akan beralih kepekerjaan lain dan menjual sapi mereka. Hal

ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi sapi dan produksi susu di Indonesia.

Kelompok tani (sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit

produksi) sangat dibutuhkan sebagai kelembagaan pertanian yang dapat

meminimalisir kendala dan masalah dalam beternak sapi perah. Efektifitas

kelompok tani dapat diukur dengan mengukur kinerjanya. Indikator kinerja

kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk

meningkatkan produktivitas usahatani. (2) Kemampuan melaksanakan dan

menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan

3)

Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah. http://www.pikiran-

rakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

6

memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan

yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan

teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang

dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.

Kinerja suatu organisasi seperti kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah faktor kepemimpinan seorang ketua kelompok.

Kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi ataupun kelompok merupakan

gambaran kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengolah

organisasi atau kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja

sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan (Fahmi

2012).

Kepemimpinan dalam kelompok tani mencakup gaya kepemimpinan

seorang ketua dalam menjalankan dan mengelola kelompok tani untuk mncapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hause dan Mitchell (1974) dalam

Yukl (1994) menerangkan gaya kepemimpinan (teori path-goal) meliputi hal-hal

berikut: (1) directive leadership; (2) supportive leadership; (3) participative

leadership; (4) achievement-oriented leadership. Selain itu, gaya kepemimpinan

juga dipengauhi oleh beberapa faktor seperti faktor individual seorang pemimpin

dan faktor kelompok. Faktor individual meliputi sikap toleransi seorang pemimpin,

keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap tanggap dan terampil

serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor kelompok meliputi tujuan

kelompok dan struktur kelompok. Berdasarkan uraian di atas dirumuskan

beberapa rumusan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1) Apa gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh ketua pada kelompok tani

Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat?

2) Apa faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam kelompok

tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat?

3) Bagaimana kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat?

4) Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok

tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang diuraikan, penelitian ini memiliki

beberapa tujuan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua pada

kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat.

2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan

ketua dalam kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan

Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

7

3) Menganalisis kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

4) Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok

tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan mampu memberikan

informasi dan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya :

1) Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dan melatih kemampuan untuk

dapat berfikir analitis dalam menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang

diperoleh selama masa perkuliahan.

2) Bagi kelompok tani Karya Sejahtera, sebagai salah satu bahan masukan agar

dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan dari ketua sehingga tercapai

kinerja kelompok tani yang baik yang bertujuan akhir untuk

mensejahterakan anggota.

3) Bagi pembaca, sebagai bahan referensi, pedoman, literatur dalam

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis gaya kepemimpinan

dan hubunggannya dengan kinerja sebuah kelompok tani.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian serta adanya

keterbatasan sumber daya menimbulkan beberapa keterbatasan dalam penelitian

ini, yaitu : (1) Analisis yang dilakukan karena potensi agribisnis khususnya

komoditas sapi perah di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat yang dinaungi oleh kelompok tani Karya Sejahtera, (2) Analisis

dilakukan pada tingkat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok

tani serta faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani

Karya Sejahtera, (3) Penelitian ini terbatas pada data yang tersedia dari kelompok

tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang

tak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat

sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan

jiwa kepemimpinan yang dimilki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan

cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu hingga akhirnya

mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian, ada sebagian orang yang

memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu

membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut (Fahmi

2012).

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

8

Karakteristik kepemimpinan yang biasa kita sebut gaya kepemimpinan

dapat mempengaruhi keberlangsungan organisasi atau kelompok. Dengan kata

lain, kinerja suatu organisasi atau kelompok menjadi efektif jika ditunjang dengan

efektivitas kepemimpinan. Sedangkan efektivitas kinerja organisasi atau

kelompok seperti kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non

keuangan (non financial performance) berujung kepada tingkat kesejahteraan

anggota (peternak dan petani). Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang

dihasilkan oleh suatu organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil

kepemimpinan yang diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau

kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu

ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan.

Adapun metode yang dapat digunakan untuk menghitung atau menilai

tingkat gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang mengarahkan serta kinerja di

suatu kelompok tani antara lain metode survey, pendekatan kualitatif, analisis

statistik deskriptif, uji korelasi Rank Sperman (SPSS).

Gaya kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin

dan kaitannya dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta

produktivitas terdiri dari tiga diantaranya; gaya kepemimpinan demokratis, gaya

kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan laissez faire. Sedangkan teori

kontingensi tentang kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader

substitute, model multiple-linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive

resources. Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974)

dalam Yukl (1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, diantaranya

Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership

(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan

partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi

kepada keberhasilan). Untuk faktor yang dapat mengarahkan suatu gaya

kepemimpinan dapat dilihat melalui pendekatan faktor karakteristik individual

pemimpin dan faktor kelompok.

Penelitian tentang gaya kepemimpinan bukanlah yang pertama kali, Yunasaf

(2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan ketua kelompok

dan hubungannya dengan keefektifan kelompok pada kelompok tani ternak sapi

perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kabupaten Sumedang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok,

keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian

dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompok tani sapi perah

yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan

contoh responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang

dari 4 kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji

korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan

ketua kelompok tani ternak sapi perah sebanyak 46.67% tergolong cukup, 43.33%

tergolong tinggi, dan 10.00% tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani

ternak sapi perah sebanyak 50.00% tergolong cukup, 40% tergolong tinggi, dan

10% tergolong sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok

tani ternak sapi perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya

hubungan positif yang kuat.

Sedangkan Randhita (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

9

kelurahan di Kelurahan Cipagari, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan lurah yang diterapkan di

berbagai kegiatan, menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya

kepemimpinan lurah, menelaah kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan

Ciparigi, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja

pegawai pada Kelurahan Ciparigi. Penelitian ini menggunakan kombinasi

pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini

dilaksanakan di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa

Barat.

Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Penerapan gaya kepemimpinan

yang dominan digunakan lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan

adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif. Pada

kegiatan tertentu, diterapkan pula gaya kepemimpinan delegatif dan gaya

kepemimpinan direktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya

kepemimpinan lurah di Kelurahan Ciparigi adalah karakteristik pemimpin,

karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik

pemimpin dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh

pemimpin, kepribadian pemimpin, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut

pemimpin dalam mengambil keputusan sesuai tugas pokok dan fungsi lurah.

Kedua, karakteristik pegawai meliputi pendidikan, pengalaman bekerja yang

dimiliki pegawai, motivasi kerja pegawai dan tanggung jawab pegawai terhadap

pekerjaannya. Ketiga, situasi yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

penerapan gaya kepemimpinan lurah dalam pengambilan keputusan meliputi

situasi atau keadaan lingkungan kerja serta situasi masalah yang mempengaruhi

pemimpin dalam pengambilan keputusan.

Tingkat kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan Ciparigi secara

keseluruhan cukup tinggi yakni mencapai 75 persen pegawai, sedangkan sisanya

berkinerja sedang. Pada penilaian kinerja tersebut, tidak ada perbedaan antara

penilaian kinerja berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan serta

penilaian warga masyarakat. Pengaruh penerapan gaya kepemimpinan tertentu

lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan, dirasakan pegawai

berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Penerapan gaya kepemimpinan

konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif lurah berpengaruh menghasilkan

kinerja pegawai tinggi. Disamping itu, pada kegiatan-kegiatan tertentu dan pada

pegawai-pegawai dengan karakteristik tertentu penerapan gaya kepemimpinan

direktif dan gaya kepemimpinan delegatif juga mampu menghasilkan kinerja

pegawai tinggi.

Selain itu, Hafizhoh (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan gaya

kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok pada kelompok tani Mekarsari,

Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian

ini adalah mendeskripsikan gaya kepemimpinan ketua, mengidentifikasi faktor-

faktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis efektivitas

kelompok, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan

efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.

Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-

masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

10

inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang diolah

menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 16.0.

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor

individu pemimpin dengan gaya kepemimpinan. Faktor individu pemimpin lebih

berhubungan dengan penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif pada

Ketua Kelompok Tani Mekarsari. Selain itu juga diketahui terdapat hubungan

antara faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok. Struktur

kelompok memiliki hubungan yang sangat nyata dengan gaya kepemimpinan

direktif, suportif, dan partisipatif. Selain struktur kelompok, tujuan kelompok

memiliki hubungan yang nyata dengan gaya kepemimpinan partisipatif.

Sedangkan umur dari anggota kelompok tani berhubungan nyata dengan gaya

kepemimpinan suportif dan partisipatif. Pada penelitian ini juga dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan

tercapainya efektivitas kelompok. Gaya kepemimpinan suportif memiliki

hubungan yang sangat nyata dengan wawasan keanggotaan, keberhasilan anggota,

dan moral kelompok, dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.

Studi Empiris terkait Kinerja Kelompok

Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja

organisasi Kelompok Usaha Tanaman Hias Akuarium (KUTHA) “bunga air” di

Desa Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan antara lain yaitu (1)

Mengidentifikasi karakteristik anggota yang berpengaruh terhadap perkembangan

KUTHA ”Bunga Air”, dan (2) Manganalisis persepsi anggota terhadap kinerja

organisasi KUTHA ”Bunga Air” dalam melaksanakan aspek – aspek kemampuan

kelompok. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction

Index (CSI). Berdasarkan metode analisis tersebut diharapkan mampu melihat

secara objektif kinerja yang dilakukan oleh pengurus organisasi KUTHA ”Bunga

Air”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anggota KUTHA

„BungaAir‟ menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan utama,

jumlah luas lahan, serta kepemilikannya, memberikan gambaran menyeluruh

tentang karakteristik invididu anggota. Tingkat pendidikan menjadi faktor yang

mempengaruhi perkembangan kelompok. Latar belakang pendidikan yang masih

rendah dari anggota menyulitkan pengurus dalam memberikan informasi dan

petunjuk - petunjuk lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok.

Sehingga tidak jarang menimbulkan rasa memiliki keanggotaan yang rendah dari

anggota terhadap kegiatan kelompok khususnya yang bersifat administratif.

Persepsi anggota KUTHA ”Bunga Air” terhadap pelaksanaan aspek–aspek

kemampuan kelompok berdasarkan analisis IPA menunjukan bahwa atribut yang

perlu ditingkatkan adalah kemampuan meregenerasi kepengurusan organisasi,

transparansi pelaporan keuangan kelompok, dan adanya peningkatan jumlah

anggota setiap tahun. Sedangkan aribut yang perlu dipertahankan adalah

kemampuan dalam membina hubungan dengan pihak lain, kemampuan dalam

memberikan ORDER bagi anggota, ketepatan dalam memberikan kredit, daya

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

11

serap dan pemamfaatan informasi pasar, dan kemampuan dalam meningkatkan

produktivitas usaha tanaman hias akuarium.

Secara keseluruhan anggota merasa cukup puas terhadap pelaksanaan aspek-

aspek kemampuan kelompok yang dilakukan oleh pengurus organisasi pada

selang kepuasan 56 persen. Meskipun demikian nilai tersebut masih belum

maksimal untuk ukuran kepuasan anggota sehingga pengurus organisasi KUTHA

“Bunga Air” harus terus meningkatkan kinerjanya agar kepuasan anggota

terhadap atribut aspek kemampuan kelompok mendekati 100 persen atau pada

taraf sangat puas.

Hasil studi penelitian terdahulu mengenai gaya kepemimpinana dan kinerja

kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian

Studi empiris terkait gaya kepemimpinan

No Penulis Judul Alat analisis

1 Yunasaf

(2005)

Kepemimpinan ketua kelompok dan

hubungannya dengan keefektifan

kelompok di kelompok tani ternak

sapi perah wilayah kerja koperasi

serba usaha Tandangsari Sumedang

(1) Metode survey

(2) Uji korelasi Rank

Sperman(SPSS)

2 Randhita

(2009)

Pengaruh gaya kepemimpinana

terhadap kinerja pegawi dalam

organisasi pemerintahan kelurahan di

Kelurahan Ciparigi, Kecamatan

Bogor Utara, Kota Bogor

(1) Metode Suvey

(2) Pendekatan

kualitatif

3 Hafizhoh

(2011)

Hubungan gaya kepemimpinan

terhadap efektivitas kelompok di

kelompok tani Mekarsari, Desa

Purwasai, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor

(1) Analisis deskriptif

(2) Uji korelasi Rank

Sperman (SPSS)

Studi empiris terkait kinerja kelompok

1 Negara

(2008)

Analisis persepsi anggota terhadap

kinerja organisasi Kelompok Usaha

Tanaman Hias Akuarium (KUTHA)

“Bunga Air” di Desa Ciawi

Kabupaten Bogor

(1) Analisis deskriptif

(2) IPA (Importance

Performance

Analysis)

(3) CSI (Costumer

Satisfaction

Index)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dipisahkan, karena setiap

pemimpin dengan sendirinya pula (baik sadar maupun tidak sadar) membawa

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

12

kepemimpinan itu sendiri dalam tindakan kesehariannya. Pemimpin mengacu

pada orangnya (individunya), sedangkan pengertian kepemimpinan mengacu

kepada kemampuan individu tersebut. Suatu usaha yang dilakukan seorang

pemimpin, tidak lah efektif jika tidak diikuti dengan kepemimpinan tersebut

(Yusuf 1989).

Menurut Griffin (2003) dalam Fahmi (2012) pemimpin adalah individu

yang mampu mempengaruhi prilaku orang lain tanpa harus mengandalkan

kekerasan dan merupakan individu yang diterima oleh orang lain sebagai

pemimpin.

Pemimipin di suatu organisasi, baik yang bersifat profit oriented maupun

non profit oriented memiliki posisi dominan dalam menentukan maju mundurnya

suatu kelompok atau perusahaan yang dipimpinnya. Kinerja yang dihasilkan oleh

suatu organisasi ataupun kelompok merupakan gambaran kepemilikan hasil yang

diberikan oleh pemimpin yang mengolah organisasi atau kelompok tersebut.

Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam

mendukung pengambilan keputusan (Fahmi 2012).

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang

berbeda. Fahmi (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu ilmu

yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,

mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan

perintah yang direncanakan. Robbins (2003) dalam Fahmi (2012) menyatakan

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok

kearah tercapainya suatu tujuan. Selain itu, menurut Daft (2003) dalam Fahmi

(2012) kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang

mengarah kepada pencapaian tujuan.

Tannenbaum et al.(1961) dalam Yukl (1994) menyatakan kepemimpinan

adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta

diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan

tertentu. Menurut Yukl (1994) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya

dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola

interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta

persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh seorang pemimpin.

Wiriadihardja (1987) memaparkan beberapa esensi kepemimpinan, yaitu:

1) Kemampuan mempengaruhi tata laku orang lain, apakah dia pegawai

bawahan, rekan sekerja, atau atasan;

2) Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan,

sugesti, perintah atau bentuk lainnya;

3) Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Ukuran yang biasanya digunakan mengenai efektivitas pemimpin adalah

sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut melaksanakan tugas secara

berhasil dan mencapai tujuan-tujuannya. Didalam beberapa hal, ukuran-ukuran

objektif tentang kinerja atau pencapaian tujuan sudah tersedia, seperti misalnya

laba, margin laba, peningkatan penjualan, pangsa pasar, biaya per unit dari yang

dihasilkan, biaya dengan hubungannya dengan pengeluaran-pengeluaran yang

dianggarkan, dan sebagainya (Yukl 1994).

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

13

Sifat, Watak, Perangai Kepemimpinan

Yukl (1994) menyatakan bahwa salah satu pendekatan paling dini dalam

mempelajari kepemimpinan adalah pendekatan mengenai ciri trait. Dengan

asumsi bahwa beberapa orang mempunyai ciri-ciri dan keterampilan-keterampilan

teretentu yang membuat mereka mencari dan memperoleh kedudukan

kepemimpinan dan akan efektif dalam posisi tersebut. Ciri trait menunjukkan

kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek-aspek kepribadian,

temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai.

Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau

karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi

karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin

(Ivancevich et al. 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelususri

melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang

dimiliki oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan

yang efektif.

Wiriadihardja (1987) menjabarkan beberapa sifat, watak dan perangai

kepemimpinan sebagai berikut:

1) Toleransi

Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide

dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi,

bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan

atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan.

2) Keuletan

Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan

kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri. Berusaha demi

kemajuan, dengan memberi informasi dan keahliannnya. Kedudukannya

sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.

3) Rasa Kesungguhan

Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang

memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa

depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh

usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar

serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih

secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.

4) Tenang

Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifat yang tidak

menonjolkan kekakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala

ketidaktertiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai

yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.

Kesetabilan emosi serta tidak mudah terprovokasi.

5) Terarah

Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa,

kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama

baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Serta peduli

terhadap keadaan anggota.

6) Tanggap dan Terampil

Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat

menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara tepat. Cepat

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

14

menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang

tepat.

7) Cakap dan Luwes

Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu

pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk

menyukseskan tanggung jawabnya. Mampu mengubah perhatian dari

permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh

perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui

pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta

memilih para pembantunya yang cakap.

Dengan menganalisis dan mengidentifikasi karakter pemimpin tersebut

tersebut akan diperoleh berbagai karakter yang dominan yang dimiliki seorang

ketua kelompok. Selain itu, juga diperoleh karakter-karakter yang dapat

mengarahkan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua kelompok, sehingga

karakter pemimpin pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinan ketua.

Gaya Kepemimpinan

Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya

disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels dan Weaver 2003, dalam Hafizhoh

2011). Selanjutnya, Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang

pemimpin dalam kelompoknya terhadap para anggota, bisa menentukan bentuk

gaya kepemimpinan yang dominan yang dipegangnya, sesuai dengan penggunaan

sumber kekuasaan yang dipilihnya (seorang pemimpin).

Yusuf (1989) menyatakan bahwa para ahli yang berkecimpung dalam

psikologi sosial, seperti Lewin, Lippit dan White menentukan ada tiga gaya

kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin dan kaitannya

dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta produktivitas. Ketiga

gaya tersebut sebagaian sudah umum diketahui, antara lain:

1) Gaya kepemimpinan Demokratis

Secara singkat, bahwa otoritas ada di tangan kelompok secara keseluruhan.

Pemimpin berpendapat bahwa para anggota mampu mengarahkan diri

sendiri dan berusaha menyajikan kepada para anggotanya suatu kesempatan

untuk tumbuh, dan mengaktualisasikan diri.

2) Gaya Kepemimpinan Otoriter

Dalam gaya kepemimpinan ini kekuasaan terpusat pada satu orang, yaitu

sang pemimpin. Mengekploitir ketergantungan pengikutnya dengan cara

menentukan kebijakan kelompok tanpa melalui konsultasi terlebih dahulu

kepada para anggota kelompoknya, mengkritik anggota kelompok secara

subyektif dan lain sebagainya.

3) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Berlainan dengan gaya otoriter dan demokratis, gaya kepemimpinan ini

memberi kebebasan penuh dengan cara mengabaikan, dan menghindari

tanggung jawab dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya (anggota

kelompok). Selain non partisipatif dan sikap acuh tak acuh, pemimpin juga

hanya menyediakan materi dan informasi apabila diminta, serta jarang

memberikan pujian ataupun kritikan kepada setiap anggotanya.

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

15

Yukl (1994) menyatakan bahwa dampak kepemimpinan bervariasi dari

situasi kesituasi. Efektivitas kepemimpinan dalam hubungannya dengan variable-

variabel dapat di jelaskan dengan teori kontingensi. Teori kontingensi tentang

kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader substitute, model multiple-

linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive resources.

Dari beberapa teori diatas efektivitas kepemimpinan yang berhubungan

dengan variabel-variabel serta kepuasan dan kinerja bawahan yang dipengaruhi

oleh prilaku seorang pemimpin, dapat dikaji dari teori path goal (jalan - tujuan).

Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974) dalam Yukl

(1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, antara lain:

1) Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif)

Memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka,

memberi pedoman spesifik, meminta kepada bawahan untuk mengikuti

peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur, mengatur waktu, dan

mengkoordinasi pekerjaan mereka. Dalam hal ini pimpinan berfungsi

sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga pimpinan kurang

berpartisipasi penuh. Directive leadership sama dengan gaya otoriter.

2) Supportive Leadership (kepemimpinan yang mendukung)

Memberi perhatian kepada kebutuhan para bawahan, memperlihatkan

perhatian kesejahetraan bawahan, serta menciptakan suasana yang

bersahabat dalam unit kerja mereka. Dalam hal ini, pimpinan memiliki sifat

ramah, mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran

kemanusiaan yang tinggi kepada anggota kelompoknya.

3) Participative Leadership (kepemimpinan partisipatif)

Berkonsultasi dengan para bawahan dan memperhitungkan opini serta saran

mereka. Dalam hal ini, pimpinan tidak hanya meminta dan menggunakan

saran-saran anggota, tetapi juga membuat keputusan dalam rangka

pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok. Gaya kepemimpinan

partisipatif ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang rendah

pengarahan namun tinggi dukungan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah

dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Dalam penggunaan

gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan

masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan

peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.

4) Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi kepada

keberhasilan)

Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam

kinerja, menekankan keunggulan dalam kierja, dan memperlihatkan

kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar yang tinggi.

Dalam hal ini, pimpinan menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan

kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada

anggota bahwa anggota dapat mencapai tujuan tersebut.

Keempat gaya kepemimpinan diatas dianalisis dan diidentifikasi untuk

mendapatkan gaya kepemimpinan yang dominan yang dimiliki ketua kelompok.

Gaya ketua kelompok tersebut dapat mengarahkan kinerja kelompok. Oleh karena

itu, perlu analisis mendalam untuk mengetahui gaya-gaya kepemimpinana mana

saja yang dapat mengarahkan variabel kinerja kelompok tani.

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

16

Definisi Kelompok

Konsep kelompok menurut Ivancevich et al. (2007) adalah dua atau lebih

individu yang saling berinteraksi untuk mencapai sebuah sasaran bersama.

Selanjutnya, Robbins (2002) mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih

individu, yang berinteraksi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain,

yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Kelompok tidak sekedar terbentuk oleh adanya gerombolan orang banyak.

Kelompok memiliki suatu struktur yang membentuk perilaku dari anggotanya.

Kelompok itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan

kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan

ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok didapati

aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang timbal balik (Kartono 2006).

Cartwright dan Zander (1968) dalam Negara (2008) mengemukakan sepuluh

ciri kelompok, yaitu:

1) Kelompok ditandai oleh adanya interaksi.

2) Adanya pembatasan tertentu sebagai anggota.

3) Menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok.

4) Berpartisifasi sesuai dengan kedudukannya terhadap objek model ideal yang

sesuai dengan super egonya.

5) Adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma

dan ketentuan kelompok lainnya.

6) Adanya norma sesuai dengan kepentingan umum.

7) Harus ada identifikasi terhadap objek modelnya.

8) Mempunyai sifat saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok

dalam mencapai tujuan bersama.

9) Mempunyai persepsi kolektif yang sama tentang segala sesuatu hal

sepanjang menyangkut kelangsungan hidup kelompok, dan

10) Adanya kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan

kelompok.

Pengertian kelompok juga dikemukakan oleh Mardikanto (1993), bahwa

kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih

individu (manusia) yang memiliki ciri – ciri : (1) memiliki ikatan yang nyata, (2)

memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya, (3) memiliki struktur dan

pembagian tugas yang jelas, (4) memiliki kaidah atau norma tertentu yang

disepakati bersama, dan (5) memiliki keinginan dan tujuan bersama.

Jika tarik suatu garis tegas untuk menetapkan karakteristik kelompok yang

seperti yang diajukan oleh Reitz (1977) dalam Yusuf (1989), seperti:

1) Suatu kelompok terdiri atas dua orang atau lebih

2) Yang berinteraksi satu sama lainnya.

3) Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama

4) Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

Kelompok sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sikap atau

karakteristik seorang ketua kelompok. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis

mendalam mengenai faktor kelompok seperti diantaranya tujuan kelompok dan

struktur kelompok. Dengan demikian, dapat diperoleh faktor-faktor kelompok

yang lebih dominan dalam mengarahkan gaya kepemimpinan seorang ketua

kelompok.

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

17

Definisi Kelompok Tani

Secara konsepsional kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok, atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani (Soebiyanto 1998, dalam Negara 2008).

Menurut Peraturan Menteri Pertanian NO: 273/Kpts/OT.160/4/2007,

Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber

daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang

ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”.

Pembentukan kelompok tani - nelayan bersifat fleksibel, anggota kelompok

dapat sehamparan (terutama supra insus), dapat sesuai domisili dan dapat pula

berdasar komoditi dengan jumlah kelompok berkisar antara 10 sampai 20 orang

(Abbas 1995, dalam Negara 2008).

Peran Kelompok Tani

Kelompok tani mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan

ekonomi berbasiskan pertanian. Menurut Peraturan Menteri Pertanian NO:

273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani mempunyai peran/fungsi sebagai:

1) Kelas Belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)

serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani

sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta

kehidupan yang lebih sejahtera.

2) Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat

kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok

tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya

akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan,

3) Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota

kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan

usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik

dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Indikator Kinerja Kelompok Tani

Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh suatu

organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil kepemimpinan yang

diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau kelompok tersebut.

Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam

mendukung pengambilan keputusan. Di samping itu, Bastian (2001) dalam Fahmi

(2012) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis

(strategic palning) suatu organisasi.

Fahmi (2012) juga menyatakan bahwa salah satu tugas seorang pemimpin di

organisasi adalah memberikan peningkatan pada manajemen kinerja organisasi

yang besangkutan. Selain itu, Nasucha (2004) dalam Fahmi (2012)

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

18

mengemukakan bahwa kinerja organisasi merupakan efektifitas organisasi secara

menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok

yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan

kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara

efektif.

Indikator penilaian kinerja kelompok tani didasarkan pada SK Mentan No.

41/Kpts/OT. 210/1992 dalam Wahyuni (2003) yang indikatornya:

1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas

usahatani (termasuk pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan

rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya alam secara optimal.

2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.

3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional.

4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok

dengan KUD .

5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta

kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari

usahatani anggota kelompok tani.

Dari keempat variabel kinerja kelompok tani diatas dilakukan analisis untuk

mengetahui tingkatan kinerja kelompok. Tingkatan tersebut nantinya akan

digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kinerja kelompok lebih dominan pada

variabel mana sehingga diperoleh kelebihan dan kekurangan kelompok. Kelebihan

dan kekurangan tersebut dapat digunakan sebagai solusi atas segala kendala dan

masalah yang dihadapi kelompok sehingga kelompok tani dapat memanfaatkan

segala peluang dengan maksimal.

Kerangka Pemikiran Operasional

Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini

adalah mengidentifikasi gaya yang diterapkan ketua, mengidentifikasi faktor-

faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis kinerja

kelompok, serta menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan

kelompok tani ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat.

Untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua

kelompok pada penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-

masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi, persentase, dan rataan skor.

Variabel-variabel gaya kepemimpinana yang dianalisis diantaranya Directive

Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership

(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan

partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi

kepada keberhasilan). Gaya kepemimpinan ketua kelompok juga dapat dilihat dari

analisis statistik deskriptif pada faktor-faktor yang mengarahkan gaya

kepemimpiman ketua. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor

karakteristik individual pemimpin dan faktor kelompok. Faktor karakteristik

individual pemimpin dengan menganalisis variabel-variabel seperti sikap toleransi

seorang pemimpin, keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

19

tanggap dan terampil serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor

kelompok dengan menganalisis seperti diantaranya tujuan kelompok dan struktur

kelompok. Selain itu, kinerja kelompok tani juga dianalisis dengan menggunakan

metode statistik deskriptif dengan variabel seperti Kemampuan merencanakan

kegiatan, Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,

Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional,

Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,

Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja

sama kelompok.

Tahapan analisis selanjutnya adalah analisis dengan uji korelasi Rank

Spearman menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 19,0.

Uji korelasi ini untuk mengetahui variabel faktor karakteristik individual dan

variabel faktor kelompok yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok

serta gaya kepemimpinan yang mengarahkan kinerja kelompok tani. Untuk lebih

memperjelas penjabaran mengenai kerangka pemikiran operasional dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka pemikiran operasioanal

Faktor kelompok:

1. Tujuan kelompok

2. Struktur kelompok

Gaya kepemimpinan:

1. Direktif

2. Suportif

3. Partisipatif

4. Achievement-oriented

Indikator kinerja kelompok tani:

1. Kemampuan merencanakan kegiatan,

2. Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian

dengan pihak lain,

3. Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya

secara rasional,

4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga

dengan KUD,

5. Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan

informasi serta kerja sama kelompok.

Faktor individual pemimpin:

1. Toleransi

2. Keuletan

3. Rasa kesungguhan

4. Tenang

5. Terarah

6. Tanggap dan terampil

7. Cakap dan luwes

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

20

Hipotesis

Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan

hipotesis pengarah sebagai berikut:

1) Diduga gaya kepemimpinan tertentu dominan terjadi di kelompok tani

ternak Karya Sejahtera

2) Diduga faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan gaya kepemimpinan

seorang ketua adalah faktor individual pemimpin dan faktor kelompok

3) Diduga terdapat keragaman kinerja kelompok tani pada kelompok tani

ternak Karya Sejahtera.

4) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara gaya kepemimpinan dengan

kinerja kelompok tani.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dengan responden peternak sapi

perah anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Pemilihan lokasi ini

dilakukan secara sengaja (purposive) karena Kabupaten Bandung Barat

merupakan salah satu sentra pertanian dan peternakan di Jawa Barat. Pemilihan

Kecamatan Parongpong juga dilakukan secara sengaja (purposive) karena potensi

komoditas agribisnis sangat menjanjikan seperti bunga potong dan peternakan

khususnya sapi perah. Potensi agribisnis ini perlu dikembangkan dengan baik.

Untuk mengembangkan potensi agribisnis tersebut diperlukan kelembagaan

pertanian seperti kelompok tani. Kelompok tani ternak Karya Sejahtera masuk

dalam kategori lanjut. Produksi susu sapi di kelompok tani ternak Karya

Sejahtera cukup besar serta menjanjikan. Kelompok tani ternak tersebut juga

memiliki berbagai prestasi khususnya di bidang peternakan, seperti juara kontes

ternak se-Jawa Barat.

Dengan demikian, kelompok tani ternak Karya Sejahtera merupakan

kelembagaan pertanian yang dapat dijadikan contoh untuk melakukan analisis

hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani. Pembuatan proposal

dilakukan selang sebulan antara Februari sampai Maret sedangkan penelitian

lapang dilakukan selama satu bulan (April sampai Mei 2012) untuk pengumpulan

dan analisis data.

Metode Penentuan Sampel

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah individu, yaitu

anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Populasi dalam penelitian ini

adalah kelompok tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat. Pemilihan sampel secara purposive (ditentukan). Teknik yang

digunakan untuk mengambil sampel adalah Non-Probability Sampling. Jumlah

sampel yang diambil sebesar 33 responden yang merupakan peternak sapi perah

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

21

anggota kelompok tani Karya Sejahtera. Pemilihan responden dalam penelitian ini

berdasarkan pertimbangan bahwa responden adalah peternak yang masih aktif dan

merupakan anggota dari kelompok tani ternak Karya Sejahtera.

Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengambilan data di lapangan yaitu

wawancara langsung dengan peternak sapi perah anggota kelompok tani ternak

Karya Sejahtera di lokasi masing-masing dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah disediakan.

Data skunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan

dengan topik penelitian dan data administrasi dari kelompok tani ternak Karya

Sejahtera, serta data dari buku Laporan Profil Desa Kryawangi. Selain itu, data

sekunder juga diperoleh dari literature-literatur yang terdapat di perpustakaan

maupun tempat lain berupa penelitian terdahulu mengenai kajian kepemimpinan,

gaya kepemimpinan, kinerja kelompok tani serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Media elektronik (internet) juga digunakan untuk memperoleh

data sekunder berupa data yang mendukung penelitian yang terdapat di dinas

pemerintahan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, daftar

pertanyaan, penyimpanan data elektronik, dan alat pencatat. Untuk memastikan

bahwa kuesioner dapat dipercaya dan valid maka dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas.

Effendi dan Singarimbun (2006), dalam Hafizhoh (2011) menyatakan

bahwa validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur mengukur sesuatu yang

ingin diukur. Validitas instrument penelitian ini diusahakan dengan cara: (1)

mengacu pada apa yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu; (2)

mengacu teori atau konsep dankenyataan yang telah dikemukakan ahli pada

kepustakaan empiris; (3) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden;

(4) konsultasi kepadapara ahli, khususnya pembimbing penelitian. Dengan

demikian dipandang dari validitas logik, isi, dan pendapat ahli, instrumen yang

digunakan mempunyai validitas yang dapat dipercaya. Sedangkan, reliabilitas

kuesioner adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat

dipercaya atau dapat diandalkan.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 30

responden sebagai pengujian awal dengan program SPSS for Windows versi 19.0.

Jumlah pertanyaan awal dari masing-masing aspek faktor individual pemimpin,

faktor kelompok, gaya kepemimpinan dan kinerja kelompok tani adalah 61

pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka jumlah

pertanyaan berjumlah 45 pertanyaan dengan masing variabel terdiri dari 1 sampai

5 pertanyaan. Hasil uji validitas menunjukkan nilai korelasi lebih besar dari 0.300

(Lampian 5). Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas menunjukkan Cronbach's

Alpha lebih besar dari 0.600 (Lampiran 6). Hal ini berarti semua pertanyaan yang

diujikan sudah valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Setelah

melalui tahap uji validitas dan reliabilitas, kuesioner disebar kepada responden

lainnya.

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

22

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian mengenai Analisis Hubungan

Gaya Kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani ternak Karya Sejahtera ini

dilakukan melalui beberapa tahap. Beberapa hal yang dilakukan untuk

mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

terdiri dari empat bagian. Empat bagian tersebut adalah faktor individual

pemimpin, faktor kelompok, dan gaya kepemimpinan serta kinerja

kelompok. Pada kuesioner bagian faktor karakteristik individual pemimpin

dibagi lagi menjadi tujuh bagian yang terdiri dari: (1) toleransi dengan satu

pertanyaan, (2) keuletan dengan tiga pernyataan, (3) rasa kesungguhan

dengan dua pernyataan, (4) tenang dengan tiga pertanyaan, (5) terarah

dengan tiga pertanyaan, (6) tanggap dan terampil dengan satu pertanyaan,

(7) cakap dan luwes dengan satu pertanyaan. Pada kuesioner bagian faktor

kelompok dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari: (1) tujuan kelompok

dengan lima pertanyaan, (2) struktur kelompok dengan empat pertanyaan.

Pada kuesioner gaya kepemimpinan dibagi menjadi empat bagian yang

terdiri dari: (1) gaya kepemimpinan direktif dengan tiga pertanyaan, (2)

gaya kepemimpinan suportif dengan lima pertanyaan, (3) gaya

kepemimpinan partisipatif dengan empat pertanyaan, (4) gaya

kepemimpinan achievement-oriented dengan dua pertanyaa. Selain itu, pada

kuesioner kinerja kelompok tani terdiri dari lima pertanyaan. Kuesioner

tersebut digunakan untuk mengetahui faktor karakteristik individual

pemimpin, faktor kelompok dan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok

serta kinerja kelompok tani.

2) Wawancara mendalam

Wawancara mendalam dilakukan berdasarkan panduan pertanyaan yang

telah disiapkan. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui kepemimpinan

dari ketua kelompok tani. Informan yang menjadi sasaran wawancara

mendalam yaitu ketua kelompok tani, penyuluh pertanian, dan semua

anggota kelompok tani Karya sejahtera.

3) Data sekunder

Data sekunder didapatkan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan lokasi

penelitian seperti data demografi Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,

Kabupaten Bandung Barat dan data kelompok yang didapatkan dari BP3K

di Kecamatan Parongpong. Data tersebut digunakan untuk menjadi acuan

dalam penelitian.

4) Observasi langsung kegiatan kelompok

Dengan mengikuti dan mengamati kegiatan kelompok tani ternak Karya

Sejahtera didapatkan data yang berfungsi melengkapi data primer, sekunder,

dan wawancara mendalam.

Dalam metode pengumpulan data, dibutuhkan data-data lengkap dan

persiapan yang baik untuk melengkapi kuesioner, wawancara mendalam, data

skuder serta observasi langsung kegiatan kelompok.

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

23

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.

Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-

masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi, persentase, dan rataan skor.

Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang

diolah menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 19.0.

Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari pengolahan data mengenai

tingkat rataan skor faktor Individual pemimpin, faktor kelompok, gaya

kepemimpinan ketua kelompok, dan kinerja kelompok tani. Selanjutnya,

pengolahan data melalui uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui faktor-

faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok dan hubungan

gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan kinerja kelompok tani ternak Karya

Sejahtera.

Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara

kedua variabel yang ada (variabel independen dan variabel dependen), yaitu

menguji hubungan faktor individual pemimpin (skala ordinal), faktor kelompok

(skala ordinal) dengan gaya kepemimpinan (skala ordinal), dan hubungan antara

gaya kepemimpinan (skala ordinal) dengan kinerja kelompok tani (skala ordinal).

Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) mengukur kedekatan hubungan antara dua

peubah nominal (Mulyono 1991, dalam Karim 2012). Untuk menganalisis

hubungan tersebut digunakan rumus berikut:

Keterangan : rs = Nilai korelasi Rank Spearman

di2

= Selisih setiap pasangan rank.

n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5<n<30)

Koefisien korelasi merupakan pengukuran tentang derajat keeratan

hubungan antara dua peubah, X dan Y, dan derajat keeratan tersebut tergantung

pada variasi yang bersifat simultan dari peubah X dan Y. Tingkat keeratan

hubungan dilihat berdasarkan koefisien korelasi yang menurut Gulford (2005)

dalam Hafizhoh (2011) sebagai berikut:

1) Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali; lemas sekali

2) 0,20 - <0,40 hubungan rendah tetapi pasti

3) 0,40 - <0,70 hubungan yang cukup berarti

4) 0,70 - <0,90 hubungan yang tinggi; kuat

5) ≥0,90hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan

Definisi Operasional

Faktor individual pemimpin berdasarkan sifat dapat diartikan sebagai hal

atau keadaan yang melekat pada pribadi pemimpin secara fisiologi. Faktor

individual dari seorang pemimpin dapat dilihat dari sifat, watak, dan perilaku

kepemimpinan. Sifat, watak, dan perilaku kepemimpinan dapat ditentukan melalui

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

24

tujuh elemen yaitu tingkat ketoleransian, tingkat keuletan, tingkat rasa

kesungguhan, tingkat ketenangan, tingkat keterarah, tingkat ketanggapan dan

keterampilan, kemudian tingkat kecakapan dan keluwesan. Oleh karena itu, faktor

karakteristik individual pemimpin dapat diukur dengan mengetahui jumlah skor

dari ketujuh indikator tersebut, sedangkan pengukuran dirumuskan dalam bentuk

pernyataan yang mengacu “skala berjenjang” atau skala ordinal dengan memberi

empat alternatif jawaban dengan skala 1 sampai 4. Alternatif jawaban yang

disediakan terdiri dari empat, yaitu sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,

kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Elemen-elemen tersebut

akan di jelaskan sebagai berikut:

1) Toleransi adalah sikap terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan

asumsi bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung-jawab dan dapat

menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang

dimajukan serta mau menerima perbedaan pendapat. Ketoleransian diukur

kemauan ketua menerima perbedaan. Terdiri dari satu pertanyaan dengan

empat alternatif jawaban, maka nilai sikap toleransi berkisar antara 1 sampai

4.

2) Keuletan adalah sikap kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai

dirinya sendiri. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba

ingin tahu demi kemajuan kelompok. Keuletan diukur berdasarkan usaha

memajukan kelompok, memberikan informasi, dan menggunakan

keahliannya dalam memajukan kelompok. Terdiri dari tiga pertanyaan

dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap keuletan berkisar antara 3

sampai 12.

3) Rasa kesungguhan adalah sikap keteguhan untuk berpegang pada tugas,

belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan

melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.

Rasa kesungguhan diukur berdasarkan ketua menjadi pemimpin yang baik,

dan minat pada posisinya sebagai pemimpin. Terdiri dari dua pertanyaan

dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap rasa kesungguhan

berkisar antara 2 sampai 8.

4) Tenang adalah sikap kemampuan mengendalikan emosi pada situasi tertentu,

terutama situasi kritis seperti bila diperolok-olokkan. Pemimpin bisa juga

marah akan tetapi dengan cara yang dapat dikendalikan. Hambatan dan

tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus

diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya. Tenang diukur

berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi, tidak mudah terprovokasi,

dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Terdiri dari tiga

pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap tenang

berkisar antara 3 sampai 12.

5) Terarah adalah sikap cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya.

Mempunyai wibawa, kesetiaan dan dukungan kerjasama dari bawahannya.

Mempunyai reputasi sebagai pemimpin tangguh, teguh pendirian tetapi adil.

Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif.

Terarah diukur berdasarkan kemampuan mengarahkan anggota, dukungan

dan kerjasama dari bawahan dalam menyusun kinerja kelompok, dan peduli

terhadap kesejahteraan anggota. Terdiri dari tiga pertanyaan dengan empat

alternatif jawaban, maka nilai sikap terarah berkisar antara 3 sampai 12.

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

25

6) Tanggap dan terampilan adalah cepat dalam memahami, mengikuti dan

merespon instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi dan

lingkungan baru secara tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi serta

berdasarkan itu membuat putusan yang tepat. Tanggap dan terampil diukur

berdasarkan sikap tanggap situasi dan merespon permasalahan. Terdiri dari

satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai sikap tanggap

dan terampil berkisar antara 1 sampai 4.

7) Cakap dan luwes adalah sikap kemampuan teknis dan adaptasi terhadap

berbagai perkembangan. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan

yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian

manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung-

jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para

pembantunya yang cakap. Cakap dan luwes diukur berdasarkan kemampuan

mensukseskan tanggung jawab. Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat

alternatif jawaban, maka nilai sikap cakap dan luwes berkisar antara 1

sampai 4.

Faktor kelompok adalah keadaan yang melekat pada kelompok. Faktor kelompok

terdiri dari, tujuan kelompok dan struktur kelompok. Diukur dengan skala ordinal

dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,

kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Faktor kelompok dijabarkan

sebagai berikut:

1) Tujuan kelompok adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan

kelompok diukur berdasarkan pemahaman anggota terhadap tujuan

kelompok, tercerminnya tujuan individu anggota pada tujuan kelompok,

tujuan kelompok yang baik sesuai dengan harapan anggota, persetujuan

anggota terhadap tujuan kelompok dan dibutuhkan partisipasi anggota, dan

pelaksanaan tujuan sesuai dengan keadaan petani saat ini. Terdiri dari lima

pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai tujuan kelompok

berkisar antara 5 sampai 20.

2) Struktur kelompok adalah pengetahuan anggota tentang susunan pengurus,

kelengkapan susunan kelompok yang meliputi para pengurus, pengetahuan

pengurus akan tugasnya masing-masing, pengurus telah melaksanakan

tugasnya dengan baik. Terdiri dari empat pertanyaan dengan empat

alternatif jawaban, maka nilai struktur kelompok berkisar antara 4 sampai

16.

Terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan

achievement-oriented. Empat gaya kepemimpinan diukur dengan skala ordinal

dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,

kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Masing-masing gaya

kepemimpinan dengan indikator sebagai berikut:

1) Direktif diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam pembuatan

keputusan tanpa melibatkan anggota, pengarahan tugas dan kontrol terhadap

pengerjaan tugas, serta mengawasi dengan ketat kinerja anggota. Terdiri

dari tiga pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai direktif

berkisar antara 3 sampai 12.

2) Suportif diukur berdasarkan cara pemimpin memperlakukan secara adil

anggota, tidak membeda-bedakan status ekonomi anggota, sikap ramah

terhadap anggota, bertanya dan member bantuan terhadap kebutuhan

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

26

anggota. Terdiri dari lima pertanyaan dengan empat alternatif jawaban,

maka nilai suportif berkisar antara 5 sampai 20.

3) Partisipatif diukur berdasarkan pemberian kesempatan dari pemimpin

kepada anggota untuk membuat keputusan, pelaksanaan diskusi dengan

anggota dan penerimaan ide/saran, pemberian motivasi kepada anggota, cara

memperlakukan anggota dan menghargai anggota. Terdiri dari empat

pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai partisipatif berkisar

antara 4 sampai 16.

4) Achievement-Oriented diukur dari memepercayakan tugas/pekerjaan

sepenuhnya pada anggota, kurang tegas dalam membuat keputusan. Terdiri

dari dua pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka nilai

Achievement-Oriented berkisar antara 2 sampai 8.

Kinerja kelompok tani adalah tercapainya tujuan kelompok serta bagaimana

kelompok tersebut menjalankan perannya dengan baik yaitu sebagai wadah petani

agar kesejahteraannya semakin baik. Kinerja kelompok tani diukur menggunakan

skala ordinal dengan rentan nilai 1 sampai 4 : sangat setuju diberi skor 4, setuju

diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1. Penjabaran

variabelnya sebagai berikut:

1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas

usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) dengan menerapkan

rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya alam secara optimal.

Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka

nilainya berkisar antara 1 sampai 4.

2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.

Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka

nilainya berkisar antara 1 sampai 4.

3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional.

Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban, maka

nilainya berkisar antara 1 sampai 4.

4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok

dengan KUD. Terdiri dari satu pertanyaan dengan empat alternatif jawaban,

maka nilainya berkisar antara 1 sampai 4.

5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta

kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari

usahatani anggota kelompok tani. Terdiri dari satu pertanyaan dengan

empat alternatif jawaban, maka nilainya berkisar antara 1 sampai 4.

Selain keempat aspek diatas (faktor individual pemimpin, faktor kelompok, gaya

kepemimpinan serta kinerja kelompok) perlu juga menganalisis karakteristik

peternak responden. Karakteristik peternak responden adalah ciri-ciri khusus yang

dimiliki oleh anggota kelompok. Untuk keperluan pengolahan dan anailisis data

maka karakteristik kelompok dijadikan sebagai skala ordinal. Karakteristik

anggota kelompok terdiri dari:

1) Umur peternak anggota adalah lama hidup peternak sejak dilahirkan sampai

saat wawancara dilakukan. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah

skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka

digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut: (1) 18

sampai 28 tahun, (2) 29 sampai 39 tahun, (3) 40 sampai 50 tahun, (4) lebih

dari 51 tahun.

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

27

2) Tingkat pendidikan formal peternak anggota adalah jenjang sekolah formal

tertinggi yang pernah diikuti sampai saat wawancara dilakukan.Untuk

kepentingan pengolahan dan analisis data maka skala ordinal pendidikan

formal dikategorikan sebagai berikut: (1) SD, (2) SMP, (3) SMA, (4)

Perguruan Tinggi

3) Pengalaman berternak anggota adalah jumlah tahun lamanya peternak telah

beternak sapi perah sampai saat wawancara dilakukan. Skala yang

digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan

pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan

pengkategorian sebagai berikut: (1) ≤ 10 tahun, (2) 11 sampai 20 tahun, (3)

21 sampai 30 tahun, (4) ≥ 30 tahun.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Parongpong

Kecamatan Parongpong merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat

memiliki luas wilayah sebesar 3 502.213 ha yang berupa dataran tinggi. Sebagian

besar wilayahnya berupa dataran sampai berombak, berombak sampai berbukit,

dan berbukit sampai bergunung. Untuk lebih mengetahui tentang keadaan

agroklimat Kecamatan Parongpong dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong

Keadaan Agroklimat Nilai

Luas Wilayah (ha):

- Persawahan

- Tanah kering

- Tanah Basah

- Tanah Hutan

- Tanah Perkebunan

- Tanah Fasilitas Umum

- Lain-lain (tanah tandus, tanah pasir, dll)

Ketinggian dpl (m)

Curah hujan (mm/tahun)

Bentuk Wilayah (%) :

- Dataran sampai berombak

- Berombak sampai berbukit

- Berbukit sampai bergunung

Suhu udara (0C)

3 502.213

10.000

2 430.906

6.050

710.924

259 040

22.024

63.269

1 350

1 565

40.00

55.00

5.00

17-24 Sumber : Monografi Kecamatan Parongpong (2008)

Jumlah penduduk pria dan wanita hampir seimbang yaitu sebesar 40 582

orang dan 41 481 orang. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini berusia

produktif, yakni 19 sampai 55 tahun. Mata pencaharian utama di Kecamatan

Parongpong yaitu peternak, pedagang, dan petani. Selain itu, latar belakang

pendidikan penduduk di Kecamatan Parongpong rata-rata adalah lulusan Sekolah

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

28

Dasar (SD). Untuk lebih mengetahui tentang keadaan penduduk Kecamatan

Parongpong dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong

Keadaan penduduk Jumlah (orang) Persentase (%)

Pria

Wanita

40 582

41 481

49.45

50.55

Jumlah 82 063 100

Usia (tahun) :

0-18

19-55

>55

32 283

38 818

10 962

39.34

47.30

13.36

Jumlah 82 063 100

Mata Pencaharian :

- Pertanian

- Pengusaha sedang/besar

- Pengrajin/industri kecil

- Buruh

- Pedagang

- Pengangkutan

- PNS

- ABRI

- PensiunanPEGNEG,ABRI

- Peternak

- Lain-lain

7 648

26

29

5 931

7 917

1 764

2 024

536

482

13 804

128

18.98

0.07

0.07

14.72

19.65

4.38

5.02

1.33

1.20

34.26

0.32

Jumlah 40 289 100

Pendidikan :

- Belum sekolah

- Tidak tamat sekolah

- SD

- SMP

- SMA

- Akademi

- Perguruan tinggi

12 265

2 981

26 345

15 362

12 452

5 391

5 192

15.33

3.72

32.94

19.21

15.57

6.74

6.49

Jumlah 79 988 100 Sumber : Monografi Kecamatan Parongpong (2008)

Desa Karyawangi

Di Kecamatan Parongpong terdapat 7 desa, salah satunya adalah

Karyawangi. Luas wilayah desa ini adalah 1 737.7 Ha, yang merupakan wilayah

terluas di Kecamatan ini. Berbanding terbalik dengan luasnya, penduduknya

paling sedikit yaitu berjumlah 8 446 orang dengan 2 452 kepala keluarga. Luas

daerah Desa Karyawangi secara keseluruhan terdiri dari dari: pemukiman 50.6 ha,

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

29

perkebunan 248 ha, kuburan 1.78 ha, pekarangan 15.5, perkantoran 11.82 ha,

prasarana umum lainnya 50 ha, hutan dan kebun teh 1 370 ha.

Desa Karyawangi memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2 500

Mm. Suhu rata-rata harian di desa ini yaitu 8ºC, dengan kelembaban udara

28%/HGm dan jumlah hujan sebanyak enam bulan. Selain itu, Desa Karyawangi

memiliki ketinggian 150 m di atas permukaan laut. Warna tanah di desa ini

seluruhnya hitam, dengan tekstur tanah debuan, serta memiliki kemiringan tanah

sebesar 30 derajat.

Desa ini berbatasan dengan Desa Cibodas di sebelah utara, dengan Desa

Sariwangi di sebelah selatan, dengan Desa Cigugur Girang di sebelah timur dan

dengan Desa Cihanjuang Rahayu di sebelah barat. Jarak dari desa ke ibu kota

kecamatan adalah 2 km. Jarak dari desa ke ibu kota kabupaten adalah 15 km.

Selain itu, jarak dari desa ke ibu kota provinsi adalah 25 km.

Desa Karyawangi memiliki jumlah penduduk total berdasarkan daftar isian

potensi desa tahun 2010 sebesar 8 446 orang. Data penduduk Desa Karyawangi

pada tahun 2010 berdasarkan komposisi jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan serta kelompok umurnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010

Kelompok umur

(tahun)

Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Jumlah

(orang)

0 - 4 356 340 696

5 – 9 344 332 676

10-14 266 255 521

15-19 306 293 599

20-24 362 350 712

25-29 480 464 944

30-34 385 369 754

35-39 362 346 708

40-44 288 267 555

45-49 268 249 517

50-54 213 197 410

55-59 175 164 339

60-64 157 145 302

65-69 164 148 312

70-74 163 130 293

75 ke atas 57 51 108

Jumlah 4 346 4 100 8 446

Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Karyawangi (2010)

Penduduk di Desa Karyawangi digolongkan berdasarkan pendidikannya

yaitu masyarakat yang belum masuk TK dengan usia 3 sampai 6 tahun sebanyak

324 orang, masyarakat usia 3 sampai 6 tahun yang telah bersekolah TK atau play

group sebanyak 393 orang. Masyarakat usia 7 sampai 18 tahun yang sedang

bersekolah sebanyak 1 314, sedangkan masyarakat yang tamat SD/sederajat

sebanyak 2 349 orang. Masyarakat yang tidak tamat SLTP dengan usia 12 sampai

56 tahun sebanyak 852, sedangkan masyarakat yang tidak tamat SLTA dengan

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

30

usia 18 sampai 56 tahun 995 orang. Masyarakat yang telah tamat SMP/sederajat

berjumlah 1 357 orang, telah tamat SMA/sederajat berjumlah 617 orang, D-1

berjumlah 120 orang, D-2 berjumlah 92 orang, D-3 berjumlah 160 orang, S-1

berjumlah 130 orang, S-2 berjumlah 70 orang, S-3 berjumlah 8 orang.

Mata pencaharian masyarakat pada umumnya sebagai petani sebanyak 2

475 orang, mata pencaharian masyarakat yang lainnya yaitu buruh tani sebanyak 1

001 orang, pegawai negeri sipil sebanyak 280 orang, pedagang keliling sebanyak

25, swasta sebanyak 9 orang, pembantu rumah tangga 49 orang, pensiunan

PNS/TNI/POLRI sebanyak 54 orang, pengusaha kecil dan menengah 15 orang,

dukun kampung terlatih sebanyak 4 orang, dosen swasta 10 orang, seniman/artis

sebanyak 10 orang, karyawan perusahaan swasta 290 orang, karyawan perusahaan

pemerintah 280 orang. Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat Desa

Karyawangi yaitu beragama Islam dengan total 8 125 orang. Agama lainnya yaitu

Kristen, Katholik, Hindu, Budha yang berjumlah sebanyak 321 orang.

Potensi agribisnis yang diusahakan di Desa Karyawangi adalah sektor

pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor industri dan pengolahan.

Subsektor pertanian yang diusahakan di desa ini yaitu tanaman jagung dengan

luas tanam sebesar 10 ha. Selain tanaman jagung terdapat sayur-sayuran dan

bunga potong dengan masing-masing luas lahan 165 ha dan 45 ha. Total jumlah

keluarga di Desa Karyawangi yang memiliki tanah pertanian adalah 992 keluarga.

Untuk sektor perkebunan terdapat perkebunan teh yang mendominasi dengan luas

lahan 230 ha dan pengembangan rumput gajah sebesar 30 ha.

Peternakan merupakan bidang agribisnis yang dominan diusahakan oleh

masyarakat di Desa Karyawangi. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk

Desa Karyawangi yaitu sapi perah dan kambing. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan, ternak yang banyak diusahakan yaitu ternak sapi perah. Pemilik sapi

perah di Desa Karyawangi yaitu sebanyak 574 orang dengan total kepemilikan

sapi perah di desa tersebut sebanyak 8 901 ekor. Total jumlah keluarga di Desa

Karyawangi yang memiliki ternak berjumlah 440 keluarga. Selain usaha

peternakan, terdapat sektor industri pengolahan berupa pakan ternak yang

diusahakan di Desa Karyawangi sebagai penunjang dari sektor peternakan.

Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera

Kelompok “KARYA SEJAHTERA” merupakan kelompok tani ternak yang

dibentuk atas dasar keinginan dan kesepakatan anggota kelompok pada tanggal 10

Maret 2008, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dokumentasi pada saat

penelitian (Lampiran 7). Pada saat kelompok ini dibentuk, hanya beranggotakan

13 orang sebagian besar adalah sanak saudara. Seiring dengan berjalannya waktu

dan kepercayaan peternak disekitar kelompok, pada bulan Juni 2008 mendapat

pengukuhan dari Kepala Desa Karyawangi dan Penyuluh Peternakan Kecamatan

Parongpong sebagai kelompok dengan kelas kemampuan pemula. Tahun 2009

jumlah anggota kelompok bertambah menjadi 20 orang, hal ini menunjukkan

bahwa dengan bergabung ke kelompok sangat besar manfaat yang dirasakan

anggota. Bulan Juni 2010 kembali kelompok kami dikukuhkan oleh Camat

Parongpong dan Penyuluh Peternakan Kecamatan Parongpong sebagai kelompok

dengan kelas kemampuan lanjut dengan jumlah anggota ada penambahan

menjadi 24 orang dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor. Pada tahun 2011, ada

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

31

penambahan anggota kelompok sebanyak 5 orang, sehingga jumlah anggota

kelompok menjadi 29 orang. Pada pengamatan terakhir tahun 2012, jumlah

keseluruhan anggota menjadi 33 orang dengan jumlah populasi sapi perah 104

ekor dan produksi rata-rata per ekor 13.4 liter.

Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan anggota kelompok dalam hal bekerjasama dan

bermitra usaha dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

saling menguntungkan.

2) Populasi, produksi dan produktivitas sapi perah di Desa karyawangi

khususnya dan Kecamatan Parongpong pada umumnya dapat meningkat.

3) Agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga

kesejahteraan anggota akan lebih meningkat.

4) Tujuan akhir yang diharapkan adalah Desa Karyawangi dapat menjadi

sentra penghasil susu segar yang berkualitas di Kabupaten Bandung Barat.

Bagan struktur organisasi kelompok Karya Sejahtera terdiri dari Mitra Kerja,

Dewan Pengurus, serta Pembina. Mitra kerja terdiri dari KUD Puspa Mekar,

GAPOKNAK Mitra PM, Perhutani dan PT. Bintang Mentari Lembang. Pembina

terdiri dari PPL Peternakan Parongpong, Camat Parongpong, Kepala Desa

Karyawangi. Selain itu, Dewan pengusrus terdiri dari ketua, sekretaris, dan

bendahara. Dewan pengurus membawahi seksi-seksi pelaksana kelompok, seperti

seksi produksi dan pemasaran, seksi sarana produksi, seksi kesehatan hewan, serta

seksi usaha dan HUMAS (Lampiran 8).

Pelaksanaan kegiatan usaha di kelompok tani ternak sapi perah Karya

Sejahtera dilakukan dalam upaya menciptakan sistem usaha yang profesional

dengan menjalin kerjasama, baik antar anggota dalam kelompok maupun

kemitraan dengan pihak lain yang saling menguntungkan, secara umum kegiatan-

kegiatan usaha yang dimaksud antara lain :

1) Mengembangkan usaha ternak sapi perah yang berwawasan lingkungan

2) Meningkatkan produktivitas usaha sapi perah dengan tidak menjual pedet

betina

3) Menyediakan produk susu yang berkualitas dan berdaya saing tinggi

4) Meningkatkan kemitraan dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan

mutu bibit, penyediaan pakan hijauan maupun konsentrat, penjualan

kompos

5) Menambah jenis usaha dalam bentuk pengolahan hasil produk susu dan

pengolahan limbah menjadi pupuk organik/kompos

6) Meningkatkan sumber daya manusia/peternak melalui pengembangan

kemampuan penerapan teknologi sapi perah baik aspek teknis, sosial

maupun ekonomi

7) Mengupayakan penyediaan sarana /alat perah seperti Milkcan, ember

aluminium, lap pembersih, celup putting

8) Mengoptimalkan sarana kandang seperti karpet lantai dan pakaian khusus

kerja di kandang

9) Pemanfaatan biogas untuk mengganti bahan bakar minyak

10) Penyediaan mesin pemotong rumput.

Rantai Pemasaran Produk Susu Anggota Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera

Peternak TPS/Kelompok KUD KPSBU/GKSI IPS

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

32

Kelompok tani ternak Karya Sejahtera dalam perkembangannya

memperoleh berbagai prestasi diantaranya:

1) Tahun 2008: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl

2) Tahun 2009: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl

- Piagam penghargaan dalam HUT Koperasi KUD Puspa

Mekar Kec. Parongpong.

3) Tahun 2010: - Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi FH betina 24-30bl

- Juara harapan 1 lomba kelompok tk. Kab.Bandung Barat

- Piagam Penghargaan dalam HUT Koperasi KUD Puspa

Mekar Kec. Parongpong.

4) Tahun 2011: - Juara 1 lomba kelompok tk. Kec. Parongpong

- Juara 1 Lomba kelompok tk. Kab.Bandung Barat

- Piagam Peserta kontes ternak tk. Prov Jabar sapi pedet

betina 5-6 bl.

Karakteristik Peternak Responden

Peternak responden dalam penelitian ini merupakan anggota kelompok tani

ternak Karya Sejahtera. Selain itu, dalam penelitian ini identitas responden yang

diperoleh meliputi beberapa aspek yang dapat dilihat dari umur responden, tingkat

pendidikan formal, dan pengalaman beternak. Untuk lebih jelasnya mengenai

karakteristik responden dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Umur

Umur merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja peternak

dalam beternak sapi perah. Pada umumnya peternak yang memiliki umur lebih

muda yang dapat bekerja lebih optimal dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Umur peternak anggota adalah lama hidup peternak sejak dilahirkan sampai saat

wawancara dilakukan. Sebaran peternak responden anggota kelompok tani ternak

Karya Sejahtera dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui kelompok tani Karya Sejahtera

didominasi oleh peternak responden yang memiliki rentang umur 29 sampai 39

tahun dengan jumlah 19 peternak atau 57.58 persen. Sebaliknya, proporsi terkecil

30.3%

57.58%

9.09% 3.03%

Gambar 4. Sebaran peternak responden berdasarkan umur

18 – 28

29 – 39

40 –50

>51

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

33

terdapat pada rentang umur lebih dari 51 tahun dengan jumlah satu peternak atau

3.03 persen. Selain itu, untuk rentang umur 18 sampai 28 tahun jumlah peternak

responden sebanyak 10 orang atau 30.30 persen. Untuk rentan umur 40 sampai 50

tahun jumlah peternak sebanyak 3 orang atau 9.09 persen dari total jumlah

peternak responden. Hal ini, membuktikan bahwa sebagian besar peternak sapi

perah anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera berada dalam umur produktif.

2) Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik yang akan

berpengaruh terhadap pembentukan pola fikir dan sikap, terutama terhadap

penyerapan teknologi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan lebih

cepat dalam mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Tingkat pendidikan formal

peternak adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti peternak

responden sampai saat wawancara dilakukan. Sebaran peternak responden

anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera berdasarkan tingkat pendidikan

formal dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui tingkat pendidikan formal peternak

responden di kelompok tani ternak Karya Sejahtera didominasi oleh lulusan

Sekolah Dasar (SD) yaitu 17 orang atau 51.52 persen. Di samping itu, untuk

responden yang mempunyai pendidikan formal SMP dan SMA mempunyai

jumlah yang sama yaitu 8 orang atau 24.24 persen. Selanjutnya tidak ada

responden yang mempunyai pendidikan lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini bisa

dikatakan bahwa responden tidak ada yang “buta huruf” karena seluruh responden

telah menempuh pendidikan formal minimal jenjang Sekolah Dasar.

3) Pengalaman Beternak

Pada umumnya semakin lama beternak semakin banyak pengalaman

berternak sapi perah yang dimiliki peternak anggota kelompok tani ternak Karya

Sejahtera. Pengalaman berternak anggota adalah jumlah tahun lamanya peternak

telah beternak sapi perah sampai saat wawancara dilakukan. Untuk lebih jelas

mengenai sebaran responden peternak anggota kelompok tani ternak Karya

Sejahtera berdasarkan pengalaman berternak dapat dilihat pada Gambar 6.

51.52%

24.24%

24.24%

Gambar 5. Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat

pendidikan formal

SD

SMP

SMA

Perguruan

tinggi

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

34

Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui kelompok tani Karya Sejahtera

umumnya didominasi oleh responden dengan pengalaman beternak selama 11

sampai 20 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau 54.55 persen dari jumlah total

responden. Selain itu, untuk responden dengan pengalaman beternak selama ≤ 10

tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 30.30 persen dari jumlah total responden.

Untuk responden dengan pengalaman peternak selama 21 sampai 30 tahun

sebanyak 2 orang atau 6.06 persen dari total jumlah responden. Untuk responden

dengan pengalaman beternak selama ≥ 30 tahun sebanyak 3 orang atau 9.09

persen dari total jumlah responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Gaya Kepemimpinan

Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang pemimpin dalam

kelompoknya terhadap para anggota bisa menentukan bentuk gaya kepemimpinan

yang dominan yang dipegangnya sesuai dengan penggunaan sumber kekuasaan

yang dipilihnya (seorang pemimpin). Ada empat gaya kepemimpinan menurut

teori Path-Goal (House dan Mitchell 1974, dalam Yukl 1994) yaitu; direktif,

suportif, partisipatif, dan achievement-oriented.

Dilihat dari Tabel 6, sebanyak 56.07 persen peternak responden menyatakan

bahwa penerapan gaya kepemimpinan ketua kelompok Karya Sejahtera berada

dikategori sedang. Artinya, sebagian besar peternak responden menyatakan bahwa

ketua kelompok sudah cukup menerapkan gaya kepemimpinan direktif, suportif,

partisipatif, dan achievement-oriented. Jika lihat dari rataan skor, maka dapat

dikatakan gaya kepemimpinan yang paling dominan/sering diterapkan oleh ketua

kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan partisipatif dengan

rataan skor 3.70, Sedangkan gaya kepemimpinan yang paling jarang diterapkan

adalah gaya kepemimpinan achievement-oriented dengan rataan skor 2.27. Selain

itu, ketua kelompok juga menerapkan gaya kepemimpinan suportif dengan rataan

skor 3.67 dan gaya kepemimpinan direktif dengan rataan skor 2.84.

30.3%

54.55%

6.06%

9.09%

Gambar 6. Sebaran peternak responden berdasarkan

pengalaman berternak

≤ 10

11 – 20

21 – 30

≥ 30

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

35

Tabel 6. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya

kepemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera

Gaya kepemimpinan Persentase (%)

Rataan skor* Rendah Sedang Tinggi

Direktif 12.12 57.58 30.30 2.84

Suportif 24.24 48.49 27.27 3.67

Partisipatif, 21.21 48.49 30.30 3.70

Achievement-oriented 9.09 69.70 21.21 2.27

Total rata-rata 16.66 56.07 27.27 3.12

*Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden dan penelusuran

selama melakukan penelitian, dengan rataan skor 3.70 sebagian besar peternak

responden (48.49 persen) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling

sering diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya

kepemimpinan partisipatif. Hal ini dapat dilihat ketika akan mengambil keputusan

dalam memecahkan suatu permasalahan ketua kelompok tidak segan-segan untuk

bertanya secara langsung kepada anggota untuk mencari solusi yang terbaik ketika

dalam forum resmi seperti kumpul rutin setiap lima belas hari sekali. Kumpul

rutin (disamping kumpul yang diadakan oleh Petugas Teknis Lapangan Dinas

Peternakan Bandung Barat setiap tiga bulan sekali) dilakukan untuk pembagian

uang hasil dari penjualan susu sapi perah yang dititipkan di KUD Puspa Mekar.

Ketua kelompok dan anggota saling tukar menukar ide sehingga terjadi

komunikasi dua arah.

Dilain sisi, dengan rataan skor 3.67 sebagian besar responden (48.49 persen)

menyatakan bahwa ketua kelompok juga sering menerapkan gaya kepemimpinan

suportif. Hal ini dapat dilihat ketika ketua kelompok sering memperhatikan akan

kebutuhan dari anggota, antara lain ; kebutuhan pakan ternak sapi, baik hijauan

(rumput) maupun pakan dari limbah industri (ampas tahu dan singkong). Ketua

kelompok juga menyediakan pakan pabrikan (konsentrat/ mako) dan vitamin

untuk sapi perah setiap anggota. Ketua kelompok peduli akan kesejahteraan

anggota, seperti mendatangkan dan bekerjasama dengan Petugas Teknis Lapangan

Dinas Peternakan Bandung Barat serta petugas KESWAN / mantri hewan. Semua

kebutuhan tersebut diperoleh melalui bermitra dengan KUD Puspa Mekar dan

Dinas Peternakan dan Perikanan Bandung Barat. Suasana kekeluargaan kelompok

tani Karya Sejahtera sangat terjaga dalam interaksi sehari-hari, seperti ketika

proses pemerahan susu sapi (dipagi dan sore hari), kegiatan pemberian pakan

(pagi dan siang hari) maupun dalam kegiatan lainnya.

Penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif yang diterapkan

oleh ketua kelompok diperkuat oleh salah satu pernyataan anggota kelompok tani

Karya Sejahtera.

“Ketua selama ini adil dalam pembagian pakan sapi maupun yang

lainnya, tidak membeda-bedakan setiap anggota, tegas, bijaksana

mengambil keputusan yang tentunya dengan usulan/saran anggota,

tapi juga santai dan suka bercanda orangnya”. AS (36 tahun)

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

36

Dengan rataan skor 2.84 sebagian besar peternak responden (57.58 persen)

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif cukup sering diterapkan oleh

ketua kelompok tani Karya Sejahtera. Akan tetapi, ketua kelompok kurang begitu

menyukai gaya kepemimpinan direktif. Hal ini dikarenakan ketua kelompok tani

tidak terlalu menyukai untuk memakasakan kehendak dan memberikan aturan-

aturan yang berlebihan. Ketua kelompok tani beranggapan bahwa pada intinya

adalah kelompok dibentuk dari rasa kekeluargaan dan perasaan senasib sebagai

peternak sapi yang hidupnya bergantung pada penghasilan dari susu sapi. Aturan

yang terpenting adalah bagaimana cara beternak sapi yang benar dan produksi

susu meningkat sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota .

Dengan rataan skor 2.27 sebagian besar peternak responden (69.70 persen)

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan achievement-oriented merupakan gaya

kepemimpinan yang paling jarang diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya

Sejahtera. Gaya kepemimpinan achievement-oriented merupakan gaya

kepemimpinan yang berorientasi kepada keberhasilan dan standar tujuan yang

sangat tinggi. Dalam hal ini, ketua mempunyai pemikiran bahwa tujuan

berkelompok adalah untuk mensejahterakan serta mempermudah dalam

menyelesaikan permasalahan dalam beternak sapi perah bukan untuk membebani

setiap anggota dengan menerapkan tujuan yang sangat tinggi. Disamping itu,

dikhawatirkan anggota akan menjadi malas mengikuti segala kegiatan yang

diadakan oleh kelompok. Kegiatan tersebut seperti kumpul rutin lima belas hari

sekali, dan tiga bulan sekali serta kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh

Petugas Teknis Lapangan Dinas Peternakan Bandung Barat.

Dari uraian diatas, tidak memungkiri bahwa banyak faktor yang

mengarahkan/mempengaruhi gaya kepemimpinan ketua kelompok tani Karya

Sejahtera. Faktor tersebut diantaranya adalah kepribadian (faktor individual)

ketua kelompok itu sendiri dan lingkungan sekitar (faktor kelompok).

Analisis Faktor-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan

Analisis Faktor Individual

Atribut faktor individual merupakan ciri trait kepribadian pemimpin yang

kemungkinan dapat mengarahkan gaya kepemimpinan seorang ketua kelompok.

Ciri trait pemimpin antara satu kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama

karena setiap individu mempunyai kepribadian masing-masing. Secara umum ciri

trait atau karakteristik kepribadian setiap pemimpin dapat dilihat dari berdasarkan

sifat, watak dan perangai kepemimpinan (Hafizhoh 2011). Sifat, watak dan

perangai kepemimpinana (Wiriadihardja 1987, dalam Hafizoh 2011) antara lain;

sikap toleransi seorang pemimpin, keuletannya, kesungguhan, ketenangan,

keterarahan, sikap tanggap dan terampil serta kecakapan dan keluwesannya.

Dilihat pada Tabel 7, sebanyak 47.62 persen peternak responden

menyatakan bahwa aspek faktor individual ketua kelompok Karya Sejahtera

berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar peternak responden menyatakan

bahwa ketua kelompok sudah cukup mempunyai kriteria yang cocok untuk

menjadi seorang pemimpin di kelompoknya. Jika dilihat dari rataan skor, masing-

masing aspek faktor individual menunjukkan rataan skor dikategori sedang,

berarti dapat dikatakan bahwa ketua kelompok sudah cukup mempunyai sikap

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

37

kepribadian yang tanggap dan terampil, terarah, cakap dan luwes, keuletan,

kesungguhan, ketenangan serta berjiwa toleransi.

Tabel 7. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor

individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera

Faktor individual Persentase (%)

Rataan skor* Rendah Sedang Tinggi

Toleransi 24.24 60.61 15.15 3.15

Keuletan 15.15 45.46 39.39 3.66

Rasa kesungguhan 30.30 42.42 27.28 3.65

Tenang 30.30 54.55 15.15 3.50

Terarah 27.27 39.40 33.33 3.76

Tanggap dan terampil 21.21 48.49 30.30 3.79

Cakap dan luwes 30.30 42.43 27.27 3.70

Total rata-rata 25.54 47.62 26.84 3.60 *Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi

Ketua kelompoktani lebih bersikap tanggap dan terampil dilihat dari rataan

skor 3.79 yang merupakan rataan skor tertinggi bila dibandingkan dengan rataan

skor sikap yang lain. Sikap tanggap dan terampil ketua kelompok berada

dikategori sedang, artinya sebagian besar peternak responden (48.49 persen)

menyatakan bahwa ketua sudah cukup tanggap dan terampil. Hal ini dapat dilihat

ketika ketua kelompok cepat mengerti instruksi dari penyuluh maupun saran dari

anggotanya. Ketua kelompok juga lebih tanggap terhadap situasi dan kondisi yang

dialami anggota kelompok seperti mengenai kenaikan harga pakan ternak sapi

(seperti ampas tahu dan singkong, rumput, konsentrat/mako vitamin serta

kebutuhan lainnya), harga susu yang tidak stabil, dan serangan penyakit serta

produktivitas susu yang menurun. Untuk itu, ketua kelompok semakin terampil

dengan mengusahakan untuk bermitra dengan koperasi susu yaitu KUD Puspa

Mekar dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat. KUD Puspa Mekar

berfungsi diantarannya: menampung susu, menyediakan pakan pabrikan

(konsentrat/mako), menyediakan layanan petugas KESWAN (dalam hal

inseminasi buatan/pencegahan penyakit/pemberian vitamin) yang bekerjasama

dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat. Ketua kelompok juga

mengusahakan pembuatan food supplement yaitu UMB (urea molases blok) untuk

meningkatkan produktivitas susu sapi perah. Kelompok bekerjasama dengan

pihak PT. Bintang Mentari Lembang dalam pengadaan pakan hijauan seperti

rumput.

Sikap terarah memiliki rataan skor 3.76 berada dikategori sedang, artinya

sebagian besar peternak responden (39.40 persen) menyatakan bahwa ketua sudah

cukup terarah. Sikap terarah ini dapat dilihat ketika ketua kelompok tani selalu

menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien demi meningkatkan

kesejahteraan anggotanya. Selain itu, juga dapat dibuktikan dengan kemampuan

mengarahkan anggota untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam

proses berternak sapi. Hal ini tidak terlepas dari dukungan dari anggota dalam

menjalankan kinerja kelompok serta bimbingan penyuluh dari Dinas Peternakan

Kabupaten Bandung Barat.

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

38

Sikap cakap dan luwes memiliki rataan skor 3.70 berada dikategori sedang,

artinya sebagian besar peternak responden (42.43 persen) menyatakan bahwa

ketua kelompok sudah cukup cakap dan luwes. Sikap cakap dan luwes dari ketua

kelompok ini merupakan pendukung dari sikap tanggap dan terampil. Sikap

kecakapan sering terlihat ketika ketua kelompok tani mampu menjawab

pertanyaan dari anggota. Tidak menutup kemungkinan menyelesaikan masalah

anggota dengan penerapan teknologi, seperti menggunakan biogas untuk

menggantikan bahan bakar minyak dan kayu bakar. Selanjutnya, sikap keluwesan

dilihat dari kemampuan ketua kelompok menyesuaikan diri dengan semua

anggota, serta terbuka akan segala pandangan dan saran.

Sikap keuletan memiliki rataan skor 3.66 juga berada dikategori sedang,

artinya sebagian besar peternak responden (45.46 persen) menyatakan bahwa

ketua sudah cukup ulet. Sikap keuletan dapat dilihat dari ketua kelompok tani

yang selalu termotivasi untuk memajukan kelompok tani walaupun masih bisa

dikatakan belum maksimal. Ketua menggunakan keahliannya untuk memberikan

setiap informasi yang bermanfaat kepada anggotanya dan tak pernah bosan belajar

dari penyuluh Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat.

Sikap rasa kesungguhan memiliki rataan skor 3.65 berada dikategori sedang,

artinya sebagian besar peternak responden (42.42 persen) menyatakan bahwa

ketua sudah cukup bersungguh-sungguh. Sikap ini membuktikan bahwa ketua

kelompok tani benar-benar ingin memajukan kelompok, dan mau menjalankan

tugasnya sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok baru merasa puas ketika hasil

kemajuan yang dicapai kelompok sudah dirasakan oleh semua anggota kelompok.

Sikap kesungguhan juga dapat dikatakan mendukung akan sikap keuletan karena

tindakan dan prilaku ketua mempunyai kemiripan.

Sikap ketenangan memiliki rataan skor 3.50 berada di kategori sedang,

artinya sebagian besar peternak responden (54.55 persen) menyatakan bahwa

ketua sudah cukup tenang. Hal ini membuktikan bahwa ketua kelompok tani tidak

tergesa-gesa dalam mengambil keputusan serta lebih memilih untuk berdiskusi

dengan anggotanya. Hal ini berhubungan dengan sikap toleransi dengan rataan

skor 3.15 sebagian besar peternak responden (60.61 persen) menyatakan bahwa

ketua kelompok terbuka bagi segala pandangan dan gagasan. Akan tetapi ketua

kelompok tani sedikit emosional dan mudah terprovokasi.

Analisis Hubungan Faktor Individual dengan Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok dapat diarahkan

oleh faktor individual pemimpin. Hasil uji rank spearman antara hubungan faktor

individual pemimpin (sikap toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah,

tanggap dan terampil, cakap dan luwes) dengan gaya kepemimpinan (direktif,

suportif, partisipatif dan Achievement Oriented) dapat dilihat pada Tabel 8. Dapat

diketahui bahwa tidak semua aspek faktor individual mempunyai hubungan yang

nyata dengan masing-masing gaya kepemimpinan. Beberapa aspek faktor

individual pemimpin berperan mengarahkan gaya kepemimpinan suportif dan

partisipatif karena gaya kepemimpinan tersebut paling tinggi interaksinya dengan

anggota kelompok.

Berdasarkan informasi dari responden dan penelusuran dilapangan pada

waktu penelitian diperoleh gaya kepemimpinan yang memiliki hubungan nyata

dengan beberapa aspek faktor individual, diantaranya:

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

39

Tabel 8. Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan

Faktor individual

Gaya kepemimpinan

Direktif Suportif Partisipatif Achievement-

orinted

Toleransi -0.165 -0.450**

-0.346* -0.534

**

Keuletan -0.418* 0.138 0.674

** 0.425

*

Rasa kesungguhan 0.543**

0.801**

0.588**

0.144

Tenang 0.044 0.278 0.322 -0.183

Terarah 0.326 0.535**

0.366* -0.157

Tanggap dan terampil 0.118 0.483**

0.639**

0.167

Cakap dan luwes 0.176 0.670**

0.569**

0.067

Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)

** Berhubungan nyata (p< 0.01)

Gaya kepemimpinan direktif memiliki hubungan nyata bersifat positif

dengan sikap rasa kesungguhan, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan

sikap keuletan. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya

kepemimpinan direktif maka akan semakin memerlukan sikap kesungguhan dan

sebaliknya kurang memerlukan sikap keuletan. Hubungan gaya kepemimpinan

direktif dengan sikap kesungguhan (rs=0.543) dan sikap keuletan (rs=-0.418)

adalah cukup berarti. Dengan bersungguh-sungguh ketua kelompok pastinya akan

lebih berkordinasi dengan anggota untuk meningkatkan kinerja kelompok. Dilain

sisi, sikap keuletan menyebabkan ketua kelompok tani jarang menerapkan gaya

kepemimpinan direktif karena ketua kelompok tani tidak terlalu menyukai untuk

memakasakan kehendak dan memberikan aturan-aturan yang berlebihan.

Gaya kepemimpinan suportif memiliki hubungan nyata bersifat positif

dengan sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan terampil, sikap

cakap dan luwes, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan sikap toleransi.

Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan

suportif maka semakin memerlukan sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap

tanggap dan terampil, serta sikap cakap dan luwes. Sebaliknya, semakin sering

ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan suportif maka akan jarang

memerlukan sikap toleransi. Hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan

sikap toleransi (rs=-0.450), sikap terarah (rs=0.535), sikap tanggap dan terampil

(rs=0.483), serta sikap cakap dan luwes (rs=0.670) adalah cukup berarti.

Sebaliknya, hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan sikap rasa

kesungguhan (rs=0.801) adalah tinggi dan kuat. Rasa kesungguhan membuat

ketua kelompok tani benar-benar ingin memajukan kelompok tani, fokus pada

tujuannya menjadi pemimpin, sehingga lebih memperhatikan kesejahteraan

anggota berperilaku adil dan tidak mebeda-bedakan status ekonomi anggota.

Contohnya, seperti terjaganya keakraban ketika saat berkumpul pada pagi dan

sore hari untuk menjual susu sapi kepada KUD Puspa Mekar. Selain itu,

keterarahan membuat ketua kelompok tani lebih efektif dan efisien dalam

menyelesaikan pekerjaannya serta lebih memperhatikan kebutuhan para anggota.

Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata bersifat positif

dengan sikap keuletan, sikap rasa kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan

terampil, sikap cakap dan luwes, serta berhubungan nyata bersifat negatif dengan

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

40

sikap toleransi. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya

kepemimpinan partisipatif maka semakin memerlukan sikap keuletan, sikap rasa

kesungguhan, sikap terarah, sikap tanggap dan terampil, serta sikap cakap dan

luwes. Sebaliknya, semakin sering ketua kelompok menerapkan gaya

kepemimpinan partisipatif maka akan jarang memerlukan sikap toleransi.

Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan sikap keuletan (rs=0.674),

sikap rasa kesungguhan (rs=0.588), sikap tanggap dan terampil (rs=0.639), serta

sikap cakap dan luwes (rs=0.569) adalah cukup berarti. Sedangkan , hubungan

gaya kepemimpinan partipatif dengan sikap toleransi (rs=-0.346), dan sikap

terarah (rs=0.366) adalah rendah tapi pasti. Sikap keuletan ketua kelompok tani

yang penuh percaya diri dan selalu termotivasi untuk memajukan kelompok tani

yaitu dengan meminta ide, saran dan peran serta anggotanya. Rasa kesungguhan

juga dapat membuat seorang ketua kelompok lebih memperhatikan setiap

keluhan atau saran dari anggota. Ketua kelompok lebih tanggap terhadap

permasalahan yang terjadi serta terampil dalam memecahkannya tentunya dengan

bantuan para anggota. Kecakapan dan keluwesan ketua kelompok tani dapat

dilihat ketika ketua lebih suka berdiskusi dengan anggota dan lebih banyak

melibatkan anggota, mudah berinteraksi dan tidak membeda-bedakan setiap

anggota.

Gaya kepemimpinan Achievement Oriented memiliki hubungan nyata

bersifat positif dengan sikap keuletan, serta berhubungan nyata bersifat negatif

dengan sikap toleransi. Artinya, semakin sering ketua kelompok menerapkan

gaya kepemimpinan Achievement Oriented maka akan semakin memerlukan

sikap keuletan dan sebaliknya kurang memerlukan sikap toleransi. Hubungan

gaya kepemimpinan Achievement Oriented dengan sikap toleransi (rs=-0.534)

dan sikap keuletan (rs=0.425) adalah cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari

sikap keuletan ketua kelompok tani yang penuh percaya diri dan selalu

termotivasi untuk memajukan kelompok tani sehingga mencari perbaikan dalam

kinerja agar tercapai tujuan-tujuan kelompok tani.

Analisis Faktor Kelompok

1) Tujuan Kelompok

Hemhill dan Coon (1957) dalam Hafizhoh (2011) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-

aktivitas suatu kelompok ke arah tujuan yang dicapai bersama. Tujuan kelompok

adalah keadaan masa depan yang dikejar oleh kelompok sebagaimana yang

diharapkan bersama. Tujuan nantinya akan menentukan seberapa besar kinerja

kelompoktani berjalan dengan baik, indikatornya adalah kemampuan kelompok

tersebut mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan Tabel 9, sebanyak 66.64 persen peternak responden

menyatakan bahwa aspek tujuan kelompok dikategori sedang. Artinya, sebagian

besar peternak responden menyatakan bahwa tujuan kelompok tani karya

sejahtera sudah cukup bagus dan telah mewakili dari tujuan setiap anggota.

Dilihat dari rataan skor, dapat diketahui bahwa partisipasi anggota dalam

mencapai tujuan memiliki rataan skor tertinggi 3.64, berada di kategori sedang.

Artinya sebagian besar anggota kelompok (62.70 persen) sudah cukup

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani.

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

41

Tabel 9. Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok

Tujuan kelompok Pesentase (%) Rataan

Skor* Rendah Sedang Tinggi

Pemahaman anggota terhadap

tujuan kelompok 17.65 63.70 18.65 3.27

Keterwakilan tujuan individu

pada tujuan kelompok 2.94 82.35 14.71 3.58

Kesesuaian tujuan kelompok 7.89 86.24 5.87 3.36

Partisipasi anggota dalam

mencapai tujuan kelompok 19.62 62.70 17.68 3.64

Kualitas tujuan 32.35 38.24 29.41 3.18

Total rata-rata 16.09 66.64 17.27 3.40 *Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi

Keterwakilan tujuan individu pada tujuan kelompok memiliki rataan skor

3.58, berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar anggota kelompok (83.35

persen) menyatakan bahwa tujuan dari setiap anggota sudah cukup terwakili pada

tujuan kelompok.

Kesesuaian tujuan kelompok memiliki rataan skor 3.36 berada dikategori

sedang, artinya sebagian besar anggota kelompok (86.24 persen) menyatakan

bahwa tujuan dari setiap anggota sudah cukup sesuai dengan tujuan kelompok.

Pemahaman anggota terhadap tujuan kelompok memiliki rataan skor 3.27

berada dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota (63.70 persen) mengerti

akan tujuan dibentuknya kelompok tani serta manfaat menjadi anggota kelompok

tani. Kualitas tujuan kelompok memiliki rataan skor terendah yaitu 3.18 berada

dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota kelompok (38.24 persen)

menyatakan bahwa tujuan-tujuan dari kelompok tani masih perlu diperbaharui.

2) Struktur Kelompok

Setiap kelompok memiliki struktur kepengurusan yang berfungsi mengatur

kinerja anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Begitu juga dengan

kelompok tani Karya Sejahtera yang juga memiliki struktur kepengurusan

kelompok. Pada Tabel 10 dapat dilihat persentase rata-rata skor dari aspek

struktur kelompok.

Tabel 10. Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok

Struktur kelompok Persentase (%) Rataan

skor* Rendah Sedang Tinggi

Pengetahuan anggota terhadap struktur

dan pengurus kelompok 26.47 67.65 5.88 3.42

Kelengkapan struktur pengurus

kelompok 11.76 73.53 14.71 3.46

Pengetahuan pengurus kelompok

terhadap tugasnya 25.53 53.88 20.59 3.30

Pelaksanaan tugas oleh pengurus

kelompok 32.35 44.12 23.53 3.64

Total rata-rata 24.02 59.80 16.18 3.50

*Skor Pengukuran: 1-2.43 = Rendah, 2.44-3.81 = Sedang, 3.82-4.00 =Tinggi

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

42

Berdasarkan Tabel 10, sebanyak 59.80 persen peternak responden

menyatakan aspek struktur kelompok berada dikategori sedang. Artinya, sebagian

besar peternak responden menyatakan bahwa struktur kelompok sudah cukup

lengkap dan telah bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Dilihat dari rataan skor, pelaksanaan tugas oleh pengurus kelompok

memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.64 dan berada dikategori sedang. Artinya,

sebagian besar anggota kelompok (44.12 persen) menyatakan bahwa pengurus

sudah cukup melaksanakan tugas dengan baik.

Kelengkapan struktur pengurus kelompok memiliki rataan skor 3.46 berada

dikategori sedang. Artinya, sebagian besar anggota kelompok (73.53 persen)

menyatakan bahwa struktur pengurus sudah cukup lengkap.

Pengetahuan anggota terhadap struktur dan pengurus kelompok memiliki

rataan skor 3.42 berada dikategori sedang, artinya sebagian besar anggota

kelompok (67.65 persen) sudah cukup mengetahui dan mengenal pengurus

kelompok tani.

Pengetahuan pengurus kelompok terhadap tugasnya memiliki rataan skor

3.30 berada dikategori sedang, artinya sebagian besar angota kelompok (53.88

persen) menyatakan bahwa pengurus kelompok sudah cukup mengetahui tugasnya

masing-masing. Angota berpendapat bahwa kelompok tani telah mengalami

kemajuan walaupun tidak secara signifikan, akan tetapi jika dilihat berbagai

prestasi yang diperoleh kelompok maka sangat wajar apabila anggota kelompok

meganggap bahwa kinerja pengurus telah baik.

Analisis Hubungan Faktor Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan

Hasil uji rank spearman antara hubungan antara faktor kelompok (tujuan

kelompok dan struktur kelompok) dengan gaya kepemimpinan dari ketua

kelompok (direktif, suportif, partisipatif, achievement-oriented) dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan

Faktor kelompok

Gaya kepemimpinan

Direktif Suportif Partisipatif Achievement-

oriented

Tujuan kelompok -0.241 0.356* 0.642

** 0.726

**

Struktur kelompok -0.134 0.424* 0.532

** 0.594

**

Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)

** Berhubungan nyata (p< 0.01)

Berdasarkan hasil uji rank spearman pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa

tidak semua aspek faktor kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan

masing-masing gaya kepemimpinan. Tujuan kelompok dan struktur kelompok

diketahui memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan suportif,

partisipatif dan achievement-oriented. Akan tetapi, tujuan kelompok dan struktur

kelompok tidak memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan direktif.

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

43

Berdasarkan informasi dari responden dan penelusuran dilapangan pada

waktu penelitian diperoleh beberapa aspek faktor kelompok yang memiliki

hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan, diantaranya:

Tujuan kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan gaya

kepemimpinan suportif, partisipatif dan Achievement-Oriented. Hubungannya

bersifat positif, artinya semakin tujuan kelompok dipahami oleh anggota, tujuan

kelompok dapat lebih mewakili tujuan anggota, anggota semakin setuju dengan

tujuan kelompok, anggota semakin berpartisipasi mewujudkan tujuan kelompok,

dan anggota menganggap tujuan kelompok sudah semakin baik, maka gaya

kepemimpinan, suportif, partisipatif serta Achievement-Oriented lebih sering

diterapkan oleh ketua kelompoktani. Hubungan tujuan kelompok dengan gaya

kepemimpinan suportif (rs=0.356) adalah rendah tapi pasti. Selanjutnya,

hubungan tujuan kelompok dengan gaya kepemimpinan partisipatif (rs=0.642)

dan Achievement-Oriented (rs=0.726) adalah cukup berarti.

Struktur kelompok memiliki hubungan nyata dengan gaya kepemimpinan

suportif, partisipatif dan Achievement-Oriented. Hubungannya bersifat positif,

artinya semakin anggota kelompok tani mengetahui struktur pengurus dan merasa

pengurus yang ada sekarang sudah memadai, pengurus mengetahui tugasnya,

pengurus kelompok menjalankan tugasnya dengan baik maka ketua kelompok

akan sering menerapkan gaya kepemimpinan suportif, partisipatif dan

Achievement-Oriented. Hubungan struktur kelompok dengan gaya kepemimpinan

suportif (rs=0.424), partisipatif (rs=0.532) dan Achievement-Oriented (rs=0.594)

adalah cukup berarti.

Analisis Kinerja Kelompok Tani

Kinerja kelompok dapat dilihat seberapa besar kelompok mampu mencapai

tujuan untuk memenuhi kebutuhannya secara efektif. Indikator penilaian kinerja

kelompok tani didasarkan pada SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam

Wahyuni (2003) yang indikatornya: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan

untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pascapanen dan analisis

usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan mamfaat sumber daya

alam secara optimal, (2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian

dengan pihak lain, (3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya

secara rasional, (4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara

kelompok dengan KUD, (5) Kemampuan menerapkan teknologi dan

memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh

tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.

Dilihat pada Tabel 12, sebanyak 38.79 persen peternak responden

menyatakan aspek kinerja kelompoktani berada dikategori sedang. Artinya,

sebagian besar peternak responden menyatakan bahwa kinerja dari kelompok tani

Karya Sejahtera sudah cukup baik dan cukup efektif dalam pencapaian tujuannya.

Jika dilihat dari rataan skor, kemampuan merencanakan kegiatan untuk

meningkatkan produktivitas memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.70, sedangkan

kemampuan memupuk modal dan memanfaatkaanya secara rasioanal memiliki

rataan skor terendah yaitu 2.91.

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

44

Tabel 12. Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok

tani Karya Sejahtera

Kinerja kelompok tani Persentase (%) Rataan

Skor * Rendah Sedang Tinggi

1. Kemampuan merencanakan

kegiatan 33.33 39.40 27.27 3.70

2. Kemampuan melaksanakan dan

menaati perjanjian dengan pihak

lain

27.28 30.30 42.42 3.42

3. Kemampuan memupuk modal dan

memamfaatkannya secara rasional 9.09 54.55 36.36 2.91

4. Kemampuan meningkatkan

hubungan yang melembaga

dengan KUD

42.42 36.37 21.21 3.58

5. Kemampuan menerapkan

teknologi dan memamfaatkan

informasi serta kerja sama

kelompok

36.36 33.34 30.30 3.64

Total rata-rata 29.70 38.79 31.51 3.45

*Skor Pengukuran: 1,-2,43 = Rendah, 2,44-3,81 = Sedang, 3,82-4, = Tinggi

Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas

usahatani memiliki rataan skor tertinggi yaitu 3.70 berada dikategori sedang.

Artinya, sebagian besar anggota kelompok (39.40 persen) menyatakan bahwa

kelompok sudah cukup mampu merencanakan kegiatan yang dapat meningkatkan

produktivitas usahataninya. Hal ini dapat dilihat dari banyak kegiatan-kegiatan

yang dilakukan kelompok untuk menambah wawasan dan penghasilan anggota

diantaranya adalah pembuatan pupuk kompos (Kompos Organik LISPER) yang

berasal dari limbah sapi perah dan telah mampu berproduksi dua ton per minggu,

dengan harga sekitar Rp700 per kilogram, maka kelompok akan mendapat

keuntungan sekitar Rp764 000 per minggu. Pembuatan UMB (Urea Molases

Blok), pakan suplemen sapi perah yang berguna untuk memperbaiki dan

meningkatkan daya cerna serta daya serap makanan dalam tubuh sapi perah.

Selain itu, kelompok juga telah mampu mengadakan kegiatan pelatihan kepada

anggotanya mengenai produk turunan susu sapi perah seperti olahan yogurt,

karamel, kerupuk susu, dan dodol susu, akan tetapi kelompok belum mampu

mampu untuk mengembangkan secara luas seperti produksi secara berkelanjutan

dikarenakan kelompok lebih cenderung untuk menjual susu segar secara langsung

ke KUD Puspa Mekar. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung dengan adanya

pertemuan secara rutin dua minggu sekali yang dihadiri oleh petugas Dinas

Peternakan, KUD Puspa Mekar dan Dinas terkait untuk membahas budidaya sapi

perah. Dalam pertemuan ini juga dilakukan pembayaran hasil susu oleh KUD

Puspa Mekar.

Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta

kerja sama kelompok memiliki rataan skor 3.64 berada dikategori sedang. Artinya,

sebagian besar anggota kelompok (33.34 persen) menyatakan bahwa kelompok

sudah cukup mampu menggunakan teknologi dan informasi untuk meningkatkan

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

45

produktivitas kelompok. Hal ini dapat dilihat dari dimilikinya 12 unit biogas

diperoleh dari bantuan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bandeng Barat. Selain manfaat gas untuk mengganti bahan

bakar minyak dan kayu bakar, juga berguna untuk kebersihan lingkungan di

sekitar kandang. Kotoran sapi dipakai untuk biogas serta limbahnya sangat bagus

sebagai pupuk kompos. Kelompok juga telah memiliki mesin pengolah limbah

dan rumah kompos untuk menampung limbah dari biogas yang diolah menjadi

kompos. Untuk bibit sapi perah, diperoleh dari hasil inseminasi buatan yang

dilaksanakan oleh petugas keswan KUD Puspa Mekar dan Petugas Teknis

Lapangan Dinas Peternakan kabupaten Bandung Barat.

Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD

memiliki rataan skor 3.58 berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar

anggota kelompok (36.37 persen) menyatakan bahwa kelompok sudah cukup

mampu bekerjasama dengan KUD. Hal ini dapat dilihat dari kelompok menjadi

anggota dari KUD Puspa Mekar. Kebutuhan untuk keperluan peternakan sapi

perah yang dimiliki anggota sebagian besar diperoleh dari KUD Puspa Mekar

seperti pakan yang berupa konsentrat (mako), kesehatan maupun bibit hasil

inseminasi buatan juga dilakukan oleh petugas keswan KUD Puspa Mekar yang

bekerja sama dengan Petugas Teknis Lapangan Dinas Peternakan Kabupaten

Bandung. Selain itu, untuk pemasaran produk susu segar kelompok juga bermitra

dengan KUD Puspa Mekar sehingga jaminan penjualan dan harga susu dapat

terjamin.

Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain

memiliki rataan skor 3.42 berada dikategori sedang. Artinya, sebagian besar

anggota kelompok (30.30 persen) menyatakan bahwa kelompok sudah cukup

mampu dan terlibat dalam sistem agribisnis. Hal ini dapat dilihat juga dari

kemampuan kelompok memenuhi jika ada permintaan akan pupuk kompos dari

petani bunga yang berada di Desa Karyawangi dan sekitar Kecamatan

Parongpong. Begitu juga perjanjian dengan KUD Puspa Mekar mengenai

pemasaran hasil produk susu segar.

Akan tetapi untuk indikator kemampuan memupuk modal dan

memamfaatkannya secara rasional memiliki rataan skor terendah 2,91 berada

dikategori sedang. Sebagian besar anggota kelompok (54.55 persen) menyatakan

bahwa kelompok belum mengelola modal secara mandiri. Kelompok selama ini

masih lebih banyak mendapat bantuan Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bandung Barat.

Dengan demikian kinerja kelompok tani Karya Sejahtera telah berjalan

dengan baik karena kebutuhan dan tujuan-tujuan dari kelompok hampir semuanya

tercapai dan kelompok tani telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu

sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.

Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani

Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan

kinerja kelompok tani dapat dilihat dari hasil uji rank spearman. Gaya

kepemimpinan meliputi; direktif (X1), suportif (X2), partisipatif (X3),

achievement-oriented (X4). Kinerja kelompok tani meliputi; kemampuan

merencanakan kegiatan (Y1), Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

46

dengan pihak lain (Y2), Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya

secara rasional (Y3), Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga

dengan KUD (Y4), dan Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan

informasi serta kerja sama kelompok (Y5). Dari uji tersebut dapat dilihat bahwa

hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompoktani dapat diterima. Uji

korelasi rank spearman yang diperoleh akan membuktikan bahwa gaya

kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok mempunyai hubungan

dengan kinerja kelompok tani. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani

Gaya Kepemimpinan Kinerja kelompok tani

(Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5)

Direktif (X1) 0.494**

0.341 0.399* 0.352

* 0.403

*

Suportif (X2) 0.811**

0.176 0.454**

0.381* 0.651

**

Partisipatif (X3) 0.633**

0.047 0.187 0.237 0.540**

Achievement-oriented

(X4) 0.479

** 0.121 0.285 0.328 0.458

**

Keterangan : *Berhubungan nyata (p<0.05)

** Berhubungan nyata (p< 0.01)

Dilihat pada Tabel 13, tidak semua gaya kepemimpin berhubungan nyata

dengan masing-masing aspek kinerja kelompok tani Karya Sejahtera. Aspek gaya

kepemimpinan memiliki hubungan nyata dengan kemampuan merencanakan

kegiatan (Y1), kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara

rasional (Y3), kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan

KUD (Y4), dan Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi

serta kerja sama kelompok (Y5). Sedangkan gaya kepemimpinan tidak memiliki

hubungan nyata dengan kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan

pihak lain (Y2).

Gaya kepemimpinan direktif memiliki hubungan nyata dengan kemampuan

merencanakan kegiatan, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya

secara rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan

KUD, serta Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi

serta kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat positif, artinya semakin ketua

kelompok menerapkan gaya kepemimpinan direktif maka kelompok tani akan

semakin mampu merencanakan kegiatan, mandiri dalam pengelolaan permodalan,

bekerjasama dengan KUD serta lebih memanfaatkan teknologi dan informasi.

Hubungan gaya kepemimpinan direktif dengan dengan kemampuan

merencanakan kegiatan (rs=0.494) dan Kemampuan menerapkan teknologi dan

memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok (rs=0.403) adalah cukup

berarti. Akan tetapi, hubungan gaya kepemimpinan direktif dengan kemampuan

memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional (rs=0.399) dan

kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD (rs=0.352)

adalah rendah tapi pasti.

Gaya kepemimpinan suportif memiliki hubungan nyata dengan kemampuan

merencanakan kegiatan, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

47

secara rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan

KUD, Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta

kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat positif, artinya semakin ketua

kelompok menerapkan gaya kepemimpinan direktif maka kelompok tani akan

semakin mampu merencanakan kegiatan, mandiri dalam pengelolaan permodalan,

bekerjasama dengan KUD serta lebih memanfaatkan teknologi dan informasi.

Hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan kemampuan merencanakan

kegiatan (rs=0.811) adalah tinggi dan kuat. Selanjutnya, hubungan gaya

kepemimpinan suportif dengan kemampuan memupuk modal dan

memamfaatkannya secara rasional (rs=0.454) serta kemampuan menerapkan

teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok (rs=0.651)

adalah cukup berarti. Akan tetapi, hubungan gaya kepemimpinan suportif dengan

kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD (rs=0.381)

adalah rendah tapi pasti. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan

merencanakan kegiatan kelompok tani Karya Sejahtera didukung oleh ketua

kelompok yang peduli dengan kesejahteraan anggota sehingga diadakanlah

kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat seperti pembuatan produk turunan susu

sapi, dan pembuatan pupuk kompos. Selain itu, ketua kelopok tani merasa peduli

terhadap kebutuhan anggotanya dengan bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar

dan memanfaatkan teknologi yang dapat membantu peternakan sapi seperti bibit

inseminasi buatan.

Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata dengan

kemampuan merencanakan kegiatan dan Kemampuan menerapkan teknologi dan

memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok. Hubungannya bersifat

positif, artinya semakin ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan

partipatif maka kelompok tani akan mampu merencanakan kegiatan serta lebih

memanfaatkan teknologi informasi. Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif

dengan kemampuan merencanakan kegiatan (rs=0.633) dan Kemampuan

menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok

(rs=0.540) adalah cukup berarti. Hal ini dapat dilihat ketika ketua kelompok selalu

bertanya dan memperhatikan saran dari anggota untuk merencanakan dan

menjalankan semua kegiatan. Selain itu, ketua kelompok tani juga membutuhkan

kerjasama dari anggota untuk bersama-sama menerapkan teknologi dan informasi

yang dibutuhkan dalam beternak sapi.

Gaya kepemimpinan Achievement-oriented memiliki hubungan nyata

dengan kemampuan merencanakan kegiatan dan Kemampuan menerapkan

teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok. Hubungannya

bersifat positif, artinya semakin ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan

partipatif maka kelompok tani akan mampu merencanakan kegiatan serta lebih

memanfaatkan teknologi dan informasi. Hal ini dilakukan ketua untuk mencari

perbaikan dalam kinerja kelompok. Hubungan gaya kepemimpinan Achievement-

oriented dengan kemampuan merencanakan kegiatan (rs=0.479) dan Kemampuan

menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok

(rs=0.458) adalah cukup berarti.

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

48

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan oleh ketua kelompok

tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan partisipatif dengan rataan skor

3.70, sedangkan gaya kepemimpinan yang paling jarang diterapkan adalah gaya

kepemimpinan achievement-oriented dengan rataan skor 2.27. Selain itu, ketua

kelompok juga menerapkan gaya kepemimpinan suportif dengan rataan skor 3.67

dan gaya kepemimpinan direktif dengan rataan skor 2.84.

Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok mengarah gaya

kepemimpinan dalam kelompok tani Karya Sejahtera. Dari ketujuh faktor

individual pemimpin, ketua kelompok dinilai lebih mempunyai rasa tanggap dan

terampil, terarah, cakap dan luwes, bersungguh-sungguh, ulet serta berjiwa

toleransi. Selain itu, faktor kelompok yang mengarahkan gaya kepemimpinan

adalah tujuan kelompok dan struktur kelompok.

Berdasarkan analisis dekskriptif kinerja kelompok tani Karya Sejahtera

memiliki rata-rata skor sedang 3.45. Aspek kinerja kelompok tani tersebut

diantaranya; kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan

produktivitas usahatani, kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian

dengan pihak lain, kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara

rasional, kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,

dan kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja

sama kelompok. Rataan skor tertinggi adalah kemampuan merencanakan kegiatan

untuk meningkatkan produktivitas usahatani 3.70 dan rataan skor terendah adalah

kemampuan memupuk modal dan memanfaatkaanya secara rasioanal 2.91.

Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan

kinerja kelompok tani Karya Sejahtera. Gaya kepemimpinan suportif dan direktif

memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan merencanakan kegiatan,

kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional, kemampuan

meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD, Kemampuan

menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok.

Sebaliknya, gaya kepemimpinan partisipatif dan achievement-oriented memiliki

hubungan nyata dengan kemampuan merencanakan kegiatan serta kemampuan

menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi.

Saran

Disarankan ketua kelompok menerapkan gaya kepemimpinan suportif

secara maksimal, karena gaya kepemimpinan tersebut dapat membuat kelompok

tani Karya Sejahtera lebih berkembang.

Kelompok tani Karya Sejahtera yang keberadaannya sudah cukup lama

memerlukan pembaharuan tujuan agar lebih sesuai dengan kebutuhan anggota

kelompok.

Perlu ditingkatkannya kinerja kelompok tani Karya Sejahtera agar peranan

kelompok tani lebih terasa dalam hal peningkatan kesejahteraan anggota

kelompok.

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

49

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto A. 2009. Posisi Dayasaing Pertanian Indonesia Dan Upaya

Peningkatannya. Di dalam: Seminar Nasional. Peningkatan Daya saing

Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; 14 Oktober 2009; Bogor,

Indonesia. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian.

Fahmi I. 2012. Manajemen Kepemimpinan (Teori dan Aplikasi). Handi D, editor.

Bandung (ID): CV. Alfabeta.

Hafizhoh A. 2011. Hubungan gaya kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok

(kasus: kelompok tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ivancevich JM, Konopaske R, Matteson MT. 2007. Perilaku dan Manajemen

Organisasi. Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga.

Karim B. 2012. Analisis faktor-faktor yang berkorelasi dengan sikap

kewirausahaan peternak kelinci (kasus: koperasi peternak kelinci Kabupaten

Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kartono K. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan

Abnormal Itu?. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta (ID):

Sebelas Maret University Press.

Mosher AT. 1967. Menggerakan Pembangunan Pertanian. Jakarta (ID): CV.

Yasaguna.

Negara TC. 2008. Analisis persepsi anggota terhadap kinerja organisasi kelompok

usaha tanaman hias akuarium (KUTHA) “bunga air” di Desa Ciawi,

Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Randhita R. 2009. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam

organisasi pemerintahan kelurahan (kasus Kelurahan Ciparigi, Kecamatan

Bogor Utara, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Robbins SP. 2002. Perilaku Organisasi. Edisi ke-5. Jakarta (ID): Erlangga.

Wahyuni S. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan

Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1): 2-4

Wiradihardja M. 1987. Dimensi Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta (ID):

Balai Pustaka.

Yukl G. 1994. Kepemimpinan dalam Organisasi. Udaya J, penerjemah;

Iskandarsyah K, editor. Jakarta (ID): Prenhallindo. Terjemahan dari:

Leadership in Organisations. Ed ke-3.

Yunasaf U. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan

Keefektifan Kelompok (Kasus pada Kelompok tani Ternak Sapi Perah di

Wilayah Kerja Koperasi SerbaUsaha Tandangsari Sumedang). JIPI, siap

terbit.

Yusuf Y. 1989. Dinamika Kelompok (Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi

Sosial). Bandung (ID): CV. Armico.

. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 Tentang

Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. [onlaine].

(http://www.deptan.go.id, Diakses tanggal 31 Maret 2012)

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

50

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, Kementrian Pertanian, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara

Lampiran 1. Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012*

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

51

Sumber : Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian, 2010

Lampiran 2. Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

52

Lampiran 3. Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung

Barat

No Segmen usaha pada

kawasan peternakan Kecamatan Komoditas

1 Budidaya 1. Lembang

2. Parongpong

3. Cisarua

4. Ngamprah

5. Cikalong Wetan

6. Cipendeuy

7. Batujajar

8. Cililin

9. Cihampelas

10. Sindangkerta

11. Cipongkor

12. Saguling

Sapi Perah

Sapi Potong

Domba

Kambing PE

Kelinci

Ayam Buras

Itik

2 Pembibitan 1. Gunung Halu

2. Cipendeuy

3. Cikalong Wetan

4. Rongga

5. Cililin

6. Batujajar

7. Lembang

Sapi Perah

Sapi Potong

Domba

Ayam Buras

Itik

Kelinci

3 Pembesaran

(Rearing)

1. Gunung Halu

2. Cipatat

3. Ngamprah

4. Lembang

5. Cipongkor

6. Padalarang

7. Cisarua

8. Parongpong

Sapi Potong

Sapi Perah

Domba

Ayam Buras

Kerbau

Sumber : Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, 2012 [diolah]

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

53

Lampiran 4. Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan

Kabupaten Bandung Barat

Sumber : Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, 2012 [diolah]

Masalah:

1. Belum optimalnya fungsi kelembagaan masyarakat yang mandiri dan

berdaya saing

2. Masih terbatasnya aparatur yang propesional

3. Masih rendahnya sekala usaha peternakan dan perikanan

4. Belum terciptanya tata niaga dan lingkungan pasar peternakan dan

perikanan yang kondusif

5. Masih rendahnya produksi dan produktivitas komoditas peternakan

dan perikanan

6. Belum optimalnya penerapan teknologi peternakan dan perikanan

7. Masih rendahnya kualitas produk peternakan dan perikanan

8. Masih rendahnya pencegahan dan pengendalian terhadap serangan

penyakit hewan menular dan pengawasan kesehatan masyarakat

veteriner.

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

54

Lampiran 5. Hasil uji validitas terhadap 30 responden 5.1 Faktor Individual Pemimpin (p)

Correlations P1

p11

Pearson Correlation .333

VALID Sig. (2-tailed) .072

N 30

Correlations P2

p21

Pearson Correlation .451*

VALID Sig. (2-tailed) .012

N 30

p22

Pearson Correlation .825**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

p23

Pearson Correlation .412*

VALID Sig. (2-tailed) .024

N 30

Correlations P3

p31

Pearson Correlation .957**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

p32

Pearson Correlation .699**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations P4

p41

Pearson Correlation .478**

VALID Sig. (2-tailed) .008

N 30

p42

Pearson Correlation .957**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

p43

Pearson Correlation .957**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations P5

p51

Pearson Correlation .782**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

p52

Pearson Correlation .361

VALID Sig. (2-tailed) .050

N 30

p53

Pearson Correlation .809**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations P6

p61

Pearson Correlation .825**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations P7

p71

Pearson Correlation .927**

VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

55

5.2 Faktor Kelompok (q)

Correlations Q1

q11 Pearson Correlation .406

* VALID Sig. (2-tailed) .026

N 30

q12 Pearson Correlation .655

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

q13

Pearson Correlation .522**

VALID Sig. (2-tailed) .003 N 30

q14

Pearson Correlation .642**

VALID Sig. (2-tailed) .000 N 30

q15 Pearson Correlation .381

* VALID Sig. (2-tailed) .038

N 30

Correlations Q2

q21 Pearson Correlation .852

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

q22 Pearson Correlation .859

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

q23 Pearson Correlation .767

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

q24 Pearson Correlation .344

VALID Sig. (2-tailed) .062 N 30

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

56

5.3 Gaya Kepemimpinan (x)

Correlations X1

x11 Pearson Correlation .379

* VALID Sig. (2-tailed) .039

N 30

x12 Pearson Correlation .379

* VALID Sig. (2-tailed) .039

N 30

x13 Pearson Correlation .710

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations X2

x21 Pearson Correlation .932

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

x22 Pearson Correlation .920

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

x23 Pearson Correlation .914

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

x24 Pearson Correlation .914

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

x25 Pearson Correlation .637

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations X3

x31 Pearson Correlation .490

** VALID Sig. (2-tailed) .006

N 30

x32 Pearson Correlation .589

** VALID Sig. (2-tailed) .001

N 30

x33 Pearson Correlation .549

** VALID Sig. (2-tailed) .002

N 30

x34 Pearson Correlation .465

** VALID Sig. (2-tailed) .010

N 30

Correlations X4

x41 Pearson Correlation .470

** VALID Sig. (2-tailed) .009

N 30

x42 Pearson Correlation .350

VALID Sig. (2-tailed) .058 N 30

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

57

5.4 Kinerja Kelompok Tani (y)

Correlations Y1

y1 Pearson Correlation .896

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations Y2

y2 Pearson Correlation .647

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations Y3

y3 Pearson Correlation .354

VALID Sig. (2-tailed) .055 N 30

Correlations Y4

y4 Pearson Correlation .734

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Correlations Y5

y5 Pearson Correlation .867

** VALID Sig. (2-tailed) .000

N 30

Keterangan :

Dari keriga tabel di atas (faktor individual, faktor kelompok, gaya

kepemimpinan, serta kinerja kelompok tani) tampak seluruh indikator (P,Q,X,Y)

dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi diatas 0.3

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

58

Lampiran 6. Haji uji reliabilitas terhadap 30 Responden

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance

if Item Deleted Corrected Item-

Total Correlation Cronbach's Alpha if

Item Deleted p11 153.2667 119.444 -.548 .892 p21 152.8000 112.855 .219 .886 p22 152.6000 111.766 .406 .884 p23 152.8333 113.247 .179 .886 p31 152.7000 110.355 .495 .883 p32 152.8000 106.648 .828 .878

p41 153.2667 117.582 -.250 .891

p42 152.7000 110.355 .495 .883 p43 152.7000 110.355 .495 .883 p51 152.8333 109.661 .373 .884

p52 152.5000 114.052 .196 .886

p53 152.5667 111.220 .508 .883

p61 152.6000 111.766 .406 .884

p71 152.6667 109.816 .573 .882

q11 153.1333 118.395 -.325 .892 q12 152.8000 114.303 .082 .888 q13 153.0333 108.033 .701 .880 q14 152.7333 113.720 .144 .887 q15 153.2333 102.392 .731 .876

q21 152.9667 106.999 .390 .884 q22 152.9333 109.995 .347 .884 q23 153.0667 107.582 .432 .883

q24 152.7667 106.116 .898 .877

x11 154.1333 113.706 .158 .887

x12 153.1333 113.706 .158 .887 x13 153.5333 110.878 .607 .882 x21 152.6667 107.540 .823 .879

x22 152.7667 104.047 .801 .876

x23 152.7667 106.116 .898 .877

x24 152.7667 106.116 .898 .877

x25 152.6333 109.620 .623 .881

x31 152.9333 109.513 .532 .882

x32 152.5667 111.220 .508 .883

x33 152.5333 111.913 .463 .884

x34 152.7333 110.478 .468 .883

x41 153.5667 105.564 .459 .883

x42 154.6667 112.230 .231 .886

y1 152.7333 106.616 .866 .878 y2 153.0333 112.930 .216 .886 y3 153.5000 112.879 .378 .885

y4 152.8667 110.602 .427 .883

y5 152.8000 107.131 .780 .879

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

59

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.886 46

Keterangan :

Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha = 0.886 lebih

besar dari 0.60 berarti instrument penelitian dikatakan reliabel.

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

60

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera

Gambar 1&2 : Sekretariat kelompok tani ternak Karya Sejahtera

Gambar 3&4 : Pertemuan rutin dan penyuluhan PPL

Gambar 5&6 : Proses pemerahan susu sapi dan pengambilan susu oleh KUD

Puspa Mekar.

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

61

Lampiran 8. Struktur organisasi kelompoktani ternak sapi perah Karya Sejahtera

Mitra Kerja:

1. KUD Puspa

Mekar

2. GAPOKNAK

Mitra PM

3. Perhutani & PT.

Bintang Mentari

Lembang

Pembina:

1. PPL Peternakan

Parongpong

2. Camat

Parongpong

3. Kepala Desa

Karyawangi

Dewan pengurus :

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Bendahara

Seksi

Produksi &

Pemasaran

Seksi

Sarana

Produksi

Seksi

Usaha &

Humas

Seksi

Kesehatan

Hewan

Anggota

Program:

1. Program Penyuluhan dan Pelatihan

2. Program Pelayanan Keswan

3. Program Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

62

Lampiran 9. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual

pemimpin dengan gaya kepemimpinan

Keterangan :** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Spearman's rho Direktif Suportif Partisipatif Achievement

Oriented

Toleransi Correlation

coefficient -.165 -.450

** -.346

* -.534

**

Sig. (2-tailed) .359 .009 .049 .001

N 33 33 33 33

Keuletan Correlation

coefficient -.418

* .138 .674

** .425

*

Sig. (2-tailed) .015 .443 .000 .014

N 33 33 33 33

Rasa

kesungguhan

Correlation

coefficient .543

** .801

** .588

** .144

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .425

N 33 33 33 33

Tenang Correlation

coefficient .044 .278 .322 -.183

Sig. (2-tailed) .809 .117 .068 .307

N 33 33 33 33

Terarah Correlation

coefficient .326 .535

** .366

* -.157

Sig. (2-tailed) .064 .001 .036 .383

N 33 33 33 33

Tanggap dan

terampil

Correlation

coefficient .118 .483

** .639

** .167

Sig. (2-tailed) .512 .004 .000 .352

N 33 33 33 33

Cakap dan

luwes

Correlation

coefficient .176 .670

** .569

** .067

Sig. (2-tailed) .328 .000 .001 .711

N 33 33 33 33

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

63

Lampiran 10. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan

gaya kepemimpinan

Spearman's rho Direktif Suportif Partisipatif Achievement

Oriented

Tujuan

kelompok

Correlation

coefficient -.241 .356

* .642

** .726

**

Sig. (2-tailed) .177 .042 .000 .000

N 33 33 33 33

Struktur

kelompok

Correlation

coefficient -.134 .424

* .532

** .594

**

Sig. (2-tailed) .456 .014 .001 .000

N 33 33 33 33

Keterangan: ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

64

Lampiran 11. Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan (x)

dengan kinerja kelompoktani (y)

Keterangan: ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

(Y1) Kemampuan merencanakan kegiatan,

(Y2) Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,

(Y3) Kemampuan memupuk modal dan memamfaatkannya secara rasional,

(Y4) Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga dengan KUD,

(Y5) Kemampuan menerapkan teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja

sama kelompok.

Spearman's rho (Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5)

Direktif (X1) Correlation

coefficient .494

** .341 .399

* .352

* .403

*

Sig. (2-tailed) .003 .052 .021 .045 .020

N 33 33 33 33 33

Suportif (X2) Correlation

coefficient .811

** .176 .454

** .381

* .651

**

Sig. (2-tailed) .000 .328 .008 .029 .000

N 33 33 33 33 33

Partisipatif (X3) Correlation

coefficient .633

** .047 .187 .237 .540

**

Sig. (2-tailed) .000 .793 .299 .184 .001

N 33 33 33 33 33

Achievement-

oriented (X4)

Correlation

coefficient .479

** .121 .285 .328 .458

**

Sig. (2-tailed) .005 .502 .107 .062 .007

N 33 33 33 33 33

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN … · ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KELOMPOK TANI (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meranti Paham, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera

Utara pada tanggal 4 September 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Jamiluddin dan Ibu Darti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 116248 Meranti

Paham pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada

tahun 2005 di MTs Swasta PTPN IV Perkebunan Sawit Ajamu. Pendidikan

lanjutan menengah atas di SMA Negeri 3 Rantau Prapat diselesaikan pada tahun

2008.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) pada tahun 2008.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota KOPMA

(Koperasi Mahasiswa) periode 2008-2009, serta anggota club kajian pertanian di

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) periode 2008-2009.

Penulis juga tercatat sebagai Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Manajemen di Departemen Perekonomian periode 2009-2010.

Selain itu, penulis juga mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan yang

diselenggarakan di IPB, diantaranya Green Festival BEM KM IPB tahun 2009,

Sportakuler FEM tahun 2009-2010, Esdisco (economi discussion and essay

competition) tahun 2010, Politik Ceria tahun 2010, dan Masa Perkenalan

Departermen dan Fakultas tahun 2010.