Page 1
ABSTRAK
Rofizar. A. 2016. Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Kesesuaian Kawasan Budidaya Ikan Kerapu Menggunakan
Keramba di Perairan Laut Desa Genting Pulur Kabupaten Kepulauan Anambas, Skripsi, Tanjungpinang:
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pembimbing I: Yales Veva Jaya, S.Pi, M.Si. Pembimbing II: Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc
Judul penelitian adalah Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Kesesuaian Kawasan Budidaya Ikan Kerapu
Menggunakan Keramba di Perairan Laut Desa Genting Pulur Kabupaten Kepulauan Anambas dengan tujuan untuk
mengetahui kawasan yang sesuai untuk meletakkan wadah budidaya berdasarkan kualitas air secara fisika dan kimia.
Dalam penelitian ini menggunakan metode sampling untuk mendapatkan data dari parameter yang digunakan sebagai
kriteria kesesuaian kawasan budidaya untuk selanjutnya di analisis dan diolah dengan menggunakan sistem informasi
geografis (SIG).
Dari penelitian tersebut di dapat hasil faktor pembatas alur kapal dengan lebar 35 m, kedalaman 20,50 m,
keterlindungan semi terbuka, tinggi gelombang 0,15 m, arus 140 cm/dtk, kecerahan 988 cm, suhu 31 °C, salinitas 38
‰, oksigen terlarut 7,7 mg/l dan pH 8,4.
Setelah diolah menggunakan SIG maka di dapat luas area untuk budidaya ikan kerapu menggunakan keramba
jaring apung adalah 304,61 ha dan untuk keramba jaring tancap 681,90 ha, dapat disimpulkan lokasi budidaya ikan
kerapu menggunakan keramba jaring apung memiliki kawasan lebih luas dari pada budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring tancap dari total seluruh kawasan penelitian adalah 987 ha.
Kata kunci : keramba, budidaya ikan kerapu, SIG
ABSTRACT
Rofizar. A. 2016. Application of GIS for Suitability Mapping Region Grouper Using Cage Aquaculture in Rural Sea
water Genting Pulur Anambas Island, Thesis, Tanjungpinang: Deparment of Marine Sciences, Faculty of
Marine Sciences and Fisheries, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor I: Yales Veva Jaya, S.Pi, M.Si.
Co-Advisor: Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc
Title of the research is the application of GIS for Suitability Mapping Region Grouper Using Cage
Aquaculture in Rural Sea water Genting Pulur Anambas Island in order to determine the appropriate department to
put a container of water quality in aquaculture is based on physics and chemistry. In this study using sampling
methods to obtain data on the parameters of which are used as a criterion for suitability for further cultivation area in
the analysis and processed using geographic information system (GIS).
From these studies can result in limiting factors groove vessel with a width of 35 m, depth 20,50 m, wave
height 0,15 m, flow 140 cm/sec, brightness of 988 cm, temperature 31 °C, salinity 38 ‰, dissolved oxygen 7,7 mg/l
and pH 8,4.
Once processed using GIS, in the area can for grouper aquaculture using floating net cages is 304,61 ha to
681,90 ha cage step, it can be concluded location grouper aquaculture using floating net cages have wider region of
the fish farming grouper using net cages step of the total study area is 987 ha.
Keyword :cage, grouper a aquaculture, GIS
Page 2
PENDAHULUAN
Dengan kondisi laut yang masih banyak
terdapat terumbu karang, air yang jernih dengan
kecerahan tinggi menjadi modal awal untuk
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang
ada. Saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang
melakukan budidaya dengan menggunakan keramba
jaring apung dan keramba jaring tancap. Dari sekian
banyak jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) dan ikan kerapu sunu
(Plectropomus maculatus) adalah jenis yang banyak
dibudidayakan.
Kurangnya informasi dan pengetahuan
masyarakat mengenai kawasan yang sesuai untuk
keramba jaring apung dan keramba jaring tancap,
maka penelitian ini dilakukan untuk menentukan
kawasan yang sesuai meletakkan keramba jaring
apung dan keramba jaring tancap tersebut berdasarkan
kualitas air secara fisika dan kimia serta faktor
pembatas.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah
satu solusi yang dapat menentukan lokasi yang sesuai
untuk meletakkan keramba jaring apung dan keramba
jaring tancap dengan melakukan interpolasi dan
analisis data. Menurut Budiyanto (2012) SIG adalah
data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh
melalui data satelit atau data lain terdigitasi.
Karena itu SIG dapat menjawab pertanyaan
(1) dimana (2) mengapa dan (3) bagaimana suatu
kawasan yang bisa dijadikan kawasan budidaya ikan
kerapu menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan informasi kawasan yang sesuai untuk
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
apung dan keramba jaring tancap di perairan laut Desa
Genting Pulur.
METODE
Penelitian ini dilaksakan di Desa Genting
Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan
Anambas Provinsi Kepulauan Riau pada bulan
November 2015. Jenis data yang diambil adalah data
primer yaitu faktor pembatas, kedalaman,
keterlindungan, kecerahan, arus, suhu, salinitas,
oksigen terlarut, pH dan data primer yaitu data angin
yang diambil dari BMKG Kabupaten Kepulauan
Anambas yang digunakan untuk meramalkan tinggi
gelombang dan data monografi desa.
Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang masuk
ke dalam kawasan Desa Genting Pulur, adanya habitat
hewan buas juga merupakan salah satu pertimbangan
dalam menentukan lokasi dan dengan melihat
parameter kriteria kesesuaian kawasan budidaya ikan
kerapu menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap, yaitu :
a. Faktor pembatas
Faktor pembatas adalah faktor yang
menyebabkan suatu kawasan dianggap gagal sebagai
lokasi budidaya. Faktor pembatas yang diambil adalah
alur lalu lintas kapal nelayan dengan lebar 35 m.
b. Keterlindungan pantai
Kawasan budidaya ikan kerapu menggunakan
keramba jaring apung dan keramba jaring tancap harus
terlindung dari gelombang.
c. Parameter fisika dan kimia
Kriteria parameter yang sesuai adalah
kedalaman untuk KJA >2 m, kedalaman KJT 2 m- 8
m, gelombang 0,5 m – 8 m, kecerahan >40 cm, arus 10
cm/dtk – 50 cm/dtk, suhu 24 °C - 32°C, salinitas 20 ‰
– 35 ‰, oksigen terlarut 4 mg/l – 8 mg/l dan pH 7 –
8,5.
Prosedur Penelitian
Data digital pulau Jemaja di digitasi untuk
selanjutnya dijadikan peta dasar membuat peta tematik
dari sembilan parameter. Untuk membuat peta tematik
tersebut data dari masing-masing parameter diolah
sehingga didapatlah data yang selanjutnya dijadikan
peta tematik
- Kedalaman
- Keterlindungan
- Gelombang
- Arus
- Kecerahan
- Suhu
- Salinitas
- Oksigen terlarut
- pH
Kesembilan peta tematik tersebut di overlay
dan didapatlah hasil yang baru kemudian hasil tersbut
di overlay dengan faktor pembatas dengan hasil
overlay tersebut di dapatlah peta kesesuain kawasan
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
Page 3
apung dan keramba jaring tancap di perairan laut Desa
Genting Pulur.
Prosedur Pemetaan
Tahapan dalam pemetaan yang dilakukan
adalah pengumpulan data-data primer maupun data
sekunder kemudian data tersebut diolah untuk
dilakukan proses pemetaan dan disajikan dalam bentuk
peta titik, peta kontur, peta tematik, peta kesesuaian
tentatif dan peta klas kesesuaian kawasan budidaya
ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap di perairan laut Desa Genting
Pulur.
Analisis data spasial
Analisis spasial merupakan penilaian hasil
pemetaan yang dihitung dan di overlay dengan
menggunakan tools intersect dari seluruh peta tematik
sehingga menjadi sebuah peta yang memberikan
informasi tertentu pada sebuah lokasi.
Menurut Jonston (1994) dalam Budiyanto
(2012) secara sederhana menyatakan bahwa analisis
spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan
pada analisis lokasi sedangkan menurut Hartoyo,
Nugroho, Bhirowo dan Khalil (2010) intersect
digunakan untuk menggabungkan dua set data spasial
yang saling berpotongan.
Skema : Proses intersect peta tematik keramba jaring
apung dan keramba jaring tancap
Analisis dilakukan dengan cara memberikan
kriteria pada sepuluh parameter. Pemberian kriteria
berdasarkan parameter terpenting. Kriteria dan
parameter yang sesuai untuk budidaya diberi nilai
sesuai (S) dan yang terdapat faktor pembatas sehingga
menyebabkan kawasan tersebut tidak sesuai untuk
budidaya diberi nilai tidak sesuai (N) dan kriteria yang
memberikan pengaruh paling besar terhadap aktivitas
budidaya diberi skor tertinggi.
Tabel : Bobot dan skor parameter
No Parameter Bobot Skor
1 Pembatas 30
S= Tidak berada pada alur
kapal dengan lebar 35 m
N= Berada pada alur kapal
dengan lebar 35 m
2
1
2 Kedalaman 25
KJA
S= 2m - >5m
N= <2m
KJT
S= 2m – 8m
N= <2 m - >8m
2
1
3 Keterlindungan 10
S= Terlindung dari
gelombang
N= Adanya gelombang
2
1
4 Gelombang 5
S= 0,5m–2m
N= >2m
2
1
5 Arus 5
S= 10cm/dtk - 50cm/dtk
N= <10cm/dtk ->50cm/stk
2
1
6 Kecerahan 5
S= >40cm
N= <40cm
2
1
7 Suhu 5
S= 24°C - 32°C
N=<24°C - >32°C
2
1
8 Salinitas 5
S= 20‰-35‰
N= <20‰->35‰
2
1
9 Oksigen Terlarut 5
S= 4mg/l - 8mg/l
N= <4mg/l - >8mg/l
2
1
10 Ph 5
S= 7 – 8,5
N= <7 - > 8,5
2
1
Suhu
Salinitas
DO
pH
Arus
Kecerahan
Kedalaman
Gelombang
Keterlindungan
Dissolve Peta Kesesuaian
Tentatif KJA dan
KJT
Page 4
Klas Kesesuaian
Untuk menentukan nilai total menggunakan
rumus :
N= (∑ Bi x Si) / (Keseluruhan Bobot)
Keterangan :
N = Total Nilai
Bi = Bobot pada tiap kriteria
Si = Skor pada tiap kriteria
Untuk menentukan kelas kesesuaian kawasan
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
apung dan keramba jaring tancap adalah :
N. Min =
N. Mak =
Selang interval kelas =
Dengan menghitung menggunakan rumus di
atas maka didapatlah selang interval untuk keramba
jaring apung dan keramba jaring tancap sebesar 0,50,
nilai 1,00 dan nilai 2,00 masing-masing kelas ditetap
selang dari bobot nilainya adalah :
Sesuai = nilai 1,51 – 2,00
Tidak sesuai = nilai 1,00 – 1,50
Pada penelitian ini kawasan yang sesuai untuk
digunakan sebagai tempat budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung dan keramba
jaring tancap adalah :
Kelas S =Sesuai
Daerah ini dikatakan sesuia untuk
budidaya kerapu dengan menggunakan keramba
jaring apung dan keramba jaring tancap karena
kawasan ini berdasarkan kualitas air dalam
keadaan baik dan sesuai, terlindung dari hempasan
gelombang langsung, akses yang mudah untuk
mencapai lokasi budidaya dan tidak berada pada
alur lalu lintas laut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Desa Genting Pulur memiliki luas 9,817 ha
berbatasan dengan :
Utara = Desa Ulu Maras
Selatan = Laut Cina Selatan
Barat = Desa Air Biru
Timur = Desa Kuala Maras
Dengan pekerjaan yang banyak dilakukan
yaitu sebagai nelayan dengan jumlah 70 jiwa (data
monografi Desa Genting Pulur).
Titik Sampling Parameter
Titik sampling parameter kualitas air yaitu
suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, arus, kecerahan
dan keterlindungan berjumlah 176 titik yang tersebar
diperairan laut Desa Genting Pulur.
Titik sampling kedalaman berjumlah 1,248
titik.
Page 5
Titik sampling faktor pembatas berjumlah 43
titik.
Parameter Kesesuaian Kawasan Budidaya Ikan
Kerapu Menggunakan Keramba Jaring Apung
Dan Keramba Jaring Tancap
1. Faktor Pembatas
Dari hasil pengamatan visual dan pengolahan
data maka didapatlah kesesuaian kawasan budidaya
ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap berdasarkan faktor pembatas
dengan lebar alur 35 m yang telah dihitung
berdasarkan ukuran kapal motor terbesar yang
melewati perairan tersebut.
2. Kedalaman
Kawasan yang sesuai untuk keramba jaring
apung berdasarkan kedalaman adalah >2 m dan tidak
sesuai dengan <2 m.
Kawasan yang sesuai untuk keramba jaring
tancap berdasarkan kedalaman yang sesuai 2 m – 8 m
dan tidak sesuai <2 m dan >8 m.
3. Keterlindungan
Berdasarkan keterlindungan warna abu-abu
menunjukan kawasan tersebut tidak sesuai atau
terbuka sehingga angin masuk sedangkan warna abu-
Page 6
abu gelap adalah kawasan yang sesuai atau terlindung
sehingga kurangnya angin masuk secara langsung.
4. Gelombang
Berdasarkan gelombang yang dikonversikan
dari data angin tinggi gelombang sesuai untuk
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba apung
dan tancap dengan tinggi gelombang 0,18 m.
5. Arus
Berdasarkan peta, arus 10 cm/dtk - 50 cm/dtk
sesuai untuk budidaya ikan kerapu menggunakan
keramba jaring apung dan keramba jaring tancap
sedangkan yang tidak sesuai adalah arus <10 cm/dtk
dan >50 cm/dtk.
6. Kecerahan
Dari peta kecerahan seluruh kawasan
penelitian sesuai untuk budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung dan keramba
jaring tancap dengan kecerahan >40 cm.
7. Suhu
Seluruh kawasan penelitian sesuai untuk
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
Page 7
apung dan keramba jaring tancap dengan suhu 24 °C –
32 °C.
8. Salinitas
Berdasarkan peta salinitas seluruh kawasan
penelitian tidak sesuai untuk budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung dan keramba
jaring tancap dengan salinitas >35 ‰.
9. Oksigen Terlarut
Dari peta oksigen terlarut seluruh kawasan
penelitian sesuai untuk budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung dan keramba
jaring apung dengan oksigen terlarut 6,6 mg/l – 7,6
mg/l.
10. pH
Seluruh kawasan penelitian sesuai untuk
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
apung dan keramba jaring tancap dengan pH 7,5 – 8,3.
Kesesuaian Kawasan Budidaya Ikan Kerapu
Menggunakan Keramba Jaring Apung Dan
Keramba Jaring Tancap
Dari hasil overlay sembilan parameter dan di
dissolve di dapatlah peta kesesuaian tentatif untuk
Page 8
lokasi budidaya ikan kerapu menggunakan keramba
jaring apung dan keramba jaring tancap di perairan
laut Desa Genting Pulur.
Total 987 ha kawasan yang dijadikan lokasi
penelitian ditemukan kawasan yang sesuai untuk
keramba jaring apung adalah 304,61 dan tidak sesuai
681,90 ha.
Untuk keramba jaring tancap kawasan sesuai
adalah 162,93 ha dan tidak sesuai 823,99 ha.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan pada bulan
November 2015 dengan luas kawasan perairan laut
987 ha ditemukan kawasan yang sesuai untuk
budidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring
apung adalah 304,61 ha dan keramba jaring tancap
681,90 ha.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kawasan
budidaya menggunakan wadah keramba jaring apung
Page 9
memiliki kawasan yang lebih luas dari wadah
budidaya keramba jaring tancap.
Saran
1. Dalam melakukan kegiatan budidaya
menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap sebaiknya tidak
membangun pada daerah yang terbuka dan
terdapat faktor pembatas.
2. Agar penelitian ini dapat diteruskan dengan
meneliti berdasarkan musim sehingga di dapat
kesesuaian kawasan budidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap berdasarkan musim-
musim yang ada serta mengamati kondisi
ekosistem terumbu karang.
3. Penelitian dilanjutkan dengan melihat daya
dukung budidaya dan tempat yang sesuai,
memetakan kegiatan budidaya existy dan
menghitung peluang pemanfaatan yang bisa
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, E., 2005, Sistem Informasi Geografis
Menggunakan Arcview Gis, C.V Andi,
Yogyakarta
Hartoyo, G.A.M.E., Nugroho, Y., Bhirowo, A.,
dan Khalil, B., 2010, “Modul Pelatihan
Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat
Dasar”, Tropenbos International Indonesia
Programme, Hal 127, https ://www .go
ogle.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&sur
ce=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0C
CgQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.tr
openbos.org%2Ffile.php%2F332%2Fguid
eline-of-gis-basic training. pdf&ei =jfklVZ
uEMoW SuA T w8 4GIBA &usg= AFQjC
NEZ7iP5KqAFuZgPN7eNTY_4HgVMD
Q&sig2=qr1NOU UI 4d8 b1cJt fA8A &bv
m=b v.904 91159,d.c2E, 8 April 2015