Page 1
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
62
FAKTOR FUNDAMENTAL INTERNAL DAN EKSTERNAL
TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45
Mohammad Aryo Arifin1)
, Santi Puspita 2)
Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Palembang
Email: [email protected]
Abstarct
This research is meant to analyze the influence of fundamental factors internal and external to
stock price. Fundamental factors internal proxied by return on equity (ROE), debt to equity ratio
(DER), net profit margin (NPM), and price-to -book value (PBV), as well as fundamental exsternal proxied by inflation, kurs, interest rate, and gross domestic product (GDP). The sample use in this
study are LQ-45 companies listed in indonesia stock exchange in the period of 2012 - 2016. The
analytical techniuqe of this study used is panel regression to examine the relantionship between variables. The result of this research show the fundamental factors that significantly affect the
stock price is return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), and
interest rate. And the fundamental factors is not significantly affect the stock price is net profit
margin (NPM), inflation, kurs, and gross domestic product (GDP).
Key Words :, Internal and Exsternal Factors Fundamental, Stock Price
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental internal dan eksternal terhadap harga saham. Faktor fundamental internal yang diproksikan oleh return on equity (ROE),
debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), dan price to book value (PBV), serta faktor
fundamental eksternal diproksikan oleh inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan produk domestik bruto (PDB). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2012
– 2016. Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan regresi panel untuk melihat
hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan faktor fundamental yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham yaitu return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), price to book value (PBV), dan suku bunga. Serta faktor fundamental yang tidak berpengaruh signifikan
yaitu net profit margin (NPM), inflasi, nilai tukar, and produk domestik bruto (PDB).
Kata Kunci : Faktor fundamental internal dan eksternal, Harga Saham
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang
terjadi di lantai bursa yang akan bergerak
sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan
demikian, semakin banyak investor yang
meminati saham suatu perusahaan maka
semakin tinggi pula harga saham yang
ditawarkan. Investor dalam menanamkan
dananya di pasar modal membutuhkan
berbagai informasi untuk memprediksi hasil investasinya, sehingga dapat meminimalisir
tingkat resiko sebagai timbal balik dari
besarnya return yang diperoleh. Ada dua teknik yang biasa dipakai investor untuk
mengetahui apakah suatu saham layak beli
pada saat tertentu atau tidak, yaitu analisis
teknikal dan analisis fundamental. Analisis
Page 2
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
63
teknikal adalah analisis instrumen yang
menggunakan data-data historis perdagangan mengenai harga saham, volume dan beberapa
indikator pasar lain untuk memprediksi
pengeluaran harga saham dan menentukan
rekomendasi keputusan investasi, sedangkan analisis fundamental didasarkan pada suatu
anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai
intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang di estimasi oleh para pemodal saham maupun
para analis surat berharga.
Permintaan dan penawaran terhadap
harga saham dalam keuangan suatu perusahaan akan mempengaruhi frekuensi
harga saham di pasar modal. Dengan asumsi
bahwa seorang investor merupakan pemodal yang bersifat rasional maka aspek
fundamental menjadi suatu dasar dari
penilaian pertama seorang fundamentalis, dengan kata lain nilai suatu saham menjadi
patokan yang mewakili nilai suatu perusahaan
untuk mencapai harapan yang diinginkan
perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di masa depan. Laporan keuangan
menjadi sumber informasi sebagai bahan
pertimbangan dalam memutuskan investasi ini menjadi hal yang amat penting
(Tiningrum,2012).
Variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan di
pasar modal dapat dibedakan menjadi dua
yaitu fundamental internal dan eksternal.
Variabel fundamental internal berasal dari dalam perusahaan yaitu variabel yang
mencerminkan kondisi dan prestasi kinerja
keuangan. Menurut Sharpe, Alexander, dan Bailey dalam Baridwan dan Legowo (2002)
salah satu alat dalam analisis fundamental
adalah analisa laporan keuangan. Analisa
Laporan Keuangan adalah aspek penting dalam menilai kondisi keuangan perusahaan
yang dilakukan berdasarkan analisis rasio
keuangan pada tahun tertentu. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan dapat dikelompokkan dalam lima
kelompok yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio pasar, rasio aktivitas dan
rasio profitabilitas. Sedangkan variabel
eksternal (makro ekonomi) berasal dari luar
perusahaan yang ikut mempengaruhi harga saham seperti inflasi, tingkat pengangguran,
tingkat suku bunga, nilai tukar, gross domestic
product (GDP) dan defisit anggaran. Faktor-
faktor makro tersebut adalah kondisi di luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan
oleh perusahaan karena berhubungan dengan
berbagai faktor kompleks yang ada dalam
setiap pembangunan suatu negara. Indeks LQ 45 merupakan indikator
indeks saham di BEI (Bursa Efek Indonesia)
yang terdiri dari 45 saham-saham yang aktif diperdagangkan dan memiliki tingkat
likuiditas atau kapitalisasi pasar yang tinggi.
Saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ
45 akan berubah setiap periodenya bergantung pada tinggi rendahnya perdagangan saham
pada emiten-emiten tersebut. Hanya saham
yang aktif diperdagangkan saja yang akan masuk dalam indeks LQ 45. Hal ini berarti
indeks LQ 45 merupakan saham dari emiten
yang banyak diminati oleh para investor, oleh sebab itu saham perusahaan yang ada di
dalam LQ 45 dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menilai aktivitas kinerja perdagangan
saham di pasar modal. Beberapa penelitian tentang harga
saham sudah banyak dilakukan oleh para
peneliti. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Artha, Achsani, dan hendro
(2014) hasilnya menunjukkan bahwa ada
pengaruh faktor fundamental mikro seperti ROE, PBV, dan DER terhadap harga saham
sektor pertanian, sedangkan analisis teknikal
tren harga saham pertanian berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, serta faktor makro ekonomi menunjukkan pengaruh
pergerkan kurs rupiah dan BI rate terhadapa
harga saham sektor pertanian. Adapun penelitian yang dilakukan Lukisto dan
Anastasia (2014) hasilnya menunjukkan
secara simultan inflasi, suku bunga SBI, kurs
dan PDB berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan secara parsial
suku bunga SBI berpengaruh signifikan
negatif dan kurs rupiah berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga
saham, sedangkan untuk inflasi dan
pertumbuhan PDB secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham.
Penelitian yang dilakukan Mulyani
(2014) hasilnya menunjukkan bahwa secara
parsial inflasi berpengaruh positif, suku bunga berpengaruh negatif, nilai tukar rupiah
berpengaruh negatif, dan Produk Domestik
Page 3
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
64
Bruto berpengaruh positif terhadap Jakarta
Islamic Index. Sedangkan secara simultan inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan PDB
berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index.
Hasil yang berbeda dilakukan oleh Jauhari
(2013) menunjukkan secara simultan variabel faktor fundamental ROE, DER, NPM, dan
makro ekonomi inflasi, kurs, dan suku bunga
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan imdustri properti di BEI. Secara
parsial faktor fundamental NPM berpengaruh
terhadap harga saham, sedangkan ROE dan
DER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Serta faktor makro ekonomi inflasi,
kurs, dan suku bunga tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Hasil yang berbeda dilakukan oleh
Purnamawati dan werastuti (2013), hasilnya
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, nilai kurs, dan tingkat suku bunga SBI
mempunyai pengaruh negatif dalam jangka
pendek pada harga saham LQ45, sedangkan
variabel inflasi mempunyai pengaruh yang positif dalam jangka pendek pada harga
saham LQ45. Laju pertumbuhan ekonomi dan
tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif dalam jangka panjang pada
harga saham LQ45, sedangkan variabel
inflasi dan nilai kurs mempunyai pengaruh positif dalam jangka panjang pada harga
saham LQ45. Penelitian yang dilakukan
Suryanto (2013) menunjukkan bahwa inflasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan suku bunga BI rate
dan nilai tukar rupiah secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukan semua
variabel berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Dan diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Arifin, MA (2012) menunjukkan secara parsial risiko sistematik
dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh,
laba operasi memberikan pengaruh positif, dan inflasi berpengaruh negatif. Sedangkan
secara simultan semua variabel berpengaruh
terhadap harga saham. Hasil yang berbeda yang dilakukan oleh Suramaya (2012) dengan
hasil menunjukkan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI, dan pertumbuhan PDB tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Adapun penelitian yang dilakukan
oleh Setiyanto dan Hadi (2013) hasil menunjukkan bahwa di Indonesia faktor
fundamental yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham yaitu Earning per Share
yang sudah dikonversi. Negara Malaysia dan Singapura faktor fundamental yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
yaitu Net Profit Margin. Negara Thailand faktor fundamental yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham yaitu Rteturn
On Asset. Negara Filiphina tidak ada faktor
fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sinaga dan triaryati
(2013) hasil menunjukkan bahwa variabel
yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return On Equity (ROE) dan
Price To Book Value (PBV). Sedangkan
variabel lainnya yaitu Debt To Equity Ratio (DER), Inflasi dan Produk Domestik Bruto
(PDB) tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Kemudian secara simultan kelima
variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh Suryanto dan kesuma (2012) menunjukkan secara simultan semua variabel
yang diteliti memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham, Sedangkan secara parsial variabel PER dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham,
variabel lain seperti ROE, tingkat inflasi dan
laju pertumbuhan PDB berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan
F&B di BEI. ROE. Serta penelitian yang lain
dilakukan oleh Effendi, destalia, wulandari dan agung (2009) secara simultan semua
variabel ROE, suku bunga, dan inflasi
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan LQ-45. Secara parsial ROE dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap
harga saham, sedangkan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penIndah (2007) menunjukkan secara
parsial variabel PBV, DER, dan suku bunga.
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara simultan semua
variabel berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham.
Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat inkonsistensi
hasil penelitian, sehingga peneliti ingin
Page 4
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
65
menelitikembali pada perusahaan LQ-45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan
pentingnya menganalisis pengaruh variabel
fundamental internal dan eksternal (makro
ekonomi). Melihat fenomena ini maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian
mengenai Faktor Fundamental Internal Dan
Eksternal Terhadap Harga Saham LQ-45.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagimanakah pengaruh faktor fundamental
internal dan eksternal terhadap harga saham
LQ-45.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan peneliitan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor
fundamental internal dan eksternal terhadap
harga saham LQ-45.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Signaling
Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan kenyataan orang dalam
perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih cepat berkaitan dengan
kondisi mutakhir dan prospek persahaan
dibandingkan dengan investor luar (Ariffin
2005). Teori signaling dikembangkan pada akhir tahun 70-an. Ross (1997)
mengembangkan teori signaling untuk
struktur modal perusahaan dengan berlandaskan masalah asyimetric information
antara manajer yang well-informed dan
investor yang poorly-informed. Untuk
mengurangi asimetris information secara lengkap mengenai kinerja da prospek
perusahaan.
Informasi yang disampaikan manjemen ke pasar modal, umumnya pasar akan
merespon informasi tersebut sebagai sinyal
terhadap adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang
tercermin dari perubahan harga dan volume
perdagangan saham yang terjadi (Brigham et
al, 1997: 439). Informasi ini bermanfaat bagi investor dan kreditor untuk membuat
keputusan investasi, terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang
paling besar ketidakpastiannya.
2.2 Pasar Modal
Pasar Modal adalah suatu tempat
dimana bermacam pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi
dengan tujuan dari hasil penjualan itu
nantinya akan dipergunakan sebagai bahan tambahan dana perusahaan (Fahmi,2012).
Sehingga dapat diartikan bahwa pasar modal
merupakan pasar tempat berbagai instrumen
keuangan yang dapat diperjual belikan, seperti (sekuritas) jangka panjang yang dapat
diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
(obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, modal sendiri atau hutang dan
perusahaan swasta. Pasar modal juga sebagai salah satu
sumber pembiayaan eksternal jangka panjang
bagi dunia usaha khususnya perusahaan yang
go public dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat. Saham yang dimiliki oleh
masyarakat akan mendapatkan keuntungan
oleh perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham. Kepemilikan
masyarakat atas saham dari perusahaan akan
memberikan pengaruh positif berupa pengawasan langsung oleh masyarakat.
2.3 Faktor Fundamental
Faktor-faktor fundamental yang mencerminkan kinerja keuangan suatu bank
dapat dianalisis dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik yang tercermin melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan
adalah perbandingan antara dua elemen
laporan keuangan yang menunjukkan suatu
indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Rasio keuangan menyederhanakan
informasi yang mengambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penilaian secara cepat hubungan antara pos
tadi kemudian membandingkannya dengan
rasio lain sehingga diperoleh informasi untuk kemudian diberikan suatu penilaian, dapat
dilakukan dengan penyederhanaan informasi
ini (Ang, 2010). Rasio keuangan yang diolah
dari laporan keuangan sangat penting dan perlu untuk melakukan analisis terhadap
kondisi keuangan bank oleh berbagai pihak.
Page 5
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
66
Hal ini terungkap pada Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No. 1, yang mengatakan bahwa laporan keuangan harus
dapat menyajikan informasi yang berguna
bagi investor, calon investor, kreditur, dan
pihak lain yang membutuhkannya dalam rangka mengambil keputusan yang rasional.
Rasio keuangan dapat menggambarkan
kinerja keuangan dan dapat menjelaskan beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan
bank. Terdapat perbandingan yang berarti
dalam dua hal yang dapat dibuat melalui rasio
keuangan (Purnomo, 2008). Pertama, dapat dibandingkan rasio keuangan suatu bank dari
waktu ke waktu untuk mengamati
kecenderungan (trend) yang sedang terjadi. Kedua, dapat dibandingkan rasio keuangan
sebuah bank dengan bank lain yang masih
bergerak pada industri yang relatif sama pada periode tertentu. Penilaian keunggulan dan
kelemahan pengelolaan keuangan antara satu
bank dengan bank yang lain dalam industri
tertentu atau antara bank dengan rata-rata bank dalam industri yang sama dapat
diketahui dengan cara yang kedua ini.
Robert Ang (2010) menyatakan bahwa, analisis faktor fundamental didasarkan pada
analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-
rasio keuangan yang terdiri dari lima kategori rasio keuangan, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio
Rentabilitas (profitabilitas), Rasio Solvabilitas
(solvency), Rasio Pasar, dan Rasio Aktivitas.
Rasio Rentabilitas (profitabilitas) antara lain terdiri dari :
1. Return On Equity
Profitabilitas diwakili return on equity (ROE), pengembalian yang tinggi merupakan
hal yang pasti ingin didapat oleh pemegang
saham atas modal yang ditanamkan pada
suatu perusahaan. ROE ini mampu menjelaskan pengembalian yang akan
diperoleh oleh para pemegang saham tersebut
(Brigham and Houston, 2010:133).
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER) merupakan
perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki bank.
Total debt merupakan total liabilities (baik
hutang jangka pendek maupun jangka
panjang), sedangkan total shareholders equity merupakan total modal sendiri (total modal
saham yang disetor dan laba yang di ditahan)
yang dimiliki bank. Rasio ini menunjukkan
komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang
dimiliki bank. Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang (jangka
pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban
bank terhadap pihak luar (kreditur). (Robert Ang, 2010).
3. Net Profit Margin
Net profit margin (NPM) atau sering
disebut sebagai net income to sales (NSI) merupakan ratio antara net income after tax
(NIAT) terhadap penjualan kredit. Rasio ini
menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya dan
sekaligus menunjukkan efesiensi biaya yang
dikeluarkan bank. Jika NPM semakin besar, maka berarti semakin efesien biaya yang
dikeluarkan, sehingga semakin besar tingkat
kembalian keuntungan.
4. Price To Book Value (PBV) Menurut Ang (2010) Price to Book
Value (PBV) merupakan rasio pasar (market
ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio
Price to Book Value (PBV) yang
menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham
(Ang, 1997).
2.4 Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana
meningkatnya harga-harga pada umumnya,
atau suatu keadaan dimana senantiasa turunnya nilai mata uang karena
meningkatnya jumlah uang yang beredar tidak
diimbangi dengan peningkatan persediaan barang (Sadono, 2000). Awal mula dari inflasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yakni
inflasi yang timbul akibat kenaikan permintaan masyarakat (demand pull
inflation) dan inflasi yang timbul akibat
kenaikan ongkos produksi (cost push
inflation). Menurut Keynes (1936) demand pull merupakan tekanan inflasi yang terjadi
akibat adanya excess demand atau permintaan
Page 6
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
67
berlebih terhadap barang dan jasa. Karena
adanya kenaikan permintaan masyarakat, mengakibatkan kenaikan harga dari barang
dan jasa tersebut. Cost push terjadi akibat
adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan.
Akibat dari inflasi begitu jelas yakni penurunan kemampuan daya beli baik
individu maupun perusahaan. Peristiwa inflasi
dapat kita jumpai di hampir seluruh negara di
dunia. Di dalam perekonomian terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan tingkat
harga melonjak sekaligus, tetapi terkadang
juga ada penyebab lain yang menyebabkan kenaikan harga berlangsung terus menerus
secara perlahan.
2.5 Suku Bunga SBI
Suku bunga merupakan imbal atas dana
yang dipinjam (Reilly dan Brown, 1997).
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan
obligasi atau penambahan hutang hanya
dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal
tersebut (Riyanto, 2001).
Suku bunga berperan dalam
meningkatkan aktivitas ekonomi. Semakin rendah suku bunga maka akan menyebabkan
biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku
bunga yang rendah akan merangsang aktivitas investasi dan menyebabkan harga saham
meningkat. SBI atau Sertifikat Bank Indonesia
merupakan surat berharga yang diterbitkan
oleh Bank Sentral (Bank Indonesia). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali
diindentikkan dengan aktiva yang bebas
resiko atau risikonya nol sehingga yang paling kecil.
2.6 Nilai tukar atau kurs atau Exchange
Rate
Nilai tukar mata uang adalah harga
mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya, misalnya harga dari satu dolar amerika yang saat ini Rp. 14.000 atau harga
satu dolar hongkong (HKD) sebesar Rp. 1.800
dan seterusnya. Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs
valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual
beli valuta asing, dikenal ada empat jenis
yakni (Dornbusch dan Fischer, 1992): Selling Rate (kurs jual), Middle Rate (kurs tengah),
Buying Rate (kurs beli), dan Flat Rate (kurs
flat). Dimana dari empat jenis di atas yang digunakan adalah nilai kurs tengah rupiah
terhadap US Dolar.
Kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar
bagi neraca transaksi berjalan maupun
variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk
menentukan nilai tukar mata uang yaitu
pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata
uang di definisikan sebagai harga dimana
mata uang asing diperjual belikan terhadap
mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan
permintaan uang.
Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat
mempengaruhi nilai tukar uang melalui
permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan
semakin tinggi permintaan uang dengan
tingkat bunga yang semakin tinggi pula,
sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan
hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang
domestik.
2.7 Produk Domestik Bruto (PDB)
Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikkan output perkapita
jangka panjang. Penekanan pada proses
karena mengandung unsur dinamis, perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu
pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi
akan dilihat dalam kurun waktu tertentu. Misalnya Pelita atau periode tertentu tapi
dapat pula secara tahun. Laju pertumbuhan
ekonomi akan diukur melalui perkembangan
PDB yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Page 7
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
68
2.8 Harga Saham Seorang investor yang ingin
berinvestasi di pasar modal yang berupa
saham, harus mengetahui terlebih dahulu
harga saham untuk menentukan pembelian
saham pada suatu perusahaan. Selembar saham mempunyai nilai atau harga, suatu
harga tersebut dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis. Dalam parktiknya terdapat beberapa saham yang diperdagangkan
dibedakan menurut cara peralihan dan
manfaat yang diperoleh bagi pemegang
saham. Menurut Jogiyanto (2010:121-130), beberapa nilai yang berhubungan dengan
saham diantaranya: (a) nilai buku (book
value), (b) nilai pasar (market value), dan (c) nilai intrinsik (intrinsic value).
Menurut Mankiw (2006:87) terjemahan
Chriswan Sungkono, harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham tersebut. Karena saham
mewakili kepemilikan sebuah perusahaan,
permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik mengenai
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan di masa yang akan datang. Jika investor merasa optimis atas keadaan
perusahaan perusahaan di masa yang akan
datang, maka permintaan saham ditingkatkan
dan harga saham juga ikut naik. Sebaiknya, jika investor merasa perusahaan akan
mengalami penurunan keuntungan atau
bahkan merugi, harga saham juga akan turun.
2.9 Kerangka Pemikiran Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis pengaruh ROE, DER, NPM, PBV,
Inflasi, Kurs, Suku Bunga, dan PDB terhadap harga saham LQ-45, sebagaimana terdapat pada
gambar dibawah ini
Gambar 1
Model Kerangka Pemikiran
2.10 Hipotesis
Atas dasar tinjauan pustaka dan
kerangka pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Faktor fundamental internal dan
eksternal secara simultan (bersama-sama) dan parsial (individu) tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
H2 : Faktor fundamental internal dan
eksternal secara simultan (bersama-
sama) dan parsial (individu) berpengaruh terhadap harga saham.
Harga Saham
Fundamental Internal
- ROE (X1)
- DER (X2)
- NPM (X3)
- PBV (X4)
Fundamental Eksternal
- Inflasi (X5)
- Kurs (X6)
- Suku Bunga (X7)
- PDB (X8)
Page 8
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
69
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini analisis deskriptif adalah salah satu metode yang dilakukan untuk
menganalisa data dengan mengumpulkan
data-data yang sesuai dengan sebenarnya, kemudian data-data tersebut disusun, diolah
dan dianalisis untuk dapat memberikan
gambaran masalah yang ada. Penelitian ini menggunakan data
panel (pooled data). Data panel ini adalah
gabungan dari data time series dan data cross
section. Data time series dalam penelitian ini
adalah faktor internal perusahaan berupa rasio keuangan ROE, DER, NPM, PBV, dan faktor
eksternal perusahaan berupa Inflasi, Kurs,
Suku Bunga, dan PDB, sedangkan data cross section dalam penelitian ini adalah perusahaan
LQ-45. Menurut Daryanto dan Yundy (2010),
data panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan dengan data time
series ataupun cross section
.
Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1ROE + β2DER + β3NPM + β4PBV + β5Inflasi + β6Kurs + β7Suku Bunga + β8PDB
+ e
Keterangan: Y= Harga Saham NPM = Net Profit Margin (X3)
α = Konstanta PBV = Price Book Value (X4)
β = Koefisien Regresi Inflasi (X5)
e = Standar error Suku Bunga (X6) ROE = Return On Equity (X1) Kurs (X7)
DER = Debt Equity Ratio (X2) PDB = Product Domestic Bruto (X8)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Model Regresi Model yang dapat digunakan dalam
regresi data panel adalah Common Effects
(The Pooled OLS Method), Fixed Effects
(Model Efek Tetap/MET) dan Random
Effects (Model Efek Random/MER). Dari
hasil pengujian dengan menggunakan uji chow dan uji hausman, maka Random Effects
(Model Efek Random/MER) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Hasil Regresi Metode Random Effects
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.940392 2.319563 2.129881 0.0349
ROE 0.014376 0.005829 2.466377 0.0148 DER -0.141199 0.044486 -3.174023 0.0018
NPM 0.003744 0.005150 0.726936 0.4685
PBV 0.047724 0.013318 3.583478 0.0005 Inflasi 0.007881 0.010560 0.746346 0.4567
Suku Bunga -0.051029 0.021559 -2.366920 0.0193
Kurs 0.277634 0.205552 1.350674 0.1790 PDB 0.056668 0.162976 0.347705 0.7286
Effects Specification
S.D. Rho
Page 9
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
70
Cross-section random 0.980329 0.9543
Idiosyncratic random 0.214517 0.0457
Weighted Statistics
R-squared 0.310072 Mean dependent var 0.823532
Adjusted R-squared 0.270927 S.D. dependent var 0.264843 S.E. of regression 0.226138 Sum squared resid 7.210544
F-statistic 7.921130 Durbin-Watson stat 1.557364
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared -0.006943 Mean dependent var 8.455600
Sum squared resid 205.1019 Durbin-Watson stat 0.054751
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas Pengujian dilakukan dengan
menggunakan analisis Chi Square.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual telah memiliki
distribusi normal. Uji normalitas dapat
diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi square tabel.
Uji JB didapat dari histogram normality
dengan hipotesis yang digunakan H0 = data
terdistribusi normal. Nilai JB sebesar 5,179340 sedangkan
nilai Chi square tabel yang dilihat dari
jumlah variabel independen k=8, maka df (150-8=142) pada α=5% yakni sebesar
170,8092. Nilai JB < nilai Chi square
(5,179340 < 170,8092), dengan sehingga H0
diterima dan disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal
.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-2 -1 0 1 2
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 150
Mean 9.52e-16
Median 0.160172
Maximum 2.535345
Minimum -2.489953
Std. Dev. 1.173253
Skewness 0.003630
Kurtosis 2.089702
Jarque-Bera 5.179340
Probability 0.075045
Gambar 2
Hasil Uji Normalitas
Page 10
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
71
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi panel ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen.
Model yang baik adalah model yang tidak terjadi korelasi antar variabel
independennya. Multikolinearitas
dapat dideteksi dari adanya nilai R2
tinggi (lebih dari 0,8), tetapi sedikit t-statistik yang signifikan serta nilai
F-statistik yang signifikan namun t-
statistik dari masing-masing variabel
bebas tidak signifikan. Berikut hasil uji multikolinearitas pada penelitian
ini
.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolineritas
Harga_Saham ROE DER NPM PBV Inflasi Suku_bunga Kurs PDB
Harga_Saham 1.000000 0.379723 -0.009370 0.011539 0.492692 -0.057556 -0.062975 -0.005906 -0.120840
ROE 0.379723 1.000000 0.154891 0.562253 0.719990 -0.025999 -0.007005 -0.246736 -0.202601
DER -0.009370 0.154891 1.000000 0.183808 -0.060400 -0.007184 -0.008386 0.024342 0.106834
NPM 0.011539 0.562253 0.183808 1.000000 0.117420 -0.039066 -0.045835 -0.170040 -0.062253
PBV 0.492692 0.719990 -0.060400 0.117420 1.000000 -0.009388 -0.015996 -0.185327 -0.186871
Inflasi -0.057556 -0.025999 -0.007184 -0.039066 -0.009388 1.000000 0.675617 -0.279922 -0.147985
Suku_Bunga -0.062975 -0.007005 -0.008386 -0.045835 -0.015996 0.675617 1.000000 -0.193691 -0.270218
Kurs -0.005906 -0.246736 0.024342 -0.170040 -0.185327 -0.279922 -0.193691 1.000000 0.593766
PDB -0.120840 -0.202601 0.106834 -0.062253 -0.186871 -0.147985 -0.270218 0.593766 1.000000
Sumber: Output EViews (2018)
Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa
koefisien korelasi antar variabel semuanya
di bawah angka 0,80. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak
terjadi masalah multikolinearitas.
4.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
pada model ini akan digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Jika nilai DW-Test lebih
besar dari batas atas (dU), maka tidak terjadi
autokorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan
statistik d dari Durbin-Watson (DW test).
Angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang diperoleh
dari tabel DW batas bawah), dU (angka
yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4-
dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya
jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi
(+/-).
Dari tabel hasil dari regresi dengan fixed effect, didapat nilai DW sebesar
1.557364, sedangkan dL = 1,6224 dan dU =
1,8456 (didapat dari tabel DW α=5%, n=150, k=8). Setelah dihitung dari kriteria
pengujian Durbin-Watson, maka dapat
disimpulkan bahwa data terletak pada
pengujian yaitu: 1. Jika syarat 0 ≤ DW ≤ dL merupakan
menolak hipotesis nol, dengan
perhitungan data penelitian 0 < 1.557364 < 1,6224 maka daerah penelitian
merupakan daerah ada autokorelasi
positif. 2. Apabila terdapat autokorelasi, maka
langkah selanjutnya adalah penyembuhan
autokorelasi dengan metode generalized
first difference equation.
3.
Page 11
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
72
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.006022 0.002346 2.566893 0.0116
DLOG(ROE) 0.005148 0.007833 0.657186 0.5124
DLOG(DER) -0.013185 0.008157 -1.616329 0.1089
DLOG(NPM) -0.003245 0.008923 -0.363689 0.7168 DLOG(PBV) 0.114645 0.004248 26.98573 0.0000
DLOG(Inflasi) 0.000721 0.003356 0.214909 0.8302
DLOG(Suku Bunga) -0.015795 0.006772 -2.332329 0.0215
DLOG(Kurs) 0.492381 0.176850 2.784175 0.0063 DLOG(PDB) 0.293732 0.177477 1.655038 0.1007
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 0.014082 1.0000 Weighted Statistics
R-squared 0.891362 Mean dependent var 0.000537
Adjusted R-squared 0.883532 S.D. dependent var 0.041535 S.E. of regression 0.014175 Sum squared resid 0.022303
F-statistic 113.8428 Durbin-Watson stat 1.845848
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics
R-squared 0.891362 Mean dependent var 0.000537
Sum squared resid 0.022303 Durbin-Watson stat 1.845848 Sumber: Output EViews (2018)
Jika syarat dU < DW < 4-dU, dengan perhitungan data penelitian 1,8456 < 1,8458 < 2,1535 maka daerah penelitian merupakan daerah tidak terdapat masalah autokorelasi.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas Permasalahan heterokedastisitas
terjadi jika varian tidak konstan
(heterokedastisitas) dan terjadi hubungan
yang kuat antar residual. Masalah heteroskedastisitas sering dialami oleh data
yang bersifat cross section.
Berdasarkan hasil regresi fixed effect, nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.310072. Nilai Chi square hitung
sebesar 46.5108 yang diperoleh dari jumlah observasi dikali dengan nilai R2. Sedangkan
nilai kritis Chi squared pada α=5%, dengan
df = 142 adalah 170,8092. Oleh karena nilai Chi squared hitung lebih kecil daripada nilai
kritis Chi squared, maka H0 ditolak sehingga
tidak terdapat permasalahan
heteroskedastisitas pada penelitian.
Ikhtisar Pemilihan Model Akhir
Pada pemilihan model akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model fixed effects dan random effects.
Dalam pengujian yang dilakukan sebelumnya, estimasi parameter dalam data
panel berdasarkan Uji Hausman akan lebih
Page 12
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
73
tepat menggunakan model random effects,
sehingga persamaan dari penelitian ini
berdasarkan metode random effects adalah:
Y = 4,940392 + 0,014376 ROE - 0,141199 DER + 0,003744 NPM + 0,047724 PBV +
0,007881 INFLASI – 0,051029 SUKU_BUNGA + 0,277634S KURS + 0,056668 PDB
+ e
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui
bahwa variabel independen yaitu return on
equity, debt equity to ratio, net profit
margin, price book value, inflasi, suku
bunga, kurs, dan PDB secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. Hasil
dari pengujian dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji F
F-statistic 7.921130
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews (2018)
Dari Tabel 4.4, dapat diketahui
bahwa variabel independen yaitu return on
equity, debt equity to ratio, net profit margin, price book value, inflasi, suku
bunga, kurs, dan PDB secara simultan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. Hal
ini dapat dilihat dari F-hitung > F-tabel atau
7,921130 > 2.277526, nilai F-hitung adalah 7,921130 sedangkan nilai F-tabel adalah
2.277526 yang berarti hipotesis satu (H1)
diterima.
4.3.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui
bahwa variabel independen yaitu return on equity, debt equity to ratio, net profit
margin, price book value, inflasi, suku
bunga, kurs, dan PDB secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu Harga Saham. Hasil
dari pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji t
Variable Coefficient t-Statistic Prob. Kesimpulan
C 4.940392 2.129881 0.0349 -
ROE 0.014376 2.466377 0.0148 H1 diterima
DER -0.141199 -3.174023 0.0018 H2 diterima NPM 0.003744 0.726936 0.4685 H3 ditolak
PBV 0.047724 3.583478 0.0005 H4 diterima
Inflasi 0.007881 0.746346 0.4567 H5 ditolak Suku Bunga -0.051029 -2.366920 0.0193 H6 diterima
Kurs 0.277634 1.350674 0.1790 H7 ditolak
PDB 0.056668 0.347705 0.7286 H8 ditolak
Sumber: Output EViews (2018)
4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi R2 sering disebut R2 adjusted. Uji koefisien
determinasi ini menunjukkan kemampuan
garis regresi dalam menerangkan variansi variabel dependen atau dengan kata lain
Page 13
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
74
seberapa besar proporsi variansi variabel
dependen berupa analisis peringatan dini kebangkrutan yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen berupa return on
equity, debt equity to ratio, net profit
margin, price book value, inflasi, suku bunga, kurs, dan PDB. Hasil dari pengujian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-squared 0.310072
Adjusted R-squared 0.270927
Sumber: Output EViews (2018)
Nilai R2 adjusted berkisar antara 0 hingga 1. Semakin mendekati 1, maka akan
semakin baik. Dari hasil pengujian
didapatkan bahwa R2 adjusted adalah
sebesar 0.310072. Maka proporsi variansi variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen sebesar 31%,
sedangkan sisanya kemungkinan dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain
dari dalam (internal) maupun luar (eksternal)
perusahaan LQ-45.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Return On Equity (ROE)
terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k
atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 2.466377, sehingga dari hasil tersebut
terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena
signifikansi 0,0148 < 0,05 yang berarti hipotesis H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu Return On
Equity (X1) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Equity pengaruhnya signifikan terhadap
harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini
dapat disimpulkan semakin besar hasil ROE,
maka semakin besar harga dari saham. Perusahaan-perusahaan dengan ROE yang
tinggi menggambarkan kinerja yang baik
yaitu mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memberikan
laba atas ekuitas perusahaan tersebut,
sehingga permintaan investor atas saham
tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham menjadi naik. Begitupun sebaliknya,
jika ROE menurun maka akan mengurangi minat investor melakukan investasi.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014),
Sinaga dan Triaryati (2013), Setiyanto dan Hadi (2013), Efendi dkk (2009), serta
inkonsisten dengan penelitian Jauhari
(2013), Suryanto dan Kesuma (2012), Erna dkk (2012).
4.4.2 Pengaruh Debt Equity to Ratio
(DER) terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k
atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah -3.174023, sehingga dari hasil
tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena signifikansi 0,0018 < 0,05 yang
berarti hipotesis H2 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen
yaitu Debt Equity to Ratio (X2) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio pengaruhnya signifikan
terhadap harga saham perusahaan LQ-45.
Hal ini dapat disimpulkan dengan tingkat DER yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor perusahaan sehingga dapat
mengurangi perilaku oportunistik manajer dalam DER. Pada perusahaan LQ-45 nilai
DER yang tinggi sebagian dananya dikelola
oleh pihak ketiga dan dalam hal ini dana pihak ketiga dianggap sebagai hutang dan
modal pihak ketiga yang mereka kelola
maka kemungkinan untuk mendapat laba
usaha semakin tinggi. Hal tersebut dapat berdampak terhadap kenaikkan harga saham
Page 14
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
75
karena investor cenderung akan
menginvestasikan modal yang dimilikinya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014),
Setiyanto dan Hadi (2013), Indah (2007),
serta inkonsisten dengan penelitian Jauhari (2013), Sinaga dan Triaryati (2013).
4.4.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM)
terhadap Harga Saham LQ-45
Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k
atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 0.726936, sehingga dari hasil tersebut
terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,4685 > 0,05 yang berarti
hipotesis H3 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu Net Profit Margin (X3) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Net Profit Margin tidak ada pengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan LQ-45.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa investor cenderung kurang memperhatikan NPM
sebagai rasio yang dapat dipertimbangkan
dalam keputusan investasi mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa investor kurang
percaya pada kemampuan perusahaan dalam
mengelola efisiensi kinerja operasionalnya.
Oleh karena itu, dapat menjadi pertimbangan investor untuk tidak
menggunakan NPM dalam memilih obyek
investasinya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh erna
dkk (2012), serta inkonsisten dengan
penelitian Jauhari (2013), Setiyanto dan
Hadi (2013).
4.4.4 Pengaruh Price Book To Value
(PBV) terhadap Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k
atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 3.583478, sehingga dari hasil tersebut
terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena
signifikansi 0,0005 < 0,05 yang berarti hipotesis H4 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu Price Book
to Value (X4) berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Price to
Book Value adanya pengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat
kemampuan perusahaan menciptakan nilai
relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan
demikian makin tinggi rasio tersebut makin
berhasil dan mampu perusahaan
menciptkaan nilai bagi pemegang saham, dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan
pasar terhadap prospek perusahaan sehingga
semakin permintaan akan saham tersebut naik kemudian mendorong harga saham
perusahaan tersebut. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014), Sinaga dan Triaryati
(2013), dan Indah (2007).
4.4.5 Pengaruh Inflasi terhadap Harga
Saham LQ-45
Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t
tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 0.746346, sehingga dari hasil tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena
signifikansi 0,4567 > 0,05 yang berarti
hipotesis H5 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu Inflasi (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Inflasi tidak
ada pengaruh signifikan terhadap harga
saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa inflasi dalam jangka panjang dan pendek tidak akan memberikan
arti yang serius bagi para investor untuk
menanamkan dananya di pasar modal. Investor mengerti bahwa dengan adanya
inflasi dalam jangka panjang dan pendek
tidak akan membahayakan dananya yang berada di pasar modal. Intervensi yang
dilakukan pemerintah dalam menangani laju
inflasi memberikan kepercayaan diri (self-
confidence) yang tinggi bagi para investor untuk tetap menanamkan modalnya di pasar
modal.
Page 15
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
76
Kemungkinan lainnya dapat
disebabkan oleh faktor lain yang menguatkan bahwa inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham perusahaan
LQ-45 yaitu karena kondisi kinerja
perusahaan.perusahaan dalam LQ-45 memiliki fundamental ekonomi yang kuat,
sehingga mampu bertahan dalam kondisi
perekonomian sulit. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan bahwa investasi di
pasar modal dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Luksito dan Anastasia (2014), Jauhari (2013),
Suryanto (2013), Sinaga dan Triaryati
(2013), Suramaya (2012), Suryanto dan Kesuma (2012), Effendi dkk (2009) serta
serta inkonsisten dengan penelitian Mulyani
(2014), Purnamawati dan Werastuti (2013), Arifin MA (2012).
4.4.6 Pengaruh Suku Bunga terhadap
Harga Saham LQ-45 Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k
atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah -2.366920, sehingga dari hasil
tersebut terlihat bahwa t hitung > t tabel. Karena signifikansi 0,0193 < 0,05 yang
berarti hipotesis H6 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen
yaitu Suku Bunga (X6) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Suku bunga adanya pengaruh signifikan terhadap harga
saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa investor pada umumnya
akan menanamkan dananya pada investasi yang memberikan keuntungan besar dengan
risiko yang rendah. Dengan penurunan
tingkat suku bunga SBI maka investor akan tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk
saham yang memberikan keuntungan yang
lebih besar, sehingga permintaan terhadap sahampun meningkat yang akhirnya
berdampak pada peningkatan harga saham.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Artha dkk (2014), Luksito dan Anastasia (2014), Mulyani
(2014), Purnamawati dan Werastuti (2013),
Suryanto (2013), Effendi dkk (2009) dan
Indah 2007 serta serta inkonsisten dengan penelitian, Jauhari (2013), Arifin MA
(2012), Suramaya (2012)
4.4.7 Pengaruh Kurs terhadap Harga
Saham LQ-45
Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t
tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 1.350674, sehingga dari hasil tersebut
terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,1790 > 0,05 yang berarti
hipotesis H7 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu Kurs (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kurs tidak
ada pengaruh signifikan terhadap harga
saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dengan melemahnya nilai tukar atau nilai mata uang domestik
dapat mengakibatkan kerugian pada pasar
modal dalam negeri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan
nilai impor yang signifikan pada negara kita,
pengaruh dari depresiasi mata uang akan menyebabkan pasar saham kurang peminat
dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, depresiasi mata uang domestik akan
mengakibatkan inflasi yang merupakan sinyal negatif bagi pasar saham. Penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh, Jauhari (2013), Suramaya (2012), serta serta inkonsisten dengan
penelitian Artha dkk (2014), Luksito dan
Anastasia (2014), Mulyani (2014),
Purnamawati dan Werastuti (2013), Suryanto (2013),
4.4.8 Pengaruh PDB terhadap Harga
Saham LQ-45
Dengan tingkat signifikansi 0,05/2 =
0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k atau 150-8 = 142. Hasil diperoleh untuk t
tabel adalah 1.976811 sedangkan t hitung
adalah 0.347705, sehingga dari hasil tersebut
terlihat bahwa t hitung < t tabel. Karena signifikansi 0,7286 > 0,05 yang berarti
hipotesis H8 ditolak. Hal ini menunjukkan
Page 16
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
77
bahwa variabel independen yaitu PDB (X8)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Berdasarkan pada hipotesis diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa PDB tidak
ada pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan LQ-45. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dalam jangka panjang
pertumbuhan ekonomi mempunyai koefisien negatif dan tidak signifikan. Hal tersebut
disebabkan karena kondisi di dalam negeri,
diantaranya kerusuhan, tragedi bom, faktor
politik (kebijakan pemerintah, perubahan pajak) dan sebagainya. Dimana kondisi
maupun situasi tersebut mengakibatkan
investor enggan berinvestasi dalam bentuk saham. Selain itu karena tingginya risiko
yang melekat pada saham, maka investor
lebih memilih untuk berinvestasi dalam bentuk lain. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh,
Luksito dan Anastasia (2014), Sinaga dan
Triaryati (2013), Suramaya (2012), Suryanto dan Kesuma (2012), serta serta inkonsisten
dengan penelitian Mulyani (2014),
Purnamawati dan Werastuti (2013)
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan
pengujian hipotesis dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Karena signifikansi 0,0148 < 0,05 yang berarti hipotesis H1 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Return On Equity (X1) berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
b. Karena signifikansi 0,0018 < 0,05 yang
berarti hipotesis H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Debt Equity to Ratio
(X2) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
c. Karena signifikansi 0,4685 > 0,05 yang
berarti hipotesis H3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Net Profit Margin
(X3) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. d. Karena signifikansi 0,0005 < 0,05 yang
berarti hipotesis H4 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Price Book to Value (X4) berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
e. Karena signifikansi 0,4567 > 0,05 yang
berarti hipotesis H5 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Inflasi (X5) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
f. Karena signifikansi 0,0193 < 0,05 yang
berarti hipotesis H6 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Suku Bunga (X6)
berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham. g. Karena signifikansi 0,1790 > 0,05 yang
berarti hipotesis H7 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Kurs (X7) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
h. Karena signifikansi 0,7286 > 0,05 yang berarti hipotesis H8 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu PDB (X8) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan dan
analisis serta kesimpulan, maka pada bagian
selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan
1. Untuk para investor sebaiknya memperhatikan faktor fundamental
keuangan yang mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan selain harga saham
itu sendiri sebelum mengambil kebijakan untuk berinvestasi.
2. Untuk para Investor sebelum melakukan
pembelian saham, sebaiknya harus mengenal karakter perusahaan dan
mengetahui kondisi fundamental
perusahaan untuk meminimalisir tingkat resiko.
Page 17
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
78
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert (2010), Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia, Mediasoft
Indonesia, Jakarta
Arifin, MA. 2012. Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental Internal dan
Eksternal Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Perbankan di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Media
Wahana Ekonomika, Vol. 9. No. 2.
Juli 2012: 66-79
Ariffin. Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan
Pasar Modal. Penerbit Ekonisia.
Artha, Achsmi, dan Sasongko. 2014.
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Makroeonomi Harga Saham Sektor
Pertanian. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 16. No. 2:
175–184.
Algifari, 2009. Analisis Regresi: Teori,
Kasus dan Solusi, BPFE,Yogyakarta
Baridwan, Zaki dan Legowo. 2002. Asosiasi
Antara Economic Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas
Terhadap Harga Saham. TEMA.
Vol.3. no. 2. September
Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C.,
Daves, Phillip R.,1997,
`Intermediate Fiinansial Management', 6tth edition, The
Dryden Press
Brigham, E. F., Houston, J. F,2010. Fundamentals of Financial
Management. Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta.
Dornbusch, S. And Fisher R.S., 1992.
Macroeconomics. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. Fahmi,
Irham, 2012, Pengantar Pasar
Modal, Bandung: Penerbit Alfabeta.
Fahmi, Irham, 2012, Pengantar Pasar Modal,
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
19, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Gujarati, Damodar, Porter C. Dawn. 2010.
Dasar-dasar Ekonometrika, Buku 1,
Edisi 5, Terjemahan Oleh: Eugenia Mardanugraha, dkk, Salemba
Empat, Jakarta.
Jauhari, Achmad. 2014. Pengaruh Faktor Fundamental dan Makro Ekonomi
Terhadap Harga Saham Perusahaan
Properti. Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 11. No. 3. Oktober
2014: 65-83
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE
Keynes, John Maynard, 1936. The General
Theory of Employment, Interest, and
Money. London: Macmillan.
Luksito dan Anastasia. 2014. Dampak
Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Di
Indonesia. Jurnal Analisa, Vol. 3.
No. 2: 9-21.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar
Ekonomi Makro, Edisi Tiga.
Penerjemah Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat
Mulyani. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domesti Bruto
Terhadap Jakarta Islamic Index.
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1. No. 1: Artikel 10.
Purnomo, Yogo, 2008. “Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham”.
Usahawan, Desember.No. 12, Th
XXVII: 33-38.
Purnamawati dan Werastuti. 2013. Faktor
Fundamental Ekonomi Makro
Page 18
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 4 , No. 2, Juli - Desember 2018
79
Terhadap Harga Saham LQ-45.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 17. No. 2: 211–219.
Reilly F.K dan Brown, Keith C., 1997,
Investment Analysis and Portfolio Management, 5th ed., Chicago, IL.:
The Dryden Press.
Riyanto, Bambang, 2001.Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. BPFE
UGM, Yogyakarta
Sadono ,S., 2000. Makro Ekonomi Modern:
Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Setiyanto dan Hadi. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental
Terhadap Harga Saham Studi Pada
Perusahaan Sektor Properti di
ASEAN. Management and Business Department.
Sinaga dan Triaryati. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Ekonomi
Makro Terhadap Harga Saham.
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis,
CV. Alvabeta, Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kunatitatif, Kua-litatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suramaya. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Jurnal Economia, Vol. 8.
No. 1: 53-64.
Suryanto dan Kesuma. 2012. Pengaruh
Kinerja Keuanga, Tingkat Inflasi
dan PDB Terhadap Harga Saham Perusahaan F&B. Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Tiningrum, Erna 2012. Pengaruh Faktor
Fundamental dan Risiko
Sistematik`Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur di BEI. Skripsi STIE AUB Surakarta.
Hasan, Suad 2009, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Buku 1. Edisi 4. STIM YKPN,
Yogyakarta.