Top Banner
Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani ABSTRAK Korean Wave atau hallyu merupakan fenomena baru yang memiliki dampak cukup signifikan dalam dunia global. Potensi yang dimiliki oleh Korea Selatan saat ini berupa budaya populer akhirnya dimanfaatkan sebagai “senjata” dalam memproyeksikan kepentingan negaranya. Di tahun 2005, Pemerintah menetapkan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik dan tertuang dalam Diplomatic White Paper 2005 Korea Selatan. Jepang merupakan salah satu negara dengan kondisi diplomatik yang tidak cukup stabil dengan Korea. Diplomasi publik Korea Selatan melalui hallyu ini nyatanya mampu membangun serta memperbaiki citra Korea Selatan di Jepang, meningkatkan kerjasama pertukaran budaya antar negara, serta merubah stereotype masyarakat Jepang terhadap
27

Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Jan 31, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik KoreaSelatan

ke Jepang Tahun 2005-2012

Oleh: Nia Putri Wardhani

ABSTRAK

Korean Wave atau hallyu merupakan fenomena baru yang

memiliki dampak cukup signifikan dalam dunia global.

Potensi yang dimiliki oleh Korea Selatan saat ini

berupa budaya populer akhirnya dimanfaatkan sebagai

“senjata” dalam memproyeksikan kepentingan negaranya.

Di tahun 2005, Pemerintah menetapkan hallyu sebagai

instrumen diplomasi publik dan tertuang dalam Diplomatic

White Paper 2005 Korea Selatan. Jepang merupakan salah

satu negara dengan kondisi diplomatik yang tidak cukup

stabil dengan Korea. Diplomasi publik Korea Selatan

melalui hallyu ini nyatanya mampu membangun serta

memperbaiki citra Korea Selatan di Jepang,

meningkatkan kerjasama pertukaran budaya antar negara,

serta merubah stereotype masyarakat Jepang terhadap

Page 2: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

masyarakat Korea menjadi lebih positif.

Kata kunci: Korean Wave, hallyu, Diplomatic White Paper, diplomasi publik

Page 3: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Jepang

sudah berlangsung cukup lama terhitung sejak 22 Juni

1965, melalui penandatanganan perjanjian dan dokumen di

Tokyo terkait normalisasi hubungan diplomatik kedua

negara.1 Korea Selatan dan Jepang semakin meningkatkan

hubungan diplomatik keduanya di tahun 1990an khususnya

dalam bidang ekonomi.2 Seiring dengan perkembangannya,

pada tanggal 25 Januari 2005 kedua negara secara

bersama merayakan 40 tahun normalisasi hubungan kedua

negara melalui agenda ROK-Japan Friendship Year 2005.3

Dari ranah budaya, Korea Selatan dan Jepang terhitung

sangat sering mengadakan agenda bersama seperti

pertukaran budaya seperti Japan-Korea Exchange 2011,

Japan-Korea Arts and Cultural Exchange Exhibition dan

1 Shigeru Oda. 2000. The Normalization of Relation Between Japan and The Repuplic of Korea diakses dari http://www.jstor.org/discover/10.2307/2196830?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=21102977329417 pada 04 November 20132 Seongho Sheen. 2003. Japan - South Korea Relation: Slowly Lifting the Burden History of Japan - South Korea Relation: Slowly Lifting the Burden of History3 David C.Kang. -. Japan- Korea Relations: History Impedes The Future Dartmouth Collage hal.3

Page 4: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

sejumlah agenda lain terkait kebudayaan kedua negara.4

Terlebih lagi Korea Selatan yang kaya akan budaya dan

semakin dikenal karena munculnya budaya populer atau

lebih dikenal dengan nama hallyu atau Korean Wave.

Korean Wave atau hallyu wave sendiri semula berasal

dari kata hanliu ( 韓 韓 ) yang diperkenalkan oleh seorang

jurnalis asal China untuk mendeskripsikan kepopuleran

budaya Korea sekitar tahun 1990an. Kesuksesan Korean

Wave mulai menyebar ke berbagai negara seperti kawasan

Asia Timur ditahun 1990an kemudian semakin menyebar

hingga ke Amerika Serikat, Amerika Latin,Timur Tengah

dan sebagian negara di Eropa.5 Korean Wave sendiri

meliputi dari drama televisi, film, musik-musik populer

(K-Pop), tarian (B-boys), video games, makanan,

pariswisata dan bahasa (Hangeul).6 Korean Wave berkembang

di Jepang sejak penayangan drama Korea dengan judul

Winter Sonata, dan Korean Wave di Jepang lebih dikenal

4 Korean Cultural Center, Korean Ambasy in Japan. 2013 hal. 14-15 diakses dari http://www.koreanculture.jp/info_news.php?page=14&keyfield=&key= pada 03 Oktober 20135 Ravina Mark. 2009. Introduction: Conceptualizing the Korean Wave. Johns Hopkins School of Advanced International Studies hal.36 Gunjoo Jang. 2012. Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy. Published Online September 2012 in SciRes (http://www.SciRP.org/journal/aasoci)

Page 5: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

dengan nama Korean Boom. Konsumsinya tidak hanya sebatas

drama, namun juga pada musik dan produk asal negeri

ginseng tersebut.7

Sikap pemerintah Korea Selatan yang sangat

mendukung Korean Wave atau hallyu menjadi salah satu

bagian dari bentuk usaha diplomatiknya yang dituangkan

dalam Diplomatic White Paper di tahun 2005.8 Pelaksanaan

diplomasi publik yang diputuskan oleh Pemerintah Korea

Selatan tentunya membutuhkan agen sebagai tangan

panjang pemerintah untuk mengaplikasikannya. Ministry of

Culture Sport Tourism (MCST) ditunjuk langsung sebagai agen

pemerintah Korea Selatan dan bertanggungjawab dalam

segala kegiatan budaya, olahraga dan pariwisata.9 MCST

berperan dalam memperkenalkan Korean Wave baik dalam

ranah domestik maupun internasional. Dalam

penjelasannya menyebutkan bahwa,

“The ministry has set up publik relation officesoverseas called “Korean Plaza” to strengthen thecountry’s images trough globalization oh hallyu, the

7 Doboo Shim.-. kyotoreview.org diakses dari kyotoreview.org/KCMS/?p=251&lang=id pada 18 Oktober 20138 Ministry of Culture Sport and Tourism. 2005 diakses dari www.mcst.go.kr/english/index.jsp pada 23 September 20139 Ibid.

Page 6: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

boom of Korean pop culture overseas. In particular,the government will support exchanges of culturalcontent with foreign countries away from unilateralor export oriented activities”- Ministry ofCulture Sport and Turism

Di sisi lain, berdasarkan sumber yang diperoleh,

Jepang merupakan negara yang mengakses informasi

terkait hallyu tertinggi di dunia serta di kawasan Asia.

Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang dibawa sangat

dekat dengan kehidupan masyarakat khususnya Konfusius,

dimana keluga dianggap sangat penting, menghargai dan

menghormati orang yang lebih tua yang tentunya akan

lebih mudah diterima di kawasan Asia.10 Berikut

merupakan tabel yang menunjukkan jumlah masing-masing

negara dalam mengakses konten hallyu di tahun 2010:

Tabel 1. Peminat hallyu di sejumlah negara melalui mediaYouTube 2010No. Negara Jumlah Peminat1. Jepang 113.543.6842. Amerika Serikat 94.876.0243. Thailand 93.514.2974. Korea Selatan 57.281.1025. Filipina 38.033.6196. Kanada 20.858.2517. Arab Saudi 10.312.0058. Australia 9.358.6429. Brazil 6.043.920

10 Ibid.

Page 7: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

10. Vietnam 5.577.90211. Jerman 5.558.53712. Taiwan 1.316.53313. Rusia 1.281.345 Sumber: Diolah oleh penulis

Melihat dari data diatas, Jepang memiliki

peminat yang cukup massive. Artinya, hallyu atau Korean

Wave bisa diterima oleh masyarakat Jepang. Selain itu,

selama rentang periode 2005 hingga 2012 tersebut,

Pemerintah Korea Selatan telah memutuskan untuk

menggunakan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik

negaranya, termasuk salah satunya adalah Jepang. Di

samping itu, pada tahun tersebut Korean Wave atau hallyu

itu sendiri tengah menjadi sorotan dunia karena

kepopulerannya yang luar biasa terutama di Jepang,

dimana pada tahun-tahun tersebut Jepang seringkali

berada di posisi teratas dunia dalam mengkonsumi hallyu.

Terlebih lagi, Jepang merupakan negara pertama yang

mempopulerkan Asian Wave, justru menjadi negara yang

paling banyak menikmati budaya populer negara lain

yakni Korea Selatan. Hal ini yang melatarbelakangi

penulis untuk mencari tahu bagaimana Korea Selatan

Page 8: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

memanfaatkan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik

Korea Selatan ke Jepang.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin diangkat dalam

penelitian ini yaitu bagaimana peran hallyu sebagai

instrumen diplomasi publik Korea Selatan ke Jepang

periode tahun 2005-2012?

2.1 Kajian Konsep

2.1.1 Konsep Diplomasi Publik

Menurut Nye dalam tulisannya Soft Power and Publik

Diplomacy, Nye menjelaskan bahwa diplomasi publik adalah

bagaimana upaya dalam menarik perhatian orang lain

dengan memanfaatkan sumber atau potensi yang ada dengan

cara broadcasting, menyebarkan sebagian dari budaya yang

dimiliki, serta melakukan agenda pertukaran dan

terdapat tiga dimensi di dalamnya.11 Definisi lain yang

dijelaskan oleh Rassmunsen yang mengutip dari tulisan

Publik Diplomacy milik Edmund Gullion, diplomasi publik

dapat didefinisikan sebagai aktifitas pemerintahan

11 Joseph S. Nye, Jr. 2008. Publik Diplomacy and Soft Power. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science hal.94

Page 9: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

sebuah negara melalui kementerian luar negeri negaranya

(Ministry of Foreign Affair) untuk mempengaruhi publik di

negara lain dengan tujuan memproyeksikan dan

mempromosikan kepentingan negaranya. Aktor didalamnya

termasuk dari masyarakat global, Non Government

Organization (NGO), kelompok-kelompok bisnis, dan

sejumlah media.12 Poin utama dari konsep diplomasi

publik adalah negara, masyarakat dan budaya. Diplomasi

publik lebih menekankan pada upaya mempengaruhi

masyarakat melalui komunikasi dan menerapkan kebijakan

luar negeri untuk mendapatkan tujuan dan kepentingan

negara dari pada melalui interaksi antar pemerintah.

Diplomasi publik juga dipraktekkan dengan melakukan

“diplomasi budaya”, dimana diplomasi budaya tersebut

diartikan sebagai aktifitas budaya yang dilakukan oleh

negara dengan tujuan untuk merepresentasikan negara

pelakunya. Diplomasi dengan menggunakan budaya seperti

ini menjadi upaya diplomasi publik pemerintah dalam

memenangkan hati dan pikiran masyarakat dimanapun12Ivan Willis Rassmunsen. 2009. Towards A Theory of Public Diplomacy: A Quantitative Study of Public Diplomacy and Soft Power. The Fletcher School (Tufts University) hal. 2-3

Page 10: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

mereka berada.13 Ada sejumlah kelebihan yang akan

didapatkan ketika diplomasi budaya dijalankan.

2.2 Argumen Utama

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dapat

dikatakan bahwa budaya populer berupa hallyu merupakan

salah satu sumber soft power dan digunakan sebagai alat

diplomasi publik Korea Selatan yang kemudian

dimanfaatkan oleh pemerintah Korea Selatan untuk

mencapai kepentingannya. Hallyu memiliki peran yang

signifikan sebagai alat diplomasi publik Korea Selatan

di Jepang. Mengacu dari konsep yang digunakan oleh

penulis, upaya diplomasi publik memiliki tujuan untuk

mempengaruhi preferensi publik negara lain untuk

mempromosikan dan memproyeksikan kepentingan nasional

negaranya. Diplomasi publik Korea Selatan ke Jepang

melalui hallyu tersebut menghasilkan sejumlah pencapaian

seperti membentuk citra positif Korea Selatan di mata

Jepang, mewujudkan adanya sejumlah kerjasama dalam

ranah budaya antar kedua negara, serta merubah stereotype

13 Ibid.

Page 11: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

masyarakat Jepang dalam menilai Korea Selatan beserta

dengan masyarakatnya.

3.1 Hasil dan Pembahasan

3.1.1 Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea

Selatan Ke Jepang

Adanya popular culture yang dimiliki Korea Selatan

yaitu hallyu, dimanfaatkan oleh pemerintah Korea Selatan

untuk membangun soft power bagi negaranya, dan menetapkan

hallyu sebagai instrumen diplomasi publiknya dan tertuang

dalam Diplomatic White Paper of South Korea. Diplomatic White Paper

secara umum didefinisikan sebagai laporan yang dibuat

oleh pemerintah terkait kebijakan yang telah dilakukan

di tahun sebelumnya dan mereprentasikan kebijakan,

tujuan serta menjadi panduan di tahun depan.14 Korea

Selatan telah menentukan kebijakan dalam

mengaplikasikan upaya diplomasi publik negara dan

memanfaatkan budaya populer atau hallyu sebagai

instrumennya sejak tahun 2005. Pemerintah Korea Selatan

menyebutkan bahwa, kementeriannya telah menjadikan

14 Free Dictionary

Page 12: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

“Korean Plaza” sebagai alat untuk menguatkan citra negara

di dunia global melalui budaya hallyu atau Korean Wave

yang sedang berkembang pesat. Pemerintah Korea Selatan

juga menyebutkan bahwa akan mendukung penuh segala

bentuk kegiatan pertukaran budaya dengan seluruh negara

dunia, diluar kegiatan yang berorientasi ekspor.15

Sejumlah upaya diplomasi dengan menggunakan budaya

mulai dilakukan oleh Korea Selatan. Pertama,

kementerian luar negeri Korea Selatan bekerjasama

dengan kementerian serta sejumlah organisasi yang

bergerak dalam bidang budaya untuk memenuhi sumber daya

budayanya dan meningkatkan kapabilitas negara. Kedua,

kementerian luar negeri Korea Selatan menggelar agenda

Cultural Join Commision dengan beberapa negara lainnya,

dimana kegiatan Korea-China-Japan Culture Shuttle dijadikan

momentum awal dari agenda tersebut digelar. Demi

mencapai tujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap

budaya Korea Selatan dan meningkatkan citra negara,

pemerintah mendukung segala kegiatan atau aktifitas

seperti pertujukan seni, berbagai pameran yang diadakan15 Ministry of Culture Sport and Tourism. 2005 diakses dari www.mcst.go.kr/english/index.jsp pada 11 September 2013

Page 13: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

oleh kedutaan dan konsulat di luar negeri,

mempromosikan film Korea serta pendidikan asal Korea ke

seluruh dunia.16

Kolaborasi antara MOFA dengan sejumlah stasiun

televisi di adalah bentuk support serta kerjasama yang

diwujudkan MOFA dalam mendukung dunia pertelevisian

Korea. Respon positif juga ditunjukkan oleh stasiun

televise swasta negara lain. Dilatarbelakangi dari

respon baik tersebut, MOFA sekaligus memanfaatkannya

sebagai bentuk promosi diplomasi public dengan

menggunakan media untuk memperkenalkan Korea beserta

dengan kebudayaannya dan mulai memberanikan diri untuk

mengembangkan program serupa.17 Pertama kali pemerintah

Korea Selatan fokus terhadap upaya membentuk citra

negara tersebut pada tahun 2002 dalam persiapan Korea –

Japan World Cup.18 Bidang keadministrasian Kim Dae Jung

menciptakan slogan “Dynamic Korea” agar dapat melebarkan

skala kampanye dalam upaya pembentukan citra Korea

16 Ibid hal.14317 Ibid hal.14818 Lih-Chih Ceng. 2008. The Korea Brand: The Cultural Dimension of South Korea'sBranding Project in 2008 hal.75

Page 14: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Selatan.19 Mendengar nama “Korea”, masih banyak stigma

buruk yang melekat bagi negara tersebut, khususnya

citra paska terjadinya Perang Korea. Citra negatif

tersebut membuat pemerintah Korea Selatan sadar bahwa

adanya gap antara Korea Selatan dengan perspektif

masyarakat negara lain, dan hal ini membuat pemerintah

Korea Selatan fokus untuk menggeser hard power menjadi

soft power untuk mempromosikan Korea melalui jalur

budaya.20

Korea Selatan melakukan tindakan untuk mencitrakan

negaranya dikarenakan memiliki sejumlah alasan.

Pertama, dengan adanya nation branding, Korea Selatan akan

mendapatkan dampak positif dari segi ekonomi, misalnya

dengan meningkatnya pariwisata, Foreign Direct Investment

(FDI), serta nilai ekspor negara.21 Kedua adalah,

dengan adanya nilai produk lokal yang tinggi, maka akan

meingkatkan status Korea Selatan dalam komunitas

internasional dan dunia global. Ketiga, dengan adanya

upaya nation branding, maka negara yang tergolong kecil19 Ibid.20 Regina Kim. 2011. South Korean Cultural Diplomacy and Efforts to Promote the ROK’s Brand Image in the United States and Arround The World hal.12421 Ibid.

Page 15: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

dan jarang diketahui seperti Korea Selatan, akan

semakin terlihat eksistensinya di mata dunia global.22

Keberadaan Korean Wave yang dapat menggantikan pemahaman

dari “Korea” itu sendiri khususnya dalam budaya populer

Korea belakangan ini. Pemerintah Korea mengambil

sejumlah tindakan untuk mendukung fenomena ini, seperti

dengan cara mensubsidi biaya pembuatan drama, film, dan

dokumenter sejak harga industri produksi yang

meningkat, yang menjadi alasan mengapa hallyu sempat

vakum.23 Hal ini merupakan bentuk dukungan pemerintah

dalam mempromosikan Korea melalui sektor privat,

misalnya dari industri hiburan.24 Banyak sekali pembuat

keputusan dari Korea melihat adanya hallyu tergolong

sangat efektif dalam meningkatkan citra Korea dan soft

power Korea Selatan, serta telah ditemukan cara untuk

menggunakan hallyu untuk menarik wisatawan dan eksport

nasional Korea Selatan.25

Selain melalui industri hiburan, pemerintah Korea

Selatan juga memiliki program yang sedang berlangsung22 Ibid.23 Ibid.24 Ibid hal. 12625 Ibid.

Page 16: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

yaitu dengan menyebarkan bahasa asli Korea. MCST

berencana untuk menggabungkan seluruh institusi yang

mengajarkan bahasa Korea di seluruh dunia di bawah satu

nama yakni The King Sejong Institute. Nama ini diambil dari

seorang raja yang pertama kali memperkenalkan hangeul (韓

韓) sebagai huruf abjad Korea. Kementrian budaya Korea

Selatan juga mengumumkan rencananya untuk membangun

lagi 500 institusi King Sejong hingga tahun 2015.26 Di

bulan April tahun 2009, Korea Selatan juga

memperkenalkan hanshik (韓韓) yaitu makanan khas Korea ke

dunia internasional. Pemerintah Korea Selatan

mengalokasikan dana sebesar $40 juta untuk

mengkampanyekan makanan-makanan khas Korea Selatan

dengan harapan makanan tersebut dapat menduduki lima

besar makanan terfavorit di dunia hingga tahun 2017.27

Korea Selatan sendiri memiliki komite yang menangani

makanan Korea yaitu Korean Cuisine Committee dan memiliki

sejumlah agenda penting, salah satunya adalah ASEAN-

Korea Commemorative Summit yang digelar bulan Juni tahun

2009. Presiden Lee Myun Bak pernah mengunjungi Amerika26 Ibid hal.12727 Ibid.

Page 17: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Serikat pada bulan September tahun 2009 dan

mempresentasikan makanan Korea tersebut untuk

ditayangkan di CNN yang ditayangkan di bulan Oktober di

tahun yang sama.28

Bidang kesenian, setiap tahunnya Korea juga

mengirimkan sejumlah seniman dan organisasi untuk

berpartisipasi dalam sejumlah festival di berbagai

negara, serta Korea sendiri pernah mengadakan

pertunjukan budaya tradisional Korea Selatan di 47

negara yang didukung oleh MOFAT. Pemerintah Korea

Selatan juga meningkatkan statusnya di mata komunitas

internasional dengan cara membangun kerjasama dengan

organisasi multirateral seperti United Nation Educational

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan aktif sebagai

salah satu angggota UNESCO Executive Board. Pada bulan

Juni 2008 Korea Selatan menjadi salah satu anggota

Intergovernmental Committee of Intangible Cultural Heritage yang

fokus dalam cagar budaya dan warisan budaya di seluruh

dunia. Faktanya, 5 dari tarian tradisional dan ritual

Korea Selatan masuk ke dalam daftar UNESCO’s List of

28 Ibid.

Page 18: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Intangible Cultural Heritage of Humanity.29 Diplomasi jalur

olahraga juga menjadi hal yang tergolong signifikan

dalam upaya menaikkan citra Korea Selatan. Selain

mempromosikan taekwondo, Korea Selatan pernah menjadi

tuan rumah beberapa agenda keolahrahaan bertaraf

internasional seperti International Athletic Games di tahun

2011, Asian Games 2014, Winter Olympics 2014, Winter Olympics

2018, dan FIFA World Cup 2022. Agenda besar seperti ini,

tentu akan berdampak besar pada pembentukan citra Korea

Selatan, pariwisata serta segi ekonomi.30 Korea Selatan

juga pernah menjadi tuan rumah G20 Summit di bulan

November 2010 dan diliput oleh media internasional

seperti BBC dan CNN yang juga menayangkan tentang

budaya dan makanan khas Korea kepada masyarakat

internasional.

3.1.2 Hasil Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang

melalui Hallyu

29 Ibid.30 Ibid hal.128

Page 19: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Sebuah penelitian lain pernah dilakukan dengan

mengambil sudut pandang masyarakat Jepang dan Korea

Selatan. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan

untuk mencari tahu bagaimana respon masyarakat terhadap

budaya populer khususnya Jepang dan Korea Selatan.31

Bagan di bawah ini merupakan hasil dari respon

masyarakat Jepang terhadap adanya budaya populer Korea

Selatan atau hallyu dan ditemukan bahwa:

Gambar 4.4.1.2 Rata-rata orang Jepang melakukan kontakdengan budaya populer Korea Selatan

20s-30s 40s-50s 60s-over0

0.5

1

1.5

2

2.5

MenWomen

Sumber: Kei Kono and Miwako Hara

Penelitian diatas dilakukan kepada masyarakat

Jepang, untuk mengetahui berapa banyak presentase

masyarakat disana yang melakukan kontak dengan budaya

31 Kei Kono and Miwako Hara. 2011. Japan-Korea Past, Present and Future: From a Public Awareness. Survey Japan Broadcasting Corporation (NHK) Broadcasting Culture Research Institute Public Opinion Research Division

Page 20: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

populer Korea Selatan, begitu juga sebaliknya. Dilihat

dari hasil penelitian diatas, dengan mengambil sample

berdasarkan umur dan jenis kelamin serta mengkalkulasi

jawaban “sering” dan “kadang-kadang”, masyarakat Jepang

termasuk sering melakukan kontak dengan budaya populer

dari Korea Selatan. Berikut adalah sejumlah agenda

bersama dalam bidang budaya yang dimotori oleh kedua

negara, Korea Selatan dan Jepang sepanjang tahun 2005

hingga tahun 2012:

Tabel 2. Tabel agenda kegiatan pertukaran budayaKorea Selatan dan Jepang tahun 2005-2012

No

.

Nama Kegiatan Tahun

1. B-Boy Maximum Crew in Japan-Korea Dance

Battle

2007

2. Korea Cultural Center Moving Kyo Hajime

Hiroshi Culture

2008

3. Children Class Room (Orini-Bunka-Sho do) 2009

4. Tokyo Japan and South Korea Exchange 2009

Page 21: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

5. Korea-Japan in East Asian Culture

Comparation

2009

6. The 36th Japan-Korea Art Exhibition

Exchange Meeting

2010

7. Seoul-Tokyo Japan-Korea Friendship Walk

Photo

2010

8. Sapporo Show Festival a2d K-Pop Festival 2010/201

1

9. Korea-Japan Festival 2010

10

.

Japan-Korea Cultural Exchange Quilt

Exhibition

2011

11

.

Great East Japan Earthquake Charity Part2

Japan-Korea

2011

12

.

Korea-Japan Contemporary Sculpture

Exhibition

2012

13

.

K-Pop Contest Hokkaido/Kanto/Kansai 2012

Page 22: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

14

.

Symposium Global and Korea-Japan Content

Bussines

2012

15

.

Horn Japan-Korea Exchange Festival 2012

16

.

33rd Japan-Korea Children Works (Painting) 2012

Sumber: http://www.koreanculture.jp/index.php.32

diolah oleh penulis

Melihat tabel diatas dimana kerjasama budaya

tersebut banyak mengacu atau menyentuh budaya populer

dan tidak selalu pada ranah high culture yang cenderung

mengedepankan edukasi dan literatur yang tidak selalu

bisa dijangkau oleh masyarakat kebanyakan. Sehingga,

adanya kerjasama dalam lingkup budaya populer menjadi

mungkin untuk dilakukan. Pendekatan seperti ini akan

lebih mudah untuk diterima masyarakat. Bersumber dari

penelitian lain yang ada, sebuah riset mencoba

menghitung banyaknya orang Jepang yang “suka” terhadap

32 Korean Cultural Center. 2008 diakses dari http://www.koreanculture.jp/index.php pada 2 Maret 2014

Page 23: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

Korea Selatan. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa:

Gambar 4.4.3.1 Rata-rata jumlah masyarakat Jepangyang “suka” terhadap Korea Selatan dengan sampleberdasarkan usia

20s 30s 40s 50s 60s 70s and over

0

20

40

60

80

20101999

Sumber: Kei Kono and Miwako Hara

Dari hasil survey diatas, survey dilakukan kepada

masyarakat dengan range usia 20 tahun hingga 70 tahun

keatas. Hasilnya adalah, masyarakat Jepang menyukai

Korea Selatan dengan prosentase 62% (12% “suka” dan 50%

“cukup suka”) dengan kecenderungan meningkat sejak

tahun 1999. Rata-rata usia 20 hingga 40 tahun

mengatakan suka terhadap Korea Selatan.33 Usia tersebut33 Kei Kono and Miwako Hara. 2011. Japan-Korea Past, Present and Future: From a Public Awareness. Survey Japan Broadcasting Corporation (NHK) Broadcasting Culture Research Institute Public Opinion Research

Page 24: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

merupakan target dari pasar hallyu sendiri dan dari hallyu

sendiri dapat membentuk citra yang cukup baik bagi

Korea Selatan di mata masyarakat Jepang.

Penilaian yang lebih personal terhadap masyarakat

Jepang memandang masyarakat Korea juga menunjukkan

hasil yang positif. Sebelumnya mereka menilai bahwa

“Korean” cenderung bersifat keras kepala (28%),

emosional (27%) dan pekerja keras (24%). Menurut

survey, image masyarakat Korea di mata orang Jepang

dibandingkan pada tahun 2010, sudah mengalami perubahan

positif yang ditunjukkan dari menurunnya pandangan akan

orang Korea yang “tidak bisa diduga” menjadi

“bersahabat”, “bersikap baik” serta “mudah didekati

atau ramah”34. Report lain juga menerangkan tentang

penilaian seorang wanita Jepang terhadap orang-orang

Korea. Testimoninya menyebutkan bahwa:

“I am envious of their (Korean) familyrelationship. Kids really respect their parents. Idon’t know whether it’s heroes’ and heroines’blackhair (unlike the blonds and blondes in Western TVdramas), but it makes me adore their culture

Division34 Ibid.

Page 25: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

more than others. It’s an impressive culture, anddramas like this don’t exist in Japan (any more).

Penilaian ataupun stereotype masyarakat Korea dinilai

sangat baik dan sarat akan norma budaya, dimana

menghargai dan menghormati orang yang lebih tua adalah

sangat penting.35

4.1 Kesimpulan

Kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan dan

mengekspor hallyu sebagai instrumen diplomasi publik

Korea Selatan ke Jepang, juga berhasil membuat

masyarakat Jepang merubah pendapatnya tentang

masyarakat Korea yang sebelumnya dianggap keras kepala

dan emosional, menjadi lebih ramah, terbuka dan mudah

untuk menerima masyarakat asing yang lain. Terlebih

lagi masyarakat Korea Selatan terkenal dengan

homogenitas yang tinggi. Ketertarikan masyarakat Jepang

saat ini terhadp Korea Selatan, nyatanya dapat

menimbulkan harapan bagi masyarakat Jepang terhadap

adanya perbaikan hubungan antar dua negara. Dimana

35 Ingyu Oh. 2009. Hallyu: The Rise of Transnational Cultural Consumers in China and Japan. KOREA OBSERVER, Vol. 40, No.3 THE INSTITUTE OF KOREAN STUDIES. hal.446

Page 26: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani

telah disebutkan bahwa, masyarakat Jepang menginginkan

adanya hubungan kenegaraan yang lebih erat lagi dari

sebelumnya bagi Jepang dan Korea Selatan.

Korea Selatan berhasil mengoptimalkan hallyu dengan

diplomasi publik demi mencapai dan memproyeksikan

tujuan negaranya, yaitu membangun citra negara atau

nation branding, membangun kerjasama dan hubungan yang

lebih dekat dengan Jepang serta membentuk pandangan

yang positif dari masyarakat Jepang terhadap masyarakat

Korea. Berdasarkan analisa diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa Korea Selatan telah berhasil

menggunakan hallyu sebagai instrumen diplomasi publiknya

dengan pencapaian berupa adanya perubahan citra Korea

Selatan di mata masyarakat Jepang menjadi lebih

positif, kerjasama yang baik dalam ranah budaya dari

popular culture, serta merubah mind set masyarakat Jepang

yang sebelumnya negatif menjadi jauh lebih baik kepada

masyarakat Korea Selatan.

Page 27: Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani