Page 1
Curriculum Vitae
Nama : dr. Dewi Hawani Adiwar, SpAPendidikan S-1 : Dokter Umum FKUI, tahun 1989
Pendidikan Spesialis : - Dokter Spesialis Anak FK UNPAD, tahun 1999- Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi Anak FKUI, tahun 2003
Pendidikan Tambahan: - Training in Pediatric Neurology, Neonatal Neurology, Neurophysiologi, University Medical Centre Utrecht, the Netherlands, 2006
Pekerjaan: Staf Subdivisi Neuropediatrik FK. UNPAD/RSHS
Page 2
Dewi Hawani
Sub Bagian Neurologi AnakSMF Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin/ FK Unpad Bandung
Page 3
TB : Indonesia Ketiga 22 High Burden CountriesTB : Indonesia Ketiga 22 High Burden Countries 1. India
2. China
3. Indonesia4. South Africa5. Nigeria6. Bangladesh7. Ethiopia 8. Pakistan9. Philippines10. DR Congo11. Russia12. Viet Nam13. Kenya14. UR Tanzania15. Uganda16. Brazil17. Mozambique18. Thailand19. Myanmar20. Zimbabwe21. Cambodia22. Afghanistan
Indonesia 5.8Indonesia 5.8%%Indonesia 5.8Indonesia 5.8%%
South Africa 4.9%
China14.3%China14.3%
India21.1%India21.1%
Other15.9%
Bangladesh 3.8%
Nigeria 4.9%
Ethiopia 3.3%
Pakistan 3.2%
Philippines 2.7%
Penyebab kematian terbanyak penyakit infeksi (SKRT 1995)
534.000 kasus baru/tahun, 88.000 kematian /tahun (WHO report 2008)
Page 4
Insidens TB Dunia (WHO TB report, 2008)
Indonesia : 105/100.000 orang/tahun
Page 5
Insidensi meningitis TB
Negara berkembang :
insidens relatif meningitis TB
7%- 12% dari seluruh kasus TB
Negara berkembang :
insidens relatif meningitis TB
7%- 12% dari seluruh kasus TB
Meningkatnya HIV, TB meningkat, lebih meningkatkan meningitis TB
Meningkatnya HIV, TB meningkat, lebih meningkatkan meningitis TB
Bergantung pada prevalensi TB di komunitas
tinggi : meningitis banyak pada usia 0-4 thn
rendah : meningitis banyak pada dewasa
(jarang ditemukan dibawah usia 6 bulan)
Bergantung pada prevalensi TB di komunitas
tinggi : meningitis banyak pada usia 0-4 thn
rendah : meningitis banyak pada dewasa
(jarang ditemukan dibawah usia 6 bulan)
Page 6
Patogenesis & Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis
Page 7
Patofisiologi
Infeksi Post primer,tuberkel di otak yang pecah akibat penurunan daya tahan tubuh.
Tuberkel membesar lokal menjadi tuberculoma
Page 8
Gejala klinis meningitis TB
TitleTitle
TitleTitle
TitleTitle
Stadium
IStadium
I
Stadium
IIStadium
II
Stadium
IIIStadium
III
Malaise, apati, iritabel,sakit kepala, anoreksia, demam, mual dan muntah, kesadaran baik
Malaise, apati, iritabel,sakit kepala, anoreksia, demam, mual dan muntah, kesadaran baik
Biasanya minggu ke-2. Penurunan kesadaran, kaku kuduk, parese saraf kranial III,IV,VI hemiparesis, gerakan involunter
Biasanya minggu ke-2. Penurunan kesadaran, kaku kuduk, parese saraf kranial III,IV,VI hemiparesis, gerakan involunter
Kesadaran sampai stupor atau coma, gejala neurologi bertambah berat, kejang, posturing
Kesadaran sampai stupor atau coma, gejala neurologi bertambah berat, kejang, posturing
(British Medical Research Council)
Page 9
Diagnosis meningitis tuberkulosis
Page 10
Riwayat keluarga menderita TB (70%)
Tes tuberkulin positif (16%-30%)
Foto toraks : TB paru (42-90%)
Diagnosis meningitis tuberkulosis
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) sensitivity 60-85 %, specificity 94-100% (diakui oleh FDA)
CT scan kepala, melihat komplikasi intra kranial & membantu menentukan perlunya tindakan neurosurgikal
Page 11
Diagnosis pasti meningitis TB
LCS : Preparat langsung Ziehl Nielsen : BTA positifKultur : M. tuberculosis positif (hasil lama dan jarang positif)
Page 12
Masalah dalam menegakkan diagnosa pasti meningitis TB
Preparat BTA Langsung positif 10% - 40%
Sangat tergantung pada kualitas labora-torium dan pengam-bilan sampel LCS
Kultur positif: media lowenstein jensen 10%-90%
Page 13
Pengambilan sampel LCS
Jumlah cukup banyakBayi prematur : 2 mlBayi BB 10 kg : 10 mlVolume LCS : Neonatus :50 ml, dewasa : 150 mlLCS formation : 0,35 ml /menit
(300-500 ml/hari)
Pemeriksaan segera setelah LP, dalam 30 menit (high priority specimen)
Page 14
• Meningeal enhancement daerah cisterna basalis dan sylvian fissure• Pelebaran ventrikel lateral, III dan IV (sering sdh terjadi pada stadium II)
Gambaran CT scan Kepala meningitis TB
Page 15
Contrast-enhanced CT scan
penyangatan hebat pada siterna basalis
dilatasi ventrikel
Page 16
CT SCAN KEPALA HIDROSEFALUS
Page 17
Prognosis
Mortalitas 10%-20% Stadium I relatif baik Stadium II dan III buruk
Page 18
Gejala sisa meningitis tuberkulosis
Parese spastis Gangguan pendengaran Gangguan penglihatan Kelumpuhan saraf otak Gangguan koordinasi Retardasi mental Kejang Gangguan endokrin
Page 19
Tatalaksana meningitis tuberkulosis
Kemoterapi/ antibiotik Menurunkan tekanan intrakranial
Page 20
Pengobatan meningitis tuberkulosis American Academy of Pediatrics (AAP)
Page 21
Dosis obat anti tuberkulosis
Obat Dosis (mg/kg/hari)dan cara pemberian
INH 5-10 oral
Rifampisin 10-20 oral
Pyrazinamide 20-40 oral
Etambutol 15-25 oral
Streptomycin 20-30 intramuskular
Page 22
Peningkatan tekanan intrakranial pada meningitis tuberkulosis
Akibat : Edema serebri Hidrosefalus
Perlu penanganan segera, bisa menimbulkan kematian
Page 23
Mengurangi edema serebri
Pemberian cairan hiperosmolar : Manitol
0,25 – 1 g/kg selama 30 menit, intermiten (diulang tiap 8 jam)
Hipertonik saline (NaCl 3 %)
Page 24
Tatalaksana hidrosefalus
Acetazolamide oral 5-25 mg/kg/6 jam) atau furosemide 1mg/kg
Intervensi bedah saraf : External ventricular drainage (sementara) Ventriculoperitoneal shunt (permanen) Endoscopic third ventriculostomy (ETV)
Page 25
Afrika SelatanAfrika Selatan
ThailandThailand
Tatalaksana hidrosefalus dengan medikamentosa
78% anak dgn hidrosefalus komunikans perbaikan dgn pemberian asetazolamid atau oral furosemide
Dari 24 anak dengan hidrosefalus komunikans diberi asetazolamide dan serial LP, 22 anak membaik
Page 26
Intervensi bedah saraf pada meningitis tuberkulosis
Bila ditemukan tanda tekanan intrakranial yang progresif
Rajshekhar et alPemasangan shunt dini pada grade I dan II
Page 27
Kesimpulan
Karena tingginya insidensi TB di Indonesia, meningitis tuberkulosis pada anak masih akan menjadi masalah.
Diagnosis pasti memerlukan bantuan laboratorium, kerjasama yang baik antar klinisi dan laboratorium.
Mengatasi peningkatan tekanan intrakranial memperbaiki prognosis