Top Banner
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018 62 FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 Mohammad Aryo Arifin 1) , Santi Puspita 2) Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Palembang Email: [email protected] Abstarct This research is meant to analyze the influence of fundamental factors internal and external to stock price. Fundamental factors internal proxied by return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), and price-to -book value (PBV), as well as fundamental exsternal proxied by inflation, kurs, interest rate, and gross domestic product (GDP). The sample use in this study are LQ-45 companies listed in indonesia stock exchange in the period of 2012 - 2016. The analytical techniuqe of this study used is panel regression to examine the relantionship between variables. The result of this research show the fundamental factors that significantly affect the stock price is return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), and interest rate. And the fundamental factors is not significantly affect the stock price is net profit margin (NPM), inflation, kurs, and gross domestic product (GDP). Key Words :, Internal and Exsternal Factors Fundamental, Stock Price Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental internal dan eksternal terhadap harga saham. Faktor fundamental internal yang diproksikan oleh return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), dan price to book value (PBV), serta faktor fundamental eksternal diproksikan oleh inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan produk domestik bruto (PDB). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2012 2016. Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan regresi panel untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan faktor fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham yaitu return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), dan suku bunga. Serta faktor fundamental yang tidak berpengaruh signifikan yaitu net profit margin (NPM), inflasi, nilai tukar, and produk domestik bruto (PDB). Kata Kunci : Faktor fundamental internal dan eksternal, Harga Saham 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan demikian, semakin banyak investor yang meminati saham suatu perusahaan maka semakin tinggi pula harga saham yang ditawarkan. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal membutuhkan berbagai informasi untuk memprediksi hasil investasinya, sehingga dapat meminimalisir tingkat resiko sebagai timbal balik dari besarnya return yang diperoleh. Ada dua teknik yang biasa dipakai investor untuk mengetahui apakah suatu saham layak beli pada saat tertentu atau tidak, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis
18

FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

62

FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL

TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45

Mohammad Aryo Arifin1)

, Santi Puspita 2)

Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Palembang

Email: [email protected]

Abstarct

This research is meant to analyze the influence of fundamental factors internal and external to

stock price. Fundamental factors internal proxied by return on equity (ROE), debt to equity ratio

(DER), net profit margin (NPM), and price-to -book value (PBV), as well as fundamental exsternal proxied by inflation, kurs, interest rate, and gross domestic product (GDP). The sample use in this

study are LQ-45 companies listed in indonesia stock exchange in the period of 2012 - 2016. The

analytical techniuqe of this study used is panel regression to examine the relantionship between variables. The result of this research show the fundamental factors that significantly affect the

stock price is return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), and

interest rate. And the fundamental factors is not significantly affect the stock price is net profit

margin (NPM), inflation, kurs, and gross domestic product (GDP).

Key Words :, Internal and Exsternal Factors Fundamental, Stock Price

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental internal dan eksternal terhadap harga saham. Faktor fundamental internal yang diproksikan oleh return on equity (ROE),

debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), dan price to book value (PBV), serta faktor

fundamental eksternal diproksikan oleh inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan produk domestik bruto (PDB). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2012

– 2016. Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan regresi panel untuk melihat

hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan faktor fundamental yang berpengaruh

signifikan terhadap harga saham yaitu return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), dan suku bunga. Serta faktor fundamental yang tidak berpengaruh signifikan

yaitu net profit margin (NPM), inflasi, nilai tukar, and produk domestik bruto (PDB).

Kata Kunci : Faktor fundamental internal dan eksternal, Harga Saham

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang

terjadi di lantai bursa yang akan bergerak

sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan

demikian, semakin banyak investor yang

meminati saham suatu perusahaan maka

semakin tinggi pula harga saham yang

ditawarkan. Investor dalam menanamkan

dananya di pasar modal membutuhkan

berbagai informasi untuk memprediksi hasil investasinya, sehingga dapat meminimalisir

tingkat resiko sebagai timbal balik dari

besarnya return yang diperoleh. Ada dua teknik yang biasa dipakai investor untuk

mengetahui apakah suatu saham layak beli

pada saat tertentu atau tidak, yaitu analisis

teknikal dan analisis fundamental. Analisis

Page 2: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

63

teknikal adalah analisis instrumen yang

menggunakan data-data historis perdagangan mengenai harga saham, volume dan beberapa

indikator pasar lain untuk memprediksi

pengeluaran harga saham dan menentukan

rekomendasi keputusan investasi, sedangkan analisis fundamental didasarkan pada suatu

anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai

intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang di estimasi oleh para pemodal saham maupun

para analis surat berharga.

Permintaan dan penawaran terhadap

harga saham dalam keuangan suatu perusahaan akan mempengaruhi frekuensi

harga saham di pasar modal. Dengan asumsi

bahwa seorang investor merupakan pemodal yang bersifat rasional maka aspek

fundamental menjadi suatu dasar dari

penilaian pertama seorang fundamentalis, dengan kata lain nilai suatu saham menjadi

patokan yang mewakili nilai suatu perusahaan

untuk mencapai harapan yang diinginkan

perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di masa depan. Laporan keuangan

menjadi sumber informasi sebagai bahan

pertimbangan dalam memutuskan investasi ini menjadi hal yang amat penting

(Tiningrum,2012).

Variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan di

pasar modal dapat dibedakan menjadi dua

yaitu fundamental internal dan eksternal.

Variabel fundamental internal berasal dari dalam perusahaan yaitu variabel yang

mencerminkan kondisi dan prestasi kinerja

keuangan. Menurut Sharpe, Alexander, dan Bailey dalam Baridwan dan Legowo (2002)

salah satu alat dalam analisis fundamental

adalah analisa laporan keuangan. Analisa

Laporan Keuangan adalah aspek penting dalam menilai kondisi keuangan perusahaan

yang dilakukan berdasarkan analisis rasio

keuangan pada tahun tertentu. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan dapat dikelompokkan dalam lima

kelompok yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio pasar, rasio aktivitas dan

rasio profitabilitas. Sedangkan variabel

eksternal (makro ekonomi) berasal dari luar

perusahaan yang ikut mempengaruhi harga saham seperti inflasi, tingkat pengangguran,

tingkat suku bunga, nilai tukar, gross domestic

product (GDP) dan defisit anggaran. Faktor-

faktor makro tersebut adalah kondisi di luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan

oleh perusahaan karena berhubungan dengan

berbagai faktor kompleks yang ada dalam

setiap pembangunan suatu negara. Indeks LQ 45 merupakan indikator

indeks saham di BEI (Bursa Efek Indonesia)

yang terdiri dari 45 saham-saham yang aktif diperdagangkan dan memiliki tingkat

likuiditas atau kapitalisasi pasar yang tinggi.

Saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ

45 akan berubah setiap periodenya bergantung pada tinggi rendahnya perdagangan saham

pada emiten-emiten tersebut. Hanya saham

yang aktif diperdagangkan saja yang akan masuk dalam indeks LQ 45. Hal ini berarti

indeks LQ 45 merupakan saham dari emiten

yang banyak diminati oleh para investor, oleh sebab itu saham perusahaan yang ada di

dalam LQ 45 dapat dijadikan sebagai acuan

dalam menilai aktivitas kinerja perdagangan

saham di pasar modal. Beberapa penelitian tentang harga

saham sudah banyak dilakukan oleh para

peneliti. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Artha, Achsani, dan hendro

(2014) hasilnya menunjukkan bahwa ada

pengaruh faktor fundamental mikro seperti ROE, PBV, dan DER terhadap harga saham

sektor pertanian, sedangkan analisis teknikal

tren harga saham pertanian berpengaruh

signifikan terhadap harga saham, serta faktor makro ekonomi menunjukkan pengaruh

pergerkan kurs rupiah dan BI rate terhadapa

harga saham sektor pertanian. Adapun penelitian yang dilakukan Lukisto dan

Anastasia (2014) hasilnya menunjukkan

secara simultan inflasi, suku bunga SBI, kurs

dan PDB berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan secara parsial

suku bunga SBI berpengaruh signifikan

negatif dan kurs rupiah berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga

saham, sedangkan untuk inflasi dan

pertumbuhan PDB secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham.

Penelitian yang dilakukan Mulyani

(2014) hasilnya menunjukkan bahwa secara

parsial inflasi berpengaruh positif, suku bunga berpengaruh negatif, nilai tukar rupiah

berpengaruh negatif, dan Produk Domestik

Page 3: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

64

Bruto berpengaruh positif terhadap Jakarta

Islamic Index. Sedangkan secara simultan inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan PDB

berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index.

Hasil yang berbeda dilakukan oleh Jauhari

(2013) menunjukkan secara simultan variabel faktor fundamental ROE, DER, NPM, dan

makro ekonomi inflasi, kurs, dan suku bunga

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan imdustri properti di BEI. Secara

parsial faktor fundamental NPM berpengaruh

terhadap harga saham, sedangkan ROE dan

DER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Serta faktor makro ekonomi inflasi,

kurs, dan suku bunga tidak berpengaruh

terhadap harga saham. Hasil yang berbeda dilakukan oleh

Purnamawati dan werastuti (2013), hasilnya

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, nilai kurs, dan tingkat suku bunga SBI

mempunyai pengaruh negatif dalam jangka

pendek pada harga saham LQ45, sedangkan

variabel inflasi mempunyai pengaruh yang positif dalam jangka pendek pada harga

saham LQ45. Laju pertumbuhan ekonomi dan

tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif dalam jangka panjang pada

harga saham LQ45, sedangkan variabel

inflasi dan nilai kurs mempunyai pengaruh positif dalam jangka panjang pada harga

saham LQ45. Penelitian yang dilakukan

Suryanto (2013) menunjukkan bahwa inflasi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan suku bunga BI rate

dan nilai tukar rupiah secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukan semua

variabel berpengaruh signifikan terhadap

harga saham. Dan diperkuat dengan penelitian

yang dilakukan oleh Arifin, MA (2012) menunjukkan secara parsial risiko sistematik

dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh,

laba operasi memberikan pengaruh positif, dan inflasi berpengaruh negatif. Sedangkan

secara simultan semua variabel berpengaruh

terhadap harga saham. Hasil yang berbeda yang dilakukan oleh Suramaya (2012) dengan

hasil menunjukkan bahwa tingkat inflasi, suku

bunga SBI, dan pertumbuhan PDB tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Adapun penelitian yang dilakukan

oleh Setiyanto dan Hadi (2013) hasil menunjukkan bahwa di Indonesia faktor

fundamental yang berpengaruh signifikan

terhadap harga saham yaitu Earning per Share

yang sudah dikonversi. Negara Malaysia dan Singapura faktor fundamental yang

berpengaruh signifikan terhadap harga saham

yaitu Net Profit Margin. Negara Thailand faktor fundamental yang berpengaruh

signifikan terhadap harga saham yaitu Rteturn

On Asset. Negara Filiphina tidak ada faktor

fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sinaga dan triaryati

(2013) hasil menunjukkan bahwa variabel

yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return On Equity (ROE) dan

Price To Book Value (PBV). Sedangkan

variabel lainnya yaitu Debt To Equity Ratio (DER), Inflasi dan Produk Domestik Bruto

(PDB) tidak berpengaruh terhadap harga

saham. Kemudian secara simultan kelima

variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh Suryanto dan kesuma (2012) menunjukkan secara simultan semua variabel

yang diteliti memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham, Sedangkan secara parsial variabel PER dan EPS

berpengaruh signifikan terhadap harga saham,

variabel lain seperti ROE, tingkat inflasi dan

laju pertumbuhan PDB berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan

F&B di BEI. ROE. Serta penelitian yang lain

dilakukan oleh Effendi, destalia, wulandari dan agung (2009) secara simultan semua

variabel ROE, suku bunga, dan inflasi

berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan LQ-45. Secara parsial ROE dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap

harga saham, sedangkan inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penIndah (2007) menunjukkan secara

parsial variabel PBV, DER, dan suku bunga.

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara simultan semua

variabel berpengaruh secara signifikan

terhadap harga saham.

Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat inkonsistensi

hasil penelitian, sehingga peneliti ingin

Page 4: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

65

menelitikembali pada perusahaan LQ-45 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan

pentingnya menganalisis pengaruh variabel

fundamental internal dan eksternal (makro

ekonomi). Melihat fenomena ini maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian

mengenai Faktor Fundamental Internal Dan

Eksternal Terhadap Harga Saham LQ-45.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas

adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagimanakah pengaruh faktor fundamental

internal dan eksternal terhadap harga saham

LQ-45.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliitan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor

fundamental internal dan eksternal terhadap

harga saham LQ-45.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Teori Signaling

Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk

memperhitungkan kenyataan orang dalam

perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih cepat berkaitan dengan

kondisi mutakhir dan prospek persahaan

dibandingkan dengan investor luar (Ariffin

2005). Teori signaling dikembangkan pada akhir tahun 70-an. Ross (1997)

mengembangkan teori signaling untuk

struktur modal perusahaan dengan berlandaskan masalah asyimetric information

antara manajer yang well-informed dan

investor yang poorly-informed. Untuk

mengurangi asimetris information secara lengkap mengenai kinerja da prospek

perusahaan.

Informasi yang disampaikan manjemen ke pasar modal, umumnya pasar akan

merespon informasi tersebut sebagai sinyal

terhadap adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang

tercermin dari perubahan harga dan volume

perdagangan saham yang terjadi (Brigham et

al, 1997: 439). Informasi ini bermanfaat bagi investor dan kreditor untuk membuat

keputusan investasi, terutama sekali karena

kelompok ini berada dalam kondisi yang

paling besar ketidakpastiannya.

2.2 Pasar Modal

Pasar Modal adalah suatu tempat

dimana bermacam pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi

dengan tujuan dari hasil penjualan itu

nantinya akan dipergunakan sebagai bahan tambahan dana perusahaan (Fahmi,2012).

Sehingga dapat diartikan bahwa pasar modal

merupakan pasar tempat berbagai instrumen

keuangan yang dapat diperjual belikan, seperti (sekuritas) jangka panjang yang dapat

diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang

(obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan oleh pemerintah, public

authorities, modal sendiri atau hutang dan

perusahaan swasta. Pasar modal juga sebagai salah satu

sumber pembiayaan eksternal jangka panjang

bagi dunia usaha khususnya perusahaan yang

go public dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat. Saham yang dimiliki oleh

masyarakat akan mendapatkan keuntungan

oleh perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham. Kepemilikan

masyarakat atas saham dari perusahaan akan

memberikan pengaruh positif berupa pengawasan langsung oleh masyarakat.

2.3 Faktor Fundamental

Faktor-faktor fundamental yang mencerminkan kinerja keuangan suatu bank

dapat dianalisis dari laporan keuangan yang

dikeluarkan secara periodik yang tercermin melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan

adalah perbandingan antara dua elemen

laporan keuangan yang menunjukkan suatu

indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Rasio keuangan menyederhanakan

informasi yang mengambarkan hubungan

antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penilaian secara cepat hubungan antara pos

tadi kemudian membandingkannya dengan

rasio lain sehingga diperoleh informasi untuk kemudian diberikan suatu penilaian, dapat

dilakukan dengan penyederhanaan informasi

ini (Ang, 2010). Rasio keuangan yang diolah

dari laporan keuangan sangat penting dan perlu untuk melakukan analisis terhadap

kondisi keuangan bank oleh berbagai pihak.

Page 5: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

66

Hal ini terungkap pada Statement of Financial

Accounting Concept (SFAC) No. 1, yang mengatakan bahwa laporan keuangan harus

dapat menyajikan informasi yang berguna

bagi investor, calon investor, kreditur, dan

pihak lain yang membutuhkannya dalam rangka mengambil keputusan yang rasional.

Rasio keuangan dapat menggambarkan

kinerja keuangan dan dapat menjelaskan beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan

bank. Terdapat perbandingan yang berarti

dalam dua hal yang dapat dibuat melalui rasio

keuangan (Purnomo, 2008). Pertama, dapat dibandingkan rasio keuangan suatu bank dari

waktu ke waktu untuk mengamati

kecenderungan (trend) yang sedang terjadi. Kedua, dapat dibandingkan rasio keuangan

sebuah bank dengan bank lain yang masih

bergerak pada industri yang relatif sama pada periode tertentu. Penilaian keunggulan dan

kelemahan pengelolaan keuangan antara satu

bank dengan bank yang lain dalam industri

tertentu atau antara bank dengan rata-rata bank dalam industri yang sama dapat

diketahui dengan cara yang kedua ini.

Robert Ang (2010) menyatakan bahwa, analisis faktor fundamental didasarkan pada

analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-

rasio keuangan yang terdiri dari lima kategori rasio keuangan, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio

Rentabilitas (profitabilitas), Rasio Solvabilitas

(solvency), Rasio Pasar, dan Rasio Aktivitas.

Rasio Rentabilitas (profitabilitas) antara lain terdiri dari :

1. Return On Equity

Profitabilitas diwakili return on equity (ROE), pengembalian yang tinggi merupakan

hal yang pasti ingin didapat oleh pemegang

saham atas modal yang ditanamkan pada

suatu perusahaan. ROE ini mampu menjelaskan pengembalian yang akan

diperoleh oleh para pemegang saham tersebut

(Brigham and Houston, 2010:133).

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio (DER) merupakan

perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki bank.

Total debt merupakan total liabilities (baik

hutang jangka pendek maupun jangka

panjang), sedangkan total shareholders equity merupakan total modal sendiri (total modal

saham yang disetor dan laba yang di ditahan)

yang dimiliki bank. Rasio ini menunjukkan

komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang

dimiliki bank. Semakin tinggi DER

menunjukkan komposisi total hutang (jangka

pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,

sehingga berdampak semakin besar beban

bank terhadap pihak luar (kreditur). (Robert Ang, 2010).

3. Net Profit Margin

Net profit margin (NPM) atau sering

disebut sebagai net income to sales (NSI) merupakan ratio antara net income after tax

(NIAT) terhadap penjualan kredit. Rasio ini

menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya dan

sekaligus menunjukkan efesiensi biaya yang

dikeluarkan bank. Jika NPM semakin besar, maka berarti semakin efesien biaya yang

dikeluarkan, sehingga semakin besar tingkat

kembalian keuntungan.

4. Price To Book Value (PBV) Menurut Ang (2010) Price to Book

Value (PBV) merupakan rasio pasar (market

ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.

Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah

perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio

Price to Book Value (PBV) yang

menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham

(Ang, 1997).

2.4 Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana

meningkatnya harga-harga pada umumnya,

atau suatu keadaan dimana senantiasa turunnya nilai mata uang karena

meningkatnya jumlah uang yang beredar tidak

diimbangi dengan peningkatan persediaan barang (Sadono, 2000). Awal mula dari inflasi

dapat dibedakan menjadi dua macam yakni

inflasi yang timbul akibat kenaikan permintaan masyarakat (demand pull

inflation) dan inflasi yang timbul akibat

kenaikan ongkos produksi (cost push

inflation). Menurut Keynes (1936) demand pull merupakan tekanan inflasi yang terjadi

akibat adanya excess demand atau permintaan

Page 6: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

67

berlebih terhadap barang dan jasa. Karena

adanya kenaikan permintaan masyarakat, mengakibatkan kenaikan harga dari barang

dan jasa tersebut. Cost push terjadi akibat

adanya kelangkaan produksi dan/atau juga

termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan

yang meningkat secara signifikan.

Akibat dari inflasi begitu jelas yakni penurunan kemampuan daya beli baik

individu maupun perusahaan. Peristiwa inflasi

dapat kita jumpai di hampir seluruh negara di

dunia. Di dalam perekonomian terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan tingkat

harga melonjak sekaligus, tetapi terkadang

juga ada penyebab lain yang menyebabkan kenaikan harga berlangsung terus menerus

secara perlahan.

2.5 Suku Bunga SBI

Suku bunga merupakan imbal atas dana

yang dipinjam (Reilly dan Brown, 1997).

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat

dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku

saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan

obligasi atau penambahan hutang hanya

dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal

tersebut (Riyanto, 2001).

Suku bunga berperan dalam

meningkatkan aktivitas ekonomi. Semakin rendah suku bunga maka akan menyebabkan

biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku

bunga yang rendah akan merangsang aktivitas investasi dan menyebabkan harga saham

meningkat. SBI atau Sertifikat Bank Indonesia

merupakan surat berharga yang diterbitkan

oleh Bank Sentral (Bank Indonesia). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali

diindentikkan dengan aktiva yang bebas

resiko atau risikonya nol sehingga yang paling kecil.

2.6 Nilai tukar atau kurs atau Exchange

Rate

Nilai tukar mata uang adalah harga

mata uang suatu negara terhadap negara

lainnya, misalnya harga dari satu dolar amerika yang saat ini Rp. 14.000 atau harga

satu dolar hongkong (HKD) sebesar Rp. 1.800

dan seterusnya. Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs

valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual

beli valuta asing, dikenal ada empat jenis

yakni (Dornbusch dan Fischer, 1992): Selling Rate (kurs jual), Middle Rate (kurs tengah),

Buying Rate (kurs beli), dan Flat Rate (kurs

flat). Dimana dari empat jenis di atas yang digunakan adalah nilai kurs tengah rupiah

terhadap US Dolar.

Kurs merupakan salah satu harga yang

terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar

bagi neraca transaksi berjalan maupun

variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk

menentukan nilai tukar mata uang yaitu

pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata

uang di definisikan sebagai harga dimana

mata uang asing diperjual belikan terhadap

mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan

permintaan uang.

Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat

mempengaruhi nilai tukar uang melalui

permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan

semakin tinggi permintaan uang dengan

tingkat bunga yang semakin tinggi pula,

sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan

hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang

domestik.

2.7 Produk Domestik Bruto (PDB)

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikkan output perkapita

jangka panjang. Penekanan pada proses

karena mengandung unsur dinamis, perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu

pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi

akan dilihat dalam kurun waktu tertentu. Misalnya Pelita atau periode tertentu tapi

dapat pula secara tahun. Laju pertumbuhan

ekonomi akan diukur melalui perkembangan

PDB yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

Page 7: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

68

2.8 Harga Saham Seorang investor yang ingin

berinvestasi di pasar modal yang berupa

saham, harus mengetahui terlebih dahulu

harga saham untuk menentukan pembelian

saham pada suatu perusahaan. Selembar saham mempunyai nilai atau harga, suatu

harga tersebut dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis. Dalam parktiknya terdapat beberapa saham yang diperdagangkan

dibedakan menurut cara peralihan dan

manfaat yang diperoleh bagi pemegang

saham. Menurut Jogiyanto (2010:121-130), beberapa nilai yang berhubungan dengan

saham diantaranya: (a) nilai buku (book

value), (b) nilai pasar (market value), dan (c) nilai intrinsik (intrinsic value).

Menurut Mankiw (2006:87) terjemahan

Chriswan Sungkono, harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan

dan penawaran saham tersebut. Karena saham

mewakili kepemilikan sebuah perusahaan,

permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik mengenai

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan di masa yang akan datang. Jika investor merasa optimis atas keadaan

perusahaan perusahaan di masa yang akan

datang, maka permintaan saham ditingkatkan

dan harga saham juga ikut naik. Sebaiknya, jika investor merasa perusahaan akan

mengalami penurunan keuntungan atau

bahkan merugi, harga saham juga akan turun.

2.9 Kerangka Pemikiran Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis pengaruh ROE, DER, NPM, PBV,

Inflasi, Kurs, Suku Bunga, dan PDB terhadap harga saham LQ-45, sebagaimana terdapat pada

gambar dibawah ini

Gambar 1

Model Kerangka Pemikiran

2.10 Hipotesis

Atas dasar tinjauan pustaka dan

kerangka pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1 : Faktor fundamental internal dan

eksternal secara simultan (bersama-sama) dan parsial (individu) tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

H2 : Faktor fundamental internal dan

eksternal secara simultan (bersama-

sama) dan parsial (individu) berpengaruh terhadap harga saham.

Harga Saham

Fundamental Internal

- ROE (X1)

- DER (X2)

- NPM (X3)

- PBV (X4)

Fundamental Eksternal

- Inflasi (X5)

- Kurs (X6)

- Suku Bunga (X7)

- PDB (X8)

Page 8: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

69

3. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini analisis deskriptif adalah salah satu metode yang dilakukan untuk

menganalisa data dengan mengumpulkan

data-data yang sesuai dengan sebenarnya, kemudian data-data tersebut disusun, diolah

dan dianalisis untuk dapat memberikan

gambaran masalah yang ada. Penelitian ini menggunakan data

panel (pooled data). Data panel ini adalah

gabungan dari data time series dan data cross

section. Data time series dalam penelitian ini

adalah faktor internal perusahaan berupa rasio keuangan ROE, DER, NPM, PBV, dan faktor

eksternal perusahaan berupa Inflasi, Kurs,

Suku Bunga, dan PDB, sedangkan data cross section dalam penelitian ini adalah perusahaan

LQ-45. Menurut Daryanto dan Yundy (2010),

data panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan dengan data time

series ataupun cross section

.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1ROE + β2DER + β3NPM + β4PBV + β5Inflasi + β6Kurs + β7Suku Bunga + β8PDB

+ e

Keterangan: Y= Harga Saham NPM = Net Profit Margin (X3)

α = Konstanta PBV = Price Book Value (X4)

β = Koefisien Regresi Inflasi (X5)

e = Standar error Suku Bunga (X6) ROE = Return On Equity (X1) Kurs (X7)

DER = Debt Equity Ratio (X2) PDB = Product Domestic Bruto (X8)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Model Regresi Model yang dapat digunakan dalam

regresi data panel adalah Common Effects

(The Pooled OLS Method), Fixed Effects

(Model Efek Tetap/MET) dan Random

Effects (Model Efek Random/MER). Dari

hasil pengujian dengan menggunakan uji chow dan uji hausman, maka Random Effects

(Model Efek Random/MER) adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Hasil Regresi Metode Random Effects

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.940392 2.319563 2.129881 0.0349

ROE 0.014376 0.005829 2.466377 0.0148 DER -0.141199 0.044486 -3.174023 0.0018

NPM 0.003744 0.005150 0.726936 0.4685

PBV 0.047724 0.013318 3.583478 0.0005 Inflasi 0.007881 0.010560 0.746346 0.4567

Suku Bunga -0.051029 0.021559 -2.366920 0.0193

Kurs 0.277634 0.205552 1.350674 0.1790 PDB 0.056668 0.162976 0.347705 0.7286

Effects Specification

S.D. Rho

Page 9: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

70

Cross-section random 0.980329 0.9543

Idiosyncratic random 0.214517 0.0457

Weighted Statistics

R-squared 0.310072 Mean dependent var 0.823532

Adjusted R-squared 0.270927 S.D. dependent var 0.264843 S.E. of regression 0.226138 Sum squared resid 7.210544

F-statistic 7.921130 Durbin-Watson stat 1.557364

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared -0.006943 Mean dependent var 8.455600

Sum squared resid 205.1019 Durbin-Watson stat 0.054751

4.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas Pengujian dilakukan dengan

menggunakan analisis Chi Square.

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual telah memiliki

distribusi normal. Uji normalitas dapat

diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi square tabel.

Uji JB didapat dari histogram normality

dengan hipotesis yang digunakan H0 = data

terdistribusi normal. Nilai JB sebesar 5,179340 sedangkan

nilai Chi square tabel yang dilihat dari

jumlah variabel independen k=8, maka df (150-8=142) pada α=5% yakni sebesar

170,8092. Nilai JB < nilai Chi square

(5,179340 < 170,8092), dengan sehingga H0

diterima dan disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal

.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-2 -1 0 1 2

Series: Standardized Residuals

Sample 2012 2016

Observations 150

Mean 9.52e-16

Median 0.160172

Maximum 2.535345

Minimum -2.489953

Std. Dev. 1.173253

Skewness 0.003630

Kurtosis 2.089702

Jarque-Bera 5.179340

Probability 0.075045

Gambar 2

Hasil Uji Normalitas

Page 10: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

71

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi panel ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen.

Model yang baik adalah model yang tidak terjadi korelasi antar variabel

independennya. Multikolinearitas

dapat dideteksi dari adanya nilai R2

tinggi (lebih dari 0,8), tetapi sedikit t-statistik yang signifikan serta nilai

F-statistik yang signifikan namun t-

statistik dari masing-masing variabel

bebas tidak signifikan. Berikut hasil uji multikolinearitas pada penelitian

ini

.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolineritas

Harga_Saham ROE DER NPM PBV Inflasi Suku_bunga Kurs PDB

Harga_Saham 1.000000 0.379723 -0.009370 0.011539 0.492692 -0.057556 -0.062975 -0.005906 -0.120840

ROE 0.379723 1.000000 0.154891 0.562253 0.719990 -0.025999 -0.007005 -0.246736 -0.202601

DER -0.009370 0.154891 1.000000 0.183808 -0.060400 -0.007184 -0.008386 0.024342 0.106834

NPM 0.011539 0.562253 0.183808 1.000000 0.117420 -0.039066 -0.045835 -0.170040 -0.062253

PBV 0.492692 0.719990 -0.060400 0.117420 1.000000 -0.009388 -0.015996 -0.185327 -0.186871

Inflasi -0.057556 -0.025999 -0.007184 -0.039066 -0.009388 1.000000 0.675617 -0.279922 -0.147985

Suku_Bunga -0.062975 -0.007005 -0.008386 -0.045835 -0.015996 0.675617 1.000000 -0.193691 -0.270218

Kurs -0.005906 -0.246736 0.024342 -0.170040 -0.185327 -0.279922 -0.193691 1.000000 0.593766

PDB -0.120840 -0.202601 0.106834 -0.062253 -0.186871 -0.147985 -0.270218 0.593766 1.000000

Sumber: Output EViews (2018)

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa

koefisien korelasi antar variabel semuanya

di bawah angka 0,80. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak

terjadi masalah multikolinearitas.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

pada model ini akan digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Jika nilai DW-Test lebih

besar dari batas atas (dU), maka tidak terjadi

autokorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan

statistik d dari Durbin-Watson (DW test).

Angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang diperoleh

dari tabel DW batas bawah), dU (angka

yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4-

dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya

jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi

(+/-).

Dari tabel hasil dari regresi dengan fixed effect, didapat nilai DW sebesar

1.557364, sedangkan dL = 1,6224 dan dU =

1,8456 (didapat dari tabel DW α=5%, n=150, k=8). Setelah dihitung dari kriteria

pengujian Durbin-Watson, maka dapat

disimpulkan bahwa data terletak pada

pengujian yaitu: 1. Jika syarat 0 ≤ DW ≤ dL merupakan

menolak hipotesis nol, dengan

perhitungan data penelitian 0 < 1.557364 < 1,6224 maka daerah penelitian

merupakan daerah ada autokorelasi

positif. 2. Apabila terdapat autokorelasi, maka

langkah selanjutnya adalah penyembuhan

autokorelasi dengan metode generalized

first difference equation.

3.

Page 11: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

72

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.006022 0.002346 2.566893 0.0116

DLOG(ROE) 0.005148 0.007833 0.657186 0.5124

DLOG(DER) -0.013185 0.008157 -1.616329 0.1089

DLOG(NPM) -0.003245 0.008923 -0.363689 0.7168 DLOG(PBV) 0.114645 0.004248 26.98573 0.0000

DLOG(Inflasi) 0.000721 0.003356 0.214909 0.8302

DLOG(Suku Bunga) -0.015795 0.006772 -2.332329 0.0215

DLOG(Kurs) 0.492381 0.176850 2.784175 0.0063 DLOG(PDB) 0.293732 0.177477 1.655038 0.1007

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.014082 1.0000 Weighted Statistics

R-squared 0.891362 Mean dependent var 0.000537

Adjusted R-squared 0.883532 S.D. dependent var 0.041535 S.E. of regression 0.014175 Sum squared resid 0.022303

F-statistic 113.8428 Durbin-Watson stat 1.845848

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics

R-squared 0.891362 Mean dependent var 0.000537

Sum squared resid 0.022303 Durbin-Watson stat 1.845848 Sumber: Output EViews (2018)

Jika syarat dU < DW < 4-dU, dengan perhitungan data penelitian 1,8456 < 1,8458 < 2,1535 maka daerah penelitian merupakan daerah tidak terdapat masalah autokorelasi.

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas Permasalahan heterokedastisitas

terjadi jika varian tidak konstan

(heterokedastisitas) dan terjadi hubungan

yang kuat antar residual. Masalah heteroskedastisitas sering dialami oleh data

yang bersifat cross section.

Berdasarkan hasil regresi fixed effect, nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0.310072. Nilai Chi square hitung

sebesar 46.5108 yang diperoleh dari jumlah observasi dikali dengan nilai R2. Sedangkan

nilai kritis Chi squared pada α=5%, dengan

df = 142 adalah 170,8092. Oleh karena nilai Chi squared hitung lebih kecil daripada nilai

kritis Chi squared, maka H0 ditolak sehingga

tidak terdapat permasalahan

heteroskedastisitas pada penelitian.

Ikhtisar Pemilihan Model Akhir

Pada pemilihan model akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model fixed effects dan random effects.

Dalam pengujian yang dilakukan sebelumnya, estimasi parameter dalam data

panel berdasarkan Uji Hausman akan lebih

Page 12: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

73

tepat menggunakan model random effects,

sehingga persamaan dari penelitian ini

berdasarkan metode random effects adalah:

Y = 4,940392 + 0,014376 ROE - 0,141199 DER + 0,003744 NPM + 0,047724 PBV +

0,007881 INFLASI – 0,051029 SUKU_BUNGA + 0,277634S KURS + 0,056668 PDB

+ e

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui

bahwa variabel independen yaitu return on

equity, debt equity to ratio, net profit

margin, price book value, inflasi, suku

bunga, kurs, dan PDB secara bersama-sama

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. Hasil

dari pengujian dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji F

F-statistic 7.921130

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Output EViews (2018)

Dari Tabel 4.4, dapat diketahui

bahwa variabel independen yaitu return on

equity, debt equity to ratio, net profit margin, price book value, inflasi, suku

bunga, kurs, dan PDB secara simultan

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. Hal

ini dapat dilihat dari F-hitung > F-tabel atau

7,921130 > 2.277526, nilai F-hitung adalah 7,921130 sedangkan nilai F-tabel adalah

2.277526 yang berarti hipotesis satu (H1)

diterima.

4.3.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui

bahwa variabel independen yaitu return on equity, debt equity to ratio, net profit

margin, price book value, inflasi, suku

bunga, kurs, dan PDB secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap

variabel dependen yaitu Harga Saham. Hasil

dari pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji t

Variable Coefficient t-Statistic Prob. Kesimpulan

C 4.940392 2.129881 0.0349 -

ROE 0.014376 2.466377 0.0148 H1 diterima

DER -0.141199 -3.174023 0.0018 H2 diterima NPM 0.003744 0.726936 0.4685 H3 ditolak

PBV 0.047724 3.583478 0.0005 H4 diterima

Inflasi 0.007881 0.746346 0.4567 H5 ditolak Suku Bunga -0.051029 -2.366920 0.0193 H6 diterima

Kurs 0.277634 1.350674 0.1790 H7 ditolak

PDB 0.056668 0.347705 0.7286 H8 ditolak

Sumber: Output EViews (2018)

4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi R2 sering disebut R2 adjusted. Uji koefisien

determinasi ini menunjukkan kemampuan

garis regresi dalam menerangkan variansi variabel dependen atau dengan kata lain

Page 13: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

74

seberapa besar proporsi variansi variabel

dependen berupa analisis peringatan dini kebangkrutan yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen berupa return on

equity, debt equity to ratio, net profit

margin, price book value, inflasi, suku bunga, kurs, dan PDB. Hasil dari pengujian

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.310072

Adjusted R-squared 0.270927

Sumber: Output EViews (2018)

Nilai R2 adjusted berkisar antara 0 hingga 1. Semakin mendekati 1, maka akan

semakin baik. Dari hasil pengujian

didapatkan bahwa R2 adjusted adalah

sebesar 0.310072. Maka proporsi variansi variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen sebesar 31%,

sedangkan sisanya kemungkinan dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain

dari dalam (internal) maupun luar (eksternal)

perusahaan LQ-45.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Return On Equity (ROE)

terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k

atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 2.466377, sehingga dari hasil tersebut

terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena

signifikansi 0,0148 < 0,05 yang berarti hipotesis H1 diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu Return On

Equity (X1) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Equity pengaruhnya signifikan terhadap

harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini

dapat disimpulkan semakin besar hasil ROE,

maka semakin besar harga dari saham. Perusahaan-perusahaan dengan ROE yang

tinggi menggambarkan kinerja yang baik

yaitu mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memberikan

laba atas ekuitas perusahaan tersebut,

sehingga permintaan investor atas saham

tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham menjadi naik. Begitupun sebaliknya,

jika ROE menurun maka akan mengurangi minat investor melakukan investasi.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014),

Sinaga dan Triaryati (2013), Setiyanto dan Hadi (2013), Efendi dkk (2009), serta

inkonsisten dengan penelitian Jauhari

(2013), Suryanto dan Kesuma (2012), Erna dkk (2012).

4.4.2 Pengaruh Debt Equity to Ratio

(DER) terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k

atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah -3.174023, sehingga dari hasil

tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena signifikansi 0,0018 < 0,05 yang

berarti hipotesis H2 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen

yaitu Debt Equity to Ratio (X2) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio pengaruhnya signifikan

terhadap harga saham perusahaan LQ-45.

Hal ini dapat disimpulkan dengan tingkat DER yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak

investor perusahaan sehingga dapat

mengurangi perilaku oportunistik manajer dalam DER. Pada perusahaan LQ-45 nilai

DER yang tinggi sebagian dananya dikelola

oleh pihak ketiga dan dalam hal ini dana pihak ketiga dianggap sebagai hutang dan

modal pihak ketiga yang mereka kelola

maka kemungkinan untuk mendapat laba

usaha semakin tinggi. Hal tersebut dapat berdampak terhadap kenaikkan harga saham

Page 14: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

75

karena investor cenderung akan

menginvestasikan modal yang dimilikinya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014),

Setiyanto dan Hadi (2013), Indah (2007),

serta inkonsisten dengan penelitian Jauhari (2013), Sinaga dan Triaryati (2013).

4.4.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM)

terhadap Harga Saham LQ-45

Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k

atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 0.726936, sehingga dari hasil tersebut

terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,4685 > 0,05 yang berarti

hipotesis H3 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu Net Profit Margin (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Net Profit Margin tidak ada pengaruh signifikan

terhadap harga saham perusahaan LQ-45.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa investor cenderung kurang memperhatikan NPM

sebagai rasio yang dapat dipertimbangkan

dalam keputusan investasi mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa investor kurang

percaya pada kemampuan perusahaan dalam

mengelola efisiensi kinerja operasionalnya.

Oleh karena itu, dapat menjadi pertimbangan investor untuk tidak

menggunakan NPM dalam memilih obyek

investasinya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh erna

dkk (2012), serta inkonsisten dengan

penelitian Jauhari (2013), Setiyanto dan

Hadi (2013).

4.4.4 Pengaruh Price Book To Value

(PBV) terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k

atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 3.583478, sehingga dari hasil tersebut

terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena

signifikansi 0,0005 < 0,05 yang berarti hipotesis H4 diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu Price Book

to Value (X4) berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham. Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Price to

Book Value adanya pengaruh signifikan

terhadap harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat

kemampuan perusahaan menciptakan nilai

relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan

demikian makin tinggi rasio tersebut makin

berhasil dan mampu perusahaan

menciptkaan nilai bagi pemegang saham, dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan

pasar terhadap prospek perusahaan sehingga

semakin permintaan akan saham tersebut naik kemudian mendorong harga saham

perusahaan tersebut. Penelitian ini konsisten

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014), Sinaga dan Triaryati

(2013), dan Indah (2007).

4.4.5 Pengaruh Inflasi terhadap Harga

Saham LQ-45

Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t

tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 0.746346, sehingga dari hasil tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena

signifikansi 0,4567 > 0,05 yang berarti

hipotesis H5 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu Inflasi (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Inflasi tidak

ada pengaruh signifikan terhadap harga

saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa inflasi dalam jangka panjang dan pendek tidak akan memberikan

arti yang serius bagi para investor untuk

menanamkan dananya di pasar modal. Investor mengerti bahwa dengan adanya

inflasi dalam jangka panjang dan pendek

tidak akan membahayakan dananya yang berada di pasar modal. Intervensi yang

dilakukan pemerintah dalam menangani laju

inflasi memberikan kepercayaan diri (self-

confidence) yang tinggi bagi para investor untuk tetap menanamkan modalnya di pasar

modal.

Page 15: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

76

Kemungkinan lainnya dapat

disebabkan oleh faktor lain yang menguatkan bahwa inflasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham perusahaan

LQ-45 yaitu karena kondisi kinerja

perusahaan.perusahaan dalam LQ-45 memiliki fundamental ekonomi yang kuat,

sehingga mampu bertahan dalam kondisi

perekonomian sulit. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan bahwa investasi di

pasar modal dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Luksito dan Anastasia (2014), Jauhari (2013),

Suryanto (2013), Sinaga dan Triaryati

(2013), Suramaya (2012), Suryanto dan Kesuma (2012), Effendi dkk (2009) serta

serta inkonsisten dengan penelitian Mulyani

(2014), Purnamawati dan Werastuti (2013), Arifin MA (2012).

4.4.6 Pengaruh Suku Bunga terhadap

Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k

atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah -2.366920, sehingga dari hasil

tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena signifikansi 0,0193 < 0,05 yang

berarti hipotesis H6 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen

yaitu Suku Bunga (X6) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Suku bunga adanya pengaruh signifikan terhadap harga

saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa investor pada umumnya

akan menanamkan dananya pada investasi yang memberikan keuntungan besar dengan

risiko yang rendah. Dengan penurunan

tingkat suku bunga SBI maka investor akan tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk

saham yang memberikan keuntungan yang

lebih besar, sehingga permintaan terhadap sahampun meningkat yang akhirnya

berdampak pada peningkatan harga saham.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014), Luksito dan Anastasia (2014), Mulyani

(2014), Purnamawati dan Werastuti (2013),

Suryanto (2013), Effendi dkk (2009) dan

Indah 2007 serta serta inkonsisten dengan penelitian, Jauhari (2013), Arifin MA

(2012), Suramaya (2012)

4.4.7 Pengaruh Kurs terhadap Harga

Saham LQ-45

Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t

tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 1.350674, sehingga dari hasil tersebut

terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,1790 > 0,05 yang berarti

hipotesis H7 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu Kurs (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kurs tidak

ada pengaruh signifikan terhadap harga

saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa dengan melemahnya nilai tukar atau nilai mata uang domestik

dapat mengakibatkan kerugian pada pasar

modal dalam negeri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan

nilai impor yang signifikan pada negara kita,

pengaruh dari depresiasi mata uang akan menyebabkan pasar saham kurang peminat

dalam jangka panjang. Dalam jangka

pendek, depresiasi mata uang domestik akan

mengakibatkan inflasi yang merupakan sinyal negatif bagi pasar saham. Penelitian

ini konsisten dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh, Jauhari (2013), Suramaya (2012), serta serta inkonsisten dengan

penelitian Artha dkk (2014), Luksito dan

Anastasia (2014), Mulyani (2014),

Purnamawati dan Werastuti (2013), Suryanto (2013),

4.4.8 Pengaruh PDB terhadap Harga

Saham LQ-45

Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =

0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t

tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung

adalah 0.347705, sehingga dari hasil tersebut

terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,7286 > 0,05 yang berarti

hipotesis H8 ditolak. Hal ini menunjukkan

Page 16: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

77

bahwa variabel independen yaitu PDB (X8)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Berdasarkan pada hipotesis diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa PDB tidak

ada pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa dalam jangka panjang

pertumbuhan ekonomi mempunyai koefisien negatif dan tidak signifikan. Hal tersebut

disebabkan karena kondisi di dalam negeri,

diantaranya kerusuhan, tragedi bom, faktor

politik (kebijakan pemerintah, perubahan pajak) dan sebagainya. Dimana kondisi

maupun situasi tersebut mengakibatkan

investor enggan berinvestasi dalam bentuk saham. Selain itu karena tingginya risiko

yang melekat pada saham, maka investor

lebih memilih untuk berinvestasi dalam bentuk lain. Penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh,

Luksito dan Anastasia (2014), Sinaga dan

Triaryati (2013), Suramaya (2012), Suryanto dan Kesuma (2012), serta serta inkonsisten

dengan penelitian Mulyani (2014),

Purnamawati dan Werastuti (2013)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan

pengujian hipotesis dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Karena signifikansi 0,0148 < 0,05 yang berarti hipotesis H1 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Return On Equity (X1) berpengaruh signifikan terhadap

Harga Saham.

b. Karena signifikansi 0,0018 < 0,05 yang

berarti hipotesis H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Debt Equity to Ratio

(X2) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

c. Karena signifikansi 0,4685 > 0,05 yang

berarti hipotesis H3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Net Profit Margin

(X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham. d. Karena signifikansi 0,0005 < 0,05 yang

berarti hipotesis H4 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Price Book to Value (X4) berpengaruh signifikan terhadap

Harga Saham.

e. Karena signifikansi 0,4567 > 0,05 yang

berarti hipotesis H5 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Inflasi (X5) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

f. Karena signifikansi 0,0193 < 0,05 yang

berarti hipotesis H6 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Suku Bunga (X6)

berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham. g. Karena signifikansi 0,1790 > 0,05 yang

berarti hipotesis H7 ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Kurs (X7) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

h. Karena signifikansi 0,7286 > 0,05 yang berarti hipotesis H8 ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu PDB (X8) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan dan

analisis serta kesimpulan, maka pada bagian

selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan

1. Untuk para investor sebaiknya memperhatikan faktor fundamental

keuangan yang mencerminkan kinerja

keuangan perusahaan selain harga saham

itu sendiri sebelum mengambil kebijakan untuk berinvestasi.

2. Untuk para Investor sebelum melakukan

pembelian saham, sebaiknya harus mengenal karakter perusahaan dan

mengetahui kondisi fundamental

perusahaan untuk meminimalisir tingkat resiko.

Page 17: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

78

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robbert (2010), Buku Pintar Pasar

Modal Indonesia, Mediasoft

Indonesia, Jakarta

Arifin, MA. 2012. Analisis Pengaruh

Faktor Fundamental Internal dan

Eksternal Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Perbankan di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Media

Wahana Ekonomika, Vol. 9. No. 2.

Juli 2012: 66-79

Ariffin. Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan

Pasar Modal. Penerbit Ekonisia.

Artha, Achsmi, dan Sasongko. 2014.

Analisis Fundamental, Teknikal, dan Makroeonomi Harga Saham Sektor

Pertanian. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, Vol. 16. No. 2:

175–184.

Algifari, 2009. Analisis Regresi: Teori,

Kasus dan Solusi, BPFE,Yogyakarta

Baridwan, Zaki dan Legowo. 2002. Asosiasi

Antara Economic Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas

Terhadap Harga Saham. TEMA.

Vol.3. no. 2. September

Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C.,

Daves, Phillip R.,1997,

`Intermediate Fiinansial Management', 6tth edition, The

Dryden Press

Brigham, E. F., Houston, J. F,2010. Fundamentals of Financial

Management. Edisi 10. Salemba

Empat. Jakarta.

Dornbusch, S. And Fisher R.S., 1992.

Macroeconomics. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. Fahmi,

Irham, 2012, Pengantar Pasar

Modal, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Fahmi, Irham, 2012, Pengantar Pasar Modal,

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

19, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang

Gujarati, Damodar, Porter C. Dawn. 2010.

Dasar-dasar Ekonometrika, Buku 1,

Edisi 5, Terjemahan Oleh: Eugenia Mardanugraha, dkk, Salemba

Empat, Jakarta.

Jauhari, Achmad. 2014. Pengaruh Faktor Fundamental dan Makro Ekonomi

Terhadap Harga Saham Perusahaan

Properti. Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 11. No. 3. Oktober

2014: 65-83

Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan

Analisis Investasi. Yogyakarta:

BPFE

Keynes, John Maynard, 1936. The General

Theory of Employment, Interest, and

Money. London: Macmillan.

Luksito dan Anastasia. 2014. Dampak

Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Di

Indonesia. Jurnal Analisa, Vol. 3.

No. 2: 9-21.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar

Ekonomi Makro, Edisi Tiga.

Penerjemah Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat

Mulyani. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi,

Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domesti Bruto

Terhadap Jakarta Islamic Index.

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1. No. 1: Artikel 10.

Purnomo, Yogo, 2008. “Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham”.

Usahawan, Desember.No. 12, Th

XXVII: 33-38.

Purnamawati dan Werastuti. 2013. Faktor

Fundamental Ekonomi Makro

Page 18: FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL …

ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018

79

Terhadap Harga Saham LQ-45.

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 17. No. 2: 211–219.

Reilly F.K dan Brown, Keith C., 1997,

Investment Analysis and Portfolio Management, 5th ed., Chicago, IL.:

The Dryden Press.

Riyanto, Bambang, 2001.Dasar-dasar

Pembelanjaan Perusahaan. BPFE

UGM, Yogyakarta

Sadono ,S., 2000. Makro Ekonomi Modern:

Perkembangan Pemikiran dari

Klasik Hingga Keynesian baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Setiyanto dan Hadi. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental

Terhadap Harga Saham Studi Pada

Perusahaan Sektor Properti di

ASEAN. Management and Business Department.

Sinaga dan Triaryati. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Ekonomi

Makro Terhadap Harga Saham.

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis,

CV. Alvabeta, Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Kunatitatif, Kua-litatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suramaya. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku

Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan. Jurnal Economia, Vol. 8.

No. 1: 53-64.

Suryanto dan Kesuma. 2012. Pengaruh

Kinerja Keuanga, Tingkat Inflasi

dan PDB Terhadap Harga Saham Perusahaan F&B. Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana.

Tiningrum, Erna 2012. Pengaruh Faktor

Fundamental dan Risiko

Sistematik`Terhadap Harga Saham

Perusahaan Manufaktur di BEI. Skripsi STIE AUB Surakarta.

Hasan, Suad 2009, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.

Buku 1. Edisi 4. STIM YKPN,

Yogyakarta.