Top Banner

of 60

96829936 MAKALAH Komunitas Kasus 3

Oct 15, 2015

Download

Documents

Abel Brown
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • MAKALAH

    Kasus 3

    diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah CNP 1

    oleh :

    Azkya Aryun

    Desiani Indah W

    Dwi Murbarani

    Galis tresnariyas

    Lidya Latifah N

    Lita Puspita Dewi

    Marthina Chyntia

    Mita Puspitasari

    Pisca Octiany P

    Ripa Sapitri

    Rizky Amalia

    220110090079

    220110090141

    220110090108

    220110090113

    220110090107

    220110090096

    220110090068

    220110090119

    220110090003

    220110090005

    220110090065

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2011

  • KASUS 3: Sehat, Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

    Wilayah Pujasari merupakan wilayah pemukiman penduduk yang terletak di wilayah

    pusat perkotaan sehingga cukup padat, di mana letak antara rumah penduduk berdekatan

    bahkan berdempetan. Diantara rumah sebagian besar terdiri dari gang-gang, dimana

    kondisinya cukup permanen. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya bervariasi anatar 0,5 s/d

    1 meter. Jumlah penduduk wilayah Pujasari sebanyak 1.486 jiwayang terdiri dari 419 KK.

    Sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta, ibu rumah tangga, dan wiraswasta dengan

    penghasilan diatas UMR.

    Kelembaban udara di wilayah tersebut cukup dingin di malam hari dan cukup panas

    pada siang hari. Hal ini diperburuk dengan pemukiman penduduk yang padat, sehingga dapat

    mempengaruhi masuknya sinar matahri ke pemukiman penduduk. Sebagian besar warga

    wilayah tersebut memiliki jenis rumah permanen, hanya sebagian kecil yang memiliki jenis

    rumah semi permanen. Seluruh keluarga memiliki jamban keluarga. Namun demikian untuk

    pembuangan limbah hampir seluruh keluarga membuang limbah ke sungai dan hanya

    bebeerapa keluarga saja yang memiliki septic tank.

    Seluruh keluarga di wilayah tersebut menggunakan sumber air bersih dari PDAM,

    sumur pompa dan sumur gali untuk keperluan umum dan keperluan rumah tangga lainnya.

    Beberapa keluarga memiliki lebih dari satu sumber air, misal: PDAM dengan sumur pompa

    atau PDAM dengan sumur gali.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan warga dan tokoh masyarakat didapat keterangan

    bahwa seluruh sampah dari setiap keluarga akan diangkut petugas pada setiap harinya,

    kemudian sampah tersebut dibakar di tempat khusus. Tidak semua keluarga melakukan

    pemilahan sampah basah dan sampah kering sebelum sapah tersebut diangkut oleh petugas.

    Sebagian besar warga memiliki tempat sampah terbuka, hanya sebagian kecil warga yang

    menggnakan sampah tertutup.

    Wilayah Pujasari berada di bawah jalan layang (flyover), sehingga warga sering kali

    mengeluhkan banyaknya sampah karena sampah dibuang begitu saja oleh pengguna jalan

    layang, selain suara bising dan udara yang menyesakkan akibat kendaraan bermotor dari jalan

    layang.

    Selama ini belum pernah ada kejadian luar biasa, tetapi banyak warga mengalami

    penyakit, seperti ISPA, TBC, demam berdarah dan diare. Bila dilihat dari kebiasaan warga,

    hampir seluruh warga laki-laki memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah yang sebagian

    besar tidak memiliki kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni rumah, tidak mencuci

    tangan sebelum makan, biasa jajan sembarangan serta masih ada ditemukan rumah keluarga

    yang belum bebas jentik.

  • SGD

    Step 1

    PERTANYAAN!

    1. UMR (Rizki):

    2. Jentik (Riva):

    JAWABAN!

    1. Upah minimum rata-rata (Lidya)

    2. -Larva (Lita)

    -Telur nyamuk (Mita)

    -Biasanya hidup di genangan air (Lidya)

    Step 2 dan 3

    PERTANYAAN!

    1. Pisca: Jarak normal rumah?

    2. Mita: kriteria sampah basah dan kering?

    3. Marthina: kriteria rumah sehat?

    4. Dwi: apakah ketersediaa air terganggu dengan jarak rumah yang dekat?

    5. Galis: pengelolaan sampah?

    6. Riva: maksud luas lantai?

    7. Azkya: cara memusnahkan sampah?

    8. Rizki: mengapa bisa ada jentik nyamuk dan cara memusnahkannya?

    9. Lita: upaya pemerintah?

    10. Galis: apakah harus dibuat septic tank umum?

    11. Rizki: air dari sumur galian apakah sudah tercemar limbah dari air sungai?

    12. Mita: kenapa sampah basah dan kering harus dipisah?

  • 13. Desiani: apakah kepadatan rumah berpengaruh juga terhadap kelembababan udara?

    14. Marthina: jika ada dua sumber air bersih, kapan penggunaan sumur gali, sumur pompa

    dan PDAM?

    15. Pisca: penanggulangan keluhan sinar matahari yang terbatas?

    16. Lidya: positif dan negatif hidup dibawah flyover?

    17. Desiani: Penyakit TBC/ISPA apakah karena kebiasaan buruk masyarakat?

    18. Mita: kriteria lingkungan sehat?

    19. Azkya: bagaimana cara mengakali septic tank yang hanya ada di beberapa rumah?

    20. Galis: apakah ada peraturan khusus tentang jarak rumah?

    21. Riva: cara menanggulangi banyaknya sampah dan suara bising dari jalan layang?

    22. Marthina: upaya dari RW memberitahu masalah di wilayah ini ke pemerintah?

    23. Riva: penkes?

    24. Galis: cara merubah kebiasaan buruk masyarakata?

    25. Pisca: kriteria tempat sampah yang terbuka dan tertutup?

    26. Ibu Raini: kriteria UMR?

    JAWABAN!

    1. -

    2. Lita: sampah basah adalah sampah yang bisa membusuk, sampah kering adalah

    sampah yang tidak bisa membusuk atau didaur ulang

    3. -Pisca: bersih, berjarak antar rumah, ada pengelolaan sampah

    -Mita: memiliki septic tank masing-masing, jauh dari kawasan pabrik dan ada lahan

    hijau

    - Galis: ada ruang terbuka, rumah memiliki jamban sendiri dan udara yang tidak

    berbau

    -Riva: ventilasi yang baik

    4. -Rizki: tergantung kondisi lingkungan

    -Riva: tergantung daerah

    -Lidya: tergantung penghijauan

    5. -Pisca: dipisah yang basah dan kering

    -Lidya: yang tidak dapat membusuk, dikubur.

  • -Mita: yang basah dijadikan pupuk, dan yang kering didaur ulang.

    6. Dwi: 2,5-3 m2/orang

    7. sama seperti nomer 5

    Marthina: RW menghubungi pengelola sampah

    8. -Mita: 3M (menguras, mengubur dan membilas) dan fogging.

    9. -Desiani: Lihat izin tinggal

    -Riva: pemindahan lokasi

    -rizki: mengurangi urbanisasi

    -marthina: pemenuhan fasilitas

    10. -lidya: boleh, lihat daya tampung dan dilakukan penyedotan berkala

    -riva: difasilitasi tiap warga

    -rizki: tidak disarankan. Beri penyuluhan kepada warga tentang pentingnya septic

    tank

    11. -mita: ada pengolahan lagi dan usahakan berjarak dari limbah

    -galis: bias terkontaminasi

    -riva: beri jarak untuk mengurangi pencemaran

    12. -pisca: memudahkan pengelolaan

    -rizki: jika tidak, dapat berbau tidak sedap dan merupakan sarang penyakit

    -galis: jika dipisah, dapat dipilah untuk diolah kembali

    13. -riva: faktor yang mempengaruhi seprti iklim

    -rizki: dipengaruhi oleh ventilasi rumah

    14. -desiani: kurangnya pengetahuan

    15. -galis: pemasangan kaca di atap

    -rizki: dipengaruhi ventilasi rumah

    16. -lita: berisik dan polusi

    -mita: tidak ada yang positif

    17. lidya: IYA

    18 -marthina: ada penghijauan dan taman bermain anak-anak.

    -rizki: sanitasi air bersih, dengan bantuan tawas atau kaporit. Ada pengelolaan sampah

    dan ventilasi

  • 19. galis: septic tank bersama

    20. --

    21. mitha: jangan ada rumah dibawah jalan layang, peraturan untuk tida membuang

    sampah di jalan layang bagi pengguna jalan dan pemberdayaan petugas kebersihan

    22. lita: laporkan ke pemerintah

    23. -rizki: cara menghindari penyakit adalah menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk

    -marthina: penggunaan air bersih

    -lidya: PHBS

    24. penkes tutor 11

    25. -Riva: tempat sampah terbuka berupa tumpukan sampah dan tempat sampah tertutup

    terkubur

    -mita: tempat sampah terbuka tidak menggunakan tutup da tempat sampah tertutup

    menggunakan tutup

    26. --

    Step 4: MINDMAP

    1. Sehat: -konsep sehat dan sakit

    -PHBS

    -faktor lingkungan

    -faktor yang mempengaruhi

    2. Air bersih: -kriteria

    -sumber: dari jarak dan jenis

    -pengolahan air bersih, dan akibatnya jika tidak diolah

    -ciri-ciri air tercemar

    -bahan pencemar air

    -definisi limbah

    3. sanitasi lingkungan: -pengolahan dan pengelolaan sampah: macam-macamnya

    - pembuangan limbah

    - konsep: definisi, kriteria dan jenis

    - kriteria TPA dan TPS

  • -pengaruh pengelolaan sampah dengan lingkungan

    - kriteria rumah sehat dan yang tidak

    Step 5: LO

    1. Nomer 1 dan 20: peraturan pemerintah tentang jarak antar rumah

    : diatur dalam Perda DKI Jakarta No 7-1991.

    2. pengaturan tentang UMR

    : Di setiap daerah untuk upah minimum mempunyai standar yang berbeda-beda, sehingga

    Pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai pengaturan Upah Minimum Regional

    yang biasa disebut UMR. UMR dari gaji bersih adalah pe pembayaran yang diberikan dari

    perusahaan kepada karyawan sebagai kompensasi kerjanya, tetapi tidak termasuk tunjangan-

    tunjangan karyawan, seperti uang makan, transport, kesehatan, dan lain-lain. UMR ini disebut

    gaji bersih karena gaji pokoknya tidak termasuk tunjangan karyawan, sehingga kalau

    diperhitungkan dengan tunjangan maka besar gaji yang diterima karyawan di atas UMR.

    Reporting:

    Step 7

    1. -pisca: menurut WHO sehat adalah sempurna secara fisik dan mental

    -dinda: menurut UU no.23/1992 sehat adalah suatu keadaan sejahtera jasmani dan

    rohani

    2. pisca: PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) adalah perilaku kesehatan sehingga

    anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri, poinnya termasuk:

    1. persalinan ditolong oleh bidan yang berpengalaman

    2. pemberian asi ekslusif

    3. menimbang bayi dan balita

    4. menggunakan air bersih

    5. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

    6. menggunakan jamban sehat

    7. memberantas jentik nyamuk dirumah

    8. makan buah dan sayur setiap hari

  • 9. melakukan aktivitas fisik setiap hari

    10. tidak merokok didalam rumah

    3. Sanitasi lingkungan:

    -lidya: cara pengawasan masyarakat menitikberatkan pada kesehatan lingkungan

    4. limbah dan sampah

    -lita: segala sesuatu dari sekitar kita

    -mita: definisi sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki lagi dan bersifat padat

    yang ada yang bisa membusuk maupun tidak

    -marthina: kriteria: 1. Asal: buangan Rumah tangga, pasar, umum, jalan, industri

    2. jenis: organik dan anorganik

    3. fisik: kering dan basah

    -rizki: 4. Kimia: organik

    5. dapat atau tidak dibakar

    6. dapat membusuk atau tidak

    Karakteristik berdasarkan nama: 1. Garbage: zat-zat mudah membusuk

    2. rubbish: mudah atau tidak terbakar

    3. asess: hasil pembakaran industri

    4. street sweeping: sampah dari jalanan

    5. animal: bangkai binatang

    6. household refuse: campuran perumahan

    7. abandoned vehicle: bangkai kendaraan

    8. demolition waste: sisa pembangunan gedung

    9. construction waste:sisa bangunan berupa tanah atau

    batu

    10. industri: sampah hasil dari pertaian atau industri

    11. solid: zat organik

  • 12. khusus: memerlukan penanganan khusus

    Pengolahan: -galis: pemusnahan melalui ditanam atau dibakar. Pengolahan berupa daur

    ulang atau pupuk. Pengelelolaan sampah dari tempat sampah hingga ke TPA.

    -lita: pengolahan sampah secara teknologi( komposing dan pupuk kalsium)

    , listrik, mandiri dan berbasis masyarakat

    jenis-jenis pemusnahan:

    -mita:

    1. sanitary bandfill: ditimbun dengan tanah, merupakan yang paling baik

    2. intineration: dibakar

    3. composing: dekomposisi zat-zat organik

    4. hot feeding: sejenis garbage kepada hewan ternak

    5. discharge to sewers: dihaluskan

    6. dumping: diletakkan begitu saja di lapangan terbuka

    -rizki

    7. dumping in water: dibuang ke sungai atau ke laut

    8. individual intineration: pembakaran sampah mandiri

    9. recycling: daur ulang

    10. reduction: sampah dihancurkan menajdi kecil

    11. salvaging: sampah yang dipakai lembab

    Metode pengumpulan sampah

    -rizki: duet: kering dan basah

    Trio: basah, kering dan tidak mudah terbakar

    Konsep pengelolaan sampah:

  • -lidya: hirarki sampah, EPR dan prinsip pengotor pembayar

    Manfaat pengelolaan sampah:

    -pisca:

    1. Penghematan SDA

    2. penghematan energi

    3. penghematan lahan TPA

    4. lingkungan asri

    5. mengurangi pencemaran

    5. rumah sehat

    Kriteria:

    -rizki: RSS(rumah sangat sederhana) : luas tanah 60-90 m2, luas bangnan 21-36 m2.

    Fasilitas: terdapat wc, dapur dan kamar tidur. Dinding diplester, lantai keramik, langit-langit

    triplek. Terhubung dengan listrik minimal 450 watt dan sumber air bersih dari sumur maupun

    PDAM. Serta adanya bak sampah dan saluran air

    -riva: ada ventilasi alami, cahaya cukup, ada pengelolaan pembuangan sampah, tinja dan

    limbah

    -galis: ventilasi minimal 5 persen dari luas lantai

    -azkya: menurut depkes RI no. 829/menkes/SK/VII/1999 rumah sehat terletak pada daerah

    yang bukan rawan bencana, bukan bekas pertambangan atau TPA, dan bukan pada daerha

    rawan kecelakaan.

    -lita: kualitas udara: ambien( bebas gas beracun), kebisingan 45-55 desibel. Kualtias tanah

    tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebih. Terdapat saran dan prasarana berupa drainase,

    taman bermain, jalanan, cukup air bersih dan pengolahan limbah.

    -marthina: terdapat ventilasi, cahaya dan jarak yang cukup (3,5-3 m3/orang)

    -lidya:

    Kebiasaan dan perilaku penghuni yang baik

    1. membersihkan rumah

  • 2. tidak meludah, bersin dan batuk sembarangan

    3. menjemur bantal, guling dan kasur

    4. tidak tidur bersama orang yang sakit

    5. menjaga kesehatan

    6. mebuka jendela pada pagi hari

    7. tidak memakai kasur bertingkat

    Syarat udara bersih:

    -Galis: 1. gas beracun tidak terdeteksi

    2. debu maksimum 350 mikrometer kubik per meter kuadrat per hari

    3. adanya penghijauan

    -pisca: 4. Suhu udara: 18-30 derajat celcius

    5. kelembaban: 40-70 persen

    6. tidak ada binatang penular penyakit

    Prasarana dan sarana yang dibutuhkan:

    -mita: taman bermain, sarana drainase dan jalanan dengan syarat tidak membahayakan

    kesehatan, jembatan penyeberangan diberi pengaman, lampu jalan tidak menyilaukan.

    Rumah yang tidak layak huni:

    -lidya: atap daun, lantai tanah, dinding anyaman dan tidak terdapat MCK.

  • PEMBAHASAN KASUS DI MAKALAH

    KONSEP SEHAT DAN SAKIT

    BEBERAPA DEFINISI SEHAT SAKIT

    1.DEFINISI SEHAT SAKIT MENURUT DASAR KEPERAWATAN

    - DEFINISI SEHAT (WHO) 1947

    sehat : Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari

    penyakit atau kelemhan.

    Mengandung 3 karakteristik :

    1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.

    2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.

    3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

    Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapai merupakan penyesesuaian, bukan merupakan

    suatu keadaan tapi merupakan ptoses.

    Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai

    terhadap lingkungan sosialnya.

    2.DEFINISI SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN

    - DEFINISI SEHAT PENDER (1982)

    Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan

    orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten

    sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas

    struktural.

    - DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)

    Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin

    tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.

    Self care Resoureces : encangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.

    Self care Aktions : Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,

    mempertahan kan dan menigkatkanfungsi psicososial da piritual.

    3. DEFINISI SEHAT MENURUT PERSEORANGAN

    Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat

    bervariasi.

    Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :

    1.Status Pekembangan.

    Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap

    perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.

    Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.

    Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk

    melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi perilaku-perilku

    selanjutnya.

    2.Pengaruh sosial dan kultural

    Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua keanak-

    anak.

    Contoh : - Cina : sehat adalah keseimbangan antara Yin dan yang.

    - Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.

    3. Pengalaman masa lalu.

  • Seseoran dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi)

    membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.

    4. Harapan sesorang tentang dirinya.

    Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun

    psikososialnya jika mereka sehat.

    Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri.

    1.Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.

    2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.

    4. DEFINISI SAKIT

    yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.

    PEMONS (1972)

    Sakit : gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme

    sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya.

    BAUMAN (1965)

    Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :

    1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.

    2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.

    3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.

    Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang

    menghasilkan berkuranya kapasitas.

    Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.

    1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.

    2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

    3.Gangguan Kesehatan.

    Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.

    Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.

    1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.

    2.kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.

    3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada

    titik yang lain.

    SEJAHTERA SEHAT-SEHAT MENENGAH (YANG SEKALI SEKALI NORMAL SAKIT)

    Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :

    a. Tahap Transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak

    sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.

    Mempunyai 3 aspek :

    - secara fisik : nyeri, panas tinggi.

    - Kognitif : interprestasi terhadap gejala.

    - Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.

    Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan

    dirumah.

    b.Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).

    Penerimaan terhadap sakit.

    Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.

    Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat

    teman / keluarga.

  • Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk.

    Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rebcana pengobatan

    dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

    c.Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

    - Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.

    3 tipe informasi :

    1. Validasi keadaan sakit.

    2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.

    3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.

    - Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali

    pada posisi kesehatan.

    d. Tahap ketergantungan

    Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien

    yany tergantungan untuk memperoleh bantuan.

    Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

    Perawat * Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien di kaitkan dengan tahap perkembangan.

    * Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.

    e. Tahap Penyembuhan

    Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada

  • PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

    Definisi PHBS

    keluarga

    atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

    kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

    ragam makanan, minum tablet darah, mengkonsumsi Garam beryodium, memberi bayi dan

    balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada

    tempatnya , membersihkan lingkungan.

    PHBS di rumah tangga

    PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga

    agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta

    berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

    PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.

    Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah

    tangga yaitu :

    1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan 2. memberi bayi ASI ekslusif 3. menimbang balita setiap bulan 4. menggunakan air bersih 5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun 6. menggunakan jamban sehat 7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. makan buah dan sayur setiap hari 9. melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. tidak merokok di dalam rumah.

    Manfaat di rumah tangga dengan PHBS

    Bagi Rumah Tangga :

    Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

    Anak tumbuh sehat dan cerdas.

    Anggota keluarga giat bekerja.

    Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,

    pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

    Bagi Masyarakat:

    Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

    Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

  • Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

    (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan

    lain-lain.

    PROMOSI KESEHATAN

    1. Visi Promosi Kesehatan

    Visi Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

    1193/Menkes/SK/X/2004 adalah Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010 atau PHBS 2010. Yang dimaksud dengan PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih

    dan sehat dalam rangka :

    a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya

    b. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan

    derajat kesehatan

    c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

    d. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

    2. Misi Promosi Kesehatan

    a. Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik

    melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan

    penggerakan masyarakat

    b. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih

    dan sehat masyarakat

    c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain

    yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka :

    Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundangundangan yang berwawasan kesehatan

    Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat, dalam program-program kesehatan

    Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.

    Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya

    Tujuan dan sasaran:

    a. Individu dan keluarga

    Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media massa

  • Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya

    Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat

    Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga

    Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.

    b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum

    Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan

    Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat.

    c. Organisasi masyarakat/organisasi profesi/LSM dan media massa

    Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat

    Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat

    Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku sehat.

    d. Program/petugas kesehatan

    Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan kesehatan

    Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga atau kelompok yang menjadi kliennya

    Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat.

    e. Lembaga pemerintah/politisi/swasta

    Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengem- bangkan lingkungan dan perilaku sehat

    Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.

    Pengertian dan sasaran:

    1. Beberapa Pengertian

    a. Promosi Kesehatan

    Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,

    untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

    mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat

    dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

    b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

    Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

    perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

    memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan

    pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat

  • mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat

    menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan

    kesehatannya.

    c. Rumah Tangga

    Adalah wahana atau wadah, dimana keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-

    anaknya melaksanakan kehidupan sehari-hari

    d. PHBS Tatanan Rumah Tangga

    Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan

    mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah

    resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif

    dalam gerakan kesehatan masyarakat.

    e. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan

    Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup

    bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan

    2. Sasaran Intervensi

    a. Tatanan Rumah Tangga

    Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan

    terbagi dalam :

    1) Sasaran primer

    Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya

    atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang

    bermasalah)

    2) Sasaran sekunder

    Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang

    bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader

    tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait,

    PKK

    3) Sasaran tersier

    Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

    menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

    tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala

    Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dll.

    b. Tatanan Institusi Pendidikan

    Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga

    institusi pendidikan dan terbagi dalam :

  • 1) Sasaran primer

    Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah

    perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam

    institusi pendidikan yang bermasalah).

    2) Sasaran sekunder

    Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan

    yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader

    kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor

    terkait, PKK

    3) Sasaran tersier

    Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

    menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

    tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa,

    lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang

    tua murid.

    STRATEGI PHBS

    Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut

    dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu

    hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat

    melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan

    perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar

    promosi kesehatan dan PHBS yaitu :

    1. Gerakan Pemberdayaan

    Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

    berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar

    sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari

    tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku

    yang diperkenalkan (aspek practice).

    Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.

    Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan

    terkendala oleh dimensi ekonomi.

    Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang

    seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian

    masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community

    development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok

    untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun

    masihjuga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).

    Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program

    kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program

  • kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan

    itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

    2. Binasuasana

    Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota

    masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong

    untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di

    rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan

    lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh

    karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya

    meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.

    Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :

    a. Pendekatan Individu

    b. Pendekatan Kelompok

    c. Pendekatan Masyarakat Umum

    3. Advokasi

    Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

    komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang

    terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu

    kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh

    masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya

    dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.

    Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang

    diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-

    tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut

    mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan

    berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan

    memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut

    kesepakatan.

    Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

    Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :

    - Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

    - Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

    - Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

    - Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

    - Dikemas secara menarik dan jelas

    - Sesuai dengan waktu yang tersedia.

  • MANAJEMEN PHBS

    Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui tiga sentra, yaitu

    Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan

    dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat di

    wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS

    kepada individu dan keluarga yangdatang ke Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang

    dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya

    yang ada di Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan

    PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di

    wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota tersebut

    Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi

    kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan

    sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas.

    Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsifungsi menejmen

    secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program

    di Puskesmas dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di

    Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep

    sebagai berikut :

    Kerangka konsep Manajemen PHBS:

    1. Pengkajian

    2. Perencanaan

    3.Penggerakan dan Pelaksanaan

    4. Pemantauan dan Penilaian

    Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku (PHBS) dan sumber

    daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan

    masalah.

    Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan

    jadwal kegiatan, Penggerakan pelaksanaan, merupakan inplementasi dari intervensi masalah

    terpilih, yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan

    pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor

    terkait.

    Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan,

    sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan.

    Dalam setiap tahapan Manajemen tersebut petugas promosi kesehatan tidak mungkin bisa

    bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait

    terutama masyarakat itu sendiri.

    Secara singkat, tahapan Manajemen PHBS di Puskesmas/Desa/Keluarahan dan luarannya

    adalah sebagai berikut :

  • TAHAPAN MANAJEMEN LUARAN

    1. Pengkajian

    Pengkajian masalah kesehatan Pengkajian masalah PHBS Pemetaan wilayah Pengkajian sumber daya

    10 penyakit terbanyak, pemetaan masalah

    PHBS pada tiap tatanan, masalah strata

    kesehatan tatanan dan ketersediaan sumber

    daya

    2. Perencanaan Rumusan tujuan, rumusan intervensi dan

    jadwal kegiatan

    3. Penggerakan dan Pelaksanaan Daftar kegiatan dan penanggung jawab

    masing-masing kegiatan dan intervensi

    masalah PHBS terpilih

    4. Pemantauan dan Penilaian Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan melalui

    kunjungan rumah.

    PENTINGNYA PHBS

    1. Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi

    manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja

    guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta

    diperjuangkan oleh semua pihak.

    2. Oleh karena itu pada tanggal 1 Maret 1999 Presiden RI mencanangkan pembangunan

    nasional berwawasan kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan dampak

    pembangunan terhadap kesehatan

    3. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi

    perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga

    4. Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai profil PHBS Propinsi

    Sulawesi Selatan tahun 2004 hanya kurang lebih 14 %

    5. Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan,

    kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS

    menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di Kabupaten/Kota,

    serta didukung oleh masyarakat.

    MANFAAT PHBS

    1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

    2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga

    3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

    dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan

    dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga

    4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota dibidang

    kesehatan

  • 5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan Dapat menjadi

    percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

    INDIKATOR PHBS

    1. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga

    Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di

    rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.

    Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan.

    Dengan rincian sebagai berikut :

    a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan

    b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya

    c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)

    d. Anggota keluarga tidak merokok

    e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur

    f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)

    g. Tersedia air bersih

    h. Tersedia Jamban

    i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

    j. Lantai rumah bukan dari tanah

    2. Indikator PHBS Tatanan Institusi Pendidikan

    Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di

    institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun

    swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan

    indikator :

    a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa

    b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas

    c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih

    dan serasi

    d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik

    e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)

    f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih

    g. Siswa tidak merokok

    h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10 orang)

  • Lingkungan Sehat

    Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

    perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).

    Lingkungan sehat

    Kesehatan lingkungan sanat berperan dalam upaya kesehatan, baik secara individual maupun

    kelempok dalam masyarakat. Kesehatan lingkungan termasuk dalam kesehatan lingkungan

    perumahan yang sehat.

    Perumahan yang sehat dan baik terdiri dari fasilitas seperti :

    a. jalan raya b. saluran air kotor c. tempat sempah ( TPS dan tempat pengumpulan semua sampah perumahan yang akan

    diangkut ke TPA)

    d. sumber air bersih e. lampu jalan f. lapangan tempat bermain g. sekolah h. tempat ibadah i. balai pertemuan j. pusat kesehatan masyarakat.

    Kriteria rumah sehat menurut winslow antara lain :

    1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

    Suhu ruangan berkisar 18 30 C

    Penerangan dengan bantuan listrik dan sinar matahari

    Ventilasi udara Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar

    Jumlah ruangan atau kamar diperhitungkan berdasarkan penghuni sekitar 5 2. Memenuhi kebutuhaN psikologis

    Keadaan rumah Harus memiliki keindahan sehingga menjadi pusat kesenangan yang sehat bagi setiap

    angota keluarga

    Adanya jaminan kebebasan yang cukup tinggi bagi setiap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut

    Memiliki ruangan tersendiri untuk setiap anggota keluarga sehingga privasi tidak terganggu

    Harua ada ruangan untuk interaksi sosial 3. Menghindarkan dari bahaya keselakaan atau kebakaran

    Kontruksi rumah dan bahan bangunan yang kuat agar tidak runtuh

    Sarana pencegahan kasus kecelakaan khusunya bagi anak anak

    Material bangunan tidak mudah terbakar

    Lantai tidak licin dan tergenang air

  • 4. Aman dari segi lingkungan

    Memiliki su,ber air yang bersih dan sehat

    Memiliki tempat pembuangan sampah yang sehat, kotoran manusia dan air limbah

    Mencegah perkembangan penyakit

    Letak perumahan jauh dari pencemaran, jarak minimal 5 km, bebas banjir dan daerah hijau

    Selain itu lingkungan yang tidak sehat juga dapat menjadi sumber dari bebrapa penyakit,

    seperti :

    a. Kolera Penyakit saluran cerna yang ditularkan lewat penggunaan air dalam kehidupa sehari hari. Penularan langsung atau tidak langsung melalui makanan dan minuman yang telah

    berkontak dengan kotoran manusia oleh kuman vibrio cholera.

    b. Tifoid Penyakit saluran cerna oleh salmonalla thyphi

    c. Diare Penyakit saluran cerna karena kerusakan organic atau fungsional oleh serangan kuman

    atau keracunan akibat pencemaran makanan.ditandai oleh BAB encer dengan atau tanpa

    darah dan muntah muntah. d. Leptospirosis

    Penyakit disebarkan lewat tampungan air hujan yang telah tercemar kencing tikus atau

    kencing penderita penyakit ini

    e. Malaria dan demam berdarah Penyakit yang disebabkan oleh serangga atau nyamuk dengan gigitan tersebut.

    Berkembang biiak di selokan atau saluran air atau wadah penyimpanan air

    f. Tuberculosis Penyakit yang berkembang pada pemukiman yang padat dengan pertukaran udara yang

    buruk

    g. Influenza Penjalaran penyakit pada pemukiman yang padat penghuninya. Penularan disebabkan

    inhalasi udara pernapasan penderita.

    Tempat tempat beriklim lembab merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempermudah penyebaran penyakit ini, demikian juga keletihan dan gizi buruk.

    h. Cacar Penyakit yang menyerang anak anak, penyebaran pada pemukiman yang padat deengan kesehatan lingkungan yang jelek. Penyebaran dengan kontak langsung dengan penderita

    atau pakaian penderita yang disebut penyebaran secara tidak langsung.

    i. Infeksi pada kulit Scabies

    Ring worm

    Impetigo

    Lepra

    j. Arthropoda Infeksi saluran pencernaan daru sumber seperti lalat, kaki gajah

  • Rumah Sehat

    Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau

    tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba

    manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah

    tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia

    sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan

    yang serba modern.sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya,

    dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan

    masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (lokal

    material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka

    dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang desainya masih

    mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo, 2003).

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :

    1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

    Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah

    itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di

    daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi

    (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah

    pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan,

    misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah

    didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus

    kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman

    terhadap serangan-serangan binatang buas.

    2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

    Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan

    penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,

    kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok

    pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar

    berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya

    (Notoadmojo, 2003).

    Syarat-syarat rumah yang sehat :

    1. Bahan bangunan

    a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi

    ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang

    yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai

    rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang

    penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah

    pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak

    berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan

  • dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang

    basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

    b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya

    kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak

    cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik

    dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-

    lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan

    dapat menambah penerangan alamiah.

    c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah

    perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah

    tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat

    dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan

    yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun

    dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah

    pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam

    rumah.

    d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

    Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.

    Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan

    bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk

    menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

    tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk

    kaso tersebut ditutup dengan kayu.

    2. Ventilasi

    Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

    menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

    keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

    Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar

    CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu

    tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam

    ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.

    Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,

    patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)

    Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-

    ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu

    terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan

    selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap

    didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

    Ada 2 macam ventilasi, yakni :

    a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara

    ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu

  • terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini

    tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan

    serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain

    untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.

    b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

    mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap

    udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

    Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga

    agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di

    dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

    3. Cahaya

    Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

    tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,

    terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media

    atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.

    Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,

    dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2,

    yakni :

    a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting,

    karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya

    baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan

    masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela)

    luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang

    terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat

    jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam

    ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini,

    disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

    Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar

    sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka

    sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).

    Jaln masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca.

    Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi

    genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan

    kaca.

    b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,

    seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

    4. Luas bangunan rumah

    Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

    dalamnya, artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan

    jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

  • penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak

    sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah

    satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada

    anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila

    dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

    5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat

    Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

    a. Penyediaan air bersih yang cukup

    b. Pembuangan Tinja

    c. Pembuangan air limbah (air bekas)

    d. Pembuangan sampah

    e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

    Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau

    belakang).

    Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu

    diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

    a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan

    bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

    b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan

    bagian hidup dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut

    ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-

    kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi

    kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan

    kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).

    Sistem Pembuangan

    Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

    rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya

    mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

    manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air

    limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

    pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,

    air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

    Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang

    tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain

    seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun

    volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-

  • kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor

    (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan

    akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau

    diolah secara baik.

    Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat

    dikelompokan sebagai berikut :

    1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air

    limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini

    terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,

    dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organic.

    2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis

    industri akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat

    bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,

    antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu

    pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan

    memnjadi rumit.

    3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal

    dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan

    sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini

    sama dengan air limbah rumah tangga.

    Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara

    pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis

    besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:

    1. Karakteristik fisik

    Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan

    padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna

    suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-

    sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan

    sebagainya.

    2. Karakter kimiawi

    Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang

    berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari

    penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada

    umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam

    apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan

    terdiri dari dua gabungan, yakni :

    a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan

    asam amino.

  • b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan

    karbuhidrat, termasuk selulosa.

    3. Karakteristik bakteriologis

    Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga

    dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak

    berperan dalam proses pengolahan air buangan.

    Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air

    limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai

    gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :

    a. menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama:

    kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.

    b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.

    c. Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup

    larva nyamuk.

    d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

    e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

    hidup lainya.

    f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak

    nyaman, dan sebagainya.

    Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup

    terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya

    lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan

    yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam

    tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,

    sehingga air limbah perlu dibuang.

    Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai

    berikut :

    1. Pengeceran (dilution)

    Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup

    rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin

    bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan

    manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan

    diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat

    dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,

    diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap

    ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap

  • badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.

    Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

    2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

    Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar

    matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses

    pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi

    empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak

    perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah

    pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan

    memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

    3. Irigasi

    Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan

    merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut.

    Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan

    ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk

    pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah

    tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, damn lain-lainya

    dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang

    diperlukan oleh tanam-tanaman.

    -Kualitas rumah

    Keadaan perumahan adalah salah satu factor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi

    lingkungan.

    Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit

    mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.

    -Syarat rumah sehat (Winslow)

    Memenuhi kebutuhan fisiologis

    Memenuhi kebutuhan psikologis

    Harus dapat menghindarkan dari kecelakaan

    Harus dapat menghindarkan dari terjadinya penyakit

    -Masalah perumahan : adanya rumah-rumah yang tidak sehat

    Upaya penanggulangannya :

    Pembangunan rumah-rumah sehat dengan harga terjangkau

    Penyuluhan pentingnya rumah sehat

    Penyuluhan modifikasi rumah sehat

    Menurunkan tingkat suku bunga : memudahkan kepemilikan rumah sehat

  • - Penyediaan Air Minum

    Hidup kita tidak dapat lepas dari air. Air ini diperlukan untuk minum, memasak, mandi,

    mencuci, membersihkan dan keperluan lainnya. Untuk itu diperlukan air yang memenuhi

    syarat kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya.

    Masalah penyediaan air minum :

    Belum tersedianya cukup air bersih (kualitas) bagi keperluan rumah tangga

    Persediaan air rumah tangga yang masih belum memenuhi syarat syarat kesehatan secara kualitas

    Sumber sumber air yang tercemar.

    Upaya penanggulangannya :

    Penyediaan tambahan air bersih bagi daerah yang kesulitan air

    Perbaikan mutu dan kinerja pelayanan air oleh pemerintah (PAM)

    Perbaikan sarana penyediaan air

    Penyuluhan tentang cara pemanfaatan sumber air dengan benar

    Penyuluhan tentang pembuatan sumur

    Penyuluhan tentang desinfeksi air sumur

    Purifikasi air (pengolahan air permukaan)

    - Sanitasi makanan

    Makanan yang sehat dan bergizi merupakan modal utama tubuh dalam metabolisme.

    Diperlukan sanitasi makanan yang baik agar makanan yang dikonsumsi benar-benar

    memenuhi persyaratan sehat yang dapat menjadikan jasmani kuat.

    Masalah :

    Pencemaran bahan bahan makanan

    penggunaan bahan-bahan pengawet dan pewarna

    pengolahan bahan makanan yang kurang benar

    Penanggulangannya

    Upaya penyuluhan cara pemakaian pupuk dan pembasmi hama yang benar pada tanaman

    pencegahan penyakit pada ternak

    penyuluhan tentang bahan pengawet dan pewarna makanan

  • pemeriksaan secara berkala pada jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat (BPOM)

    penyuluhan cara pengolahan bahan makanan yang benar

    Pembuangan tinja

    Pembuangan kotoran (Feces dan urine) yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya

    water borne disease

    Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan Ehlers dan steel) adalah :

    Tidak mengotori tanah permukaan

    Tidak mengotori air permukaan

    Tidak mengotori air dalam tanah

    Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya

    Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain

    Pembuatannya mudah dan murah

    Masalah :

    Tidak tersedianya jamban (kakus) keluarga

    Adanya jamban yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan

    Penanggulangan:

    Penyediaan jamban sehat

    Penyuluhan tentang perlunya jamban sehat

    Pembuangan sampah rumah tangga

    Sampah adalah semua zat / benda yang sudah tidak terpakai lagi.

    Garbage : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk

    Rubbish : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang tidak mudah membusuk

    Dari sampah harus diperhatikan:

    Penyimpanan (Storage)

    pengumpulan (Collection)

    pembuangan (disposal)

    Masalah :

  • Pembuangan sampah yang tidak tertib (kurang kesadaran)

    tempat sampah yang tidak dikelola dengan baik

    Penanggulangan :

    Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dengan benar

    pembuatan tempat sampah sementara pada tingkat keluarga

    pengelolaan tempat pembuangan akhir dengan baik

    pengolahan sampah daur ulang

    Pembuangan air limbah (sewage disposal)

    Air limbah : excreto manusia, air kotor dari dapur , kamar mandi, WC, air kotor permukaan

    tanah dan air hujan

    Masalah :

    pembuangan limbah rumah tangga yang tidak memenuhi sarat

    Penanggulangnnya:

    Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengolahan limbah yang benar

    Menurut AmericanPublic Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila :

    (1)Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah,

    penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;

    (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;

    (3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air

    bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan

    memenuhi syarat kesehatan; serta

    (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,

    seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng tidak curam, bahaya kebakaran karena arus

    pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992;

    Azwar, 1996).

    Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan

    rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

    a. Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar

    kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan

  • agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu

    rendah. Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai,

    atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak.

    b. Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu

    ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas

    ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.

    c. Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup

    untuk proses pergantian udara.

    d. Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh

    suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.

    e. Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang

    makan, ruang tidur, dll.

    f. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis

    kelaminnya. Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari lima tahun

    minimal 4,5 m, artinya dalam satu ruangan anak yang berumur lima tahun ke

    bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 4,5 m (1,5 x 1 x3 m)

    dan diatas lima tahun menggunakan ruangan 9 m (3 x 1 x 3 m)

    2. Perlindungan terhadap penularan penyakit

    a. Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun

    kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga

    cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan

    penghuninya.

    b. Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat,

    juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.

    c. Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan,

    yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi

    permukaan sumber air bersih.

    d. Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan

    gangguan binatang serangga dan debu.

  • e. Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang

    biak di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,

    mosquito fight.

    f. Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.

    g. Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75

    meter

    Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :

    (1) Fondasi yang kuat untuk mene ruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi

    kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah;

    (2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm

    dari badan jalan, bahan kedap air, unt uk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau

    anyaman bambu;

    (3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari

    dengan luas minimum 10% luas lantai;

    (4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,

    menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga

    kerahasiaan ( privacy) penghuninya;

    (5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari

    lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; serta (6) Atap rumah

    yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin

    dan air hujan.

    Masalah yang dihadapi dalam pembangunan perumahan di daerah perkotaan adalah luas

    lahan yang semakin menyempit; harga tanah dan material bangunan yang dari waktu kewaktu

    semakin bertambah mahal; serta kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

    Kondisi semacam ini akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas perumahan, bahkan sering

    menumbuhkan pemukiman kumuh. Demikian juga kondisi perumahan di daerah pedesaan

    banyak dijumpai perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga perlu ditata

    kembali dan dipugar dengan melengkapi

    prasarana dan sarana perumahan yang memadai.

    Masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampu memenuhi persyaratan mendapatkan

    Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS).

    Sebaliknya pemerintah dan swasta pengembang perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan

    perumahan untuk masyarakat. Hal

  • tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan menumbuhkan lingkungan pemukiman

    kumuh (slum area) dengan gambaran berhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan

    penghuninya tinggi, sanitasi dasar perumahan yang rendah seh ingga tampak jorok dan kotor

    yaitu tidak ada penyediaan air besih, sampah yang menumpuk, kondisi rumah yang sangat

    menyedihkan, dan banyaknya vektor

    penyakit, terutama lalat, nyamuk dan tikus.

    PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

    Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik

    di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni

    mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

    Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan

    Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai

    be rikut :

    1. Lokasi

    a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah

    longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

    b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas

    tambang;

    c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan

    penerbangan.

    2. Kualitas udara

    Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan

    memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

    a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

    c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

    d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

    3. Kebisingan dan getaran

    a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

  • b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

    4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

    a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

    b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

    c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

    d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

    5. Prasarana dan sarana lingkungan

    a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang

    aman dari kecelakaan;

    b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;

    c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu

    kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,

    jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan

    jalan tidak menyilaukan mata;

    d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas

    air yang memenuhi persyaratan kesehatan;

    e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga

    harus memenuhi persyaratan kesehatan;

    f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;

    g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat

    hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

    h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

    i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan

    yang dapat menimbulkan keracunan.

    6. Vektor penyakit

    a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;

    b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

  • 7. Penghijauan

    Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga

    berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

    Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.

    829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai

    berikut :

    1. Bahan bangunan

    a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan

    kesehatan, an tara lain : debu total kurang da

    per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;

    b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme

    pathogen

    .

    2. Komponen dan penataan ruangan

    a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

    b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar

    cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

    c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan

    kecelakaan;

    d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

    e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

    f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

    3. Pencahayaan

    Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidaK langsung dapat menerangi

    seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

    4. Kualitas udara

    a. Suhu udara nyaman antara 18 30 oC;

    b. Kelembaban udara 40 70 %;

    c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

  • d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;

    e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

    f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

    5. Ventilasi

    Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

    6. Vektor penyakit

    Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

    7. Penyediaan air

    a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;

    b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut

    Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

    8. Sarana penyimpanan makanan

    Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .

    9. Pembuangan Limbah

    a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan

    bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

    b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari

    permukaan tanah dan air tanah.

    10. Kepadatan hunian

    Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

    Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah

    toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.

    VENTILASI RUMAH

  • Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan

    menyehatkan manusia (Lubis, 1989). Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi

    ke dalam dua jenis, yaitu:

    1) Ventilasi alam.

    Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin

    dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan

    pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara dan kelembabannya. Selain melalui

    jendela, pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara

    sebagai hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai.

    2) Ventilasi buatan

    Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis

    maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantarana adalah kipas angin, exhauster dan AC (air

    conditioner).

    Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:

    1) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang

    ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 % dari luas lantai. Jumlah keduanya

    menjadi 10% dari luas lantai ruangan.

    2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik, knalpot

    kendaraan, debu dan lain-lain.

    3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi

    berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarang

    besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.

    Menurut Azwar (1990) dan Notoatmodjo (2003), fungsi ventilasi adalah :

    menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang < 10 % dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan

    mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi

    karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya

    ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses

    penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi

    media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk

    kuman tuberkulosis.

    membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang

    terbawa oleh udara akan selalu mengalir (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, menurut Lubis

    (1989), luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan

    terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam

    rumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan

    ikut terhisap bersama udara pernafasan.

  • SUHU RUMAH

    Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu.

    Suhu udara dibedakan menjadi:

    1). Suhu kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu ruangan setelah

    diadaptasikan selama kurang lebih sepuluh menit, umumnya suhu kering antara 24 34 C;

    2) Suhu basah, yaitu suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh oleh uap air,

    umumnya lebih rendah daripada suhu kering, yaitu antara 20-25 C.

    Secara umum, penilaian suhu rumah dengan menggunakan termometer ruangan.

    Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syarat

    kesehatan adalah antara 20-25 C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat

    kesehatan adalah < 20 C atau > 25 C .

    Menurut Walton (1991), suhu berperan penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen

    dan tekanan darah. Sedangkan Lennihan dan Fletter (1989), mengemukanan bahwa suhu

    rumah

    yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan kehilangan panas tubuh dan tubuh

    akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi.

    Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi

    untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen yang menular.

    PENCAHAYAAN RUMAH

    Cahaya berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

    a. Cahaya Alamiah

    Cahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-

    bakteri patogen di dalam rumah, misalnya kuman TBC (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu,

    rumah yang cukup sehat seyogyanya harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela),

    luasnya sekurang-kurangnya 15 % - 20 %. Perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat

    langsung ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain

    sebagai ventilasi, juga sebagai jalan

    masuk cahaya. Selain itu jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng

    kaca.

    b. Cahaya Buatan

    Cahaya buatan yaitu cahaya yang menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti

    lampu minyak tanah, listrik, api dan lain-lain. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari

    terangnya sumber cahaya (brightness of the source).

    Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu direct, indirect, semi direct atau general

    diffusing.

  • Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat membunuh

    bakteri, terutama kuman mycobacterium tuberculosa. Menurut Depkes RI (2002), kuman

    tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan

    standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadp kejadian tuberkulosis.

    KEPADATAN PENGHUNI RUMAH

    Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota

    keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk

    seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum per orang sangat

    relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.

    Untuk perumahan sederhana, minimum 10 m/orang.

    Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang.

    Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah

    dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis

    sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya.

    Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan

    (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi

    oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis

    akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003)

  • SAMPAH DAN LIMBAH

    Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan ,

    atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah

    yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya

    terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

    memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas ,

    atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

    Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang ,

    berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah

    perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman

    dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,

    sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan

    pengolah sampah.

    Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat

    sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area

    Tujuan

    Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

    mengubah