1 ANALISA POTENSI PENERAPAN TARGET COSTING PADA PENETAPAN HARGA JUAL KAMAR DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI (STUDI KASUS HOTEL KINASIH RESORT & CONFERENCE BOGOR) Oleh: Erika Kusuma Pratiwi Sudaryanto NIM : 232012184 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ANALISA POTENSI PENERAPAN TARGET COSTING PADA
PENETAPAN HARGA JUAL KAMAR DALAM MENINGKATKAN
EFISIENSI
(STUDI KASUS HOTEL KINASIH RESORT & CONFERENCE BOGOR)
Oleh:
Erika Kusuma Pratiwi Sudaryanto
NIM : 232012184
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
PENDAHULUAN
Pariwisata sudah merupakan suatu komoditas yang dibutuhkan oleh
hampir setiap individu. Semakin meningkatnya kunjungan wisata di Indonesia
diimbangi juga dengan peningkatan sarana-sarana penunjang yang penting yang
merupakan bagian yang penting dari bidang pariwisata tersebut yaitu industri jasa
perhotelan. Perkembangan industri perhotelan saat ini tumbuh sangat pesat,
sehingga menimbulkan persaingan yang sangat ketat di antara industri perhotelan.
Mereka berlomba-lomba menawarkan berbagai fasilitas, kualitas pelayanan dan
penyajian sebaik mungkin untuk memberikan nilai tambah pada pelayanan yang
ditawarkannya. Upaya tersebut dilakukan agar bertahan di tengah persaingan yang
sangat ketat dan tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen sehingga mempunyai
konsumen yang loyal. Hotel sebagai industri jasa yang memiliki ciri-ciri unik
yang berbeda dengan industri yang lain. Salah satu keunikan dari industri
perhotelan ini adalah terjadinya perputaran bisnis yang cepat dengan unit
penjualan yang relatif kecil (Wiyasha, 2007:2). Oleh karena itu penerapan
akuntansi pada bisnis ini harus disesuaikan dengan keunikan industri ini.
Produk hotel, seperti jasa kamar, makanan dan minuman merupakan
sumber pendapatan yang penting dan berarti bagi hotel. Produk jasa kamar
memberikan kontribusi pendapatan sebesar 60-65% dari total pendapatan hotel,
sedangkan makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 25-30%
(Wiyasha, 2007:235). Namun pada praktiknya tidak semua hotel memiliki
proporsi yang sama dalam pendapatannya, adapun hotel yang proporsi
pendapatannya sebesar 30% dari total pendapatan merupakan kontribusi dari
produk jasa kamar, 10% dari pendapatan lain-lain dan sebagian besarnya lagi
yaitu 60% dari makanan dan minuman. Keberhasilan ini hanya dapat dicapai
dengan penentuan harga jual yang kompetitif. Harga jual yang kompetitif
merupakan faktor strategis karena jika harga yang ditawarkan terlalu tinggi maka
hotel akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya. Di sisi lain, bila
harga ditentukan terlalu rendah maka hotel akan mengalami kesulitan dalam
7
menutup biaya operasionalnya. Penentuan harga jual produk merupakan tingkat
persaingan bisnis yang terjadi.
Untuk dapat bersaing dalam pasar saat ini, industri perhotelan harus
dapat menciptakan suatu produk baik barang maupun jasa yang harganya
lebih rendah atau harganya sama dengan harga yang ditawarkan para
pesaingnya. Untuk memperoleh produk seperti itu, industri perhotelan harus
berusaha mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pada proses produksinya.
Salah satu metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang
untuk lolos dari keterpurukan setelah kalah perang dan dibom atom setelah
perang dunia kedua adalah target costing. Konsep target costing sangat sesuai
sejalan dengan meningkatnya persaingan serta tingkat penawaran yang jauh
melampaui tingkat permintaan, maka kekuatan pasar memberi pengaruh yang
semakin besar terhadap tingkat harga. Target costing dalam hospitality
merupakan metode yang dapat diandalkan untuk mengelola dan mengurangi biaya
yang difokuskan pada ide dari mengintegrasikan variabel strategis dalam konsep
produk. Penelitian ini berfokus pada pengurangan biaya melalui target costing.
Model ini merupakan bagian integral dari proses pengembangan produk dan
berkontribusi terhadap manajemen dan pengurangan biaya dalam tahap awal
siklus hidup yang sudah dalam tahap desain produk (Pajrok:2014). Dengan
demikian kontribusi dalama pengelolaan biaya tercapai.
Target costing adalah penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu
produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat
memperoleh laba yang diharapkan (Malue:2013). Target costing
mempertimbangkan seluruh biaya produk atau jasa dalam siklus hidup produk dan
bertujuan untuk menurunkan biaya total sebuah produk atau jasa (Malue:2013).
Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan menerapkan target costing
adalah untuk menurunkan total biaya dari total biaya sebelumnya sehingga
perusahaan pun bisa mendapatkan laba yang maksimal tanpa harus menaikan
harga jualnya. Untuk itulah diperlukan target costing untuk dapat mencapai tujuan
8
perusahaan dalam rangka pengurangan biaya (cost reduction), yang pada akhirnya
akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang kompetitif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penerapan target costing dalam
perusahaan akan meningkatkan efisiensi pada biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Aprianty (2010) berpendapat bahwa terlihatnya perbedaan biaya yang signifikan
ketika perusahaan menggunakan sistem tradisional dengan menggunakan target
costing. Dengan menghilangkan aktivitas/biaya yang tidak menambah nilai, maka
perusahaan akan dapat memaksimalkan laba tanpa harus mengurangi pelayanan
jasa terhadap konsumen dan konsumen akan tetap terpuaskan dengan pelayanan
yang diberikan. Supriyadi (2013) berpendapat bahwa penerapan target costing
merupakan upaya alternatif yang baik untuk memaksimalkan laba yang
ditargetkan oleh perusahaan dengan cara menekan biaya-biaya produksi yang
terjadi selama proses desain produk. Malue (2013) berpendapat bahwa dengan
adanya target costing, perusahaan dapat melakukan pengendalian atas biaya yang
lebih baik jika dibandingkan dengan metode yang selama ini digunakan oleh
perusahaan. Untuk itu sebaiknya perusahaan harus lebih meningkatkan
pengawasan terhadap pengeluaran biaya-biaya produksi dan nonproduksi
sehingga pengeluaran biaya perusahaan lebih efisien.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang potensi
penerapan target costing pada penentuan harga jual kamar dalam meningkatkan
efisiensi pada Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor. Manfaat penelitian
untuk perusahaan adalah untuk memberi masukan kepada perusahaan untuk
mengenai potensi penerapan target costing dalam peningkatan efisiensi
perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Biaya
Mulyadi (2012:7) menyatakan bahwa akuntansi biaya adalah proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan
9
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Akuntansi biaya menghasilkan informasi untuk memenuhi berbagai
macam tujuan. Untuk tujuan penentuan kos produksi, pengendalian biaya, tujuan
pengambilan keputusan khusus.
Konsep Biaya
Mursyidi (2010:14), mengemukakan bahwa biaya adalah suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai
tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan
datang. Firdaus dan Wasilah (2012:22) menyatakan bahwa biaya adalah
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau
jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat
melebihi satu periode akuntansi.
Klasifikasi Biaya
Berdasarkan fungsinya biaya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Biaya produksi adalah semua biaya dan sumber ekonomis yang
dikeluarkan selama proses produksi untuk menghasilkan suatu produk dari
bahan baku menjadi barang jadi. Mulyadi (2012:14) mengemukakan
bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan bakumenjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
2. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi produksi
yaitu perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan
pelanggan, dan administrasi umum.
Penentuan Harga (Costing)
Terdapat 7 metode penentuan harga (costing)
(www.jurnalakuntansikeuangan.com):
1. Job Costing
Job costing melibatkan serangkaian transaksi-transaksi yang
mengakumulasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan overhead
10
untuk satu unit aktivitas yang disebut dengan Job Order (JO). Metode ini
biasanya diterapkan dalam lingkungan manufaktur yang memproduksi
barang pesanan dalam pengertian, design, fitur dan spesifikasi lainnya
ditentukan oleh pemesan. Untuk masing-masing kategori, cost
diakumulasikan melalui serangkaian transaksi-transaksi, sebelum di
bebankan ke Job Order tertentu.
Keunggulan job costing ini adalah bagus untuk menelusuri cost per
unit produk, bisa menghasilkan informasi yang lebih akurat, jika
dibandingkan dengan metode lain. Job costing disebut-sebut sebagai
metode penentuan cost yang paling efektif dan valid untuk
mengakumulasikan biaya kesepakatan kontraktual cost-plus. Sedangkan
kelemahannya yaitu timbulnya pemborosan yang terjadi dalam
memproduksi suatu pesanan dibebankan dalam job costnya.
2. Process Costing
Metode ini digunakan untuk barang-barang yang diproduksi
melalui cara pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses
produksi masal karena unit-unit bahan yang dikerjakan tidak dapat
dibedakan satu sama lain selama satu proses pabrikasi atau lebih. Metode
yang paling lumrah dipergunakan untuk menghitung cost per-unit dalam
proses costing adalah dengan cara mengakumulasikan semua biaya terkait
dengan proses produksi dalam suatu periode, selanjutnya weighted
average cost per-unit dihitung berdasarkan total-total cost terakumulasi
tersebut.
Keunggulan process costing yaitu data cost dikumpulkan menjadi
satu untuk keseluruhan periode produksi yang kemudian dialokasikan ke
volume produksi yang dijalankan dalam satu periode, menghasilan cost
per-unit rata-rata yang relatif akurat, tetapi tidak seakurat job costing.
Metode ini relatif cepat dan memerlukan tenaga yang relatif lebih kecil
jika dibandingkan metode lain. Sedangkan kelemahannya cost per-unit
yang dihasilkan adalah cost rata-rata yang tentu saja tidak terlalu akurat.
11
Disamping itu, khususnya saat menentukan volume produksi yang
diproses, perusahaan sering menggunakan estimasi karena sebagian barang
mungkin belum benar-benar selesai diproduksi.
3. Direct Costing
Direct cost adalah cost yang terasosiasi langsung dengan
perubahan volume produksi. Pengertian direct cost ini, berhubungan erat
dengan bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, tapi tidak
dengan mesin. Misal: bahan baku yang digunakan untuk membuat produk
dan upah tenaga kerja untuk proses pembuatan barang adalah direct cost,
tetapi biaya-biaya sehubungan dengan mesin yang digunakan untuk
berproduksi bukan direct cost karena mesinnya masih tetap di pabrik
terlepas dari perubahan volume produksi. Dengan kata lain, overhead
tidak diikutsertakan dalam perhitungan costing.
Direct costing mempunyai keunggulan yaitu, metode ini biasanya
disukai oleh managemen yang tidak mau repot membuat costing setiap ada
penambahan volume produksi atau produk baru. Disamping itu, direct
costing juga paling ideal saat dipakai untuk menentukan harga termurah
yang bisa ditawarkan dengan harapan dapat menjual lebih banyak.
Kelemahan direct costing yaitu, penentuan cost hanya untuk jangka
pendek dan cost yang dihasilkan tidak akurat karena ovehead tidak masuk
dalam perhitungan costing.
4. Throughput Costing (Accounting)
Metode yang satu ini berfokus pada maksimalisasi kapasitas (orang
dan produksi), yang merupakan variasi atau pengembangan dari direct
costing. Metode ini mengasumsikan bahwa selalu ada kemacetan
operasional bottleneck operation dalam proses produksi yang menghambat
kecepatan penyelesaian barang. Masalah kemacetan inilah yang kemudian
menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan barang mana yang
sebaiknya diproduksi terlebih dahulu dan mana yang belakangan karena
masing-masing akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang berbeda.
12
Pada dasarnya, metode ini hanya mengikutsertakan bahan baku sebagai
komponen utama dalam pertimbangan pengambilan keputusan
sehubungan dengan cost, sementara biaya tenaga kerja tidak.
Keunggulan throughput costing bisa meningkatkan profitabilitas
dalam jangka pendek secara maksimal, jika perusahaan benar-benar
mengelola bottleneck kapasitas baik fasilitas maupun sumberdaya manusia
dengan baik dan disiplin sesuai dengan apa yang ditunjukan oleh cost
analysis yang dihasilkan oleh metode tersebut sehingga contribution
margin yang paling maksimal bisa dicapai. Sedangkan kelemahannya
yaitu, adanya peringkat prioritas (fokus pada produk yang kemungkinan
menghasilkan tingkat profitabilitas paling tinggi), dalam jangka panjang
akan menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan pihak pelanggan,
yang cepat atau lambat akan menimbulkan masalah yang tak kalah
seriusnya dengan profitabilitas kecuali perusahaan benar-benar bisa hidup
hanya dengan memproduksi produk-produk yang memiliki profitabilitas
tinggi.
5. Activity-based Costing (ABC)
Metode penentuan cost dengan ABC system dirancang untuk
mengarahkan agar setiap biaya overhead yang timbul bisa dihubungkan
(atau dikaitkan) aktivitas tertentu untuk suatu produk dan
departemen/bagian/seksi tertentu di dalam perusahaan yang nantinya bisa
menjadi sumber informasi utama bagi manajemen untuk mengetahui: di
wilayah mana overhead banyak digunakan? Untuk aktivitas apa saja? Dan
untuk produk apa (yang mana)?
Keunggulan metode costing dengan ABC system adalah jawaban
atas kelemahan yang terjadi di direct costing maupun throughput costing.
Dengan ABC system, managemen dapat melakukan kontrol yang lebih
baik terhadap overhead, sekaligus dapat mengetahui aktivitas untuk
produk mana yang mengkonsumsi overhead lebih banyak. Sedangkan
kelemahannya ABC system memerlukan pemahaman sistem operasi
13
sekaligus costing dari setiap aktivitas di dalam perusahaan. Disamping itu,
penerapan ABC system membutuhkan tenaga, waktu dan komitmen yang
tinggi dari semua personel mulai dari tingkat pelaksana hingga
managemen.
6. Standard Costing
Standard costing termasuk yang cukup populer digunakan.
Standard costing adalah pembebanan harga pokok kepada produk atau
jasa tertentu yang ditentukan di muka dengan cara menentukan besarnya
biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk atau jasa
tertentu.
Keunggulan metode ini yaitu metode standard costing sangat
ampuh untuk digunakan untuk melakukan pengendalian cost di semua lini
perusahaan. Dengan metode ini, nyaris setiap aktivitas bisa diukur tingkat
efisiensinya. Kelemahannya standard costing menghabiskan banyak
energi dan waktu, khususnya di awal saat standard di buat.
7. Target Costing
Keenam metode costing sebelumnya berfokus pada interpretasi
data cost setelah terjadi sedangkan target costing menggunakan
pendekatan sebaliknya data cost ditentukan terlebih dahulu untuk
kemudian diikuti oleh semua aktivitas di dalam perusahaan. Konkretnya,
managemen melalui serangkaian proses riset mempelajari kondisi pasar
(baik ekspektasi customer maupun tingkat kompetisi) terlebih dahulu,
untuk menentukan target cost. Selanjutnya, produk dirancang mengikuti
skema target cost yang telah ditentukan. Mulai dari proses perancangan
dan proses produksi yang sesungguhnya, usaha-usaha untuk meningkatkan
efisiensi terus dilakukan, sehingga target cost yang diharapkan bisa
dicapai. Model ini disebut juga market-oriented costing.
14
Keunggulan model market-oriented dari metode target costing
sangat bagus diterapkan pada produksi barang yang memiliki tingkat
kompetisi yang tinggi di pasaran. Kelemahan pada metode target costing
ini adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan riset dan
perancangan produk yang jika tidak dilakukan dengan time table yang
ketat. Proses yang panjang ini otomatis memakan waktu dan tenaga yang
besar.
Target Costing
Witjaksono (2006:157) mengemukakan bahwa Target Costing merupakan
suatu sistem penentuan harga pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan
(target) sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba
yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang
pelanggan rela membayarnya. Krismiaji (2011:335) mengemukakan bahwa
target costing adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi
pembuatan sebuah produk baru dan kemudian merancang prototipe yang
menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah ditetapkan. Ada 5
(lima) tahap pengimplementasian pendekatan target costing dalam perusahaan
manufaktur (Himawan:2005):
1. Perencanaan Perusahaan
2. Pengembangan Proyek Produk Baru Tertentu
3. Penentuan Rencana Dasar Untuk Produk Baru Tertentu
4. Rancangan Produk
5. Rencana Pemindahan Produk
Dalam penetapan harga dengan metode target costing, Aprianty (2010:50)
menyatakan bahwa perusahaan mempunyai 2 pilihan dalam menurunkan biaya
sampai pada level target biaya (target cost) yaitu:
1. Mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan
teknik-teknik manajemen biaya yang canggih dan mencari
15
produktivitas yang tinggi melalui perbaikan organisasi dan hubungan
tenaga kerja, sehingga perusahaan dapat menurunkan biaya.
2. Melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa yang dihasilkan,
sehingga perusahaan dapatmenentukan biaya sampai level target biaya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
berupa studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan
mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada data-data yang
dibutuhkan untuk dapat menentukan harga jual produk dengan tepat dengan
rancangan penelitian yang digunakan dalam studi kasus (Supriyadi:2013).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
a. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka laporan keuangan hotel
khususnya laporan rugi. Selain itu, data kuantitatif juga berupa data biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan jasa. Data
biaya-biaya tersebut adalah data biaya tetap dan biaya variable.
b. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dalam
bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan seperti struktur
organisasi dan pembagian tugas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber atau dari
objek penelitian. Data jenis ini diperoleh dari observasi, wawancara dan
konsultasi terhadap pihak-pihak yang bersangkutan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan
(Field Research) yaitu, penelitian yang dilakukan dengan meninjau langsung
16
tempat yang menjadi objek penelitian. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut:
1. Melakukan wawancara dengan pimpinan dan karyawan yang
berhubungan dengan data yang diperlukan.
2. Mengumpulkan data melalui pengamatan langsung terhadap objek
penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
Teknik Analisis Data
Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan adapun
langkah-langkah analisis yang akan dilakukan berdasarkan pada tahapan
pelaksanaan metode target costing yang diadaptasi dari pengimplementasian
pendekatan target costing dalam perusahaan manufaktur (Rahmat:2013):
1. Mengidentifikasi harga jual kamar dengan pesaing dan segmen pasar
hotel.
2. Mengidentifikasi total pendapatan bersih yang didapat.
3. Menentukan biaya aktual yang dibutuhkan setiap package.
4. Melakukan perhitungan biaya perpackage dengan menggunakan metode
target costing.
Total biaya target = Penjualan – Laba yang diharapkan
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑎𝑔𝑒 = Total biaya yang digunakan per 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑎𝑔𝑒
Jumlah 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑎𝑔𝑒 yang terjual
5. Membandingkan biaya aktual dan average room rate (ARR) menurut
perusahaan dan biaya menurut target costing dalam penjualan package.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian
Kinasih Resort & Conference Bogor yang dibangun sejak tahun 1980
17
terletak di Jalan Raya Sukabumi Km. 17 Caringin - Bogor atau 7 Km dari
pintu Jalan Tol Ciawi membuat hotel ini dapat diakses dengan mudah, baik dari
Kota Jakarta maupun di Bogor. Kinasih Resort & Conference Bogor memiliki
luas sekitar 21 hektar menyediakan 254 kamar yang terdiri dari 97 kamar tipe
Deluxe, 72 kamar tipe Superior dan 85 kamar tipe Standard. Dengan mengusung
konsep Meeting, Incentive, Conferences, Exhibition and Event (MICE) hotel ini
juga menyediakan fasilitas lain, antara lain fasilitas ruang meeting berbagai
ukuran, Ballroom kapasitas 1.000 orang yang dapat digunakan untuk kebutuhan
rapat, seminar, pesta pernikahan, gathering serta kegiatan lainnya dan tersedia
juga fasilitas restaurant, kolam renang, kapel, mushola, area parkir yang luas,
stable dan jogging track dengan lingkungan yang sangat asri ditanami ribuan jenis
tanaman dan pohon.
Dengan menggunakan brand name Kinasih, hotel ini berada di bawah
naungan legal PT. Graha Asih Lestari yang memiliki cabang hotel lain yang
berada di Jogjakarta, Depok dengan brand name yang sama yaitu Kinasih, dan
juga di Bali dengan nama Bali Agung Village. Kinasih Resort & Conference
Bogor ini memiliki total 240 karyawan yang terdiri atas 194 karyawan, 28
supervisor, dan 18 staff. Kinasih Resort & Conference Bogor ini terdiri atas 2
(dua) departemen yaitu, departemen profit dan departemen nonprofit. Departemen
profit terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu, Departemen Room, Departemen Food &
Beverages (F&B), dan Departemen Minor Operating (MOD). Sedangkan
departemen nonprofit terdiri dari Departemen Marketing, Departemen
Engineering, Departemen Landscape, Departemen HRD, dan Departemen
Administrasi dan General.
Kinasih Resort & Conference Bogor ini memiliki suasana yang kondusif
untuk proses pembelajaran, sehingga sebagian Kinasih Resort & Conference
Bogor ini dikontrak oleh Sampoerna Academy untuk digunakan sebagai sekolah
dan asrama bagi siswa/siswi Sampoerna Academy selama 3 tahun terakhir.
13
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor
Sumber: Data Primer yang Diperoleh (Maret, 2016)
Sen Spv
Komisaris Utama
Komisaris
Direktur Utama
Direktur
General Manager
Secretary GM
Finance Controller
CA Mgr. Purchasing HK Mgr FB Coord Chief Engg HRDM Sales Mgr OGE Mgr Mgr. Landscp
Ass Mgr Sensup Sensup Sensup Sensup Sensup Sensup
14
Perhitungan Tarif Sewa Kamar Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor
Tingkat hunian kamar pada Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor
selalu bervariasi dimana manajemen harus mencari strategi penerapan tarif yang
kompetitif agar bisa bersaing dengan hotel-hotel yang lainnya. Oleh karena
persaingan harga dalam hotel cukup ketat dan relatif perang tarif, hal ini
mengakibatkan manajemen harus benar-benar menyiapkan strategi dalam merebut
pasar tanpa merugikan pihak lain. Namun ada beberapa pertimbangan dari
pihak manajemen hotel dalam menentukan tarif sewa kamar hotel, yaitu:
1. Tarif Pesaing
Penyesuaian tarif sewa kamar ini merupakan hal paling
menentukan dalam penentuan tarif sewa kamar. Dalam menentukan
harga pasar untuk tarif kamar hotel yang ada dari kompetitor
disesuaikan dengan tarif kamar dari Hotel Kinasih Resort & Conference
Bogor sendiri. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tarif
kamar Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor sekarang berada diatas
rata-rata atau dibawah rata-rata dari harga pasar yang ada, sehingga bisa
lebih bersaing dengan tarif kamar kompetitor yang ada. Berikut daftar tarif
kamar dari beberapa kompetitor hotel yang ada di sekitar Hotel Kinasih
Resort & Conference Bogor:
15
Superior 500,000Rp
Deluxe 600,000Rp
Standard 400,000Rp
Superior 450,000Rp
Standard 350,000Rp
Superior 450,000Rp
Hotel Citra Cikopo
Hotel Grand Pesona
Hotel D' Agape
Tabel 4.1
Daftar Tarif Pesaing dari Hotel yang ada di sekitar Kinasih Resort &
Conference Bogor
Sumber: Data Primer yang Diperoleh (Maret, 2016)
2. Segmen Pasar
Berbagai macam fasilitas disediakan di Hotel Kinasih Resort &
Conference Bogor ini menjadikan segmen pasar dalam hotel ini pun
menjadi luas. Konsep MICE yang diusung Hotel Kinasih Resort &
Conference Bogor ini membuat hotel ini bukan hanya dijadikan tempat
untuk beristirahat atau berlibur namun berbagai event juga bisa dilakukan
dalam hotel ini seperti rapat, gathering, pernikahan dan bahkan untuk
belajar. Berbagai segmen pasar dalam hotel ini mulai dari pemerintah,
perusahaan, organisasi, religi sampai sekolah merupakan sasaran utama
dalam hotel ini.
Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor ini menyediakan 3
(tiga) tipe kamar, yaitu:
1. Deluxe
Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor menyediakan 97 tipe
kamar deluxe dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi, televisi,
AC dan kulkas.
16
2. Superior
Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor menyediakan 72 tipe
kamar superior dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi, televisi,
AC.
3. Standard
Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor menyediakan 85 tipe
kamar dengan fasilitas tempat tidur,kamar mandi, dan televisi.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di Hotel Kinasih
Resort & Conference Bogor, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan tarif
sewa kamar manajemen menggunakan metode nilai rata-rata atau biasa disebut
sebagai average room rate (ARR). Perhitungan nilai rata-rata yang digunakan
dalam hotel ini tidak dihitung berdasarkan kamar namun dihitung dalam package.
Package yang menjadi dasar penentuan tarif sewa kamar tersebut terdiri dari biaya
untuk kamar dan makan (3 kali makan dan 2 kali snack). Walaupun dalam
perhitungan tarif sewa kamar hotel ini menggunakan package, hotel ini tetap
menyediakan tarif sewa sesuai dengan tipe kamar dengan fasilitas yang sesuai
dengan harga package yang dijual. Publish rate hotel tersebut merupakan
keputusan manajemen yang digunakan sebagai sarana marketing perusahaan dan
sudah merupakan harga inclusive yaitu harga sudah termasuk tax service sebesar
21%.
Berikut daftar jumlah kamar, jumlah package dan tarif sewa kamar selama
2 (dua) tahun berturut-turut:
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kamar, Kapasitas Maksimum dan Room
Rate Selama Tahun 2012-2013
Sumber: Data Primer yang Dipeoleh (Maret, 2016)
2012 2013
Deluxe 2 97 194 450,000Rp 550,000Rp
Superior 2 72 144 390,000Rp 450,000Rp
Standard 4 85 340 370,000Rp 400,000Rp
254 678
Room Rate
Total Room
Type of Room Pack Jumlah Kamar Kapasitas
17
Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor ini terbagi atas 2 (dua)
departemen yaitu, departemen profit dan departemen non profit. Dalam
departemen profit terdiri dari Departemen Room, Departemen F&B (Food and
Beverage) dan juga Departemen MOD (Minor Operating Departmen). Sedangkan
dalam departemen non profit ada Departemen Marketing, Departemen
Engineering, Departemen Landscape, Departemen HRD, dan Departemen
Administrasi dan General. Pendapatan Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor
ini didapat dari departemen profit, namun tidak seperti hotel murni lain yang
sebagian besar pendapatannya didapat dari room, hotel ini pendapatan terbesar
didapat dari meals sekitar 60% sedangkan room hanya menyumbangkan 30%
dari total pendapatan dan sisanya 10% disumbangkan dari pendapatan lain-lain.
Berikut merupakan data dari ARR, package terjual, total pendapatan, dan
pendapatan bersih:
Tabel 4.3 ARR, Package Terjual, Total Pendapatan, dan Pendapatan
Bersih Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor Tahun 2012-2013
Sumber: Data Primer yang Diolah (Maret, 2016)
Hotel Kinasih Resort & Conference dalam menentukan harga pokok,
mengelompokkan biaya-biaya ke dalam beberapa macam pengeluaran biaya.
Hal ini penting untuk memudahkan dalam perhitungan dan mempermudah dalam
fungsi pengawasan terhadap biaya-biaya tersebut. Adapun komponen-
komponen biaya yang memberikan kontribusi dalam penentuan tarif sewa
kamar Hotel Kinasih Resort & Conference Bogor adalah sebagai berikut:
1. Direct Cost
Semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.
2. Direct Labor
Tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung
menjadi barang jadi.
3. Overhead
Tahun Average Room Rate Jumlah Package Terjual Total Pendapatan Pendapatan Bersih