MAKALAH
Kasus 3
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah CNP 1
oleh :
Azkya Aryun
Desiani Indah W
Dwi Murbarani
Galis tresnariyas
Lidya Latifah N
Lita Puspita Dewi
Marthina Chyntia
Mita Puspitasari
Pisca Octiany P
Ripa Sapitri
Rizky Amalia
220110090079
220110090141
220110090108
220110090113
220110090107
220110090096
220110090068
220110090119
220110090003
220110090005
220110090065
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
KASUS 3: Sehat, Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Wilayah Pujasari merupakan wilayah pemukiman penduduk yang terletak di wilayah
pusat perkotaan sehingga cukup padat, di mana letak antara rumah penduduk berdekatan
bahkan berdempetan. Diantara rumah sebagian besar terdiri dari gang-gang, dimana
kondisinya cukup permanen. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya bervariasi anatar 0,5 s/d
1 meter. Jumlah penduduk wilayah Pujasari sebanyak 1.486 jiwayang terdiri dari 419 KK.
Sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta, ibu rumah tangga, dan wiraswasta dengan
penghasilan diatas UMR.
Kelembaban udara di wilayah tersebut cukup dingin di malam hari dan cukup panas
pada siang hari. Hal ini diperburuk dengan pemukiman penduduk yang padat, sehingga dapat
mempengaruhi masuknya sinar matahri ke pemukiman penduduk. Sebagian besar warga
wilayah tersebut memiliki jenis rumah permanen, hanya sebagian kecil yang memiliki jenis
rumah semi permanen. Seluruh keluarga memiliki jamban keluarga. Namun demikian untuk
pembuangan limbah hampir seluruh keluarga membuang limbah ke sungai dan hanya
bebeerapa keluarga saja yang memiliki septic tank.
Seluruh keluarga di wilayah tersebut menggunakan sumber air bersih dari PDAM,
sumur pompa dan sumur gali untuk keperluan umum dan keperluan rumah tangga lainnya.
Beberapa keluarga memiliki lebih dari satu sumber air, misal: PDAM dengan sumur pompa
atau PDAM dengan sumur gali.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga dan tokoh masyarakat didapat keterangan
bahwa seluruh sampah dari setiap keluarga akan diangkut petugas pada setiap harinya,
kemudian sampah tersebut dibakar di tempat khusus. Tidak semua keluarga melakukan
pemilahan sampah basah dan sampah kering sebelum sapah tersebut diangkut oleh petugas.
Sebagian besar warga memiliki tempat sampah terbuka, hanya sebagian kecil warga yang
menggnakan sampah tertutup.
Wilayah Pujasari berada di bawah jalan layang (flyover), sehingga warga sering kali
mengeluhkan banyaknya sampah karena sampah dibuang begitu saja oleh pengguna jalan
layang, selain suara bising dan udara yang menyesakkan akibat kendaraan bermotor dari jalan
layang.
Selama ini belum pernah ada kejadian luar biasa, tetapi banyak warga mengalami
penyakit, seperti ISPA, TBC, demam berdarah dan diare. Bila dilihat dari kebiasaan warga,
hampir seluruh warga laki-laki memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah yang sebagian
besar tidak memiliki kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni rumah, tidak mencuci
tangan sebelum makan, biasa jajan sembarangan serta masih ada ditemukan rumah keluarga
yang belum bebas jentik.
SGD
Step 1
PERTANYAAN!
1. UMR (Rizki):
2. Jentik (Riva):
JAWABAN!
1. Upah minimum rata-rata (Lidya)
2. -Larva (Lita)
-Telur nyamuk (Mita)
-Biasanya hidup di genangan air (Lidya)
Step 2 dan 3
PERTANYAAN!
1. Pisca: Jarak normal rumah?
2. Mita: kriteria sampah basah dan kering?
3. Marthina: kriteria rumah sehat?
4. Dwi: apakah ketersediaa air terganggu dengan jarak rumah yang dekat?
5. Galis: pengelolaan sampah?
6. Riva: maksud luas lantai?
7. Azkya: cara memusnahkan sampah?
8. Rizki: mengapa bisa ada jentik nyamuk dan cara memusnahkannya?
9. Lita: upaya pemerintah?
10. Galis: apakah harus dibuat septic tank umum?
11. Rizki: air dari sumur galian apakah sudah tercemar limbah dari air sungai?
12. Mita: kenapa sampah basah dan kering harus dipisah?
13. Desiani: apakah kepadatan rumah berpengaruh juga terhadap kelembababan udara?
14. Marthina: jika ada dua sumber air bersih, kapan penggunaan sumur gali, sumur pompa
dan PDAM?
15. Pisca: penanggulangan keluhan sinar matahari yang terbatas?
16. Lidya: positif dan negatif hidup dibawah flyover?
17. Desiani: Penyakit TBC/ISPA apakah karena kebiasaan buruk masyarakat?
18. Mita: kriteria lingkungan sehat?
19. Azkya: bagaimana cara mengakali septic tank yang hanya ada di beberapa rumah?
20. Galis: apakah ada peraturan khusus tentang jarak rumah?
21. Riva: cara menanggulangi banyaknya sampah dan suara bising dari jalan layang?
22. Marthina: upaya dari RW memberitahu masalah di wilayah ini ke pemerintah?
23. Riva: penkes?
24. Galis: cara merubah kebiasaan buruk masyarakata?
25. Pisca: kriteria tempat sampah yang terbuka dan tertutup?
26. Ibu Raini: kriteria UMR?
JAWABAN!
1. -
2. Lita: sampah basah adalah sampah yang bisa membusuk, sampah kering adalah
sampah yang tidak bisa membusuk atau didaur ulang
3. -Pisca: bersih, berjarak antar rumah, ada pengelolaan sampah
-Mita: memiliki septic tank masing-masing, jauh dari kawasan pabrik dan ada lahan
hijau
- Galis: ada ruang terbuka, rumah memiliki jamban sendiri dan udara yang tidak
berbau
-Riva: ventilasi yang baik
4. -Rizki: tergantung kondisi lingkungan
-Riva: tergantung daerah
-Lidya: tergantung penghijauan
5. -Pisca: dipisah yang basah dan kering
-Lidya: yang tidak dapat membusuk, dikubur.
-Mita: yang basah dijadikan pupuk, dan yang kering didaur ulang.
6. Dwi: 2,5-3 m2/orang
7. sama seperti nomer 5
Marthina: RW menghubungi pengelola sampah
8. -Mita: 3M (menguras, mengubur dan membilas) dan fogging.
9. -Desiani: Lihat izin tinggal
-Riva: pemindahan lokasi
-rizki: mengurangi urbanisasi
-marthina: pemenuhan fasilitas
10. -lidya: boleh, lihat daya tampung dan dilakukan penyedotan berkala
-riva: difasilitasi tiap warga
-rizki: tidak disarankan. Beri penyuluhan kepada warga tentang pentingnya septic
tank
11. -mita: ada pengolahan lagi dan usahakan berjarak dari limbah
-galis: bias terkontaminasi
-riva: beri jarak untuk mengurangi pencemaran
12. -pisca: memudahkan pengelolaan
-rizki: jika tidak, dapat berbau tidak sedap dan merupakan sarang penyakit
-galis: jika dipisah, dapat dipilah untuk diolah kembali
13. -riva: faktor yang mempengaruhi seprti iklim
-rizki: dipengaruhi oleh ventilasi rumah
14. -desiani: kurangnya pengetahuan
15. -galis: pemasangan kaca di atap
-rizki: dipengaruhi ventilasi rumah
16. -lita: berisik dan polusi
-mita: tidak ada yang positif
17. lidya: IYA
18 -marthina: ada penghijauan dan taman bermain anak-anak.
-rizki: sanitasi air bersih, dengan bantuan tawas atau kaporit. Ada pengelolaan sampah
dan ventilasi
19. galis: septic tank bersama
20. --
21. mitha: jangan ada rumah dibawah jalan layang, peraturan untuk tida membuang
sampah di jalan layang bagi pengguna jalan dan pemberdayaan petugas kebersihan
22. lita: laporkan ke pemerintah
23. -rizki: cara menghindari penyakit adalah menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk
-marthina: penggunaan air bersih
-lidya: PHBS
24. penkes tutor 11
25. -Riva: tempat sampah terbuka berupa tumpukan sampah dan tempat sampah tertutup
terkubur
-mita: tempat sampah terbuka tidak menggunakan tutup da tempat sampah tertutup
menggunakan tutup
26. --
Step 4: MINDMAP
1. Sehat: -konsep sehat dan sakit
-PHBS
-faktor lingkungan
-faktor yang mempengaruhi
2. Air bersih: -kriteria
-sumber: dari jarak dan jenis
-pengolahan air bersih, dan akibatnya jika tidak diolah
-ciri-ciri air tercemar
-bahan pencemar air
-definisi limbah
3. sanitasi lingkungan: -pengolahan dan pengelolaan sampah: macam-macamnya
- pembuangan limbah
- konsep: definisi, kriteria dan jenis
- kriteria TPA dan TPS
-pengaruh pengelolaan sampah dengan lingkungan
- kriteria rumah sehat dan yang tidak
Step 5: LO
1. Nomer 1 dan 20: peraturan pemerintah tentang jarak antar rumah
: diatur dalam Perda DKI Jakarta No 7-1991.
2. pengaturan tentang UMR
: Di setiap daerah untuk upah minimum mempunyai standar yang berbeda-beda, sehingga
Pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai pengaturan Upah Minimum Regional
yang biasa disebut UMR. UMR dari gaji bersih adalah pe pembayaran yang diberikan dari
perusahaan kepada karyawan sebagai kompensasi kerjanya, tetapi tidak termasuk tunjangan-
tunjangan karyawan, seperti uang makan, transport, kesehatan, dan lain-lain. UMR ini disebut
gaji bersih karena gaji pokoknya tidak termasuk tunjangan karyawan, sehingga kalau
diperhitungkan dengan tunjangan maka besar gaji yang diterima karyawan di atas UMR.
Reporting:
Step 7
1. -pisca: menurut WHO sehat adalah sempurna secara fisik dan mental
-dinda: menurut UU no.23/1992 sehat adalah suatu keadaan sejahtera jasmani dan
rohani
2. pisca: PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) adalah perilaku kesehatan sehingga
anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri, poinnya termasuk:
1. persalinan ditolong oleh bidan yang berpengalaman
2. pemberian asi ekslusif
3. menimbang bayi dan balita
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik nyamuk dirumah
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. tidak merokok didalam rumah
3. Sanitasi lingkungan:
-lidya: cara pengawasan masyarakat menitikberatkan pada kesehatan lingkungan
4. limbah dan sampah
-lita: segala sesuatu dari sekitar kita
-mita: definisi sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki lagi dan bersifat padat
yang ada yang bisa membusuk maupun tidak
-marthina: kriteria: 1. Asal: buangan Rumah tangga, pasar, umum, jalan, industri
2. jenis: organik dan anorganik
3. fisik: kering dan basah
-rizki: 4. Kimia: organik
5. dapat atau tidak dibakar
6. dapat membusuk atau tidak
Karakteristik berdasarkan nama: 1. Garbage: zat-zat mudah membusuk
2. rubbish: mudah atau tidak terbakar
3. asess: hasil pembakaran industri
4. street sweeping: sampah dari jalanan
5. animal: bangkai binatang
6. household refuse: campuran perumahan
7. abandoned vehicle: bangkai kendaraan
8. demolition waste: sisa pembangunan gedung
9. construction waste:sisa bangunan berupa tanah atau
batu
10. industri: sampah hasil dari pertaian atau industri
11. solid: zat organik
12. khusus: memerlukan penanganan khusus
Pengolahan: -galis: pemusnahan melalui ditanam atau dibakar. Pengolahan berupa daur
ulang atau pupuk. Pengelelolaan sampah dari tempat sampah hingga ke TPA.
-lita: pengolahan sampah secara teknologi( komposing dan pupuk kalsium)
, listrik, mandiri dan berbasis masyarakat
jenis-jenis pemusnahan:
-mita:
1. sanitary bandfill: ditimbun dengan tanah, merupakan yang paling baik
2. intineration: dibakar
3. composing: dekomposisi zat-zat organik
4. hot feeding: sejenis garbage kepada hewan ternak
5. discharge to sewers: dihaluskan
6. dumping: diletakkan begitu saja di lapangan terbuka
-rizki
7. dumping in water: dibuang ke sungai atau ke laut
8. individual intineration: pembakaran sampah mandiri
9. recycling: daur ulang
10. reduction: sampah dihancurkan menajdi kecil
11. salvaging: sampah yang dipakai lembab
Metode pengumpulan sampah
-rizki: duet: kering dan basah
Trio: basah, kering dan tidak mudah terbakar
Konsep pengelolaan sampah:
-lidya: hirarki sampah, EPR dan prinsip pengotor pembayar
Manfaat pengelolaan sampah:
-pisca:
1. Penghematan SDA
2. penghematan energi
3. penghematan lahan TPA
4. lingkungan asri
5. mengurangi pencemaran
5. rumah sehat
Kriteria:
-rizki: RSS(rumah sangat sederhana) : luas tanah 60-90 m2, luas bangnan 21-36 m2.
Fasilitas: terdapat wc, dapur dan kamar tidur. Dinding diplester, lantai keramik, langit-langit
triplek. Terhubung dengan listrik minimal 450 watt dan sumber air bersih dari sumur maupun
PDAM. Serta adanya bak sampah dan saluran air
-riva: ada ventilasi alami, cahaya cukup, ada pengelolaan pembuangan sampah, tinja dan
limbah
-galis: ventilasi minimal 5 persen dari luas lantai
-azkya: menurut depkes RI no. 829/menkes/SK/VII/1999 rumah sehat terletak pada daerah
yang bukan rawan bencana, bukan bekas pertambangan atau TPA, dan bukan pada daerha
rawan kecelakaan.
-lita: kualitas udara: ambien( bebas gas beracun), kebisingan 45-55 desibel. Kualtias tanah
tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebih. Terdapat saran dan prasarana berupa drainase,
taman bermain, jalanan, cukup air bersih dan pengolahan limbah.
-marthina: terdapat ventilasi, cahaya dan jarak yang cukup (3,5-3 m3/orang)
-lidya:
Kebiasaan dan perilaku penghuni yang baik
1. membersihkan rumah
2. tidak meludah, bersin dan batuk sembarangan
3. menjemur bantal, guling dan kasur
4. tidak tidur bersama orang yang sakit
5. menjaga kesehatan
6. mebuka jendela pada pagi hari
7. tidak memakai kasur bertingkat
Syarat udara bersih:
-Galis: 1. gas beracun tidak terdeteksi
2. debu maksimum 350 mikrometer kubik per meter kuadrat per hari
3. adanya penghijauan
-pisca: 4. Suhu udara: 18-30 derajat celcius
5. kelembaban: 40-70 persen
6. tidak ada binatang penular penyakit
Prasarana dan sarana yang dibutuhkan:
-mita: taman bermain, sarana drainase dan jalanan dengan syarat tidak membahayakan
kesehatan, jembatan penyeberangan diberi pengaman, lampu jalan tidak menyilaukan.
Rumah yang tidak layak huni:
-lidya: atap daun, lantai tanah, dinding anyaman dan tidak terdapat MCK.
PEMBAHASAN KASUS DI MAKALAH
KONSEP SEHAT DAN SAKIT
BEBERAPA DEFINISI SEHAT SAKIT
1.DEFINISI SEHAT SAKIT MENURUT DASAR KEPERAWATAN
- DEFINISI SEHAT (WHO) 1947
sehat : Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemhan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapai merupakan penyesesuaian, bukan merupakan
suatu keadaan tapi merupakan ptoses.
Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai
terhadap lingkungan sosialnya.
2.DEFINISI SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN
- DEFINISI SEHAT PENDER (1982)
Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas
struktural.
- DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)
Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin
tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
Self care Resoureces : encangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions : Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahan kan dan menigkatkanfungsi psicososial da piritual.
3. DEFINISI SEHAT MENURUT PERSEORANGAN
Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat
bervariasi.
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :
1.Status Pekembangan.
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap
perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk
melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi perilaku-perilku
selanjutnya.
2.Pengaruh sosial dan kultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua keanak-
anak.
Contoh : - Cina : sehat adalah keseimbangan antara Yin dan yang.
- Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.
3. Pengalaman masa lalu.
Seseoran dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi)
membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.
4. Harapan sesorang tentang dirinya.
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun
psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri.
1.Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.
2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.
4. DEFINISI SAKIT
yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.
PEMONS (1972)
Sakit : gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme
sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya.
BAUMAN (1965)
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3.Gangguan Kesehatan.
Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
2.kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada
titik yang lain.
SEJAHTERA SEHAT-SEHAT MENENGAH (YANG SEKALI SEKALI NORMAL SAKIT)
Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
a. Tahap Transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak
sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan
dirumah.
b.Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).
Penerimaan terhadap sakit.
Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat
teman / keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk.
Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rebcana pengobatan
dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.
c.Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
- Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
3 tipe informasi :
1. Validasi keadaan sakit.
2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.
- Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali
pada posisi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien
yany tergantungan untuk memperoleh bantuan.
Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Perawat * Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien di kaitkan dengan tahap perkembangan.
* Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.
e. Tahap Penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Definisi PHBS
keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.
ragam makanan, minum tablet darah, mengkonsumsi Garam beryodium, memberi bayi dan
balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada
tempatnya , membersihkan lingkungan.
PHBS di rumah tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah
tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan 2. memberi bayi ASI ekslusif 3. menimbang balita setiap bulan 4. menggunakan air bersih 5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun 6. menggunakan jamban sehat 7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. makan buah dan sayur setiap hari 9. melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. tidak merokok di dalam rumah.
Manfaat di rumah tangga dengan PHBS
Bagi Rumah Tangga :
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
Anggota keluarga giat bekerja.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan
lain-lain.
PROMOSI KESEHATAN
1. Visi Promosi Kesehatan
Visi Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1193/Menkes/SK/X/2004 adalah Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010 atau PHBS 2010. Yang dimaksud dengan PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat dalam rangka :
a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya
b. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan
c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
d. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
2. Misi Promosi Kesehatan
a. Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik
melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan
penggerakan masyarakat
b. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih
dan sehat masyarakat
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain
yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka :
Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundangundangan yang berwawasan kesehatan
Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat, dalam program-program kesehatan
Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.
Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya
Tujuan dan sasaran:
a. Individu dan keluarga
Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media massa
Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat
Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga
Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.
b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum
Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat.
c. Organisasi masyarakat/organisasi profesi/LSM dan media massa
Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat
Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku sehat.
d. Program/petugas kesehatan
Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan kesehatan
Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga atau kelompok yang menjadi kliennya
Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat.
e. Lembaga pemerintah/politisi/swasta
Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengem- bangkan lingkungan dan perilaku sehat
Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.
Pengertian dan sasaran:
1. Beberapa Pengertian
a. Promosi Kesehatan
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
c. Rumah Tangga
Adalah wahana atau wadah, dimana keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-
anaknya melaksanakan kehidupan sehari-hari
d. PHBS Tatanan Rumah Tangga
Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan
mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah
resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
e. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan
2. Sasaran Intervensi
a. Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan
terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya
atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang
bermasalah)
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang
bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader
tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait,
PKK
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala
Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dll.
b. Tatanan Institusi Pendidikan
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga
institusi pendidikan dan terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah
perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam
institusi pendidikan yang bermasalah).
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan
yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader
kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor
terkait, PKK
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa,
lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang
tua murid.
STRATEGI PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut
dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu
hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat
melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan
perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari
tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang
seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian
masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community
development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok
untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masihjuga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program
kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program
kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan
itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong
untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di
rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya
dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-
tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan
memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut
kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia.
MANAJEMEN PHBS
Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui tiga sentra, yaitu
Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan
dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat di
wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS
kepada individu dan keluarga yangdatang ke Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang
dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya
yang ada di Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan
PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di
wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota tersebut
Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi
kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan
sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas.
Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsifungsi menejmen
secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program
di Puskesmas dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di
Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep
sebagai berikut :
Kerangka konsep Manajemen PHBS:
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3.Penggerakan dan Pelaksanaan
4. Pemantauan dan Penilaian
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku (PHBS) dan sumber
daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan
masalah.
Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan
jadwal kegiatan, Penggerakan pelaksanaan, merupakan inplementasi dari intervensi masalah
terpilih, yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan
pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor
terkait.
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan,
sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan.
Dalam setiap tahapan Manajemen tersebut petugas promosi kesehatan tidak mungkin bisa
bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait
terutama masyarakat itu sendiri.
Secara singkat, tahapan Manajemen PHBS di Puskesmas/Desa/Keluarahan dan luarannya
adalah sebagai berikut :
TAHAPAN MANAJEMEN LUARAN
1. Pengkajian
Pengkajian masalah kesehatan Pengkajian masalah PHBS Pemetaan wilayah Pengkajian sumber daya
10 penyakit terbanyak, pemetaan masalah
PHBS pada tiap tatanan, masalah strata
kesehatan tatanan dan ketersediaan sumber
daya
2. Perencanaan Rumusan tujuan, rumusan intervensi dan
jadwal kegiatan
3. Penggerakan dan Pelaksanaan Daftar kegiatan dan penanggung jawab
masing-masing kegiatan dan intervensi
masalah PHBS terpilih
4. Pemantauan dan Penilaian Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan melalui
kunjungan rumah.
PENTINGNYA PHBS
1. Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi
manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja
guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak.
2. Oleh karena itu pada tanggal 1 Maret 1999 Presiden RI mencanangkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan dampak
pembangunan terhadap kesehatan
3. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga
4. Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai profil PHBS Propinsi
Sulawesi Selatan tahun 2004 hanya kurang lebih 14 %
5. Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan,
kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS
menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di Kabupaten/Kota,
serta didukung oleh masyarakat.
MANFAAT PHBS
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan
dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga
4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota dibidang
kesehatan
5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan Dapat menjadi
percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
INDIKATOR PHBS
1. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di
rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.
Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan.
Dengan rincian sebagai berikut :
a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya
c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)
d. Anggota keluarga tidak merokok
e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur
f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)
g. Tersedia air bersih
h. Tersedia Jamban
i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
j. Lantai rumah bukan dari tanah
2. Indikator PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di
institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun
swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan
indikator :
a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa
b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih
dan serasi
d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
g. Siswa tidak merokok
h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10 orang)
Lingkungan Sehat
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).
Lingkungan sehat
Kesehatan lingkungan sanat berperan dalam upaya kesehatan, baik secara individual maupun
kelempok dalam masyarakat. Kesehatan lingkungan termasuk dalam kesehatan lingkungan
perumahan yang sehat.
Perumahan yang sehat dan baik terdiri dari fasilitas seperti :
a. jalan raya b. saluran air kotor c. tempat sempah ( TPS dan tempat pengumpulan semua sampah perumahan yang akan
diangkut ke TPA)
d. sumber air bersih e. lampu jalan f. lapangan tempat bermain g. sekolah h. tempat ibadah i. balai pertemuan j. pusat kesehatan masyarakat.
Kriteria rumah sehat menurut winslow antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
Suhu ruangan berkisar 18 30 C
Penerangan dengan bantuan listrik dan sinar matahari
Ventilasi udara Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar
Jumlah ruangan atau kamar diperhitungkan berdasarkan penghuni sekitar 5 2. Memenuhi kebutuhaN psikologis
Keadaan rumah Harus memiliki keindahan sehingga menjadi pusat kesenangan yang sehat bagi setiap
angota keluarga
Adanya jaminan kebebasan yang cukup tinggi bagi setiap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut
Memiliki ruangan tersendiri untuk setiap anggota keluarga sehingga privasi tidak terganggu
Harua ada ruangan untuk interaksi sosial 3. Menghindarkan dari bahaya keselakaan atau kebakaran
Kontruksi rumah dan bahan bangunan yang kuat agar tidak runtuh
Sarana pencegahan kasus kecelakaan khusunya bagi anak anak
Material bangunan tidak mudah terbakar
Lantai tidak licin dan tergenang air
4. Aman dari segi lingkungan
Memiliki su,ber air yang bersih dan sehat
Memiliki tempat pembuangan sampah yang sehat, kotoran manusia dan air limbah
Mencegah perkembangan penyakit
Letak perumahan jauh dari pencemaran, jarak minimal 5 km, bebas banjir dan daerah hijau
Selain itu lingkungan yang tidak sehat juga dapat menjadi sumber dari bebrapa penyakit,
seperti :
a. Kolera Penyakit saluran cerna yang ditularkan lewat penggunaan air dalam kehidupa sehari hari. Penularan langsung atau tidak langsung melalui makanan dan minuman yang telah
berkontak dengan kotoran manusia oleh kuman vibrio cholera.
b. Tifoid Penyakit saluran cerna oleh salmonalla thyphi
c. Diare Penyakit saluran cerna karena kerusakan organic atau fungsional oleh serangan kuman
atau keracunan akibat pencemaran makanan.ditandai oleh BAB encer dengan atau tanpa
darah dan muntah muntah. d. Leptospirosis
Penyakit disebarkan lewat tampungan air hujan yang telah tercemar kencing tikus atau
kencing penderita penyakit ini
e. Malaria dan demam berdarah Penyakit yang disebabkan oleh serangga atau nyamuk dengan gigitan tersebut.
Berkembang biiak di selokan atau saluran air atau wadah penyimpanan air
f. Tuberculosis Penyakit yang berkembang pada pemukiman yang padat dengan pertukaran udara yang
buruk
g. Influenza Penjalaran penyakit pada pemukiman yang padat penghuninya. Penularan disebabkan
inhalasi udara pernapasan penderita.
Tempat tempat beriklim lembab merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempermudah penyebaran penyakit ini, demikian juga keletihan dan gizi buruk.
h. Cacar Penyakit yang menyerang anak anak, penyebaran pada pemukiman yang padat deengan kesehatan lingkungan yang jelek. Penyebaran dengan kontak langsung dengan penderita
atau pakaian penderita yang disebut penyebaran secara tidak langsung.
i. Infeksi pada kulit Scabies
Ring worm
Impetigo
Lepra
j. Arthropoda Infeksi saluran pencernaan daru sumber seperti lalat, kaki gajah
Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau
tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah
tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia
sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan
yang serba modern.sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya,
dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan
masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (lokal
material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka
dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang desainya masih
mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo, 2003).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah
itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di
daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi
(daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah
pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan,
misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah
didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus
kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman
terhadap serangan-serangan binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,
kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar
berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya
(Notoadmojo, 2003).
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1. Bahan bangunan
a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi
ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang
yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai
rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang
penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah
pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan
dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang
basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.
b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik
dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-
lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan
dapat menambah penerangan alamiah.
c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah
tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat
dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan
yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun
dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah
pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam
rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk
kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,
patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)
Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap
didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu
terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini
tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2,
yakni :
a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini,
disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar
sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka
sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).
Jaln masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca.
Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi
genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan
kaca.
b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak
sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah
satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan Tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau
belakang).
Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan
bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan
bagian hidup dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut
ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-
kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi
kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan
kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).
Sistem Pembuangan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun
volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-
kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan
akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau
diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini
terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,
dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organic.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
memnjadi rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini
sama dengan air limbah rumah tangga.
Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna
suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-
sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan
sebagainya.
2. Karakter kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada
umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam
apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan
terdiri dari dua gabungan, yakni :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan
asam amino.
b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan
karbuhidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga
dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
a. menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama:
kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.
b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.
c. Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup
larva nyamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan
hidup lainya.
f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman, dan sebagainya.
Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya
lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan
yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam
tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,
sehingga air limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai
berikut :
1. Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,
diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap
ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi
empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak
perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah
pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut.
Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan
ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, damn lain-lainya
dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.
-Kualitas rumah
Keadaan perumahan adalah salah satu factor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi
lingkungan.
Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit
mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.
-Syarat rumah sehat (Winslow)
Memenuhi kebutuhan fisiologis
Memenuhi kebutuhan psikologis
Harus dapat menghindarkan dari kecelakaan
Harus dapat menghindarkan dari terjadinya penyakit
-Masalah perumahan : adanya rumah-rumah yang tidak sehat
Upaya penanggulangannya :
Pembangunan rumah-rumah sehat dengan harga terjangkau
Penyuluhan pentingnya rumah sehat
Penyuluhan modifikasi rumah sehat
Menurunkan tingkat suku bunga : memudahkan kepemilikan rumah sehat
- Penyediaan Air Minum
Hidup kita tidak dapat lepas dari air. Air ini diperlukan untuk minum, memasak, mandi,
mencuci, membersihkan dan keperluan lainnya. Untuk itu diperlukan air yang memenuhi
syarat kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Masalah penyediaan air minum :
Belum tersedianya cukup air bersih (kualitas) bagi keperluan rumah tangga
Persediaan air rumah tangga yang masih belum memenuhi syarat syarat kesehatan secara kualitas
Sumber sumber air yang tercemar.
Upaya penanggulangannya :
Penyediaan tambahan air bersih bagi daerah yang kesulitan air
Perbaikan mutu dan kinerja pelayanan air oleh pemerintah (PAM)
Perbaikan sarana penyediaan air
Penyuluhan tentang cara pemanfaatan sumber air dengan benar
Penyuluhan tentang pembuatan sumur
Penyuluhan tentang desinfeksi air sumur
Purifikasi air (pengolahan air permukaan)
- Sanitasi makanan
Makanan yang sehat dan bergizi merupakan modal utama tubuh dalam metabolisme.
Diperlukan sanitasi makanan yang baik agar makanan yang dikonsumsi benar-benar
memenuhi persyaratan sehat yang dapat menjadikan jasmani kuat.
Masalah :
Pencemaran bahan bahan makanan
penggunaan bahan-bahan pengawet dan pewarna
pengolahan bahan makanan yang kurang benar
Penanggulangannya
Upaya penyuluhan cara pemakaian pupuk dan pembasmi hama yang benar pada tanaman
pencegahan penyakit pada ternak
penyuluhan tentang bahan pengawet dan pewarna makanan
pemeriksaan secara berkala pada jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat (BPOM)
penyuluhan cara pengolahan bahan makanan yang benar
Pembuangan tinja
Pembuangan kotoran (Feces dan urine) yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya
water borne disease
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan Ehlers dan steel) adalah :
Tidak mengotori tanah permukaan
Tidak mengotori air permukaan
Tidak mengotori air dalam tanah
Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain
Pembuatannya mudah dan murah
Masalah :
Tidak tersedianya jamban (kakus) keluarga
Adanya jamban yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan
Penanggulangan:
Penyediaan jamban sehat
Penyuluhan tentang perlunya jamban sehat
Pembuangan sampah rumah tangga
Sampah adalah semua zat / benda yang sudah tidak terpakai lagi.
Garbage : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk
Rubbish : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang tidak mudah membusuk
Dari sampah harus diperhatikan:
Penyimpanan (Storage)
pengumpulan (Collection)
pembuangan (disposal)
Masalah :
Pembuangan sampah yang tidak tertib (kurang kesadaran)
tempat sampah yang tidak dikelola dengan baik
Penanggulangan :
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dengan benar
pembuatan tempat sampah sementara pada tingkat keluarga
pengelolaan tempat pembuangan akhir dengan baik
pengolahan sampah daur ulang
Pembuangan air limbah (sewage disposal)
Air limbah : excreto manusia, air kotor dari dapur , kamar mandi, WC, air kotor permukaan
tanah dan air hujan
Masalah :
pembuangan limbah rumah tangga yang tidak memenuhi sarat
Penanggulangnnya:
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengolahan limbah yang benar
Menurut AmericanPublic Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila :
(1)Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah,
penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;
(2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
(3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air
bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan; serta
(4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,
seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng tidak curam, bahaya kebakaran karena arus
pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992;
Azwar, 1996).
Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan
rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar
kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan
agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu
rendah. Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai,
atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak.
b. Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu
ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas
ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.
c. Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup
untuk proses pergantian udara.
d. Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh
suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.
e. Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang
makan, ruang tidur, dll.
f. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis
kelaminnya. Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari lima tahun
minimal 4,5 m, artinya dalam satu ruangan anak yang berumur lima tahun ke
bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 4,5 m (1,5 x 1 x3 m)
dan diatas lima tahun menggunakan ruangan 9 m (3 x 1 x 3 m)
2. Perlindungan terhadap penularan penyakit
a. Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga
cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan
penghuninya.
b. Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat,
juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.
c. Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan,
yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi
permukaan sumber air bersih.
d. Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan
gangguan binatang serangga dan debu.
e. Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang
biak di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,
mosquito fight.
f. Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.
g. Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75
meter
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :
(1) Fondasi yang kuat untuk mene ruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi
kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah;
(2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan, bahan kedap air, unt uk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau
anyaman bambu;
(3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari
dengan luas minimum 10% luas lantai;
(4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,
menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga
kerahasiaan ( privacy) penghuninya;
(5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari
lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; serta (6) Atap rumah
yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin
dan air hujan.
Masalah yang dihadapi dalam pembangunan perumahan di daerah perkotaan adalah luas
lahan yang semakin menyempit; harga tanah dan material bangunan yang dari waktu kewaktu
semakin bertambah mahal; serta kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas perumahan, bahkan sering
menumbuhkan pemukiman kumuh. Demikian juga kondisi perumahan di daerah pedesaan
banyak dijumpai perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga perlu ditata
kembali dan dipugar dengan melengkapi
prasarana dan sarana perumahan yang memadai.
Masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampu memenuhi persyaratan mendapatkan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS).
Sebaliknya pemerintah dan swasta pengembang perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan
perumahan untuk masyarakat. Hal
tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan menumbuhkan lingkungan pemukiman
kumuh (slum area) dengan gambaran berhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan
penghuninya tinggi, sanitasi dasar perumahan yang rendah seh ingga tampak jorok dan kotor
yaitu tidak ada penyediaan air besih, sampah yang menumpuk, kondisi rumah yang sangat
menyedihkan, dan banyaknya vektor
penyakit, terutama lalat, nyamuk dan tikus.
PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik
di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai
be rikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan
penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan
jalan tidak menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas
air yang memenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga
harus memenuhi persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan
yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai
berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, an tara lain : debu total kurang da
per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
pathogen
.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar
cuci kedap air dan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan;
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidaK langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 30 oC;
b. Kelembaban udara 40 70 %;
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
5. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut
Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .
9. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah
toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
VENTILASI RUMAH
Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan
menyehatkan manusia (Lubis, 1989). Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi
ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Ventilasi alam.
Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin
dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan
pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara dan kelembabannya. Selain melalui
jendela, pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara
sebagai hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai.
2) Ventilasi buatan
Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis
maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantarana adalah kipas angin, exhauster dan AC (air
conditioner).
Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:
1) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 % dari luas lantai. Jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik, knalpot
kendaraan, debu dan lain-lain.
3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi
berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarang
besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.
Menurut Azwar (1990) dan Notoatmodjo (2003), fungsi ventilasi adalah :
menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang < 10 % dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan
mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi
media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk
kuman tuberkulosis.
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, menurut Lubis
(1989), luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan
terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam
rumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan
ikut terhisap bersama udara pernafasan.
SUHU RUMAH
Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu.
Suhu udara dibedakan menjadi:
1). Suhu kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu ruangan setelah
diadaptasikan selama kurang lebih sepuluh menit, umumnya suhu kering antara 24 34 C;
2) Suhu basah, yaitu suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh oleh uap air,
umumnya lebih rendah daripada suhu kering, yaitu antara 20-25 C.
Secara umum, penilaian suhu rumah dengan menggunakan termometer ruangan.
Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syarat
kesehatan adalah antara 20-25 C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan adalah < 20 C atau > 25 C .
Menurut Walton (1991), suhu berperan penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen
dan tekanan darah. Sedangkan Lennihan dan Fletter (1989), mengemukanan bahwa suhu
rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan kehilangan panas tubuh dan tubuh
akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi.
Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi
untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen yang menular.
PENCAHAYAAN RUMAH
Cahaya berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Cahaya Alamiah
Cahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah, misalnya kuman TBC (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu,
rumah yang cukup sehat seyogyanya harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela),
luasnya sekurang-kurangnya 15 % - 20 %. Perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat
langsung ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain
sebagai ventilasi, juga sebagai jalan
masuk cahaya. Selain itu jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca.
b. Cahaya Buatan
Cahaya buatan yaitu cahaya yang menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, api dan lain-lain. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari
terangnya sumber cahaya (brightness of the source).
Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu direct, indirect, semi direct atau general
diffusing.
Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat membunuh
bakteri, terutama kuman mycobacterium tuberculosa. Menurut Depkes RI (2002), kuman
tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan
standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadp kejadian tuberkulosis.
KEPADATAN PENGHUNI RUMAH
Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota
keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk
seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum per orang sangat
relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.
Untuk perumahan sederhana, minimum 10 m/orang.
Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang.
Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah
dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis
sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya.
Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi
oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis
akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003)
SAMPAH DAN LIMBAH
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan ,
atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah
yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas ,
atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang ,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman
dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat
sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area
Tujuan
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
mengubah