Page 1
20
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP JANIN DAN ABORSI
A. JANIN
1. Pengertian Janin
Dalam literatur fiqih, konsep janin terbagi menjadi dua yaitu keterangan
secara etimologi (bahasa) dan penjelasan mengenai terminologi (istilah).
Menurut Muhammad Syafiqul Janin berasal dari kata al-ijnān, al-ijtinān, yang
berarti tertutupi atau tersembunyi. Janin memang tertutupi dan tersembunyi dalam
rahim ibunya atau sesuatu yang berada di dalam rahim. Janin berarti anak yang masih
di dalam kandungan ibunya, karena ia masih tersembunyi di sana. Bentuk Jamaknya
adalah ajinnah dan ajnan, yang diambil dari kata janna yang artinya menutupi diri.1
Janin atau fetus adalah mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan
sebelum kelahiran. Dalam bahasa latin, fetus secara harfiah dapat diartikan “berisi
bibit muda, mengandung”. Pada manusia, janin berkembang pada akhir minggu
kedelapan kehamilan , sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga
kelahiran. Janin disebut juga calon bayi.2
Istilah janin dalam Bahasa Arab secara harfiah berarti sesuatu yang
diselubungi atau ditutupi. Dari arti tersebut memiliki makna bahwa janin berada pada
1 Muhammad Syafiqul Anam, Fiqh Kehamilan, (Jawa Timur : Darul Hikmah, 2011), hlm. 64.
2 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Janin
Page 2
21
tempat terselubung dan terbentuk disana, yakni dalam rahim seorang wanita dari saat
pembuahan sampai pada masa kelahiran.
Janin berarti kandungan yang masih di dalam perut ibu. Pengertian ini juga
meliputi fase sebelum maupun penciptaan manusia. Menurut al-Hafidz Ibnu Hajar :
“Janin adalah bobot besar yang dikandung wanita hamil di dalam perutnya. Disebut
janin karena keberadaannya yang masih tersembunyi. Jika janin itu keluar dalam
keadaan hidup, ia disebut walad (anak). Namun jika ia keluar dalam keadaan matu,
maka ia disebut siqht, artinya keguguran”.3
Dari berbagai definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan janin adalah bibit muda atau calon bayi yang tersembunyi di dalam rahim ibu
dan sedang dalam proses tumbuh hingga kelahiran.
2. Konsep Janin Menurut Ulama
Salah satu ulama yang mendefinisikan janin secara rinci dapat dilihat dalam
pendapat Imam Syafi‟i yaitu yang dapat disebut janin pada kehamilan adalah ketika
tahap gumpalan daging (al-mudghah) dan sesuatu yang melekat pada rahim (al-
‘alaqah).4 Pada tahap ini janin dapat disebut sebagai generasi manusia karena telah
memiliki anggota tubuh seperti jari-jari tangan atau kuku, mata, dan segala sesuatu
3 Ibid.
4 Dalam pendapat ini, yang akan dibahas kemudian bahwa pendapat Imam As-Syafi‟I lebih
mendekati pada definisi kedokteran, yang menegaskan bahwa janin bukanlah seorang anak
sebagaimana definisi dari ulama lainnya.
Page 3
22
yang sejenis dengan itu.5 Artinya, setelah tahap alaqah janin dikategorikan telah
sempurna.
Namun yang menarik dari pendapat Imam Syafi‟I tentang janin tersebut,
ternyata mendekati dengan pengetahuan dokter, yakni ada batasan yang jelas yaitu
tahap “mudghah dan alaqah” atau sekitar delapan minggu baru disebut janin. Karena
janin masih berupa proses pembentukan calon anak dan belum menjadi anak.6
Mengacu pada pesan nash mengenai penciptaan manusia yang mengandung
dua unsur antara lain fisik dan roh, konsep manusia menjadi satu studi menarik dikaji
secara ilmiah. Ketika Allah menciptakan unsur baru ke dalam janin berupa roh, pada
ranah inilah yang kemudian menjadi suatu pendekatan baik pada ranah fiqih maupun
sains. Berita penipuan roh dalam hal ini adalah berdasarkan berita yang disampaikan
melalui wahyu kepada Rasulullah SAW, yang sampai kepada kita bahwa roh itu
ditiupkan ke dalam janin setelah berusia seratus dua puluh hari, yaitu hari
pembentukan janin yang sempurna.7
Kemudian pada penciptaan fisik inilah proses perkembangan janin dapat
dideteksi dengan peralatan kedokteran secara ilmiah. Seandainya Allah tidak
menjelaskan melalui nash-nash-Nya tentu masalah keterkaitan antara roh dan jasad
ini menjadi masalah gaib yang tidak diketahui manusia. Konsep roh tidak
menampakkan materi berupa fisik dan tidak pula dapat diinderakan melalui peralatan
5 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 24. 6 Ibid, hlm. 25.
7 Husein Muhammad, Aborsi dalam Perspektif Fikih Kontemporer, (Jakarta: PP Fatayat),
2001, hlm. 11.
Page 4
23
tertentu, dan tidak ada satu alat pun yang sanggup mendeteksinya sekalipun berupa
indikasi, karena di luar jangkauan kemampuan manusia dan merupakan rahasia Allah
SWT, namun faktanya ada dan dapat dirasakan.
3. Tahap Penciptaan Janin Manusia
Al-Quran mengisahkan bahwa manusia merupakan representasi Tuhan di
Bumi karena manusia mengemban misi yang amat mulia sebagai makhluk, yaitu
menjaga dan melestarikan bumi beserta isinya.8 Dengan mengemban misi yang amat
mulia, maka manusia diciptakan dalam bentuknya yang paling sempurna. Bentuk
yang paling sempurna, digambarkan Al-Quran sebagaimana terangkum dalam ayat-
ayat yang menceritakan proses penciptaan manusia, yang menyebut tempat-tempat
dan mekanisme reproduksi.9
Di dalam al-Quran banyak diterangkan bagaimana proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia dalam proses penciptaan atau pertumbuhan dan
perkembangannya di dalam dalam masa janin. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
al-Quran surah Ali-Imram (3): 6 bahwa semua proses itu terjadi selama dalam rahim
yang disebut sebagai kehamilan. Lebih detail Allah SWT menerangkan di dalam
surah Al-mukminun (23): 12-15 dan 67, serta Al-Hajj (22): 5, yang menjelaskan
bahwa ada tahapan-tahapan dari proses kejadian manusia itu.10
8 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006), hlm. 15. 9 H. Hamdani Jamil, Aborsi dalam Perspektif Islam, (Makalah, Tahun 1999), hlm 6.
10 Dr. Hardisman, Pengantar Kesehatan Reproduksi, Seksiologi dan Embriologi (dalam
Kajian Ilmu Kedokteran dan Al-Quran), (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2014), hlm. 90.
Page 5
24
Sebuah janin yang berasal dari sel sperma pria dan sel telur wanita yang
bertemu setelah itu akan mengalami perkembangan. Adapun sesuai dengan firman
Allah bahwa hanya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terjadi di dalam rahim
ibu, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kita bisa mengetahui bagaimana
perkembangan janin yang berada di rahim ibu. Adapun perkembangan janin yang ada
di dalam rahim ibu mempunyai beberapa fase perkembangan, yaitu:
a. Manusia Diciptakan dari Saripati Tanah
Al-Qur‟an menjelaskan kejadian manusia pertama kali merujuk pada
tanah. Kata tanah sebagai awal kejadian manusia dapat dilihat pada ayat-ayat
berikut:
سبى هي طيي (1 الذي أحسي كل شيء خلق وثدأ خلق ال11
سبى هي سللخ هي طيي (2 ولقد خلقب ال12
ت (3 ن في ريت هي الجعث فإب خلقبكن هي تزاة يب أيهب البس إى ك13
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya yang berasal dari tanah. Tanah merupakan unsur
terpenting yang melengkapi susunan tubuh manusia. Dari unsur tanah ini, proses
penciptaan manusia berlanjut tahap demi tahap.
Ketika Al-Quran menyebutkan bahwa kejadian manusia berasal dari
saripati tanah, bukan berarti setiap penciptaan manusia berhubungan secara
11 Q.S. As-Sajadah (32): 7. 12 Q.S. Al-Mukminun (23): 12. 13 Q.S. Al-Hajj (22): 5.
Page 6
25
langsung dengan tanah sebagai bahan pokok penciptaan, tetapi tanah dengan
melalui proses yaitu dengan memperhatikan bumi dimana mayat-mayat yang
dipendam di dalamnya, yang seiring dengan waktu akan menghancurkan organ-
organ tubuh manusia, yang kemudian dengan tanah itu pula menumbuhkan
tanaman-tanaman yang akan dimakan oleh manusia yang masih hidup, dan
manfaat lainnya yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lainnya.14
b. Pertemuan antara Sperma dan Ovum (Nutfah)
Dalam Al-Quran proses ini dikatakan sebagai proses nutfahs amsyaj,
yang dapat dipahami dari firman Allah berikut :
فجعلب سويعب ثصيزا سبى هي طفخ أهشبج جتلي إب خلقب ال15
Pada ayat di atas Allah mengatakan bahwa telah menciptakan manusia
dari setetes mani yang bercampur. “Amsyāj” dalam ayat tersebut berarti
percampuran antara sperma laki-laki dan ovum perempuan dalam rahim. Inilah
yang oleh para mufassir disebut sebagai nutfah.16
Sehingga dapat disimpulan
apabila belum terjadi percampuran antara sperma laki-laki dan ovum perempuan,
maka belum disebut nutfah.
14 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),
(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 17 15 Q.S. Al-Insān (76): 2. 16 Maria Ulfah Anshor. Op. Cit.
Page 7
26
c. Menjadi Segumpal Darah (‘Alaqah)
Fase ‘alaqah ini terjadi pada minggu kedua atau disebut juga dengan
periode darah, dapat dilihat pada ayat yang menyatakan bahwa nutfah menjadi
segumpal darah lalu Allah menyempurnakannya, sebagai berikut: 17
ي ثن كبى علقخ فخلق فسى18
Para ulama tafsir mendifinisikan al-alaqah dengan segumpal darah (al-
dam al-jāmid). Sayid Quthub menjelaskan bahwa peralihan dari al-nutthfah ke
al-alaqah terjadi ketika sperma bercampur dengan ovum dan melekat pada
dinding rahim berupa sel yang kecil yang memperoleh penghidupan dari darah
sang ibu.19
Pada ranah inilah para ahli tafsir mengartikan mukhallaqah sebagai
bentuk yang sempurna.20
Sedangkan ghairu mukhallaqah sebaliknya.21
d. Menjadi Segumpal Daging (Mudhghah)
Setelah proses ‘alaqah, sperma sampai di dinding rahim, selaput janin
pun mulai terbentuk, kemudian terentanglah tali pusar yang menghubungkan
bakal janin dengan sang ibu, untuk menerima makanan dari darah sang ibu. Di
sinilah fase gumpalan darah („alaqah) ini menjadi gumpalan daging
(mudhghah).22
17 Muhammad Safiqul Anam, Fiqh Kehamilan, (Jombang-JawaTimur: Darul Hikmah, 2011), hlm. 42. 18 Q.S. Al-Qiyāmah (75):38. 19 H. Hamdani Jamil, Aborsi dalam Perspektif Islam, (Makalah, Tahun 1999), hlm. 10. 20 Q.S. As-Sajdah (32): 9. 21 Q.S.Al-Hajj (22): 5. 22 Muhammad Safiqul Anam. Op. Cit, hlm. 43.
Page 8
27
ثن خلقب الطفخ علقخ فخلقب العلقخ هضغخ 23
Potongan ayat di atas mengatakan perkembangan selanjutnya pada
segumpal darah adalah menjadi segumpal daging, karena kata “mudhghah” pada
ayat tersbeut mengandung arti “segumpal daging”.24
Sayid Quthub menguraikan bahwa perpindahan dari tahap alaqah ke
mudgah terjadi saat sesuatu yang melekat berubah menjadi darah beku yang
bercampur.25
Sedangkan menurut Al-Hafidz Ibu Hajar berpendapat bahwa
mudhghah adalah segumpalan daging, disebut demikian karena ukurannya hanya
sebesar daging yang dikunyah.
e. Tulang Belulang yang Dibungkus Daging
Masa ini merupakan periode penting, sebab janin sangat rentan terhadap
faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya misalnya
kasus salah bentuk. Pada fase ini, calon kaki dan tangan mulai muncul, lubang
mata mulai kelihatan, namun bentuk kepala masih terlihat besar dan ia masih
punya ekor. Jantung janin mulai terbentuk menjadi dua kamar (kanan dan kiri),
dan paru-paru serta saluran udara juga mulai muncul. Begitu pula usus dan
pankreas.26
Menurut Ibnu Qayyim fase ini merupakan fase ditentukannya
23 Q.S. Al-Mukminun (23): 14. 24 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya. 25 H. Hamdani Jamil, Op.cit, hlm. 11. 26 Muhammad Safiqul Anam, Fiqh Kehamilan, (Jombang-JawaTimur: Darul Hikmah, 2011), hlm. 44.
Page 9
28
anggota tubuh, bentuk, fostur, dan sifat-sifatnya. Dalam periode ini dikenal pula
dengan pengertian dari kata lain27
Periode tulang dan daging ini berdasarkan firman Allah yang menyatakan
dijadikannya tulang belulang yang lalu dibungkus dengan daging, yaitu surat Al-
Mukminun ayat 14.
فخلقب الوضغخ عظبهب فكسىب العظبم لحوب28
f. Kala Roh Ditiupkan
Periode pemberian ruh ini terjadi setelah 120 hari sejak permulaan hamil.
Periode ini adalah fase yang dimaksud dalam surat Al-Mukminun ayat 14, yang
menyatakan bahwa Allah menciptakan makhluk (janin) dalam bentuk lain yang
lebih baik.
شأب خل أحسي الخبلقييثن أ قب آخز فتجبرك الل
Dan dilanjutkan dengan ayat yang menyebutkan bahwa Allah menyempurnakan
janin dengan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya, menjadikan pendengaran dan
penglihatan.
هي روح ا وفخ في وجعل لكن السوع والثصبر والفئدح قليل هب تشكزوىثن سى29
Proses perkembangan manusia yang diterangkan di dalam ayat al-Quran,
empat belas abad yang lalu dibuktikan oleh perkembangan ilmu kedokteran,
khususnya atau embriologi manusia yang merupakan ilmu yang mempelajari
27 Ibid, hlm. 45. 28 Q.S. Al-Mukminun (23) 14. 29
Q.S. Al-Sajadah (32): 9.
Page 10
29
tentang perkembangan embrio (janin). Tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dijelaskan dalam Embriologi mengkonfirmasi ayat-
ayat al-Quran tersebut. Penjelasan dalam embriologi hanyalah menamakannya
dengan istilah dan sebutan yang berbeda.30
Demikian Al-Quran menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan janin di
dalam rahim seorang perempuan. Dari berbagai penjelasan dan teks Al-Quran
tersebut di atas dapat diketahui bahwa terdapat tahapan-tahapan dalam proses
kejadian manusia. Tahapan itu mulai dari ovum dan sel spermatozoa (nutfah), setelah
keduanya bercampur dalam proses pembuahan atau fertilisasi membentuk jaringan
baru (‘alaqah). Kemudian ia tertanam pada dinding rahim dalam proses implantasi,
yang disebut dalam al-Quran sebagai tempat yang kokoh. Selanjutnya berkembang
menjadi gumpalan daging yang tidak sempurna (mudghah), Selanjutnya tumbuhlah
cikal bakal organ-organ tubuh dan tulang-tulang, dan selanjutnya terbungkus dengan
daging yang sempurna. Pada saat itu tiba saatnya janin itu lahir ia telah terbentuk
sebagai anak manusia yang sempurna, lengkap dengan organ-organ tubuhnya.
4. Studi Sains atas Janin
Para dokter dan ahli kebidanan modern sanggup melihat secara rinci dan
mendalam proses setiap fase perkembangan janin hari demi hari, minggu demi
30
Dr. Hardisman, Pengantar Kesehatan Reproduksi, Seksiologi dan Embriologi (dalam
Kajian Ilmu Kedokteran dan Al-Quran), (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2014), hlm. 91.
Page 11
30
minggu, dan bulan demi bulan dengan menggunakan alat-alat yang canggih, seperti
ultrasonografi.
a. Masa Konsepsi
Eksplorasi penjelasan perkembangan janin sejak masa konsepsi yaitu
bersatunya ovum dengan sperma berkembang mengikuti tahapan dari satu sel
akan berkembang membentuk susunan jumlah 2-4-8 hingga seterusnya sampai
pada tahap blastokis yaitu nidasi,31
peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel
telur yang telah dibuahi ke dalam endometrium. Sel-sel yang membelah diri
disebut zygote.32
Dan masing-masing sel hasil pembuahan sel telur pada tahap
awal membutuhkan waktu selama 30 jam untuk ovulasi, yaitu proses pelepasan
sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium) menuju tuba fallopi untuk menunggu
dibuahi oleh sperma pria.
b. Embrio
Sel-sel (zigote) kemudian akan berkembang menjadi embrio sekitar pada
minggu pertama.33
Perkembangan embrio pada minggu kedua adalah
perkembangan yang disebut dengan blastocyst di mana dasar-dasar tubuh telah
terbentuk yang terdiri dari tiga lapisan tubuh utama berupa embrio, kantung
kuning telur, dan rongga amniotic (cairan ketuban). Dalam susunan embryoblast
terbagi lagi menjadi dua bagian lapisan yang pertama disebut dengan ectoderm
31 Prof. Dr. Gulardi H Wiknjosastro, Masalah Kehidupan dan Perkembangan Janin,
(Makalah, 2001), hlm. 8. 32 Dr. Med Ahmad Ramali, Kamus Kedokteran. (Jakarta: Djambatan, 1994), hlm. 330. 33 Prof. Dr. Gulardi H Wiknjosastro, Op.Cit.
Page 12
31
dan endoderm. Ectoderm adalah cikal bakal permukaan luar manusia, seperti
kulit, rambut, dan juga sistem syaraf. Sedangkan Endoderm adalah bagian yang
akan membentuk saluran pencernaan, cabang-cabang usus, hati, dan paru-paru.
Kedua lapisan tersebut pada tahap ini belum mempunyai isi, namun hanya
sebagai pembentuk jaringa-jaringan bayi yang sedang berkembang.34
Pada minggu pertama dan kedua ditandai dengan adanya gumpalan darah
kecil di permukaan dinding uterine. Pada minggu ketiga terjadi perubahan di
sekitar embrio yaitu trophoblast semakin menebal dan berongga karena
menghasilkan apa yang disebut dengan villi yang berbentuk jari.35
Pada saat
kehamilan mencapai minggu keempat hingga minggu ke delapan disebut sebagai
fase embrio. Pada periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan jaringan
yang lebih spesifik sebagai cikal-bakal pertumbuhan organ. Oleh karena itu, pada
tahap inilah munculnya kelainan atau kecacatan sangat tinggi. Berbeda halnya,
dengan minggu-minggu sebelumnya yang jika terdapat gangguan yang sangat
berarti maka dapat terjadi lepasnya jaringan pembentuk implantasi yang
mengikat hasil konsepsi pada endometrium sehingga terjadi keguguran
(abortus).36
34 Tony Smith, Pertolongan Pertama : Dokter di rumah Anda, (Jakarta : Dian Rakyat, 1995), hlm. 10. 35 Wendy Rose Neil, Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan, (Jakarta : Dian Rakyat, 1995), hlm. 6.
36 dr. Hardisman, Pengantar Kesehatan Reproduksi, Sosiologi, Dan Embriologi (dalam
Kajian Ilmu Kedokteran dan Al-Quran), (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2014), hlm. 92.
Page 13
32
Pada minggu kedelapan tubuh embrio mulai berbentuk yang bisa disebut
dengan fetus atau janin. Dengan panjang yang mencapai 3,5 cm.37
dengan
pertumbuhan kepala dan mata yang bertambah besar dan telah terbentuknya
pembuluh air mata, telinga, serta pergelangan dari kaki dan tangan. Meskipun
masih diselimuti oleh selaput tipis, namun jari-jari kaki dan tangan tampak
jelas.38
c. Janin (Fetus)
Setelah mulai dari minggu ke Sembilan atau memasuki bulan ketiga,
pertumbuhan embrio semakin cepat, periode ini disebut sebagai periode janin
(fetus). Pada saat ini hasil konsepsi sudah mulai terbentuk individu makhluk
hidup, yang berbeda pada masa sebelumnya dimana hasil konsepsi masih berupa
kumpalan-kumpalan lapisan sel yang belum terbentuk. Pada pertumbuhan dan
perkembangan sejak memasuki periode fetus tidak terjadi lagi perubahan struktur
dan letak lapisan jaringan yang berarti. Pada periode ini yang terjadi adalah
pertumbuhan masing-masing jaringan yang telah membentuk organ dan sistem
organ tertentu.39
Ketika usia kehamilan mencapai tahapan waktu 10 minggu maka embrio
dapat disebut dengan janin, dan baru pada tahap minggu ke-12 janin dikatakan
37 Ibid. hlm. 45. 38 Ibid, hlm. 42. 39 Ibid, hlm. 97.
Page 14
33
sempurna sebagai manusia.40
Oleh karena itu, biasanya janin yang pantas
dikatakan hidup setelah melewati masa 100 hari. Karena pada perkembangannya
setelah 20 minggu janin akan sangat cepat mengalami kemajuan.41
Proses perkembangan janin menurut Sains diatas dapat dillihat dan dipahami
dari gambar berikut ini :
Gambar 1 Pre-Embrionik
(http://rashidcintakanilahi.blogspot.co.id/2016/01/proses-kejadian-manusia-menurut-sains.html)
40 Prof. Dr. Gulardi H Wiknjosastro, Kesehatan Perempuan Akibat Reproduksi, (Jakarta:
Fatayat. 2001). 41 Wendy Rose Neil. Op. Cit, hlm. 71.
Page 15
34
Gambar 2 Embrionik
(http://rashidcintakanilahi.blogspot.co.id/2016/01/proses-kejadian-manusia-menurut-sains.html)
Gambar 3 Janin (Fetus)
(http://rashidcintakanilahi.blogspot.co.id/2016/01/proses-kejadian-manusia-menurut-sains.html)
Page 16
35
B. ABORSI
1. Pengertian Aborsi
Aborsi diserap dari Bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa
latin yang berarti pengguguran atau keguguran.42
Namun, aborsi dalam literatur fiqih
terbagi menjadi dua secara bahasa (etimologi) dan pengertian (terminologi), secara
bahasa berasal dari Bahasa Arab al-ijhādh, merupakan mashdar dari ajhadha atau
juga dalam istilah lain bisa disebut dengan isqāth al-haml, keduanya mempunyai arti
perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna
penciptannya.43
Secara definisi adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudghah)
sebelum bisa hidup sendiri atau disebut juga lahirnya janin karena dipaksa atau
dengan sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya kandungan,
menurut ahli fiqih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah
menjatuhkan (isqāth), membuang (tharh), melempar (ilqā’), dan melahirkan dalam
keadaan mati (imlāsh).44
Sementara dalam Bahasa Indonesia sendiri makna aborsi menunjukkan suatu
pengertian pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum
janin mencapai berat dari 1.000 gram.45
Dalam pengertian lain yang dapat dilihat
dalam kamus besar Bahasa Indonesia aborsi adalah terpencarnya embrio yang tidak
mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari kehamilan atau aborsi bisa
42 Jhon M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003). hlm. 2
43 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 32. 44 Muhammad Syafiqul Anam, Fiqh Kehamilan, (Jawa Timur : Darul Hikmah, 2011), cet ke-1. 45 Maria Ulfah. Op. Cit.
Page 17
36
didefinisikan pengguguran janin atau embrio setelah melebihi masa dua bulan
kehamilan.46
Menurut Lilien menggugurkan kandungan atau yang dikenal dengan istilah
aborsi, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan pada usia 20 minggu dan berat 500
gram.47
Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran terlihat adanya keseragaman
pendapat meskipun dengan tuturan bahasa yang berbeda, di antaranya aborsi
dilakukan dengan membatasi usia maksimal kehamilan sekitar 20 minggu atau
sebelum janin mampu hdiup di luar kandungan. Lebih dari usia tersebut tidak
tergolong aborsi, tetapi disebut infantisida atau pembunuhan bayi yang sudah mampu
hidup di luar kandungan. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Dr. Gulardi: “Aborsi
ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan sebelum 20 minggu (dihitung
dari haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram atau panjang janin kurang
dari 25 cm. pada umumnya abortus terjadi sebelum kehamilan tiga bulan.”48
Suryono Ekotama, mengemukakan bahwa dari segi medis, tidak ada batasan
pasti kapan kandungan bisa digugurkan. Kandungan perempuan bisa digugurkan
kapan saja sepanjang ada indikasi medis untuk menggugurkan kandungan itu.
46 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), Edisi ke-2, hlm.2. 47 Lilien Eka Chandra, Tanpa Indikasi Medis Ibu, Aborsi Sama Dengan Kriminal, (Semarang:
Erlangga, 2006), hlm. 10. 48 Gulardi H. Wignjosastro, Masalah Kehidupan dan Perkembangan Janin. Makalah
Semiloka Aborsi dari Perspektif Fikih Kontemporer. (Jakarta: PP. Fatayat NU dan Ford Foundation,
2001), hlm. 25.
Page 18
37
Misalnya jika diketahui anak yang akan lahir mengalami cacat berat atau si ibu
menderita penyakit yang akan sangat berbahaya sekali untuk keselamatan jiwanya.
Sekalipun janin itu sudah berusia lima bulan atau enam bulan. Pertimbangan medis
masih membolehkan melakukan abortus provocatus.49
Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fiqh,
karena tidak menetapkan usia maksimal baik pengguguran kandungan dilakukan
dalam usia kehamilan nol minggu, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama
sebagai aborsi. Pengertian aborsi menurut para ahli fiqh seperti yang dijelaskan oleh
Ibrahim Al-Nakhai: “Aborsi adalah pengguguran janin dari Rahim ibu hamil baik
sudah berbentuk sempurna atau belum”.50
Begitu juga menurut Abdul Qadir Audah,
“Aborsi ialah pengguguran kandungan dan perampasan hak hidup janin atau
perbuatan yang dapat memisahkan janin dari Rahim ibu”.51
Sementara, menurut Al-
Ghazali, aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada didalam janin, atau merusak
sesuatu yang sudah terkonsepsi (al-maujud al-hashil), jika tes urine ternyata hasilnya
positif, itulah awal dari suatu kehidupan. Dan jika dirusak, maka hal itu merupakan
pelanggaran pidana (jinayah).52
Dari berbagai definsi aborsi di atas, dapat disimpulkan bahwa aborsi adalah
pengguguran janin dari rahim ibu atau, keluarnya hasil konsepsi sebelum bisa hidup
sendiri atau sebelum waktunya, oleh karena dipaksa atau dengan sendirinya dalam
49 Suryono Ekototama, Abortus Provocatus Bagi Korban Perkosaan Perspektif Viktimologi,
Kriminologi, dan Hukum Pidana, (Yogyakarta: Admajaya, 2001), hlm. 35. 50 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006). 51 Abdul Qadir, Aborsi dalam Tinjauan Fikih dan Kesehatan Reproduksi. (Jakarta : IIQ, 2002). 52 Ibid.
Page 19
38
keadaan yang sudah sempurna maupun belum sempurna, yang bertujuan untuk
menghentikan kehamilan dengan cara menghilangkannya atau merusaknya, sebelum
masa kehamilan mencapai 20-28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 500-
1000 gram, yang bisa dianggap sebagai pelanggaran pidana karena merampas hak
hidup dari janin. Namun ada pengecualian menurut Suryono Ekotama, kandungan
dapat digugurkan jika ada indikasi medis dan hal itu boleh untuk dilakukan.
2. Jenis-Jenis Aborsi
Dalam Perspektif Medis, aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan
(abortus spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus).
a. Aborsi Spontan (abortus spontaneus)
Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab
tertentu maupun karena sebab tertentu, seperti penyakit, virus toxoplasma,
anemia, demam yang tinggi, dan sebagainya maupun karena kecelakaan. Aborsi
yang terjadi seperti ini merupakan aborsi yang dimaafkan atau dengan kata lain
tidak memiliki akibat hukum apa pun.53
Aborsi dapat terjadi secara spontan atau
tanpa tindakan, sekitar 10-20% dari kehamilan, yang secara yuridis tidak
mempunyai arti apa-apa.54
53 Elga Sarapung, Agama Dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999),
hlm. 162. 54
Abdul Mun‟im Indries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, (Jakarta: Binarupa Aksara,
1997). hlm. 224.
Page 20
39
b. Aborsi yang disengaja (abortus provocatus)
Aborsi yang disengaja ialah aborsi yang terjadi secara sengaja karena sebab-
sebab tertentu. Aborsi jenis ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis
hukumnya tergantung pada faktor-faktor yang melatarbelakanginya.55
Aborsi
yang dilakukan secara sengaja ini merupakan salah satu masalah hukum yang
peka berkaitan dengan profesi kesehatan (dalam hal ini terkait dengan profesi
kedokteran dan kebidanan); paling banyak dibahas dan menimbulkan dua
pendapat yang saling bertentangan, disatu pihak tetap menentang, di pihak lain
dengan berbagai pertimbangan mengusahakan agar terdapat kelonggaran atau
leberasi hukum.56
Aborsi ini juga berarti bahwa menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badan bayi belum mencapai 1.000 gram. Walaupun terdapat kasus
bahwa bayi di bawah 1.000 gram dapat terus hidup.57
Dalam Literatur Fiqih, aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam yaitu
di antaranya:
a. Aborsi Spontan (al-isqath al-dzaty)
Aborsi spontan artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh
dari luar, atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan disebabkan
55 Ibid, hlm. 37.
56 Abdul Mun‟im Indries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, (Jakarta: Binarupa Aksara,
1997) hlm. 224. 57 https://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm.www.abortiono.org
Page 21
40
oleh kelainan kromosom, hanya sebagian kecil disebabkan oleh infeksi, kelaina
rahim serta kelainan hormon. Kelainan bibit atau kromosom tidak
memungkinkan mudgah untuk tumbuh normal, kelaupun kehamilan berlangsung,
maka janin akan lahir dengan cacat bawaan.58
b. Aborsi karena darurat atau pengobatan (al-isqath al-dharury/ al-‘ilajiy)
Aborsi karena darurat atau pengobatan, aborsi ini dilakuakn karena ada
indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila kehamilannya dilanjutkan. Dalam
hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan janin,
sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan. Kaidah fiqih yang
mendukung adalah: “Yang lebih ringan di antara dua bahaya bisa dilakukan demi
menghindari resiko yang lebih membahayakan”.59
c. Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja (khata’)
Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja, misalnya petugas
kepolisian tengah memburu pelaku tindak criminal di suatu tempat yang ramai
pengunjung. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha menembak penjahat
tersebut, tetapi pelurunya nyasar ke tubuh ibu hamil sehingga meyebabkan ia
keguguran.60
Hal serupa bisa juga terjadi, ketika seorang polisi hendak
memperkarakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang tengah
58 Gulardi H. Wignjosastro, Masalah Kehidupan dan Perkembangan Janin. Makalah
Semiloka Aborsi dari Perspektif Fikih Kontemporer. (Jakarta: PP. Fatayat NU dan Ford Foundation,
2001). 59 Abdul Wahab Khallaf, Ushul Fikih, (Bandung : Penerbit Risalah, 1985), hlm. 151.
60 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 39.
Page 22
41
hamil, karena ia takut, stres berat, dan jiwanya terguncang hingga mengakibatkan
keguguran.
Kasus tersebut oleh ulama fikih dikategorikan sebagai aborsi karena
ketidaksengajaan (khata’). Menurut fikih, pihak yang terlibat dalam aborsi
seperti itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dan, jika janin keluar
dalam keadaan meninggal, maka ia wajib membayar denda bagi kematian janin
atau uang kompensasi bagi keluarga janin (diyātul janīn).61
d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syibh ‘amd)
Aborsi dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan, misalnya seorang
suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda hingga mengakibatkan ia
keguguran. Dikatakan menyerupai kesengajaan karena serangan memang tidak
ditujukan langsung pada janin, tetapi pada ibunya. Kemudian akibat serangan
tersebut, janin terlepas dari tubuh ibunya atau keguguran. Menurut fikih, pihak
penyerang harus diberi hukuman, dan hukuman semakin berat jika janin ketika
keluar dari peut ibunya sempat mengeluarkan tanda-tanda kehidupan misalnya
menangis, atau bergerak-gerak, maka pihak penyerang akan dihukum dua denda,
yakni membayar uang tebusan (diyāt kāmilah) jika ibunya meninggal dan
kompensasi (ghurrāh kāmilah) atas kematian bayinya.62
61 Ibid. 62 Ibid, hlm. 40.
Page 23
42
e. Aborsi sengaja dan terencana (al-‘amd)
Aborsi dilakukan secara sengaja dan terencana misalnya seorang ibu sengaja
meminum obat dengan maksud agar kandungannya gugur, atau ia sengaja
menyuruh orang lain (dokter,dukum, dan sebagainya) untuk mengguguran
kandungannya.63
Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dihukum
pidana (jināyat) karena melakukan pelanggaran terhadap hak anak manusia.
Sanksinya menurut fikih adalah hukuman sepadan sesuai kerugian seperti nyawa
dibayar nyawa (qishās), karena ia secara sengaja dan terencana melenyapkan
nyawa anak manusia.
63 Ibid.