BAB I KONSEP MEDIK A. Anatomi dan Fisiologi 1. Meningen Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai pelindung, pendukung jaringan di bawahnya. Selaput otak ini terdiri dari piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinyu. Antara lapisan piameter dan arachnoid ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter merupakan lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur Interna Central Nervus Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pad jaringan neural. Arachnoid meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan cerebrospinal yang membasahi CNS. 1 | Meningitis TB
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
KONSEP MEDIK
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Meningen
Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai
pelindung, pendukung jaringan di bawahnya. Selaput otak ini terdiri dari
piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu
lapisan yang terpisah dan kontinyu. Antara lapisan piameter dan arachnoid
ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter merupakan
lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur
Interna Central Nervus Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pad jaringan
neural.
Arachnoid meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan
vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak
mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan
paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena
serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan cerebrospinal yang membasahi
CNS.
Durameter merupakan suatu jaringan liat dan tidak elastis seperti kulit.
Terdiri dari dua lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian dalam
disebut durameningeal.
2. Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)
Ventrikel merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing
berhubungan satu dengan yang lain dan dibatasi dengan epindima dan
mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral.
Ventrikel ketiga terdapat diensefalon dan ventrikel keempat dalam pons,
medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut
Fleksus Koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter
1 | M e n i n g i t i s T B
yang mempunyai hubungan langsung dengan epindima dan mengandung CSF.
Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga
terdapat di ensefalon dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut
Fleksus koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter
yang mempunyai hubungan langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah
yang mengsekresi CSF yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan
bantalan cairan yang pelindung disekitar CNS. Kebanyakan CSF direabsorbsi
kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arachnoid yang
menonjol dari ruang subarachnoid menuju sinus sagitalis superior otak.
Produksi dan reabsorbsi CSF dalam CNS berlangsung konstan. Volume total
CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal sekitar 125 ml. Sedang
kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya sekitar 500 sampai 750 ml
perhari.
Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan
resistensi reabsorbsi oleh villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu
dilakukan lumbal fungsi yaitu sekitar 13 mmHg.
B. Definisi
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater,
disebabkan oleh bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis .
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru, dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
2 | M e n i n g i t i s T B
Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
C. INSIDEN
Meningitis Tb merupakan penyakit yang berbahaya, terutama pada bayi
dan anak. Risiko kematin pada penderita sangat tinggi, atau bila penderita
mengalami kesembuhan biasanya mengalami gejala sisa yang akan mengganggu
fisik dan mungkin mental penderita seumur hidup. Karena risikonya yang fatal
ini maka perlu vaksin yang dapat melindungi penderita dari meningitis TB.
Pemberian vaksin BCG pada bayi, diharapkan dapat memberikan daya
lindung terhadap penyakit TBC berat yang diantaranyya adalah penyakit
meningitis tuberkulosis. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan vaksin
BCG mempunyai daya lindung sebesar 66,67 % pada anak, tetapi beberpa dokter
anak melaporkan secara tidak resmi bahwa bayi/anak yang telah mendapat BCG
masih mengalami meningitis Tb berat, bahkan sampai meninggal. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah vaksin BCG masih mempunyai daya lindung terhadap
penyakit ini.
Telah dilakukan penelitian mengenai daya lindung vaksin BCG terhadap
meningitis Tb anak di beberapa rumah sakit di Jakarta selama satu tahun. Studi
ini dilakukan di RSCM memakai desain kasus kontrol,penderita meningitis Tb
diambil sebagai kasus sebanyak 28,17,18,24 dan terakhir 9 penderita, dan kontrol
diambil pada penderita non meningitis Tb. Hasil penelitian ini menunjukkan
masih terdapat penurunan risiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak
0,72 kali bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak
pernah diberikan BCG.
D. Etiologi
Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium
Tuberkulosa varian homoris. Meningitis tuberkulosa ialah radang selaput otak
3 | M e n i n g i t i s T B
akibat komplikasi tuberkulosa primer. Meningitis tuberkulosa merupakan akibat
komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya
mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah
ke dalam rongga arakhnoid.
Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis. Peradangan
ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat
terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat
menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus
serta kelainan pada syaraf otak.
E. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaing dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di
bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom
4 | M e n i n g i t i s T B
Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan
sel otak (meningen). Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen
pada saat terjadinya Tuberkulosa millier. Meningitis tuberkulosa merupakan
akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya
mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah
ke dalam rongga arakhnoid.
Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan
ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat
terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat
menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus
serta kelainan pada syaraf otak.
Oleh karena itu seseorang yang telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu
masih anak-anak, masih mungkin menderita Meningitis Tuberkulosa apabila
sebelum vaksinasi telah terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa.
Kuman yang tersangkut didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang
biak. Tetapi dengan adanya imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel,
apabila oelh suatu sebab daya tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah
ke dalam rongga subarachnoid.
Disamping fokus rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru
sudah menghilang atau memang lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada
pemeriksaan radiologik.
Meningitis Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya
timbul secara akut, bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium
terminal. Hal ini disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah
besar kuman dari tuberkel dalam waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga
subarachnoid.
5 | M e n i n g i t i s T B
F. Manifestasi Klinis
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influensa. Kadang-kadang suhu badan
mencapai 40-410C
2. Batuk
Terjadi karena ada iritasi bronkhus. Fungsi batuk : membuang produk-produk
radang keluar Sifat batuk : non produktif-produktif (setelah terjadi
peradangan) – hemoptue (pembuluh darah pecah)
3. Sesak nafas.
Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltratnya sudah ½
bagian paru
4. Nyeri dada
Jarang ditemukan. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.Gejala dan tanda penyakit.
Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga
manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara banyak faktor yang
mempengaruhi manifestasi klinis ini yang terpenting adalah faktor umur dan
status fisik klien. Pada seorang anak sangat sensistif terhadap kuman TBC,
masuknya kuman ke dalam cairan serebrospinal akan diikuti oleh exudasi sel
darah putih dan fibrin yang hebat, sehingga manifestasi klinis Meningitis
Tuberkulosa akan timbul lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan orang
dewasa.
Perjalanan penyakit Meningitis Tuberkulosa yang klasik dapat dibagi
dalam 3 stadium :
1. Stadium prodormal
6 | M e n i n g i t i s T B
Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai
perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada
anak sering dijumpai mudah terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan
pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan
muntah.
2. Stadium transisi
Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal
mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul
opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan
umumnya terdapat kelumpuhan syaraf mata hingga timbul gejala strabismus
dan nistagmus. Kesadaran menurun hingga timbul stupor.
3. Stadium terminal
Terdapat gejala berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi
sama sekali. Nadi dan perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan CSF
2. Thorax foto
3. Laboratorium
4. LED
5. Mantoux test
6. Diagnosa pasti dengan ditemukannya BTA dalam CSF
H. Komplikasi
1. Paresis, paralisis sampai deserebrasi.
2. Dehidrasi asidosis
3. Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebih
dari likuor serebrospinal.
4. Dekubitus
5. Retradasi mental.
7 | M e n i n g i t i s T B
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :
a. Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.
b. Kortikosteroid
c. Simtomatis
d. Pemberian O2
e. IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1.
2. Perawatan
a. Pemberian nutrisi melalui NGT
b. Pasang kateter
c. Atur posisi yang nyaman
3. Lakukan fisioterapi bila sudah memungkinkan
8 | M e n i n g i t i s T B
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1). Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor
register klien, tanggal masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa
medis.
2). Riwayat kesehatan sekarang
a). Keluhan utama: pasien dengan Meningitis Tuberkulosa
menunjukkan gejala gangguan kesadaran dan kelumpuhan.
b). Riwayat keluhan utama: klien dengan Meningitis Tuberkulosa
biasanya datang berobat dengan riwayat gangguan kesadaran,
kejang dan panas serta muntah.
3). Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi: prenatal, natal, post natal.
4). Riwayat kesehatan masa lalu meliputi: riwayat penyakit yang diderita,
pernah opname atau belum, nutrisi waktu bayi, imunisasi dan riwayat
allergi.
5). Riwayat tumbuh kembang, terdiri atas: berat badan lahir (BBL),
panjang badan lahir (PBL), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas pada umur berapa: gigi tumbuh, anak tengkurap, duduk,
berjalan, menggerakkan motorik halus.
6). Data psikososial spiritual: anak dan orang tua.
7). Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur,
pola eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan
selama sakit.
8). Pemeriksaan fisik meliputi :
a). Inspeksi : (mulai kepala sampai ujung kaki).
9 | M e n i n g i t i s T B
Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol,
muntah, kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi
strabismus dan nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b). Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh
tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku
kuduk.
c). Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan
adanya refleks tendon yang meninggi.
d). Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur,
ronchi basah.
9). Pemeriksaan penunjang
A. Diagnosa Keparawatan
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
edema serebral.
3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
6. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi
sensorik, integrasi.
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
8. Perubahan proses keluarga
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap pathogen
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria Evaluasi:
10 | M e n i n g i t i s T B
Tidak demam
Jumlah leukosit dalam rentang normal
Intervensi :
1. Beri tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
Rasional: Pada fase awal meningitis mwningokokus atau infeksi
ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya
diketahui / dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.
2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yan tepat baik
pasien pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf