Top Banner
KELOMPOK 1 1. Rizqi Naimmatul H (102110101079) 2. Siti Fajariyah Ferananda (112110101043) 3. Irriene Iga Nastity (112110101149) 4. Intan Elok Permatasari (122110101055) 5. Indah Ningtiyas Hidayati (122110101134) 6. Ayu Pramudita Wardani (132110101055) 7. Heri Setiawan (132110101142) 1
39

Aborsi Dan Evaluasi (Edit)-1

Dec 18, 2015

Download

Documents

aborsi dan evaluasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Slide 1

Kelompok 1Rizqi Naimmatul H (102110101079)Siti Fajariyah Ferananda(112110101043)Irriene Iga Nastity (112110101149)Intan Elok Permatasari (122110101055)Indah Ningtiyas Hidayati(122110101134)Ayu Pramudita Wardani (132110101055)Heri Setiawan (132110101142)1Reproduksi ManusiaSub Bahasan :AborsiKontrasepsiTeknologi Reproduksi BuatanSeleksi Kelamin AnakRekayasa GenetikaKlon Manusia HIV dalam Kehamilan

2Sekilas tentang Reproduksi ManusiaReproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru Tujuan dari reproduksi adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisisk, mental, dan sosial secar utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksipada laki-laki dan perempuan.Tentang hak reproduksi dapat dilihat di UU NO 36 Tahun 2009 pasal 72

3Hal- hal yang perlu diketahui terkait Kesehatan Reproduksi Manusia di IndonesiaDalam buku Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia , 2005. Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi secara luas meliputi :1. Kesehatan Ibu dan Anak2. Keluarga Berencana3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),termasuk IMS-HIV/AIDS4. Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi5. Kesehatan Reproduksi Remaja6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosi4Menurut kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini menjadi bagian penting dari masalah kependudukan yang sulit diselesaikan.

Kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi di Indonesia dilakukan untuk mencapai target MDGs 2015 yaitu terutama :

Menurunkan angka kematian anak Meningkatkan kesehatan ibu

Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya.

Kondisi Terkini tentang Reproduksi Manusia5ABORSIMenurut Eastman keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus.Jeffcoa keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 mingguHolmer terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.6Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi?????????7Pandangan etik dan hukumDiatur dalam KUHP Bab XIX pasal 229, 346 sampai 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya aborsi dan diatur dalam ketentuan UU kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 75,76,77.

Dalam deklarasi OSLO (1970) dan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan :Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan teraupetik yg keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 doketr terpilih dengan syarat tindakan tersebut disetjui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluargaJika dokter yg melaksanakan tindakan tersebut merasa tidak membenarkan tindakan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan medik ke teman sejawat lain yg kompeten8Yg dimaksud dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal adalah kondisi yang mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau caacat fisik yang berat.Hak utama untuk memberika persetujuan tindakan medis adalah pada ibu hamil yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetuujuannya dapat diminta pada suaminya/ wali yang sah9Lanjutan...Dalam UU No.36 tahun 2009 mengenai ketentuan yang mengatur tentang aborsi diatur pada bagian keenam tentang kesehatan reproduksi pasal 75 (ayat 1,2,3,4) dan pasal 76Diundangkannya UU Kesehatan No.36 tahun 2009, memberikan payung hukum bagi pelaksanaan abortus provokatus pada kehamilan akibat perkosaan yang mengalami trauma psikologis. Sehingga pelaksanaan abortus provokatus pada kehamilan akibat perkosaan bisa dilakukan secara aman, akan tetapi UU ini juga memberikan syarat, bahwa abortus hanya boleh dilakukan sebelum kehamilan berumur enam minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. 10Lanjutan.....Di Indonesia, KUHP menyatakan abortus provokatus adalah suatu tindak pidana. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, abortus provokatus atas indikasi medis diperbolehkan sedangkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 menambahkan satu peluang lagi yaitu abortus provokatus karena kehamilan akibat perkosaan dengan trauma psikis pada korban diperbolehkan. 11Terdapat perbedaan antara KUHP dgn UU kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam mengtur aborsi.KUHP : dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun.UU kesehatan : memperbolehkan aborsi atas indikasi kedaruratan medis maupun perkosaan.

12Hal tersebut menunjukkan bahwa aborsi yang dilakukan bersifat legal atau dapat dibenarkan dan dilindungi secara hokum.Namun keadaan ini bertentangan dgn UU HAM pasal 53 menegenai hak hidup anak dari ,mulai janin sampai dilahirkan.Dalam hal ini dapat dilihat masih banyak perdebatan mengenai legal atau tidaknya aborsi di mata hokum dan masyarakat.

13KontrasepsiProgram keluarga berencana (KB) menjadi program nasional tahun 1970, dan program-program tersebut meliputi :Cara tradisional, sistem kalender, barier, hormonal (pil, suntikan, susuk KB), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kotrasepsi mantap(KONTAP)

14Di Indonesia kontrasepsi mantap (kontap, sterilisasi), yaitu tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria telah dikembangkan sejak tahun 1974 oleh PUSSI (Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela) yang kemudian berubah nama menjadi PKMI (Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia)Tujuan KONTAP :Kontrasepsi permanenKontrasepsi yang aman dan mantap manfaatnyaPeraturan perundangan tentang KONTAP belum ada di Indonesia. Penerimaan masyarakat terhadap metode kontrasepsi ini belum bulat. Tokoh agama banyak yang menentang cara kontrasepsi ini karena mengurangi harkat martabat dan kodrat seseorang. 15Dari sudut pandang hak-hak pasien/klien:Dokter memberi konseling kepada PASUTRI/calon akseptor -> penjelasan mengenai indikasi kontra, efektivitas, dan keamanan setiap jenis kontrasepsi -> PASUTRI memutuskan

Hak-hak konsumen KB :Memperoleh informasiHak didengar/memilihHak aksesAmanPrivasikerahasiaan

16Dalam UU RI No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan KB dari segi hak PASUTRI dan etik, yang antara lain berbunyi :

Pengaturan kelahiran diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna dan berhasil guna serta dapat diterima oleh PASUTRI sesuai dengan pilihannya, dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan, etik, dan agama yang dianut penduduk yang bersangkutan. Untuk menghindarkan hal yang berakibat negatif, setiap alat, obat, dan cara yang dipakai harus aman dari segi medik dan dibenarkan oleh agama, moral dan etika.

17Pelaksanaan penggunaan alat, obat, dan cara Kb berkaitan erat dengan maslah kesehatan -> agar tidak menimbulkan bahaya -> penggunaan metode KB dilakukan atas petunjuk dan/atau oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi yang telah ditentukan. Mempertunjukkan dan atau memperagakan alat, obat, dan cara KB hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang berwenang di bidang penyelenggaraan KB serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.

18Teknologi Reproduksi Buatan19Cara TRBFertilisasi In Vitro dan Tandur Alih EmbrioTandur Alih Embrio Intra TubaGamete Intra-Tuba FallopiKriopreservasi EmbrioDonasi Oosit dan atau SpermaSuntikan Sperma Intra SitoplasmikPembelahan Embrio

20Lokakarya The International Islamic Center For Population Studies and Research bertempat di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, tahun 2000Fertilisasi in vitro diperbolehkan, kecuali menggunakan sperma, ovum atau embrio didapat dari donor.Pre-Implantation Genetic Diagnosis (PGD) diperbolehkan untuk menghindari adanya penyakit genetis, tetapi sex selection tidak diperbolehkan.Penelitian untuk pematangan folikel (follikel maturation), pematangan oosit in-vitro atau pertumbuhan oosit in-vitro diperbolehkan.Implantasi embrio pada suami yang telah meninggal, belum mempunyai keputusan yang tetap.IVF pada ibu pasca menopause dilarang, karena beresiko tinggi pada ibu dan bayinyaTransplantasi uterus masih dalam pertimbangan, penelitian pada binatang diperbolehkan.Penggunaan stem cells untuk pengobatan masih dalam perdebatan, diharapkan dapat disetujui.Reproductive cloning atau kloning pada manusia, dilarang.

21

Hukum dan Etika Reproduksi Buatan di Indonesia

Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan diatur dalam:a.) UU Kesehatan no. 23 tahun 1992, pasal 16-> HARUS DIGANTI DENGAN UU 36 TAHUN 2009 menyebutkan antara lain:Kehamilan diluar cara alami dapat dilakukan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami-istri mendapatkan keturunanUpaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri yang syah dengan ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang bersangkutan, ditanam dalam rahim istri, darimana ovum itu berasaldilakukan oleh ahli kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itupada sarana kesehatan tertentuKetentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan (2) ditetapkan dg Peraturan Pemerintah

22b.) Keputusan Menteri Kesehatan no.72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan umum, perizinan, pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup

Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yg menyatakan bahwa:Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dg sel sperma dan sel telur pasangan suami-istri yg bersangkutanPelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas, sehingga kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertilitas secara keseluruhanEmbrio yg dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3.Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun

23Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ova atau embrioDilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata utk penelitian, Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dpt dilakukan apabila tujuannya telah dirumuskan dg sangat jelasDilarang melakukan penelitian dg atau pd embrio manusia dg usia lebih dari 14 hari setelah fertilisasiSel telur yg telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh dibiakkan in-vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk waktu impan beku)Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel ova, spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel ova atau spermatozoa itu berasal.Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies tersebut diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia. Setiap hybrid yg terjadi akibat fertilisasi trans-spesies harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.

24Seleksi Kelamin AnakSejak sebelum Masehi masyarakat memiliki budaya untuk memilih anak dengan jenis kelamin tertentu. Sehingga seiring perkembangan dalam ilmu genetika dan teknologi reproduksi memperluas pilihan seseorang untuk mementukan kualitas keturunan.

253 cara saat melakukan seleksi genderSetelah mengetahui jenis kelamin janin dalam kandunganSebelum implantasi mudigah ke dalam rahimMenyaring sperma sebelum TRB

26Seleksi Gender Atas Indikasi Medik dan Nonmedik

Indikasi medik menghindari terjadinya sex link genetic disorder. ex : hemofilia Indikasi nonmedikIngin anak pertama anak laki lakiJumlah anak laki laki dan perempuan berimbangDari segi ekonomi, anak laki laki menguntungkanAlasan budaya dan alasan pribadi

Seleksi gender ini menimbulakan perdebatan dari segi hukum, etika dan sosial ( ethical, legal and social implication, ELSI). Di Indonesia belum ada peraturan perundangan yang berkaitan dengan seleksi gender.

27Rekayasa GenetikTerobosan penting dalam bidang biologi molekuler adalah penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953)

Penemuan ini membuka pintu untuk perkembangan penting bidang genetik

Puncaknya adalah rekayasa genetik seperti teknologi DNA-rekombinan dan teknologi hibrinoma untuk pembuatan antibodi monoklonan

28Lanjutan.....Kini manusia menjadi fokus penelitian di bidang gentik (Human Gneom Project)Penelitian mengenai fungsi seluruh gen memberikan pengertian tentang sifat-sifat manusia dengan pemahaman interaksi komponenSehingga terjadi perubahan paradigma dalam dunia kedokteran dari model reaktifSejak ditemukannya enzim yang dapat memotong dan menyambung pita DNA (1970-an), rekayasa gentik semakin berkembangMenggunakan restriksi endonuklease dan enzim ligase memungknkan untuk menyusun gen pilihan tertentu guna mendapatkan sifat yang diinginkan dan menghindari kelainan genetik yang tidak dikehendaki.

29Pengubahan gen pada individu yang sudah sehat, dengan tujuan eugenetik seperti peningkatan kualitas fisik dan sangat intelegen pada saat ini dianggap tidak etis.Terapi genetik dengan mengubah gen yang bertujuan meringankan penderitaan atau penyakit seseorang adalah etis sepanjang bedasarkan alturistik dan tanpa eksploitasi komersial.Penelitian pengubahan gen pada sperma, oosit atau zigot yang kemudian di implantasikan pada uterus saat ini dianggap tidak etis karena perubahan genetik itu akan diteruskan pada keturunan dan saat ini belum ditemukan teknik yang tepat, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan.

30HIV/AIDS DALAM KEHAMILANApa itu HIV/AIDS?HIV virus (retrovitus) yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV1 dan HIV2. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 < 200AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh di mana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons

31PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV?????????DASAR HUKUM HIV??????32HIV/AIDS pada Ibu HamilHubungan HIV dengan kehamilanAbortus, prematuritas, gangguan pertumbuhan intra uterin, kematian janin, penularan kepada janin dan meningkatkan angka kematian ibu. Sebaliknya kehamilan hampir tidak berpengaruh pada infeksi HIV, adanya penurunan CD4 terjadi akibat efek pengenceran karena bertambahnya volume cairan tubuh selama kehamilan, disamping itu kadar HIV stabil dan tidak mempengaruhi resiko kematian atau perkembangan penyakit menjadi AIDS.

33AntenatalMudah menular bila ada infeksi virus, bakteri atau pun parasit pada plasenta atau pada keadaan dimana daya tahan tubuh ibu sangat rendah.Penularan HIV/AIDS pada Ibu Hamil34Faktor Penularan HIV Ibu ke BayiFaktor ibu :Penularan ibu yang baru terinfeksi HIV > HIV sebelum/selama hamil. Ibu dengan penyakit terkait jumlah virus dalam tubuh ibu tinggiInfeksi pada kehamilan (infeksi menular seksual atau infeksi placenta)Kurang gizi saat hamilMastitis, infeksi pada putting susuKetuban pecah dini, partus lama, amniotomy,episiotomy

35Faktor bayi:Bayi lahir premature (lahir dini)Menyusu pada ibu dengan HIVLesi pada mulut bayi

Faktor Penularan HIV Ibu ke Bayi36Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Ibu HamilPencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): 1. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 1428 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC) 2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 23 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari. 37Peran tenaga kesehatan dalam Pengelolaan Ibu Hamil dengan HIV/AIDS Konseling PMS Kondom untuk kontrasepsi & pencegahan Perawatan untuk penyakit penyerta38Terimakasih...........39