Page 1
ANALISIS FENOMENA REDUNDANT ACRONYM SYNDROME (RAS) SYNDROME
DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakukultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
HILDA MAYANTI
10533795915
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
Page 6
vi
MOTO
Tak peduli dengan cara apa ujung itu dikejar.
Buru-burukah, pelan-pelankah, atau merangkak sekalipun.
Jalani saja dengan cara terbaik versi kita.
Nanti kita akan belajar, segala sesuatunya, tepat waktu.
Bukanka kita yang lebih tau batasan kita,
Tanggung jawab kita, riteme kita.
Jadi yang tercepat , bukan berarti tak ada yang menghambat.
Jadi yang terlambat, bukan berarti tak bisa jadi yang terhebat.
Tetaplah lakukan hal-hal luar biasa yang selama ini kau lakukan.
Percayalah bahwa semuanya akan bermuara pada hal-hal yang baik.
Jangan pernah lupa, hasil dari jerih paya tak melulu soal pencapaian,
Tapi bisa juga sebuah pembelajaran
Page 7
vii
PERSEMBAHAN
Allhamdulillahi Rabbil Alamin, tiada kata yang pantas saya ucapkan selain
kata syukur atas apa yang telah saya capai saat ini. Dengan mengucapkan syukur
kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda ABD.Gani dan Ibunda Hasniah yang selalu
mencintai, mendukung, membimbing, dan mendoakan setiap langkah saya
dalam menggapai cita-cita.
2. Saudaraku, Hidayat yang selalu memberikan support kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ishak yang selalu memberikan semangat dan support dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
4. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan support dan doa hingga
penulis dapan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Page 8
viii
ABSTRAK
HILDA MAYANTI. 2019. Analisis Fenomena Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar. Jurusan Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Muh Rapi Tang dan Pembimbing II Akram Budiman Yusuf.
Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Teknik analisis data
menggunakan tiga alur pikir yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion). Hasil penelitian ini (1)
RAS Syndrome dalam pemakaian bahasa Indonesia banyak jumpai pada
Mahasiswa seperti Kamus KBBI, Nomor NIK, PSM Makassar, Persija Jakarta,
Persebaya Surabaya, Kartu KIP, Virus HIV, Nomor PIN, Bank BNI, Bank BRI,
Bank BCA, Bank BTN, Bank BPTN, Partai PDIP, Partai PAN, Partai PSI, Partai
PPP, Partai PKS dan Mesin ATM. (2) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
RAS Syndrome terjadi akibat (1) penutur dalam kondisi tidak sadar, (2) karena
alasan budaya berbahasa yang berkembang di mahasiswa seperti itu, (3) akibat
kurangnya pengetahuan bahasa yang memadai untuk diaplikasikan dalam
berbahasa yang sesuai kaidah, (4) akibat kesemenamenaan dalam berbahasa (3)
RAS Syndrome merupakan bentuk kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dan
semantik karena terjadi pemborosan, kecuali bentuk yang sudah ditetapkan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sindrom RAS yaitu (1) penutur dalam
kondisi tidak sadar, (2) karena alasan budaya berbahasa yang berkembang di
masyarakat seperti itu, (3) akibat tidak adanya bekal pengetahuan bahasa yang
memadai untuk diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai kaidah, (4) akibat
kesemena-menaan dalam berbahasa.
Kata kunci: RAS Syndrome, kesalahan berbahasa
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahu rabbil alamin, segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang yang telah menganugrahkan banyak nikmat dan telah
menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk sehingga dapat berkarya tanpa
batas sebagai warisan untuk generasi-generasi selanjutnya.
Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada baginda Rasullulah
Muhammad shallallahu alaihiwasallam. Manusia yang menjadi Sang
revolusioner Islam yang telah menggulung tikar-tikar kebathilan dan
membentangkan permadani-permadani Islam hingga saat ini. Nabi yang telah
membawa misi risalah dianut Islam sehingga penulis dapat membedakan antara
haq dan yang bathil. Sehingga, kejahiliyaan tidak dirasakan lagi oleh umat
manusia di zaman yang serba digital ini.
Tujuan dari penyusunan skripsi bertujuan agar pembaca dapat memperluas
pengetahuannya tentang Fenomena Redundant Acronym Syndrome (RAS)
Syndrome yang penulis sajikan berdasarkan dari beberapa sumber seperti artikel
dan buku. Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada pembaca dari
hasil Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap semoga laporan penelitian ini
dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, support, arahan
dan bimbingan banyak pihak. Oleh sebab itu penyusun ingin sampaikan terima
kasih kepada:
Page 10
x
1. Kedua orang tua serta saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan
nasihat, do’a, dan dukungan moril maupun materil untuk penulis dalam
menuntut ilmu, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr.Munirah, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
3. Prof. Muhammad Rapi Tang, M.S selaku Dosen Pembimbing pertama.
4. Akram Budiman Yusuf, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing kedua.
5. Aziz Taba, yang telah memberi ide-ide/gagasan dan bantuan sehingga
skripsi ini bias diselesaikan dengan kesyukuran.
6. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat
memberikan setitik ilmu dan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Wassalam.
Makassar, Januari 2020
Penulis
Page 11
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 7
A. Penelitian relevan ............................................................................... 7
B. Kajian teori ......................................................................................... 9
1. Konsep bahasa ............................................................................... 9
2. Redundant Acronym syndrome ..................................................... 18
3. RAS syndrome sebagai kesalahan berbahasa ................................ 20
C. Karangka Pikir.................................................................................... 36
Page 12
xii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 40
A. Jenis penelitian ................................................................................... 40
B. Pendekatan penelitian ......................................................................... 41
C. Data dan sumber data ......................................................................... 42
D. Intrumen penelitian ............................................................................ 43
E. Teknik pengumpulan data .................................................................. 43
F. Teknik analisis data ............................................................................ 44
G. Pengecekan keabsahan data ............................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 47
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 47
B. Pembahasa ........................................................................................ 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 78
A. Simpulan ............................................................................................. 78
B. Saran .................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Page 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan media interaksi yang menghubungkan seseorang
dengan orang lainnya. Bahasa dijadikan sebagai media untuk mengungkapkan ide
atau gagasan, pikiran dan perasaan. Dengan bahasa orang lain dapat memahami
kondisi dari penutur bahasa begitupun sebaliknya. Bahasa merupakan system
lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan telah dikonvensi dalam suatu kelompok
sosial. Artinya bahasa memiliki ketetapan atau kaidah-kaidah tertentu yang
disepakati dan dipahami secara bersama dalam suatu kelompok sosial tertentu.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia
yang memiliki kaidah-kaidah atau aturan bahasa yang sudah distandarkan. Artinya
bahasa Indonesia ini selanjutnya disebut sebagai bahasa Indonesia baku atau
bahasa Indonesia standar oleh karena itu pemakaiannya diatur dengan sangat ketat
mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Dalam hal ini bahasa Indonesia
diatur di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Seperti aturan
penggunaan tanda baca, penulisan (pelafalan) kata atau istilah, aturan pemakaian
huruf, penulisan unsur serapan, aturan reduplikasi, dan lain-lain sebagainya.
Sehingga, jika bahasa Indonesia digunakan tidak sesuai dengaan kaidah atau
aturan-aturan yang telah ditetapkan (khususnya pada situasi-situasi formal) maka
dapat dikatagorikan sebagai bentuk kesalahan berbahasa.
1
Page 14
2
Selain bahasa Indonesia baku atau standar, penutur bahasa Indonesia juga
menggunakan bahasa Indonesia ragam tidak baku atau tidak terstandar. Ragam ini
pemakaiannya di luar dari situasi formal. Karena pengunaannya di luar dari situasi
formal, maka pemakaian bahasa Indonesia pada ragam ini tidak terikat pada
aturan atau kaidah yang telah ditetapkan. Namun, karena bahasa Indonesia
dipandang sebagai identitas kebangsaan, pemakaian bahasa Indonesia ragam tidak
baku dikhawatirkan memberikan pengaruh buruk terhadap pemakaian bahasa
Indonesia standar. Hal ini terbukti melalui penelitian Kurniawati (2014) yang
menyatakan bahwa remaja penutur bahasa di Yogyakarta aktif dalam penggunaan
bahasa prokem yang tidak sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa ragam baku.
Ke aktifan penggunaan bahasa prokem oleh remaja penutur bahasa di Yogyakarta
berimbas pada kualitas pemakaian bahasa Indonesia ragam baku. Hal ini berarti
bahwa bahasa prokem sebagai produk bahasa oleh remaja penutur bahasa di
Yogyakarta digunakan dengan menyalahi aturan kebahasaan Indonesia dan
menjadi suatu kebiasaan yang memberikan dampak buruk terhadap kemampuan
dan keterampilan remaja penutur bahasa dalam menggunakan bahasa Indonesia
ragam baku di sekolah baik secara lisan maupun tertulis.
Selain Kurniawati , Ismiyati (2011) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa, remaja di Kotagede memiliki berbagai macam dimensi kesalahan
berbahasa akibat pemakaian bahasa Indonesia ragam tidak baku khususnya dalam
kehidupan sehari-hari di luar kegiatan formal. Ismiyati menilai bahwa kesalahan
berbahasa remaja yang terjadi di Kotagede mendapatkan pengaruh yang cukup
signifikan dari adanya bahasa prokem.
Page 15
3
Majalah New Scientist (London) pada tahun 2001 memperkenalakan
istilah Redundant Acronym Syndrome Syndrome yang selanjutnya dikenal dengan
istilah akronim RAS Syndrome. Oleh Majalah New Scientist (Gary 2006 dan
Stanley 2008) RAS Syndrome di definisikan sebagai gejala pemakaian bahasa
yang tidak lazim seperti pada umumnya yang ditandai dengan benturan antara
kata dengan kata itu sendiri yang disebutkan di dalam akronim atau singkatan
yang muncul sebelum atau setelah kata itu sendiri. Garner (2000) menjelaskan
bahwa istilah RAS Syndrome dilekatkan pada seseorang ketika secara berlebihan
menggunakan satu atau lebih kata yang membentuk akronim, singkatan, inisial,
dengan singkatan itu sendiri. Garner kemudian menjelaskan bahwa, fenomena
RAS Syndrome merupakan gaya kebahasaan yang buruk dengan kondisis
pemborosan bahasa. Kasperaviciene (2011) menyepadankan fenomena RAS
Syndrome dengan gejala Pleonasme berdasarkan kajian pemakaian Bahasa
Inggris pada masyarakat Lituania di Eropa.
Pembahasan mengenai fenomen RAS Syndrome di Indonesia masih sangat
minim. Jarang sekali pemerhati bahasa atau peneliti bahasa yang mengangkat isu
tersebut. Hal ini terbukti dari sangat sedikitnya artikel berupa buku atau artikel
jurnal baik dalam versi cetak atau versi dalam jaringan yang menyajikan isu RAS
Syndrome. Pada hal, fenomena ini sudah sangat nyata keberadaaannya di
Indonesia. Hanya ada satu artikel di Indonesia yang membahas RAS Syndrome
dalam pemakaian bahasa Indonesia, yaitu Haslinda dan Thaba (2018).
Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian lapangan yang dilakukan oleh Haslinda
dan Thaba (2018) fenomena RAS Syndrome sejatinya ditemukan dalam
Page 16
4
pemakaian bahasa Indonesia khususnya masyarakat di Kota Makassar. Fenomena
tersebut terjadi dengan empat alasan atau faktor yaitu penutur dalam kondisi tidak
sadar, karena alasan budaya berbahasa yang berkembangang, akibat tidak adanya
bekal pengetahuan berbahasa, serta akibat kesemana-menaan dalam berbahasa.
Haslinda dan Thaba menambahkan bahwa fenomen RAS Syndrome bermuatan
kesalahan berbahasa karena pemakaiannya menyalahi kaidah yang ada.
Sebagai upaya memperkaya hasil riset terkait RAS Sydrome maka
penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. Sebab fenomena tersebut harus
mendapat perhatian yang serius sebab berbicara tentang kelangsungan bahasa
Indonesia baku maka segala bentuk ancaman atau rongrongan terhadap bahasa
Indonesia itu sendiri harus di antisipasi sedini mungkin. Di Univesitas
Muhammadiyah Makassar fenomena RAS Syndrome berkembang secara sporadis
khususnya pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, fenomena RAS Syndrome sangat sering di jumpai baik dalam situasi
kebahasaan tertulis maupun situasi kebahasaan lisan. Penelitian ini di arahkan
pada tiga fokus kajian yaitu, telaah eksistensi, dan bentuk-bentuk fenomena RAS
Syndrome yang terjadi. Kedua identifikasi penyebab terjadinya. Fenomena RAS
Syndrome, telaah kritis RAS Syndrome sebagai suatu bentuk kesalahan berbahasa.
Sehingga penelitian ini di rumuskan dengan judul Analisis Fenomena Redundant
Acronyme Syndrome (RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia
Mahasiswan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Page 17
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah wujud (bentuk) Redundant Acronym Syndrome (RAS)
Syndrome dalam pemakaian bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar?
2. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar?
3. Bagaimanakah Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam
pemakaian bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar ditinjau
sebagai bentuk kesalahan berbahasa?
C. Tujuan Penelitan
Berdasarkan uraian latar belakang
1. Medeskripsikan wujud (bentuk) Redundant Acronym Syndrome (RAS)
Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa
Page 18
6
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Mendeskripsikan Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam
Pemakaian Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar ditinjau
sebagai bentuk kesalahan berbahasa.
D. Manfaat penelitan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai hasil penelitian dalam bidang ilmu bahasa,
khususnya kesalahan berbahasa.
b. Sebagai bahan referensi untuk analisis kesalahan berbahasa yang
sejenis.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada pembaca
tentang kesalahan berbahasa, khususnya RAS Syndrome yang
merupakan penggunaan satu atau lebih kata yang membentuk akronim.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca dalam
memahami kesalahan berbahasa tentang RAS Syndrome yang
merupakan penggunaan satu atau lebih kata yang membentuk akronim.
Page 19
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan
Keberadaan peneliltian relevan berfungsi sebagai penanda dan pembeda
antara penelitian yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Artinya, peneliti
akan dengan mudah menemukan peluang dan alasan dilakukannya penelitian ini
baik itu sebagai pengembangan hasil penelitian terlebih dahulu atau suatu
penelitian terbaru meskipun dengan fokus yang sama. Adapun hasil kajian
penelitian relevan tersebut sebagai berikut.
Pertama, hasil penelitan Haslinda dan Thaba (2018) dengan judul
“Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa
Indonesia”. yang hasil analisisnya (1) Beberapa bentuk RAS Syndrome yang
terjadi di masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia yaitu nomor NIK,
Kartu KIP, PSM Makassar, Persija Jakarta, Arema Malang, nomor PIN, Virus
HIV, Partai PPP, Partai PDIP, Partai PAN. (2) RAS Syndrome dapat dijumpai
pada bahasa lisan maupun tulisan. RAS Syndrome merupakan bentuk kesalahan
berbahasa pada tataran sintaksis (struktur kalimat), maupun pada tataran semantik
(makna). (3) RAS Syndrome terjadi akibat (a) penutur dalam kondisi tidak sadar,
(b) karena alasan budaya berbahasa yang berkembang di masyarakat seperti itu,
(c) akibat tidak adanya bekal pengetahuan bahasa yang memadai untuk
diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai kaidah, (d) akibat kesemenamenaan
dalam berbahasa.
7
Page 20
8
Kedua, hasil penelitan Ghufron, (2017) dengan judul “Kesalahan
Berbahasa Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lamongan”. yang hasil analisisnya,
kesalahan berbahasa yang terdapat dalam tulisan siswa kelas VI SD di Kabupaten
Lamongan meliputi kesalahan ejaan, kesalahan pemilihan kata, dan kesalahan
penyusunan kalimat.
Penelitian yang terlebih dahulu telah dilakukan oleh Haslinda dan Thaba
“Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa
Indonesia” dengan penelitian yang akan dilakukan penulis “Analisis Fenomena
Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam Pemakaian Bahasa
Indonesia Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar”. Perbedaan Penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Haslinda dan Thaba terkait RAS Syndrome yang terjadi
dimasyarakat (umum), Sedangakan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
terkait RAS Syndrome yang terjadi pada mahasiswa (khusus).
Penelitian yang terlebih dahulu telah dilakukan oleh Ghufron “Kesalahan
Berbahasa Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lamongan”. dengan penelitian
yang akan dilakukan penulis “Analisis fenomena Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome dalam pemakaian Bahasa Indonesia Mahasiswa Program Studi
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar”. Perbedanya
penelitian Ghufron terkait kesalahan ejaan, kesalahan pilihan kata, kesalahan
penyusunan kalimat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis terkait
kesalahan pengulangan kata pada akronim.
Page 21
9
B. Kajian Teori
1. Konsep Bahasa
Konsep umum dari, “bahasa” bisa mengacu pada kemampuan kognitif
untuk dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau
untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau
sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua
bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan
makna tertentu. Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis
yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang
dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaksis yang mengatur
bagaimana kata-kata dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan
penyebutan.
a. Pengertian bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi
berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang
dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran KBBI (1990:66).
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, bahasa merupakan rangkaian
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, dan bahwa bahasa
diatur dalam suatu sistem. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa harus
Page 22
10
mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta mampu
menimbulkan adanya saling mengerti antara penutur dengan pendengarnya
atau antara penulis dengan pembacanya Santoso (1990:1-2).
Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer Keraf (2005:1)
Chaer & Agustina (1995: 14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:3) yang menyatakan
bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial.
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial
behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.
Pringgawidagda (2002:4) bahasa merupakan alat utama untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun
kolektif sosial. Kridalaksana, 1985:28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu
sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Singarimbun. (1995 : 15 ) berpendapat bahwa pengalaman sehari-hari
menunjukan bahwa ragam lisan lebih banyak daripada ragam tulis. Lebih
lanjut Singarimbun. (1995 : 78 ) menyampaikan bahwa ragam lisan berbeda
dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan tuturan dengan
tekanan, nada, irama, jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan
Page 23
11
maksud tuturan. Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan
tidak selalu merupakan kalimat lengkap.
Johnson et., al (2011:21) “Language is patterned system of arbitrary
sound signals, characterized by structure dependence, creativity,
displacement, duality, and cultural transmission”, bahasa adalah sistem yang
terbentuk dari isyarat suara yang telah disepakati, yang ditandai dengan
struktur yang saling tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas dan
penyebaran budaya.
Diatas telah disebutkan pengertian bahasa dan dapat diambil
kesimpulan, bahwa pengertian bahasa ialah bahasa adalah sistem komunikasi
yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat
arbitrer yang digunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri.
b. Fungsi bahasa
Fungsi bahasa secara umum :
1) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
2) Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang,
yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja
sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki
tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian
seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan
Page 24
12
non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan
alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi sesara non verbal
dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan
bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam
bahasa manusia.
3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di
lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang non formal pada saat berbicara dengan teman
dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua
atau yang dihormati.
4) Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta
tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan
masyarakat.
Fungsi bahasa secara khusus:
1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah
makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan
makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan
bahasa formal dan non formal.
2) Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan
perasaan melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang
bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang
Page 25
13
tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa
mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3) Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat
mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi
kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan
datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar
belakang dari suatu hal.
4) Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu
sendiri.
c. Perilaku berbahasa dan sikap berbahasa
Perilaku berbahasa dan sikap berbahasa merupakan dua hal yang erat
hubungannya, yang dapat menentukan pilihan bahasa serta kelangsungan
hidup suatu bahasa. Perilaku berbahasa adalah sikap mental seseorang dalam
memilih dan menggunakan bahasa. Pada dasarnya seseorang bebas memilih
bahasa dan bebas pula menggunakan bahasa itu. Kebebasan ini merupakan
bagian tertentu dari hak asasi manusia. Sedangkan sikap bahasa adalah
anggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu bahasa, apakah senang
atau tidak terhadap bahasa tersebut, sehingga sikap bahasa mempengaruhi
terhadap pemilihan bahasa. Lambert menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari
tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
konatif.
Page 26
14
Untuk dapat memahami apa yang disebut sikap bahasa (Language
Attiude) terlebih dahulu haruslah dijelaskan apa itu sikap. Sikap dapat
mengacu pada bentuk tubuh, posisi yang berdiri tegak, prilaku atau gerak-
gerik, dan perbuatan atau tindakan yang di lakukan berdasarkan pandangan
(pendirian, keyakinan, atau pendapat). Sebagai reaksi atas adanya suatu hal
atau kejadian. Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang
biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau prilaku. Namun dalam
banyak penelitain tidak selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan
cerminan dari sikap batiniah Chaer & Agustina (1995:197-198).
Sikap bahasa pada umumnya dianggap sebagai prilaku pemakai bahasa
terhadap bahasa. Hubungan antara sikap bahasa dan pemertahanan dan
pergeseran bahasa dapat dijelaskan dari segi pengenalan perilaku itu atau di
antaranya yang memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung bagi
pemertahanan bahasa. Jadi yang sangat penting adalah pertanyaan tentang
bagaimana sikap bahasa atau ragam bahasa yang berbeda menggambarkan
pandangan orang dalam ciri sosial yang berbeda. Penggambaran pandangan
yang demikian memainkan peranan dalam komunikasi intra kelompok dan
antar kelompok Siregar (1998:86)
Sikap bahasa (Language Attitude) adalah pristiwa kejiwaaan dan
merupakan bagian dari sikap (Attitude) pengguna bahasa pada umumnya.
Sikap berbahasa merupakan reaksi penilaian terhadap bahasa tertentu
Fishman, J.A. (1986) . Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan
terhadap bahasa itu sendiri atau orang lain Kridalaksana (1982:13). Kedua
Page 27
15
pendapat di atas menyatakan bahwa sikap bahasa merupakan reaksi seseorang
(pemakai bahasa) terhadap bahasanya maupun bahasa orang lain. Seperti
dikatakan Richard, Jack C. (2002) dalam Longman Dictionary of Applied
Linguistics (1985:155) bahwa sikap bahasa adalah sikap pemakai bahasa
terhadap keanekaragaman bahasanya sendiri maupun bahasa orang lain.
Rusyana (1989:31-32) menyatakan bahwa sikap bahasa dari seorang
pemakai bahasa atau masyarakat bahasa baik yang dwibahasawan maupun
yang multibahasawan akan berwujud berupa perasaan bangga atau mengejek,
menolak atau sekaligus menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat
pemakai bahasa tertentu, baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap
individu maupun oleh anggota masyarakat. Hal itu ada hubungannya dengan
status bahasa dalam masyarakat, termasuk di dalamnya status politik dan
ekonomi. Demikian juga penggunaan bahasa diasosiasikan dengan kehidupan
kelompok masyarakat tertentu, sering bersifat stereotip karena bahasa bukan
saja merupakan alat komunikasi melainkan juga menjadi identitas sosial.
Sikap bahasa dalam kajian sosiolinguistik mengacu pada prilaku atau
tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan sebagai reaksi atas adanya
suatu fenomena terhadap penggunaan bahasa tertentu oleh penutur bahasa.
Bahasa dalam suatu komunitas mungkin berbeda dengan komunitas yang lain
bagaimana bahasa bisa dipengaruhi penggunaannya sesuai dengan ciri sosial
yang berbeda. Yang sering menjadi perdebatan tentang sikap bahasa adalah
hakikat sikap itu sendiri. Meskipun dikenal secara luas di dalam bidang
psikologi sosial, tidak terdapat kesepakatan yang umum tentang konsep sikap
Page 28
16
itu sendiri. Terdapat dua pandangan teoritis yang berbeda tentang sikap, yaitu
pandangan para mentalis dan behaviris. Kedua pandangan itu selalu menjadi
tumpuan teori dan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian tentang sikap
individu maupun sikap masyarakat Siregar (1998:87) .
Fasold (1991) mengemukakan bahwa didalam pengkajian
sosiolinguistik, definisi sikap bahasa sering diperluas untuk mencakup sikap-
sikap terhadap penutur-penutur bahasa tertentu. Pemerluasan definisi yang
demikian mungkin akan memberikan kemungkinan bahwa seluruh jenis
perilaku yang berhubungan dengan bahasa, termasuk sikap terhadap
pemertahanan bahasa dapat dijelaskan.
Cooper & Fishman (1974) misalnya memberikan definisi sikap bahasa
merupakan patokan-patokan yang dapat diamati terhadap siapa,
membicarakan apa, kapan, dan bagaimana. Cooper dan Fishmen memperluas
referensinya untuk mencakup bahasa, perilaku bahasa, dan referensi yang
merupakan pemarkah atau simbol bahasa atau prilaku bahasa. Terutama dalam
kaitannya dengan psikologi sosial, misalnya Triandis (197: 2-2 dalam Chaer
dan Agustina 1995: 198) mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan bereaksi
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Kesiapan ini dapat
mengacu terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Kesiapan ini
dapat mengacu pada kesiapan mental atau Sikap prilaku.
Menurut Allport (1935) sikap adalah kesiapan mental atau saraf, yang
terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang
dinamis kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang
Page 29
17
menyangkut sikap itu. Sedangkan Lambert (1967:91-102) menyatakan bahwa
sikap itu terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen
apektif, dan komponen konatif.
Komponen kognitif sikap bahasa mengacu atau berhubungan dengan
pengetahuan atau suatu kategori yang disebut proses berpikir. Komponen
apektif menyangkut isu-isu penilaian seperti baik, buruk, suka, atau tidak suka
terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Jika seseorang memiliki nilai rasa baik
atau suka terhadap sesuatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki sikap
positif. Jika sebaliknya disebut memiliki sikap negatif. Komponen konatif
menyangkut prilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif
terhadap suatu keadaan. Melalui kompenen ketiga inilah orang biasanya
mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan Chaer
& Agustina (1995:198-199) .
Melalui ketiga komponen inilah, orang biasanya mencoba menduga
bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya.
Ketiga komponen sikap ini (komponen kognitif, afektif, dan konatif) pada
umumnya berhubungan dengan erat. Namun, seringkali pengalaman
menyenangkan atau tidak menyenangkan yang didapat seseorang di dalam
masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak sejalan.
Apabila ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu
menunjukkan sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku
tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap. Banyak pakar yang memang
mengatakan bahwa perilaku belum tentu menunjukkan sikap.
Page 30
18
2. Redundant Acronim syndrome
a. Pengertian RAS Syndrome
RAS Syndrome (di mana "RAS" adalah singkatan dari "redundant
acronym syndrome", membuat frase "Sindrom RAS" merujuk diri sendiri)
adalah penggunaan satu atau lebih kata yang membentuk akronim (atau
inisialisasi lainnya) bersamaan dengan bentuk disingkat. Ini berarti, pada
dasarnya, mengulangi satu atau lebih kata dari akronim. Istilah sindrom RAS
diciptakan pada tahun 2001.
RAS Syndrome adalah fenomena berbahasa khususnya bahasa
Indonesia yang pada hakikatnya telah berkembang sejak lama. Namun,
fenomena ini belum mendapatkan perhatian yang serius. Dampaknya, RAS
Syndrome berkembang secara sporadis. Ditakutkan bahwa Syndrome ini
lambat laun akan menjadi tantangan terberat bagi perkembangan bahasa
Indonesia itu sendiri khususnya dalam mempertahankan keaslian kaidahnya.
Sebab, apalah arti preskriptivisme jika tidak didukung oleh deskriptivisme.
James & Milroy (1999) mengungkapkan bahwa kebertahanan suatu bahasa
semakin kuat jika antara preskriptivisme berjalan searah dengan
deskriptivisme. Sama saja jika kepunahan keaslian bahasa Indonesia tinggal
menunggu hari.
Contoh pemakaian bahasa Indonesia yang mengandung RAS
Syndrome yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan NIK (Nomor
Induk Kependudukan) adalah bentuk mubazir (Redundant) karena kata Nomor
itu sendiri telah disebutkan pada singkatan NIK sehingga bentuk jadiannya
Page 31
19
adalah Nomor Nomor Induk Kependudukan. Selain itu, pemakaian kata Partai
yang diikuti singkatan PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PDIP (Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan), dan PAN (Partai Amanat Nasional) adalah
bentuk mubazir (Redundant) karena kata Partai itu sendiri telah disebutkan
pada ketiga singkatan PPP, PDIP, DAN PAN sehingga bentuk jadiannya
adalah Partai Partai Persatuan Pembangunan, Partai Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, dan Partai Partai Amanat Nasional.
Ditinjau dari struktur yang membentuk terjadinya RAS Syndrome,
dapat dijelaskan bahwa RAS Syndrome itu sendiri sebagai sebuah kesalahan
berbahasa baik pada tataran sintaksis maupun pada tataran semantik. RAS
Syndrome dapat dijumpai pada bahasa lisan maupun pada bahasa tulisan.
Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan slip of the
tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan
slip of the pen. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Corder (1974). RAS
Syndrome adalah bentuk Error. Corder (1974) menjelaskan bahwa error
merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
tata bahasa (breaches of code).
b. Faktor penyebab terjadinya RAS Syndrome
Penyebab terjadinya RAS Syndrome sebagai bentuk kesalahan
berbahasa disebabkan oleh :
1) penutur dalam kondisi tidak sadar.
2) karena alasan budaya berbahasa yang berkembang di masyarakat seperti
itu.
Page 32
20
3) akibat tidak adanya bekal pengetahuan bahasa yang memadai untuk
diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai kaidah
4) akibat kesemena-menaan dalam berbahasa.
RAS Syndrome dipahami sebagai suatu bentuk kesalahan, tetapi
kesalahan berbahasa bukan suatu bentuk kesalahan yang berdampak pada
pisik, sosial, maupun psikologi. Salah dalam berbahasa tidak akan
memperoleh sanksi atau bentuk konsekuensi lainnya. Temuan terkait faktor
yang menyebabkan terjadinya RAS Syndrome sejalan dengan pandangan
Corder (1974).
3. RAS Syndrome Sebagai Kesalahan Berbahasa
a. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam.
Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan – penyimpang yang dilakuan oleh
seseorang secara sistematis dan konsisten. Menurut Tarigan & Sulistyaningsih
1997:29) kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa secara lisan maupun
tulisan yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan
kaidah bahasa.
Kesalahan berbahasa memiliki keterkaitan dengan pengajaran bahasa,
pemerolehan bahasa, kedwibahasaan, interferensi yang menyebabkan
terjadinya kesalahan berbahasa. Ada dua pandangan yang bertolak belakang
mengenai kesalahan berbahasa. Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib
atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh
siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal.
Page 33
21
Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa
berhasil. Sementara dari sudut siswa, kesalahan berbahasa merupakan bagian
integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil
atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses
belajar-mengajar bahasa.
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar
mengajar. Artinya, kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari
pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun
informal. Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap unsur bahasa, seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karenanya, kesalahan berbahasa bisa
diklasifikasikan berdasarkan tataran linguistik seperti fonologi, morfologi,
kelompok kata, frasa, klausa, kalimat wacana, dan semantik. Dalam
pengajaran bahasa, dikenal dua istilah, kesalahan (Error) dan kekeliruan
(Mistake).
Kesalahan berbahasa (Error) disebabkan oleh faktor pemahaman,
kemampuan atau kompetensi. Apabila siswa belum memahami sistem
linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering membuat kesalahan ketika
menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi
secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada
beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui
pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa.
Kekeliruan berbahasa (Mistake) terjadi bukan karena siswa belum
menguasai kaidah bahasa, namun dalam menggunakan bahasa yang sedang
Page 34
22
dipelajari mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu.
Kekeliruan bersifaat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi
dalam setiap tataran linguistik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama
dalam kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan berbahasa tidak
bersifat permanen. Artinya, bila siswa sudah menyadari kekeliruannya, dia
akan memperbaiki sendiri kekeliruan itu. Kekeliruan berbahasa sering
diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak
sistematis dan bersifat sementara
b. Jenis-jenis kesalahan berbahasa
1) Kesalahan acuan
Di dalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna
acuan Pateda (1986). Dalam kaitannya dengan jenis kesalahan, terdapat
pula istilah kesalahan acuan „referential errors’. Corder (dalam Allen dan
Corder, Ed. 1974:123) mengatakan: “... where the speaker uses a term
with the intention of refering to some feature of the world to which it is
conventionally inaplicalbe”.
Kesalahan acuan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan tertentu kita meminta ini, yang dibawa itu, kita meminta
dibelikan celana panjang yang dibeli celana pendek. Singkatnya, kesalahan
acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau peristiwa yang tidak
sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk
menghindari kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita
sampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Misalnya,
Page 35
23
kalau kita mengatakan kursi kuliah akan berbeda realisasinya kalau kita
hanya mengatakan kursi, karena kata kursi bersifat umum. Dapat kita
katakan, makin khusus yang dikatakan makin jelas pesan yang
disampaikan dan makin kecil kesalahan yang dibuat si pendengar.
2) Kesalahan register
Kesalahan register berhubungan dengan variasi bahasa yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Dengan demikian kesalahan
register, register error adalah kesalahan yang berhubungan dengan bidang
pekerjaan seseorang. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata “Operasi”.
Bagi seorang Dokter, kata operasi selalu dihubungkan dengan usaha
menyelamatkan nyawa seseorang dengan jalan membedah tubuh atau
bagian tubuh. Misalnya, kita dengar dari kalimat Dokter yang berbunyi
“Operasi usus buntu anak Bapak, insyallah akan dilaksanakan besok”,
terdengar pula kalimat, “Operasi jantung Pak Koko berjalan lancar ”. bagi
seorang petugas pemerintahan, kata operasi biasanya dihubungkan dengan
pemungutan pajak, penertiban keamanan, ajakan membersihkan selokan,
sehingga muncul kalimat “Operasi IPEDA akan dilaksanakan hari Jumat”.
Adapula kalimat, “Operasi pembersihan sampah berhasil dengan baik
karena ada partisipasi para pegawai”. Bagi seorang militer, kata operasi
selalu dikaitkan dengan usaha penumpasan musuh sehingga munculah
kalimat, “Operasi kami kelambung pertahanan musuh berhasil baik”.
3) Kesalalahan sosial
Page 36
24
Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri
dalam kenyataan seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam sosial linguistik dikenal variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar
belakang sosial pembicara dan pendengar. Yang dimaksud dengan latar
belakang sosial disini, misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin,
pendidikan, umur, tempat tinggal, dan jabatan. Latar belakang sosial ini
mengharuskan kita untuk pandai-pandai memilih kata kalimat yang sesuai
dengan latar belakang orang yang diajak bicara. Kesalahan memilih kata
yang dikaitkan dengan status sosial dengan orang yang diajak berbicara
menimbulkan kesalahan yang disebut kesalahan sosial, „social errors’
(Pateda, 1989:41).
4) Kesalahan tekstual
Kesalahan tekstual, „textual errors‟ muncul sebagai akibat salah
menafsirkan pesan yang tersirat dalam kalimat atau wacana. Jelas disini
bahwa kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan
oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang kita dengar
atau yang kita baca. Misalnya kalimat “Anak Dokter Ahmad Ali sakit”
memperlihatkan berbagai kemungkinan tafsiran. Seandainya yang
dimaksud ada dua orang yang sakit dan orang lain berpendapat bahwa ada
empat orang yang sakit maka tafsiran orang lain itu dapat digolongkan ke
dalam kesalahan tekstual.
Page 37
25
5) Kesalahan penerimaan
Kesalahan penerimaan, „receptive errors‟, biasanya berhubungan
dengan keterampilan menyimak atau membaca. Dihubungkan dengan
menyimak kesalahan penerimaan disebabkan oleh, (1) pendengar yang
kurang memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pembicara, (2) alat
dengar pendengar, (3) suasana hati pendengar, (4) lingkungan pendengar,
misalnya kebisingan, (5) ujaran yang disampaikan tidak jelas, (6) kata atau
kalimat yang di gunakan pembicara menggunakan makna ganda, (7) antara
pembicara dan pendengar tidak saling mengerti, dan (8) terlalu banyak
opesan yang disampaikan sehingga sulit diingat oleh si pendengar.
6) Kesalahan pengungkapan
Kesalahan pengungkapan, „expressive errors‟, berkaitan dengan
pembicara. Pembicara atau penulis salah mengungkapkan atau
menyampaikan apa yang dipikirkannya, dirasakannya, atau yang
diinginkannya. Misalnya petugas bandar udara mengungkapkan fifteen,
padahal yang dimaksud fifty. Akibat salah pengungkapan itu pilot segera
menukikkan pesawat nya dan tentu saja kecelakaan tidak dapat dihindari.
7) Kesalahan perorangan
Kesalahan perorangan, „errors of individuals‟, jelas
menggambarkan yang dibuat oleh seseorang dan diantara kawan-
kawannya sekelas. Kalau kita mengajar, pelajaran yang kita berikan
tentunya ditunjukan untuk sekelompok terdidik yang terdapat dalam
sebuah kelas namun yang belajar sesungguhnya individu-individu itu
Page 38
26
sendiri. misalnya, semuanya menulis huruf kapital diawal kalimat dan
hanya seorang yang tidak. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan
perorangan. Memperbaiki kesalahan perorangan tentu bersifat perorangan
pula.
8) Kesalahan kelompok
Mempelajari kesalahan kelompok, „errors of group‟, hanya berarti
apabila kelompok itu homogen, misalnya menggunakan bahasa ibu yang
sama dan semuanya mempunyai latar belakang yang sama, baik intelektual
maupun sosial. Murid yang menggunakan bahasa yang berbeda-beda,
kesalahannya lebih banyak daripada murid-murid yang homogen. Guru
yang menyuruh si terdidik berbicara, membaca atau menulis pasti akan
menemukan kesalahan. Kesalahan itu, ada yang berulang-ulang dibuat
oleh kelompok. Kesalahan seperti itu, disebut kesalahan kelompok.
9) Kesalahan menganalogi
Kesalahan menganalogi, „errors of overgeneralisation or
analogycal errors‟ adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang
menguasasi suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu menerapkannya
dalam konteks, padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Si terdidik
melakukan proses pemukul rataan, tetapi proses pemukulrataan yang
berlebihan. Si terdidik menggunakan kata atau kalimat yang berpola pada
kata atau kalimat yang didengarnya padahal bentuk itu tidak dapat
diterapkan. Kesalahan dengan jalan menganggap kata anggota, sentosa,
Page 39
27
teladan berubah menjadi anggauta, sentausa, tauladan, termasuk kesalahan
menganalogi.
10) Kesalahan transfer
Kesalahan transfer, „transfer errors‟ terjadi apabila kebiasaan-
kebiasaan pada bahasa pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi /Ѳ/ seperti
dalam kata inggris “Thank, think”. Orang Indonesia sering menggantikan
bunyi tadi dengan /t/ atau /s/. Proses penggantian semacam ini yang
disebut transfer (Pateda, 1989:45). Corder (dalam Allen dan Corder. Ed.
1974:130) berkata: “this observation has led to the widely accepted theory
of transfer which states that a learner of a second language transfers into
his performance in the second language the habits of his mother-tounge”.
11) Kesalahan guru
Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan teknik dan
metode pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan guru,
„teaching-induced‟ adalah kesalahan yang dibuat si terdidik karena
metode atau bahan yang diajarkan salah. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia terdapat sisipan –el- dan –er-. Guru yang kurang hati-hati
mengatakan, sisipan –el- dan –er- dapat di letakan pada beberapa kata
yang dikiranya mungkin. Itu sebabnya ia berkata, sisipan –el- terdapat
pada kata belebas dan gelas, sisipan –er- terdapat pada kata beras, dan
sisipan –em- terdapat pada pemakai.
Page 40
28
12) Kesalahan lokal
Kesalahan lokal, „local errors‟ adalah kesalahan yang tidak
menghambat komunikasi yang pesannya diungkapkan dalam sebuah
kalimat. Menurut Valdman (1975) yang dikutip oleh Ruru dan Ruru
(1985:2), kesalahan lokal adalah suatu kesalahan lungistis, „linguistic
errors‟ yang menyebabkan suatu bentuk „form‟ atau struktur dalam sebuah
kalimat tampak canggung, tetapi bagi seorang penutur yang mahir bahasa
asing hampir tidak ada kesulitan untuk mengerti apa yang dimaksud dalam
kalimat itu.
13) Kesalahan global
Kesalahan global, „global errors‟ adalah kesalahan karena efek
makna seluruh kalimat (Norrish, 1983:127). Kesalahan jenis ini
menyebabkan pendengar atau pembaca salah mengerti suatu pesan atau
menganggap bahwa suatu kalimat tidak dapat dimengerti. Valdman (1975)
yang dikutip Ruru dan Ruru (1985:2) mengadakan modifikasi terhadap
batasan yang dikemukakan diatas. Valdman mendefinisikan kesalahan
global sebagai kesalahan komunikatif yang menyebabkan seorang penutur
yang mahir dalam suatu bahasa asing, salah tafsir terhadap pesan lisan atau
yang tertulis.
c. Faktor penyebab kesalahan berbahasa
Faktor penyebab kesalahan berbahasa, diantaranya: Keefektifan
kalimat, ragam bahasa, dan dwibahasawan:
Page 41
29
1) Keefektifan kalimat
Dalam berbicara kita cenderung merangkai kata-kata hingga
menjadi sebuah kalimat untuk menyampaikan pendapat atau apapun yang
ada didalam benak, dan biasanya kalimat yang dituturkan tidak sesuai
dengan kaidah dan menjadi kalimat yang tidak efektif. Berikut adalah
contok kalimat yang tidak efektif:
Dimana kamu beli buku Bahasa Indonesia itu?
Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak efektif, meskipun kita
paham maksud pertanyaannya namun kata beli merupakan kata dasar
kurang tepat bila berdiri sendiri, seharusnya ditambahkan afiks meN-
hingga menjadi kata membeli, karena kata beli bisa di tambah dengan dua
afiks, yaitu afiks di- dan afiks meN- ketika kalimat diatas, kata beli
ditambahkan afiks di maka kalimat tersebut menjadi kalimat pasif
“Dimana kamu dibeli buku bahasa Indonesia itu?” kini pertanyaannya
menjadi berubah makna. Maka kalimat yang efektifnya adalah “Dimana
kamu membeli buku Bahasa Indonesia itu?” dengan begitu sebaiknya
ketika mengucapkan atau menulis sebuah kalimat gunakanlah kalimat
yang efektif.
Menurut Markhamah (2009) pemakaian bahasa yang efektif terlihat
dari kalimat-kalimat yang efektif. Kalmat efektif memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri kalimat efektif yaitu cirri gramatikal dan ciri diktis.
Page 42
30
a) Ciri gramatikal kalimat efektif
Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai
bahasa dala kaitan dengan ketatabahasaan, cirinya dapat dilihat dari
bidang morfologi dan sintaksis.
Ciri gramatikal morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan
kaidah morfologis. Misalnya, ciri-ciri yang berkaitan dengan
penggunaan bentuk kata.
Contohnya:
i) Bahasa Arab tidak dipelajarkan di sekolah kami
ii) Saya belum pernah jumpa dengan dia.
Kalimat a tidak gramatikal karena kata dipelajari merupakan
kata yang rancu. Kata dasarnya adalah ajar. Mendapatkan imbukan di-
kan mestinya menjadi diajarkan, bukan dipelajarkan. Kita dipelajarkan
merupakan bentuk rancu dajarkan dan dipelajari.
Kalimat b ketidakgramatikalannya terletak pada kata jumpa.
Kata jumpa termasuk kata yang tidak baku. Bentuk bakunya adalah
berjumpa. Penghilangan imbuhan ber- menyebabkan ketidakbakuan
kalimat.
Ciri gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan
dengan kaidah sintaksis. Kaidah sintaksis bertalian dengan struktur
kata dalam kalimat, tanda baca dan ejaan.
Contohnya: Saya tidak bertemu anak itu kemarin
Page 43
31
Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak efektif karena mirip
dengan verba pergi, datang dan tiba. Kemiripannya ialah bahwa
keduanya sama-sama memerlukan preposisi dibelakangnya. Yang
berbeda adalah preposisi yang mengikuti kedua jenis verba itu. Verba
datang, dan tiba diikuti preposisi di, ke, atau dari, sedangkan verba
bertemu diikuti preposisi dengan. Bertemu dengan merupakan
pasangan yang idiomatik. Kata dengan tidak boleh diganti atau
dihilangkan Markhamah (2009).
a) Ciri diktis kalimat efektif
Markhamah (2009) menyatakan bahwa menyusun kalimat
efektif kata-kata yang dipilih hendaknya (1) tepat, (2) seksama, dan
(3) lazim. Ketepatan bentuk berhubungan dengan kebakuan
penulisan dan kebakuan pemakaian kesesuaian berhubungan
dengan logika dan letaknya dalam struktur kalimat. Contoh:
i) Rambu lalu lintas (dibuat, dibikin, diciptakan, dikreasikan)
untuk dipasang di tempat-tempat yang rawan. Kalimat tersebut
lebih tepat menggunakan kata dibuat. Kata dibikin merupakan
kata yang tidak baku. Kata diciptakan dan dikreasikan kurang
tepat dengan konteksnya. Sehingga kalimat efektifnya yaitu:
ii) Kalimat tersebut lebih tepat menggunakan kata dibuat. Kata
dibikin merupakan kata yang tidak baku. Kata diciptakan dan
dikreasikan kurang tepat dengan konteksnya. Sehingga kalimat
efektifnya yaitu:
Page 44
32
iii) Rambu lalu lintas dibuat di tempat-tempat yang rawan.
Itulah ciri-ciri kalimat yang efektif terdari dari ciri gramatikal
dan ciri diksis, ketidak efektifan kalimat juga bisa disebabkan
oleh faktor yang lain yaitu ragam bahasa, Indonesia
merupakan negara yang memiliki beraneka ragam bahasa
daerah yang dipersatukan oleh bahasa Indonesia.
2) Ragam bahasa
Sering sekali kita mendengar jargon “Gunakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar” namun masih banyak juga yang belum
menerapkan jargon tersebut, kejadian seperti ini dikarenakan Indonesia
memiliki beragam bahasa, sehingga pada saat berbahasa Indonesia dialek
(logat) bahasa daerahnya masih melekat dan tak jarang pula bahasa
Indonesia yang diucapkan dicampur dengan bahasa daerah, apalagi kini
telah tersebar bahasa-bahasa gaul dan alay yang digunakan oleh anak
remaja, lengkaplah sudah penggunaan bahasa Indonesi yang baik dan
benar sulit untuk diterapkan.
Menurut Ayatrohaedi (1986) dialek adalah suatu sistem
kebahasaaan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk
membedakannya dari masyarakat yang lain yang berlainan walaupun erat
hubungannya. Contohnya ngliatin „melihat‟ (dialek Jakarta), den (dialek
Jawa), pohong „pohon‟ (dialek Manado).
Anto : Hai Bro, apa kabar nih?
Bobi : Alhamdulilah baik Bro, Lu sendiri gimana?
Page 45
33
Percakapan diatas merupakan contoh percakapan anak muda jaman
sekarang yang memadukan bahasa gaul kedalam ujarannya, penggunaan
bahasa gaul yang tersebar di kalangan remaja memberikan potensi untuk
membuat bahasa Indonesia yang benar dan baik menjadi langka, karena
ketika ada anak kecil yang mendengar ujaran tersebut maka dengan mudah
anak kecil itu mengikuti ujaran tersebut dan bagaimana dengan bahasa
Indonesia, padahal remaja maupun anak-anak adalah masa depan bangsa.
Bahasa mengapa kedwibahasaan bahasa bisa mempengaruhi
kalimat? Ya, karena ketika seseorang yang memiliki B1 atau bahasa ibu
menambah kemampuan bahasanya dengan bahasa lain maka ia memiliki
B2 dan apa bila ia mempelajari bahasa yang lain lagi maka ia memiliki B3
dan dapatlah ia disebut dwibahasawan yaitu seseorang yang memiliki
kemampuan berbahasa lebih dari satu bahasa. B2 dapat mempengaruhi B1
apabila kemampuan berbahasa B2nya setara dengan kemampuan
berbahasa B1 yang dimiliki, sebagai contoh Toni memiliki bahasa B1
bahasa Indonesia dan B2 bahasa inggris, kemudian kemampuan berbahasa
B1 dan B2nya sudah setara, maka Tono akan kesulitan mengucapkan
Bahasa Indonesia yang efektik karena kemahiran Bahasa inggrisnya
mendominasi dan membuatnya kesulitan mengolah kata dalam bahasa
Indonesia yang efektif.
3) Kdwibahasaan
Seperti menurut Loveday (Tarigan: 1995) dwibahasawan terdiri
dari 3 kategori yakni:
Page 46
34
a) Dwibahasawan terpadu adalah seseorang yang dapat memadukan
kedua system bahasa yang dikuasainya. Sering terjadi dwibahasawan
jenis ini menggunakan sistem B2 disaat menggunakan B1. Hal ini
disebabkan pengajaran bahasa yang tidak menggunakan metode
langsung tetapi sering menerjemahkan kembali B2 kedalam B1.
b) Dwibahasawan kordinatif adalah seseorang yang tidak dapat
memadukan kedua sistem bahasa yang dikuasainya, kedua bahasa
yang dikuasainya itu tetap berdiri sendiri sendiri, karena itu biasanya
orang yang bersangkutan adalah penerjemah yang berkualitas jelek.
c) Dwibahasawan selarasa dalah pembicaraan yang sama mahirnya dalam
dua bahasa.
d) Dwibahasawan minoritas adalah sekelompok masyarakat kecil yang
dikeliligi dan didominasi oleh masyarakat besar bahasa lain sehingga
masyarakat kecil tadi dapat atau mungkin kehilangan B1-nya.
e) Dwibahasawan tambahan adalah pembicara yang dapat menggunakan
dua bahasa yang bergengsi dan bermanfaat. Kedua bahasa itu saling
melengkapi, saling memperkaya dan sejalan.
4) Kesalahan berbahasa pada ranah sintaksis
Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau
penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan
pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut
urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat
Grafura (2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan frase
Page 47
35
dikaitkan dengan hukum-hukumnya. Untuk keperluan itu semua perlu adanya
deskripsi yang jelas antara bahasa Bl dan B2. Berbahasa mengucapkan
kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita harus dapat
menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita
harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata
kalimat menduduki posisi penting dalam ilmu bahasa.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai
dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan yang relatif lengkap. Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai
dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan
penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat.
Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat
komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga
terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.
Sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar
gagasan atau ide sebuah kalimat dapat dipahami pembaca, fungsi bagian
kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak
dengan jelas (eksplisit). Di samping unsur eksplisit kalimat harus dirakit
secara logis dan teratur. Pateda (1989:58) menyatakan bahwa kesalahan pada
daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi, karena
kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis
berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat
Page 48
36
yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan
logika kalimat.
5) Kesalahan berbahasa pada ranah semantik
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan
bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa dalam tataran
semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan
dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi,
bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang
seharusnya maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa semantik. Banyak
penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan
dengan makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut dapat berupa:
(a) kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip, (b) kesalahan pilihan kata
atau diksi.
C. Kerangka Pikir
Bahasa adalah suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.
RAS Syndrome adalah fenomena berbahasa khususnya bahasa Indonesia
yang pada hakikatnya telah berkembang sejak lama. Namun, fenomena ini
belum mendapatkan perhatian yang serius. Dampaknya, RAS Syndrome
Page 49
37
berkembang secara sporadis. Ditakutkan bahwa Syndrome ini lambat laun
akan menjadi tantangan terberat bagi perkembangan bahasa Indonesia itu
sendiri khususnya dalam mempertahankan keaslian kaidahnya.
Kesalahan berbahsa juga terdapat pada ranah Sintaksis dan Semantik.
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa,
klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis
kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan,
susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
Wujud RAS Syndrome dalam pemakaian bahasa yaitu kata atau istilah
yang pemakaiannya digunakan secara ganda baik sebelum dan setelah
singkatan, akronim atau inisial. Sehingga bentuknya berbenturan dari kata
atau istilah yang digunakan secara mandiri dengan kata itu sendiri di dalam
singkatan, akronim dan inisial. Berdasarkan ketetapan tersebut RAS Syndrome
sejatinya dapat ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia. sebagai contoh
tulisan atau tuturan “Saya akan ke Bank BRI” kata Bank pada hakikatnya
disebutkan pada singkatan BRI “Bank Rakyat Indonesia”. Sehingga terjadi
pengulangan atau benturan dari kata yang sama yaitu “Bank”. Wujud RAS
Syndrome dalam pemakaian bahasa Indonesia juga dapat ditemukan dalam
pemakaian bahasa Indonesia oleh Mahasiswa program studi bahasa dan sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Hal inilah yang mendasari
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait RAS Syndrome dalam
pemakaian bahasa pada Mahasiswa. Dalam ragam formal pemakaian bahasa
Indonesia diatur oleh kaidah-kaidah yang ditetapkan dan dikonvensi secara
Page 50
38
bersama. Oleh karena itu pemakainanya pun harus mengikuti kaidah tersebut.
Fenomena RAS Syndrome dalam kaidah pemakaian bahasa Indonesia tidak
ditemukan. Oleh karena itu pemakain bentuk ini merupakan suatu bentuk
penyimpangan berbahasa atau yang lebih lazim digunakan yaitu sebagai
bentuk kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan
bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa dalam tataran
semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan
dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa secara lisan maupun
tulisan yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan
kaidah bahasa disebabkan oleh (1) penutur dalam kondisi tidak sadar, (2)
karena alasan budaya berbahasa yang berkembang di masyarakat seperti itu,
(3) akibat tidak adanya bekal pengetahuan bahasa yang memadai untuk
diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai kaidah, (4) akibat kesemena-
menaan dalam berbahasa. RAS Syndrome dipahami sebagai suatu bentuk
kesalahan, tetapi kesalahan berbahasa bukan suatu bentuk kesalahan yang
berdampak pada pisik, sosial, maupun psikologi. Salah dalam berbahasa tidak
akan memperoleh sanksi atau bentuk konsekuensi lainnya.
Page 51
39
Redundant Acronim Syndrome Syndrome
Wujud
Sintaksis Semantik
Pemakaian Bahasa Indonesia Mahasiswa FIKP Bahasa Dan Sastra Indonesia Unismuh
Mahkassar
Faktor Kesalahan Berbahasa
Analisis
Bahasa
Kesimpulan
Page 52
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji secara mendalam fenomena penggunaan bahasa
Indonesia pada mahasiswa dalam suatu gejala pengulangan kata yang sama dalam
suatu akronim, singkatan, atau inisial yang sama dan digunakan secara bersamaan,
atau biasa disebut Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian
fenomenologi. Menurut Creswell (2017) penelitian jenis ini merupakan
pengkajian konsep atau sebuah fenomena, baik alam maupun segala sesuatu yang
terkait dengan manusia dengan melakukan ekplorasi melalui struktur kesadaran
dan pengalaman manusia. Artinya, melalui penelitian ini, fenomena Redundant
Acronym Syndrome (RAS) Syndrome dalam penuturan bahasa dikaji dengan cara
mengeksplorasi fakta-fakta dari penutur bahasanya melalui kesadaran dan
pengalaman berbahasanya.
Ditinjau dari tingkat ekplanasinya, jenis penelitian ini merupakan penelitian
deksriptif. Arikunto, Suharsimi. (2008:42) menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif merupakan jenis penelitian yang berusaha menggambarkan realitas
secara apa adanya. Sedangkan Sugiyono (2013: 78) menjelskan bahwa penelitian
deskriptif merupakan takaran kedalaman eksplanasi data hasil penelitian yang
berusaha menggambarkan (deskripsi) data-data atau temuan di lapangan untuk
ditarik sebuah kesimpulan sebagai temuan tanpa adanya upaya
40
Page 53
41
penggeneralisasian. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa
penelitian deskriptif ini berusaha menyajikan fakta-fakta atau realitas terkait RAS
Syndrome secara apa adanya berdasarkan data temuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2004: 3)
mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian
yang di dalam prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah upaya untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (baik tertulis
atau lisan) atau perilaku kebahasaan yang mengandung RAS Syndrome dari
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
B. Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran mengenai penelitian ini, maka
peneliti memperjelas definisi istilah yang dimaksud. Analisis Kesalahan
Berbahasa Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar sebagai berikut :
1. Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.
Page 54
42
2. Kesalahan berbahasa penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan yang
menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.
3. RAS Syndrome di definisikan sebagai gejala pemakaian bahasa yang tidak
lazim seperti pada umumnya yang ditandai dengan benturan antara kata
dengan kata itu sendiri yang disebutkan di dalam akronim atau singkatan yang
muncul sebelum atau setelah kata itu sendiri.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan jenis data
penelitian yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari sumber data yang telah
ditetapkan dengan memanfaatkan instrumen-instrumen tertentu Arikunto,
Suharsimi. (2008:48). Data primer dalam penelitian ini adalah wacana (tuturan
atau tulisan) yang bersumber dari Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar yang terindikasi RAS
Syndrome.
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sumber data (sampel) dalam penelitian ini dipilih secara purposif. Teknik
purposif merupakan teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara
menentukan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat
menjawab tujuan penelitian Sugiyono (2013: 72). Ciri-ciri sumber data (sampel)
dalam penelitian ini meliputi; (1) mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Page 55
43
dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar Semester V (2)
bersedia untuk dijadikan sebagai sampel dan memberikan informasi yang
dibutuhkan; serta (3) penutur bahasa Indonesia.
D. Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian ini. Manusia sebagai
instrumen (human instrumental) dalam penelitian kualitatif oleh Creswell
(2017:117) dijelaskan sebagai alat (tool) yang mendasari pola-pola pemikiran
penelitian dan bergerak (berusaha secara aktif) sendiri untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari data-data yang ditemukan.
Moleong (2004: 64) juga menjelaskan bahwa meskipun peneliti bertindak sebagai
alat (tool) utama dalam penelitiannya, namun tidak dapat terlepas dari bantuan
alat-alat lainnya seperti buku, pulpen, laptop, atau alat-alat pengumpul data
lainnya yang dapat memudahkan peneliti mengeksplorasi realita. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini
tetap dibantu dengan alat atau instrumen lainnya seperti petunjuk mengarang,
gambar, buku catatan, pulpen, alat rekam, dan laptop.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
teknik pengumpulan data spontan (spontaneous data) dan teknik pengumpulan
data pancingan (elicitated data). Teknik pengumpulan data spontan (spontaneous
data) dilakukan dengan cara mengambil wacana yang diproduksi oleh mahasiswa
tanpa alat pancingan dan mahasiswa tidak tahu bahwa wacana yang dibuatnya
akan dianalisis. Jadi, situasi tutur betul-betul dalam kondisi alamiah, tidak
Page 56
44
direncanakan atau diupayakan agar mahasiswa menggunakan wacana yang
diinginkan. Data ini bisa berupa catatan perkuliahan mahasiswa yang telah ada
atau bentuk karangan ilmiah tertulis, kegiatan diskusi di kelas, atau dalam bentuk
pidato, dan situasi kebahasaan resmi lainnya yang dilakukan mahasiswa selama
berada di lingkungan kampus. Teknik pengumpulan data pancingan (elicitated
data) yaitu data yang dikumpulkan dari subjek dengan alat pemancing seperti tes,
petunjuk mengarang, gambar, atau topik pancingan dalam kegiatan berbicara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif terbagi dalam dua tahap yaitu analisis
data sebelum dilapangan dan analisis data selama di lapangan (Sugiyono, 2013:
187). Kedua tahapan analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut;
1. Analisis Data Kualitatif Sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,
yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
Artinya, permasalahan yang ditetapkan dalam studi pendahuluan belum bersifat
final sebab kemungkinan-kemungkinan fenomena lain dapat dijumpai selama
dilapangan nantinya.
2. Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan
Analisis data selama dilapangan adalah analisis yang dilakukan terhadap data
temuan selama dilakukannya penelitian (bukan pada tahapan pendahuluan).
Banyak model analisis yang ditawarkan oleh para ahli pada tahapan ini, salah satu
diantaranya adalah Model Interaktif Miles & Huberman (Sugiyono, 2013: 192).
Page 57
45
Miles & Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak
diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing /verification).
G. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2004: 319) kriteria keabsahan data dalam penelitian
kualitatif dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu : (1) kepercayaan
(kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility),
serta (4) kepastian (konfermability). Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya
memilih tiga dari empat kriteria tersebut sebagaimana yang diuraikan berikut ini:
1. Kepercayaan (Creadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai
kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota,
perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan
pengecekan kecakupan refrensi.
2. Kebergantungan (Depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasi data
sehingga data dapat dipercaya secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh
manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu,
Page 58
46
pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh
dosen pembimbing.
3. Kepastian (Konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan
cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang
didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
Page 59
47
BAB IV
HASIL PENELITAN
A. Hasil Penelitian
1. RAS Syndrome dalam Pemakaian Bahasa Indonesia
Berikut ini wujud (bentuk) pemakaian bahasa Indonesia di Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang teridentifikasi sebagai RAS Syndrome.
a. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 01 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 01 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kamus KBBI dan Mesin
ATM merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 01 : Tidak sadar
Data RAS 01
Lisan : Dalam belajar bahasa Mahasiswa sangat memerlukan adanya
Kamus KBBI sebagai sumber informasi pada saat kita
belajar. Kamus KBBI juga digunakan sebagai sumber untuk
memperoleh pengertian dari kata kata yang ingin dipelajari.
Tulisan : Aku akan ke Mesin ATM.
Page 60
48
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 01 yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (Redundant)
karena kata Kamus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI
sehingga bentuk jadiannya adalah Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 01 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (Redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
b. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 02 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 02 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Nomor NIK dan Partai PDIP
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 02 : Tidak sadar
Data RAS 02
Lisan : Nomor NIK dicantumkan dalam setiap dokumen
kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan KTP.
Tulisan : Paman menghadiri pertemuan yang diadakan Partai PDIP.
Page 61
49
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 02 yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan NIK (Nomor
Induk Kependudukan) adalah bentuk mubazir (Redundant) karena kata
Nomor itu sendiri telah disebutkan pada singkatan NIK sehingga bentuk
jadiannya adalah Nomor Induk Kependudukan.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 02 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PDIP
(Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) adalah bentuk mubazir
(Redundant) karena kata Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan
PDIP sehingga bentuk jadiannya adalah Partai Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan .
c. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 03 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 03 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Nomor NIK dan Partai PDIP
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 03 : Tidak sadar
Data RAS 03
Lisan : Nomor NIK merupakan Identitas kependudukan yang melekat
pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
Page 62
50
Tulisan : Indra membeli mie ayam di depan Bank BRI.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 03 yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan NIK (Nomor
Induk Kependudukan) adalah bentuk mubazir (Redundant) karena kata
Nomor itu sendiri telah disebutkan pada singkatan NIK sehingga bentuk
jadiannya adalah Nomor Induk Kependudukan.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 03 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BRI
(Bank Rakyat Indonesia) adalah bentuk mubazir (Redundant) karena kat
aBank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BRI sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Rakyat Indonesia.
d. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 04 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 04 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata PSM Makassar dan Persija
Jakarta merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 04 : Tidak sadar
Data RAS 04
Page 63
51
Lisan : PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia. Beberapa
nama yang menjadi legenda, hanya Ramang yang menjadi
legenda hidup PSM Makassar.
Tulisan : Rafa membeli tiket PSM Makassar VS Persija Jakarta di
Stadion.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 04 yaitu pemakaian kata Makassar yang didahului singkatan PSM
(Persatuan Sepak Bola Makassar) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena kata Makassar itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PSM
sehingga bentuk jadiannya adalah Persatuan Sepak Bola Makassar
Makassar.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 04 yaitu pemakaian kata Jakarta yang didahului akronim
Persija (Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah bentuk mubazir
(redundant) karena kata Jakarta itu sendiri telah disebutkan pada akronim
Persija sehingga bentuk jadiannya adalah Persatuan Sepak Bola Indonesia
Jakarta Jakarta.
e. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 05 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 05 : Tidak mengetahui
Page 64
52
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kamus KBBI dan Mesin
ATM merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 05 : Tidak sadar
Data RAS 05
Lisan : Kamus KBBI digunakan Mahasiswa sebagai acuan bahasa
Indonesia baku. Karena Kamus KBBI terlengkap dan akurat.
Tulisan : Para Polisi mengejar perampok Mesin ATM
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 05 yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena Kamus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI sehingga
bentuk jadiannya adalah Kamus Kamus Besar Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 05 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
f. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 06 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 06 : Tidak mengetahui
Page 65
53
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kartu KIP dan Bank BNI
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 06 : Tidak sadar
Data RAS 06
Lisan : Kartu KIP merupakan kartu yang ditujukan bagi keluarga
kurang mampu yang ingin menyekolahkan anaknya yang
secara gratis.
Tulisan : Saya menunggu Wahda di Bank BNI.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 06 yaitu pemakaian kata Kartu yang diikuti singkatan KIP (Kartu
Indonesia Pintar) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata Kartu itu
sendiri telah disebutkan pada singkatan KIP sehingga bentuk jadiannya
adalah Kartu Kartu Indonesia Pintar.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 06 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BNI
(Bank Negara Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BNI sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Negara Indonesia.
g. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 07 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
Page 66
54
RAS 07 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Virus HIV dan Partai PDIP
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 07 : Tidak sadar
Data RAS 07
Lisan : Mahasiswa dinilai cukup signifikan terhadap penanggulangan
sosial ditengah masyarakat dalam mengkampanyekan
penanggulangan Virus HIV. Karena kaum intelektual yang
dianggap panutan tentu akan lebih dipercaya masyarakat luas.
Tulisan : Para anggota Partai PDIP menghadiri seminar tentang parpol
sebagai kendaraan politik di hotel claro.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 07 yaitu pemakaian kata Virus yang diikuti singkatan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Virus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan HIV sehingga bentuk
jadiannya adalah Human Immunodeficiency Virus Virus.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 07 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PDIP
(Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) adalah bentuk mubazir
(redundant) karena kata Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan
PDIP sehingga bentuk jadiannya adalah Partai Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan.
Page 67
55
h. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 08 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 08 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa Mesin ATM dan Bank BTN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 08 : Tidak sadar
Data RAS 08
Lisan : Mesin ATM adalah alat elektronik bagi nasabah dalam
melakukan transaksi keuangan tanpa membutuhkan seorang
teller bank.
Tulisan : Zulfauszi menabung di Bank BTN
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 08 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 08 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BTN
(Bank Tabungan Negara) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Page 68
56
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BTN sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Tabungan Negara.
i. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 09 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 09 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Nomor PIN dan Partai PAN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 09 : Tidak sadar
Data RAS 09
Lisan : Nomor PIN merupakan angka sandi rahasia yang paling sering
di gunakan pada kartu debit dan kartu kredit.
Tulisan : Ketua Partai PAN memberi bantuan kepada korban bencana.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 09 yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan PIN
(Personal Identification Number) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena kata Nomor itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PIN
sehingga bentuk jadiannya adalah Nomor Personal Identification Number.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 09 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PAN
(Partai Amanat Nasional) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Page 69
57
Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PAN sehingga bentuk
jadiannya adalah Partai Partai Amanat Nasional.
j. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 10 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 10 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Virus HIV dan Bank BTN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 10 : Tidak sadar
Data RAS 10
Lisan : Virus HIV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri dan infeksi yang melemahkan system kekebalan tubuh.
Akibatnya, tubuh jadi kesulitan melawan infeksi dan kanker
terkait Virus HIV tertentu.
Tulisan : Ibu Novita seorng pegawai di Bank BTN
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 10 yaitu pemakaian kata Virus yang diikuti singkatan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Virus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan HIV sehingga bentuk
jadiannya adalah Human Immunodeficiency Virus Virus.
Page 70
58
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 10 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BTN
(Bank Tabungan Negara) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BTN sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Tabungan Negara.
k. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 11 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 11 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Bank BNI, Bank BRI dan
Mesin ATM merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 11 : Tidak sadar
Data RAS 11
Lisan : Bank adalah sebuah lembaga keuangan untuk menerima
simpanan uang, meminjamkan uang. Adapu bank yang ada di
Indonesia yaitu Bank BNI dan Bank BRI.
Tulisan : Polisi mengusut kasus pembobolan Mesin ATM
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 11 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BNI dan BRI
(Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia) adalah bentuk
mubazir (redundant) karena kata Bank itu sendiri telah disebutkan pada
Page 71
59
singkatan BNI dan BRI sehingga bentuk jadiannya adalah Bank Bank
Negara Indonesia dan Bank Bank Rakyat Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 11 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
l. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 12 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 12 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kartu KIP dan Partai PDIP
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 12 : Tidak sadar
Data RAS 12
Lisan : Kartu KIP merupakan kartu yang diberikan kepada anak usia
sekolah sebagai bukti bahwa anak tersebut berhak menerima
bantuan bantuan tunai pendidikan.
Tulisan : Ayah menghadiri pertemuan yang diadakan Partai PDIP
semalam bersama temannya.
Page 72
60
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 12 yaitu pemakaian kata Kartu yang diikuti singkatan KIP (Kartu
Indonesia Pintar) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata Kartu itu
sendiri telah disebutkan pada singkatan KIP sehingga bentuk jadiannya
adalah Kartu Kartu Indonesia Pintar.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 12 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PDIP
(Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) adalah bentuk mubazir
(redundant) karena kata Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan
PDIP sehingga bentuk jadiannya adalah Partai Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan.
m. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 13 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 13 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Mesin ATM dan Bank BPTN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 13 : Tidak sadar
Data RAS 13
Lisan : Mesin ATM sebuat alat yang digunakan untuk penarikan tunai
bahkan setor tunai tanpa ke bank.
Page 73
61
Tulisan : Kakek mengambil uang pensiunan di Bank BTPN
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 13 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 13 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BTPN
(Bank Tabungan Pensiunan Negara) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena kata Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BTPN
sehingga bentuk jadiannya adalah Bank Bank Tabungan Pensiunan
Negara.
n. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 14 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 14 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kamus KBBI dan Partai PSI
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 14 : Tidak sadar
Page 74
62
Data RAS 14
Lisan : Kamus KBBI merupakan acuan untuk mencari bentuk kata,
ungkapan, pribahasa, beserta contoh penggunaan kata dan
istilah di dalam kalimat.
Tulisan : Para anggota Partai PSI menghadiri pertemuan di secretariat.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 14 yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena Kamus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI sehingga
bentuk jadiannya adalah Kamus Kamus Besar Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 14 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PSI
(Partai Solidaritas Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PSI sehingga bentuk
jadiannya adalah Partai Partai Solidaritas Indonesia.
o. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 15 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 15 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kartu KIP dan Bank BCA
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
Page 75
63
RAS 15 : Tidak sadar
Data RAS 15
Lisan : Kartu KIP merupakan identitas penerima bantuan tunai
pendidikan kepada keluarga kurang mampu.
Tulisan : Joko membeli makanan di warung samping Bank BCA.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 15 yaitu pemakaian kata Kartu yang diikuti singkatan KIP (Kartu
Indonesia Pintar) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata Kartu itu
sendiri telah disebutkan pada singkatan KIP sehingga bentuk jadiannya
adalah Kartu Kartu Indonesia Pintar.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 15 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BCA
(Bank Central Asia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata Bank
itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BCA sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Central Asia.
p. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 16 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 16 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Mesin ATM merupakan
bentuk kesalahan berbahasa?
Page 76
64
RAS 16 : Tidak sadar
Data RAS 16
Lisan : Mesin ATM sebuah alat elektronik diberikan oleh bank
kepada nasabah untuk penarikan tunai, transfer sesama bank,
atau transferberbeda bank.
Tulisan : Para Polisi tengah mengejar sekelompok orang yang
membobol Mesin Atm
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
dan Data Tulisan RAS 16 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti
singkatan ATM (Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir
(redundant) karena kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan
ATM sehingga bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
q. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 17 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 17 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Bank BNI Bank BRI dan
Bank BTN dan Partai PPP merupakan bentuk kesalahan
berbahasa?
RAS 17 : Tidak sadar
Page 77
65
Data RAS 17
Lisan : Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpan dan menyalurkan kepada
masyarkat dalam bentuk kredit. Adapun bank Pemerintah
yaitu Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN.
Tulisan : Taufik mewawancarai Ketua Partai PPP di kedai kopi
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 17 yaitu pemakaian
kata Bank yang diikuti singkatan BNI,BRI dan BTN (Bank Negara
Indonesia, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Tabungan Negara) adalah
bentuk mubazir (redundant) karena kata Bank itu sendiri telah disebutkan
pada singkatan BNI, BRI dan BTN sehingga bentuk jadiannya adalah
Bank Bank Negara Indonesia, Bank Bank Rakyat Indonesia dan Bank
Tabunan Negara .
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 17 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PPP
(Partai Persatuan Pembangunan) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena kata Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PPP
sehingga bentuk jadiannya adalah Partai Partai Persatuan Pembangunan.
r. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 18 : Tidak mengetahui
Page 78
66
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 18 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Nomor PIN dan Bank BRI
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 18 : Tidak sadar
Data RAS 18
Lisan : Nomor PIN merupakan angka sandi rahasia antara pengguna
dan sistem digunakan untuk verifikasi pengguna ke sistem.
Biasanya, pengguna diharuskan untuk memberikan
identifikasi pengguna umum atau bukti dan Nomor PIN
rahasia untuk mendapatkan akses ke sistem.
Tulisan : Ulfa menawarkan aku sebuah pekerjaan di Bank BRI
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 18 yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan NIK (Nomor
Induk Kependudukam) adalah bentuk mubazir (redundant) karena Nomor
itu sendiri telah disebutkan pada singkatan NIK sehingga bentuk jadiannya
adalah Nomor Nomor Induk Kependudukan.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 18 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BRI
(Bank Rakyat Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BRI sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Rakyat Indonesia.
Page 79
67
s. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 19 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 19 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Mesin ATM dan Partai PAN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 19 : Tidak sadar
Data RAS 19
Lisan : Mesin ATM adalah alat elektronik yang digunakan nasabah
bank untuk mengabil uang juga menyimpan uang dan transfer
uang.
Tulisan : Kepemimipinan Ardiansyah Sebagai Ketua Partai PAN sudah
diakui Masyarakat
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 19 yaitu pemakaian kata Mesin yang diikuti singkatan ATM
(Automatic Teller Machine) adalah bentuk mubazir (redundant) karena
kata Mesin itu sendiri telah disebutkan pada singkatan ATM sehingga
bentuk jadiannya adalah Mesin Automatic Teller Machine.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 19 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PAN
(Partai Amanat Nasional) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Page 80
68
Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PAN sehingga bentuk
jadiannya adalah Partai Partai Amanat Nasional.
t. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 20 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 20 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Nomor NIK dan Partai PKS
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 20 : Tidak sadar
Data RAS 20
Lisan : Nomor Nik adalah identitas pribadi yang terdapat pada e-KTP
yang tersimpan dalam database kependudukan.
Tulisan : Rizal sedang berbincang bersama para anggota Partai PKS di
teras rumah.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 20 yaitu pemakaian kata Nomor yang diikuti singkatan NIK (Nomor
Induk Kependudukam) adalah bentuk mubazir (redundant) karena Nomor
itu sendiri telah disebutkan pada singkatan NIK sehingga bentuk jadiannya
adalah Nomor Nomor Induk Kependudukan.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 20 yaitu pemakaian kata Partai yang diikuti singkatan PKS
Page 81
69
(Partai Keadilan Sosial) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Partai itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PKS sehingga bentuk
jadiannya adalah Partai Partai Keadilan Sosial.
u. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 21 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 21 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kamus KBBI dan Bank BRI
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 21 : Tidak sadar
Data RAS 21
Lisan : Mahasiswa menggunakan Kamus KBBI sebagai acuan untuk
memperoleh pengertian dari kata kata yang ingin dipelajari.
Tulisan : Aulia Seorang pegawai di Bank BRI
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 21 yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena Kamus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI sehingga
bentuk jadiannya adalah Kamus Kamus Besar Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 21 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BRI
Page 82
70
(Bank Rakyat Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BRI sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Rakyat Indonesia.
v. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 22 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 22 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata PSM Makassar dan
Persebaya Surabaya merupakan bentuk kesalahan
berbahasa?
RAS 22 : Tidak sadar
Data RAS 22
Lisan : Pasukan Ramang atau Juku Eja (Ikan Merah) merupakan
julukan dari PSM Makassar. PSM Makassar adalah tim
tertua di Indonesia.
Tulisan : Arman menonton pertandingan PSM Makassar VS
Persebaya Surabaya di stadion andi mattalatta.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 22 yaitu pemakaian kata Makassar yang didahului singkatan PSM
(Persatuan Sepak Bola Makassar) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena kata Makassar itu sendiri telah disebutkan pada singkatan PSM
Page 83
71
sehingga bentuk jadiannya adalah Persatuan Sepak Bola Makassar
Makassar.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 22 yaitu pemakaian kata Surabaya yang didahului akronim
Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya) adalah bentuk mubazir
(redundant) karena kata Surabaya itu sendiri telah disebutkan pada
akronim Persebaya sehingga bentuk jadiannya adalah Persatuan Sepak
Bola Surabaya Surabaya.
w. Peneliti : Apakah anda mengetahui tentang Redundant Acronym
Syndrome (RAS) Syndrome?
RAS 23 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda mengetahui Redundant Acronym Syndrome
(RAS) Syndrome suatu bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 23 : Tidak mengetahui
Peneliti : Apakah anda sadar bahwa kata Kamus KBBI dan Bank BTN
merupakan bentuk kesalahan berbahasa?
RAS 23 : Tidak sadar
Data RAS 23
Lisan : Kamus KBBI adalah sarana untuk memperluas
pembedaharaan kata pribadi untuk menuangkan gagasan
melalui bahasa tulis dan bahasa lisan.
Tulisan : Ceceng menunggu Saya di depan Bank BTN
Page 84
72
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada Data Lisan
RAS 23 yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant)
karena Kamus itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI sehingga
bentuk jadiannya adalah Kamus Kamus Besar Indonesia.
Pemakaian kata yang menggandung RAS Syndrome pada data
tulisan RAS 23 yaitu pemakaian kata Bank yang diikuti singkatan BTN
(Bank Tabungan Negara) adalah bentuk mubazir (redundant) karena kata
Bank itu sendiri telah disebutkan pada singkatan BTN sehingga bentuk
jadiannya adalah Bank Bank Tabungan Negara.
Berdasarkan paparan data dan analisis data wujud (bentuk) pemakaian
bahasa Indonesia di Mahasiswa yang teridentifikasi sebagai bentuk RAS
Syndrome yaitu Kamus KBBI, Nomor NIK, PSM Makassar, Persija Jakarta,
Persebaya Surabaya, Kartu KIP, Virus HIV, Nomor PIN, Bank BNI, Bank
BRI, Bank BCA, Bank BTN, Bank BPTN, Partai PDIP, Partai PAN, Partai
PSI, Partai PPP, Partai PKS dan Mesin ATM.
2. Faktor Penyebab Terjadinya RAS Syndrome
Hasil wawancara terhadap beberapa responden mengenai alasan yang
menyebabkan terjadinya penggunaan RAS Syndrome dalam pemakaian
bahasa Indonesia sebagai berikut;
a. RAS Syndrome digunakan dalam kondisi tidak sadar.
b. RAS Syndrome digunakan karena alasan budaya berbahasa yang
berkembang di mahasiswa seperti itu.
Page 85
73
c. RAS Syndrome terjadi akibat kurangnya pengetahuan bahasa yang
memadai untuk diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai kaidah.
d. RAS Syndrome terjadi akibat kesemena-menaan dalam berbahasa.
3. RAS Syndrome dan Kesalahan Berbahasa
RAS Syndrome dapat dijumpai pada bahasa lisan maupun tulisan.
RAS Syndrome merupakan bentuk kesalahan berbahasa pada tataran
sintaksis (struktur kalimat), maupun pada tataran semantik (makna).
Dalam bahasa Indonesia, pola semantik umunya dikehendaki pada pola
bahasa yang mengarahkan pada keefektifannnya ditinjau dari pola pola
pembentuknya seperti subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K),
dan pelengkap (Pl). Contoh Paman menghadiri pertemuan yang diadakan
Partai PDIP. Tentu pola kalimat yang terjadi adalah Paman menghadiri
pertemuan yang diadakan Partai Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia.
Tentu hal tersebut telah melanggar pola-pola kalimat yang efektif atau
memungkinkan terjadi jadian makna baru bahwa menghadiri pertemuan
yang diadakan berbagai partai yang diusung oleh Demokrasi Perjuangan
Indonesia. Tetapi, pada dasarnyanya, kalimat Paman menghadiri
pertemuan yang diadakan Partai PDIP tidak menghendaki pemaknaan
tersebut.
.
Page 86
74
B. Pembahasan
Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada kesalahan berbahasa
secara lisan dan tulisan yang menyimpang dari faktor penentu berkomunikasi
dan kaidah bahasa yang dilakuan oleh seseorang secara sistematis dan
konsisten. Kesalahan berbahasa biasanya disebabkan oleh faktor pemahaman,
kemampuan atau kompetensi dan terjadi bukan karena Mahasiswa belum
menguasai kaidah bahasa, namun dalam menggunakan bahasa mereka lupa
atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu.
Majalah New Scientist (London) pada tahun 2001 memperkenalakan
istilah Redundant Acronym Syndrome Syndrome yang selanjutnya dikenal
dengan istilah akronim RAS Syndrome. Oleh Majalah New Scientist (Gary
2006 dan Stanley 2008) RAS Syndrome di definisikan sebagai gejala
pemakaian bahasa yang tidak lazim seperti pada umumnya yang ditandai
dengan benturan antara kata dengan kata itu sendiri yang disebutkan di dalam
akronim atau singkatan yang muncul sebelum atau setelah kata itu sendiri.
Garner (2000) menjelaskan bahwa istilah RAS Syndrome dilekatkan pada
seseorang ketika secara berlebihan menggunakan satu atau lebih kata yang
membentuk akronim, singkatan, inisial, dengan singkatan itu sendiri. Garner
kemudian menjelaskan bahwa, fenomena RAS Syndrome merupakan gaya
kebahasaan yang buruk dengan kondisis pemborosan bahasa.
Berdasarkan paparan data dan analisis data wujud (bentuk) pemakaian
bahasa Indonesia di Mahasiswa yang teridentifikasi sebagai bentuk RAS
Syndrome yaitu pemakaian kata Kamus yang diikuti singkatan KBBI (Kamus
Page 87
75
Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk mubazir (redundant) karena Kamus
itu sendiri telah disebutkan pada singkatan KBBI sehingga bentuk jadiannya
adalah Kamus Kamus Besar Indonesia. Selain itu, pemakaian kata Bank yang
di ikuti singkatan BNI (Bank Negara Indonesia), BRI (Bank Rakyat
Indonesia), BCA (Bank Central Asia, BTN (Bank Tabungan Negara), BPTN
(Bank Tabungan Pensiunan Negara) adalah bentuk mubazir (Redundant)
karena kata Bank itu sendiri telah disebutkan pada kelima singkatan BNI,
BRI, BCA, BTN, dan BPTN sehingga bentuk jadiannya adalah Bank Bank
Negara Indonesia, Bank Bank Rakyat Indonesia, Bank Bank Central Asia,
Bank Bank Tabungan Negara dan Bank Bank Tabungan Pensiuan Negara.
Hasil wawancara terhadap beberapa responden mengenai alasan yang
menyebabkan terjadinya penggunaan RAS Syndrome dalam pemakaian
bahasa Indonesia sebagai berikut; 1) RAS Syndrome digunakan dalam kondisi
tidak sadar. Pada kondisi ini, responden mengungkapkan bahwa apa yang
dibahasakan (yang mengandung RAS Syndrome) pada hakikatnya dipahami
sebagai suatu bentuk kesalahan. Tetapi, kondisi lingkungan yang menuntut
suatu iklim komunikasi yang tidak menuntut norma yang benar menjadikan
masyarakat secara tidak sadar menggunakan bahasa yang mengandung
syndrome itu. Tujuan utamanya adalah membangun interaksi yang
komunikatif saja. 2) RAS Syndrome digunakan karena alasan budaya
berbahasa yang berkembang di mahasiswa seperti itu. Pada kondisi ini,
responden mengungkapkan bahwa fenomena RAS Syndrome yang terjadi di
Mahasiswa karena sudah menjadi kebiasan, dan kebiasan itu diterima. Dengan
Page 88
76
demikian, mereka cenderung hanya memosisikan diri sebagai penutur yang
menerima segala bentuk kaidah berbahasa yang berlaku dan diterima di
lingkungannya 3) RAS Syndrome terjadi akibat kurangnya pengetahuan
bahasa yang memadai untuk diaplikasikan dalam berbahasa yang sesuai
kaidah. Menurut responden, bahasa Indonesia dipahami sebagai bahasa
nasional ataupun bahasa Negara, tetapi aturan atau kaidah terkait tatacara
pemakaian bahasa Indonesia yang terstandar tidak diaplikasikan. 4)RAS
Syndrome terjadi akibat kesemena-menaan dalam berbahasa. Pada kondisi ini,
responden mengungkapkan bahwa fenomena yang terjadi adalah sesuatu yang
tidak popular disaksikan di Mahasiswa. RAS Syndrome dipahami sebagai
suatu bentuk kesalahan, tetapi kesalahan berbahasa bukan suatu bentuk
kesalahan yang berdampak pada pisik, sosial, maupun psikologi. Salah dalam
berbahasa tidak akan memperoleh sanksi atau bentuk konsekuensi lainnya.
RAS Syndrome dapat dijumpai pada bahasa lisan maupun tulisan. RAS
Syndrome merupakan bentuk kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
(struktur kalimat), maupun pada tataran semantik (makna). Dalam bahasa
Indonesia, pola semantik umunya dikehendaki pada pola bahasa yang
mengarahkan pada keefektifannnya ditinjau dari pola pola pembentuknya
seperti subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pl).
Contoh kalimat, Paman menghadiri pertemuan yang diadakan Partai
Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP); contoh tersebut menunjukkan
bahwa satuan bahasa menduduki pola-pola yang benar sesuai dengan kaidah
bahasa yang efektif. Sedangkan, jika kalimatnya diubah menjadi; Paman
Page 89
77
menghadiri pertemuan yang diadakan Partai PDIP. Tentu pola kalimat yang
terjadi adalah Paman menghadiri pertemuan yang diadakan Partai Partai
Demokrasi Perjuangan Indonesia. Tentu hal tersebut telah melanggar pola-
pola kalimat yang efektif atau memungkinkan terjadi jadian makna baru
bahwa menghadiri pertemuan yang diadakan berbagai partai yang diusung
oleh Demokrasi Perjuangan Indonesia. Tetapi, pada dasarnyanya, kalimat
Paman menghadiri pertemuan yang diadakan Partai PDIP tidak menghendaki
pemaknaan tersebut. Dengan kata lain, fenomen RAS Syndrome dalam
pemakain juga merupakan bentuk kesalahan berbahasa yang melanggar kaidah
sintaksis dan semantiknya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini
diistilahkan dengan slip of the tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis
kesalahan ini diistilahkan dengan slip of the pen. Meskipun demikian, RAS
Syndrome dalam pemakain bahasa Indonesia belum menjadi perhatian yang
serius, sebab perhatian para pakar bahasa masih sangat jarang menyinggung
persoalan ini. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, diharapkan dapat memicu
perhatian serius bagi pihak-pihak terkait sehingga kedepannya permasalahan
RAS Syndrome dalam pemakaian bahasa Indonesia dapat diminimalisir
pengaruhnya terhadap kelestarian bahasa Indonesia yang distandarkan sebagai
bahasa resmi dan bahasa nasional.
Page 90
79
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data dan hasil analisisnya, beberapa bentuk RAS Syndrome
yang terjadi pada Mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yaitu
Kamus KBBI, Nomor NIK, PSM Makassar, Persija Jakarta, Persebaya
Surabaya, Kartu KIP, Virus HIV, Nomor PIN, Bank BNI, Bank BRI, Bank
BCA, Bank BTN, Bank BPTN, Partai PDIP, Partai PAN, Partai PSI, Partai
PPP, Partai PKS dan Mesin ATM.
RAS Syndrome terjadi akibat (1) penutur dalam kondisi tidak sadar, (2)
karena alasan budaya berbahasa yang berkembang di mahasiswa seperti itu,
(3) akibat kurangnya pengetahuan bahasa yang memadai untuk diaplikasikan
dalam berbahasa yang sesuai kaidah, (4) akibat kesemenamenaan dalam
berbahasa. RAS Syndrome dapat dijumpai pada bahasa lisan maupun tulisan.
RAS Syndrome merupakan bentuk kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
(struktur kalimat), maupun pada tataran semantik (makna).
B. Saran
Melalui hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pihak terkait lebih
memperhatikan bahasa Indonesia dan menghindari kesalahan berbahasa,
sebaiknya harus sering melatih dan membiasakan diri menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Sebab, jika
permasalahan yang terjadi di Mahasiswa tidak mendapatkan penyelasaian,
78
Page 91
79
maka lambat laun akan menjadi sebuah kebiasan dan selanjutnya akan ditaati
oleh Mahasiswa. Dampaknya, akan merusak tatanan bahasa Indonesia itu
sendiri. Bagi Mahasiswa, fenomena RAS Syndrome ini memang sesuatu yang
terjadi secara alami di Mahasiswa. Namun, perlu disadarai bahwa Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia adalah pilar utama
dalam melstarikan bahasa Indonesia. Dengan demikian, peneliti berharap agar
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia lebih
mencintai bahasa Indonesia dengan berusaha menggunakan bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah yang benar.
Page 92
DAFTAR PUSTAKA
Allport, G. W. 1935. Handbook of social psychology. Addison-Wesley.
Arikunto, Suharsimi. "dkk. 2008." Penelitian tindakan kelas: 2006.
Bahasa, P. P. P. (1990). Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: PT
Gramedia.
Chaer, A., & Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Rineka Cipta.
Clothier, Gary. 2006. Ask Mr. Know-It-All. The York Dispatch.
Cooper, R. L., & Fishman, J. A. (1974). The study of language attitudes.
International Journal of the Sociology of Language, 1974(3), 5–20.
Corder, S. P. 1974. Error analysis. The Edinburgh Course in Applied Linguistics,
3, 122–131.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. 2017. Research design: Qualitative,
quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.
Fasold, R. 1991. The sociolinguistics of society. Wiley-Blackwell.
Garner, Bryan A. 2000. The Oxford Dictionary of American Usage and Style.
Oxford and New York: Oxford University Press.
Ghufron, S. 2017. Kesalahan Berbahasa Siswa Sekolah Dasar dI Kabupaten
Lamongan. Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(1), 29–38.
Grafura, L. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Tersedia: Http://Lubisgrafura.
Wordpress. Com/Metode-Penelitian-Kuantitatif/[10 April 2012].
Ismiati. 2011. Bahasa Prokem dikalangan Remaja KOTAGEDE. Unversitas
Negeri Yogyakarta.
James, M., & Milroy, L. 1999. Authority in Language: investigating standard
English. London & New York: Routledge.
Johnson, D. D., Johnson, B., Aitchison, J., Aitchison, J., Altmann, G. T. M.,
Ammer, C., … Anderson, R. C. 2011. E-Mail Address May Be Sending
Wrong Message. In Words: The Foundation of Literacy (Vol. 14, pp. 1–6).
Touchstone Oxford, UK.
80
Page 93
81
Kasperaviciene, Ramune 2011. “On Semantic Pleonasms in English and their
Translation in Lithuanian”. Studies About Languages. 0 (19): 21-26 . doi:
10.5755/j01.sal.0.19.942.ISSN 2029-7203.
Keraf, S. 2005. Kadhipta. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, H. 1982. Pengantar sosiolinguistik. Baandung: Angkasa.
Kridalaksana, H. 1985. Fungsi bahasa dan sikap bahasa. Nusa Indah.
Kurniawati. 2014. Pembentukan Bahasa Prokem Pada Penutur Bahasa.
Yogyakarta.
Lambert, W. E. 1967. A social psychology of bilingualism. Journal of Social
Issues, 23(2), 91–109.
Markhamah, A. S. 2009. Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1984. Qualitative data analysis. Beverly Hills.
Newman, Stanley. 2008. "Sushi by any other name". Windsor Star. p. G4.
Archived from the original on May 3, 2012.
Pateda, M. 1986. Semantik leksikal. Nusa Indah.
Pateda, M. 1989. Analisis kesalahan. Nusa Indah.
Pringgawidagda, S. 2002. Strategi penguasaan berbahasa. Adicita Karya Nusa.
Rusyana, Y. 1989. Perihal Kedwibahasaan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Santoso, K. B. 1990. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis
Bahasa Baku. Rineka Cipta.
Singarimbun, M. Sofian effendi. 1995. Metode Penelitian Survai.
Siregar, A. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa.
Yogyakarta: Kanisius.
Page 94
82
Soeparno, E. P. 1993. Glosarium: Kata Serapan Dari Bahasa Barat Dengan
Etimologinya. Media Wiyata.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, D., & Sulistyaningsih, L. S. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta: Depdikbud.
Page 95
RIWAYAT HIDUP
HILDA MAYANTI Dilahirkan di Ujung Pandang 27
September1997, Anak Bungsu dari pasangan Ayahanda
ABD.Gani dan Ibunda Hasniah, Memiliki satu orang saudara
kandung yaitu Hidayat. Penulis memulai pendidikannya pada
tahun 2003, di SD Negeri Pongtiku 2 Makassar tamat tahun
2009, Melanjutkan pendidikan SMP Negeri 10 Makassar Tamat tahun 2012, dan
tamat tahun 2015 di SMA Negeri 16 Makassar. Pada tahun yang sama (2015)
penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada program Strata Satu (S1).
Berkah Rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan studi dengan
judul “Analisis Fenomena Redundant Acronym Syndrome (RAS) Syndrome
Dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar”.
Page 97
TRANSKRIPSI DATA
RAS Syndrome dalam pemakaian bahasa Indonesia
No Kode
Data
Ragam
Data
Data
1 RAS 01 Lisan Dalam belajar bahasa Mahasiswa sangat
memerlukan adanya kamus KBBI sebagai sumber
informasi pada saat kita belajar. Kamus KBBI
juga digunakan sebagai sumber untuk memperoleh
pengertian dari kata kata yang ingin dipelajari.
2 RAS 02 Lisan Nomor NIK dicantumkan dalam setiap dokumen
kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan
KTP.
3 RAS 03 Lisan Nomor NIK merupakan Identitas kependudukan
yang melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai penduduk Indonesia.
4 RAS 04 Lisan PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia.
Beberapa nama yang menjadi legenda, hanya
Ramang yang menjadi legenda hidup PSM
Makassar.
5 RAS 05 Lisan Kamus KBBI digunakan Mahasiswa sebagai
acuan bahasa Indonesia baku. Karena Kamus
KBBI terlengkap dan akurat.
6 RAS 06 Lisan Kartu KIP merupakan kartu yang ditujukan bagi
keluarga kurang mampu yang ingin
menyekolahkan anaknya yang secara gratis.
7 RAS 07 Lisan Mahasiswa dinilai cukup signifikan terhadap
penanggulangan sosial ditengah masyarakat dalam
mengkampanyekan penanggulangan Virus HIV.
Karena kaum intelektual yang dianggap panutan
tentu akan lebih dipercaya masyarakat luas.
Page 98
8 RAS 08 Lisan Mesin ATM adalah alat elektronik bagi nasabah
dalam melakukan transaksi keuangan tanpa
membutuhkan seorang teller bank.
9 RAS 09 Lisan Nomor PIN merupakan angka sandi rahasia yang
paling sering di gunakan pada kartu debit dan kartu
kredit.
10 RAS 10 Lisan Virus HIV merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus, bakteri dan infeksi yang melemahkan
system kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh jadi
kesulitan melawan infeksi dan kanker terkait Virus
HIV tertentu.
11 RAS 11 Lisan Bank adalah sebuah lembaga keuangan untuk
menerima simpanan uang, meminjamkan uang.
Adapu bank yang ada di Indonesia yaitu Bank
BNI dan Bank BRI.
12 RAS 12 Lisan Kartu KIP merupakan kartu yang diberikan
kepada anak usia sekolah sebagai bukti bahwa
anak tersebut berhak menerima bantuan bantuan
tunai pendidikan.
13 RAS 13 Lisan Mesin ATM sebuat alat yang digunakan untuk
penarikan tunai bahkan setor tunai tanpa ke bank.
14 RAS 14 Lisan Kamus KBBI merupakan acuan untuk mencari
bentuk kata, ungkapan, pribahasa, beserta contoh
penggunaan kata dan istilah di dalam kalimat.
15 RAS 15 Lisan Kartu KIP merupakan identitas penerima bantuan
tunai pendidikan kepada keluarga kurang mampu.
16 RAS 16 Lisan Mesin ATM sebuah alat elektronik diberikan oleh
bank kepada nasabah untuk penarikan tunai,
transfer sesama bank, atau transferberbeda bank.
17 RAS 17 Lisan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun
Page 99
dana dari masyarakat dalam bentuk simpan dan
menyalurkan kepada masyarkat dalam bentuk
kredit. Adapun bank Pemerintah yaitu Bank BNI,
Bank BRI dan Bank BTN.
18 RAS 18 Lisan Nomor PIN merupakan angka sandi rahasia antara
pengguna dan sistem digunakan untuk verifikasi
pengguna ke sistem. Biasanya, pengguna
diharuskan untuk memberikan identifikasi
pengguna umum atau bukti dan Nomor PIN
rahasia untuk mendapatkan akses ke sistem.
19 RAS 19 Lisan Mesin ATM adalah alat elektronik yang
digunakan nasabah bank untuk mengabil uang juga
menyimpan uang dan transfer uang.
20 RAS 20 Lisan Nomor Nik adalah identitas pribadi yang terdapat
pada e-KTP yang tersimpan dalam database
kependudukan.
21 RAS 21 Lisan Mahasiswa menggunakan Kamus KBBI sebagai
acuan untuk memperoleh pengertian dari kata kata
yang ingin dipelajari.
22 RAS 22 Lisan
Pasukan Ramang atau Juku Eja (Ikan Merah)
merupakan julukan dari PSM Makassar. PSM
Makassar adalah tim tertua di Indonesia.
23 RAS 23 Lisan Kamus KBBI adalah sarana untuk memperluas
pembedaharaan kata pribadi untuk menuangkan
gagasan melalui bahasa tulis dan bahasa lisan.
24 RAS 01 Tulisan Aku akan ke Mesin ATM
25 RAS 02 Tulisan Paman menghadiri pertemuan yang diadakan
Partai PDIP
26 RAS 02 Tulisan Indra membeli mie ayam di depan Bank BRI
27 RAS 04 Tulisan Rafa membeli tiket PSM Makassar VS Persija
Jakarta di Stadion.
Page 100
28 RAS 05 Tulisan Para Polisi mengejar perampok Mesin ATM
29 RAS 06 Tulisan Saya menunggu Wahda di Bank BNI.
30 RAS 07 Tulisan Para anggota Partai PDIP menghadiri seminar
tentang parpol sebagai kendaraan politik di hotel
claro.
31 RAS 08 Tulisan Zulfauszi menabung di Bank BTN
32 RAS 09 Tulisan Ketua Partai PAN memberi bantuan kepada
korban bencana.
33 RAS 10 Tulisan Ibu Novita seorng pegawai di Bank BTN
34 RAS 11 Tulisan Polisi mengusut kasus pembobolan Mesin ATM
35 RAS 12 Tulisan Ayah menghadiri pertemuan yang diadakan Partai
PDIP semalam bersama temannya.
36 RAS 13 Tulisan Kakek mengambil uang pensiunan di Bank BTPN
37 RAS 14 Tulisan Para anggota Partai PSI menghadiri pertemuan di
sekretariat
38 RAS 15 Tulisan Joko membeli makanan di warung samping Bank
BCA.
39 RAS 16 Tulisan Para Polisi tengah mengejar sekelompok orang
yang membobol Mesin Atm
40 RAS 17 Tulisan Taufik mewawancarai Ketua Partai PPP di kedai
kopi
41 RAS 18 Tulisan Ulfa menawarkan aku sebuah pekerjaan di Bank
BRI
42 RAS 19 Tulisan Kepemimipinan Ardiansyah Sebagai Ketua Partai
PAN sudah diakui Masyarakat
43 RAS 20 Tulisan Rizal sedang berbincang bersama para anggota
Partai PKS di teras rumah.
44 RAS 21 Tulisan Aulia Seorang pegawai di Bank BRI
45 RAS 22 Tulisan Arman menonton pertandingan PSM Makassar
VS Persebaya Surabaya di stadion andi
Page 101
mattalatta.
46 RAS 23 Tulisan Ceceng menunggu Saya di depan Bank BTN