Top Banner
Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 33 ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI TELUK JAKARTA (Internal and External Factors Analysis and Sustainable Status of Capture Fisheries Management in Jakarta Bay) Siti Radarwati 12 , Mulyono S. Baskoro 3 , Daniel R. Monintja 3 , Ari Purbayanto 3 PT. Ting Sheen Bandascjahtera Artha Graha Bld, 6th Floor Jl.Sudirman Kav 52-53 Jakata Phone:(62-21)5152107, Fax:(62-21)5152109 ABSTRACT The capture fishery at Jakarta Bay has a big role in increasing the economy and community life at the site, but its not only faced the decreasing fishery production and high poluted water teritory, its sometime confronted with the conservation function located in Kepulauan Seribu. The objectives of this reasearch were to determine internal and external factors that effects to capture fishery activity, to identify sustainable status of capture fishery management in Jakarta Bay and its development management strategy. The study used the methods of IFAS, EFAS and SFAS matrix analysis, IE matrix analysis and SWOT matrix analysis. The result revealed that there are 17 (seventeen) factors affecting the capture fishery activities in Teluk Jakarta at the point of view dimensions of ecological, biological, economic, social and technological. The scores output from matrix IFAS, EFAS and SFAS were all categorized as “ku rang baik” with total score 2,529 for internal factors and 2.747 for external factor, and 2.152 for SFAS, respectively . The sustainable status for capture fishery management in Teluk Jakarta pointed out by IE matrix in the cell V categorized as developing status that need horizontally concentration strategy. The study identified that there are several important strategies to support the management sustainability of capture fishery : human resources empowerment, quality product improvement, increasing fishermen capability, increasing capture fishery activities supervision, extension for fishermen, integrated management to preserve the functions of water ecosystem, small scale fishery standardization and fishing days opreration management by implementing closed open seasons. Keywords : internal-extenal factors, management sustainability, capture fishery ABSTRAK Perikanan tangkap di Teluk Jakarta sangat berperan dalam mengangkat perekonomian dan kehidupan masyarakat di lokasi, namun selain produksi perikanan yang cenderung menurun dan tingkat pencemaran yang tinggi di perairannya, terkadang aktifitas perikanan tangkap berbenturan dengan fungsi konservasi di Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan menentukan faktor internal dan eksternal pengelolaan, identifikasi status keberlanjutan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta dan strategi pengembangan pengelolaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis matriks IFAS, EFAS dan SFAS, analisis matriks IE, dan analisis matriks SWOT. Hasil analisis menunjukkan terdapat 17 (tujuh belas) faktor yang mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di Teluk Jakarta baik dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial maupun teknologi. Hasil skor matriks IFAS,EFAS dan SFAS seluruhnya termasuk kategori ”kurang baik” dengan total skor berturut -turut 2,529 untuk faktor internal, 2,747 untuk faktor eksternal dan 2.152 untuk SFAS. Status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta ditunjukkan dalam matriks IE berada pada sel V, dikategorikan dalam tahap pertumbuhan yang memerlukan strategi konsentrasi secara horizontal. Beberapa strategi yang penting mendukung keberlanjutan pengelolaan tersebut adalah pemberdayaan SDM, peningkatan kualitas produk, peningkatan kemampuan nelayan mandiri, peningkatan pengawasan melekat, penyuluhan kepada nelayan, manajemen terpadu untuk mempertahankan fungsi ekosistem perairan, standarisasi terhadap perikanan skala kecil, dan pengaturan hari operasi dengan penerapan closed-open season. Kata kunci : faktor internal-eksternal, keberlanjutan pengelolaan, perikanan tangkap I. PENDAHULUAN Perairan Teluk Jakarta mempunyai posisi strategis sebagai wilayah perairan DKI Jakarta, Ibukota Negara Indonesia serta merupakan pasar potensial berbagai aktivitas perikanan tangkap merupakan salah satu usaha dari sektor perikanan dan kela- utan, serta merupakan salah sektor yang diandalkan untuk mengangkat per- ekonomian dan kesejahteraan nelayan dan pesisir (Muchtar, 1999). 1 Corresponding author 2 Sekretaris PT. Ting Sheen Bandascjahtera 3 Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB
14

ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Oct 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 33

ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI TELUK JAKARTA

(Internal and External Factors Analysis and Sustainable Status of

Capture Fisheries Management in Jakarta Bay)

Siti Radarwati12, Mulyono S. Baskoro 3, Daniel R. Monintja 3, Ari Purbayanto3 PT. Ting Sheen Bandascjahtera

Artha Graha Bld, 6th Floor Jl.Sudirman Kav 52-53 – Jakata Phone:(62-21)5152107, Fax:(62-21)5152109

ABSTRACT

The capture fishery at Jakarta Bay has a big role in increasing the economy and community life at the site, but its not only faced the decreasing fishery production and high poluted water teritory, its sometime confronted with the conservation function located in Kepulauan Seribu. The objectives of this reasearch were to determine internal and external factors that effects to capture fishery activ ity, to identify sustainable status of capture fishery management in Jakarta Bay and its development management strategy. The study used the methods of IFAS, EFAS and SFAS matrix analysis, IE matrix analysis and SWOT matrix analysis. The result revealed that there are 17 (seventeen) factors affecting the capture fishery activities in Teluk Jakarta at the point of view dimensions of ecological, biological, economic, social and technological. The scores output from matrix IFAS, EFAS and SFAS were all categorized as “kurang baik” with total score 2,529 for internal factors and 2.747 for external factor, and 2.152 for SFAS, respectively . The sustainable status for capture fishery management in Teluk Jakarta pointed out by IE matrix in the cell V categorized as developing status that need horizontally concentration strategy. The study identified that there are several important strategies to support the management sustainability of capture fishery : human resources empowerment, quality product improvement, increasing fishermen capability, increasing capture fishery activities supervision, extension for fishermen, integrated management to preserve the functions of water ecosystem, small scale fishery standardization and fishing days opreration management by implementing closed – open seasons.

Keywords : internal-extenal factors, management sustainability, capture fishery

ABSTRAK

Perikanan tangkap di Teluk Jakarta sangat berperan dalam mengangkat perekonomian dan kehidupan

masyarakat di lokasi, namun selain produksi perikanan yang cenderung menurun dan tingkat pencemaran yang tinggi di perairannya, terkadang aktifitas perikanan tangkap berbenturan dengan fungsi konservasi di Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan menentukan faktor internal dan eksternal pengelolaan, identifikasi status keberlanjutan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta dan strategi pengembangan pengelolaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis matriks IFAS, EFAS dan SFAS, analisis matriks IE, dan analisis matriks SWOT. Hasil analisis menunjukkan terdapat 17 (tujuh belas) faktor yang mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di Teluk Jakarta baik dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial maupun teknologi. Hasil skor matriks IFAS,EFAS dan SFAS seluruhnya termasuk kategori ”kurang baik” dengan total skor berturut-turut 2,529 untuk faktor internal, 2,747 untuk faktor eksternal dan 2.152 untuk SFAS. Status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta ditunjukkan dalam matriks IE berada pada sel V, dikategorikan dalam tahap pertumbuhan yang memerlukan strategi konsentrasi secara horizontal. Beberapa strategi yang penting mendukung keberlanjutan pengelolaan tersebut adalah pemberdayaan SDM, peningkatan kualitas produk, peningkatan kemampuan nelayan mandiri, peningkatan pengawasan melekat, penyuluhan kepada nelayan, manajemen terpadu untuk mempertahankan fungsi ekosistem perairan, standarisasi terhadap perikanan skala kecil, dan pengaturan hari operasi dengan penerapan closed-open season.

Kata kunci : faktor internal-eksternal, keberlanjutan pengelolaan, perikanan tangkap

I. PENDAHULUAN

Perairan Teluk Jakarta mempunyai posisi strategis sebagai wilayah perairan DKI

Jakarta, Ibukota Negara Indonesia serta

merupakan pasar potensial berbagai aktivitas

perikanan tangkap merupakan salah satu

usaha dari sektor perikanan dan kela-

utan, serta merupakan salah sektor yang diandalkan untuk mengangkat per-

ekonomian dan kesejahteraan nelayan

dan pesisir (Muchtar, 1999).

1 Corresponding author 2 Sekretaris PT. Ting Sheen Bandascjahtera 3 Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB

Page 2: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

34 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 1-13

usaha termasuk perikanan tangkap. Usaha

Perikanan tangkap di Teluk Jakarta merupakan kegiatan usaha penting bagi

kehidupan masyarakat Jakarta Utara dan

Kepulauan Seribu dikarenakan kegiatan

perikanan baik budidaya maupun tangkap

sudah merupakan budaya bahari yang

melekat. Berbagai sarana dan prasana telah dibangun untuk menunjang aktivitas

perikanan antara lain pelabuhan perikanan

samudera dan beberapa lokasi pendaratan

ikan di pantai Utara Jakarta. Namun de-

mikian, produksi perikanan tersebut me-nurun cukup drastis, yaitu mencapai 38

persen sejak tahun 2002 (Sonari, 2009).

Disamping itu, tingkat pencemaran di

perairan Teluk Jakarta semakin tinggi yang

berasal selain dari sampah juga berasal dari

tumpahan minyak (Pemkab. Kep. Seribu, 2009), dan konflik penggunaan lahan

wilayah pesisir juga sering terjadi (Rudianto,

2004) sehingga mengancam keberlanjutan

kegi-atan perikanan tangkap di lokasi

(Anna, 2003). Sebagai upaya menciptakan penge-

lolaan berkelanjutan, maka berbagai faktor

yang mempengaruhi baik secara internal

maupun eksternal perlu diidentifikasi serta

status keberlanjutan kebijakan pengelolaan

perikanan tangkap tersebut juga perlu diketahui agar dapat dilakukan perbaikan

ke arah yang lebih baik.

Tujuan penelitian :

a. Menentukan faktor internal dan ekster-

nal yang mempengaruhi pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta.

b. Menganalisis tingkat keberlanjutan kebi-

jakan pengelolaan perikanan tangkap di

Teluk Jakarta dan strategi pengem-

bangan pengelolaannya.

Hipotesis penelitian : a. Terdapat faktor-faktor yang mempenga-

ruhi secara multidimensi terhadap

pengelolaan dan aktivitas perikanan

tangkap di Teluk Jakarta.

b. Pengelolaan perikanan tangkap di Teluk

Jakarta saat ini belum mengakomodasi berbagai faktor penting yang mem-

pengaruhi pengelolaan yang berkelan-

jutan.

II. METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama

satu tahun dimulai dari bulan Maret 2009

sampai dengan Maret 2010. Tempat pene-

litian adalah perairan Teluk Jakarta yang

merupakan wilayah perairan Kota Jakarta Utara dan Kabupaten Administratif Kepu-

lauan Seribu.

2.2. Jenis Data dan Metode Pengum-

pulan Data

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam pene-

litian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder mencakup data produksi peri-

kanan, alat tangkap, sosial ekonomi dan

budaya, kelembagaan, peraturan penang-kapan, wilayah operasi penangkapan,

kondisi lingkungan perairan, dan lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Data primer seperti data sosial

ekonomi, kondisi perairan, produksi, alat

tangkap, wilayah operasi dan lainnya dikumpulkan melalui pengamatan lang-

sung, wawancara dan pengisian kuesioner.

Data sekunder dikumpulkan melalui

penelusuran berbagai hasil studi, buku/-

literatur, informasi internet, referensi, statistik, terbitan jurnal, surat kabar, dan

sumber lainnya yang mendukung. Wawan-

cara dan pengisian kuesioner dilakukan

terhadap responden yang merupakan

pihak-pihak yang mewakili berbagai unsur

yaitu pemerintah daerah dan pusat, pengusaha dan nelayan, LSM, pakar/tokoh

masyarakat serta perguruan tinggi, yang

memahami pengelolaan perikanan dan/

atau mengetahui kegiatan perikanan tang-

kap di lokasi. Khusus untuk responden yang berasal dari nelayan atau pelaku

usaha perikanan tangkap dipilih secara purposive berdasarkan ketokohan, jenis

usaha perikanan, dan jenis alat tangkap

yang digunakan di perairan Teluk Jakarta.

2.3. Metode Analisis Data

2.3.1. Analisis matriks IFAS, EFAS dan

SFAS Analisis matriks Internal Factors Ana-

lysis Strategy (IFAS) dan External Factors Analysis Strategy (EFAS) dilakukan untuk

pemetaan kondisi pengelolaan perikanan tangkap di perairan Teluk Jakarta dari segi

internal dan eksternal baik menyangkut

dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan

teknologi. Analisis matriks IFAS dan EFAS

menghasilkan skor yang menunjukkan

seberapa besar kontribusi atau pengaruh setiap faktor terhadap perikanan tangkap di

Teluk Jakarta yang dikategorikan kedalam

kekuatan, kelemahan, peluang, dan anca-

Page 3: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 35

man, dimana masing-masing kategori

dipilah berdasarkan dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi. Faktor–

faktor yang merupakan uraian dari setiap

dimensi yang dianggap penting dan

berpengaruh didapat dari hasil wawancara

dan pengisian kuesioner. Pengembangan

matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2008) adalah sebagai berikut :

(1) Pengembangan matriks IFAS, yaitu

kegiatan menentukan faktor-faktor stra-

tegis internal, memuat tentang kekuatan

dan kelemahan lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya;

(2) Pengembangan matriks EFAS, yaitu

kegiatan menentukan peluang dan

ancaman lengkap dengan hasil analisis

bobot, rating dan skornya (matriks

EFAS); Untuk memudahkan analisis, peni-

laian dibagi dalam tiga jenis, yaitu bobot,

rating, dan skor. Bobot menunjukkan ting-

kat kepentingan pengelolaan perikanan

tangkap terhadap faktor tersebut dengan nilai berkisar 0 - 1, dimana 0 menunjukkan

tidak penting dan 1 menunjukkan sangat

penting. Rating menunjukkan tingkat

pengaruh yang secara nyata yang dapat

diberikan oleh faktor tersebut terhadap

pengelolaan perikanan tangkap dengan nilai berkisar 1 – 4, dimana 1, 2, 3, dan 4

berturut-turut rendah, biasa, tinggi, dan

sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor

kelemahan dan ancaman diberi secara

terbalik, yaitu bila pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi

nilai 1. Sedangkan skor menyatakan ting-

kat/skor pengaruh positif (spp) sesuai

kepentingan pengelolaan perikanan tangkap

terhadap faktor yang dimaksud.

Dari tabel IFAS dan EFAS dipilih fakor-faktor yang memiliki skor yang tinggi

untuk kekuatan dan peluang, dan dipilih

faktor-faktor yang memiliki skor yang

rendah untuk kelemahan dan ancaman

atau merupakan faktor negatif yang sangat

berpengaruh terhadap perikanan tangkap di Teluk Jakarta.

Setelah dipilih dituangkan dalam matrik SFAS (Strategic Factor Analysis Summary) yang merupakan matrik ring-

kasan/rangkuman dari kekuatan, kelema-

han, peluang dan ancaman dengan tujuan untuk lebih memudahkan memformula-

sikan strategi. Matriks SFAS memberikan

kepada para pengambil keputusan suatu

rangkuman dari kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman untuk memu-dahkan memformulasikan strategi.

Jumlah skor pembobotan dari matrix

IFAS, EFAS dan SFAS menunjukkan sebe-rapa besar respon dari pengelolaan per-

ikanan tangkap di Teluk Jakarta terhadap

lingkungan eksternal dan internalnya

(Wheelen, Hunger, 2002 diacu dalam

Radarwati, 2003).

Indikator jumlah skor pembobotan (Wheelen, Hunger, 2002 diacu dalam Ra-

darwati, 2003) dan hasil olah data adalah

sebagai berikut :

1) Nilai 5 = baik sekali

2) Nilai 4 = diatas rata-rata atau baik 3) Nilai 3 = rata-rata atau cukup baik

4) Nilai 2 = dibawah rata-rata atau tidak

baik

5) Nilai 1 = buruk

2.3.2. Analisis matriks internal-ekster-nal (IE)

Analisis matriks internal-eksternal (IE)

merupakan kegiatan penentuan arah dan

sasaran pengelolaan (Roger, 1990). Peng-

embangan matriks internal-eksternal (IE) dilakukan dengan mengidentifikasi kese-

suaian kondisi pengelolaan dengan sem-

bilan sel strategi pengelolaan yang digu-

nakan dalam analisis SWOT. Sel tersebut

adalah sel I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX

yang berturut-turut menyatakan I (strategi pertumbuhan dengan konsentrasi pada

integrasi vertikal), II (strategi pertumbuhan

dengan konsentrasi pada integrasi

horizontal), III (strategi penciutan atau turnaround), IV (strategi stabilitas), V

(strategi pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal), VI (strategi

divestasi atau pengurangan), VII (strategi

pertumbuhan melalui diversifikasi konsen-

trik), VIII (strategi pertumbuhan melalui

konsentrasi konglomerasi), dan IX (strategi likuidasi). Setiap sel mempunyai kisaran

nilai faktor internal dan faktor eksternal.

Posisi dan arah pengelolaan dipilih dengan

mencocokkan total skor faktor internal

(matriks IFAS) dan faktor eksternal (matriks

EFAS) dengan kisaran nilai pada sel.

2.3.3. Analisis matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk

merumuskan beberapa alternatif strategi

yang tepat untuk mendukung pengem-

bangan pengelolaan perikanan tangkap ke arah yang lebih baik. Dalam analisis SWOT

ini, faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength), kelemahan (weak-nesses), pel-

uang (opportunity) dan ancaman (threat)

dikombinasikan sehingga didapatkan bebe-

rapa alternatif keputusan (Rangkuti, 2008

Page 4: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

36 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

dan Cochrane, 2002). Adapun bentuk

kombinasi tersebut adalah: a. Kombinasi kekuatan (strength) dengan

peluang (opportunity).

b. Kombinasi kekuatan (strength) dengan

ancaman (threat). c. Kombinasi kelemahan (weaknesses)

dengan peluang (opportunity).

d. Kombinasi kelemahan (weaknesses)

dengan ancaman (threat).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Dimensi Pengelolaan Perikanan

Tangkap

Hasil analisis data, dimensi ekologi,

biologi, ekonomi, sosial dan teknologi

merupakan lima komponen dasar yang menjadi acuan tingkat keberlanjutan

pengelolaan perikanan tangkap di Teluk

Jakarta.

3.2. Pengelompokkan Komponen Dasar

Secara Internal dan Eksternal Dari setiap komponen dasar diu-

raikan faktor-faktor yang dikelompokkan

dalam lingkungan internal yang menjadi

kekuatan dan kelemahan adalah: 1) Kekuatan (strength) terdiri dari sum-

berdaya ikan, potensi serta kegiatan

konservasi sumber daya itu sendiri,

sumberdaya manusia di bidang peri-

kanan, sarana dan prasarana, modal,

kapal dan teknologinya, pendapatan

nelayan maupun peraturan. Kekuatan ini dapat dioptimalkan untuk memini-

malisasi ancaman. Karena ini berasal

dari internal sistem perikanan tangkap,

aplikasinya memungkinkan untuk diren-

canakan dengan baik. 2) Kelemahan (weakness) terdiri dari ting-

kat produktifitas, rendahnya penge-

tahuan nelayan, konflik, belum adanya

standarisasi kapal dan peraturan yang

perlu namun belum tersedia. Kelemahan

ini berasal dari dalam sistem perikanan

tangkap yang dibutuhkan untuk dikem-bangkan namun tidak dimiliki atau

sangat kurang. Untuk tidak menjadi

hambatan, kelemahan ini dapat dimini-

malisasi sehingga tidak menjadi dampak

yang negatif terhadap sistem. Tabel 1 (matriks IFAS) menyajikan

tingkat pengaruh dimensi ekologi, biologi,

ekonomi, sosial dan teknologi yang telah

dikelompokkan dalam lingkungan internal.

Hasil perkalian bobot dan rating meru-

pakan gambaran tingkat kontribusi atau pengaruh dari faktor-faktor internal, baik

yang menjadi kekuatan maupun kelema-

han dalam pengelolaan perikanan tangkap

di Teluk Jakarta. Hasil analisis lingkungan eksternal

terhadap komponen dasar yang telah

dikelompokkan menjadi peluang dan anca-

man adalah : 1) Peluang (opportunity) terdiri dari

program pemerintah yang mendukung penyelamatan terumbu karang, upaya

konservasi, tingginya permintaan pasar,

letak strategis, kegiatan promosi oleh

pemerintah maupun swasta, iklim inves-

tasi, kondisi sosial politik dan perkem-

bangan teknologi. 2) Ancaman (threat) terdiri dari peraturan

pemerintah yang berdampak konflik,

pencemaran, degradasi fungsi ekosis-

tem perairan, punah atau berkurangnya

spesies ikan baik dalam jumlah maupun

mengecilnya ukuran ikan hasil tang-kapan, faktor musiman yang mempe-

ngaruhi harga ikan, dan penggunaan

alat tangkap yang destruktif.

Tabel 2 (matriks EFAS) menyajikan

tingkat pengaruh dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi yang telah

dikelompokkan dalam lingkungan ekster-

nal. Hasil perkalian bobot dan rating pada

Tabel 2 tersebut merupakan gambaran

tingkat kontribusi atau pengaruh dari

faktor-faktor eksternal yang ada, baik yang memberi peluang maupun yang menjadi

ancaman pengelolan perikanan tangkap di

Teluk Jakarta.

Tabel 3 (matriks SFAS) menyajikan

ringkasan dari matriks IFAS dan EFAS yang telah dipilih berdasarkan skor

tertinggi untuk faktor kekuatan dan

ancaman, dan skor terendah untuk faktor

kelemahan dan ancaman. Tabel 3 menun-

jukkan tujuh belas faktor dominan yang

mempengaruhi pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta baik dari dimensi

ekologi, biologi, ekonomi, sosial maupun

teknologi.

Analisis faktor internal, kekuatan yang

dominan adalah pada dimensi sosial berupa ketersediaan tenaga kerja di sektor

perikanan, sedang faktor kelemahan yang

dominan adalah dari dimensi ekologi yaitu

kurangnya pengetahuan dari pelaku

perikanan tangkap tentang jumlah SDI

yang diperbolehkan. Analisis faktor ekster-nal, peluang yang dominan adalah dari

dimensi ekonomi yaitu tingginya per-

mintaan akan komoditi perikanan sebagai

peluang pasar, sedangkan fakor ancaman

yang dominan adalah dimensi ekologi yaitu

Page 5: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 37

degradasi ekosistem laut dan pesisir akibat alih fungsi lahan.

Tabel 1. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Keterangan : K1, K2, K3, K4, dan K5 adalah masing-masing kekuatan dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi. L1, L2, L3, L4, dan L5 adalah masing-masing kelemahan dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi

Page 6: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

38 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Keterangan : P1, P2, P3, P4, dan P5 adalah masing-masing peluang dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi. A1, A2, A3, A4, dan A5 adalah masing-masing ancaman dari dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan teknologi

Page 7: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 39

Tabel 3. Matrik SFAS (Strategic Factor Analysis Summary)

No

Faktor-faktor strategis Bobot

Rating Skor Ket

Rata-

rata

A INTERNAL

KEKUATAN (K)

1 Dimensi Ekologi :

2 Dimensi Biologi :

a Potensi SDI 0.042 3.0 0.127 K2a

3 Dimensi ekonomi :

a Modal kerja relatif baik 0.042 3.0 0.127 K3a

e Sarana dan prasarana perikanan tangkap 0.042 3.0 0.127 K3e

4 Dimensi Sosial :

g Ketersediaan tenaga kerja disektor perikanan 0.057 3.0 0.170 K4g

5 Dimensi Teknologi :

a Kemampuan pengadaan alat tangkap secara mandiri 0.050 3.0 0.149 K5a

b Penyesuaian alat tangkap yang sesuai dgn 0.050 3.0 0.149 K5b

Perairan Teluk Jakarta secara mandiri

KELEMAHAN (L)

1 Dimesi Ekologi :

a Pengetahuan tentang jumlah tangakap yang 0.019 1.0 0.019 L1a

diperbolehkan/JTB rendah

b Pemanfaatan SDI yg berinteraksi dgn terumbu karang / dasar perairan 0.032 2.0 0.064 L1b

2 Dimensi Biologi :

a Kecenderungan menurunnya produksi 0.038 2.0 0.076 L2a

3 Dimensi Ekonomi :

4 Dimensi Sosial :

5 Dimensi Tehnologi :

a Ukuran kapal dan mesin yang belum standar 0.030 2.0 0.060 L5a

B EKSTERNAL

PELUANG (P) :

1 Dimensi Ekologi :

2 Dimensi Biologi :

3 Dimensi Ekonomi :

a Tingginya permintaan akan komoditi perikanan di dunia 0.093 4.0 0.373 P3a

b

Kedekatan dgn pasar potensial DKI Jakarta & jalur

ekspor 0.086 4.0 0.344 P3b

c Promosi potensi perikanan dan wisata bahari oleh PEMDA 0.063 3.0 0.188 P3c

4 Dimesi Sosial :

5 Dimensi Teknologi :

ACAMAN (A) :

1 Dimensi Ekologi :

a Tingkat pencemaran di perairan yang tinggi 0.038 1.0 0.038 A1a

b

Degradasi ekosistem laut & pesisir akibat alih fungsi

lahan 0.031 1.0 0.031 A1b

2 Dimensi Biologi :

3 Dimensi Ekonomi :

a Saat ikan melimpah harga cenderung turun 0.055 2.0 0.110 A3a

dan saat ikan langka harga sangat tinggi

4 Dimensi Sosial :

5 Dimensi Teknologi :

a Penggunaan teknologi destruktif oleh nelayan pendatang 0.061 2.0 0.122 A5a

TOTAL 0.768 40.0 2.152

Page 8: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

40 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

3.2. Tingkat Keberlanjutan Pengelolaan

Perikanan Tangkap di Teluk Jakarta

Total skor matriks IFAS adalah 2,529

dan mariks EFAS adalah 2,747, jika

dipetakan pada matriks IE maka titik temu

kedua angka skor tersebut berada pada sel

V (Gambar 1) yang berarti status keber-

lanjutan pengelolaan perikanan tang-kap di

Teluk Jakarta pada tahap pertumbuhan

yang membutuhkan strategi pengelolaan konsentrasi secara horizontal, yaitu dengan

melaksanakan koordinasi dengan instansi/

pihak lain yang bertang-gung jawab atas

pengelolaan wilayah pesisir dan perairan di

Teluk Jakarta.

Total Skor dari Kelompok Internal

Total Skor dari Kelompok Eksternal

Tinggi

I Pertumbuhan Konsentrasi

integrasi vertikal

II Pertumbuhan

Konsentrasi integrasi horizontal

III Penciutan

Turnaraound

Sedang

IV Stabilitas

Hati-hati

V Pertumbuhan

Konsentrasi integrasi horizontal

VI Penciutan

Divestasi

Rendah

VII Pertumbuhan Diversifikasi

konsentrik

VIII Pertumbuhan Difersifikasi

perluasan

IX Penciutan Likuidasi

Tinggi

Rata-rata

Lemah

Gambar 1. Matriks internal-eksternal (IE)

3.4. Analisis SWOT

Alternatif strategi pengembangan

dihasilkan dari matirks SWOT yang

merupakan keluaran dari analisis SWOT.

Alternatif strategi dibutuhkan untuk men-

dukung keberlanjutan pengelolaan perika-nan tangkap ke arah yang lebih baik,

dirumuskan dari tujuh belas faktor domi-

nan yang mempengaruhi kegiatan perika-

nan tangkap di Teluk Jakarta menjadi

delapan alternatif strategi pengelolaan, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Alternatif strategi pengelolaan pada

Tabel 4 dapat dijelaskan :

(1) SO strategi :

1) Pemberdayaan SDM di bidang perika-

nan melalui penyuluhan teknis dan manajemen untuk pemanfaatan potensi

SDI;

2) Peningkatan kualitas produk melalui

diversifikasi produk untuk memenuhi

permintaan komoditi perikanan yang

tinggi; 3) Peningkatan kemampuan nelayan man-

diri melalui kemudahan akses ke fasi-

litas modal, jalur distribusi dan pasar.

(2) WO strategi :

Peningkatan pengawasan melekat

terhadap aktivitas pemanfaatan su-

mberdaya ikan serta area konservasi

dalam upaya tercapainya SDI ber-kelanjutan.

(3) ST strategi :

1) Penyuluhan kepada nelayan terhadap

pentingnya kawasan konservasi dan manfaatnya bagi kelestarian SDI;

2) Menajemen terpadu untuk memper-

tahankan dan peningkatan fungsi eko-

sistem perairan terutama pencegahan

terjadi pencemaran yang berkelanjutan.

(4) WT strategi :

1) Standardisasi terhadap perikanan skala

kecil untuk peningkatan produktivitas

kapal dan mutu ikan;

2) Pengaturan hari operasi dengan pene-rapan “closed - open season” untuk

menjaga stabilitas jumlah dan harga

ikan di pasar.

Page 9: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 41

Tabel 4. Matriks SWOT

IV. PEMBAHASAN

4.1. Faktor Internal Pengelolaan Peri-kanan Tangkap di Teluk Jakarta

Faktor keanekaragaman hayati/

jenis ikan dan terdapatnya wilayah kon-

servasi pada Tabel 1 merupakan dimensi

ekologi yang menjadi kekuatan dalam

pengelolaan perikanan tangkap di Teluk

Jakarta. Hal ini karena keanekaragaman dan kegiatan-kegiatan konservasi tersebut

dikelola secara permanen di lokasi, yaitu

oleh UPT Taman Nasional Laut Kepulauan

Seribu (TN(L) Kep. Seribu), Dirjen Per-

lindungan Hutan dan Konservasi Alam,

Page 10: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

42 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

Departemen Kehutanan. Kawasan TN (L)

Kep. Seribu terdiri dari perairan laut yang mempunyai pulau-pulau karang yang

terbentuk di atas koloni binatang karang

yang sudah mati, mencakup 78 pulau yang

tersebar dari Utara ke Selatan. Menurut

Berkes (1994), pengelolaan kawasan kon-

servasi pesisir dan laut harus melibatkan masyarakat lokal yang ada, sehingga

mereka merasa memiliki, ikut melestarikan,

dan ikut mencegah kegiatan pemanfaatan

yang destruktif.

Wilayah perairan Jakarta merupa-kan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan

Laut Jawa (WPP-RI 712). Potensi SDI

menjadi faktor kekuatan, berdasarkan data

potensi di WPP-RI 712) tersedia 1130,8 ribu

ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan

dikategorikan penuh (DJPT-DKP 2009a). Namun demikian, adanya upaya konservasi

TN (L) Kep. Seribu yang erat kaitannya

dengan pelestarian sumber daya ikan dan

biota laut lainnya sangat berpengaruh

terhadap pemeliharaan stok dan penyediaan ikan bagi aktivitas penangkapan ikan di

perairan Teluk Jakarta. Menurut Hendri-wan et al. (2008), stok sumberdaya sangat

sensitif terhadap kegiatan pemanfaatan,

apalagi yang melebih daya dukung potensi

tersebut. Alokasi alat tangkap yang opti-mum namun tidak melebihi daya dukung

akan dapat meningkatkan hasil tangkapan

sekaligus tetap memelihara kelestarian

sumberdaya ikan kawasan.

Modal kerja pada Tabel 1 merupakan

komponen penting bagi operasional peri-kanan tangkap dari dimensi ekonomi.

Secara umum, nelayan di Teluk Jakarta

adalah nelayan pekerja, pemilik kapal yang

memberikan seluruh modal operasional

kapal dengan sistem gaji tetap dan bagi hasil. Nakhoda mendapat gaji dan komisi.

Bagi hasil dengan bagian setiap anggota

kapal satu bagian dan pemilik tiga bagian.

Dari 3 bagian pemilik, satu bagian dibagi

dua lagi yang menjadi porsi untuk pemilik

dan nakhoda sebagai komisi. Nelayan mendapat bonus yang dihitung dari hasil

timbangan sebesar Rp 500/kg.

Sarana dan prasarana perikanan

tangkap di darat cukup memadai. Untuk

nelayan kecil di pelabuhan pendaratan ikan

di pulau Pramuka maupun pulau-pulau lainnya tidak ada pengenaan biaya tambat dan mendapat cool box tujuh buah serta

mendapat tiga keranjang untuk menimbang (trish) yang berukuran 1 kuintal/25 kg.

Pelabuhan di Teluk Jakarta (PPS Nizam

Zachman) mempunyai fasilitas yang

memadai untuk kegiatan perikanan skala

besar (DJPT-DKP, 2009-b). Namun dari fasilitas tesebut juga ada yang kurang

terawat atau nyaman, misalnya lokasi

pelelangan ikan yang sering tergenang air,

kolam pelabuhan pada beberapa bagian ada

yang terlalu dangkal, dan lainnya. Meski-

pun terdapat kekurangan, secara umum pelabuhan perikanan tersebut telah mampu

mendukung dengan baik kegiatan penda-

ratan dan pelelangan ikan selama ini dan

merupakan pelabuhan perikanan terbesar

di Indonesia. Instalasi BBM merupakan komponen

penting dalam mendukung kegiatan per-

ikanan tangkap. Saat ini sudah tersedia

instalasi BBM di TPI Kamal Muara, TPI

Muara angke, TPI Cilincing, dan TPI

Kalibaru namun tidak tersedia di TPI Pulau Pramuka (untuk nelayan di Kepulauan

Seribu). Namun demikian, kondisi semua

instalasi tersebut lebih memadai diban-

dingkan tempat lainnya di Indonesia.

Pengetahuan tentang Jumlah Ta-ngkap yang Diperbolehkan/JTB rendah

(Tabel 1) menjadi salah satu kelemahan

bagi pengelolaan perikanan tangkap.

Tingkat pemanfaatan SDI saat ini di Teluk

Jakarta sudah mencapai 90% lebih dari

potensi SDI. Rendahnya pengetahuan dan kepedulian nelayan, menyebabkan dalam

kegiatan penangkapan seringkali tidak

mengindahkan keberadaan Kawasan Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu. Masih

adanya penggunaan bom untuk mencari ikan di area konservasi, terutama pada

saat-saat sepi wisatawan yaitu pada hari

Senin dan/atau Selasa. Hal ini terjadi

karena daerah konservasi berada dekat

dengan pemukiman dan diketahui banyak

ikannya sehingga mendorong penduduk untuk menangkap ikan secara destruktif

yang berinteraksi dengan terumbu karang/

dasar perairan.

Untuk ukuran kapal dan jenis mesin

yang dipakai tidak ada standar tertentu.

Para nelayan membuat kapal atas penge-tahuan dan pengalaman mereka saja mu-

lai dari ukuran kapal dan palka hingga

jenis mesin yang dipakai. Belum ada suatu

teknologi yang diadopsi untuk ukuran kapal

dan palka dalam upaya mencapai pro-duktifitas tinggi dan mempertahankan mutu

ikan, hal ini disebabkan karena rendahnya

pengetahuan akan teknologi perikanan tangkap. Sedangkan menurut Hendriwan et al. (2008), kapal yang dioperasikan hen-

daknya berukuran standar, sehingga dapat dioperasikan sesuai prosedur baku dan

Page 11: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 43

memudahkan menentukan alokasi optimal

kapal.

4.2. Faktor Eksternal Pengelolaan Peri-

kanan Tangkap di Teluk Jakarta

Adanya berbagai program dari ber-

bagai pihak dalam upaya penyelamatan

lingkungan ekologi (Tabel 2) termasuk peluang besar dalam pengelolaan perikanan

tangkap di Teluk Jakarta. Hal ini ditun-

jukkan oleh penanaman pohon mangrove,

lamun, terumbu karang buatan baik oleh

masyarakat setempat, pemerintah, swasta, LSM atau hasil kerjasama dengan institusi

internasional dan dalam negeri.

Adanya perlindungan terhadap ke-

beradaan jenis binatang laut tertentu

(Tabel 2) juga peluang dari dimensi biologi.

Dengan upaya perlindungan terhadap penyu sisik, maka perlindungan dan

pembinaan dilakukan terhadap habitatnya

yaitu Pulau Peteloran Timur, Gosong Rengat

dan Pulau Belanda, Gosong Sepa, Gosong

Butun. Pembinaan juga dilakukan pada pulau pemukiman yaitu Pulau Pramuka,

Pulau Kelapa dan Pulau Harapan dengan

cara pembersihan pantai peneluran penyu,

sehinga memudahkan penyu sisik mendarat

di pantai saat akan bertelur. Menurut Ruddle et al. (1992), kegiatan perlindungan

dan pembinaan merupakan timbal balik

yang diberikan oleh manusia kepada alam, dimana manusia (costumer) membutuhkan

alam bagi kehidupannya, dan alam juga

membutuhkan perlindungan manusia. Per-

lindungan semacam itu, tentu akan ber-pengaruh terhadap ekosistem perairan yang

mempunyai dampak positif bagi biota laut

lainnya khususnya ikan. Selain perlin-

dungan terhadap penyu sisik, perlindungan

juga dilakukan terhadap ikan kerapu hidup

bersama habitatnya. Meningkatnya permintaan dunia

akan produk/komoditi perikanan dan

kedekatan dengan pasar potensial DKI

Jakarta dan jalur ekspor juga merupakan

peluang dari dimensi ekonomi. Menurut DKPP (2009), lebih dari 80 % kebutuhan

ikan segar ibukota Jakarta dan sekitarnya

berasal dari pelabuhan atau tempat

pelelangan ikan yang terdapat di Teluk

Jakarta, walupun sebagian besar berasal

dari aktifitas penangkapan di luar Teluk Jakarta. Komoditi ikan tujuan eskpor

dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan contact freezer dan

melalui Bandara International Soekarno-

Hatta dengan menggunakan jasa angkut

udara.

Kondisi sosial politik yang kon-dusif

di wilayah di Teluk Jakarta sebagai akibat upaya pertahanan stabilitas dan situasi

yang kondusif di ibu kota negara men-

jadikan Teluk Jakarta yang merupakan

bagian dari Provinsi DKI Jakarta mendapat

imbas positif, yaitu keamanan dan kenya-

manan untuk berusaha. Dukungan kom-ponen kondusifitas kondisi sosial politik

berpengaruh terhadap pengelolaan perika-

nan tangkap di Teluk Jakarta.

Ide zonasi/kluster pemanfaatan wi-

layah laut merupakan ancaman karena membuat sekat-sekat dalam pengelolaan

perikanan tangkap. Sampai saat ini ke-

nyataanya, Provinsi DKI Jakarta tidak

memiliki data potensi perikanan untuk

wilayah pengelolaan perikanan yang dalam

yuridiksi kewenangan provinsi. Padahal penetapan kontribusi pihak swasta kepada

negara, potensi perikanan dijadikan dasar

penghitungan pembagian kluster untuk

dikelola swasta. Sedangkan menurut Sheppard et al. (1995), pemetaan atau

pengklusteran kawasan dapat mengganggu kegiatan konservasi wilayah laut, dimana

wilayah akan dikonservasi menjadi tersekat-

sekat, padahal obyek konservasi (ikan, sumberdaya hayati laut) bersifat mobile

melintasi batas wilayah.

Tingkat pencemaran yang tinggi baik itu berasal dari sampah maupun

limbah industri dan tumpahan minyak

sangat tinggi di Teluk Jakarta. Sebagai

indikator pada tahun 2003 sampah dari

aktifitas darat yang terbawa arus sampai ke perairan Pulau Untung Jawa, tahun 2004

hingga ke perairan Pulau Pari dan tahun

2005 sudah sampai ke perairan Pulau

Pramuka. Hal ini menunjukkan volume

limbah sampah yang dibuang ke Teluk

Jakarta tiap tahun meningkat. Estimasi sampah pada tahun 2005 adalah 10.220

ton/per hari (Bappeda Jakarta, 2003).

Menurut Anna (2003), pencemaran oleh

limbah dan sampah tersebut telah

menyebabkan penurunan total benefit perikanan Teluk Jakarta sekitar Rp 691,46

juta per tahun.

Punahnya atau berkurangnya spe-

sies ikan tertentu dan meningkatnya

spesies tertentu/non ekonomis, merupa-kan salah satu indikator terjadinya over-fishing di Teluk Jakarta. Penurunan dan

peningkatan jenis ikan tertentu di Teluk

Jakarta terjadi pada jenis ikan bandeng laut

yang menurun dan meningkatnya jenis ikan

pelagis yaitu lemuru (Syamsubagiyo N. 30 Nopember 2009. wawancara). Faktor lain

Page 12: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

44 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

yang merupakan ancaman eksternal bagi

keberlanjutan perikanan tangkap adalah faktor musiman yang berpengaruh ter-

hadap kehidupan biota laut.

Dimensi ekologi, faktor musiman ter-

sebut diatas juga mempengaruhi dimensi

ekonomi dalam hal harga ikan, dimana saat

ikan melimpah harga cenderung turun dan saat ikan langka harga sangat tinggi.

Untuk menciptakan kestabilan harga yang

berpengaruh terhadap pendapatan nelayan,

diperlukan suatu pengaturan ketersediaan

volume ikan untuk jenis-jenis ikan komer-sial.

Penggunaan teknologi destruktif

oleh nelayan pendatang cukup banyak

terjadi di perairan Teluk Jakarta. Dari hasil

survai, hal ini sudah berlangsung lama,

dimana nelayan yang berasal dari Banten dan hidup menetap di lokasi sering

menempuh cara tersebut bila hasil tang-

kapan sulit di dapat. Bagi sebagian nelayan

pendatang yang sudah mengerti akan

bahaya penggunaan bahan peledak maupun sianida, beralih ke alat tangkap bubu yang

merupakan alat tangkap statis untuk

menangkap jenis ikan yang sama yaitu ikan

karang.

4.3. Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Tangkap di Teluk Jakarta

dan Strategi Penge-lolaanya

Jumlah skor IFAS pengelolaan peri-

kanan tangkap di Teluk Jakarta adalah

2.529, artinya pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta berada pada posisi

dibawah indikator “rata-rata” atau kurang

baik dalam hal merespons faktor-faktor

internal yang mempengaruhi pengelolaan

perikanan di Teluk Jakarta. Jumlah skor

EFAS-nya adalah 2.747, artinya penge-lolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta

berada pada posisi dibawah indikator “rata-

rata” atau kurang baik dalam hal meres-

pons faktor-faktor eksternal yang mempe-

ngaruhi pengelolaan perikanan di Teluk

Jakarta. Berdasarkan output skor matriks IFAS

dan EFAS (Gambar 1), diketahui bahwa

status keberlanjutan pengelolaan perikanan

tangkap di Teluk Jakarta berada pada sel V

(pertumbuhan). Sesuai dengan ketentuan

SWOT, bahwa suatu kegiatan pengelolaan dapat dilanjutkan bila minimal berasal

kondisi pertumbuhan (total skor dimen-

sional internal > 2 dan total skor dimen-

sional eksternal > 1).

Skor matriks SFAS adalah 2.152, yang berarti dibawah indikator “rata-rata” atau

kurang baik dalam hal merespons faktor-

faktor internal dan eksternal yang ber-pengaruh terhadap keberlanjutan kebijakan

pengelolaan perikanan tangkap di Teluk

Jakarta. Dari hasil rangkuman matriks

SFAS terdapat 17 (tujuh belas) faktor

penting yang mempengaruhi pengelolaan

perikanan tangkap di Teluk Jakarta, terdiri dari enam faktor kekuatan, empat faktor

kelemahan, tiga faktor peluang dan empat

faktor ancaman. Ketujuh belas faktor terse-

but digunakan dalam memformulasikan

strategi pengelolaan perikanan tangkap.

4.4. Strategi Pengembangan Pengelolaan

Menurut Hendriwan et al. (2008),

dalam suatu pengelolaan, jika tingkat

keberlanjutan perikanan “kurang baik”

maka akan memerlukan upaya pencegahan dan penanganan dini dari pelaku penge-

lolaan. Karena bila tidak, komponen

ekosistem yang kurang baik kondisinya

akan menganggu perkembangan komponen

lain yang bergantung kepadanya seperti

sumberdaya ikan, kegiatan pemanfaatan, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan

demikian akan mengganggu keberlanjutan

pengelolaan itu sendiri.

Terkait dengan status pengelolaan

perikanan tangkap di Teluk Jakarta yang memiliki status dalam pertumbuhan, maka

kebijakan pengelolaan perikanan tangkap

dapat dilanjutkan dengan mengarah kepada

perbaikan. Implikasi dari hal ini adalah

berusaha untuk mempertahankan berbagai

hal yang menjadi kekuatan dan meman-faatkan berbagai peluang yang ada, serta

memperbaiki berbagai hal yang menjadi

kelemahan dan meminimalisasi pengaruh

berbagai ancaman yang ada. Hal ini dapat

dilakukan dengan melaksanakan berbagai strategi yang relevan dengan kondisi

tersebut dalam kontrol manajemen yang baik (Sunarto et al. 1997).

Terdapat delapan alternatif strategi

yang dirangkum dalam matriks SWOT

untuk pengembangan pengelolaan peri-kanan tangkap di Teluk Jakarta. Dimana

dalam pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap dan berdasarkan prioritas.

Dari kajian lanjutan dengan menggu-nakan Analysis Hierarchy Process (AHP)

yang dilakukan menghasilkan strategi standarisasi perikanan ukuran kecil (SPUK)

menjadi strategi prioritas pertama untuk

dilakukan dalam mendukung perikanan

tangkap berkelanjutan di Teluk Jakarta.

Menurut Putra (2000), pembenahan kegia-

tan perikanan ukuran kecil dapat meng-

Page 13: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

Analisis Faktor Internal-Eksternal ......................... (RADARWATI, BASKORO, MONINTJA, dan PURBAYANTO) 45

hindari terjadi konflik pengelolaan, selain

karena usaha perikanan kecil dilakukan sebagian besar oleh masyarakat setempat,

dengan menghindari konflik maka keber-

lanjutan suatu pengelolaan perikanan tang-

kap dapat dilaksanakan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Terdapat tujuh belas faktor internal

dan eksternal yang dominan berpengaruh

terhadap pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta. Dari ketujuh belas faktor-

faktor tersebut untuk lingkungan internal

yang menjadi kekuatan dominan adalah

dari dimensi sosial yaitu ketersediaan

tenaga kerja di sektor perikanan, sedang-

kan kelemahan yang dominan adalah dari dimensi ekologi yaitu kurangnya penge-

tahuan dari pelaku perikanan tangkap

tentang jumlah SDI yang diperbolehkan.

Lingkungan eksternal yang menjadi

peluang dominan adalah dari dimensi ekonomi yaitu tingginya permintaan akan

komoditi perikanan sebagai peluang pasar,

sedangkan ancaman yang dominan adalah

dimensi ekologi yaitu degradasi ekosistem

laut dan pesisir akibat alih fungsi lahan.

Matriks IE menunjukkan status ke-berlanjutan pengelolaan perikanan tangkap

di Teluk Jakarta yaitu pada sel V, berarti

dalam tahap pertumbuhan yang memer-

lukan strategi untuk konsentrasi secara

horizontal. Kategori pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Jakarta adalah “kurang

baik”, artinya kurang baik dalam hal

merespons faktor internal maupun

eksternal yang berpengaruh terhadap

perikanan tangkap di Teluk Jakarta. Untuk

alternatif strategi pengembangan penge-lolaan, matriks SWOT menghasilkan dela-

pan alternatif strategi yaitu: (1) Pem-

berdayaan SDM di bidang perikanan melalui

penyuluhan teknis dan manajemen untuk

pemanfaatan potensi SDI; (2) Peningkatan

kualitas produk melalui diversifikasi produk untuk memenuhi permintaan komoditi

perikanan yang tinggi; (3) Peningkatan

kemampuan nelayan mandiri melalui

kemudahan akses ke fasilitas modal, jalur

distribusi dan pasar; (4) Peningkatan pengawasan melekat terhadap aktifitas

pemanfaatan sumberdaya ikan serta area

konservasi dalam upaya tercapainya SDI

berkelanjutan; (5) Penyuluhan kepada

nelayan terhadap pentingnya kawasan

konservasi dan manfaatnya bagi kelestarian SDI; (6) Menajemen terpadu untuk

mempertahankan dan peningkatan fungsi

ekosistem perairan terutama pencegahan terjadi pencemaran yang berkelanjutan; (7)

Standarisasi terhadap perikanan skala kecil

untuk peningkatan produktivitas kapal dan

mutu ikan; (8) Pengaturan hari operasi dengan penerapan “closed-open season”

untuk menjaga stabilitas jumlah dan harga ikan di pasar.

5.2. Saran

Mengingat Teluk Jakarta mempunyai

beragam fungsi dalam pemanfaatannya dan

dihadapkan pada beragam permasalahan antara lain degradasi fungsi ekosistem,

maka untuk mewujudkan pengelolaan

perikanan tangkap yang berkelanjutan,

pengambil kebijakan disarankan untuk

melakukan koordinasi dengan berbagai pihak/instansi yang berwenang dalam

mengeluarkan kebijakan terutama yang

berkaitan dengan penggunaan lahan pesisir

Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu,

melakukan upaya konservasi untuk eko-

sistem penting (mangrove dan biota laut) dan melakukan kajian stok ikan dalam

lingkup provinsi DKI Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Anna S. 2003. Model Embedded Dinamik

Ekonomi Interaksi Perikanan–Pen-

cemaran. disertasi. PPS IPB. Bogor. 388 hal.

Bappeda Jakarta Badan Perencana Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pengelolaan Sampah. 2003.

http://www.bappedajakarta.go.id/jk

tbangun03.asp 1 Okt 2009.

Berkes, F. 1994. Property Rights and Coastal Fisheries, p.51-62. In

Pomeroy, R.S. (ed.) Community

Management and Common Property

of Coastal Fisheries in Asia and The

Pasific: Concepts, Methods and Experiences. ICLARM Conf. Proc. 45,

189 p.

Cochrane KL. 2002. A Fishery Manager’s

Guidebook. Management Measures

and Their Application. Senior Fishery

Resources Officer. Fishery Resources Division. FAO Fisheries Department.

Rome. 231 p.

[DJPT-DKP] Direktorat Jenderal Perikan-an

Tangkap, Departemen Kelautan dan

Perikanan. 2009a. Keragaan Peri-

Page 14: ANALISIS FAKTOR INTERNAL - EKSTERNAL DAN STATUS ...

46 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1. No 1. November 2010: 33-46

kanan Tangkap di Laut di setiap

Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Jakarta.

[DJPT-DKP] Direktorat Jenderal Perikanan

Tangkap, Departemen Kelautan dan

Perikanan. 2009b. Pelabuhan Peri-

kanan Samudra Nizam Zachman

Jakarta. Laporan Statistik 2008. Jakarta.

[DKPP] Dinas Kelautan dan Pertanian

Provinsi DKI Jakarta. 2009. Data

Perikanan DKI Jakarta tahun 1992 –

2008. Jakarta.

Hendriwan M, Sondita FA, Haluan J, dan

Wiryawan B. 2008. Analisis Opti-

masi Pengelolaan Perikanan Tangkap

dan Strategi Pengembangannya di Teluk Lampung. Buletin PSP 17(1) :

44-70. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, IPB, Bogor

Muchtar A. 1999. Kebijakaan Pengem-

bangan Perikanan Laut di Indonesia dalam Prosiding Seminar Tentang

Oseanologi dan Ilmu Lingkungan

Laut. Puslitbang Oseanografi LIPI.

Jakarta. Hal : 1-7

[Pemkab Kep. Seribu] Pemerintah Kabu-

paten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Potensi dan Peman-

faatan Sumberdaya Perikanan Kela-

utan di Kabupaten Administrai

Kepulauan Seribu, Provinsi DKI

Jakarta. 2009. Pulau Pramuka, Kep. Seribu.

Putra S. 2000. Konflik Pengelolaan Sumber

Daya Kelautan di Sulawesi Utara

Dapat Mengancam Kelestarian

Pemanfaatannya. Jurnal Depdagri

Vol 12. Jakarta.

Radarwati S. 2003. Analisis Strategi

Pembiayaan dalam Ekspansi Usaha

pada PT Bahtera Adimina Samudra

Tbk. thesis. Bogor. Program Pascasarjana. IPB. 140 hal.

Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik

Membedah Kasus Bisnis. PT Gra-media Pustaka Utama.

Roger KM. 1990. Strategic Market Planning.

Allyn and Bacon. Simon and

Schuster, Inc.

Ruddle K, Hviding E, and Johannes RE.

1992. Marine Resource Management In The Context of Customary Tenure. Marine Resource Economics (7), p.

249-273.

Rudianto. 2004. Analisis Konflik Peman-

faatan Lahan Wilayah Pesisir (studi

kasus Pantai Utara Jakarta)

disertasi. Bogor : Program Pasca-sarjana, Institut Pertanian Bogor.

292 hal.

Sheppard CRC, Matheson,K, Bythell JC,

Edwards AJ, Murphy P, Blair-Myers

C, and Blake B. 1995. Habitat

Mapping in the Caribbean for Management and Conservation: use

and assessment of aerial photo-graphy. Aquatic Con servation:

Marine and Freshwater Ecosystems 5, p. 277–298.

Sonari SS. 17 Juli 2009. Bom Waktu Pencemaran Teluk Jakarta dan Kep.

Seribu. Republika: http:// www.

oseanografi.lipi.go.id/index [20 Jul

2009]

Sunarto K, Sutikno, Dulbahri. 1997. Kesesuaian Wilayah Perairan Laut

untuk Budidaya Rumput Laut Jenis

Eucheuma di Terumbu Karang

Pulau Pari Teluk Jakarta. Geo-

matika. No. 1-2 hal 18-33.

Wheelen TL, Hunger JD. 2002. Strategic Management and Business Policy,

Eight Edition. Prentice Hall. Upper

Saddle River. New Jersey.