AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM (Eugenia polyantha W. ) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus PENYEBAB KARIES GIGI THE ACTIVITY OF LAUERLLIKE (Eugenia polyantha W.) ON THE GROWTH OF Streptococcus mutans AND Staphylococcus aureus CAUSING DENTAL CARIES DWI RACHMAWATY DASWI P1506210018 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
88
Embed
AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM Eugenia polyantha W ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...2 Hasil uji aktifitas ekstrak daun salam (Eugenia polyantha W.)terhadap pertumbuhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM
(Eugenia polyantha W.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus
PENYEBAB KARIES GIGI
THE ACTIVITY OF LAUERLLIKE (Eugenia polyantha W.) ON THE GROWTH OF Streptococcus mutans AND
Staphylococcus aureus CAUSING DENTAL CARIES
DWI RACHMAWATY DASWI
P1506210018
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM
(Eugenia polyantha W.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus
PENYEBAB KARIES GIGI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk mencapai Gelar Magister
Program Studi
Biomedik
Disusun dan diajukan oleh
DWI RACHMAWATY DASWI
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
TESIS
AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM
(Eugenia polyantha W.) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus
mutans DAN Staphylococcus aureus
PENYEBAB KARIES GIGI
Disusun dan diajukan oleh :
Nama : Dwi Rachmawaty Daswi Nomor Pokok : P1506210018
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
Pada tanggal 26 November 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Prof. dr. Mochammad Hatta, PhD.,Sp.MK Prof. Dr. Gemini Alam, MS, Apt
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Biomedik, Universitas Hasanuddin,
Prof. dr. Rosdiana Natzir, PhD Prof. Dr. Ir. Mursalim
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Rachmawaty Daswi
Nomor Mahasiswa : P1506210018
Program Studi : Biomedik
Konsentrasi : Mikrobiologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang say tulis ini
benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, Agustus 2012
Yang Menyatakan,
Dwi Rachmawaty Daswi
PRAKATA
Alhamdulillah, segala kemuliaan dan puja hanya milik Allah Azza
Wa Jalla, Pemilik Rahmat dan Hidayah bagi seluruh alam. Limpahan
nikmat- Nya membuat penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
Aktifitas Ekstrak Daun Salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap
pertumbuhan streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
Penyebab karies gigi dan merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan jenjang studi strata dua ( S2 ) pada program studi
biomedik Konsentrasi Mikrobiologi Universitas Hasanuddin. Begitu pula
shalawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam beserta keluarga beliau dan para sahabat serta seluruh ummat
muslim yang senantiasa istiqamah hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih sedalam- dalamnya kepada semua pihak
yang telah memberikan sumbangsih tidak ternilai harganya, sehingga
rangkaian penyusunan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Moch.
Hatta, Sp. MK., Ph.D dan Prof. Dr. Gemini Alam, MS., Apt. Selaku komisi
penasehat atas bimbingan, arahan, nasehat dan dorongan moril yang
sangat terasa manfaatnya bagi pribadi penulis dalam menyelesaikan tesis
ini. Terkhusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada suami,
anak- anakku tercinta, ayahanda dan ibunda, ibu mertua, saudara-
saudara dan ipar- ipar, atas pengertian, perhatian dorongan moril, doa
dan kasih sayangnya kepada penulis selama ini. Ucapan terima kasih
ditujukan pula kepada :
- Prof. Dr. Ir. Mursalim selaku direktur program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin beserta staf dan Prof. Dr. Rosdiana
Natzir, Ph.D selaku ketua program studi Biomedik beserta staf
atas pelayanan administrasi akademik selama mengikuti
pendidikan.
- Para staf laboran di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Para staf laboran di
Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Para staf laboratorium Biofarmaka Pusat Kegiatan
Penelitian Universitas Hasanuddin atas sumbangsih ilmu dan
bantuan fasilitas peralatan selama penelitian dan penyusunan
tesis.
- Teman- teman seangkatan dan seperjuangan yang senantiasa
membantu dan memberikan dukungan penuh sejak awal hingga
akhir menempuh pendidikan.
Menyadari segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
maka
Penyusunan tesis sebagai tugas akhir ini tentunya tidak dapat
mencapai kesempurnaan. Namun, semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan, Amin.
Makassar, November 2012
Penulis
ABSTRAK
DWI RACHMAWATY DASWI. Aktifitas Ekstrak Daun Salam ( Eugenia
polyantha W. ) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab Karies Gigi ( dibimbing oleh Mochammad Hatta dan Gemini Alam)
Penelitian ini bertujuan menentukan aktifitas dari ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap pertumbuhan Streptoccus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi dan untuk menentukan sediaan daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang paling aktif dalam menghambat pertumbuhan Streptoccus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi.
Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktifitas dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus di mana kontrol positif yang digunakan adalah Vankomycin sedang kontrol negatifnya adalah air steril. Metode densitometri digunakan untuk melihat profil senyawa kimia dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut ethanol 50 % konsentrasi 30 % mempunyai aktifitas yang paling baik dibandingkan dengan ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang dibuat dengan metode yang lain yaitu zona hambatnya untuk Streptoccus mutans sebesar 20mm dan Staphylococcus aureus sebesar 16,67mm hal ini didukung dengan profil senyawa kimia menggunakan methode densitometri.
Kata kunci : karies gigi, Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus, metode ekstraksi daun salam ( Eugenia polyantha W. ), Disc diffusion. Densitometri
ABSTRACT
DWI RACHMAWATY DASWI. The Activity of laurellike Leaf Extract
(Eugenia Polyantha W.) on the growth of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as the causes od dental caries (supervised by Moch. Hatta and Gemini Alam)
The aims of the research are to determine the activity of laurellike leaf extract (Eugenia Polyantha W.) on the growth of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as the causes of dental caries and to determine the dosage of laurellike leaf extract (Eugenia polyantha W.)which is more effective ti inhibit the growth of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as the causes of dental caries.
The methods used in the research were disc diffusion to determine the activity of laurellike leaf extract ( Eugenia polyantha W.) on the growth of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus in which the positive control used was Vankomycin, while the negative control used sterilized water. Besidea, densitometry method was used to see the profile of chemical compound of laurellike leaf extract ( Eugenia polyantha W.)
The results of the research reveal that laurellike leaf extract ( Eugenia polyantha W. ) made by maceration method by using ethanol solvent 50 % at the concentration of 30 % has a better activity compared laurellike leaf extract ( Eugenia polyantha W. ) made by using the other method, i.e. the inhibiting zone for Streptococcus mutans which is 20mm and Staphylococcus aureus which is 16,67mm. This is supported by the profile of chemistry compound using densitometry method.
Key words: dental caries, Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus, the method of laurellike leaf extraction ( Eugenia polyantha W. ), disc diffusion. densitometry
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................................... iv
PRAKATA ......................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6
A. Tinjauan Umum Karies Gigi .............................................. 6
1 Hasil uji pendahuluan masing-masing ekstrak daun salam (Eugenia polyantha W.) ................................................ 51
2 Hasil uji aktifitas ekstrak daun salam (Eugenia polyantha W.)terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans ...... 52
3 Hasil uji aktifitas ekstrak daun salam (Eugenia polyantha W.)terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ..... 53
4 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak seduhan daun salam (Eugenia polyantha W.) dengan menggunakan lampu UV 254 nm .................................................................................... . 54
5 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak Dekokta daun salam (Eugenia polyantha W.) dengan menggunakan lampu UV 254 nm ..................................................................................... 54
6 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak infus daun salam (Eugenia polyantha W.)dengan menggunakan lampu UV 254 nm ..................................................................................... 54
9 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak seduhan daun salam (Eugenia polyantha W.) dengan menggunakan lampu UV 366 nm ..................................................................................... 55
10 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak dekokta daun salam (Eugenia polyantha W.)dengan menggunakan lampu UV 366 nm ..................................................................................... 55
11 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak infus daun salam (Eugenia polyantha W.)dengan menggunakan lampu UV 366 nm ..................................................................................... 55
12 Hasil analisis TLC scanner Ekstrak maserasi (pelarut etanol 50%) daun salam (Eugenia polyantha W.)dengan menggunakan lampu UV 366 nm ................................ 55
7. Gambar hasil pengamatan mikroskop Streptococcus mutans 64
8. Gambar hasil pengamatan mikroskop Staphylococcus aureus 64
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR Halaman
1. Alur kerja .............................................................................. 69 2. Skema isolasi dan identifikasi Streptococcus mutans dan
Hasil bakteri gram positif kokus berkelompok tidak teratur dilanjutkan
dengan uji biokimia untuk menemukan bakteri gram positif kokus katalase
positif. Bakteri yang termasuk golongan katalase positif diamati sesuai
dengan tabel Connie Mohan dalam National Committee for Clinical
Laboratory Standart (NCCLS) untuk menemukan bakteri yang positif
Staphylococcus sp. yaitu : katalase (+); glukosa (+); sukrosa (+);
koagulase (-).
2. Pengolahan Daun salam ( eugenia polyantha W. )( Ditjen Pom,
1986 )
Daun Salam ( Eugenia polyantha W. ) segar dicuci bersih kemudian
dipotong- potong kecil lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 40- 60 0 C.
Selanjutnya daun yang telah dikeringkan disebut simplisia kering.
3. Pembuatan ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) (Ditjen
POM, 1986; Ditjen POM, 2000)
a. Infus
Ditimbang simplisia kering sebanyak 10 gram dan 30 gram , masing-
masing dibasahi dengan air suling sebanyak 2 kali bobotnya dimasukkan
masing- masing ke dalam panci infus di tambahkan air suling hingga
100ml, panci infus ditutup kemudian dipanaskan pada suhu 90 0 C selama
15 menit, kemudian ekstrak cair didinginkan lalu diserkai dingin dengan
menggunakan kain flanel.
b. Decocta
Ditimbang simplisia kering sebanyak 10 gram dan 30 gram , masing-
masing dibasahi dengan air suling sebanyak 2 kali bobotnya dimasukkan
masing- masing ke dalam panci di tambahkan air suling hingga 100ml,
panci ditutup kemudian dipanaskan pada suhu 90 0 C selama 30 menit,
kemudian ekstrak cair didinginkan lalu diserkai dingin dengan
menggunakan kain flanel.
c. Maserasi
Sejumlah simplisia kering ditimbang dimasukkan ke dalam bejana
lalu dituangi dengan etanol 96 % , ditutup dan dibiarkan selama 5 hari,
terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari
diserkai dan ampas diperas. Ampas ditambahkan etanol 96 %, bejana
ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, dan terlindung dari cahaya selama 2 hari
kemudian endapan dipisahkan.
Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan hingga diperoleh ekstrak
kering.
d. Seduhan
Ditimbang simplisia kering sebanyak 10 dan 30 gram, masing-
masing dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu disiram dengan air
mendidih hingga 100ml dibiarkan selama 5- 10 menit lalu diserkai.
4. Uji Pendahuluan (Ditjen POM, 1995)
a. Uji alkaloid
Reaksi pengendapan :
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambah 1 ml HCl 2 N dan 9 ml
air, panaskan di atas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
Pindahkan masing-masing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji. Tambahkan
2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama dan 2 tetes Bouchardat LP
pada kaca arloji kedua. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan,
maka serbuk tidak mengandung alkaloida.
Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna
putih atau kuning yang larut dalam methanol P dan dengan Bouchardat
LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada
kemungkinan terdapat alkaloida.
b. Uji glikosida
Masukkan 0,1 ml ekstrak methanol dalam tabung reaksi, uapkan di
atas tangas air. Pada sisa tambahkan 2 ml air dan 5 tetes alfa naftol LP.
Tambahkan hati-hati 2 ml H2SO4 P, terbentuk cincin berwarna ungu
(Reaksi Molisch)
c. Uji tannin
Ekstrak kental direaksikan dengan larutan Feri klorida, bila terjadi
warna biru tua/hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa tannin.
d. Saponin
Masukkan 0,5 gram serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi
tambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat
selama 10 detik (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1
ml sediaan yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok kuat-kuat selama
10 detik ) : terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit,
setinggi 1 cm sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih
tidak hilang.
5. Uji aktifitas Daun Salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab
karies gigi (Labkes, 2000; Lay , 2002)
a. Media dan reagen
Media yang digunakan adalah agar Mueller Hinton (dengan
ketebalan agar 4 mm). Reagen yang digunakan adalah larutan standar
NaCl fisiologis steril; larutan hipoklorit 2% dan standar kekeruhan Mc
Farland 0,5.
b. Prosedur pemeriksaan
1) Disc Diffusion
Inokulum disiapkan dengan menggunakan kapas lidi steril atau
sengkelit. Diambil 3-5 koloni Streptococcus mutans dan Staphylococcus
aureus hasil isolasi spesimen klinik dan disuspensikan ke dalam masing-
masing tabung berisi larutan NaCl fisiologis steril 5 ml, kemudian kapas lidi
bekas pakai dibuang dalam larutan hipoklorit 2 %. Hasil suspensi bakteri
dibandingkan dengan standar kekeruhan Mc Farland 0,5.
Kapas lidi dicelupkan ke dalam suspensi bakteri dan diputar
beberapa kali kemudian ditekan-tekan pada dinding tabung untuk
membuang kelebihan inokulum. Kapas lidi yang mengandung inokulum
dihapuskan secara merata pada permukaan agar Mueller Hinton,
kemudian cawan petri ditutup dan dibiarkan selama 3-5 menit.
Cakram kertas (paper disc) yang telah direndam dalam masing-
masing konsentrasi ekstrak Daun salam (infuse, dekokta, maserasi dan
seduhan) selama ± 10 menit diletakkan pada permukaan agar Mueller
Hinton dan sedikit ditekan agar melekat sempurna dan tidak bergeser.
Kemudian didiamkan selama 15 menit. Setelah itu diinkubasi pada suhu
35-37 0 C selama 16-20 jam dalam posisi cawan terbalik (Streptococcus
mutans). Untuk Staphylococcus aureus suhu inkubasi tidak boleh lebih
dari 35 0 C dan lama inkubasi adalah 24 jam.
Hasil diperoleh dengan mengukur zona hambatan yang terbentuk
pada agar. Semakin lebar/diameter zona hambatan yang terbentuk
semakin efektif sampel menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
2) Densitometri
Ekstrak daun salam ditimbang kemudian dilarutkan dengan aethanol
96 % kemudian dimasukkan kedalam kuvet lalu disentrifuge. Setelah
disentrifuge diambil 10 mikron kemudian ditotolkan pada lempeng KLT
setelah itu profil senyawa dibaca pada alat TLC Scanner.
H. Analisis Data
Hasil pengamatan setiap zona hambatan, diukur lebar/diameternya.
Diameter zona hambatan yang berbeda dari sampel menandakan
perbedaan efektifitas Daun Salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktifitas dari ekstrak
daun salam ( Eugenia polyantha W. ) terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi,
dan untuk menentukan sediaan daun salam yang paling aktif dalam
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus
aureus penyebab karies gigi.Hal ini dilakukan dengan cara menyari daun
salam dengan menggunakan metode penyarian yang berbeda- beda yaitu
seduhan, decocta, infus, maserasi menggunakan pelarut aethanol 50%
dan maserasi menggunakan pelarut aethanol 96 %.Kemudian, masing-
masing ekstrak diuji aktifitasnya pada konsentrasi 10% dan 30%.
Penentuan aktifitas dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ) dilakukan
dengan menggunakan metode disc diffusion dan hasilnya didukung
dengan profil senyawa kimia yang menggunakan metode densitometri.
Uji disc diffusion menunjukkan hasil yang beragam, ekstrak daun
salam ( Eugenia polyantha W. ) dapat menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans dengan diameter zona hambat yang paling besar
dapat dilihat pada maserasi aethanol 50 % konsentrasi 30% yaitu sebesar
20 mm. Sedangkan diameter zona hambat yang paling kecil dapat dilihat
pada seduhan konsentrasi 10 % yaitu tidak terdapatnya zona hambat.
(Tabel 2 )
Ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) juga menunjukkan
dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan
diameter zona hambat yang paling besar dapat dilihat pada maserasi
aethanol 50 % konsentrasi 30 % yaitu sebesar 16,67 mm sedangkan
diameter zona hambat yang paling kecil dapat dilihat pada seduhan
konsentrasi 10% yaitu tidak terdapatnya zona hambat. ( Tabel 3)
Steptococcus mutans dan staphylococcus aureus tumbuh subur di
sekitar cakram kertas yang hanya direndam dengan Na.CMC sebagai
kontrol negatif. Vankomycin sebagai kontrol positif memiliki zona hambat
terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus di mana
diameter zona hambat untuk Streptococcus mutans sebesar 21,67 mm
dan diameter zona hambat untuk Staphylococcus aureus sebesar
18,67mm. (Tabel 2 dan tabel 3 ).
Hasil dari densitometri menunjukkan terdapatnya substansi-
substansi yang merupakan senyawa-senyawa aktif yang terkandung
dalam ekstrak daun salam (tabel 4 sampai tabel 13).
Metode penyarian yang digunakan untuk menyari zat aktif dari daun
salam ( Eugenia polyantha W. ) berbeda-beda yang mengakibatkan
substansi-substansi senyawa aktif yang dapat disari dari daun salam
(Eugenia polyantha W. ) pun menunjukkan hasil yang berbeda-beda (tabel
4 sampai tabel 13).
Hasil dari uji pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak daun salam
( Eugenia polyantha W. ) benar- benar mengandung alkaloid di mana
dengan larutan Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai
hitam dan dengan larutan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal
berwarna putih. Kemudian ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. )
benar mengandung tannin karena dengan ferri klorida terjadi endapan biru
tua. Lalu ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) benar mengandung
saponin karena dengan air panas dan di kocok kuat- kuat terbentuk buih
yang mantap.( Tabel 1 )
Tabel 1.
Hasil Uji Pendahuluan Masing-masing Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha W. )
No
Jenis uji
Ekstrak Daun Salam ( Eugenia polyantha W. )
Seduhan Infus Dekokta
Maserasi dengan
Etanol 50%
Maserasi dengan
Etanol 96%
1.
Alkaloid:
- Mayer
- Bauchardat
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
2. Tannin + + + + +
3. Saponin + + + + +
Tabel 2.
HASIL UJI AKTIFITAS DAUN SALAM
( Eugenia polyantha W.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans
No Metode ekstraksi Konsentrasi ( % ) Diameter
Zona Hambat ( mm )
1 Seduhan 10 0
2 Seduhan 30 0
3 Infusa 10 10,33
4 Infusa 30 12,67
5 Decocta 10 10,33
6 Decocta 30 14
7 Maserasi 50 10 14,67
8 Maserasi 50 30 20
9 Maserasi 96 10 7,33
10 Maserasi 96 30 10,33
11 Vankomisin 21,67
12 Air suling 0
Tabel. 3
HASIL UJI AKTIFITAS EKSTRAK DAUN SALAM
( Eugenia polyantha W. )
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
NO Metode ekstraksi Konsentrasi ( % ) Diameter
Zona Hambat ( mm )
1 Seduhan 10 0
2 Seduhan 30 0
3 Infusa 10 10,67
4 Infusa 30 13
5 Decocta 10 10,67
6 Decocta 30 13,67
7 Maserasi 50 10 15,67
8 Maserasi 50 30 16,67
9 Maserasi 96 10 7,33
10 Maserasi 96 30 9
11 Vankomycin 18,67
12 Air suling 0
B. Pembahasan
Ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) aktif menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
penyebab karies gigi.
Densitometri menunjukkan hasil yaitu diperolehnya beberapa
substansi yang diduga sebagai senyawa aktif dari daun salam ( Eugenia
polyantha W. ).
Pada seduhan 10 % dan 30 % dengan panjang gelombang 254nm
diperoleh hasil yaitu terdapatnya 4 substansi (A, B, C, dan E) dimana
keempat substansi ini merupakan senyawa-senyawa aktif yang
terkandung didalam ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ).
Substansi B yang merupakan senyawa yang diduga paling aktif terhadap
bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus mempunyai
luas area paling kecil pada seduhan 10 % yaitu sebesar 346,6 sedangkan
luas area substansi B pada seduhan 30 % sebesar 437,1 hal ini juga
berdampak pada aktifitas ekstrak daun salam yang dibuat dengan metode
seduhan 10 % dan 30 %, yaitu baik untuk seduhan 10 % maupun untuk
seduhan 30 % tidak terdapat zona hambat atau tidak aktif terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus hal ini
menunjukkan bahwa metode ekstraksi seduhan tidak ideal digunakan
untuk menyari zat aktif dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ) terbukti
dengan luas area substansi B yang didapat itu sangat kecil sehingga
kemampuan aktifitasnya terhadap bakteri juga menjadi sangat kecil. Untuk
panjang gelombang 366 nm pada seduhan 10 % dan 30 % diperoleh hasil
yaitu terdapatnya 2 substansi (C dan E).
Pada infusa 10 % dan 30 % dengan panjang gelombang 254nm
diperoleh hasil yaitu terdapatnya 6 substansi ( A, B, C, E, F dan G) di
mana ke 6 substansi ini merupakan senyawa- senyawa aktif yang
terkandung di dalam ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ).
Substansi B yang diduga sebagai senyawa yang paling aktif terhadap
bakteri pada infusa 10 % mempunyai luas area sebesar 2398 dan pada
infusa 30 % mempunyai luas area sebesar 2432, mengapa luas area
substansi B pada infusa ini lebih besar jika dibandingkan dengan luas
area substansi B pada seduhan mungkin saja disebabkan karena metode
ekstraksi infusa itu lebih baik dibandingkan dengan seduhan karena infusa
dibuat dengan cara mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu
90 0C selama 15 menit sehingga dapat menyari senyawa- senyawa aktif
lebih baik dibanding dengan seduhan yang hanya menyeduh simplisia
dengan air mendidih. Untuk metode ekstraksi infusa 10 % dan 30 % pada
panjang gelombang 366nm diperoleh yaitu terdapatnya 4 substansi ( A, B,
D, dan E ).
Pada decocta 10 % dan 30 % dengan panjang gelombang 254nm
diperoleh hasil yaitu terdapatnya 4 substansi ( A, B, C dan D ) di mana ke
4 substansi ini merupakan senyawa aktif dari daun salam ( Eugenia
polyantha W. ). Substansi B yang diduga merupakan senyawa yang paling
aktif terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
mempunyai luas area pada decocta 10 % sebesar 2535 dan untuk
decocta 30 % sebesar 2715, mengapa luas area substansi B pada
decocta lebih besar dibandingkan dengan infusa karena metode ekstraksi
decocta dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 900 c
selama 30 menit sehingga mengakibatkan senyawa- senyawa aktif dapat
tersari lebih banyak karena waktu penyariannya juga lebih lama di
bandingkan dengan metode infusa. Pada panjang gelombang 366nm
diperoleh hasil yaitu terdaptnya 4 substansi ( A,B,D dan E) di mana ke 4
substansi ini merupakan senyawa aktif dari daun salam ( Eugenia
polyantha W. ).
Pada maserasi menggunakan aethanol 50 % konsentrasi 10 %
dan 30 % pada panjang gelombang 254 nm diperoleh hasil yaitu
terdapatnya 5 substansi ( A,B,C,E dan G ) yang merupakan senyawa aktif
dari ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ). Untuk maserasi
menggunakan aethanol 50 % luas area substansi B yang diduga
merupakan senyawa yang paling aktif terhadap bakteri Streptococcus
mutans dan Staphylococcus aureus mempunyai luas area terbesar
dibandingkan dengan luas area substansi B pada metode penyarian yang
lain. Luas area substansi B pada maserasi menggunakan aethanol 50 %
konsentrasi 10 % sebesar 2254 dan untuk konsentrasi 30 % luas area
substansi B sebesar 4461. Luas area substansi B yang besar ini
berbanding lurus dengan kemampuan aktifitasnya terhadap bakteri
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus yaitu untuk metode
ekstraksi maserasi menggunakan aethanol 50 % konsentrasi 10 % luas
zona hambatnya terhadap Streptococcus mutans yaitu sebesar 14,67 mm
dan untuk konsentrasi 30 % luas zona hambatnya sebesar 20 mm, untuk
metode ekstraksi maserasi menggunakan aethanol 50 % konsentrasi 10%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu luas zona hambatnya
sebesar 15,67 mm dan untuk konsentrasi 30 % luas zona hambatnya
sebesar 16,67 mm. Metode maserai menggunakan aethanol 50 % ini
sangat baik/ ideal digunakan dalam mengekstraksi senyawa aktif dari
daun salam ( Eugenia polyantha W. ) karena metode ini dikerjakan
dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari selama 5 hari
sambil sesekali diaduk setelah itu disaring dan diuapkan hingga diperoleh
ekstrak kental, mengapa dengan cara ini membuat senyawa aktif dari
daun salam (Eugenia polyantha W. ) dapat tersari dengan sempurna
karena dapat membuat solvent memasuki pori- pori simplisia dengan lebih
baik dan akhirnya dapat menyari zat aktif dengan lebih sempurna.Untuk
panjang gelombang 366nm diperoleh hasil yaitu terdaptnya 4 substansi
(A,B,D dan E) di mana ke 4 substansi ini merupakan senyawa aktif dari
daun salam ( Eugenia polyantha W. ).
Pada maserasi menggunakan aethanol 96 % konsentrasi 10 %
dan 30 % dengan panjang gelombang 254nm diperoleh hasil yaitu
terdapatnya 4 substansi ( A, B, C dan G) di mana ke 4 substansi ini
merupakan senyawa- senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak
daun salam ( Eugenia polyantha W. ). Substansi B yang diduga sebagai
senyawa yang paling aktif terhadap bakteri pada maserasi menggunakan
aethanol 96 % konsentrasi 10 % mempunyai luas area sebesar 1244 dan
pada maserasi menggunakan aethanol 96 % konsentrasi 30 %
mempunyai luas area sebesar 1844, luas area substansi B pada maserasi
menggunakan aethanol 96 & ini lebih kecil dibandingkan dengan metode
ekstraksi maserasi menggunakan aethanol 50 % karena mungkin saja
disebabkan substansi B ini merupakan senyawa polar yang lebih mudah
terekstraksi dalam pelarut polar dibandingkan dalam pelarut non polar.
Untuk panjang gelombang 366nm diperoleh hasil yaitu terdaptnya 3
substansi ( A,D dan E) di mana ke 3 substansi ini merupakan senyawa
aktif dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ).
Jadi untuk Streptococcus mutans hasil ekstraksi yang
menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri paling besar itu
diperoleh dari maserasi aethanol 50 % konsentrasi 30 % yaitu sebesar
20mm, sedangkan hasil ekstraksi yang menunjukkan penghambatan
pertumbuhan bakteri paling kecil diperoleh dari seduhan konsentrasi 10 %
yaitu tidak terdapatnya zona hambat.
Sedangkan untuk Staphylococcus aureus hasil ekstraksi yang
menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri paling besar itu
diperoleh dari maserasi aethanol 50 % konsentrasi 30 % yaitu sebesar
16,67 mm, sedangkan hasil ekstraksi yang menunjukkan penghambatan
pertumbuhan bakteri yang paling kecil diperoleh dari seduhan konsentrasi
10% yaitu tidak terdapatnya zona hambat.
Jika dilihat mengapa maserasi aethanol 50 % konsentrasi 30 %
lebih efektif terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus
aureus , dan mempunyai luas area pada densitometri lebih besar
dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lain, hal ini mungkin saja
disebabkan karena pada metode maserasi aethanol 50 % konsentrasi
30% menggunakan simplisia daun salam ( Eugenia polyantha W. ) lebih
banyak dibandingkan dengan metode maserasi aethanol 50 %
konsentrasi 10 % sehingga kemungkinan senyawa aktif yang tersari juga
menjadi lebih besar / lebih banyak dan pada akhirnya menyebabkan
ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang disari dengan
menggunakan metode maserasi aetahol 50 % konsentrasi 30 % lebih
efektif terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
penyebab karies gigi.
Zona hambat pada maserasi aethanol 50 % lebih besar
dibandingkan dengan zona hambat pada maserasi 96 % mungkin saja
disebabkan karena banyaknya senyawa aktif yang bersifat polar yang
lebih mudah larut dalam solven ( pelarut ) aethanol 50 % yang bersifat
polar dibandingkan larut dalam solvent ( pelarut ) aethanol 96 % yang
bersifat non polar.
Bila hasil zona hambat maserasi aethanol 50 % konsentrasi 30 %
dibandingkan dengan hasil zona hambat vankomycin sebagai kontrol
positif maka didapatkan hasil bahwa diameter zona hambat maserasi
aethanol 50 % konsentrasi 30 % hampir sama dengan vankomycin dan
hal tersebut telah dilakukan dalam tiga kali ulangan. Hal ini menunjukkan
bahwa maserasi aethanol 50 % dari daun salam ( Eugenia polyantha W. )
ini sangat berpotensi untuk digunakan sebagai antibakteri dari
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi.
Namun demikian hal ini masih perlu tetap diteliti lebih lanjut lagi baik
dengan jumlah ulangan yang lebih banyak maupun dengan tingkat
konsentrasi ekstrak yang bervariasi.
Sebenarnya daun salam ( Eugenia polyntha W. ) telah diteliti
sebagai antibakteri streptococcus oleh Agustin W. SD. & Agus S. pada
tahun 2009 hanya saja pada penelitian itu Agustin W. SD. & Agus S.
hanya memakai metode rebusan dimana metode rebusan ini tidak dapat
menyari secara sempurna senyawa aktif yang terkandung dalam daun
salam ( Eugenia polyantha W. ) dibandingkan dengan metode maserasi
yang dapat menyari secara lebih baik dan sempurna karena metode
maserasi ini dilakukan dengan merendam daun salam dalam cairan
penyari ( solvent ) selama 5 hari sambil sesekali diaduk kemudian disaring
lalu diuapkan hingga diperolek ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha
W. )
Ada beberapa kemungkinan mekanisme kerja dari daun salam
(Eugenia polyantha W. ) sesuai dengan senyawa aktif yang terkandung di
dalamnya. Menurut Winarto daun salam mengandung tannin, flavonoid
dan minyak atsiri. Mekanisme kerja dari flavonoid adalah merupakan
senyawa yang bersifat polar dan umumnya terdapat dalam bentuk
campuran sebagai glikosida pada jaringan tumbuhan, Senyawa ini dapat
bekerja sebagai antibakteri karena dapat mendenaturasi dan
mengkoagulasi protein sel bakteri sehingga sel bakteri menjadi
mati.sedangkan tannin merupakan salah satu antimikroba yang berasal
dari tumbuhan dan bekerja dengan cara membentuk ikatan yang stabil
dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma bakteri, jadi
mengapa tannin dan flavonoid ini dapat menghambat dengan baik
terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
karena kedua bakteri tersebut merupakan bakteri gram positif yang
mempunyai struktur dinding sel yang sederhana yang terdiri dari
peptidoglikan dan asam teikoat sehingga memudahkan senyawa
antibakteri masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja.
Hasil statistik dengan menggunakan independent sample T test
menunjukkan hasil yang tidak signifikan untuk semua metode yang
digunakan. Hal ini disebabkan karena sampel yang digunakan dalam
penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukan independent sample
T test , dimana untuk independent sample T test sampel yang digunakan
minimal 30 sampel.
Penelitian ini juga mencoba untuk melihat bentuk morfologi bakteri
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus sebelum
mendapatkan perlakuan dengan ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha
W. ) maupun yang telah mendapatkan perlakuan tetapi peneliti tidak
dapat melihat adanya perbedaan bentuk morfologi dari Streptococcus
mutans dan Staphylococcus aureus sebelum perlakuan dengan ekstrak
daun salam maupun setelah perlakuan hal ini mungkin saja disebabkan
karena mikroskop yang digunakan untuk melihat bakteri Streptococcus
mutans dan Staphylococcus aureus adalah mikroskop binokular yang
mempunyai kemampuan terbatas dimana hanya memiliki perbesaran
sampai 1000x, yang dapat dilihat oleh peneliti hanya perbedaan jumlah
sel dari bakteri dimana jumlah sel bakteri lebih sedikit setelah mengalami
perlakuan dibandingkan dengan jumlah sel bakteri sebelum
perlakuan.(Gambar 7 dan 8)
Sebelum Sesudah
Gambar 7. Streptococcus mutans sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Sebelum Sesudah
Gambar 8. Staphylococcus aureus sebelum perlakuan dan setelah
perlakuan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dengan meggunakan metode disc
diffusion dan densitometri, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) aktif terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
penyebab karies gigi.
2. Sediaan daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang paling aktif dalam
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus penyebab karies gigi adalah sediaan daun
salam yang dibuat dengan metode maserasi aethanol 50 %
konsentrasi 30 %.
B. Saran
1. Dapat diteliti lebih lanjut senyawa apa yang terkandung di dalam
ekstrak daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang aktif terhadap
bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab
karies gigi.
2. Dapat diteliti lebih lanjut menggunakan variasi konsentrasi maserasi
aethanol 50 % dari daun salam ( Eugenia polyantha W. ) yang aktif
terhadap bakteri dan waktu yang dibutuhkan untuk mengobati karies
gigi secara tradisional dan untuk membuktikan apakah cara ini betul-
betul efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin W. SD. & Agus S., 2009. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha W) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp.,Majalah Farmasi Indonesia. 20 (3 ) 112- 117
Biswas, I., 2011, Peran VltAB, sebuah kompleks transporter ABC, dalam
toleransi viologen di Streptococcus mutans Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse S. E. 2005. Medical Microbioly. Edisi 20.
Terjemahan oleh bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga. Jakarta. Salemba medika
Capuccino, J.G., Natalie S., 2001, Microbiology : A laboratory manual,
Benjamin Cummings, San Fransisco De Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.), 1999. Plant Resources of
South_East Asia 13: Spices. PROSEA. Bogor Cetakan pertama. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Jakarta. Depkes RI. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Republik Indonesia. Jumiatun, 2010. Hubungan perawatan kebersihan gigi dan mulut dengan
kejadian karies gigi anak prasekolah ( 3-6 tahun ) di Tk Pertiwi VI Pondok labu .Jakarta.
Kidd, E.A.M. Joyston, S. Tanpa tahun. Dasar-dasar karies: Penyakit dan
penanggulangannya.. Terjemahan oleh Narlan Sumawinata, Safrida Faruk. 1992. Jakarta: EGC
Lay B. W., 2002. Analisis Mikroba di Laboratorium. P.T. Raja Grapindo
Persada : Jakarta Laboratorium Kesehatan. 2000. Standar Operating Prosedur (SOP) in
Microbiology. Depkes RI: Jakarta. Levinson W., 2004. Medical Microbiology & Immunology. 8th ed. Lange
Nicolas, Guillaume G., Lavoie, Marc C., 2011, "Streptococcus mutans et
les streptocoques buccaux dans la plak DENTAIRE"Journal Kanada Mikrobiologi 57 (1): 1-20
Panjaitan M., 1997. Etiologi karies gigi dan penyakit periodental. Cetakan
ke I. Medan. USU Press Pitauli & Hamada T., 2008. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan Ed. I. Medan : USU Press Rohman A.,2009. Kromatogarfi untuk analisis obat Ed. Pertama.
Yogyakarta. Graha ilmu Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi Geligi. Editor Suryo, S. 1992.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sugito S. F., 2000. Peranan Teh dalam Mencegah Terjadinya Karies Gigi.
Dalam Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Volume 7. Edisi Khusus. Jakarta : FKG Universitas Indonesia
Suganda AG. et al. 2005. Pengembangan Daun Salam (Syzigium
polyanthi) menjadi Fitofarmaka sebagai Penurun Kadar Gula. Laporan Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan
Sumono A.,Agustin W., 2008. The use of bay leaf in dentistry. Dental
journal Vol. 41.No.3. Hal 147- 150
Tarigan, R. 1991. Karies Gigi. Cetakan Kedua. Penerbit Hipokrates. Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1996, Morfologi Tumbuhan, 11-98, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Winarto W. P., 2004. Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
LAMPIRAN I
ALUR KERJA
LAMPIRAN 2
Skema Isolasi Dan Identifikasi
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
Swab Karies Gigi
Media Brain Heart Infusion Broth
(BHIB)
Inokulasi 35 – 370C, 1 x 24 jam
Agar Darah 5%
Inokulasi 35 – 370C, 1 x 24 jam
Koloni Koloni
Pewarnaan Gram
Tes Biokimia
Staphylococcus aureus
Pewarnaan Gram
Tes Biokimia
Streptococcus mutans
LAMPIRAN 3
Skema Pengujian Disc Diffusion
Inokulum Bakteri
Streptococcus mutans/ Staphylococcus aureus
Suspensi Bakteri
Sesuaikan standar Mc Farland 0,5
Diusapkan pada permukaan Mueller Hinton Agar
Biarkan 5 menit
Kertas cakram mengandung Ekstrak Daun Salam
diletakkan diatas permukaan agar
Didiamkan 15 menit lalu diinkubasi terbalik
selama 20 jam suhu 35 – 37oC
Diukur zona hambatan
LAMPIRAN 4
Profil KLT Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha W.)
Dengan Lampu UV 254 nm
Hasil densitometri pada panjang gelombang 254 nm
Keterangan :
Eluen : Etil Asetat : Asam Asetat : Asam Formiat : Air (10:0,5:0,5:1 ) A : Ekstrak Seduhan Daun Salam 10% B : Ekstrak Seduhan Daun Salam 30% C : Ekstrak Dekokta Daun Salam 10% D : Ekstrak Dekokta Daun Salam 30% E : Ekstrak Infus Daun Salam 10% F : Ekstrak Infus Daun Salam 30% G : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun Salam 30% H : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun Salam 10% I : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun Salam 30% J : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun Salam 10%
J A B C D E G F H I
LAMPIRAN 5
Profil KLT Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha W.)
Dengan Lampu UV 366 nm
Hasil densitometri pada panjang gelombang 366 nm
Keterangan :
Eluen : Etil Asetat : Asam Asetat : Asam Formiat : Air (10:0,5:0,5:1 ) A : Ekstrak Seduhan Daun Salam 10% B : Ekstrak Seduhan Daun Salam 30% C : Ekstrak Dekokta Daun Salam 10% D : Ekstrak Dekokta Daun Salam 30% E : Ekstrak Infus Daun Salam 10% F : Ekstrak Infus Daun Salam 30% G : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun Salam 30% H : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun Salam 10% I : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun Salam 30% J : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun Salam 10%
A B C J D E F H G I
Lampiran 6
Gambar Hasil Pengujian Disc Diffusion
Foto zona hambat metode ekstraksi maserasi menggunakan etanol 50%.
Foto zona hambat menggunakan metode seduhan
Keterangan:
1 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak seduhan daun salam ( Eugenia
polyantha W. )
2 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Infus daun salam ( Eugenia
polyantha W. )
3 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Dekokta daun salam ( Eugenia
polyantha W. )
4 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Maserasi dengan pelarut etanol
50% daun salam (Eugenia polyantha W.)
5 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Maserasi dengan pelarut etanol
96% daun salam ( Eugenia polyantha W. )
A : Ekstrak Konsentrasi 10%
B : Kontrol positif (Vancomycin 30 µg)
C : Kontrol negatif (Air suling dan Natrium CMC 1%)