ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR – KLIEN : FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di Indonesia) Maida Mutiara Sihombing Herry Laksito, SE., M.Adv. Acc., Akt ABSTRACT This research aims to analyze the effect of audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, audit tenure, board of commissioners, and audit opinion on auditor switching in Indonesia. Some of past researches about auditor switching shows different results. Because of that, another research needs to be done to verify theory of auditor switching. Data collecting method which used in this research is method purposive sampling, that based on the objectives of research. Based on method purposive sampling, research sample total is 150 manufacturing companies which is listed in “Bursa Efek Indonesia” (BEI) in 2008-2010 period. Hypothesis in this research are tested by logistics regression analytical method in SPSS 16 software. Result of this research shows that variables having which significantly effect the auditor switching are audit tenure. On the other hand, other variables in this research like audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, board of commissioners, and audit opinion do not have significant effect on company decision to do auditor switching. Keywords: Auditor Switching, Audit Firm Size, Client Size, Client Growth Rate, Financial Distress, Audit Tenure, Board Of Commissioners, Audit Opini
26
Embed
ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR – KLIEN : FAKTOR–FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (Studi Pada
Perusahaan Sektor Manufaktur Di Indonesia)
Maida Mutiara Sihombing
Herry Laksito, SE., M.Adv. Acc., Akt
ABSTRACTThis research aims to analyze the effect of audit firm size, client size, client growth
rate, financial distress, audit tenure, board of commissioners, and audit opinion on auditor
switching in Indonesia. Some of past researches about auditor switching shows different
results. Because of that, another research needs to be done to verify theory of auditor
switching.
Data collecting method which used in this research is method purposive sampling,
that based on the objectives of research. Based on method purposive sampling, research
sample total is 150 manufacturing companies which is listed in “Bursa Efek Indonesia”
(BEI) in 2008-2010 period. Hypothesis in this research are tested by logistics regression
analytical method in SPSS 16 software.
Result of this research shows that variables having which significantly effect the
auditor switching are audit tenure. On the other hand, other variables in this research like
audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, board of commissioners, and
audit opinion do not have significant effect on company decision to do auditor switching.
Pada pengujian pada blok 1 atau pengujian dengan memasukkan 8 prediktor diperoleh
nilai –2 log likelihood sebesar 55,431 sedangkan –2 log likelihood awal adalah sebesar
135,168. Dengan demikian terjadi penurunan –2 log likelihood yang cukup besar yaitu
sebesar 79,737. Hal ini berarti bahwa model dengan 8 prediktor menunjukkan sebagai model
yang baik. Signifikansi penurunan –2 log likelihood dapat dilihat pada uji omnibus test of
model coefficient sebagai berikut :
Pengujian kemaknaan prediktor secara bersama-sama dalam regresi logistik
menunjukkan nilai chi square sebesar 79,737 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari 7
variabel (ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan perusahaan klien,
Tabel 4.5
Omnibus test of model coefficient
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 79.737 7 .000
Block 79.737 7 .000
Model 79.737 7 .000
financial distress, audit tenure, pergantian dewan komisaris dan opini audit) terhadap
probabilitas melakukan auditor switching pada taraf 5%.
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh
nilai Nagelkerke R Square.
Tabel 4.6
Nilai R2
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 55.431a .412 .694
Nilai R2 yang diukur dengan Nagelkerke R Square diperoleh sebesar 0,412. Hal ini
berarti bahwa 41,2% peggantian auditor dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel independen
sedangkan sisanya 58,8% dijelaskan oleh variabel- variabel lanin di luar model penelitian.
Model Regresi Logistik
Hasil pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji secara parsial pada
model regresi logistik. Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dilakukan dengan
menggunakan uji Wald dan dengan pendekatan chi square diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil uji regresi logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KAP -.371 1.198 .096 1 .757 .690
SIZE -.321 .406 .628 1 .428 .725
SALES -1.276 1.434 .791 1 .374 .279
FINDISS -.003 .135 .001 1 .982 .997
TOTTEN -1.823 .441 17.101 1 .000 .161
DK .669 .810 .683 1 .409 1.953
OPINI -.107 .757 .020 1 .887 .898
Constant 11.730 10.953 1.147 1 .284 1.243E5
Hasil pengujian terhadap koefiesien regresi logistik menghasilkan model berikut ini:= 11,73 − 0,371 − 0,321 − 1,276 − 0,003− 1,823 + 0,669 − 0,107Interpretasi Hasil
Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian mendapatkan bahwa ukuran KAP yang diukur berdasarkan KAP Big
4 atau Non - Big 4 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Hasil
pengujian yang menghasilkan arah pengaruh negatif menunjukkan bahwa perusahaan yang
telah menggunakan jasa KAP Big 4 memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
melakukan terhadap auditor switching. Kecenderungan untuk berganti KAP lebih besar
dilakukan oleh perusahaan dengan KAP Non Big 4 dibandingkan dengan perusahaan yang
telah menggunakan KAP Big 4. Selain itu, pergantian ukuran KAP dari Big 4 ke Non Big 4
dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya sentimen negatif dari pelaku pasar terhadap
kualitas pelaporan keuangan dari perusahaan. Sebaliknya, pergantian ukuran KAP dari Non
Big 4 ke Big 4 dikhawatirkan dapat menyebabkan tidak adanya kemungkinan untuk
mendapatkan opini yang lebih baik karena pertimbangan kualitas audit yang lebih baik.
Selain itu, karena profesionalisme dan kompetisi auditor dalam melaksanakan tugas
audit, perusahaan berkeyakinan bahwa baik pada KAP Big 4 maupun KAP Non Big 4, auditor
akan tetap menjalankan tugas auditnya sesuai dengan profesionalisme audit dan menegakkan
independensi serta menghasilkan kualitas dan kompetensi auditor yang sama tanpa adanya
perbedaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Nasser, et al (2006) dan Sinarwati(2010). Tetapi tidak mendukung penelitian Wijayanti
(2010), Tate (2007), Damayanti dan Sudarma (2007).
Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian mendapatkan bahwa ukuran ukuran perusahaan klien yang diukur
berdasarkan total asset perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor
switching. Ukuran klien yang lebih besar memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
melakukan auditor switching daripada perusahaan yang lebih kecil. Klien-klien dengan total
aset kecil cenderung melakukan auditor switching ke KAP yang bukan tergolong Big 4,
sedangkan klien - klien dengan total aset besar tetap memilih KAP Big 4 sebagai
auditornya, yang mencerminkan kesesuaian ukuran antara KAP dengan kliennya (Afriansyah
dan Siregar, 2007).
Sinason et al., (2001) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin memerlukan
biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik fiskal langsung dan
tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga
meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru.
Misalnya, personil klien banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan
informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina
hubungan baru dengan auditor baru. Mungkin benar bahwa biaya adalah proporsional dengan
ukuran klien.
Berdasarkan argumen di atas, dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk klien yang
kecil mungkin lebih sedikit dibandingkan klien yang besar. Auditee yang lebih besar, karena
kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan
kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan
Zimmerman, 1986) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005).
Hal ini berarti, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor
dibandingkan klien yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wijayanti (2010). Tetapi tidak mendukung penelitian Nasser, et al
(2006), Sinarwati (2010), Tate (2007), Damayanti dan Sudarma (2007).
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan klien pada
perusahaan sampel tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas auditor
switching. Hasil ini menjelaskan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang besar dilihat
dari sisi penjualannya, bukanlah menjadi pertimbangan dalam melakukan auditor switching
(Nasser et al. 2006). Peningkatan besarnya operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap
auditor switching karena perusahaan yang berkembang pesat tidak terlalu perlu mengganti
auditornya demi pemenuhan kebutuhan perusahaan akan informasi objektif. Informasi
objektif tetap bisa didapatkan selama auditor terkait dapat dijamin independensinya dan
SDM-nya mampu melakukan tugas audit dengan kompeten. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser, et al (2006) dan Wijayanti (2010).
Tetapi tidak mendukung penelitian Damayanti dan Sudarma (2007).
Pengaruh Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Auditor Switching
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan justru tidak menjadi faktor
penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Hal ini dapat disebabkan karena
perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang
dibebankan oleh KAP yang diakibatkan karena penurunan kemampuan keuangan
perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2007). Selain itu, sebagian besar perusahaan yang
dijadikan sampel menggunakan jasa KAP Non Big 4, sehingga pergantian KAP dari Non Big
4 ke jasa KAP Big 4 justru akan semakin menyulitkan kondisi keuangan perusahaan karena
kenaikan jasa audit. Selain itu, auditee yang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat
lebih mungkin untuk mengikat auditornya untuk menjaga kepercayaan para pemegang
saham dan kreditor serta mengurangi risiko litigasi (Nasser, et al. 2006). Penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007), Wijayanti
(2010) tatapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nasser, et al. (2006) dan
Sinarwati (2010).
Pengaruh Audit Tenure Terhadap Auditor Switching
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjangnya audit tenure justru secara signifikan
menjadi faktor penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Hasil pengujian
mendapatkan bahwa panjang masa perikatan audit dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit.
Dengan kata lain bahwa perusahaan-perusahaan audit yang besar seperti Big 4 akan memiliki
masa perikatan audit yang lebih panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti
Non Big 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa
perikatan audit (audit tenure) maka semakin besar perusahaan untuk melakukan auditor
switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Damayanti dan Sudarma (2007). Tetapi tidak mendukung penelitian Nasser, et al (2006) dan
Wijayanti (2010).
Pengaruh Pergantian Dewan Komisaris Terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pergantian dewan komisaris tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas auditor switching. Hal ini dibuktikan
berdasarkan hasil penelitian dari 150 sampel perusahaan, hanya 12 perusahaan diantaranya
yang melakukan auditor switching bersamaan dengan melakukan pergantian dewan
komisaris. Hal ini disebabkan karena pada umumnya dewan komisaris membentuk komite-
komite dibawahnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan perundangan yang
berlaku untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggungjawab dan
wewenangnya secara efektif.
Komite yang dibentuk oleh dewan komisaris tersebut adalah komite audit, komite
kebijakan risiko, komite remunerasi dan nominasi, komite kebijakan corporate governance
(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Namun, menurut peraturan yang
dikeluarkan oleh Bapepam No:KEP-339/BEJ/2001, yang sifatnya wajib dimiliki oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek hanya komite audit. Komite audit pada prinsipnya
memiliki tugas pokok dalam membantu dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan atas
kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, meskipun dewan komisaris memilki kewenangan untuk
mengganti KAP, namun hal ini tidak serta merta bersifat mutlak karena dewan komisaris
harus mempertimbangkan saran – saran dari komite audit. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Filka (2010) tetapi bertentangan dengan hasil penelitian Kadir (1994).
Pengaruh Opini Audit Terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian yang gagal menemukan adanya pengaruh signifikan terhadap
probabilitas auditor switching disebabkan karena auditor switching lebih cenderung
dilakukan oleh perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified)
dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini selain unqualified seperti qualified
dan tidak memberikan pendapat. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti
KAP yang mengundurkan diri (Febrianto,2009), atau dapat disebabkan pula karena faktor
keuangan yaitu perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya
audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan karena penurunan kemampuan keuangan
perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2007). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Wijayanti (2010), Damayanti dan Sudarma (2007) tetapi tidak mendukung hasil penelitian
Kadir (1994).
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis regresi logistik yang mengacu pada
masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching selama
tiga tahun pengamatan (2008-2010). Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya auditor
switching yang dilakukan oleh perusahaan dengan KAP Non Big 4 dibandingkan
dengan perusahaan yang telah menggunakan KAP Big 4.
2. Ukuran klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching selama tiga tahun
pengamatan (2008-2010). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya auditor switching yang
lebih banyak dilakukan oleh perusahaan dengan ukuran besar dibandingkan dengan
ukuran yang kecil.
3. Variabel tingkat pertumbuhan perusahaan klien yang di lihat dari sisi penjualannya, tidak
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2008-
2010).
4. Variabel kesulitan keuangan perusahaan yang diproksikan dengan membagi arus kas dari
aktivitas operasi dengan kewajiban jangka panjang tidak berpengaruh terhadap auditor
switching. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang kurang
baik akan tetap menggunakan KAP lama dengan harapan dapat memperoleh opini yang
lebih baik daripada harus mengganti KAP.
5. Variabel total tenure yang dihitung dengan menjumlahkan panjangnya masa audit
mempengaruhi perusahaan dalam melakukan auditor switching selama tiga tahun
pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang lebih lama diaudit KAP non big 4 cenderung
akan mengganti KAP.
6. Variabel pergantian dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching selama tiga tahun pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang melakukan
pergantian dewan komisaris cenderung tidak melakukan perpindahan KAP.
7. Variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching selama tiga tahun pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang pada tahun
sebelumnya menerima opini audit unqualilied akan menerima opini tersebut dan tidak
melakukan perpindahan KAP.
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini
kurang dapat digeneralisasikan.
2. Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tiga tahun (2008-2010) sehingga
kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena yang sesungguhnya.
3. Penelitian ini belum meneliti peran komite audit dimana komite audit memilki
peran dalam auditor switching.
Saran
Beberapa saran yang diberikan bagi penelitian di masa yang akan datang adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan-
perusahaan pada industri yang berbeda sehingga hasil penelitian ini dapat
diperbandingkan.
2. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambah jumlah variabel penelitian
dan jumlah periode tahun yang dijadikan periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2007-2010. Jakarta:
Bursa Efek Indonesia.
Burton, J.C., dan Robers, W., A Study of Auditor Changes, The Journal of Accountancy,
April 1967, 31-36.
Carcello, J.V. dan Neal, T.L., 2003, Audit Committee Characteristics and Auditor Dismissals
Following “New” Going-Concern Reports, The Accounting Review, Vol. 78, No. 1,
January 2003, 95-117.
Chow, C.W. dan Rice, S.J. 1982, Qualified Audit Opinions and Auditor Switching. The
Accounting Review. Vol. LVII No. 2 April 1982, 326-335.
Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan
Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak.
Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”.