Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani ABSTRAK Korean Wave atau hallyu merupakan fenomena baru yang memiliki dampak cukup signifikan dalam dunia global. Potensi yang dimiliki oleh Korea Selatan saat ini berupa budaya populer akhirnya dimanfaatkan sebagai “senjata” dalam memproyeksikan kepentingan negaranya. Di tahun 2005, Pemerintah menetapkan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik dan tertuang dalam Diplomatic White Paper 2005 Korea Selatan. Jepang merupakan salah satu negara dengan kondisi diplomatik yang tidak cukup stabil dengan Korea. Diplomasi publik Korea Selatan melalui hallyu ini nyatanya mampu membangun serta memperbaiki citra Korea Selatan di Jepang, meningkatkan kerjasama pertukaran budaya antar negara, serta merubah stereotype masyarakat Jepang terhadap
27
Embed
Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang Tahun 2005-2012 Oleh: Nia Putri Wardhani
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Analisa Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik KoreaSelatan
ke Jepang Tahun 2005-2012
Oleh: Nia Putri Wardhani
ABSTRAK
Korean Wave atau hallyu merupakan fenomena baru yang
memiliki dampak cukup signifikan dalam dunia global.
Potensi yang dimiliki oleh Korea Selatan saat ini
berupa budaya populer akhirnya dimanfaatkan sebagai
“senjata” dalam memproyeksikan kepentingan negaranya.
Di tahun 2005, Pemerintah menetapkan hallyu sebagai
instrumen diplomasi publik dan tertuang dalam Diplomatic
White Paper 2005 Korea Selatan. Jepang merupakan salah
satu negara dengan kondisi diplomatik yang tidak cukup
stabil dengan Korea. Diplomasi publik Korea Selatan
melalui hallyu ini nyatanya mampu membangun serta
memperbaiki citra Korea Selatan di Jepang,
meningkatkan kerjasama pertukaran budaya antar negara,
serta merubah stereotype masyarakat Jepang terhadap
masyarakat Korea menjadi lebih positif.
Kata kunci: Korean Wave, hallyu, Diplomatic White Paper, diplomasi publik
1.1 Latar Belakang Masalah
Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Jepang
sudah berlangsung cukup lama terhitung sejak 22 Juni
1965, melalui penandatanganan perjanjian dan dokumen di
Tokyo terkait normalisasi hubungan diplomatik kedua
negara.1 Korea Selatan dan Jepang semakin meningkatkan
hubungan diplomatik keduanya di tahun 1990an khususnya
dalam bidang ekonomi.2 Seiring dengan perkembangannya,
pada tanggal 25 Januari 2005 kedua negara secara
bersama merayakan 40 tahun normalisasi hubungan kedua
negara melalui agenda ROK-Japan Friendship Year 2005.3
Dari ranah budaya, Korea Selatan dan Jepang terhitung
sangat sering mengadakan agenda bersama seperti
pertukaran budaya seperti Japan-Korea Exchange 2011,
Japan-Korea Arts and Cultural Exchange Exhibition dan
1 Shigeru Oda. 2000. The Normalization of Relation Between Japan and The Repuplic of Korea diakses dari http://www.jstor.org/discover/10.2307/2196830?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=21102977329417 pada 04 November 20132 Seongho Sheen. 2003. Japan - South Korea Relation: Slowly Lifting the Burden History of Japan - South Korea Relation: Slowly Lifting the Burden of History3 David C.Kang. -. Japan- Korea Relations: History Impedes The Future Dartmouth Collage hal.3
sejumlah agenda lain terkait kebudayaan kedua negara.4
Terlebih lagi Korea Selatan yang kaya akan budaya dan
semakin dikenal karena munculnya budaya populer atau
lebih dikenal dengan nama hallyu atau Korean Wave.
Korean Wave atau hallyu wave sendiri semula berasal
dari kata hanliu ( 韓 韓 ) yang diperkenalkan oleh seorang
jurnalis asal China untuk mendeskripsikan kepopuleran
budaya Korea sekitar tahun 1990an. Kesuksesan Korean
Wave mulai menyebar ke berbagai negara seperti kawasan
Asia Timur ditahun 1990an kemudian semakin menyebar
hingga ke Amerika Serikat, Amerika Latin,Timur Tengah
dan sebagian negara di Eropa.5 Korean Wave sendiri
meliputi dari drama televisi, film, musik-musik populer
(K-Pop), tarian (B-boys), video games, makanan,
pariswisata dan bahasa (Hangeul).6 Korean Wave berkembang
di Jepang sejak penayangan drama Korea dengan judul
Winter Sonata, dan Korean Wave di Jepang lebih dikenal
4 Korean Cultural Center, Korean Ambasy in Japan. 2013 hal. 14-15 diakses dari http://www.koreanculture.jp/info_news.php?page=14&keyfield=&key= pada 03 Oktober 20135 Ravina Mark. 2009. Introduction: Conceptualizing the Korean Wave. Johns Hopkins School of Advanced International Studies hal.36 Gunjoo Jang. 2012. Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy. Published Online September 2012 in SciRes (http://www.SciRP.org/journal/aasoci)
dengan nama Korean Boom. Konsumsinya tidak hanya sebatas
drama, namun juga pada musik dan produk asal negeri
ginseng tersebut.7
Sikap pemerintah Korea Selatan yang sangat
mendukung Korean Wave atau hallyu menjadi salah satu
bagian dari bentuk usaha diplomatiknya yang dituangkan
dalam Diplomatic White Paper di tahun 2005.8 Pelaksanaan
diplomasi publik yang diputuskan oleh Pemerintah Korea
Selatan tentunya membutuhkan agen sebagai tangan
panjang pemerintah untuk mengaplikasikannya. Ministry of
Culture Sport Tourism (MCST) ditunjuk langsung sebagai agen
pemerintah Korea Selatan dan bertanggungjawab dalam
segala kegiatan budaya, olahraga dan pariwisata.9 MCST
berperan dalam memperkenalkan Korean Wave baik dalam
ranah domestik maupun internasional. Dalam
penjelasannya menyebutkan bahwa,
“The ministry has set up publik relation officesoverseas called “Korean Plaza” to strengthen thecountry’s images trough globalization oh hallyu, the
7 Doboo Shim.-. kyotoreview.org diakses dari kyotoreview.org/KCMS/?p=251&lang=id pada 18 Oktober 20138 Ministry of Culture Sport and Tourism. 2005 diakses dari www.mcst.go.kr/english/index.jsp pada 23 September 20139 Ibid.
boom of Korean pop culture overseas. In particular,the government will support exchanges of culturalcontent with foreign countries away from unilateralor export oriented activities”- Ministry ofCulture Sport and Turism
Di sisi lain, berdasarkan sumber yang diperoleh,
Jepang merupakan negara yang mengakses informasi
terkait hallyu tertinggi di dunia serta di kawasan Asia.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang dibawa sangat
dekat dengan kehidupan masyarakat khususnya Konfusius,
dimana keluga dianggap sangat penting, menghargai dan
menghormati orang yang lebih tua yang tentunya akan
lebih mudah diterima di kawasan Asia.10 Berikut
merupakan tabel yang menunjukkan jumlah masing-masing
negara dalam mengakses konten hallyu di tahun 2010:
Tabel 1. Peminat hallyu di sejumlah negara melalui mediaYouTube 2010No. Negara Jumlah Peminat1. Jepang 113.543.6842. Amerika Serikat 94.876.0243. Thailand 93.514.2974. Korea Selatan 57.281.1025. Filipina 38.033.6196. Kanada 20.858.2517. Arab Saudi 10.312.0058. Australia 9.358.6429. Brazil 6.043.920
10 Ibid.
10. Vietnam 5.577.90211. Jerman 5.558.53712. Taiwan 1.316.53313. Rusia 1.281.345 Sumber: Diolah oleh penulis
Melihat dari data diatas, Jepang memiliki
peminat yang cukup massive. Artinya, hallyu atau Korean
Wave bisa diterima oleh masyarakat Jepang. Selain itu,
selama rentang periode 2005 hingga 2012 tersebut,
Pemerintah Korea Selatan telah memutuskan untuk
menggunakan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik
negaranya, termasuk salah satunya adalah Jepang. Di
samping itu, pada tahun tersebut Korean Wave atau hallyu
itu sendiri tengah menjadi sorotan dunia karena
kepopulerannya yang luar biasa terutama di Jepang,
dimana pada tahun-tahun tersebut Jepang seringkali
berada di posisi teratas dunia dalam mengkonsumi hallyu.
Terlebih lagi, Jepang merupakan negara pertama yang
mempopulerkan Asian Wave, justru menjadi negara yang
paling banyak menikmati budaya populer negara lain
yakni Korea Selatan. Hal ini yang melatarbelakangi
penulis untuk mencari tahu bagaimana Korea Selatan
memanfaatkan hallyu sebagai instrumen diplomasi publik
Korea Selatan ke Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin diangkat dalam
penelitian ini yaitu bagaimana peran hallyu sebagai
instrumen diplomasi publik Korea Selatan ke Jepang
periode tahun 2005-2012?
2.1 Kajian Konsep
2.1.1 Konsep Diplomasi Publik
Menurut Nye dalam tulisannya Soft Power and Publik
Diplomacy, Nye menjelaskan bahwa diplomasi publik adalah
bagaimana upaya dalam menarik perhatian orang lain
dengan memanfaatkan sumber atau potensi yang ada dengan
cara broadcasting, menyebarkan sebagian dari budaya yang
dimiliki, serta melakukan agenda pertukaran dan
terdapat tiga dimensi di dalamnya.11 Definisi lain yang
dijelaskan oleh Rassmunsen yang mengutip dari tulisan
Publik Diplomacy milik Edmund Gullion, diplomasi publik
dapat didefinisikan sebagai aktifitas pemerintahan
11 Joseph S. Nye, Jr. 2008. Publik Diplomacy and Soft Power. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science hal.94
sebuah negara melalui kementerian luar negeri negaranya
(Ministry of Foreign Affair) untuk mempengaruhi publik di
negara lain dengan tujuan memproyeksikan dan
mempromosikan kepentingan negaranya. Aktor didalamnya
termasuk dari masyarakat global, Non Government
Organization (NGO), kelompok-kelompok bisnis, dan
sejumlah media.12 Poin utama dari konsep diplomasi
publik adalah negara, masyarakat dan budaya. Diplomasi
publik lebih menekankan pada upaya mempengaruhi
masyarakat melalui komunikasi dan menerapkan kebijakan
luar negeri untuk mendapatkan tujuan dan kepentingan
negara dari pada melalui interaksi antar pemerintah.
Diplomasi publik juga dipraktekkan dengan melakukan
“diplomasi budaya”, dimana diplomasi budaya tersebut
diartikan sebagai aktifitas budaya yang dilakukan oleh
negara dengan tujuan untuk merepresentasikan negara
pelakunya. Diplomasi dengan menggunakan budaya seperti
ini menjadi upaya diplomasi publik pemerintah dalam
memenangkan hati dan pikiran masyarakat dimanapun12Ivan Willis Rassmunsen. 2009. Towards A Theory of Public Diplomacy: A Quantitative Study of Public Diplomacy and Soft Power. The Fletcher School (Tufts University) hal. 2-3
mereka berada.13 Ada sejumlah kelebihan yang akan
didapatkan ketika diplomasi budaya dijalankan.
2.2 Argumen Utama
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dapat
dikatakan bahwa budaya populer berupa hallyu merupakan
salah satu sumber soft power dan digunakan sebagai alat
diplomasi publik Korea Selatan yang kemudian
dimanfaatkan oleh pemerintah Korea Selatan untuk
mencapai kepentingannya. Hallyu memiliki peran yang
signifikan sebagai alat diplomasi publik Korea Selatan
di Jepang. Mengacu dari konsep yang digunakan oleh
penulis, upaya diplomasi publik memiliki tujuan untuk
mempengaruhi preferensi publik negara lain untuk
mempromosikan dan memproyeksikan kepentingan nasional
negaranya. Diplomasi publik Korea Selatan ke Jepang
melalui hallyu tersebut menghasilkan sejumlah pencapaian
seperti membentuk citra positif Korea Selatan di mata
Jepang, mewujudkan adanya sejumlah kerjasama dalam
ranah budaya antar kedua negara, serta merubah stereotype
13 Ibid.
masyarakat Jepang dalam menilai Korea Selatan beserta
dengan masyarakatnya.
3.1 Hasil dan Pembahasan
3.1.1 Hallyu Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Korea
Selatan Ke Jepang
Adanya popular culture yang dimiliki Korea Selatan
yaitu hallyu, dimanfaatkan oleh pemerintah Korea Selatan
untuk membangun soft power bagi negaranya, dan menetapkan
hallyu sebagai instrumen diplomasi publiknya dan tertuang
dalam Diplomatic White Paper of South Korea. Diplomatic White Paper
secara umum didefinisikan sebagai laporan yang dibuat
oleh pemerintah terkait kebijakan yang telah dilakukan
di tahun sebelumnya dan mereprentasikan kebijakan,
tujuan serta menjadi panduan di tahun depan.14 Korea
Selatan telah menentukan kebijakan dalam
mengaplikasikan upaya diplomasi publik negara dan
memanfaatkan budaya populer atau hallyu sebagai
instrumennya sejak tahun 2005. Pemerintah Korea Selatan
menyebutkan bahwa, kementeriannya telah menjadikan
14 Free Dictionary
“Korean Plaza” sebagai alat untuk menguatkan citra negara
di dunia global melalui budaya hallyu atau Korean Wave
yang sedang berkembang pesat. Pemerintah Korea Selatan
juga menyebutkan bahwa akan mendukung penuh segala
bentuk kegiatan pertukaran budaya dengan seluruh negara
dunia, diluar kegiatan yang berorientasi ekspor.15
Sejumlah upaya diplomasi dengan menggunakan budaya
mulai dilakukan oleh Korea Selatan. Pertama,
kementerian luar negeri Korea Selatan bekerjasama
dengan kementerian serta sejumlah organisasi yang
bergerak dalam bidang budaya untuk memenuhi sumber daya
budayanya dan meningkatkan kapabilitas negara. Kedua,
kementerian luar negeri Korea Selatan menggelar agenda
Cultural Join Commision dengan beberapa negara lainnya,
dimana kegiatan Korea-China-Japan Culture Shuttle dijadikan
momentum awal dari agenda tersebut digelar. Demi
mencapai tujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap
budaya Korea Selatan dan meningkatkan citra negara,
pemerintah mendukung segala kegiatan atau aktifitas
seperti pertujukan seni, berbagai pameran yang diadakan15 Ministry of Culture Sport and Tourism. 2005 diakses dari www.mcst.go.kr/english/index.jsp pada 11 September 2013
oleh kedutaan dan konsulat di luar negeri,
mempromosikan film Korea serta pendidikan asal Korea ke
seluruh dunia.16
Kolaborasi antara MOFA dengan sejumlah stasiun
televisi di adalah bentuk support serta kerjasama yang
diwujudkan MOFA dalam mendukung dunia pertelevisian
Korea. Respon positif juga ditunjukkan oleh stasiun
televise swasta negara lain. Dilatarbelakangi dari
respon baik tersebut, MOFA sekaligus memanfaatkannya
sebagai bentuk promosi diplomasi public dengan
menggunakan media untuk memperkenalkan Korea beserta
dengan kebudayaannya dan mulai memberanikan diri untuk
mengembangkan program serupa.17 Pertama kali pemerintah
Korea Selatan fokus terhadap upaya membentuk citra
negara tersebut pada tahun 2002 dalam persiapan Korea –
Japan World Cup.18 Bidang keadministrasian Kim Dae Jung
menciptakan slogan “Dynamic Korea” agar dapat melebarkan
skala kampanye dalam upaya pembentukan citra Korea
16 Ibid hal.14317 Ibid hal.14818 Lih-Chih Ceng. 2008. The Korea Brand: The Cultural Dimension of South Korea'sBranding Project in 2008 hal.75
Selatan.19 Mendengar nama “Korea”, masih banyak stigma
buruk yang melekat bagi negara tersebut, khususnya
citra paska terjadinya Perang Korea. Citra negatif
tersebut membuat pemerintah Korea Selatan sadar bahwa
adanya gap antara Korea Selatan dengan perspektif
masyarakat negara lain, dan hal ini membuat pemerintah
Korea Selatan fokus untuk menggeser hard power menjadi
soft power untuk mempromosikan Korea melalui jalur
budaya.20
Korea Selatan melakukan tindakan untuk mencitrakan
negaranya dikarenakan memiliki sejumlah alasan.
Pertama, dengan adanya nation branding, Korea Selatan akan
mendapatkan dampak positif dari segi ekonomi, misalnya
dengan meningkatnya pariwisata, Foreign Direct Investment
(FDI), serta nilai ekspor negara.21 Kedua adalah,
dengan adanya nilai produk lokal yang tinggi, maka akan
meingkatkan status Korea Selatan dalam komunitas
internasional dan dunia global. Ketiga, dengan adanya
upaya nation branding, maka negara yang tergolong kecil19 Ibid.20 Regina Kim. 2011. South Korean Cultural Diplomacy and Efforts to Promote the ROK’s Brand Image in the United States and Arround The World hal.12421 Ibid.
dan jarang diketahui seperti Korea Selatan, akan
semakin terlihat eksistensinya di mata dunia global.22
Keberadaan Korean Wave yang dapat menggantikan pemahaman
dari “Korea” itu sendiri khususnya dalam budaya populer
Korea belakangan ini. Pemerintah Korea mengambil
sejumlah tindakan untuk mendukung fenomena ini, seperti
dengan cara mensubsidi biaya pembuatan drama, film, dan
dokumenter sejak harga industri produksi yang
meningkat, yang menjadi alasan mengapa hallyu sempat
vakum.23 Hal ini merupakan bentuk dukungan pemerintah
dalam mempromosikan Korea melalui sektor privat,
misalnya dari industri hiburan.24 Banyak sekali pembuat
keputusan dari Korea melihat adanya hallyu tergolong
sangat efektif dalam meningkatkan citra Korea dan soft
power Korea Selatan, serta telah ditemukan cara untuk
menggunakan hallyu untuk menarik wisatawan dan eksport
nasional Korea Selatan.25
Selain melalui industri hiburan, pemerintah Korea
Selatan juga memiliki program yang sedang berlangsung22 Ibid.23 Ibid.24 Ibid hal. 12625 Ibid.
yaitu dengan menyebarkan bahasa asli Korea. MCST
berencana untuk menggabungkan seluruh institusi yang
mengajarkan bahasa Korea di seluruh dunia di bawah satu
nama yakni The King Sejong Institute. Nama ini diambil dari
seorang raja yang pertama kali memperkenalkan hangeul (韓
韓) sebagai huruf abjad Korea. Kementrian budaya Korea
Selatan juga mengumumkan rencananya untuk membangun
lagi 500 institusi King Sejong hingga tahun 2015.26 Di
bulan April tahun 2009, Korea Selatan juga
memperkenalkan hanshik (韓韓) yaitu makanan khas Korea ke
dunia internasional. Pemerintah Korea Selatan
mengalokasikan dana sebesar $40 juta untuk
mengkampanyekan makanan-makanan khas Korea Selatan
dengan harapan makanan tersebut dapat menduduki lima
besar makanan terfavorit di dunia hingga tahun 2017.27
Korea Selatan sendiri memiliki komite yang menangani
makanan Korea yaitu Korean Cuisine Committee dan memiliki
sejumlah agenda penting, salah satunya adalah ASEAN-
Korea Commemorative Summit yang digelar bulan Juni tahun
2009. Presiden Lee Myun Bak pernah mengunjungi Amerika26 Ibid hal.12727 Ibid.
Serikat pada bulan September tahun 2009 dan
mempresentasikan makanan Korea tersebut untuk
ditayangkan di CNN yang ditayangkan di bulan Oktober di
tahun yang sama.28
Bidang kesenian, setiap tahunnya Korea juga
mengirimkan sejumlah seniman dan organisasi untuk
berpartisipasi dalam sejumlah festival di berbagai
negara, serta Korea sendiri pernah mengadakan
pertunjukan budaya tradisional Korea Selatan di 47
negara yang didukung oleh MOFAT. Pemerintah Korea
Selatan juga meningkatkan statusnya di mata komunitas
internasional dengan cara membangun kerjasama dengan
organisasi multirateral seperti United Nation Educational
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan aktif sebagai
salah satu angggota UNESCO Executive Board. Pada bulan
Juni 2008 Korea Selatan menjadi salah satu anggota
Intergovernmental Committee of Intangible Cultural Heritage yang
fokus dalam cagar budaya dan warisan budaya di seluruh
dunia. Faktanya, 5 dari tarian tradisional dan ritual
Korea Selatan masuk ke dalam daftar UNESCO’s List of
28 Ibid.
Intangible Cultural Heritage of Humanity.29 Diplomasi jalur
olahraga juga menjadi hal yang tergolong signifikan
dalam upaya menaikkan citra Korea Selatan. Selain
mempromosikan taekwondo, Korea Selatan pernah menjadi
tuan rumah beberapa agenda keolahrahaan bertaraf
internasional seperti International Athletic Games di tahun
2011, Asian Games 2014, Winter Olympics 2014, Winter Olympics
2018, dan FIFA World Cup 2022. Agenda besar seperti ini,
tentu akan berdampak besar pada pembentukan citra Korea
Selatan, pariwisata serta segi ekonomi.30 Korea Selatan
juga pernah menjadi tuan rumah G20 Summit di bulan
November 2010 dan diliput oleh media internasional
seperti BBC dan CNN yang juga menayangkan tentang
budaya dan makanan khas Korea kepada masyarakat
internasional.
3.1.2 Hasil Diplomasi Publik Korea Selatan ke Jepang
melalui Hallyu
29 Ibid.30 Ibid hal.128
Sebuah penelitian lain pernah dilakukan dengan
mengambil sudut pandang masyarakat Jepang dan Korea
Selatan. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mencari tahu bagaimana respon masyarakat terhadap
budaya populer khususnya Jepang dan Korea Selatan.31
Bagan di bawah ini merupakan hasil dari respon
masyarakat Jepang terhadap adanya budaya populer Korea
Selatan atau hallyu dan ditemukan bahwa:
Gambar 4.4.1.2 Rata-rata orang Jepang melakukan kontakdengan budaya populer Korea Selatan
20s-30s 40s-50s 60s-over0
0.5
1
1.5
2
2.5
MenWomen
Sumber: Kei Kono and Miwako Hara
Penelitian diatas dilakukan kepada masyarakat
Jepang, untuk mengetahui berapa banyak presentase
masyarakat disana yang melakukan kontak dengan budaya
31 Kei Kono and Miwako Hara. 2011. Japan-Korea Past, Present and Future: From a Public Awareness. Survey Japan Broadcasting Corporation (NHK) Broadcasting Culture Research Institute Public Opinion Research Division
populer Korea Selatan, begitu juga sebaliknya. Dilihat
dari hasil penelitian diatas, dengan mengambil sample
berdasarkan umur dan jenis kelamin serta mengkalkulasi
jawaban “sering” dan “kadang-kadang”, masyarakat Jepang
termasuk sering melakukan kontak dengan budaya populer
dari Korea Selatan. Berikut adalah sejumlah agenda
bersama dalam bidang budaya yang dimotori oleh kedua
negara, Korea Selatan dan Jepang sepanjang tahun 2005
hingga tahun 2012:
Tabel 2. Tabel agenda kegiatan pertukaran budayaKorea Selatan dan Jepang tahun 2005-2012
No
.
Nama Kegiatan Tahun
1. B-Boy Maximum Crew in Japan-Korea Dance
Battle
2007
2. Korea Cultural Center Moving Kyo Hajime
Hiroshi Culture
2008
3. Children Class Room (Orini-Bunka-Sho do) 2009
4. Tokyo Japan and South Korea Exchange 2009
5. Korea-Japan in East Asian Culture
Comparation
2009
6. The 36th Japan-Korea Art Exhibition
Exchange Meeting
2010
7. Seoul-Tokyo Japan-Korea Friendship Walk
Photo
2010
8. Sapporo Show Festival a2d K-Pop Festival 2010/201
1
9. Korea-Japan Festival 2010
10
.
Japan-Korea Cultural Exchange Quilt
Exhibition
2011
11
.
Great East Japan Earthquake Charity Part2
Japan-Korea
2011
12
.
Korea-Japan Contemporary Sculpture
Exhibition
2012
13
.
K-Pop Contest Hokkaido/Kanto/Kansai 2012
14
.
Symposium Global and Korea-Japan Content
Bussines
2012
15
.
Horn Japan-Korea Exchange Festival 2012
16
.
33rd Japan-Korea Children Works (Painting) 2012
Sumber: http://www.koreanculture.jp/index.php.32
diolah oleh penulis
Melihat tabel diatas dimana kerjasama budaya
tersebut banyak mengacu atau menyentuh budaya populer
dan tidak selalu pada ranah high culture yang cenderung
mengedepankan edukasi dan literatur yang tidak selalu
bisa dijangkau oleh masyarakat kebanyakan. Sehingga,
adanya kerjasama dalam lingkup budaya populer menjadi
mungkin untuk dilakukan. Pendekatan seperti ini akan
lebih mudah untuk diterima masyarakat. Bersumber dari
penelitian lain yang ada, sebuah riset mencoba
menghitung banyaknya orang Jepang yang “suka” terhadap
32 Korean Cultural Center. 2008 diakses dari http://www.koreanculture.jp/index.php pada 2 Maret 2014
Korea Selatan. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa:
Gambar 4.4.3.1 Rata-rata jumlah masyarakat Jepangyang “suka” terhadap Korea Selatan dengan sampleberdasarkan usia
20s 30s 40s 50s 60s 70s and over
0
20
40
60
80
20101999
Sumber: Kei Kono and Miwako Hara
Dari hasil survey diatas, survey dilakukan kepada
masyarakat dengan range usia 20 tahun hingga 70 tahun
keatas. Hasilnya adalah, masyarakat Jepang menyukai
Korea Selatan dengan prosentase 62% (12% “suka” dan 50%
“cukup suka”) dengan kecenderungan meningkat sejak
tahun 1999. Rata-rata usia 20 hingga 40 tahun
mengatakan suka terhadap Korea Selatan.33 Usia tersebut33 Kei Kono and Miwako Hara. 2011. Japan-Korea Past, Present and Future: From a Public Awareness. Survey Japan Broadcasting Corporation (NHK) Broadcasting Culture Research Institute Public Opinion Research
merupakan target dari pasar hallyu sendiri dan dari hallyu
sendiri dapat membentuk citra yang cukup baik bagi
Korea Selatan di mata masyarakat Jepang.
Penilaian yang lebih personal terhadap masyarakat
Jepang memandang masyarakat Korea juga menunjukkan
hasil yang positif. Sebelumnya mereka menilai bahwa
“Korean” cenderung bersifat keras kepala (28%),
emosional (27%) dan pekerja keras (24%). Menurut
survey, image masyarakat Korea di mata orang Jepang
dibandingkan pada tahun 2010, sudah mengalami perubahan
positif yang ditunjukkan dari menurunnya pandangan akan
orang Korea yang “tidak bisa diduga” menjadi
“bersahabat”, “bersikap baik” serta “mudah didekati
atau ramah”34. Report lain juga menerangkan tentang
penilaian seorang wanita Jepang terhadap orang-orang
Korea. Testimoninya menyebutkan bahwa:
“I am envious of their (Korean) familyrelationship. Kids really respect their parents. Idon’t know whether it’s heroes’ and heroines’blackhair (unlike the blonds and blondes in Western TVdramas), but it makes me adore their culture
Division34 Ibid.
more than others. It’s an impressive culture, anddramas like this don’t exist in Japan (any more).
Penilaian ataupun stereotype masyarakat Korea dinilai
sangat baik dan sarat akan norma budaya, dimana
menghargai dan menghormati orang yang lebih tua adalah
sangat penting.35
4.1 Kesimpulan
Kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan dan
mengekspor hallyu sebagai instrumen diplomasi publik
Korea Selatan ke Jepang, juga berhasil membuat
masyarakat Jepang merubah pendapatnya tentang
masyarakat Korea yang sebelumnya dianggap keras kepala
dan emosional, menjadi lebih ramah, terbuka dan mudah
untuk menerima masyarakat asing yang lain. Terlebih
lagi masyarakat Korea Selatan terkenal dengan
homogenitas yang tinggi. Ketertarikan masyarakat Jepang
saat ini terhadp Korea Selatan, nyatanya dapat
menimbulkan harapan bagi masyarakat Jepang terhadap
adanya perbaikan hubungan antar dua negara. Dimana
35 Ingyu Oh. 2009. Hallyu: The Rise of Transnational Cultural Consumers in China and Japan. KOREA OBSERVER, Vol. 40, No.3 THE INSTITUTE OF KOREAN STUDIES. hal.446
telah disebutkan bahwa, masyarakat Jepang menginginkan
adanya hubungan kenegaraan yang lebih erat lagi dari
sebelumnya bagi Jepang dan Korea Selatan.
Korea Selatan berhasil mengoptimalkan hallyu dengan
diplomasi publik demi mencapai dan memproyeksikan
tujuan negaranya, yaitu membangun citra negara atau
nation branding, membangun kerjasama dan hubungan yang
lebih dekat dengan Jepang serta membentuk pandangan
yang positif dari masyarakat Jepang terhadap masyarakat
Korea. Berdasarkan analisa diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Korea Selatan telah berhasil
menggunakan hallyu sebagai instrumen diplomasi publiknya
dengan pencapaian berupa adanya perubahan citra Korea
Selatan di mata masyarakat Jepang menjadi lebih
positif, kerjasama yang baik dalam ranah budaya dari
popular culture, serta merubah mind set masyarakat Jepang
yang sebelumnya negatif menjadi jauh lebih baik kepada