Learning objective (25 april 2015)1. Pengertian aborsi dan
bedanya dengan abortus2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens3.
Terapi pada abortus insipiens dan iminens4. Pengertian inkompetensi
serviks5. Pengertian missed abortion6. Pengertian blighted ovum7.
Hamil usia 18 minggu, terjadi pelepasan air ketuban, apa
diagnosisnya8. Pengertian amnion / korion9. Pemberian
kortikosteroid pada KPD10. Penyebab perdarahan pervaginam pada
KET11. Tanda-tanda persalinan
Jawaban1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortusKata
aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion, sedangkan
abortus merupakan istilah kedokteran yang berasal dari bahasa latin
aboriri keguguran. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum
umur kehamilan 20 minggu atau dengan janin memiliki berat lahir
kurang dari 500 gram.
2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens Abortus iminens
merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Abortus insipiens adalah
abortus yang tak terelakkan yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Terapi pada abortus iminens dan insipiens Abortus iminens :
tidak ada terapi yang efektif untuk abortus mengancam (abortus
iminens). Tirah baring, meskipun sering dianjurkan, tidak mengubah
perjalanannya. Analgesia dengan asetaminofen dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri. Abortus insipiens : jika terjadi pengeluaran
cairan mendadak pada kehamilan dini sebelum nyeri, demam, atau
perdarahan, pasien dapat dianjurkan untuk beristirahat dan
diobservasi. Setelah 48 jam, jika tidak ada lagi cairan amnion yang
keluar dan tidak ada perdarahan, demam, atau nyeri, kehamilan
dilanjutkan. Namun jika keluarnya cairan diikuti oleh pendarahan,
nyeri, atau demam, abortus harus dianggap insipiens, dan uterus
dikosongkan.
4. Pengertian inkompetensi serviksInkompetensi serviks adalah
ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh
karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi
serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua
yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh
kelemahan pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim
mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit,
dengan prolaps dan ballooning membrane kedalam vagina, diikuti oleh
pengeluaran janin belum matang.
5. Pengertian missed abortionMissed Abortion adalah abortus yang
ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kehamilan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan.
6. Pengertian blighted ovumKehamilan anembrionik merupakan
kehamilan patologi dimana embrio tidak terbentuk sejak awal
walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Kehamilan biasanya akan
berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya
sekitar 14 16 minggu akan terjadi abortus spontan. Diagnosis
ditegakkan dengan USG pada usia kehamilan 7 8 minggu didapatkan
kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2.5 cm tidak
disertai adanya gambaran embrio. Perlu dilakukan evaluasi USG 2
minggu kemudian, bila sama dan kantong gestasi membesar, dinyatakan
kehamilan anembrionik. Penanganan dilakukan terminasi dengan
dilatasi dan kuretase. 7. Hamil usia 18 minggu, terjadi pelepasan
air ketuban, apa diagnosisnyaAbortus. Jika terjadi pengeluaran
cairan mendadak pada kehamilan dini sebelum nyeri, demam, atau
perdarahan, pasien dapat dianjurkan untuk beristirahat dan
diobservasi. Setelah 48 jam, jika tidak ada lagi cairan amnion yang
keluar dan tidak ada perdarahan, demam, atau nyeri, kehamilan
dilanjutkan. Namun jika keluarnya cairan diikuti oleh pendarahan,
nyeri, atau demam, abortus harus dianggap insipiens, dan uterus
dikosongkan.
8. Pengertian amnion / korion Amnion adalah membran
ekstraembrional yang melapisi korion dan didalamnya terdapat fetus
dan cairan amnion Membran paling luar pada janin yang terdiri dari
trofoblas dan dibatasi oleh mesoderm, lapisan ini membentuk vili,
tervaskularisasi oleh pembuluh darah, dan membentuk bagian janin
plasenta.
9. Pemberian kortikosteroid pada KPDPemberian terapi
kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan paru janin, menurunkan
insidensi respiratory distress syndrome (RDS) (Sindrom gawat napas
pada neonatus, dalam bahasa inggris disebut neonatal repiratory
distress sindrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hipernea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah
epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi. Bila
didengar dengan stetoskop terdengar penurunan masukan udara ke
dalam paru.), mencegah perdarahan intraventikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan < 35 minggu.Obat yang diberikan adalah
deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang
karena resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Siklus
pemberian kortikosteroid adalah : Betametason : 2 x 12 mg i.m.
dengan jarak pemberian 24 jam Deksametason : 4 x 6 mg i.m. dengan
jarak pemberian 12 jam 10. Penyebab perdarahan pervaginam pada
KETBeberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah: Abortus ke
dalam lumen tuba. Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding
pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat
implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah
perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding
tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan rneiaiui ujung firnbrae tuba ke dalarn kavum
peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan
gejala-gejala menghilang.
Ruptur dinding tuba. Penyebab utama dan ruptur tuba adalah
penembusan dinding viii korialis ke dalam lapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang
dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada parsi
ntersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi
secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada
koitus dan pemeriksaan vagina.
11. Tanda-tanda persalinana. Rasa sakit oleh adanya his yang
datang lebih kuat, sering dan teratur.b. Keluar lendir bercampur
darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks.c. Dapat disertai ketuban pecah dini.d. Pada pemeriksaan
dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :Kala I : Dinamakan kala
pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan
10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :a. Fase laten
berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase
yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi
pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap 10 cm.Kala I ini selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1
jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Learning objective (27 april 2015)1. Pengertian aborsi dan
bedanya dengan abortusAborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah pengguguran kandungan.Kata aborsi diserap dari bahasa
Inggris yaitu abortion, sedangkan abortus merupakan istilah
kedokteran yang berasal dari bahasa latin aboriri keguguran.
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan 20
minggu atau dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500
gram.
2. Pengertian inkompetensi serviksInkompetensi serviks adalah
ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh
karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi
serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua
yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh
kelemahan pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim
mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit,
dengan prolaps dan ballooning membrane kedalam vagina, diikuti oleh
pengeluaran janin belum matang.
3. Pengertian amnion / korionAmnion adalah membran
ekstraembrional yang melapisi korion dan didalamnya terdapat fetus
dan cairan amnionKorion adalah membran paling luar pada janin yang
terdiri dari trofoblas dan dibatasi oleh mesoderm, lapisan ini
membentuk vili, tervaskularisasi oleh pembuluh darah, dan membentuk
bagian janin plasenta.
4. Induksi persalinanInduksi persalinan adalah upaya
menstimulasi uterus untuk memulai terjadinya persalinan. Induksi
dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane.Induksi
diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau
kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi
persalinan mungkin diperlukan untuk menyelamatkan janin dari
lingkungan intra uteri yang potensial berbahaya pada kehamilan
lanjut untuk berbagai alasan atau karena kelanjutan kehamilan
membahayakan ibu.
Adapun indikasi induksi persalinan yaitu Ketuban pecah dini
Kehamilan lewat waktu Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau
280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm
adalah usia kandungan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode
terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4-14% atau rata-rata
10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Kehamilan
lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari dan belum terjadi
persalinan.Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang
dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena
postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
Oligohidramnion Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Normal volume
cairan amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12
minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 1500 ml pada
saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlahcairan amnion hanya 100
sampai 200 ml atau kurang.Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang
normal pada primigravida adalah 1 liter, pada multigravida sebanyak
1,5 liter, dan sebanyak banyaknya yang masih dalam batas normal
adalah 2 liter.
Etiologi yang pasti belum jelas. Penyebab sekunder biasanya
dikaitkan dengan : Pecahnya membran ketuban Penurunan fungsi ginjal
atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi
urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber
terbentuknya air ketuban Kehamilan post-term sehingga terjadinya
penurunan fungsi plasenta. Gangguan pertumbuhan janin Penyakit yang
diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan
pembekuan darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti
Lupus.
KorioamnionitisKeadaan pada perempuan hamil dimana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Penyebabnya
adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus
urogenitalis ibu. Koriomnionitis tidak selalu menimbulkan gejala.
Bila timbul gejala antara lain demam, nadi cepat, berkeringat,
uterus pada perabaan lembek, dan cairan berbau keluar dari
vagina.Diagnosis korioamninitis ditegakkan dengan pemeriksaan
fisik, gejala-gejala tersebut di atas,kultur darah, dan cairan
amnion.Korioamnionitis secara klinis bermanifestasi sebagai demam
pada ibu dengan suhu 38celcius atau lebih, biasanya berkaitan
dengan pecah ketuban. Demam pada ibu selama persalinanatau setelah
ketuban pecah biasanya disebabkan oleh korioamnionitis kecuali
dibuktikan lain.Demam sering disertai oleh takikardi ibu dan janin,
lokia berbau busuk, dan nyeri tekan fundus.Leukositosis material
semata-mata tidak dapat diandalkan untuk mendiagnosis
korioamnionitis.
Preeklampsia berat Preeklampsia adalah kelainan malafungsi
endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga
terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan
terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai
proteinuria.
Kriteria preeklampsia ringan : Hipertensi dengan
sistolik/diastolik > 140/90 mmHg Proteinuria > 300 mg/24 jam
atau > 1 + dipstik. Edema generalisata yaitu pada lengan, muka,
dan perut.
Kriteria preeklampsia berat : Tekanan darah sistolik/diastolik
> 160/110 mmHg Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 +
dipstik Oliguria < 400 ml / 24 jam. Kenaikan kadar kreatinin
plasma > 1,2 mg/dl. Gangguan visus dan serebral: penurunan
kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat
teregangnya kapsula glisson. Edema paru dan sianosis. Hemolisis
mikroangiopatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.
Trombositopenia (trombosit < 100.000 mm3). Oligohidroamnion,
pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. Gangguan fungsi
hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.
Hipertensi akibat kehamilan Hipertensi dalam kehamilan adalah
adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah kehamilan 20
minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas
nilai normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai
tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir
triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi.
Intrauterine fetal death (iufd) Kematian janin dalam kandungan
adalah kematian janin ketika berada dalam rahim yang beratnya 500
gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam
kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Pertumbuhan janin terhambat (pjt) Insufisiensi plasenta
Perdarahan antepartum Umbilical abnormal arteri doppler
Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra indikasi
untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan. Diantaranya
yaitu: disproporsi sefalopelvik (CPD) plasenta previa gemelli
polihidramnion riwayat sectio caesar klasik malpresentasi atau
kelainan letak gawat janin plasenta previa hidrosefalus infeksi
herpes genital aktif
Komplikasi atau risiko melakukan induksi persalinanKomplikasi
dapat ditemukan selama pelaksanaan induksi persalinan maupun
setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat ditemukan antara lain:
atonia uteri, hiperstimulasi fetal distress prolaps tali pusat
rupture uteri solusio plasenta hiperbilirubinemia hiponatremia
infeksi intra uterin perdarahan post partum kelelahan ibu dan
krisis emosional meningkatkan pelahiran caesar pada induksi
elektif
Untuk dapat melaksanakan induksi persalinan perlu dipenuhi
beberapa kondisi/persyaratan sebagai berikut:a. Tidak ada
disproporsi sefalopelvik (CPD)b. Sebaiknya serviks uteri sudah
matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis, hal ini dapat
dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut belum
terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan
menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis.c.
Presentasi harus kepala, atau tidak terdapat kelainan letak
janin.d. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga
panggul.
Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop.
berdasarkan kriteria Bishop, yakni:a. Jika kondisi serviks baik
(skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil diinduksi dengan
hanya menggunakan induksi.b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor
35 tahun sampai perimenopausef. Membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopikg. Menurunkan kejadian penyakit
jinak payudarah. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle
cell)i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
5. Kerugian atau Efek Sampinga. Gangguan haid seperti siklus
haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
spotting, tidak haid sama sekalib. Tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktuc. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
terseringd. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaiane. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan
jangka panjangf. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan
kepadatan tulang (densitas)g. Pada penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
6. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPAa.
Usia reproduksib. Nulipara dan yang telah memiliki anakc.
Menghendaki kontrasepsi jangka panjangd. Menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuaie. Setelah abortus atau keguguranf. Telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomig. Tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogenh. Menggunakan obat
untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis
(rifampisin)i. Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia defisiensi
besi
7. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan
Progestin/DMPAa. Hamil atau dicurigai hamilb. Perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnyac. Tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid, terutama amenoread. Menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudarae. Diabetes mellitus disertai komplikasi
8. Cara Pemberiana. Waktu Pemberian1) Setelah melahirkan : hari
ke 3 - 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi2) Setelah
keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)3) Dalam masa haid : hari 1-7
siklus haid, asal ibu tidak hamil.b. Lokasi PenyuntikanDaerah
bokong/pantat, DMPA diberikan setiap 3 bulan / IM.
19