Top Banner

of 26

86645265-Kegemukan

Apr 03, 2018

Download

Documents

Muhammad Ichsan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    1/26

    Laporan Kelompok

    MODUL 2

    KEGEMUKAN

    DI SUSUN OLEH:

    Kelompok 9

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR

    2012

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    2/26

    SKENARIO

    Seorang pria umur 44 tahun, datang ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan rutin.

    Dari anamnesis diketahui bahwa ibu dari pria tersebut menderit diabetes, ia tidak

    merokok, Pemeriksaan fisis TB = 160 cm, BB = 78 kg, LP = 95 cm, TD = 150/95

    mmHg. Pemeriksaan lain dalam batas normal.Setelah diperiksa laboratoriumdidapatkan hasil sebagai berikut :

    GDP = 110 mg/dl, kolesterol total = 280 mg/dl, LDL-kol = 180 mg/dl, HDL-kol =

    32 mg/dl, asam urat = 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

    A. Kata Kunci

    1. Pria 44 tahun

    2. Ibu menderita diabetes

    3. Tidak merokok

    4. Pemeriksaan fisis :

    a. TB = 160 cm

    b. BB = 78 kg

    c. LP = 95 cm

    d. TD = 150/95 mmHg

    5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium :

    a. GDP = 110 mg/dl

    b. Kol. tot. = 280 mg/dl

    c. LDL-kol = 180 mg/dl

    d. HDL-kol = 32 mg/dl

    e. Asam urat = 9 mg/dl

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    3/26

    B. Klarifikasi Kata Sulit

    1. IMT = = = 30,4 kg/m2

    Dari nilai IMT (Indeks Massa Tubuh ) tersebut, dapat disimpulkan bahwa pria

    tersebut obesitas II karena nilai IMTnya lebih dari 30 kg/m2 sesuai klasifikasi

    WHO.

    2. BBI = (TB100) (10 % (TB100)) = 60 6 = 54 kg

    Dari nilai BBI (Berat Badan Ideal) tersebut, dapat disimpulkan bahwa pria

    tersebut memiliki kelebihan berat badan sebesar 24 kg.

    3. LP (Lingkar Pinggang) normal pada laki-laki adalah 90 cm. Dari nilai LP pria

    tersebut, yaitu 95 cm maka dapat disimpulkan bahwa LP pria tersebut lebih besar

    dari pada pria normal.

    4. TD (Tekanan Darah) normal adalah 140/90 mmHg. Dari TD pria tersebut, yakni

    150/95 mmHg maka dapat disimpulkan bahwa pria tersebut hipertensi.

    5. Nilai rujukan untuk pemeriksaan Laboratorium berdasarkan interpretasi

    berdasarkan NCEP-ATP III 2001.

    Tes Sampel Bukan DM Belum pasti DM DM

    GDS

    Plasma vena

    Darah kapiler

    < 100

    < 90

    100 199

    90 199

    200

    200

    GDP

    Plasma vena

    Darah kapiler

    < 100

    < 90

    100 125

    90 109

    126

    110

    GD2PP

    Plasma vena

    Darah kapiler

    < 140

    < 120

    140 200

    120 - 200

    >200

    >200

    Berdasarkan nilai rujukan diatas maka kadar GDP pria tersebut belum pasti DM

    (GDPT/Gula Darah Puasa Terganggu)

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    4/26

    6. Nilai Rujukan untuk Kolesterol total

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kadar kolesterol total pria tersebut

    tinggi.

    7. Nilai Rujukan untuk LDL Kolesterol :

    LDL kolesterol Interpretasi

    < 100 mg/dl Optimal

    100 129 mg/dl Near optimal

    130 159 mg/dl Borderline

    160 189 mg/dl High

    > 190 mg/dl Very high

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kadar LDL-kolesterol pria tersebut

    tinggi.

    8. Nilai Rujukan untuk HDL Kolesterol :

    HDL kolesterol Interpretasi

    < 40 mg/dl Low

    > 60 mg/dl High

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kadar HDL-kolesterol pria tersebut

    rendah.

    Total kolesterol Interpretasi

    < 200 mg/dl Desirable

    200 239 mg/dl Borderline

    > 240 mg/dl High

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    5/26

    9. Nilai Asam Urat Normal adalah 3,5 6 mg/dl. Dari nilai tersebut dapat

    disimpulkan bahwa pria tersebut memiliki kadar asam urat tinggi atau

    hiperurisemia.

    Dari seluruh hasil interpretasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pria

    tersebut mengalami dislipidemia. Dislipidemia adalah gangguan metabolisme

    lemak sehingga kadar kolesterol total dan trigliserida meningkat, kadar LDL-

    kolestrol kecil padat meningkat, serta kadar HDL-kolesterol menurun.

    C. Pertanyaan

    1. Bagaimana metabolisme lemak yang terjadi dalam tubuh?

    2. Hormon apa saja yang berperan dalam regulasi berat badan?

    3. Bagaimana mekanisme peningkatan berat badan?

    4. Organ-organ tubuh apa sajakah yang berperan dalam proses regulasi berat badan?

    5. Jelaskan peranan dari faktor genetik dan lingkungan terhadap terjadinya penyakit

    penyebab peningkatan berat badan?

    6. Bagaimana hubungan peningkatan berat badan dengan hipertensi?

    7. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan peningkatan BB?

    8. Tata cara pemeriksaan untuk mendiagnosis obesitas

    9. Apakah Differensial Diagnosis pada kasus ini?

    D. Jawaban

    1. Metabolisme lemak dalam tubuh, yaitu

    Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserid dan

    kolesterol. Selain kolestrol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat

    kolesterol dari hati yang dieksresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di

    usus halus yang berasal dari makanan maupun dari hati disebut lemak eksogen.

    Trigliserid dan kolesterol ini akan diserap ke dalam enterosit usus halus.

    Trigliserid diserap dalam bentuk asam lemak bebas dan kolestrol dalam bentuk

    kolesterol. Selanjutnya di usus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi

    trigliserid dan kolesterol mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester.

    Trigliserid dan kolesterol ester kemudian akan bergabung dengan fosfolipid dan

    apolipoprotein menjadi lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    6/26

    Kilomikron kemudian akan masuk ke saluran limfe dan melalui duktis

    torasikus akan masuk ke sirkulasi darah. Trigliserid dalam kilomikron kemudian

    mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel yang

    diaktivasi oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan VLDL

    menjadi FFA. FFA ini akan disimpan kembali sebagai trigliserid dalam jaringan

    adiposa, tetapi apabila terdapat dalam jumlah banyak akan menjadi dibawa ke hati

    untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang telah kehilangan sebagian

    besar trigliserid dan mengandung banyak kolesterol ester disebut kilomikron

    remnant dan akan dibawa ke hati.

    2. Hormon-hormon apa saja yang berperan dalam regulasi berat badan, yaitu:

    a. Hormon insulin

    Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang

    dihasilkan oleh sel beta pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan

    pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai

    kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Sintesis insulin dimulai

    dalam bentuk preproinsulin (prekursor hormon insulin) pada retikulum

    endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami

    pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam

    gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, dengan

    bantuan peptidase, proinsulin diuraikanlagi menjadi insulin dan peptida-C (C-

    Peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersama-sama

    melalui membran sel.

    Insulin berperan penting dalam berbagai proses biologis dalam tubuh

    terutama menyangkut metabolisme karbohidrat Hormon ini berfungsi dalam

    proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan tubuh terutama pada otot,

    lemak, dan hepar. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin

    berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate) yang terdapat pada

    membran sel. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam

    signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa dalam sel otot

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    7/26

    dan lemak, dengan mekanisme yang belum begitu jelas. Bebera hal diketahui,

    diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glukosa transporter-4) pada

    membran sel karena proses translokasi GLUT-4 dari dalm sel diaktivasi oleh

    adanya transduksi signal. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh

    metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar. Untuk

    mendapatkan metabolisme glukosa yang normal diperlukan mekanisme sekresi

    insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.

    b. Hormon Tiroid

    Kelenjar thyroid mensekresi dua jenis hormon, yaitu tiroksin (T4),

    mencapai 90 % dari seluruh sekresi kelenjar thyroid dan tri-iodotironin (T3)

    disekresi dalam jumlah kecil. Jika TSH mengikat reseptor sel folikel, maka akan

    mengakibatkan terjadinya sintesis dan sekresi tiroglobulin yang mengandung

    asam amino tirosin, ke dalam lumen folikel.

    Iodium yang tertelan bersama makanan dibawa aliran darah dalam bentuk

    ion iodida menuju kelenjar thyroid. Sel-sel folikuler memisahkan iodida dari

    darah dan mengubahnya menjadi molekul unsur iodium. Molekul iodium bereaksi

    dengan tirosin dalam tiroglobulin untuk membentuk molekul monoiodotirosin dan

    diiodotirosin, dua molekul diiodotirosin membentuk T4 sedangkan satu molekul

    monoiodotirosin dan satu molekul diiodotirosin membentuk T3. Sejumlah besar

    T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selama berminggu-minggu. Saat

    hormon thyroid akan dilepas di bawah pengaruh TSH, enzim proteolitik

    memisahkan hormon dari tiroglobulin. Hormon berdifusi dari lumen folikel

    melalui sel-sel folikular dan masuk ke sirkulasi darh. Sebagian besar hormon

    thyorid yang bersirkulasi bergabung dengan protein plasma.

    Hormon thyroid meningkatkan laju metabolisme hampir semua sel

    tubuh. Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran

    energi terutama dalam bentuk panas. Pertumbuhan dan maturasi normal tulang

    gigi, jaringan ikat, dan jaringan saraf bergantungpada hormon-hormon thyroid.

    Fungsi thyroid diatur oleh hormon perangsang thyroid (TSH) hipofisis, di bawah

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    8/26

    kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik

    hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan

    TSH adalah kadar hormon thyroid yang berdirkulasi dan laju metabolik tubuh.

    c. Hormon Kortisol

    Mineralokortikoid disintesis dalam zona glomerolus. Aldosteron

    merupakan mineralokortikoid terpenting mengatur keseimbangan air dan

    elektrolit melalui pengendaliankadar natrium dan kalium dalam darah. Sekresi

    aldosteron diatur oleh kadar natrium darah tetapi terutama oleh mekanisme renin-

    angiotensin. Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata. Hormon ini meliputi

    kortikosteron, kortisol, dan kortison. Yang terpenting adalah kortisol.

    Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak untuk

    membentuk cadangan molekul yang siap dimetabolisme. Hormon ini

    meningkatkan sintesis glukosa dari sumber non karbohidrat (glukoneogenesis).

    Simpanan glikogen di hati (glikogenesis) dan penningkatan kadar glukosa darah.

    Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan protein serta menghambat

    ambilan asam amino dan sintesis protein. Hormon ini juga menstabilisasi

    membran lisosom untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

    Glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH dalam mekanisme umpan balik

    negatif. Stimulus utama dari ACTH adalah semua jenis stres fisik atau emosional.

    Stres misalnya trauma, infeksi, atau kerusakan jaringan akan memicu impuls saraf

    ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas kortikotropin

    (CRH) yang melewati sistem portal hipotalamus-hipofisis menuju kelenjar

    pituitari anterior, yang melepas ACTH. ACTH bersirkulasi dalam darah meuju

    kelenjar adrenal dan mengeluarkan sekresi glukokortikoid. Glukokortikoid

    mengakibatkan peningkatan persediaan asam amino, lemak, dan glukosa dalam

    darah untuk membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan karena stres dan

    menstabilkan membran lisosom untukmencegah kerusakan lebih lanjut.

    Gonadokortikoid (steroid kelamin) disintesis pada zona retikularis dalam jumlah

    yang relatif sedikit, steroid ini berfungsi terutama sebagai prekursor untuk

    pengubahan testosteron dan esterogen oleh jaringan lain.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    9/26

    d. Hormon pertumbuhan

    GH (growth hormon) atau hormon somatotropik (STH) adalah sejenis

    hormon protein. Hormon ini mengendalikan seluruh sel tubuh yang mampu

    memperbesar ukuran dan jumlah disertai efek utama pada pertumbuhan tulang

    dan massa otot rangka. GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel

    tubuh dengan cara meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel.

    GH juga menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel tubuh dengan

    demikian menambah glukosa darah. GH menyebabkan peningkatan mobilisasi

    lemak dan pemakaian lemak untuk energi. Selain itu, GH menyebabkan hati(mungkin juga ginjal) memproduksi somatomedin, sekelompok faktor

    pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang

    dan kartilago.

    Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan terjadi melalui sekresi dua

    hormon antagonis. 1. stimulus untuk pelepasan, hormon pelepas hormon

    pertumbuhan (GHRH) dari hipotalamus dibawa melalui saluran portal

    hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior tempatnya menstimulasi sintesis

    dan pelepasan GH. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH melalui stress,

    malnutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah seperti puasa dan

    olahraga. 2. Inhibisi pelepasan, sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar

    GH dalam darah melallui mekanisme umpan balik negatif. Somatostatin, hotmon

    penghambat hormon pertumbuhan (GHIH) dari hipotalamus dibawa menuju

    hipofisis anterior melalaui sistem portal. Hormonm ini menghambat sintesis dan

    pelepasan GH. Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan

    peningkatan kadar asam lemak darah.

    e. Hormon epinefrin

    Secara keseluruhan efek hormone epineferin adalah untuk

    mempersiapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang merespon stres, kegembiraan,

    cedera, latihan dan penurunan kadar gula. Efek epinefrin yang lain, yaitu

    meningkatkan frekuensi jantung, metabolisme, dan komsumsi oksigen. Kadar

    gula darah meningkat melalui stimulasi glikogenolisis pada hati dan simpanan

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    10/26

    glikogen otot. Pembuluh darah pada kulit dan organ-organ viseral berkontriksi

    sementara pembululh di otot rangka dan otot jantung berdilatasi.

    3. Mekanisme peningkatan Berat badan, yaitu:

    a. Faktor emosi dan stress

    Sebagian orang menganggap bahwa makan merupakan salah satu alat

    pelepas ketegangan sehingga kondisi emosi atau stress dapat meningkatkan nafsu

    makan. Selain itu, kemungkinan faktor emosi/stess ini berpengaruh terhadap

    stimulasi -adrenergik yang dapat menstimulasi pelepasan growth hormon.

    Dimana GH ini berlawanan dengan kerja inisulin dalam hal ambilan gula dan

    pelepasan asam lemak dan sesuai dengan kerja anabolik insulin dalam hal ambilan

    asam amino.

    Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan

    makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

    makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

    Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yangmenderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang

    kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola

    makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah

    sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam

    hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge

    mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat

    banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali

    apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat

    banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu

    makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan

    insomnia pada malam hari.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    11/26

    b. Pembentukan sel-sel lemak yang berlebihan

    Pembentukan sel-sel lemak yang berlebihan akibat peningkatan asupan

    nutrisi disertai dengan kurangnya beraktivitas. Kurangnya aktivitas fisik

    kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka

    kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak

    aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi

    makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan

    mengalami obesitas.

    Jika jumlah energi dalam bentuk makanan yang memasuki tubuh

    melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan meningkat. Oleh sebab

    itu, obesitas karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah

    energi yang keluar. Untuk setiap 9,3 Kalori kelebihan energi yang memasuki

    tubuh maka 1 gram lemak disimpan.

    Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

    menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita

    obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sellemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat

    badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu

    penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah

    lemak di dalam setiap sel

    c. Gangguan endokrin tertentu

    Terjadinya gangguan berupa kelebihan atau kekurangan pada salah satu

    hormon yang berpengaruh terhadap regulasi berat badan seperti yang telah

    disebutkan sebelumnya akan dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Obat-

    obat tertentu, misalnya steroid dan beberapa anti-depresi juga bisa menyebabkan

    penambahan berat badan.

    d. Gangguan pusat pengaturan makan di hipotalamus

    Hipotalamus basal mengontrol stabilitas berat badan. Beberapa regio

    hipotalamus diimplikasi pada rasa lapar dan kenyang. Perangsangan inti

    ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa sangat keyang, oleh karena

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    12/26

    itu disebut sebagai pusat kenyang. Sedangkan inti lateral hipotalamus dikenal

    sebagai pusat lapar atau pusat makan.

    Selain pusat lapar dan pusat kenyang yang telah disebutkan, masih

    banyak daerah lain di otak yang berpengaruh terhadap pengaturan asupan

    makanan. Sebagai contoh, lesi pada nukleus paraventrikularsering menyebabkan

    makan yang berlebihan dan telah ditegaskan secara khusus menyebabkan makan

    karbohidrat yang berlebihan. Sebaliknya, lesi pada nukleus dorsomedial

    hipotalamus biasanya menekan makan. Selain itu, lesi di dalam atau perangsangan

    daerah bagian otak bagian bawah, seperti area postrema, nukleus media kaudal

    traktus solitarius, atausaraf vagus, dapat mempengaruhi derajat makan.

    Pusat yang lebih tinggi dari hipotalamus juga memainkan peranan

    penting dalam mengendalikan makan, terutama dalam pengendalian nafsu makan.

    Pusat ini khususnya mencakup amigdala, dan korteks prefrontal.

    e. Faktor genetik

    Obesitas cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab

    genetik. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan

    kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Hal ini dapat

    berupa kebiasaan makan banyak, tiga kali sehari dan setiap kali makan harus

    penuh yang didapatkan dari orang tua sejak kecil. Dan kebiasaan ini berlangsung

    sepanjang hidupnya hingga menyebakan obesitas. Seringkali sulit untuk

    memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru

    menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%

    terhadap berat badan seseorang.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    13/26

    4. Organ-organ yang berperan dalam regulasi berat badan, yaitu

    a. Pankreas, yaitu berperan dalam sintesis hormon insulin dan glukagon. Insulin

    dan glukagon beperan dalam pengaturan kadar glukosa darah.

    b. Hipotalamus, yaitu Hipotalamus basal mengontrol stabilitas berat badan yang

    berperan sebagai pusat lapar dan pusat kenyang

    c. Amigdala, yaitu berperan dalam mengendalikan makan terutama dalam

    pengendalian nafsu makan

    d. Hati, yaitu berperan dalam metabolisme lemak.

    e. Saluran pencernaan, yaitu berperan dalam pencernaan dan penyerapan zat-zat

    makanan.

    5. Hubungan antara faktor genetik dan lingkungan terhadap terjadinya peningkatan

    berat badan.

    Peningkatan berat badan secara pasti terjadi secra familial. Misalnya,

    kembar identik mampu mempertahankan selisih berat badan sekitar 2 pon antara

    keduanya sepanjang hidup mereka, jika mereka hidup dalam lingkungan yangsama, atau sekitar 5 pon jika lingkungan hidup mereka berbeda degan nyata. Hal

    ini terjadi sebagian karena kebiasan makan yang bersal dari masa kanak-kanak,

    tetapi diyakini bahwa ada kemiripan yang dekat antara kedua anak kembar yang

    dikendalikan secar genetik.

    Contoh lain bahwa bayi dari ibu yang gemuk kecenderungan pengeluaran

    energinya 20 % lebih rendah dari bayi dari ibu yang langsing. Diketahui bahwa

    gen berpengaruh 33 % terhadap berat badan. Gen dapat mengatur tingkat makan

    dengan berbagai cara, termasuk (1) kelainan genetik pusat makan untuk mengatur

    tingkat penyimpanan energi tinggi atau rendah, dan (2) kelainan faktor psikis

    secara herediter, baik yang meningkatkan nafsu makan, atau menyebabkan orang

    tersebut makan sebagai mekanisme pelepasan.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    14/26

    Kelainan genetik pada sifat kimiawi penyimpanan lemak juga diketahui

    dapat meningkatkan berat badan hingga mengalami obesitas. Kelainan ini dapat

    berupa bahwa lemak mudah disimpan dalam jaringan adiposa, tetapi jumlah lipase

    peka hormon dalam jaringan adiposa sangat berkurang, sehingga hanya sedikit

    lemak yang dapat dikeluarkan. Keadaan ini jelas menyebabkan jalur satu arah,

    dimana lemak secara terus menerus disimpan walaupun tidak pernah dilepaskan.

    Kelainan yang lain dapat berupa terdapatnya kelebihan asam lemak sintetase yang

    menyebabkan kelebihan sintesis asam lemak.

    Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi

    lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan

    ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa

    kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak

    dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan

    aktivitasnya.

    6. Hubungan antara peningkatan berat badan dengan hipertensi, yaitu:

    Pada penderita obesitas, akan terjadi resistensi insulin yang menyebabkan

    timbulnya bebagai komplikasi. Resistensi insulin disebabkan karena banyaknya

    lemak yang terdapat pada jaringan adiposa sel dapat memblok reseptor insulin

    sehingga insulin tidak mampu berikatan dengan reseptornya untuk memungkinkan

    pengaktifan glucose transporter yang dapat membawa glukosa masuk ke dalam

    sel, terutama sel otot untuk dimetabolisme. Hal ini menyebabkan kadar glukosa

    dalam darah meningkat (hiperglikemia) dan hiperinsulinemia. Resistensi insulin

    ini kemudian mendasari timbulnya disiplidemia dan berbagai komplikasi pada

    penderita obesitas dan sindrom metabolik.

    Hiperinsulinemia dapat mengaktifkan Renin Angiotensin Aldostrone

    System (RAAS). Angiotensin II dapat merangsang terjadinya vasokonstriksi otot

    polos vaskular dengan menaikkan tekanan darah sehingga dapat terjadi hipertensi

    dan penyempitan pembuluh darah. Selain itu, angiotensin merangsang pelepasan

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    15/26

    norepinefrin dan epinefrin yang dapat menyebakan vasokonstriksi arteri tertentu.

    Selain itu, Hiperglikemia kronik dapat meningkatkan sintesis diacylgliserol

    (DAG). Peningkatan kadar DAG akan meningkatkan aktivitas Protein Kinase C

    (PKC). Baik DAG maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya

    vasokonstriksi. Kenaikan tekanan darah dan vasokonstriksi ini dapat

    menyebabkan tejadinya penyakit jantung koroner.

    Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber

    energi. Namun pada keadaan resistensi insulin, glukosa tidak dapat digunakan,

    sehingga hormone sensitive lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif dan

    lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini

    menyebabkan trigliserida dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas

    (FFA) secara berlebihan. Asam lemak ini kemudian akan memasuki sirkulasi

    darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi melalui beta oksidasi

    maupun siklus sitrat, dan sebagian akan dibawa ke hati untuk diubah menjadi

    trigliserida hati dan kemudian menjadi bagian dari VLDL. Sedangkan gliserol

    digunakan untuk glukoneogenesis di hati. Oleh karena itu, VLDL yang dihasilkanpada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya trigliserida, disebut VLDL kaya

    trigliserid atau LDL besar (enrichrd triglyceride VLDL/large VLDL).

    Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan bertukar dengan

    kolesterol ester dari kolesterol LDL. LDL berasal dari hidrolisis IDL yang

    hidrolisis dari VLDL oleh enzim lipoprotein lipase. LDL adalah liporotein yang

    paling banyak mengandung kolesterol yang sebagian dari kolesterol tersebut akan

    dibawa ke jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis dan

    ovarium. Yang mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL.

    Hal ini juga akan menghasilkan LDL yang kaya akan trigliserid tetapi

    kurang kolesterol ester (cholesterol ester depleted LDL). Trigliserid yang

    dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase (biasa meningkat

    pada keadaan resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL yang kecil padat,

    yang dikenal dengan LDL kecil padat (small dene LDL). Partikel LDL kecil padat

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    16/26

    berifat mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat aterogenik. Banyaknya kolesterol

    LDL kecil padat menyebabkan makin banyak kolestrol LDL yang dapat

    dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan

    menjadi sel busa (foam cell).Foam Cellini merupakan derivat plak aterosklerosis

    sehingga dapat terjadi komplikasi hipertensi.

    Pada beberapa penyelidikan hemodinamik orang gemuk yang

    normotensif ditemukan kenaikan konsumsi O2 dan juga denyut jantung yang

    sedikit meningkat. Juga ditemukan adanya kenaikan volume darah yang beredar

    berhubungan dengan curah jantung yang juga meningkat. Juga ditemukan

    peningkatan kerja ventrikel kiri. Volume darah yang meningkat pada orang pada

    orang gemuk kebanyakan disebabkan oleh meningkatnya volume darah dalam

    jaringan lemak. Pada orang gemuk tekanan sistolik akan lebih nyata.

    7. Penyakit-penyakit yang menyebabkan peningkatan berat badan, yaitu:

    a. HypothyroidismeAdanya penurunan kadar hormon thyroid akan menyebabkan penurunan

    metabolisme basal 50-60 % dari keadaan normal. Sehingga lemak yang

    normalnya pada keadaan basal harus dilisiskan sebesar 2,5 g/kgBB/hari akan

    mengalami penurunan sama sekali bahkan tidak ada. Akibatnya kandungan lemak

    dalam tubuh semakin banyak. Hal inilah yang dapat menyebabkan obesitas.

    b. Cushings Syndrome

    Pada Cushing syndrome terjadi peningkatan kadar kortisol yang cukup

    signifikan, dimana efek dari peningkatan hormon kortisol akan berpengaruh pada

    berbagai metabolisme seperti karbohidrat, lemak, protein, dan keadaan seperti

    stress oksidatif dan inflamasi. Khusus pada metabolisme lemak, akibat

    peningkatan kortisol maka semakin banyak terjadi lipogenesis pada jaringan

    adiposa dan glukoneogenesis di hepar, namun hasil dari lipolisis berupa asam

    lemak ini banyak yang dimobilisasi kembali dan terpusat pada dada dan wajah.

    Demikian halnya kita ketahui bahwa selain meningkatkan mobilisasi asam lemak

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    17/26

    tubuh, kortisol juga menyebabkan penumpukan lemak pada wajah dan dada,

    sehingga 30-40% hasil metabolisme dari glukosa berupa lemak akan banyak yang

    ditumpuk pada bagian dada dan wajah. Hal inilah kemudian yang memicu

    terjadinya obesitas.

    c. Growth Hormone Disorders

    Pada keadaan normal GH berfungsi dalam meningkatkan sintesa protein,

    memobilisasi asam lemak dan meningkatkan penggunaan lemak sebagai sumber

    energi terutama pada keadaan puasa. Adanya gangguan pada GH akan

    mengakibatkan berkurangnya pemakaian lemak sebagai sumber energi, dan

    pemakaian glukosa menjadi tidak terkontrol. Akibatnya pemakaian lemak menjadi

    berkurang dan pembentukannya meningkat sebagai hasil dari metabolisme

    glukosa. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya kegemukan pada

    seseorang.

    8. Tata cara mendiagnosis untuk mendiagnosis obesitas, yaitu

    a. Menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan menggunakan rumus kemudianmenggunakan interpretasi sebagai berikut:

    1). Menurut WHO

    IMT (Kg/m2) Risiko ko-morbiditas

    BB kurang < 18.5 Rendah

    Normal 18.5 - 24.9 Normal

    BB lebih 25.0 - 29.9 Meningkat

    Obes I 30.0 - 34.9 Moderat

    Obes II 35.0 - 39.9 Berat

    Obes III > 40 Sangat berat

    2). Asia Pasifik

    IMT (Kg/m2) Risiko ko-morbiditas

    BB kurang < 18.5 Rendah

    Normal 18.5 - 22.9 Normal

    BB lebih > 23

    Beresiko 23 - 24.9 Meningkat

    Obes I 25 - 29.9 Moderat

    Obes II > 30 Berat

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    18/26

    Nilai yang digunakan di Indonesia, yaitu menurut Asia Pasifik

    b. Mengukur Lingkar Pinggang dengan nilai-nilai sebagai berikut:

    1). WHO 2000

    Laki-laki = 94 cm

    Perempuan = 80 cm

    2). Eropa

    Laki-laki = 102 cm

    Perempuan = 88 cm

    3). Asia Pasifik

    Laki-laki = 90 cm

    Perempuan = 80 cm

    Nilai yang digunakan di Indonesia, yaitu menurut Asia Pasifik.

    c. Mengukur Kadar lemak

    Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut

    memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

    a. Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan

    kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

    b. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah

    seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk

    mengukur lemak tubuh.

    c. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X

    digunakan untuk menentukan jumlah dan lokalisasi dari lemak tubuh.

    Cara yang lebih sederhana dan tidak rumit, yaitu:

    a. Jangka kulit, mengukur ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur

    dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps). Tebal

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    19/26

    lipatan kulit dapat diukur pada sembilan tempat pada tubuh, yaitu dada,

    subskapula, mid-axilaris, supraliaka, perut, trisep, bisep paha, dan betis.

    b. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri di

    atas skala khusus dan sejumlah arus listrik tidak berbahaya di alirkan ke seluruh

    tubuh lalu dianalisa.

    9. Differensial Diagnosis pada kasus ini, yaitu:

    a. Dislipidemia, yaitu gangguan metabolisme lemak yang ditandai dengan

    meningkatnya kadar kolesterol total dan trigliserida, meningkatnya kadar LDL-

    kolesterol kecil padat, serta menurunnya kadar HDL-kolesterol.

    b. Obesitas, yaitu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme

    energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik dan spesifik. Secara

    fisiologis, obesitas merupakan keadaan akumulasi lemak yang tidak normal atau

    berlebihan dijaringan adiposa sehinggan mengganggu kesehatan atau dengan kata

    lain obesitas adalah derajat berapapun kelebihan lemak yang memberi resiko

    kesehatan.

    c. Sindrom Metabolik, yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X

    merupakan suatu kumpulan faktor-faktor risiko yang bertanggung jawab terhadap

    peningkatan morbiditas penyakit kardiovaskular pada obesitas dan DM tipe 2.

    The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP

    III) melaporkan bahwa sindrom metabolik merupakan faktor risiko independen

    terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga memerlukan intervensi modifikasi

    gaya hidup yang ketat (intensif).

    d. Cushings Sindrom, yaitu penyakit yang trrjadi karena peningkatan kadar kortisol

    yang cukup signifikan. Efek dari peningkatan hormon kortisol akan berpengaruh

    pada berbagai metabolisme seperti karbohidrat, lemak, protein, dan keadaan

    seperti stress oksidatif dan inflamasi.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    20/26

    Komplikasi Obesitas, yaitu:

    a. Diabetes Melitus

    Obesitas merupakan faktor yang sangat penting untuk timbulnya Diabetes

    Melitus. Pada orang obes kandungan lemak tubuhnya sangat tinggi sehingga dapat

    menyebabkan resistensi insulin yaitu suatu keadaan dimana terjadi defek kerja

    insulin. Pada keadaan ini insulin membutuhkan jumlah yang lebih banyak dari

    keadaan normal untuk melakukan fungsi metabolismenya terutama metabolisme

    glukosa. Insulin juga berperan mengatur kecepatan sintesa glukosa oleh sel hati

    melalui proses glukoneogenesis. Karena kadar insulin yang dibutuhkan untuk

    metabolisme glukosa lebih banyak, maka kerja insulin yang menghambat

    glukoneogenesis di hati akan berkurang sehingga sintesa glukosa bertambah.

    Keadaan ini memicu kembali sel beta pankreas untuk mensekresikan insulin. Pada

    keadaan yang berlangsung lama akan menyebabkan kelelahan sel beta pankreas

    sehingga terjadi hipoinsulinemia yang kemudian diikuti dengan hiperglikemia.

    b. Hipertensi

    BMI (Body Mass Index) yang tinggi merupakan ciri masyarakat yanghipertensif. Hubungan antara tekanan darah dan berat badan lebih nyata untuk

    tekanan sistolik dibanding tekanan diastolik. Orang dengan tekanan darah tinggi

    cenderung menjadi gemuk, dan orang gemuk dengan tekanan darah normal akan

    cenderung hipertensif. Pada orang gemuk terjadi peningkatan konsumsi O2 dan

    denyut jantung menjadi meningkat (palpitasi).

    Adanya kenaikan volume darah yang beredar berhubungan dengan curah

    jantung yang meningkat dan peningkatan kerja ventrikel kiri. Volume darah yang

    meningkat pada orang gemuk disebabkan karena meningkatnya volume darah

    dalam jaringan lemak. Adanya kenaikan curah jantung sebanding dengan

    konsumsi O2 dan derajat kegemukan. Meningkatnya curah jantung akan

    menyebabkan peninggian tekanan darah yang dikeluarkan oleh jantung. Keadaan

    inilah yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    21/26

    c. Penyakit Kardiovaskuler

    Pada orang gemuk terjadi peningkatan kadar O2 yang dikonsumsi, isi

    sekuncup juga meningkat sesuai derajat kegemukannya. Pada orang sangat gemuk

    dapat terjadi tanda overload dan fungsi ventrikel kiri berkurang sebanding dengan

    kegemukannya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya payah jantung dan kelainan

    koroner.

    d. Hipoventilasi alveolar

    Hipoventilasi Alveolar sering terjadi pada orang gemuk yang pada

    keadaan berat dapat menyebabkan timbulnya sindrom Pickwickian (obes,

    somnolensia, edema, kelainan pernapasan berat disertai periode apnea dengan

    sianosis). Kelainan sirkulasi yang ditemukan adalah karena adanya kenaikan

    volume darah total dan volume darah paru. Perfusi normal tetapi ventilasi paru

    berkurang. Tekanan akhir diastolik kiri meninggi walaupun peninggiannya tidak

    ditemukan pada semua pasien. Hipoventilasi Alveolar dan Asidemia akan

    menyebabkan pembesaran ventrikel kanan dan kor pulmonal dengan

    dekompensasi. Kelainan tersebut mulai tampak pada kelainan obes simpel danperubahan tersebut membaik dengan adanya penurunan berat badan.

    e. Batu Empedu

    Belum jelas diketahui kaitan antara kegemukan dan batu empedu, diduga

    ada korelasi bermakna antara lipatan kulit subskapular dan patela dengan insiden

    batu empedu. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa aktivitas fisik dan makanan

    turut mempengaruhi insiden penyakit batu empedu tersebut.

    f. Gangguan pada Kehamilan

    Wanita hamil dengan kegemukan cenderung lebih mudah terkena

    hipertensi dan DM. Penyelidikan terhadap wanita hamil ditemukan kemungkinan

    anaknya lahir dengan BB 4000 g (dua kali kondisi normal). Insiden persalinan

    yang lebih lama dari 24 jam setelah amniotomi juga meningkatkan keadaan

    hemoragi post partum primer, asfiksia neonatal dan pireksia purpural.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    22/26

    g. Resiko Lainnya

    Semua organ tubuh dapat terpengaruh oleh obesitas dan menimbulkan

    penyakit pada organ terkait misalnya pada perlemakan hati. Orang gemuk karena

    BB lebih akan terjadi lipatan kulit yang banyak dengan kelembaban yang tinggi

    hingga mempermudah infestasi jamur pada daerah tersebut terutama pada aksila,

    perineal serta dibawah lipatan payudara. Osteoartritis lebih sering terjadi terutama

    pada persendian yang menopang beban BB. Pada anak dengan kegemukan dapat

    terjadi genu valgum, menstruasi tidak teratur, oligomenore, fibrosis uterus bahkan

    karsinoma endometrium. Obesitas juga dapat mengakibatkan disfungsi endotel

    dan respon inflamasi yang meningkat.

    2. Hormon pertumbuhan (GH) disekresi oleh somatotrof, yang merupakan 50 %

    bagian anterior sel-sel hipofisis. Hipofisis normal mengandung 3 sampai 5 mg GH

    dan mensekresi 300 sampai 875 g GH perhari. Gena GH terletak pada kromosom

    17. GH sangat diperlukan untuk pertumbuhan linear yang normal. GH nampaknya

    bukan merupakan stimulator langsung utama tetapi bertindak secara tidak

    langsung dengan menstimulasi pembentukan hormon lainnya. IGF-1 (insulin likegrowth factors) bergantung pada GH dan bertanggung jawab untuk stimulasi

    pertumbuhan. IGF-1 ini merupakn somatomedin yang paling penting untuk

    pertumbuhan pascanatal, diproduksi di hati, kondrosit, ginjal, otot, hipofisis, dan

    saluran makanan.

    IGF-1 secara struktural mirip dengan proinsulin dan memperlihatkan

    pula beberapa kerja yang menyerupai insulin. Selanjutnya, GH adalah faktor

    tropik untuk pelepasan insulin, memudahkan pelepasannya sebagai respons

    terhadap berbagai pemacu sekresi (secretagogues) dan pada orang yang

    kekurangan GH akan mengalami gangguan pelepasan insulin terhadap adanya

    rangsangan glukosa. Pasien dengan kelebihan GH akan mengalami resistensi

    insulin. GH meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari adiposit. Keadaan ini

    yang menyebabkan pada orang dewasa yang kekurangan GH prosentasi lemak

    tubuhnya tinggi. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas mengakibatkan

    penumpulan pelepasan GH.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    23/26

    H. Analisis dan Sintesis Masalah

    Pada kasus, seorang pria umur 44 tahun, datang ke dokter untuk

    pemeriksaan kesehatan rutin. Dari anamnesis diketahui bahwa ibu dari pria

    tersebut menderit diabetes, ia tidak merokok, Pemeriksaan fisis TB = 160 cm, BB

    = 78 kg, LP = 95 cm, TD = 150/95 mmHg. Pemeriksaan lain dalam batas normal.

    Setelah diperiksa laboratorium didapatkan hasil, yaitu GDP = 110 mg/dl,

    kolesterol total = 280 mg/dl, LDL-kol = 180 mg/dl, HDL-kol = 32 mg/dl, asam

    urat = 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.

    Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat ditetapkan

    bahwa Differensial Diagnosis utama adalah Sindrom metabolik dan obesitas.

    Sindrom metabolik dan obesitas memiliki manifestasi klinis yang sesuai dengan

    skenario, yaitu kelebihan berat badan, hipertensi, Gula darah puasa terganggu,

    dislipidemia, dan hiperurisemia. Kriteria sindrom metabolik, yaitu peningkatan

    kadar trigliserida lebih dari 150 mg/dl, penurunan kadar kolesterol HDL kurang

    dari 40 mg/dl pada laki-laki dan 50 mg/dl pada perempuan, peningkatan tekanan

    darah lebih dari 130/85 mmHg, dan peningkatan kadar glukosa darah puasa lebih

    dari 100 mg/dl, tanpa mengikutsertakan kriteria obesitas jika kriteria lainnya telah

    ada sebab terdapat individu yang tidak obes tetapi memiliki resistensi insulin dan

    faktor resiko metabolik terutama pada individu yang memilki kedua orang tua

    yang diabetes atau keluarga inti maupun tingkat kedua yang diabetes. Pada

    penderita obesitas, akan terjadi resistensi insulin yang menyebabkan timbulnya

    bebagai komplikasi. Resistensi insulin disebabkan karena banyaknya lemak yang

    terdapat pada jaringan adiposa sel dapat memblok reseptor insulin sehingga

    insulin tidak mampu berikatan dengan reseptornya untuk memungkinkan

    pengaktifan glucose transporter yang dapat membawa glukosa masuk ke dalam

    sel, terutama sel otot untuk dimetabolisme. Hal ini menyebabkan kadar glukosa

    dalam darah meningkat (hiperglikemia) dan hiperinsulinemia. Resistensi insulin

    ini kemudian mendasari timbulnya disiplidemia dan berbagai komplikasi pada

    penderita obesitas dan sindrom metabolik.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    24/26

    Hiperinsulinemia dapat mengaktifkan Renin Angiotensin Aldostrone

    System (RAAS). Angiotensin II dapat merangsang terjadinya vasokonstriksi otot

    polos vaskular dengan menaikkan tekanan darah sehingga dapat terjadi hipertensi

    dan penyempitan pembuluh darah. Selain itu, angiotensin merangsang pelepasan

    norepinefrin dan epinefrin yang dapat menyebakan vasokonstriksi arteri tertentu.

    Selain itu, Hiperglikemia kronik dapat meningkatkan sintesis diacylgliserol

    (DAG). Peningkatan kadar DAG akan meningkatkan aktivitas Protein Kinase C

    (PKC). Baik DAG maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya

    vasokonstriksi. Kenaikan tekanan darah dan vasokonstriksi ini dapat

    menyebabkan tejadinya penyakit jantung koroner.

    Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber

    energi. Namun pada keadaan resistensi insulin, glukosa tidak dapat digunakan,

    sehingga hormone sensitive lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif dan

    lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini

    menyebabkan trigliserida dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas

    (FFA) secara berlebihan. Asam lemak ini kemudian akan memasuki sirkulasidarah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi melalui beta oksidasi

    maupun siklus sitrat, dan sebagian akan dibawa ke hati untuk diubah menjadi

    trigliserida hati dan kemudian menjadi bagian dari VLDL. Sedangkan gliserol

    digunakan untuk glukoneogenesis di hati. Oleh karena itu, VLDL yang dihasilkan

    pada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya trigliserida, disebut VLDL kaya

    trigliserid atau LDL besar (enrichrd triglyceride VLDL/large VLDL).

    Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan bertukar dengan

    kolesterol ester dari kolesterol LDL. LDL berasal dari hidrolisis IDL yang

    hidrolisis dari VLDL oleh enzim lipoprotein lipase. LDL adalah liporotein yang

    paling banyak mengandung kolesterol yang sebagian dari kolesterol tersebut akan

    dibawa ke jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis dan

    ovarium. Yang mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    25/26

    Hal ini juga akan menghasilkan LDL yang kaya akan trigliserid tetapi

    kurang kolesterol ester (cholesterol ester depleted LDL). Trigliserid yang

    dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase (biasa meningkat

    pada keadaan resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL yang kecil padat,

    yang dikenal dengan LDL kecil padat (small dene LDL). Partikel LDL kecil padat

    berifat mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat aterogenik. Banyaknya kolesterol

    LDL kecil padat menyebabkan makin banyak kolestrol LDL yang dapat

    dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan

    menjadi sel busa (foam cell).Foam Cellini merupakan derivat plak aterosklerosis

    sehingga dapat terjadi hipertensi.

    Trigliserid VLDL juga dipertukarkan dengan kolesterol ester pada HDL

    dengan bantuan enzim Cholesterol ester transfer protein (CETP) dan

    menghasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserid. Kolesterol HDL

    yang demikian lebih mudah dikatabolime oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum

    rendah. Kenaikan kadar VLDL besar, LDL kecil padat, trigliserida, dan

    penurunan HDL ini menandai terjadinya disiplidemia.

    Cushings Sindrom tidak dapat dijadikan diagnosis utama karena tidak

    semua gejala-gejala yang terdapat dalam scenario terdapat pada manifestasi klinis

    Cushings Sindrom. Pada Cushings Sindrom, penderita tidak memiliki riwayat

    penyakit Diabetes Mellitus dan tidak mengalami dislipidemia seperti dalam

    scenario.

  • 7/29/2019 86645265-Kegemukan

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Sudoyo, W aru, et al . 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

    Redinger RN. 2007. The Pathophysiology of Obesity and Its Clinical

    Manifestations. Gastroenterology & Hepatology.

    Sherwood, lauralee. 2001.Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta. EGC

    Price, Sylvia A. 2005.Patofisiologi volume 2 Edisi 6. Jakarta. EGC

    Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997).Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.) .

    Jakarta: EGC.

    R. Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu Bedah; EGC; Jakarta; 1997.

    Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta;

    1999.