LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN ILEUS PARALITIK DI RUANG BOUGENVILLE RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO Disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah oleh: Rizka Annisa Hanif, S. Kep. NIM 082311101067
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN ILEUS PARALITIK DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO
Disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan NersStase Keperawatan Medikal Bedah
oleh:Rizka Annisa Hanif, S. Kep.
NIM 082311101067
PROGRAM PENDIDIKAN NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER2013
1. Definisi
Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran gastrointestinal tanpa
disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan
ileus paralitik. Obstruksi Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus,
(Selvia A. Price).
Dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu
blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Perawat sangat perlu melakukan pemantauan pada pasien pascabedah abdominal dari
kondisi ileus. Setelah 2-3 hari pasca-pembedahan abdomen, ileus merupakan suatu kondisi
fisiologis yang normal sekunder dari anastesia dan efek intervensi bedah, namun istilah ileus
kondisi kelumpuhan intestinal dapat bertahan lebih dari 3 hari pascabedah.
Sebagian besar kasus ileus terjadi setelah operasi intra-abdomen. Kembali normalnya
aktivitas usus setelah pembedahan abdominal mengikuti pola yang dapat diprediksi. Usus kecil
biasanya mendapatkan kembali fungsi dalam beberapa jam. Aktivitas regains lambung dalam 1-2
hari dan usus besar aktivitas regains 3-5 hari, (Person, 2006).
2. Etiologi
Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada faktor
predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya ileus, diantaranya (Behm, 2003)
sebagai berikut :
a. Sepsis
b. Obat-obatan (misalnya : opioid, antasid, coumarin, amitriptyline, chlorpromazine)
c. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia, hipomagnesemia, hipernatremia,
anemia, atau hiposmolalitas)
d. Infark miokard
e. Pneumonia
f. Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina)
g. Bilier dan ginjal kolik
h. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf
i. Inflamasi intra abdomen dan peritonitis
j. Hematoma retroperitoneal.
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala penting dari obstruksi Ileus adalah :
a. Nyeri daerah umbilicus
b. Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas
c. Konstipasi absolut dan peregangan abdomen
4. Klasifikasi
a. Ileus Obstruktif
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif
ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
b. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan (peristaltik) usus yang menghilang, disini
tidak ada sumbatan. Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat
bergerak (mengalami motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar.
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus
terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,
distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit parkinson.
5. Patofisiologi
Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui penghambatan aktivasi
refleks spinal. Secara anatomis, refleks yang terlibat pada ileus adalah pada pleksus ganglia
prevertebral, (Mattei, 2006).
Respons dari stres bedah mengarah pada generasi sistemik dari endokrin dan mediator
inflamasi yang juga mempromosikan perkembangan ileus. Model tikus telah menunjukkan
bahwa laparotomi, penetrasi, dan kompresi usus menyebabkan peningkatan jumlah makrofag,
monosit, sel dendritik, sel T, sel-sel pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang ditunjukkan oleh
imonohistokimia. Kalsitonin-peptida, nitrit oksid, peptida vasoaktif intestina, dan substansi P
berfungsi sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf usus, (Bauer, 2004).
Diferensiasi yang umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi dan obstruksi usus mekanik. Seperti
ileus pada pseudo-obstruksi, terjadi dengan tidak adanya patologi mekanis. Beberapa teks dan artikel
cendrung menggunakan ileus disamaartikan dengan pseudo-obstruksi atau merujuk pada ileus kolon.
Namun, kondisi ini jelas merupakan dua entitas yang berbeda. Pseudo-obstruksi jelas terbatas pada usus
besar, sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar yang terlibat dalam
pseudo-obstruksi klasik, yang biasanya terjadi pada lanjut usia dengan gambaran penyakit
ekstarintestinal serius atau trauma. Agen farmakologi, sepsis, dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
juga berkontribusi terhadap kondisi ini. Obstruksi usus mekanik dapat disebabkan oleh adhesi, velvulus,
hernia, intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Klinis obstruksi hadir dengan kolik abdominal yang
hebat atau tanda-tanda obstruksi perforasi yang jelas, (Loktus, 2012).