IV - 1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DAS CIPAMOKOLAN 4.1.1 Sungai Cipamokolan Sungai Cipamokolan ini merupakan bagian dari DAS Cipamokolan dan memiliki luas 4.261 Ha. Sungai Cipamokolan ini mengalirkan air dari sumber air Gunung Manglayang dan bermuara di Sungai Citarum. Debit minimal rata-rata dari Sungai Cipamokolan adalah 25 m 3 /detik dan debit maksimal rata-rata 40 m 3 /detik. Sungai ini melintasi 6 kecamatan yang berada di wilayah Kota Bandung, yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Arcamanik, dan Kecamatan Cicadas. Sungai Cipamokolan ini memiliki panjang 18 km dengan lebar badan sungai sebesar 10-15 meter (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009). Permasalahan yang terlihat jelas adalah mengenai penumpukan sampah di sepanjang Sungai Cipamokolan, selain itu warna air sungainya yang berubah menjadi hitam dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya kegiatan industri serta kegiatan masyarakat setempat yang mengambil badan sungai serta banyaknya sampah yang dibuang ke sungai. Banyak pula ditemui bangunan- bangunan yang permanen dan semi permanen yang sebagian dari itu menghadap ke sungai (Laporan RDTRK, 2011). Di sepanjang sungai Cipamokolan terdapat Sentra Usaha Sablon, industri tekstil, industri kabel dan lampu, bengkel-bengkel, Rumah Sakit Ujung Berung dan Rumah Sakit Al-Islam serta pemukiman, kebun-kebun milik para warga, rumah makan, perkantoran, perniagaan yang merupakan kegiatan domestik. Adapun beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai Cipamokolan yaitu PT. Alam Inti Kreasi, PT. Professindo Jayanti, dan sebagainya. Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cipamokolan memiliki status mutu D (tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut adalah kualitas air Sungai Cipamokolan berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IV - 1
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 DAS CIPAMOKOLAN
4.1.1 Sungai Cipamokolan
Sungai Cipamokolan ini merupakan bagian dari DAS Cipamokolan dan memiliki luas
4.261 Ha. Sungai Cipamokolan ini mengalirkan air dari sumber air Gunung Manglayang
dan bermuara di Sungai Citarum. Debit minimal rata-rata dari Sungai Cipamokolan
adalah 25 m3/detik dan debit maksimal rata-rata 40 m3/detik. Sungai ini melintasi 6
kecamatan yang berada di wilayah Kota Bandung, yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Buahbatu, Kecamatan
Arcamanik, dan Kecamatan Cicadas. Sungai Cipamokolan ini memiliki panjang 18 km
dengan lebar badan sungai sebesar 10-15 meter (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009).
Permasalahan yang terlihat jelas adalah mengenai penumpukan sampah di sepanjang
Sungai Cipamokolan, selain itu warna air sungainya yang berubah menjadi hitam dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya
kegiatan industri serta kegiatan masyarakat setempat yang mengambil badan sungai
serta banyaknya sampah yang dibuang ke sungai. Banyak pula ditemui bangunan-
bangunan yang permanen dan semi permanen yang sebagian dari itu menghadap ke
sungai (Laporan RDTRK, 2011). Di sepanjang sungai Cipamokolan terdapat Sentra Usaha
Sablon, industri tekstil, industri kabel dan lampu, bengkel-bengkel, Rumah Sakit Ujung
Berung dan Rumah Sakit Al-Islam serta pemukiman, kebun-kebun milik para warga,
rumah makan, perkantoran, perniagaan yang merupakan kegiatan domestik. Adapun
beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai Cipamokolan yaitu PT. Alam Inti
Kreasi, PT. Professindo Jayanti, dan sebagainya.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cipamokolan memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cipamokolan berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 1,1 x 107 2,1 x 105 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 105 2,4 x 105 3,5 x 105 2,9 x 106 2,1 x 106 5,3 x 106 7,5 x 105 2,4 x 103 4,6 x 106 2 x 105
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 3
Kualitas air Sungai Cipamokolan dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cipamokolan yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 15 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Kadmium
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - - - 2,4 x 103 2,1 x 104 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 7 x 103 7 x 103 4,6 x 106 1,1 x 107 7 x 104 1,5 x 104 7,5 x 105 2,3 x 103 3 x 104 2 x 103 1,5 x 104
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Middle Stream); III (Down Stream).
IV - 8
Berdasarkan Tabel 4.2 kualitas air Sungai Cikiley dibandingkan terhadap standar baku
mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan
Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B,
C, dan D. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cikiley yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 17 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Besi (Fe),
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 5,3 x 103 3,6 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 150 1,1 x 107 7 x 105 9,3 x 105 2,4 x 106 1,5 x 104 2,4 x 104 4,2 x 103 2,9 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream)
IV - 13
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 7 parameter dari
29 parameter kualitas air pada Sungai Cisaranten yaitu Nitrit (NO2-N), BOD, COD,
Detergen (MBAS), Fenol, DO, dan E. Coli.
Terdapatnya Nitrit pada Sungai Cisaranten yang melebihi standar baku mutu berasal dari
limbah kebun milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai tersebut akibat
dari penggunaan pupuk. Keberadaan detergen (MBAS) dan Fenol yang terdapat pada
Sungai Cisaranten berasal limbah laundry-laundry dan air limbah domestik terutama
deterjen dan pemutih pakaian, sedangkan Fenol pada sungai ini disebabkan karet-karet
dan plastik yang terdapat pada sampah yang dibuang ke Sungai Cisaranten.
BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai, selain itu
perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia dan
biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan BOD, COD,
dan DO air Sungai Cisaranten dapat di lihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9. Bila nilai
BOD naik, maka nilai COD dan DO pun turun.
Gambar 4.7 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cisaranten
2.70 1.60 2.10 1.31 2.10
80
12098
160
70
176.57189.00
161.56
232.23
116.60
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 14
Gambar 4.8 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai
Cisaranten
Nilai COD dan BOD yang fluktuatif teridentifikasi oleh BPLH Kota Bandung berasal dari
limbah industri yang ada di sekitar Sungai Cisaranten. Adanya pemantauan yang
dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri menghasilkan nilai COD dan
BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai meningkat. Sedangkan nilai COD
dan BOD pada tahun 2011 yang sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-
2012), diakibatkan oleh para pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau
tidak akan dipantau lagi sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami
peningkatan terakumulasi ke tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada).
Walaupun pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan tetapi nilai COD dan
BOD tetap belum memenuhi standar baku mutu.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata memenuhi standar baku
mutu baik di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 5.300/100 mL pada daerah hulu dan
3.600/100 mL pada daerah hilir. Sedangkan standar baku mutu yang diperolehkan
menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 10.000/100 mL.
Standar baku mutu untuk jumlah E. Coli yang ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa
Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 2.500/100 mL. Pada tahun 2012 baik di daerah
hulu maupun di daerah hilir keterdapatan E. Coli pada air sungai ini masih belum
2.50 2.00 1.55 0.88 1.90
10090
125
250
60
193.53
100.33
185.65
304.70
99.80
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 15
memenuhi standar baku mutu, jumlah e. Coli secara berturut-turut sebesar 4.900/100
mL dan 2.900/100 mL.
Gambar 4.9 Hasil Pemantauan E. Coli pada Sungai Cisaranten
Jumlah E. Coli yang terdapat di Sungai Cisaranten ini berasal dari limbah domestik yang
langsung dibuang ke saluran drainase yang mengakibatkan terdapatnya jumlah E. Coli
yang tinggi pada air sungai ini.
4.1.4 Status Mutu Air Sungai Pada DAS Cipamokolan
Sungai-sungai yang terdapat di DAS Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan, Sungai
Cikiley, dan sungai Cisaranten pada tahun 2011 telah diketahui status mutu airnya
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Metode STORET menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air dengan hasil pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Status Mutu Air DAS Cipamokolan Tahun 2011
No Nama Status Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cipamokolan D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten D D Tercemar Berat
Sumber : BPLH Kota Bandung, 2011. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
2,400
11,000,000
930,000 15,0004,200
150
70,000
2,400,000
24,0002,900
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah/100 mL
US Ujung Berung JL. Cipamokolan (Jl. SoeTa) SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
IV - 16
Untuk menentukkan status mutu air sungai yang terdapat di DAS Cipamokolan pada
tahun 2012 pun menggunakan Metode STORET yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Penentuan sistem penilaian untuk status mutu air menggunakan Jumlah contoh > 10
dengan nilai rata-rata karena pengukuran dilakukan 1 tahun sekali (lihat pada Tabel 3.1).
Tabel 4.5 Penentuan Status Mutu Air DAS Cipamokolan 2012
No Nama
Penentuan Total Nilai
Status Mutu *)
Keterangan Up
Stream Down
Stream Up
Stream Down
Stream
1 Sungai Cipamokolan -108 -120 D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley -72 -84 D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten -78 -90 D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
4.1.5 Kualitas DAS Cipamokolan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari ketiga sungai yang ada di DAS
Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten terdapat 4
parameter yang hingga tahun 2012 tidak memenuhi standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Keempat parameter tersebut adalah parameter BOD, COD, DO, dan E. Coli, sedangkan
untuk status baku mutu air sungai pada tahun 2012 dari ketiga sungai tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pemantauan Status Mutu Air Sungai di DAS Cipamokolan Tahun 2012
No Nama Statu Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cipamokolan D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
BPLH Kota Bandung memperuntukkan Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai
Cisaranten tersebut untuk memenuhi golongan B, C, dan D yaitu air yang dapat
digunakan sebagai air baku air minum, keperluan perikanan dan peternakan serta untuk
pertanian, usaha perkotaan, industri. Pada tahun 2012 ketiga sungai tersebut tetap
IV - 17
belum memenuhi standar baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 Gol. B,C,D dengan status D (tercemar berat).
Tercemarnya di Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten berasal dari
limbah domestik yang meliputi permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
dan sebagainya. Limbah domestik ini meliputi limbah buangan kamar mandi, toilet,
dapur, dan air bekas pencucian. Limbah domestik yang terdapat di DAS Cipamokolan ini
langsung dibuang ke saluran drainase yang berakhir di sungai sehingga menyebabkan
jumlah E. Coli yang belum memenuhi standar baku mutu.
Gambar 4.10 Grafik BOD, COD, DO, dan E.Coli DAS Cipamokolan Tahun 2012
Sungai Cipamokolan Hulu, Sungai Cikiley Hulu dan Hilir, Sungai Cisaranten Hulu dan dan
Hilir merupakan daerah hulu dari DAS Cipamokolan. Berdasarkan Grafik 4.11 dapat
dilihat fluktuasi nilai BOD, COD, dan DO. Daerah hulu DAS Cipamokolan yang memiliki
nilai BOD dan COD yang tinggi dan saat di daerah hilir DASnya nilai BOD dan COD sudah
mengalami penurunan, tetapi nilai BOD dan COD di daerah hilir DAS belum memenuhi
standar baku mutu. Nilai DO pun mulai belum memenuhi standar baku mutu, padahal
nilai DO menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang tersedia di perairan yang
mengiidikasikan kesehatan suatu badan air dan kemampuan untuk mendukung
88
54
74 7060
74
148.55
89.90
123.60116.60
99.80
122.70
2.01 0.70 1.35 2.10 1.90 1.62
0
20
40
60
80
100
120
140
160
S. C
ipam
oko
lan
Hu
lu
S. C
ikile
y H
ulu
S. C
ikile
y H
ilir
S. C
isar
ante
n H
ulu
S. C
isar
ante
n H
ilir
BOD COD DO
Lokasi Sampling
mg/L
IV - 18
keseimbangan ekosistem akuatik. Keterdapatan E. Coli telah mengalami penurunan,
namun belum memenuhi standar baku mutu sampai daerah hilir DAS sebesar 2 x 105 per
100 mL. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengelolaan kualitas air sungai yang
dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan
Sungai Cisaranten yang terdapat di DAS Cipamokolan sehingga terjadi fluktuasi nilai
BOD, COD, DO, dan E. Coli.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut, maka status mutu dari kualitas air
DAS Cipamokolan adalah D (tercemar berat).
Fluktuasi kualitas air pada sungai-sungai di DAS Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan,
Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten dipengaruhi oleh pengelolaan BPLH Kota Bandung
terhadap kualitas air permukaan (sungai). Pengelolaan yang dilakukan meliputi
pemantauan kualitas air sungai dan IPAL industri, serta PROKASIH (Program Kali Bersih)
dengan mensosialisasikan program tersebut kepada para pelaku pencemaran.
Pemantauan IPAL yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap industri baru
dilakukan terhadap 20 industri dari 40 industri yang ada di Kota Bandung.
Pemantauan kualitas air dari tahun 2007 hingga 2012 rutin dilakukan, begitu juga
pemantauan terhadap IPAL industri. Pada tahun 2007 BPLH Kota Bandung melakukan
teguran kepada para pelaku pencemar (industri) karena angka dari parameter-
parameter pencemar tinggi terutama pada BOD, COD, DO, dan E. Coli serta melakukan
kesepakatan dengan sebagian pelaku pencemar melalui surat penghargaan bagi industri
yang limbahnya memenuhi standar baku mutu dan surat teguran bagi industri yang
tidak memenuhi standar baku mutu, sehingga tahun 2008 kualitas air sungai-sungai
tersebut mengalami peningkatan terutama nilai dari BOD, COD, DO, dan E. Coli
mengalami penurunan.
Tahun 2009 pun dilakukan pemantauan dan pemanggilan kembali kepada para pelaku
pencemar (industri) lainnya, sehingga pada tahun 2009 pun mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2010, terjadi kenaikan kembali pada nilai BOD, COD, DO, dan E. Coli
(walaupun data pemantauan kualitas air sungai tidak ada) yang disebabkan oleh para
pelaku pencemar (industri) yang berpikir bahwa IPAL yang sudah dipantau tidak akan
IV - 19
dipantau lagi dan tindakan BPLH Kota Bandung yang kurang tegas dalam memberikan
teguran.
Melihat hal tersebut, pada tahun 2011 BPLH Kota Bandung mempertegas tegurannya
kepada para pelaku pencemar (industri) melalui cara memperketat ijin pembuangan
limbah dengan syarat wajib melampirkan hasil pengukuran laboratorium limbahnya 3
bulan sebelum batas waktu pengajuan ijin pembuangan limbah.
Tindakan tersebut didukung oleh kegiatan kampanye PROKASIH yang melibatkan
seluruh lapisan masyarakat termasuk para pelaku pencemar (industri).Waktu 3 bulan
dirasakan tidak cukup oleh para pelaku pencemar (industri) dalam mengelola limbahnya,
sehingga mempengaruhi berkurangnya kualitas air sungai. Selain tindakan-tindakan
tersebut, BPLH Kota Bandung pun melakukan pendekatan non-formal kepada
masyarakat mengenai masyarakat yang selalu membuang sampah di sungai. Hal
tersebutlah yang belum dapat ditangani karena dibutuhkan kerjasama dengan pihak-
pihak lain yang terkait.
4.2 DAS CIDURIAN
4.2.1 Sungai Cidurian
Sungai Cidurian merupakan sungai yang melintas di wilayah Kecamatan Buahbatu dan
Kecamatan Rancasari dengan panjang 20 km dan lebar badan sungai di hulu sebesar 6
meter dan di hilir sebesar 12 meter. Mengalir dengan debit minimal rata-rata 1,25
m3/detik dan debit maksimal rata-rata 83 m3/detik.
DAS Cidurian memiliki luas 4.478 Ha. DAS Cidurian terdiri dari Sub DAS Ciparungpung
(273 Ha), Sub DAS Cibodas (620 Ha), Sub DAS Cihalarang (104 Ha), dan DAS Cidurian itu
sendiri (3.481 Ha). DAS Cidurian ini melintasi 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Buahbatu,
Kecamatan Rancasari, Kecamatan Antapani, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan
Cibeunying Kidul, dan Kecamatan Cibeunying Kaler yang sebagian besarnya merupakan
lahan permukiman (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009) dan terdapat juga Sentra Usaha
Sablon dan industri-industri terutama tekstil. Di Kecamatan Kiaracondong Sungai
Cidurian ini melintas di daerah Babakan Surabaya terdapat Perumahan, Pertokoan,
Ruko, dan Warung serta Cicaheum yang terdapat Perumahan, Mesjid Miftahul Ulum
IV - 20
(Laporan RDTRK, 2011). Adapun beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai
Cidurian adalah PT. Aneka Produksi, PT. RHB, PT. Satria Print, serta pemukiman
merupakan tata guna lahan yang dominan.
Kondisi eksisting Sungai Cidurian kurang baik karena banyaknya sampah yang
berserakan di sepanjang sungai tersebut, selain itu juga terjadi penyempitan badan
sungai oleh aktifitas kegiatan masyarakat. Badan Sungai Cidurian dijadikan sebagai
lapangan kegiatan berolahraga dan sebagian besar lagi digunakan sebagai kebun. Air
Sungai Cidurian berwarna hitam, hal ini disebabkan karena adanya pencemaran air oleh
kegiatan industri (Laporan RDTRK, 2011).
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cidurian memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cidurian berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Kualitas air Sungai Cidurian dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian yang dilakukan dari tahun
2007 sampai tahun 2012 terdapat 16 parameter kualitas air yang melebihi standar baku
mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Kadmium
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 3,5 x 103 5,3 x 105 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 105 23 2,1 x 107 2,1 x 106 4,3 x 103 3,5 x 103 2,4 x 105 2,4 x 105 2,3 x 105 3,5 x 105
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 22
Amoniak yang melebihi standar baku mutu berasal dari banyaknya limbah domestic
yang berasal dari pemukiman penduduk terutama yang berasal dari seni dan tinja
sedangkan terdapatnya Nitrit pada Sungai Cisaranten yang melebihi standar baku mutu
berasal dari limbah kebun milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai
tersebut akibat dari penggunaan pupuk. Keberadaan detergen (MBAS) dan Fenol yang
terdapat pada Sungai Cisaranten berasal limbah laundry-laundry dan air limbah
domestik terutama deterjen dan pemutih pakaian, sedangkan Fenol pada sungai ini
disebabkan karet-karet dan plastik yang terdapat pada sampah yang dibuang ke Sungai
Cisaranten.
BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai, selain itu
perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia dan
biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan BOD, COD,
dan DO air Sungai Cisaranten dapat di lihat pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13. Bila
nilai BOD naik, maka nilai COD dan DO pun turun. Kenaikan nilai BOD membuktikan
tingginya jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
mendegradasi bahan-bahan buangan organik dalam air (Fardiaz S., 1992). Dengan
demikian maka harga BOD dapat dipakai untuk menentukkan tingkat pencemaran
organik (Rondo M., 1982).
Gambar 4.11 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cidurian
2.20 1.20 3.32 2.94 1.90
100.0
180.0
5.5
65.0
110.0110.46
201.20
10.23
110.05
189.82
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 23
Gambar 4.12 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai Cidurian
Fluktuasi nilai COD dan BOD yang teridentifikasi berasal dari limbah industri. Adanya
pemantauan yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri
menghasilkan nilai COD dan BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai
meningkat. Namun, pada tahun 2011 terlihat nilai COD dan BOD yang sangat tinggi
dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-2012). Hal tersebut diakibatkan oleh para
pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau tidak akan dipantau lagi
sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami peningkatan terakumulasi ke
tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada). Nilai COD an BOD pada tahun
2012 tetap saja belum memenuhi standar baku mutu, walupun kualitas air mengalami
peningkatan.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata memenuhi standar baku
mutu di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 3.500/100 mL pada daerah hulu, namun
di daerah hilir sebesar 530.000/100 mL tidak memenuhi standar baku mutu. Sedangkan
standar baku mutu yang diperolehkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 adalah sebesar 10.000/100 mL. Sedangkan terdapatnya E. Coli pada Sungai
Cipamokolan ini berasal dari limbah domestik rumah tangga. Standar baku mutu yang
ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar
2.500/100 mL. Jumlah E. Coli pada tahun 2012 baik di daerah hulu maupun daerah hilir
2.70 0.90 2.75 1.92 2.57
120.0
88.0
30.0
220.0
61.0
151.6
111.68
45.80
371.50
102.50
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 24
belum memenuhi standar baku mutu secara berturut-turut berjumlah 230.000/100 mL
dan 350.000/100 mL.
Gambar 4.13 Hasil Pemantauan E. Coli Sungai Cidurian
Jumlah E. Coli yang terdapat di Sungai Cidurian ini berasal dari limbah domestik yang
langsung dibuang ke saluran drainase menuju sungai dan mengakibatkan terdapatnya
jumlah E. Coli yang tinggi pada air sungai ini. Tata guna lahan di sepanjang Sungai
Cidurian sebagian besar adalah pemukiman, terutama di bagian hulu yang memiliki
jumlah pemukiman yang lebih padat di bandingkan bagian hilir. Jumlah E. Coli di daerah
hilir yang lebih besar di bandingkan hulu pada tahun 2012 disebabkan oleh adanya
akumulasi jumlah E. Coli dari daerah hulu dan pengelolaan sanitasi pembuangan limbah
domestik yang kurang maksimal.
4.2.2 Sungai Cihalarang
Sungai Cihalarang melintasi Kecamatan Cibeunying Kaler di Kota Bandung dengan
panjang 2,5 km yang bermuara ke Sungai Cidurian dengan lebar rata-rata di hulu sebesar
1,5 meter dan di hilir sebesar 4 meter. Sungai yang merupakan bagian dari DAS Cidurian
ini memiliki luas Sub DAS sebesar 104 Ha dengan debit minimal rata-rata 0,40 m3/detik
dan debit maksimal rata-rata 12 m3/detik (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009).
240,000
2,100,000
4,30090,000
230,000
23
210,000 3,5009,300
350,000
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
US Jl. Cikutra DS Jl. Soekarno Hatta SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 1,9 x 103 2,4 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 9,3 x 103 2,4 x 107 2 x 105 2 x 105 9 x 106 2,3 x 103 1,2 x 106 1,6 x 103 1,1 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 26
Di sepanjang Sungai Cihalarang terdapat kegiatan domestik seperti pemukiman-
pemukiman penduduk, beberapa industri tekstil dan Sentra Usaha Sablon, dan laundry-
laundry.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cihalarang memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cihalarang berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Kualitas air Sungai Cihalarang dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cihalarang yang dilakukan dari tahun
2007 sampai tahun 2012 terdapat 15 parameter kualitas air yang melebihi standar baku
mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Fluorida
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - - - 3,4 x 103 3,5 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 2,4 x 103 44 2,4 x 107 2,4 x 107 5,3 x 105 2,4 x 106 1,1 x 105 300 9,3 x 105 2,7 x 103 2,8 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Middle Stream); III (Down Stream).
IV - 32
Kualitas air Sungai Ciparungpung dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut
SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Ciparungpung yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 16 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Besi (Fe),