Bahan Ajar Mandiri Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 94 MODUL 6 TANTANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN KE DEPAN I Wayan Mudita PENDAHULUAN Pokok-pokok Isi dan Manfaat Sebagaimana telah disinggung sepintas pada Modul 1, permasalahan perlindungan tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan lingkungan. Faktor keempat adalah manusia yang berada di atas ketiga faktor dasar tersebut. Ke depan, seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, faktor lingkungan dan faktor manusia, dan lebih-lebih faktor manusia, akan menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks. Untuk memahami hal ini pada Modul 6 ini akan diuraikan berbagai perubahan yang menjadi arus utama perubahan dewasa ini dan kemungkinan implikasi yang ditimbulkannya terhadap permasalahan perlindungan tanaman. Tidak semua perubahan dapat diuraikan, tetapi sebagai ilustrasi akan diuraikan pertumbuhan penduduk dan ketahanan pangan, perubahan iklim dan permasalahan OPT baru, globalisasi dan invasi OPT spesies asing, liberalisasi perdagangan dan OPT sebagai hambatan non-tarif, serta OPT pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Kompetensi Khusus Setelah tuntas mempelajari kegiatan belajar pada modul ini mahasiswa diharapkan mampu: 1) Mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai perubahan arus utama yang dapat mendorong menjadikan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks di masa depan 2) Menjelaskan bagaimana permasalahan perlindungan tanaman yang menjadi semakin kompleks di masa depan dapat diantisipasi Indikator dan Petunjuk Belajar Modul 6 ini merupakan modul terakhir dari enam modul matakuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Sebagai modul penutup, keberhasilan mempelajari modul ini akan menentukan keberhasilan mempelajari matakuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman secara keseluruhan. Oleh karena itu, keberhasilan mempelajari modul init diukur berdasarkan kemampuan memahami berbagai kecenderungan yang akan mempengaruhi gulma dan permasalahan yang ditimbulkannya dalam kaitan dengan aspek-aspek yang telah dibahas pada mosul-modul sebelumnya. Untuk mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan membaca materi kegiatan belajar secara kritis. Setelah membaca uraian kegiatan belajar, mahasiswa diharapkan mengerjakan latihan yang diberikan dan mendiskusikannya dengan mahasiswa lainnya. Untuk mendalami uraian setiap kegiatan belajar, mahasiswa disarankan membaca pustaka yang direkomendasikan pada Daftar Pustaka. Setiap kegiatan belajar memerlukan waktu 100 menit yang juga merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul ini.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 94
MODUL 6
TANTANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN KE DEPAN
I Wayan Mudita
PENDAHULUAN
Pokok-pokok Isi dan Manfaat
Sebagaimana telah disinggung sepintas pada Modul 1, permasalahan perlindungan
tanaman terjadi karena interaksi antar tiga komponen dasar, yaitu tanaman, OPT, dan
lingkungan. Faktor keempat adalah manusia yang berada di atas ketiga faktor dasar
tersebut. Ke depan, seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, faktor
lingkungan dan faktor manusia, dan lebih-lebih faktor manusia, akan menjadi faktor
yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks.
Untuk memahami hal ini pada Modul 6 ini akan diuraikan berbagai perubahan yang
menjadi arus utama perubahan dewasa ini dan kemungkinan implikasi yang
ditimbulkannya terhadap permasalahan perlindungan tanaman. Tidak semua perubahan
dapat diuraikan, tetapi sebagai ilustrasi akan diuraikan pertumbuhan penduduk dan
ketahanan pangan, perubahan iklim dan permasalahan OPT baru, globalisasi dan invasi
OPT spesies asing, liberalisasi perdagangan dan OPT sebagai hambatan non-tarif, serta
OPT pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah.
Kompetensi Khusus Setelah tuntas mempelajari kegiatan belajar pada modul ini mahasiswa diharapkan
mampu:
1) Mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai perubahan arus utama yang dapat
mendorong menjadikan permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin
kompleks di masa depan
2) Menjelaskan bagaimana permasalahan perlindungan tanaman yang menjadi
semakin kompleks di masa depan dapat diantisipasi
Indikator dan Petunjuk Belajar Modul 6 ini merupakan modul terakhir dari enam modul matakuliah Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman. Sebagai modul penutup, keberhasilan mempelajari modul ini
akan menentukan keberhasilan mempelajari matakuliah Dasar-dasar Perlindungan
Tanaman secara keseluruhan. Oleh karena itu, keberhasilan mempelajari modul init
diukur berdasarkan kemampuan memahami berbagai kecenderungan yang akan
mempengaruhi gulma dan permasalahan yang ditimbulkannya dalam kaitan dengan
aspek-aspek yang telah dibahas pada mosul-modul sebelumnya. Untuk mempelajari
modul ini, mahasiswa diharapkan membaca materi kegiatan belajar secara kritis.
Setelah membaca uraian kegiatan belajar, mahasiswa diharapkan mengerjakan latihan
yang diberikan dan mendiskusikannya dengan mahasiswa lainnya. Untuk mendalami
uraian setiap kegiatan belajar, mahasiswa disarankan membaca pustaka yang
direkomendasikan pada Daftar Pustaka. Setiap kegiatan belajar memerlukan waktu 100
menit yang juga merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul ini.
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 95
KEGIATAN BELAJAR 1:
PERMASALAHAN PERLINDUNGAN TANAMAN KE DEPAN
DAN UPAYA UNTUK MENGANTISIPASI
Uraian
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB, penduduk dunia tahun 2010
mencapai 6.890.700.000 jiwa, sedangkan menurut sensus penduduk 2010 penduduk
Indonesia 237.556.363 jiwa dan penduduk Provinsi NTT 4.679.316 jiwa. Indonesia
merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000
jiwa) dan di atas Brazil (190.732.694 jiwa), menyumbang 3,45% terhadap jumlah
penduduk dunia. Penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi
8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan 9.149.984.000 jiwa pada 2050, sedangkan menurut
sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun
sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 jiwa pada 2025 (3,70% penduduk
dunia) dan 429.236.621jiwa pada 2050 (4,69% penduduk dunia). Sementara itu, berkat
Revolusi Hijau, produktivitas serealia, yang merupakan bahan pangan pokok bagi
sebagian besar penduduk dunia, meningkat menjadi sekitar 3 ton/ha setelah 1990, tetapi
sejak 1985 produksi per kapita justeru menurun dari sekitar 375 kg/orang menjadi di
bawah 350 kg/orang. Penurunan produksi per kapita tersebut terjadi karena berbagai
faktor, termasuk oleh OPT yang pada serealia negara-negara maju saja (winter rye,
winter wheat, spring wheat, barley, dan oats) dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih
dari 5%. Pada pihak lain, konsumsi serealia dunia yang pada 1990 sebesar 1.921,3 juta
ton pada 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 2.679,0 juta ton pada 2025 hanya
berdasarkan jumlah penduduk atau menjadi 3.046,5 juta ton peningkatan pendapatan
penduduk diperhitungkan. Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah
bagaimana menurunkan kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada
serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya, sehingga kebutuhan
pangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat terpenuhi. Tantangan ini menjadi lebih
berat bagi Indonesia, bukan hanya karena laju peningkatan jumlah penduduk yang
tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai
dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas sebagaimana yang telah dimiliki oleh
negara-negara maju. Jangankan strategi perlindungan tanaman, data mengenai OPTdan
kehilangan hasil yang ditimbulkannya saja sulit diperoleh untuk Indonesia, apalagi
untuk Provinsi NTT.
(a) (b) (c)
Gambar 6.1. Produksi pangan: (a) Produktivitas serealia dunia (ton/ha) 1951-1997, (b)
Produksi per kapita dunua (kg/orang) 1951-1997, dan (c) Produksi pertanian per kapita
negara-negara terpilih tahun 1961/1962-1997/1998. Sumber: (a) dan (b) Dyson (1997),
(c) http://www.africa.ufl.edu/asq/v6/v6i1a3.htm
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 96
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin
menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer
meningkat dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005.
Selama 8000 tahun sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi
sejak 1759 konsentrasi CO2 meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan
tahunan konsentrasi CO2 hasil pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4
ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun selama 1995-2005. Peningkatan
konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah
kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2 dan gas-gas rumah
kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ± 0.17
W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diirngi
pula dengan perubahan pola presipitasi global.
(a) (b)
Gambar 6.2. Anomali rerata suhu udara atmosfer global (pemanasan glonal): (a, atas)
Anomali suhu teramati rerata global terhadap rerata suhu 1961-2005 disertai dengan
kurva peningkatan suhu yang menunjukkan bahwa semakin terkini data yang digunakan
maka semakin miring kurva yang dihasilkan (semakin tinggi laju peningkatan suhu); (b,
bawah) Pola ruang global peningkatan suhu atmosfer permukaan (kiri) dan suhu
trofosfer (kanan), (b) Anomali suhu rerata bulanan strafosfer bawah (A), trofosfer
tengah-atas (B), trofosfer bawah (C), dan permukaan bumi (D). Sumber: IPPC (2007)
Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan
pemencaran OPT. Peningkatan CO2 diperkirakan akan berpengaruh terhadap gulma
daripada golongan OPT lainnya karena gulma, khusunya gulma yang mempunyai jalur
fotosintetik C3, mampu lebih memanfaatkan CO2 daripada tanaman. Sementara itu,
peningkatan suhu akan mendorong jenis-jenis gulma penting di kawasan tropika dataran
rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini
menyebabkan petani Australia bagian Selatan dan di kawasan tropika dataran tinggi,
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 97
misalnya, harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal
sebelumnya. Hal yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada binatang hama maupun
patogen, sebagaimana misalnya pemencaran kutu loncat jeruk asia (Diaphorina citri)
yang akan diprediksi akan mencapai Australia bagian Selatan. Sementara itu, pengaruh
perubahan pola presipitasi terhadap OPT diperkirakan akan sangat berkaitan dengan
perubahan pola budidaya tanaman yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap
perubahan pola presipitasi yang terjadi di suatu kawasan.
Gambar 6.3. Perubahan pola presipitasi global 1900-2005, peta di tengah menunjukkan
perunahan rerata tahunan (% per abad), sedangkan kurva menunjukkan % perubahan
presipitasi terhadap rerata presipitasi 1961-1990. Sumber: IPPC (2007)
(a) (b) (c)
Gambar 6.4. Perkiraan perubahan indek kesesuaian iklim untuk tiga jenis gulma yang
belum terdapat atau selama ini belum menjadi gulma di sebagian besar wilayah