Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: HENNI HAIRUNISA 1113015000106 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KONSENTRASI GEOGRAFI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2020
101
Embed
Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51665/1... · hujan terhadap hasil panen Tomat Desa Ciloto, Kabupaten
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat
di Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
HENNI HAIRUNISA
1113015000106
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KONSENTRASI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020
i
Abstract
Henni Hairunisa, NIM: 1113015000106. Judul Skripsi: Analisis Dampak
Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Program Studi: Tadris Ilmu Pengetahuan
Sosial Konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2020.
The purpose of this research was to determine the negative impact of the
rainy season of Tomato yields in Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. In
this research the subject of research is the Tomato harvest result of the period
September 2019 to Februaty 2020
The process of success of Tomato is inseparable from climate factors.
Tomatoes are a type of horticulture that grows without the need of excessive amount
of water. One element of climate that determines the success of tomato harvest is
rainfall. Rainfall is the main indicator in the process of harvesting tomatoes, can be
a negative impact on tomatoes. In this research various observations were made on
the process of planting tomatoes during the rainy season. The data collection
technique used in this study was direct observation during the harvest process and
interviews with tomato farmers in order to conclude an analysis of the impact of the
rainy season on crop yields of horticultural crops namely tomatoes.
Keynote: Rainy season, observation, Tomatoes
ii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak negatif dari musim
hujan terhadap hasil panen Tomat Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Hasil Panen Tomat
periode September 2019 sampai Februari 2020.
Proses keberhasilan tanaman tomat tidak terlepas dari faktor iklim. Hal ini
disebabkan karena tanaman Tomat termasuk jenis holtikultura yang tumbuh tanpa
perlu membutuhkan jumlah volume air yang berlebih. Salah satu unsur iklim yang
menetukan keberhasilan panen tomat adalah curah hujan. Curah hujan menjadi
indikator utama dalam proses panen tomat, dapat menjadi dampak negatif bagi
tomat. Dalam penelitian ini dilakukan berbagai observasi dari proses penanaman
tomat saat musim hujan tiba. Teknis pengambilan data yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa pengamatan langsung saat proses panen dan wawancara
dengan petani tomat agar dapat menyimpulkan sebuah hasil analisa mengenai
dampak musim hujan terhadap hasil panen jenis tanaman holtikultura yaitu tomat.
Kata Kuci : Musim Hujan, Panen Tomat, Observasi
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahiladzi bini’mati tatimusholihat, berkat rahmat Allah akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan melalui proses bimbingan
yang baik. Sholawat serta salam tak lupa juga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Sollallohu Alayhi Wasallam, berkat wahyu pertamanya, yaitu ‘membaca’ penulis
dapat membaca dan belajar lebih banyak lagi di akhir zaman seperti saat ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil
Panen Tanaman Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat” ini adalah persembahan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan, di Program
studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan serta keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat
dorongan semangat dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan Terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah mendukung proses penyusunan penelitian ini.
Ucapan terimakasih penulis disampaikan untuk:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Kepala Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
“Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami
tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan dan kebun-
kebun yang lebat”
Pada Surat An-Naba bahwa air hujan yang turun dari langit akan
menjadikan tanaman menjadi subur. Sehingga dari itu akan tumbuh segala
macam tumbuhan yang baik. Kondisi ayat ini sangat cocok untuk
menggambarkan kondisi alam yang memiliki iklim tropis termasuk
Indonesia. Variabel cuaca dan iklim menjadi bahan pertimbangan dalam
mengetahui kualitas hasil panen pertanian.2 Curah hujan menjadi salah satu
faktor penentu optimalisasi pembudidayaan suatu hasil panen pertanian.
Status air hujan yang dibutuhkan pada tanaman tergantung pada kombinasi
beberapa faktor, seperti tanah, atmosfer, dan tanaman tomat itu sendiri.3
Keterkaitan antara hasil panen pertanian dan curah hujan sangat
berpengaruh pada kualitas hasil panen. Ada jenis tanaman yang memiliki
kualitas semakin baik apabila tercukupi kebutuhan air melalui curah hujan,
namun ada pula jenis tanaman yang hanya sedikit membutuhkan air dari
curah hujan. Dalam penelitian mengenai hasil panen tanaman tomat, sangat
perlu mengulas curah hujan yang dibutuhkan tanaman tomat jenis
holtikultura ini. Selain faktor curah hujan penulis juga mengaitkan dengan
jenis iklim yang cocok untuk ditumbuhi tanaman tomat.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tomat adalah 750-1.250
mm per tahun. Tanaman di daerah yang memiliki curah hujan lebih besar
dari angka tersebut, perlu penanganan khusus, misalnya pembuatan sarana
2 Andri Noor A 2013 Klimatologi Umum Tangerang Selatan hal.96 3 Redaksi Agro Media 2007 Panduan Lengkap Budi Daya Tomat hal.prakata.
5
irigasi. Pasalnya curah hujan yang demikian akan memicu tumbuhnya
penyakit, seperti layu fusarium dan penyakit lainnya yang dikeluarkan
tanah.4. dikutip dari Balai Pertanian Bogor Jawa Barat khusus jenis tanaman
Holtikultura Layu Fusarium merupakan salah satu penyakit yang paling
ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi menimbulkan
kerugian besar. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab
kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit Layu Fusarium
bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan
areal pertanaman mudah tergenang air.
Konsumsi air oleh tanaman mengikuti pola kurva sigmoid. Menurut
Franklin P Gardner (1991), Kurva sigmoid adalah pola pertumbuhan
sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi
pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan.
Pada tanaman muda kebutuhan air masih sedikit, kemudiian
meningkat seiring betambahnya usia tanaman. Konsumsi air mencapai titik
maksimal ketika buah tomat sudah matang. Konsmsi air akan stabil selama
pematangan buah tomat dan setelah itu kembali menurun.5
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai Analisa musim hujan terhadap hasil panen
pertanian, dalam hal ini penulis membuat proposal skripsi dengan judul
“ANALISIS DAMPAK MUSIM HUJAN TERHADAP HASIL
PANEN TOMAT DESA CILOTO JAWA BARAT”
4 ibid 5 ibid
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi
beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Kualitas Tomat yang tidak layak untuk dikonsumsi serta kuantitas
hasil panen Tomat yang menurun pada periode musim hujan.
2. Analisa musim hujan yang memiliki dampak negatif langsung
terhadap hasil panen tomat.
3. Menurunnya penghasilan petani Tomat saat panen di musim hujan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti
membatasi penelitian ini sebagai berikut:
1. Analisa curah hujan yang terdapat di Desa Ciloto Jawa Barat
memiliki dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas hasil panen
tanaman tomat di lokasi tersebut dalam periode musim hujan.
2. Hasil panen tanaman Tomat dalam periode musim hujan dengan
kualitas yang layak untuk di konsumsi dan kuantitas dalam hitungan
kilogram.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka penulis
merumusukan permasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak musim hujan terhadap hasil panen tanaman Tomat
dalam segi kualitas maupun kuantitas di Desa Ciloto Jawa Barat?
2. Bagaimana upaya petani tomat dalam mengoptimalkan hasil panen
tomat saat musim hujan?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak musim hujan terhadap hasil panen
tanaman Tomat di Desa Ciloto Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan petani Tomat Desa
Ciloto Jawa Barat pada saat musim hujan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis
dalam menganalisa dampak dari musim hujan terhadap hasil
pertanian dan klasifikasi iklim di wilayah pertanian.
b. Bagi Bidang Pendidikan
Manfaat dalam bidang pendidikan adalah sebagai referensi bagi
guru, murid, serta civitas akademika lain untuk mengklasifikasi
iklim di wilayah pertanian dan dampak musim hujan terdap hasil
pertanian.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini membahas tentang dampak musim hujan terhadap
hasil panen tanaman tomat, maka penelitian ini bermanfaat untuk
menambah wawasan bagi pembacanya.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini bermanfaat bagi Unit Pelayanan Teknis Desa
Ciloto Cipanas bidang Pertanian untuk mengetahui kuantitas hasil
panen Tomat pada saat musim penghujan tiba.
b. Bagi Masyarakat dan Petani Desa Ciloto
Penelitian ini bermanfaat untuk pengetahuan bagi masyarakat
serta petani Tomat Desa Ciloto agar dapat mengetahui curah hujan
yang dapat mempengaruhi hasil panen tanaman Tomat.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian mengenai analisa dampak musim hujan terhadap hasil
panen dapat dijadikan acuan peneliti lain untuk meneliti kajian yang
relevan serta dapat mengambil contoh dari manfaat penelitian ini.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Musim Hujan
1) Pengertian Musim
Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia musim adalah rentang
waktu yang mengandung fenomena (nilai suatu unsur cuaca) yang
dominan atau mencolok. Sedangkan menurut Bayong dalam Dedi S.S
dan Kukuh Ribudiyanto, musim adalah periode dengan unsur iklim
yang paling mencolok..6 Musim juga dapat diartikan sebagai salah satu
pembagian utama tahun, biasanya berdasarkan bentuk iklim yang luas.7
Sedangkan menurut Cambridge Dictionary, “Season is The Periode of
the year when something that happens every year happens”. Yaitu
sesuatu yang terjadi di setiap tahunnya dan akan berulang di setiap
tahunnya.8
Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa musim
adalah kondisi cuaca yang paling sering terjadi di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu.
a. Pembagian Musim di Bumi
Bumi adalah salah satu anggota tata surya yang ber-evolusi
mengelilingi Matahari melalui orbit dan berotasi mengelilingi sumbu
imajinernya. Efek dari evolusi dan rotasi bumi adalah musim. Musim
terbagi menjadi musim dingin, musim semi, musim panas dan musim
6 Dedi Sucahyono S dan Kukuh Ribudiyanto, Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia, (Jakarta:
Puslitbang BMKG, 2013) h. 21 7 Diakses melalui https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musim, pada 3/9/2019 pukul 20.30 WIB 8 Cambridge Dictionary diakses melalui https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/season
pada 9 Juli 2020 pukul 11.03
10
gugur.9 Berikut uraian pembagian musim beserta waktu
penanggalannya dalam bentuk table dibawah ini.
Tabel 2.1 Pembagian Musim di Bumi
Sumber: Wikipedia 2019
9 Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK., DEA, Meteorologi Indonesia Vol.1: Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer (Jakarta: BMKG, 2012) cetakan IV h.4
Penanggalan Belahan bumi
Tropis
April hingga September musim kemarau
Oktober hingga Maret musim hujan
Belahan utara Belahan selatan
1 Maret - 31 Mei musim semi musim gugur
1 Juni - 31 Agustus musim panas musim dingin
1 September - 30 Nopember musim gugur musim semi
1 Desember - 28 Februari musim dingin musim panas
11
b. Dampak Pergantian Musim Terhadap Tanaman Buah
Akibat dari pergantian musim di negara tropis seperti Indonesia,
maka terjadilah jenis buah-buahan musiman atau disebut juga seasonal.
Misalnya buah durian, buah rambutan dan buah duku adalah jenis
tanaman buah yang dipengaruhi oleh musim. Sedangkan papaya,
belimbing dan pisang adalah jenis tanaman buah-buahan yang tidak
dipengaruhi oleh musim.10 Oleh sebab itu, dampak dari pergantian
musim di Indonesia menyebabkan pula pada musim jenis buah dan
sayuran yang berbeda.
2) Pengertian Hujan
a. Pengertian Hujan dan Curah Hujan
Menurut Andri Noor A hujan adalah curahan butiran air dari
atmosfer sampai ke permukaan Bumi, baik berbentuk cairan
maupun padat (es atau salju). Jumlah hujan yang jatuh di suatu
daerah selama waktu tertentu di sebut curah hujan atau presipitasi.11
Sedangkan menurut Bayong Tjasyono hujan adalah hydrometer
yang jatuh berupa partikel, partikel air yang mempunyai diameter
0,5 mm.12
Berdasarkan pengertian hujan menurut berbagai ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa hujan adalah suatu fenomena yang terjadi
pada lapisan udara berupa gumpalan air maupun butiran cair
ataupun padat yang jatuh ke permukaan bumi. Sedangkan
banyaknya butiran air dalam bentuk padat (es/salju) yang turun ke
permukaan bumi disebut curah hujan.
10 Drs. H. Hendro Sunarjono. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008) h.
8Pengertian 11 Andri Noor A, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakata Pers, 2013) cet. 1 h.36 12 Bayong Tjasyono, Klimatologi (Bandung: ITB, 2005) h.239
12
Menurut Andri Noor A, Hujan memiliki ukuran butir yang
berbeda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai
berikut:13
a) Hujan Gerimis (drizzle) diameter butir-butir air hasil kondensasi
kurang dari 0,5 mm
b) Hujan Salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es dengan suhu
udara berada di bawah titik beku.
c) Hujan batu es, merupakan merupakan curahan batu es yang
turun di dalam uap panas dari awan dengan suhu udara di bawah
titik beku.
d) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan
dengan suhu udara diatas titik beku dan diameter butirannya
kurang lebih 5 mm.14
b. Alat Pengukur Curah Hujan
Ukuran ketebalan hujan dinyatakan dalam satuan
milimeter (mm). dan alat yang digunakan sebagai penakar hujan
disebetu Ombrometer.15 Berikut adalah gambar dari alat
Penakar hujan.
13 Andri Noor A, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakata Pers, 2013) cet. 1 h.36 14 Ibid h. 36-37 15 Ibid h.36
13
Gambar 2.1 Alat Penakar Curah Hujan Ombrometer
Sumber: BMKG Stasiun Dramaga Bogor
Sedangkan satuan hitung yang biasa digunakan dalam mengukur curah
hujan adalah mm/jam.16 Dibawah ini terdapat table 2.2 mengenai
keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan berdasarkan ukurannya.
16 Ibid h. 36
Keadaan Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan
(mm)
1 Jam 24 Jam
Hujan sangat ringan < 1 < 5
Hujan ringan 1-5 5-20
Hujan normal 5-10 20-50
Hujan lebat 10-20 50-100
Hujan sangat lebat > 20 > 100 Sumber: Andri Noor Ardiansyah M.Si, Klimatologi Umum (2013)
14
c. Proses Terjadinya Hujan
Secara alamiah proses terjadinya hujan dapat diketahui
melalui Daur Hidrologi. Menurut Sri Harto dalam Lily M
Limantara, hidrologi dimaksudkan dalam ilmu yang menyangkut
masalah air.17 Pada hakikatnya hidrologi mempelajari setiap fase air
di bumi. Oleh karena itu, hidrologi merupakan disiplin ilmu yang
sangat penting bagi manusia dan lingkungannya.18
Dalam uraian yang telah di paparkan mengenai proses
turunnya hujaan, berikut adalah gamabar mengenai daur hidrologi
yang menggambarkan proses dan tahapan terjadinya hujan:
Gambar 2.2 Daur Hidrologi atau Siklus air
Sumber: https:/pelajaran.co.id
Dari gambar tersebut, maka proses turunnya hujan bermula dari
adanya energi panas matahari yang memancar pada permukaan air
laut maupun badan-badan air lainnya sehingga terjadilah proses
evaporasi dan menghasilkan uap air. Uap air sebagai hasil evaporasi
kemudian menjadi gumpalan-gumpalan awan dan bergerak melintasi
17 Dr. Ir Lily M Limantara, M.Sc, Hidrologi Praktis (Bandung: CV Lubuk agung 2010) Cet. 1 Hal 2. 18 Indarto, Hidrologi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) cet 1, hal.3
15
daratan yang bergunung maupun data, dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, sebagaian dari uap air tersebut akan terkondensasi
dan turun sebagai air hujan.19
d. Karakterstik Curah Hujan
Menurut Andri Noor Ardiansyah, ada beberapa istilah yang
terkait dengan pengukuran hujan itu sendiri, yang dibedakan
menjadi beberapa karakteristik hujan, seperti dibawah ini:
1. Ketebalan Hujan (R)
Ketebalan hujan yaitu banyaknya hujan kumulatif yang
jatuh di permukaan lahan dalam satu kurun waktu kejadian
(lama durasi) hujan.20 Ketebalan hujan ini disebut sebagai
presipitasi. Menurut Martha, J dan Adidarma W dalam Andri N.
Ardiansyah, Presipitasi adalah peristiwa jatuhnnya cairan
atmosfer ke permukaan bumi. Sedangkan menurut
Sossrodarsono, S dan Takeda, K pada 1976 dalam Andri, N.
Ardiansyah, presipitasi adalah nama umum dari uap yang
mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses
siklus hidrologi.21
2. Durasi Hujan atau Lama Hujan (D)
Menurut Martha J dan Adidarna W, 1983 dalam Andri,
N. Ardiansyah, durasi hujan atau lama terjadinya hujan
(duration of rainfall) merupakan lamanya presipitasi
19 Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers, 2014) cet. VI h.7 20 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.37 21 Ibid h.36
16
berlangsung.22 Durasi hujan biasanya menggunakan satuan
menit atau jam. Durasi hujan yang lama pada umumnya
memiliki intensitas rendah, sebaliknya durasi hujan yang singkat
memiliki intensitas tinggi.23
3. Intensitas Hujan (I)
Intensitas hujan (rainfall intensity) dapat diartikan
sebagai derajat curah hujan, biasanya dinyatakan oleh jumlah
curah hujan dalam suatu satuan waktu.24 Intensitas hujan yaitu
jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu. Hal tersebut
dinyatakan oleh Sosrodarsono, S. 1993 dalam Andri, N.
Ardiansyah. Berikut table 2.3 mengenai intensitas curah hujan.
Derajat
Hujan
Intensitas
Curah Hujan
(mm/jam)
Kondisi
Hujan sangat
lemah < 0.02
Tanah agak basah atau dibasai
sedikit
Hujan lemah 0.02-0.05
Tanah menjadi basah
semuanya atau menjadi puddel
Hujan normal 0.05-0.25
Dapat dibuat puddel atau bunyi
curah hujan kedengaran
Hujan deras
0.25-1
Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan buny
keras hujan terdengar dari
genangan
Hujan sangat
deras >1
Hujan seperti ditumpahkan,
dan saluran drainase meluap
Sumber: Andri Noor Ardiansyah, M.Si
22 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.37 23 Ibid hal. 37 24 Ibid hal. 37
17
e. Jenis- jenis hujan
Selain karakteristik hujan, ada pula jenis-jenis hujan. Menurut Andri
Noor Ardiansyah, M.Si dalam bukunya yang berjudul Klimatologi
umum, hujan terbagi menjadi tiga jenis. Berikut pemaparan
mengenai jenis-jenis hujan :
1) Hujan orografis
Hujan orografis terjadi karena udara dipaksa naik melewati
pegunungan, sehingga mengalami pendinginan dan
menyebabkan hujan.25 Hujan orografis menyebabkan
terbentuknya derah hujan dan daerah bayangan hujan.26
2) Hujan Konveksi/ Zenithal
Hujan ini terjadi pemanasan radiasi Matahari yang
mengakibatkan udara mengalami pemuaian dan keatas,
mengalami pendinginan, dan menyebabkan hujan deras. Pada
umumnya hujan ini bersifat deras dan disertai petir, namun,
hujan konveksi ini tidak berlangsung lama dan bersifat local.27
3) Hujan Frontal
Hujan ini terjadi sebagai akibat pertemuan antara dua masa
udara, yang berbeda suhunya. Yaitu yang satu panas, sedangkan
yang lain dingin. Masa udara yang panas dan mengandung uap
air bergerak naik seperti menaiki lereng diatas masa udara yang
dingin. Udara dingin yang berada dibagian bawah seperti
merunduk menyusup dibawah udara panas.28
25 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.40 26 Ibid hal. 40 27 Ibid hal 41 28 Ibid hal 42
18
3) Pengertian Musim Hujan
Secara Sederhana, musim hujan dapat diartikan sebagai rentan
waktu yang banyak terjadi hujan.29 Sedangkan menurut Bayong
dalam Dedi Sucahyono S dan Kukuh Ribudiyanto, mendefinisikan
musim hujan sebagai musim yang ditandai oleh jumlah curah hujan
yang berlimpah.30
Dari penjelasan yang telah diuraikan maka disimpulkan bahwa
musim hujan adalah kondisi meningkatnya jumlah curah hujan di
suatu wilayah (hujan secara terus menerus) dalam jangka waktu
tertentu.
a. Ciri dan Periode Musim Hujan di Indonesia
Secara teknis meteorologi suatu wilayah memasuki musim
hujan apabila kandungan curah hujan rata-rata diatas 50 mm, dan
dikatakan telah memasuki musim kemarau apabila kandungan rata-
rata curah hujan dibawah 50 mm. pada umumnya, sewaktu Matahri
berada dibelahan Bumi selatan yaitu bulan Oktober hingga Maret,
maka curah hujan lebih banyak dibandingkan suatu Matahari diatas
belahan bumi utara yaitu bulan April hingga September.31
Oleh sebab itu, musim hujan di Indonesia biasanya terjadi pada
bulan Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan April hingga September. Berkaitan dengan periode
29 Soerjadi Wirjohamidjojo dan Yunus Suwarinoto, Iklim Kawasan Indonesia: Dari Aspek Dinamik-
Sinoptik, (Jakarta: BMKG, 2010) hal 6 30 Dedi sucahyono S. dan Kukuh Ribudiyanto, Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia (Jakarta:
Puslitbang BMKG, 20113) hal 21 31 Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK, DEA, Metereologi Indonesia Vol.1: Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer, Hal. 12
19
musim hujan di Indonesia, secara sederhana dapat dilihat uraiannya
pada table berikut:
Periode Musim Hujan di Indonesia
Musim Curah Hujan
Rata-rata Periode
Hujan 50 mm Oktober – Maret
Kemarau < 50 mm September – April
Tabel 2.4 Sumber: Wikipedia (2019)
1. Dampak Musim Hujan
Secara umum, musim hujan memiliki dampak yang dapat
ditimbulkan khususnya bagi kehidupan di muka bumi. Dampak
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Adapun dampak
musim hujan secara umum seperti yang diungkapkan oleh Andi Eka
pada website resmi BMKG bahwa dampak musim hujan diantaranya
sebagai berikut:32
1. Dampak Positif
a. Meningkatnya potensi luas tanam sawah.
b. Meningkatkan frekuensi tanam
c. Meningkatkan ketersediaan air untuk pertanian dan
waduk.
2. Dampak Negatif
a. Peningkatan potensi banjir dan longsor
b. Penurunan produksi kopi
c. Penurunan produksi tembakau
d. Penurunan produksi garam
e. Penurunan produksi tanaman buah tropika
f. Meningkatnya tinggi gelombang laut
32 Diakses melalui www.bmkg.co.id pada 11 oktober 2019 pukul 19.00 WIB
20
2. Konsep Panen dalam Pertanian
a. Panen
a) Pengertian Panen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau
ladang33. Istilah ini paling umum digunakan dalam kegiatan
bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di sebuah
lahan. Namun istilah panen memiliki arti yang luas, menurut
Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang di akses pada 13
Septeember 2019, makna panen dapat dipakai pula dalam budi
daya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti
jamur, udang, alga atau gulma laut dan hasil hutan (kayu maupun
non-kayu).34
Sistem panen pada masa kini dapat dilakukan dengan
teknologi yang canggih, seperti menggunakan teknologi mesin
pemanen combine harvester, tetapi dalam budi daya yang masih
tradisional atau setengah tradisional orang masih menggunakan
alat tradisional jenis sabit atau arit.35 Sedangkan menurut
Mutiarawati, 2009 panen menrupakan pekerjaan akhir dari
budidaya tanaman (bercocok tanam), tetapi merupakan awal dari
pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan penyimpanan
dan pemasaran.
33 Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3 (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998) 34 https://www.pertanian.go.id/ diakses pada 13 September 2019 Pukul 18.51 WIB 35 https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13 September 2019 Pukul 19.30
21
Pengertian lain menurut Sudheer pada 2007 “The
Harvest are fruits picked either prematurely or too late, are
more suspectible to past harvest physiological disorders than
are fruits picked at proper stage of maturity”.36
Dapat ditarik kesipulan bahwa panen adalah proses
pemetikan hasil (buah) dari kegiatan bercocok tanam yang
dilakukan pada saat waktu tertentu baik menggunakan mesin
panen atau alat tradisional agar hasil (buah) dari proses panen
dapat diolah dan dipasarkan.
b) Metode Pemanenan
Menurut Wikipedia Indonesia pada American Heritage
Dictionary, berdasarkan bagian dari organisme yang di
panen, metode pemanenan dibagi menjadi beberapa
bagian.37
1. Pemanenan Keseluruhan
Yaitu mengambil seluruh bagian tubuh individu
suatu organisme sehingga individu tersebut tidak lagi
hidup. Pemanenan jenis ini adalah yang paling
umum dilakukan di berbagai aktivitas pertanian.
Pada aktivitas budi daya tumbuhan semusim,
pemanenan mencabut akar tanaman dari tanah
sehingga tanaman kehilangan akses terhadap nutrisi
dari tanah. Setelah itu, tanaman di proses untuk
diambil Sebagian tubuhnya saja atau seluruhnya.
36 Sudheer, et al. 2007. Harvest Technology of Horticultural. New Delhi: Publishing Agency 37 Wikipedia Bahasa Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13 September 2019
Pukul 19.30
22
2. Pemanenan Sebagian
Pada praktik budi daya tumbuhan menahun seperti
kelapa sawit dan karet, yang dipanen bukanlah
seluruh bagian tanamannya, melainkan bagian yang
dimanfaatkan saja. Pada kelapa sawit yang diambil
adalah buahnya. Dengan mengambil buahnya saja,
pohon tidak mati.
c) Penanganan pasca panen
Menurut Suprapti pada 2002, penanganan pasca panen
merupakan bagian kegiatan atau perlakuan terhadap tanaman
yang sudah diambil dari lahan yang menentukan kualitas
selanjutnya.38 Sedangkan dalam bidang pertanian istilah
pasca panen merupakan berbagai tindakan atau perlakuan
yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen.39.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pasca panen adalah
memilih atau mengolah hasil panen dari bercocok tanam atau
kegiatan pertanian agar mendapatkan hasil panen dengan
kualitas yang baik supaya dapat dipasarkan kepada
konsumen.
d) Kriteria Panen
Menurut Mutiarawati pada 2007 ada berbagai cara untuk
dapat mentukan waktu panen yang tepat, diantaranya sebagi
berikut:40
1. Cara Visual / Penampakan:
Dilihat dari warna kulit, ukuran dan bentuk buah
38 Suprapti, 2002. Jurnal, Teknologi Pengolahan Pangan Kanisius: Yogyakarta 39 Mutiarawati, 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. UNPAD Press: Bandung hal.36 40 Ibid Hal.40
23
2. Cara Fisik:
Dengan melakukan perabaan, buah lunak, umbi
keras
3. Cara Komputasi Bunga:
Menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur
buah dari mekarnya bunga.
4. Cara Kimia:
Melakukan pengukuran analistik kandungan zat atau
senyawa yang ada dalam komoditas, seperti kadar
gula.
3. Pengertian Tomat
Tomat merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan
Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tanaman yang memiliki nama
latin Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum ini
memiliki siklus hidup yang singkat dan dapat tumbuh setinggi satu
sampai tiga meter. Tumbuhan dengan buah berwarna hijau, kuning
dan merah ini biasanya digunakan sebagai sayuran dalam masakan
atau makanan secara langsung tanpa diproses. Namun tanaman ini
dapat dikatakan sebagai salah satu jenis buah-buahan.41
a. Sejarah Tomat
Tomat berasal dari dataran tinggi pantai barat Amerika
Selatan. Kemudian setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan
mereka menyebarkan tanaman ini kepada koloni-koloni mereka
yang ada di Karibia. Selain itu Spanyol juga membawa tanaman ini
ke Filipina yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di
seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa benih tanaman ini ke
41 Diakses melalui https://tanahkaya.com/tomat/ pada 11 Juli 2020 Pukul 17.00 WIB
24
Eropa dan tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah dengan
iklim Mediterania.42
b. Ciri-ciri Tomat
Tomat merupakan tanaman yang banyak ditemukan diseluruh
dunia. Tanaman ini memiliki dua perakaran yaitu perakaran
tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang dari tanaman
tersebut tumbuh menembus kedalam tanah dan untuk akar serabut
tumbuh ke arah samping tetapi dangkal. Dengan kedua perakaran
tersebut sebaiknya tanaman ini ditanam pada kondisi tanah yang
gembur dan banyak mengandung unsur hara.43
Buah tanaman ini memiliki bentuk yang bervariasi tergantung
dari varietasnya, diantaranya yaitu bentuk bulat, agak bulat, agak
lonjong, bulat telur dan persegi. Warna yang dimiliki dari buah ini
juga bermacam-macam dari warna merah, belang kemerahan,
kekuningan sampai warna hijau. Tanaman ini memiliki daun yang
berbentuk oval pada bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-
celah yang menyirip agak melengkung ke dalam. Batang
tanamannya lunak tetapi dapat disebut kuat karena dapat menopang
buah-buahnya meskipun dengan bantuan ajir. Rasa dari buah ini
asam dan manis sehingga cocok jika digunakan untuk menu
makanan atau pun minuman. Di bagian dalam buah terdapat biji
tomat yang berwarna putih. Biji tersebut bergerombol dan diselimuti
dengan daging buah. Daging buahnya agak lunak dan mengandung
banyak air, apabila dibelah maka akan keluar lendir. Semakin tua
buah tanaman ini maka akan semakin banyak mengandung air44
42 Ibid 43 ibid 44 ibid
25
c. Struktur Tomat
Bagian-bagian yang ada di dalam buah ini meliputi eksocarp,
mesocarp, dan endocarp. Eksocarp merupakan bagian terluar atau
lapisan terluar dari buah, sering mengandung zat warna buah yang
terdiri dari dinding pericarp dan kulit buah. Bagian mesocarp
merupakan lapisan paling dalam yang berupa selaput terdiri dari
parenkim dengan ikatan pembuluh atau jaringan tertutup serta lapisan
bersel tunggal yaitu lokula. Sedangkan bagian endocarp merupakan
lapisan yang berada paling dalam, terdiri dari biji, plasenta dan
columella. Berikut adalah gambar 2.3 yang menjelaskan struktur bagian
dari Tomat.45
Gambar 2.3 Struktur Bagian Tomat
Sumber: https://tanahkaya.com/tomat/
45 Diakses melalui https://tanahkaya.com/tomat/ pada 11 Juli 2020 Pukul 17.00 WIB
26
d. Habitat Tomat
Tomat tumbuh pada suhu yang berkisar antara 20-27 oC
dengan curah hujan berkisar 750-1250 mg per tahunnya. Pada
umumnya Tomat ini akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-
1500 mdpl dan tentunya dengan media tanah yang subur dan gembur
dengan kandungan unsur hara yang baik.46
e. Khasiat dan Kandungaan Tomat
Tomat mengandung antioksidan alami yang bernama likopen
yang merupakan salah satu antioksidan alami paling kuat untuk
membantu memerangi radikal bebas penyebab kanker. Tomat
mengandung berbagai vitamin, mineral dan senyawa tumbuhan yang
sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Beberapa mineral yang
terkandung di dalam buah tomat yaitu Kalsium, Magnesium, Kalium,
Natrium, Ferum, Sulfur dan Klorin. Sedangkan untuk vitamin yang ada
didalamnya yaitu vitamin A, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin C,
Vitamin K, Vitamin E serta niasin. Selain vitamin dan mineral ada juga
kandungan lain diantaranya yaitu alkaloid, saponin, asam folat, asam
malat, coumarie acid dan cholorogenie acid, bioflanoid yaitu pigmen
merah yang bernama likopen, ademin, biotin, trigo melin, histamine,
protein, lemak, gula dan serat.47
f. Budidaya Tomat
Tomat memiliki syarat khusus agar bisa tumbuh dengan baik
yaitu ditanam dalam kisaran suhu 20-27 derajat celcius dengan wilayah
yang memiliki curah hujan sekitar 750 hingga 1250 mg per tahun.
46 ibid 47 Ibid
27
Tomat dasarnya dapat tumbuh secara ideal pada ketinggian kisaran
1000-1500 mdpl.48 Berikut adalah proses penanaman Tomat secara baik
dan benar.
1) Memilih Bibit.
Hal paling penting dari memulai budidaya adalah
pemilihan bibit yang unggul yang bisa menghasilkan
varietas yang berkualitas. Benih tanaman tomat yang baik
bisa dengan mudah kita dapatkan di berbagai toko yang
menjual benih tanaman. Masyarakat juga bisa
menyiapkan bibit sendiri, caranya dengan memilih biji
tomat dari tomat yang sudah tua. Kemudian pilih biji yang
sehat dan setelahnya bisa dikeringkan dengan dijemur.
2) Melakukan Persemaian
Langkah berikutnya adalah melakukan persemaian.
Persemaian dilakukan jika bibit tanaman tomat sudah
memiliki batang dan daun yang kuat. Ada dua metode
persemaian, yaitu menggunakan bendengan dan polybag.
Penggunaan polybag bisa dipilih sebagai metode untuk
mengurangi stres pada tanaman saat proses pemindahan
media tanam. Jika menggunakan polybag, tanaman siap
dipindahkan ke tanah saat berusia 35-40 hari.
48 Ibid
28
3) Pengolahan Tanah
Tanah yang digunakan setidaknya memiliki kadar
keasaman atau pH sekitar 5,5-7. Jika tanah dalam keadaan
yang terlalu asam, bisa ditambahkan kapur untuk
menurunkan pH tanah. Tanah juga harus dipupuk
sehingga memiliki mineral yang cukup untuk tanaman
tumbuh dengan baik.
4) Pemeliharaan Tanaman
Umur tanaman tomat hingga bisa menghasilkan buah dan
bisa dipanen adalah sekitar 71-79 hari. Dalam kurun
waktu tersebut Anda harus benar-benar merawat tanaman
agar terhindar dari hama. Ada beberapa langkah
pemeliharaan yaitu dengan penyulaman, penyiangan,
pemangkasan dan pemupukan tambahan.
5) Melakukan Penyiraman dan Pengairan
Langkah selanjutnya yang sangat penting dalam
budidaya tanaman tomat adalah melakukan penyiraman
secara rutin. Perhatikan kadar kelembaban tanah, jangan
siram terlalu banyak air atau jangan sampai tanah terlalu
kering agar pohon bisa menghasilkan buah yang bagus.
6) Pemasangan Lenjeran
Pohon tomat merupakan jenis tumbuhan yang
merambat, tentu Anda harus membuat lenjeran agar
pohon tomat tidak roboh dan dapat berkembang dengan
29
baik. Gunakan lenjeran dengan menggunakan bambu dan
tancapkan lenjeran dengan jarak tanaman tomat sekitar
10-20 cm. Tinggi lenjeran yang dibutuhkan antara 10-15
cm saja.
7) Panen
Panen pada tanaman tomat dilakukan dengan memetik
buah tomat satu persatu. Gunakanlah gunting untuk
memotong batang yang menempel dengan buah tomat
agar tidak merusak batang tomat yang bisa
mengakibatkan kerusakan pohon tomat.
30
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Iga Dainty, Sirajuddin H. Abdullah
dan Asih Priyanti, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Peluang Curah
Hujan Untuk Penetapan Pola dan Waktu Tanam Serta Pemilihan Jenis
Komoditi yang Sesuai Di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten
Lombok Timur” (Jurnal, Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram: 2016) menggunakan metode
penelitian Deskriptif Analitis dengan menggunakan data sekunder yang berupa
data curah hujan. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan Iga Dainty dkk ini
meliputi beberapa tahap yaitu: observasi, pengumpulan data, analisis data,
penjabaran data, dan penarikan kesimpulan. Persamaan penelitian yang
dilakukan Iga Dainty dkk dengan penelitian ini yaitu jenis metode penelitian
Deskriptif Analitis dimana curah hujan digunakan sebagai data sekunder.
Perbedaannya adalah terletak dari jenis tanaman komoditi yang diteliti, jika Iga
Dainty dkk melakukan penelitian terhadap beberapa jenis tanaman komoditi
yang ada di desa Masbagik Kabupaten Lombok Timur, maka penelitian ini
hanya menggunkan satu jenis tanaman holtikultura yaitu tomat dan terletak di
wilayah Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penelitian yang dilakukan Dedi Mulyono dalam jurnalnya yang
berjudul “Analisis Karakteristik Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Garut
Selatan” (Jurnal: Sekolah Tinggi Teknologi Garut) mengolah data sekunder
dalam bentuk perhitungan, dimana data tersebut diambil dari dinas sumber
daya air dan pertambangan kabupaten garut, data-data yang diambil oleh Dedi
Mulyono berupa peta topografi, data klimatologi, data curah hujan dan data
debit air. Analisis yang digunakan oleh Dedi Mulyono diantaranya berupa
analisis hidrologi, analisis karakteristik curah hujan yang melampirkan data
perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata. Selain itu Dedi Mulyono
juga menghitung distribusi kemungkinan banjir serta kebutuhan air bersih yang
terletak di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Garut. Penelitian Dedi Mulyono
31
dengan penelitian ini memiliki persamaan dianataranya adalah dalam
menganalisa karakteristik curah hujan dan menghitung hujan harian rata-rata di
lokasi penelitian. Perbedaan penelitian Dedi Mulyono dengan penelitian ini
terletak pada beberapa data sekunder yang di peroleh, diantaranya adalah data
debit air untuk mengetahu proyeksi kemungkinan banjir dan debit air agar
mencukupi irigasi, namun dalam penelitian ini tidak memerlukan perhitungan
data tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Suciantini dalam jurnalnya yang
berjudul “Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman Pangan
di Kabupaten Pacitan” (Jurnal: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
Balitbang Kementan: 2015) memperoleh data sekunder dari dinas pertanian
Kabupaten (Dinas Tanaman Pangan dan Perternakan Kabupaten Pacitan tahun
2007 hingga tahun 2011), Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan
dan BMKG daerah, diantaranya adalah data varietas, kebiasaan budidaya
petani, bencana iklim, luas tanam dan panen serta curah hujan harian dan
bulanan. Data penelitian yang dilakukan sucianti ini kemudian direkapitulasi
dan diolah secara statistik deskriptif dan disajikan hasilnya dalam bentuk
tabulasi atau grafik sesuai kebutuhan analisis. Berbeda halnya dengan
penelitian ini, data yang diperoleh merupakan data dari Dinas Pertanian
Kabupaten Cianjur, Unit Pelayanan Teknis Daerah Sarongge yang berupa hasil
kuantitas panen tanaman tomat dan curah hujan harian rata-rata yang diperoleh
dari BMKG. Selain itu perbedaannya terletak pada metodologi penelitian,
dimana penelitian yng dilakukan Sucianti menggunkan metode Statistik
Deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan metode Analisis Deskriptif.
Persamaannya adalah dalam perolehan data sekunder berupa data curah hujan
dan analisis hasil data panen.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeli Servina dalam jurnalnya yang
berjudul “Dampak Perubahan Iklim dan strategi Adaptasi Tanaman Buah dan
Sayuran di Daerah Tropis” (Jurnal, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi:
32
2019) meninjau berbagai analisis melalui proyeksi perubahan iklim di
Indonesia yang meliputi curah hujan, suhu udara dan iklim ekstrim. Penelitian
yg dilakukan oleh Yeli servina ini memiliki persamaan dengan penelitian ini
yaitu menganalisis perubahan iklim terhadap tanaman holtikultura yang ada di
Indonesia, khususnya buah-buahan dan sayuran. Namun dalam penelitian ini
lebih spesifisik terhadap satu jenis tanaman holtikultura yaitu tanaman tomat.
Namun terdapat juga perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada analisa
proyeksi suatu kejadian yang akan datang, seperti contohnya analisa proyeksi
musim hujan. Dalam penelitian ini tidak menganalisa proyeksi musim hujan di
masa yang akan datang
Penelitian yang dilakukan Ashabul Yamin dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” (Skripsi: IPB
2012) meperoleh data berupa data primer yang bersumber dari pengamatan
serta wawancara dengan pemilik PD Pacet Segar. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal serta data lainnya yang memiliki
relevan dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan Ashabul
Yamin memiliki persamaan dengan metode penelitian ini, yaitu dalam
memperoleh sumber data penelitian dengan cara observasi, wawancara, diskusi
dan kuisioner. Persamaan lainnya juga terdapat dalam analisis data dengan
menggunakan Analisis Deskriptif untuk menyimpulkan hasil wawancara dan
kuisioner. Namun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ashabul Yamin
dengan penelitian ini adalah terletak pada analisis risko yang menggunakan
metode analisis dengan menggunakan jenis data kuantitatif dengan mengolah
data laporan keuangan dan hasil produksi tomat cherry pada PD Pacet segar,
tetapi dalam penelitian ini tidak memerlukan hasil laporan keuangan yang
berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman tomat.
Untuk lebih jelasnya peneliti membuat rangkuman mengenai
perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang relevan dalam table berikut:
33
Tabel 2.5
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Relevan
No Nama dan
Tahun Judul Persamaan dan Perbedaan
1 Iga
Dainty,
Sirajuddin
H.
Abdullah
dan Asih
Priyanti,
2016
Analisis Peluang Curah
Hujan Untuk Penetapan
Pola dan Waktu Tanam
Serta Pemilihan Jenis
Komoditi Yang Sesuai Di
Desa Masbagik Kecamatan
Masbagik Kabupaten
Lombok Timur
Persamaan: jenis metode
penelitian Deskriptif Analitis
dimana curah hujan digunakan
sebagai data sekunder. Perbedaan
: terletak pada jenis tanaman yang
berbeda sebagai variabel yang
diteliti
2 Dedi
Mulyono
Analisis Karakteristik Curah
Hujan di Wilayah
Kabupaten Garut Selatan
Persamaan : menganalisa
karakteristik curah hujan dan
menghitung hujan harian rata-rata
di lokasi penelitian.
Perbedaan : beberapa data
sekunder yang di peroleh,
diantaranya adalah data debit air
untuk mengetahui proyeksi
kemungkinan banjir dan debit air
agar mencukupi irigasi
3 Suciantini,
2015 Interaksi Iklim (Curah
Hujan) Terhadap Produksi
Tanaman Pangan di
Kabupaten Pacitan
Persamaan : perolehan data
sekunder berupa data curah hujan
dan analisis hasil data panen.
Perbedaan : terletak pada
metodologi penelitian dan sumber
perolehan data primer.
4 Yeli
Servina,
2019
Dampak Perubahan Iklim
dan strategi Adaptasi
Tanaman Buah dan Sayuran
di Daerah Tropis
Persamaan : menganalisis perubahan
iklim terhadap tanaman holtikultura
yang ada di Indonesia, khususnya
buah-buahan dan sayuran.
Perbedaan : Analisa proyeksi suatu
kejadian yang akan datang, seperti
contohnya Analisa proyeksi musim
hujan
34
5 Ashabul
Yamin,
2012
Analisis Risiko Produksi
Tomat Cherry pada PD
Pacet Segar Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat
Persamaan : perolehan sumber
data, analisis data dengan
menggunakan Analisis Deskriptif
untuk menyimpulkan hasil
wawancara dan kuisioner.
Perbedaan : terletak pada analisis
resiko yang menggunakan metode
analisis dengan menggunakan
jenis data kuantitatif dengan
mengolah data laporan keuangan
dan hasil produksi tomat cherry
pada PD Pacet segar.
35
C. Kerangka Berpikir
Cuaca dan Iklim
Musim di Indonesia
Musim Hujan Musim Kemarau
Panen Tomat Layak
Jual
Hasil Panen Tomat
Dampak Pertanian
Dampak Negatif Dampak Positif
Kondisi Curah Hujan
Solusi Strategi Petani Panen
Tomat
Dampak
Keterkaitan
Pemecahan
Masalah
36
Uraian Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
Wilayah Indonesia adalah bagian dari sistem planet Bumi yang
merupakan satu kesatuan alamiah antara litoster (lapisan padat), hidrosfer
(lapisan cair), atmosfer (lapisan gas), dan kriosfer (lapisan es) dimana saling
berinteraksi. Adanya interaksi keempat lapisan tersebut, maka terbentuklah
sistem cuaca dan iklim di Indonesia.49
Dengan didasarkan pada garis lintang dan garis bujur serta keadaan
temperatur udara, maka hal ini menjadikan wilayah Indonesia diselimuti iklim
tropis dan hanya merasakan dua pergantian musim dalam satu tahunnya. Kedua
musim tersebut, ditentukan atas banyaknya kandungan curah hujan. Sehingga
di negara Indonesia hanya dikenal dua istilah pergantian musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau.
Pada saat musim hujan tiba, kandungan curah hujan meliputi: (1)
Jumlah hari Hujan (2) Ketebalan hujan dan (3) Intensitas Hujan, akan lebih
meningkat jika dibandingkan dengan musim kemarau. Kondisi tersebut, pada
akhirnya menyebabkan dampak tersendiri bagi masyarakat pada umumnya,
baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif
Dampak yang bersifat positif, misalnya cuaca menjadi lebih sejuk,
menyuburkan tanah, terhindar dari kekeringan sehingga supply air menjadi
lebih banyak khususnya di daerah tangkapan air seperti waduk, danau maupun
yang lainnya. Sedangkan dampak yang bersifat negatif, misalnya terhambat
melakukan aktifitas di luar rumah, terjadinya banjir di daerah perkotaan dan
memunculkan berbagai penyakit, berpotensi terjadinya tanah longsor,
gelombang laut menjadi lebih tinggi, serta berbagai dampak lainnya yang
49 Prof. Dr Bayong Tjasyono HK., DEA. Metereologi Indonesia Vol.1 : Karakteristik dan Sirkulasi
atmosfer (Jakarta: BMKG, 2012) Cet. IV Hal.3
37
berkaitan dengan berbagai sektor kehidupan, seperti sektor pertanian, sektor
maritim dan sektor perekonomian.
Adapun salah satu dampak negatif yang dapat ditimbulkan pada sektor
pertanian adalah terjadinya gagal panen pada buah atau sayuran tertentu yang
tidak banyak membutuhkan air secara berlebihan dalam proses tanam.
Sehingga pada saat musim hujan tiba, berbagai resiko yang harus ditanggung
para petani lebih meningkat, diantaranya: banyak buah atau sayuran yang gagal
panen karena busuk akibat penyakit yang ditimbulkan jika proses tanam
memiliki kadar air yang berlebih. Akibatnya buah atau sayuran yang siap panen
menjadi gagal panen dan tidak layak untuk dijual ke tengkulak.
Dengan diketehuinya dampak negatif musim hujan terhadap hasil panen
buah dan sayuran, maka dapat diketahui berbagai strategi apa saja yang dapat
dilakukan para petani, khususnya pada penelitian ini yaitu petani tomat.
Sehingga dari berbagai strategi adaptasi yang dilakukan tersebut, akan
memberikan solusi secara umum mengenai strategi atau cara apa saja yang
perlu dilakukan oleh petani khususnya petani tomat pada saat memasuki musim
hujan.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciloto yang terdapat di
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa
Ciloto memiliki luas wilayah sekitar 891 Ha. Luas wilayah tersebut
terdiri dari 151,750 Ha daratan, 88,110 Ha berupa area persawahan dan
ladang pertanian.50 Dari 88,110 Ha ladang pertanian memiliki
presentase 75% jika di konversi dengan jumlah luas lahan adalah sekitar
66,08 Ha. Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Unit Pelayanan
Teknis Daerah Pertanian, Bapak Drs. H. Kodrat.51
Batasan wilayah desa ciloto diantaranya adalah: sebelah utara
berbatasan dengan Desa Batulawang Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cimacan Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur, sebelah barat berdampingan dengan Desa
Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dan Sebelah
timur berdampingan dengan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.52
Secara spesifik lokasi penelitian dapat dilihat melalui gambar
dibawah ini:
50 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB 51 Sumber: Wawancara Bersama Kepala UPTD Cianjur di UPTD Sarongge Ciputri Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. 52 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB
39
Gambar 3.1
Peta Digitasi Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur
Provinsi Jawa Barat
40
1. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, berikut
alur kegiatan penelitian. Adapun gambaran kegiatan yang dilakukan dalam
proses penelitian.
Tabel 3.1 Kegiatan penelitian
No Kegiatan Des 2018 Jan 2019 Feb 2019 Mar 2019 Apr 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
√
2 Penyusunan
Proposal
√ √ √
3 Seminar
Proposal
√
4 Revisi
Proposal
√ √ √
No Kegiatan Mei 2019 Sep 2019 Feb 2020 Mar 2020 Apr 2020
5 Penyusunan
Bab I
Pendahuluan
√ √ √
6 Penyusunan
Bab II Kajian
Pustaka
√ √
7 Penyusunan
Bab III
Metode
Penelitian
√ √ √ √
8 Penyusunan
Bab IV
Hasil
Penelitian
√ √ √ √
9 Penyusunan
Bab V
Kesimpulan
dan Saran
√ √ √ √
41
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah dengan
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode yang
dilakukan untuk memahami fenomena sosial yang terjadi secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang diteliti.53 Sedangkan metode penelitian deskriptif
merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menjelaskan atau
menggambarkan keaadaan suatu objek penelitian berdasarkan pada fakta yang
terjadi di lapangan.54
Berdasarkan pemaparan tersebut , maka dalam penelitian ini secara
langsung melakukan penelitian di lapangan, dengan melakukan observasi,
wawancara dengan narasumber dan mengumpulkan berbagai materi atau data
yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, guna memperoleh hasil
penelitian yang objektif dan agar mudah dipahami oleh pembaca pada
umumnya, maka dari data yang telah dihasilkan di lapangan tersebut, peneliti
melakukan beberapa langkah yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan
data serta analisis untuk di susun menjadi laporan serta diambil kesimpulan
sebagai akhir dari penelitian yang di lakukan.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Laptop beserta seluruh perangkat lunak di dalamnya yang
mendukung agar dapat dioperasikan secara maksimal guna
mempermudah dalam melakukan pengetikan maupun pengolahan
data.
b. Handphone Iphone X Pro Triple kamera yang digunakan untuk
proses rekaman hasil wawancara, menginput video pendek untuk
53 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakartra: Salemba