Top Banner
1 DAFTAR ISI 1. Cover depan ……………………………………………………………………...i 2. Anggota kelompok ………………………………………………………………ii 3. Kata pengantar ………………………………………………………………..iii 4. Daftar isi ………………………………………………………………………...1 5. Bab I : PENDAHULUAN ………………………………………………………2 a. Latar belakang ……………………………………………………………2 b. Rumusan masalah ………………………………………………………...2 c. Tujuan …………………………………………………………………….2 6. Mapping …………………………………………………………………………..3 7. Bab II : PEMBAHASAN ………………………………………………………..4 8. KESIMPULAN ………………………………………………………………….29 Daftar Pustaka …..…………………………………………………………………....30
30

75860168-skenario-Eksodonsi

Oct 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 75860168-skenario-Eksodonsi

1

DAFTAR ISI

1. Cover depan ……………………………………………………………………...i

2. Anggota kelompok ………………………………………………………………ii

3. Kata pengantar ……………………………………………………………….….iii

4. Daftar isi ………………………………………………………………………...1

5. Bab I : PENDAHULUAN ………………………………………………………2

a. Latar belakang ……………………………………………………………2

b. Rumusan masalah ………………………………………………………...2

c. Tujuan …………………………………………………………………….2

6. Mapping …………………………………………………………………………..3

7. Bab II : PEMBAHASAN ………………………………………………………..4

8. KESIMPULAN ………………………………………………………………….29

Daftar Pustaka …..…………………………………………………………………....30

Page 2: 75860168-skenario-Eksodonsi

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestetik lokal adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri

dengan cara memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversibel. Sebagian

besar anestetik lokal adalah basa lemah. yang pada pH tubuh dapat membntuk proton.

Awalnya obat-obatan jenis ini melewati saraf tanpa terionoisasi (karena bersifat

lipofilik) namun setelah berada dalam akson, beberapa melokelu mengalami ionisasi,

sehingga dapat memblok kanal Natrium serta mencegah potensial aksi.

Semua serabut saraf pada tubuh manusia, sensitif pada anestetik lokal. Namun pada

umumnya, serabut yang berdiameter kecil lebih sensitif dibanding yang berdiameter

besar. Oleh karena itu anestetik lokal hanya melakukan blok diferensial (memblok

sensasi rasa tertentu) untuk nyeri ringan dan otonom, sedangkan untuk sensasi

sentuhan kasar dan gerak tidak diblok (hal ini berbeda dengan anestetik umum).

Anestetik lokal mempunyai variasi yang luas dalam hal potensi, durasi kerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bahan dan alat untuk Anastesi lokal dan Eksodonsia?

2. Apa saja teknik Anastesi lokal dan Eksodonsia?

3. Apa Komplikasi Anastesi Lokal dan Eksodonsia?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan bahan dan alat untuk Anastesi lokal dan Eksodonsia.

2. Menjelaskan teknik Anastesi lokal dan Eksodonsia.

3. Menjelaskan Komplikasi Anastesi lokal dan Eksodonsia.

Page 3: 75860168-skenario-Eksodonsi

3

MAPPING

PENCABUTAN GIGI

Persiapan Operator – Persiapan Pasien

Anastesi local

Bahan – alat Tehnik Komplikasi

Eksodonsi

Instrument Eksodonsi Tehnik Komplikasi

Page 4: 75860168-skenario-Eksodonsi

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Instrumen Untuk Anastesi Lokal

1. Syringe

Adalah peralatan anestesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek gigi.

Terdiri dari kotak logam dan plugger yang disatukan melalui mekanisme hinge spring.

2. Cartridge

Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk mengindari pecah dan

kontaminasi dari larutan. Sebagaian besar cartridge mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml larutan

anestesi lokal. Cartridge dengan kedua ukuran tersebut dapat dipasang pada syringe standart

namun umumnya larutan anestesi sebesar 1,8 ml sudah cukup untuk prosedur perawatan gigi

rutin.

3. Jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan.

Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar American Dental

Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan superpendek (10 mm). Jarum

suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi biasanya mempunyai panjang 2

atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan penetrasi dengan kedalaman yang

diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukan ke dalam jaringan.

Bahan-bahan Anastesi

Komponen dalam sediaan larutan anatesi terdiri dari :

1. Agen anastesi lokal

Berdasarkan struktur kimianya dikelompokkan menjadi :

a. Golongan Ester

- Benzoid Acid Ester : piperocain, mepryclain, isobucain

- Para Amini Acid Ester : lidocaine, tetracaine, isuthetamine, propaxicaine,

2-chloropacaine, procaine dan isuthetamine.

Page 5: 75860168-skenario-Eksodonsi

5

- Meta-amino Acid Ester : metabutethamine, primacaine.

b. Golongan Amida

- Kidocaine

- Mepivacaine

- Prylocaine

2. Vasokontsriktor

Adalah obat yang dapat mengkonstriksikan pembuluh darah dan mengontrol perfusi

jaringan. Vasokonstriksi yang biasa digunakan :

a. Adrenalin (epinefrin), suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan

sekresi medula adrenalin alami.

b. felypressin (octapressin), suatu polipeptid sintetik yang mirip dengan sekresi

glandula pituitari posterior manusia. felypressin mempunyai sifat

vasokonstriktor yang lemah, yang tampaknya dapat diperkuat dengan

penambahan prilokain. selain itu, felypressin mempunyai efek oksitoksik

ringan

3. Sodium metabisulfite (antioksidan untuk vasopressor)

4. Methilparabean (pengawet)

5. Sodiumclorida

Instrumen untuk Eksodonsia

1. Peralatan diagnostik

Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :

a. Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung penjepit.

Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau tampon.

b. Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk pemeriksaan

kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.

c. Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat objek di

rongga mulut.

d. Eksavator

e. Neirbeken

2. Peralatan pencabutan gigi

a. Forcep (tang pencabutan) mendorong atau menarik

Tang Rahang Atas

Bentuk Lurus untuk pencabutan gigi anterior bermahkota dan sisa akar.

Page 6: 75860168-skenario-Eksodonsi

6

Bentuk S untuk pencabutan gigi yang letaknya ditengah (premolar atau

molar) bermahkota atau sisa akar.

Bentuk Bayonet untuk pencabutan M3 atau sisa akar.

Tang untuk pencabutan gigi molar rahang atas bermahkota dibedakan atas kiri

dan kanan sesuai dengan bentuk paruh. Sedang untuk gigi I, C, dan P tidak

dibedakan.

Tang Rahang Bawah

Tang yang digunakan untuk gigi-gigi RB mempunyai ciri antara paruh dan

pegangan membentuk sudut 90 derajat atau dimodifikasi lebih dari 90 derajat

(untuk gigi yang letaknya di sudut mulut).

Tang rahang bawah umumnya tidak dibedakan antara kanan dan kiri, tapi ada

juga yang dibedakan. Untuk gigi I, C, dan P bentuk beak pada umumnya

tumpul, yang membedakannya terletak pada lebar paruh (beak) dalam ukuran

mesio-distal. Untuk tang molar ditandai yaitu pada beaknya ada ujung yang

tajam pada kedua sisi dan tengah.

Tang Trismus yaitu tang rahang bawah dengan pembukaan horizontal

biasanya dipakai untuk pencabutan gigi pada penderita yang sukar

membuka mulut.

Tang Tanduk / Cow Horn yaitu yang dipergunakan untuk mencabut

gigi yang tidak bermahkota dimana bifurkasi masih baik.

Tang modifikasi yaitu bentuk beak dan handle tidak membentuk sudut

90 derajat.

Tang Split / separasi yang digunkan untuk memecah bifurkasi.

b. Elevator (pengungkit)

Alat ini digunakan untuk mengungkit gigi dari alvoelaris. Pergerakan dapat

berupa mendorong atau menarik untuk mengeluarkan objek ke arah atas.

Menurut bentuknya :

Straight (lurus)

Elevator Lecluse dengan bentuk blade yang data/rata. Digunakan untuk

rahang bawah.

Page 7: 75860168-skenario-Eksodonsi

7

Elevator Barry dengan bentuk handle dan shank lebih 90 derajat.

Untuk sisa akar RB.

Elevator Cryer-White dengan blade dan shank lebih luas. Digunkan

untuk sisa akar RB.

Menurut penggunaannnya :

Elevator yang didesain untuk menyingkirkan segala gigi.

Elevator yang didesain untuk akar gigi setinggi gingiva line.

Elevator yang didesain untuk akar yang fraktur 1/3 panjang akar.

Elevator yang didesain untuk menyingkirkan mjukoperiosteal sebelum

penggunaan tang ekstrtaksi.

Indikasi penggunaan :

Menggoyangkan dan menyingkirkan gigi yang tidak tercakup dengan

forcep seperti gigi malposis atau impaksi

Menyingkirkan akar gigi yang disebabkan oleh fraktur atau karies.

Melepaskan gigi dari jaringan periodontal sebelum dicakup dengan

forcep.

Persiapan Exondonsia dan anastesi

Tahap-tahap preoperasi meliputi beberapa persiapan yang harus dilakukan, antara lain

persiapan pasien, persiapan alat-alat dan ruangan serta persiapan operator.

a. Persiapan pasien

Evaluasi dan seleksi pasien yang akan dilakukan tindakan.

Persiapan fisik dan mental pasien. Dokter gigi akan

mengomunikasikan dengan pasien perawatan yang akan dilakukan dan

segala komplikasinya. Hal tersebut tertuang dalam perjanjian

perawatan yang disebut Informed Conseent.

Riwayat medis pasien (anamnesa)

Pre-operative Laboratory sebagai penunjang keberhasilan perawatan.

Bisa meliputi pemeriksaan darah, RO dan tes sensitivitas obat.

Physical Examination yang meliputi vutak sign, TD, pulse nadi,

respirasi, suhu badan. Serta pemeriksaan extra oral yang meliputi

wajah-leher, kelenjar getah bening dan TMJ. Untuk intra oral juga

perlu diperiksa.

Page 8: 75860168-skenario-Eksodonsi

8

Kontrol infeksi dan rasa sakit. Dokter gigi harus memutusakan apakah

harus dilakukan kontrol infelsi, prophilaksis dengan antibiotika

ataupun rasa sakit dengan pemberian obat penghilang rasa sakit.

b. Persiapan alat dan ruangan

Persiapan alat-alat dan ruangan operasi dilakukan sebellum penderita masuk

ke ruangan operasi. Alat-alat yang diperlukan untuk tindakan operasi harus

sudah ditentukan dengan benar, steril dan tertutup. Begitu juga kamar operasi,

kebersihan, penerangan dan pengatur suhu ruangan serta ketenangan dan

kenyamanan sudah ditata dengan baik sehingga pasien dapat rileks dan

nyaman masuk ruang operrasi.

c. Persiapan operator

Operator dan asop harus memahami sepsis dan asepsis. Sepsis adalah segala

mikroba dan produknya yang dapat masuk kedalam tubuh penderita pada saat

operasi yang dapat menimbulkan komplikasi pada penderita ataupun

kematian. Untuk itu operator dan asop harus melakukan asepsis, yaitu

menghilangkan seluruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan sepsis seperti

sterilisasi alat dan menggunakan bahan disinfektan. Selain itu harus

menggunakan masker, baju operasi yang steril dan hanscond. Ruangan juga

harus disterilkan dengan bahan disinfektan.

2.2 Teknik Anastesi Lokal

Berdasarkan Area yang Teranastesi dan Tempat Insersi Jarum

A. Area yang teranastesi:

1 Nerve Block : larutan AL dideponer pd atau sekitar batang saraf utama, efek

AL meliputi area yg cukup luas

2 Field block : larutan AL dideponer pd atau sekitar cabang saraf terminal

3 Local infiltration : larutan AL dideponer di sekitar ujung saraf terminal

4 Topical Anastesia : bahan AL dioleskan pd permukaan mukosa atau kulit untuk

meniadikan stimuli pada ujung saraf bebas

B. Berdasarkan tempat insersi jarum

1 Submucosal injection : jarum diinjeksikan & larutan AL dideponer ke dalam

jar.

dibawah mukosa

2 Paraperiosteal injectionjarum : diinjeksikan sampai mendekati/ kontak dg periosteum.

Page 9: 75860168-skenario-Eksodonsi

9

Larutan AL dideponer shg terjadi difusi menembus

periosteum & porositas tulang alveolar.

3 Intra Osseous injection : injeksi dilakukan ke dlm struktur tulang, setelah dibuat

jalan masuk dg bur

4 Intraseptal injection : modifikasi dari teknik 3. Jarum diinjeksikan ke dalam

tulang alveolar bagian intraseptal diantara kedua gigi

yg akan dianastesi

5 Intra periodontal injection : jarum langsung diinjeksikan pada membrane

periodontal

dari akar gigi yg bersangkutan

Berbagai Metode Anastesi Lokal

Neuroanatomi

Keberhasilan dari metode AL tergantung pd kemampuan operator dlm melaksanakan

prosedur anastesi dg benar ; tempat deponasi benar & volume yg memadai.

Karena itu operator dituntut untuk memahami neuroanatomical yg dapat digunakan sebagai

petunjuk untuk tindakan AL

Page 10: 75860168-skenario-Eksodonsi

10

Nervus Trigeminus (N. V)

Merupakan Nervus cranialis V yg menginervasi sebagian besar jar. orofacial

Ada 3 cabang:

1 N. Opthalmicus (dvs.1)

Merupakan cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura

orbitalis superior. Menginervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus

frontalis, palpebra superior

2 N. Maxillaris (dvs.2)

Keluar dari cranium melalui foramen rotundum menuju fossa pterygopalatina terus

berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis. Keluar

melalui foramen infra orbitalis; N. infra orbitalis. N. Infra orbitalis menginervasi palpebra

inferior, sisi lateral hidung & labium oris superior

Cabang pertama N. Maxillaris meliputi:

a. n. pharyngeus

b. n. palatinus mayus

Keluar melalui foramen palatinus mayor

Inervasi; mucoperiosteum sebelah palatal molar & premolar RA & beranastomosis

dg

n. nasopalatinal

c. n. palatinus minor

d. n. nasopalatinus

Keluar dari kanalis nasopalatinus

Inervasi; mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA (caninus ka-ki)

e. n. nasalis superior

Cabang kedua N. Maxillaris meliputi

a. N. Alveolaris Superior Posterior

Inervasi: semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi molar pertama kecuali akar

mesiobukal

Cabang ketiga N. Maxillaris

a. N. Alveolaris Superior Medius

Inervasi: gigi premolar pertama & ke-2 akar mesiobukal gigi molar pertama RA

Cabang keempat N. Maxillaris

Page 11: 75860168-skenario-Eksodonsi

11

a. N. Alveolaris Superior Anterior

Inervasi: gigi insisivus sentral, insisivus lateral, caninus, membran mukosa labial,

periosteum, alveolus semua pada satu sisi RA

3 N. Mandibularis (dvs.3)

Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui foramen ovale

membentuk 3 cabang;

a. n. buccalis longus

Berjalan diantara kedua caput m. pterygoideus externus menyilang ramus dan masuk

ke pipi melalui m. buccinators. Inervasi: membran mukosa bukal, mucoperiosteum

lateral gigi molar atas dan bawah

b. n. lingualis

Berjalan ke bawah superfisial dari m. pterygoideus internus berlanjut kelingual apeks

gigi molar ke-3 RB. Masuk ke basis lidah melalui dasar mulut. Inervasi: 2/3 anterior

lidah, mucoperiosteum & membran mukosa lingual

c. n. alveolaris inferior

Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus disebelah

posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula & ligamentum

sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula. Bersama arteri alveolaris inferior

berjalan di dalam canalis mandibula & mengeluarkan percabangan untuk inervasi

geligi RB dan keluar melalui foramen mentale

Cabang n. Alveolaris inferior:

n. Mylohyoideus : Inervasi: m. Mylohyoideus, venter anterior m.digastrici di

dasar mulut.

r. Dentalis brevis : Inervasi; molar, premolar, proc. Alveolaris & periosteum,

membran mukosa bukal

r. Mentalis : Inervasi: kulit dagu, membran mukosa labium oris inferior

r. Incisivus : Inervasi: gigi incisivus sentral-lateral, caninus

Anastesi Lokal pada Rahang Atas

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.

1 lokal infiltrasi (sering digunakan)

Page 12: 75860168-skenario-Eksodonsi

12

saraf : cabang terminal/ free nerve ending

area teranastesi : terbatas dimana larutan AL dilakukan

pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus

indikasi : bila hanya sebatas mukosa & jaringan ikat dibawahnya

teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam jaringan ikat

symptom : tidak ada simptom subyektif

2 field block

saraf : cabang saraf terminal besar

area teranastesi : semua area yg diinervasi

pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan,

pedoman umum : letak gigi & akarnya serta periosteum tulang alveolar yg

bersangkutan indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya

Tehnik : Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena

porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa & jar.ikat

dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer

3 blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)

Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n. alveolaris superior

anterior & medius, n. palpebra inferior

Area teranatesi : gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal gigi molar

pertama

bibir atas , pelupuk mata bawah & sebagian hidung

Pedoman anatomi : infraorbital ridge, infraorbital depression, supraorbital notch, gigi

anterior & pupil mata

Indikasi : untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus, premolar & akar

mesio bukal molar pertama RA

Tekhnik : px diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi bag supraorbital &

infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita pupil mata,

foramen

infraorbitalis, gigi premolar ke-2 & foramen mentalis. Jarum

diinsersikan

di mukolabial fold ± 1,9 mm

Simptom : Kebas pd bibir atas, kelopak mata bawah & sebagian hidung pd satu

sisi

Page 13: 75860168-skenario-Eksodonsi

13

4 blok N. alveolaris superior posterior

saraf : N. Alveolar Superior Posterior

Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar pertama, periosteum,

jar.ikat & mukosa bukal

pedoman anatomi : mukobukal fold, batas anterior & proc. Coronoideus mandibula,

tuberositas maksila

indikasi : operasi gigi molar RA & jar. penyangga

tekhnik : Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai proc.

Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk diputar

hingga kuku jari menghadap mukosa & jari digeser kelateral

membentuk sudut 45o dg bidang sagital px & px diminta menutup

sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel dg

ujung jari lalu dideponir

Symptom : Tidak ada symptom subyektif

5 blok N. nasopalatina

Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus

Area : bagian anterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah

premolar

Pedoman anatomi : gigi insisive pertama RA & papila insisiva

indikasi : operasi bagian palatal

teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus

Simptom : kebas pd mukosa palatum

6 blok N. palatina mayor

Saraf : N. palatinus mayor

area : bag. Posterior palatum durum dan mukosa yg menutupi sampai

daerah premolar pertama RA

pedoman anatomi : molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi molar, garis median

palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median

palatum

tekhnik : Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di antara gigi molar ke-2

&

ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva bagian palatal.

Symptom : kebas pada gingiva palatum posterior

Page 14: 75860168-skenario-Eksodonsi

14

Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah

A. Blok N. Alveolaris Inferior

Saraf : N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n. insisivus

Area : corpus mandibula & bagian inferior ramus seluruh RB, seluruh gigi

RB,

mukosa & jar. di bawahnya anterior dari molar pertama RB

pedoman anatomi : lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus mandibula, linea

obliqua

interna, trigonum retromolar, linea obliqua eksterna, ligamen

pterygomandibula

Tekhnik direct

1. Kepala px menghadap ke depan atau waktu membuka mulut mandibula sejajar dg

lantai

2. Dilakukan perabaan pd mukobukal fold sampai linea obliqua eksterna & batas

anterior ramus ascenden

3. Cari cekungan terdalam pd ramus anterior; coronoid notch

4. Jari digerakkan dari trigonum retromolar sampai linea obliqua interna yag merupakan

perlekatan raphe pterygomandibula

5. Jarum diinsersikan dari arah kontra lateral antara premolar pertama & kedua setinggi

kuku jari 0,5 cm kearah medial sampai menyentuh tulang permukaan dalam ramus

6. Jarum ditarik 1mm & dideponir sebanyak 1-1,5 cc

7. Jarum ditarik sampai tersisa 1 cm, dideponir untuk N lingualis 0,5 cc

Tekhnik indirect

1. Ujung jarum berakhir pd linea obliqua eksterna

2. Jarum diinsersikan dari araah kontra lateral tepat pd pertengahan kuku sampai

menyentuh tulang

3. Arah syringe diubah hingga sejajar dg gigi posterior pd sisi yg sama & jarum

diinsersikan lagi ke posterior melewati linea obliqua interna

4. Arah syringe diubah keposisi semula & insersi jarum diteruskan sampai menyentuh

tulang

5. Jarum ditarik 1 mm & dideponir 1-1,5 cc

6. Untuk N. lingualis sama dg teknik direct

Page 15: 75860168-skenario-Eksodonsi

15

B. Blok N. Bukalis

Saraf : N. bukalis longus

Area : mukosa bukal dari periosteum daerah molar RB

pedoman anatomi : linea obliqua eksterna, tyrigonum retromolar,

teknik : insersi jarum pd mukosa bukal fold di distal gigi molar ke-3 RB atau

langsung pd trigonum retromolar

symptom : tidak ada

C. Blok N. Lingualis

saraf : N lingualis

area : 2/3 anterior lidah & mukosa dasar mulut, mukosa &

mukoperiosteum pd mandibula sisi lingual

Pedoman anatomi: sama dg teknik blok N alveolaris Inferior

symptom : kebas pd 2/3 anterior lidah

D. Blok N. mentalis

Saraf : N. mentalis

area : bibir bawah & mukosa labial fold disebelah anterior foramen mentalis

pedoman anatomi: premolar RB,foramen mentalis terletak di sebelah anterior apeks

gigi tsb.

Teknik : pipi ditarik ke arah bukal lalu jarum diinsersikan pd mukosa labial

fold, penetrasi jarum sampai menyentuh periosteum dari mandibula

sebelah anterior dari apeks premolar kedua, deponir obat 0,5- 1 cc

symptom : kebas pd bibir bawah satu sisi

E. Blok N. Insisivus

Saraf : n. insisivus, n. mentalis

area : mandibula & struktur labialnya sebelah anterior dari foramen

mentalis,

gigi premolar, caninus, insisive pd satu sisi, bibir bawah satu sisi

Pedoman anatomi : sama dg blok n. mentalis, bedanya ujung jarum harus di insersikan

tepat kedalam foramen mentalis

Symptom : tidak ada

Page 16: 75860168-skenario-Eksodonsi

16

F. Blok cabang terminal

G. Infiltrasi

Saraf : ujung saraf bebas

area : mukosa & mukoperiosteum pd area yg dianastesi

pedoman anatomi : tidak ada

indikasi : operasi jar. lunak pd daerah yg terbatas

teknik : sama dg injeksi submukosa

symptom : tidak ada

Teknik Eksodonsia

Surgical method

Semua operasi bedah minor mulut mengikuti urutan tahap yang sama, yang

merupakan dasar sistematis . Kepatuhan terhadap rencana keseluruhan merupakan bantuan

besar ketika kesulitan muncul. Tahapan dalam pencabutan secara bedah adalah sebagai

berikut.

1. Retraksi

Prosedur pertama adalah penempatan retraktor yang cocok sehingga daerah

operasi dapat dilihat tanpa halangan oleh bibir, pipi dan lidah. Retractor pipi Kilner akan

mengontrol kedua bibir dan pipi, jika diletakkan di sudut yang tepat. Ketika retraktor

penempatannya sudah tepat, pemeriksaan akhir yang harus dilakukan adalah posisi

pasien, operator, asisten, dan cahaya.

Gambar.1: daerah operatif pada gigi 22 terlihat jelas ketika struktur di sekitarnya

telah diretraksi

Page 17: 75860168-skenario-Eksodonsi

17

2. Incision

Bentuk sayatan harus direncanakan dengantepat, dimana perlu diperhatikan

sayatan tersebut dapat memisahkan mukosa dan periosteum dan nantinya dapat ditutup

kembali. Sebuah sayatan yang panjang penyembuhannya semudah yang pendek, sehingga

penyayatan tidak hendaknya tidak terlalu sedikit. saraf mental adalah satu-satunya

struktur yang berisiko terganggu, oleh karena itu penempatan bijaksana sayatan dapat

mengurangi perdarahan. kebanyakan sayatan dapat dibuat ke tulang di bawahnya, dan ini

memastikan pemisahan baik mukosa dan periosteal. Pisau bedah dipegang dengan teknik

pengrasp dan Sayatan kadang-kadang dengan mudah dapat diperpanjang dengan gunting

bedah.

Gambar.2: kiri; insisi pada daerah gigi 22, kanan; contoh desain insisi tanda x

merupakan gigi yang akan di ekstraksi

3. Refleksi

Flap mucoperiosteal dicerminkan ke mukosa dibawahnya dengan elevator

periosteal. dua elevator dapat digunakan untuk keuntungan pada tahap ini, satu bekerja

dan yang lain membantu retraksi di pesawat subperiosteal. Penyayatan yang baik pada

tepi margin luka dapat digunakan untuk memobilisasi flap. Refleksi ini dapat mengurangi

trauma dan luka lebih lanjut.

Page 18: 75860168-skenario-Eksodonsi

18

Gambar.3: refleksi flap

4. Bone removal

Penyingkiran tulang biasanya diperlukan dalam kepentingan untuk mengurangi

trauma pengangkatan dengan kekuatan berlebihan, pengurangan tulang hendaknya

disesuaikan dan tidak terlalu sedikit. Hal ini paling mudah dicapai dengan menggunakan

handpiece kecepatan lambat sampai sedang. penghapusan tulang harus dihitung dan tidak

merusak membabi buta. Tujuan utama harus menjadi akses untuk pencabutan, pendirian

dari titik aplikasi untuk bein (atau tang), dan penghapusan halangan untuk gerakan gigi

atau akar. semua tujuan-tujuan ini dapat dicapai secara bersamaan, tetapi semua tujuan

tersebut harus dikerjakan dengan tertib. Slot atau selokan sekitar gigi atau akar harus

dalam dan sempit sehingga untuk mempertahankan titik tumpu untuk leverage. Selain itu

bentuk gigi harus diingat, baik ketika kliring kardinal poin dari mahkota dan

memungkinkan untuk kelengkungan dan angulasi dari akar.

5. Seksi gigi

pemotongan gigi menjadi beberapa segmen dapat menyelesaikan konflik jalan

pencabutan, atau menghilangkan impaksi. Hal ini paling baik dicapai dengan cara

mengebur permukaan dengan bur bulat, yang kemudian diteruskan dengan bur fissure.

Pemotongan yang lebih efisien dengan menggunakan tungsten karbid. Kedalaman semua

potongan harus diperkirakan sehingga mempertahankan substansi gigi, dan untuk

menghindari kerusakan pada struktur tetangga. Akhir pemisahan ini dicapai dengan

Levering dalam slot dengan elevator rata sampai gigi retak terpisah. untuk menghindari

Page 19: 75860168-skenario-Eksodonsi

19

retak merambat ke tulang, lebih aman untuk mendapatkan gerakan terbatas dari gigi

dalam soket sebelum di seksi.

Gambar.4: seksi gigi menjagi 2 bagian pada molar bawah

6. Pencabutan

Ketika pennyingkiran tulang dan seksi gigi selesai, gigi atau akar dicabut,

biasanya oleh leverage dengan elevator. Ketika bentuk akar rumit, penarikan dengan

forsep mungkin lebih mudah, asalkan dapat diterapkan. Pencabutan yang sukses

merupakan penyebab kepuasan pasien, namun ini tidak mewakili akhir operasi!, masih

ada tahap untuk memastikan tidak ada gangguan penyembuhan.

7. Pembersihan

Soket, atau cacat tulang lainnya, harus diperiksa adanya debris puing enamel,

amalgam, kalkulus atau potongan tulang. Hal tersebut dapat menunda penyembuhan

sampai diangkat semuanya.. Irigasi yang berlebihan tidak perlu dilakukan, hanya irigasi

ini harus mampu menyapu darah beku. perdarahan mungkin perlu dijepit tapi, untungnya,

perdarahan berlebihan sangat langka. Ketika perdarahan dikendalikan, dan luka bersih,

siap untuk penutupan.

8. Penutupan

flap yang dibentuk kemudian dilakukan penjahitan kembali. Tujuannya adalah

untuk tidak membuat segel yang terlalu ketat, melainkan untuk mendukung mereka dalam

posisi dan mencegah perpindahan pada fase awal penyembuhan. Mengurangi ternganga

Page 20: 75860168-skenario-Eksodonsi

20

cacat juga berfungsi untuk mengurangi kemungkinan masuknya sisa makanan, dan traksi

lembut pada jaringan akan memegang mereka teguh permukaan tulang dan menghentikan

perdarahan. Semakin minimal jumlah jahitan yang digunakan untuk menghasilkan hasil

yang diinginkan, semakin baik. Penyisipan terlalu banyak jahitan tidak perlu, karena akan

mengakibatkan benang jahit kusut dan cenderung plak menumpuk dan mengakibatkan

peradangan. Bagian akhir Jahitan tidak harus dipotong terlalu pendek, meninggalkan

sedikit sisa untuk pengambilan kembali jahitan. Bahan jahit resorbable lebih disukai oleh

banyak operator, dan bahan-bahan seperti softgut dan polyglactin 910 yang cocok untuk

tujuan tersebut.

Page 21: 75860168-skenario-Eksodonsi

21

Gambar.5: dari atas ke bawah; pencabutan, soket gigi yang akan dilakukan

pembersihan, dan penhahitan kembali flap

9. Check-up

Pada saat penyelesaian penjahitan, benang yang terlalu ketat harus dilepaskan dan

Page 22: 75860168-skenario-Eksodonsi

22

penjahitan diulang luka yang masih menganga. Pasien diinstruksikan menggigit lembut

pada kapas lembab, yang akan memastikan penghentian akhir perdarahan. Selama waktu

ini, instruksi pascaoperasi dapat dibahas. Pasien harus memahami bagaimana menjaga

luka bersih, dengan sering berkumur larutan garam, dan tahu bagaimana untuk

berlebihan. Analgesik yang sesuai harus diberikan, atau diresepkan, pembatasan aktivitas

dan istirahat di rumah semalam disarankan.

10. Kontrol

Kontrol biasanya dilakukan seminggu setelah ekstraksi dilakukan. Biasanya pada

saat ini dilakukan pengambilan benang jahit, dan pemeriksaan penyembuhan daerah

operatif.

Gambar.6: setelah 1 minggu flap dilakukan penjahitan dan penyembuhan.

11. Pencacatan

Singkat, tapi akurat, catatan operasi harus dibuat untuk mencatat prosedur yang

digunakan, dan untuk dicatat variasi dari teknik biasa. keterlibatan pembuluh darah atau

saraf, kerusakan apeks dan jumlah jahitan, semua sangat penting. Sebuah deskripsi

dramatis tidak perlu dan yang terbaik adalah lebih untuk berkonsentrasi pada faktor-

faktor yang paling penting untuk menjadi signifikan dalam tindak lanjut jangka panjang.

Semua catatan tersebut harus, mencantumkan tanggal dan jelas ditandatangani, karena

mereka merupakan hukum serta catatan klinis operasi.

Page 23: 75860168-skenario-Eksodonsi

23

TEKNIK PENCABUTAN GIGI SULUNG

Teknik pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena pada anak ukuran

gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tang

ekstraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar

dan kadang-kadang resorpsinya tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di

bawah akar gigi sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu

dilakukan fiksasi rahang dengan tangan kiri. Jika resorpsi akar telah banyak, pencabutan

sangat mudah, tetapi jika resorpsi sedikit terutama gigi molar pencabutan mungkin sulit

dilakukan, apalagi bila terhalang benih gigi permanen di bawahnya.

Untuk gigi sulung berakar tunggal :Gerakan rotasi dengan satu jurusan diikuti dengan

gerakan ekstraksi (penarikan).

Untuk gigi berakar ganda :

Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi pelan-pelan juga. Gerakan

luksasi ini ke arah bukal dan ke arah palatal, diulang dan juga harus hati-hati serta tidak

dengan kekuatan yang besar. Gerakan luksasi diikuti dengan gerakan ekstraksi.

Bila pada gambaran roentgen terlihat benih gigi tetap berada pada akar gigi sulung

sebaiknya pencabutan dilakukan dengan membagi mahkota menjadi dua bagian dan

mencabutnya satu demi satu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terangkatnya benih gigi

tetap dibawahnya.

Page 24: 75860168-skenario-Eksodonsi

24

Gambar.7: mahkota gigi sulung harus di bagi menjadi dua bagian karena

dibawahnya terdapat gigi permanen pengganti.

2.3 Komplikasi Anastesi Lokal

Patah Jarum

Penyebab: gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokan .

Pencegahan: kenalilah anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar,

jangan gunakan jarum sapai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah jarum,

beritahu pasien sebelum penyuntikan.

Penaganan: tenang, jangan panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika

pragmennya kelihtan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi, beritahu

pasien, kirim ke ahli bedah mulut.

Rasa Terbakar Pada Injeksi.

Sebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge

dengan larutan sterilisasi, larutan anestesi yang hangat.

Masalah: bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.

Pencegahan: gunakan anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan

(iml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril.

Rasa Sakit pada Injeksi

Sebab: teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum.

Pencegahan: penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang

steril, injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang.

Penanganan: tidak perlu penangana khusus.

Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa.

Page 25: 75860168-skenario-Eksodonsi

25

Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)

Masalah: dapat terjadi selamanya, luka jaringan.

Pencegahan: injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik.

Penanganan: tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang

sampai gejala hilang, konsul keahli bedah, mulut atau neurologi.

Trismus (gangguan membuka mulut).

Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah

pada otot.

Masalah: rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun).

Pencegahan: pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi

berulang-ulang, volume anestesi minimal.

Penanganan: terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat

relaksasi otot, fisioterapi (buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet, bila

ada infeksi beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat trismus.

Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler).

Sesbab: robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena,

dan efusi darah.

Pencegahan: anatomi dan cara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah

penetrasi jarum seminimal mungkin.

Penanganan: penekanan pada pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi

pada pada hari berikutnya.

Infeksi.

Sebab: jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik

pemakaian alat yang salah

Page 26: 75860168-skenario-Eksodonsi

26

Pencegahan: jarum steril, aseptic, hindari indikasi berulang-ulang.

Penanganan: terapi panas, analgesic, antibiotic.

Udema (Pembengkakan Jaringan)

Sebab: trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic.

Pencegahan: pemakaian alat anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien

sebelum pemberian larutan analgesic.

Penanganan: mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan dengan

pernafasan maka dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin IV/im. Kortikosteroid

IV/ IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila sumbat nafas, evaluasi pasien.

Bibir Tergigit.

Sebab: [emakaian long acting anestesi lokal.

Masalah: bengkak dan sakit.

Pencegahan: pilih anastetik durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan

mengigit bibir.

Peanganan: analgesi, antibiotic, kumur air hangat beri v

Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)

Sebab: masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid.

Masalah: kehilangan fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip.

Pencegahan: blok yang benar untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih

kepost Waktu blok n. alveolaris inferior.

Penanganan: beritahu pasien, bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic

membuka dan menutup mata.

Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.

Page 27: 75860168-skenario-Eksodonsi

27

Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks.

Masalah: pasein mengeluh sensitivitas akut pada daerah uslerasi.

Penanganan: simptomatik, kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium.

Sloughing pada Jairngan.

Penyebab: epitel desquamasi, abses steril.

Masalah: sakit hebat.

Pencegahan: pakai topical anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan.

Penanganan: secara simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara

topical)

Syncope (fainting).

Merupakan bentuk shock neurogenik.

Penyebab: isohemia cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi.

Masalah: kehilangan kesadara.

Pencegahan: fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah dari tubuh, hentikan bila terjadi

perubahan wajah pasien.

Penanganan: posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila sadar

anjurkan tarik nafas dalam-dalam, rangsang pernaasan dengan wangi-wangian.

Komplikasi Eksodonsia

Beberapa komplikasi yang sering terjadi pasca pencabutan gigi:

1. Oedema (dibaca: "udem"), pembengkakan yang tidak wajar, keadaan ini merupakan

kondisi bengkak pada bagian tempat gigi yang dicabut. Ini bisa terjadi karena bermacam hal,

seperti; trauma pada luka pencabutan, infeksi sekunder, proses inflamasi yang tidak

terkontrol.

Page 28: 75860168-skenario-Eksodonsi

28

2. Perdarahan (hemorragie), keadaan ini merupakan terjadinya perdarahan yang hebat saat

pencabutan gigi. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; kelainan sistemik pada pasien

(misalnya hipertensi yang tidak terkontrol).

3. Dry socket, kondisi ini merupakan kondisi soket bekas pencabutan gigi tidak

mengeluarkan darah, bisa disertai dengan bau, sakit hebat. Ini terjadi karena bermacam hal,

seperti; adanya infeksi sekunder, penggunaan obat tertentu diluar ketentuan dokter/dokter

gigi.

4. Patah tulang mandibula atau maksila, kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang

tidak diharapkan dari bagian soket gigi, atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat

melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan tehnik

operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki

tehnik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat

mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat.

5. Bila masih terjadi infeksi akut ditakutkan terjadinya septikemi karena bakteri masuk ke

dalam saluran darah

Page 29: 75860168-skenario-Eksodonsi

29

KESIMPULAN

Keberhasilan tatalaksana Eksodonsi dapat disimpulkan karena beberapa faktor berikut ,

diantaranya :

- Kombinasi skill dan komunikasi dengan pasien

- Prosedur eksosonsi yang tepat

- Penguasaan yang komprehensif seluruh aspek ilmu bedah mulut

berdasarkan pada prinsip prinsipnbedah seperti tindakan bedah pada

begian tubuh lainnya.

- Ekstrasi = kengerian , operator harus mampu menangani kecemasan dan

ketakutan dengan manajemen psikologi yang tepat

Page 30: 75860168-skenario-Eksodonsi

30

DAFTAR PUSTAKA

Koerner, Karl R. 2006. Manual of Minor Oral Surgery for the General Dentist. Blackwell

Munksgaard, published by Blackwell Publishing, a Blackwell Publishing Company.

McGowan, David A. 1999. An Atlas of Minor Oral Surgery Principles and Practice Second

Edition. Thieme New York 333 Seventh Avenue New York, NY 10001.

Anonim. ANASTESI DAN PENCABUTAN GIGI ANAK. Available at:

ocw.usu.ac.id/course/download/611.../pdi705_slide_anaesthesi.pdf. diakses tanggal:8

september 2011.

Buku Teks Bedah Mulut I . bagian bedah mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

, 2006 .