BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk
glukosalah massa karbohidrat makanan diserap dalam aliran darah
atau dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati,
serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh
dibentuk. Glukosa merupakan bahan-bahan utama bagi jaringan mamalia
(kecuali hewan pemamah biak) dan bahan universal bagi janin.
Di dalam urin terdapat kandungan zat padat sebagai komposisi
penyusun urin. Selain beberapa zat padat, di dalam urin terdapat
glukosa, vitamin, protein dan senyawa lain jika pada keadaan
abnormal. Glukosaria berarti kelebihan gula dalam urin yang terjadi
karena ginjal nilai ambang ginjal terlampau (kadar glukosa darah
melebihi 160-180 mg/dL atau 8,9-10 mmol/L).Terdapatnya glukosa
dalam urin dapat ditentukan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji
tersebut tidak spesifik terhadap glukosa. Gula lain yang mempunyai
sifat mereduksi dapat juga memberi hasil positif. Di dalam uji-uji
tersebut dikenal suatu uji indikan (obermeyer), uji pigmen empedu
dan uji koagulasi. Indikan berasal dari proses pembusukan asam
amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari proses pembusukan
asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme
protein dalam tubuh. Makanan tinggi protein akan meningkatkan
eksresi indikan dalam urin. Lain halnya dengan uji pigmen empedu
dan uji koagulasi. Terdapat pula uji benedict.Pada percobaan
glukosa dalam urin ini dapat ditentukan dengan empat uji dengan
perlakuan masing-masing, seperti uji indikan dengan pereaksi
obermeyer dan kloroform, uji koagulasi dengan pemanasan dan
penambahan asam asetat, uji pigmen empedu dengan suatu asam nitrat
pekat serta uji benedict dengan pereaksi benedict. Dari hal
tersebut dapat dibedakan antara urin yang normal dan urin diabetes
mellitus serta dapat diketahui ada tidaknya glukosa pada sample
urin dari perubahan warna, pembentukan cincin hingga pembentukan
endapannya. Untuk lebih memahami hal tersebut, maka dari itu
dilakukanlah percobaan ini. 1.2. Tujuan Percobaan
Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji benedict
semikuantitatif pada urin normal dan urin diabetes.
Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji pigmen empedu pada urin
normal dan urin diabetes.
Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji koagulasi pada urin
normal dan urin diabetes.
Mengetahui hasil yang diperoleh pada uji indikan.1.3. Prinsip
Percobaan
1.3.1. Uji Benedict
Prinsip percobaan ini didasarkan pada penentuan kadar gula pada
urin secara semikuantitatif dimana gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan mampu mereduksi ion kupri dalam
suasan alkalis (basa) sehingga terbentuklah suatu kuprooksida yang
tidak terlarut dan endapan Cu2O yang berwarna merah bata.
1.3.2. Uji Indikan (Uji Obermeyer)
Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya suatu indikan
di dalam urin, dimana gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi
obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCl pekat sehingga
terbentuklah warna biru indigo yang dapat larut dalam suatu
kloroform.1.3.3. Uji Pigmen Empedu
Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya pigmen empedu
dalam urin, dimana pigmen empedu sendiri merupakan salah satu
protein dalam urin akan terdenaturasi oleh HNO3 pekat dan uji
positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin putih keunguan.
1.3.4. Uji Koagulasi
Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya suatu protein
dalam urin. Protein akan mengalami koagulasi jika dididihkan akibat
pengaruh suhu. Endapan yang terbentuk merupakan protein dan fosfat
dan setelah penambahan asam asetat 2% jika endapan tetap ada
menandakan bahwa terdapat protein di dalamnya sebab fosfat akan
larut dalam suasana asam.BAB 2
TINJAUAN PUSTAKAUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan
organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi
sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan
homeostasis cairan tubuh.
Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500
ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume
urin dapat bervariasi. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan
yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan
pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme
protein mempunyai efek diuretic. Pada suhu lingkungan tinggi,
volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk
mengeksresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml. Oligouria
(volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut
glomerulonefritis kronis, gangguan hati akut, diare dan gagal
jantung. Anuri (tidak terbentuk urin) pada suatu periode tertentu
dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa
atau batu ginjal.
Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00-20.00) dan urin malam
hari (pukul 20.00-08.00) adalah 2:1, kadang-kadang 3:1. Pada
kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atau bahkan terbalik.Pada
keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih
dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan.
Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003-1,030, pH bersifat asam (pH
6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0.Kandungan zat
padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut:
Klorida sebagai NaCl: 10 g.
Ca++,Mg++ dan Iodium:sedikit.
Urea: 20-30 g.
Kreatinin :1,5 g.
Amonia :0,7 g.
Asam amino :0,7 g.
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino,
vitamin, hormon dan enzim (Soewoto, Hafiz,dkk. 20010).Insulin
disintesis oleh sel-sel B atau pada pankreas dalam bentuk prekursor
yang tidak aktif. Prekursor insulin langsung disebut proinsulin
yang merupakan polipeptida berantai tunggal dengan 78-86 residu,
tergantung pada spesiesnya. Proinsulin dari pankreas lembu
mempunyai 81 residu dan dua jembatan disulfida. Proinsulin dari
pankreas ini disimpan dalam granula sel-sel B dari jaringan
pulau-pulau sampai datangnya isyarat untuk sekresi. Pada saat itu
proinsulin darah diubah menjadi insulin aktif oleh kegiatan
peptida-peptida spesifik, yang menguraikan dua ikatan peptida dalam
rantai proinsulin, memindahkan bagian tengahnya. Dua residu asam
amino kemudian digeser dari ujung segmen tengah oleh kegiatan
peptidase untuk menghasilkan C-peptida. Dua segmen ujung dari
rantai asal proinsulin menjadi rantai A dan B insulin yang
disatukan oleh dua jembatan disulfida.
Sekresi insulin diatur terutama oleh glukosa darah. Insulin
disekresi oleh sel-sel B pada pulau-pulau ke dalam darah melalui
suatu proses yang rumit, proses itu membutuhkan Ca2+ dan tahap
akhirnya adalah pelepasan isi granula-granula sekresi tempat
insulin dan C-peptida dibentuk. Laju sekresi insulin terutama
ditentukan oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Ketika kadar gula
darah naik, laju sekresi meningkat. Peningkatan kadar mempercepat
masuknya glukosa dari darah ke dalam hati dan otot, dimana glukosa
tersebut sebagian besar diubah menjadi glikogen. Hal ini
menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke tingkat normalnya.
Dengan demikian ada hubungan pengaturan timbal balik antara laju
sekresi insulin dan konsentrasi glukosa darah (Lehninger, Albert L,
1982).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak
dilekukan usus dua belas jari sangat penting untuk menjaga
kesetimbangan kadar glukosa darah, yaitu untuk orang normal: (non
diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan
maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga
kadar glukosa darah cenderung naik.Seseorang sudah dapat dikatakan
menderita diabetes melitus jika menderita dua dari tiga gejala di
bawah ini:
1. Keluhan TRIAS:
a. Banyak minum
b. Banyak kencing, dan
c. Penurunan berat badan yang tak jelas sebabnya.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa 126 mg/dL.
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan 200 mg/dL.
Karena kadar glukosa darah pada waktu puasa meningkat, kelebihan
glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urine, sehingga
terjadilah glukosaria, yaitu adanya glukosa di dalam urine. Pada
orang normal tidak terjadi glukosaria.Adanya glukosaria ini dapat
diketahui dengan beberapa cara antara lain:
1. Urine penderita tersebut segera dikerumuni semut karena
mengandung glukosa.2. Rasanya manis di urine (Dr.Thomas Willis dari
inggris yang pertama kali mencoba menjilat urinenya).
3. Timbulnya rasa gatal di daerah kemaluan pada bekas kencing,
dan,
4. Yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa
di dalam urin dengan cara:
Reaksi fehling (reaksi rebus urine),
Kertas strip yang disebut BM test, glukotest, diastrix.
Reaksi dengan tablet, yaitu dengan clinitest.
Salah satu atau beberapa dari cara diatas biasanya telah
diketahui diabetisi (Tjokroprawiro, Askandar, 2006).
Pengetahuan tentang struktur dan sifat karbohidrat yang memiliki
makna fisiologis sangat penting untuk memahami peran zat tersebut
dalam pengorganisasian (pengaturan) organisme mamalia. Gula glukosa
merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa
karbohidrat makanan diserap dalam aliran darah atau dalam bentuk
glukosalah karbohidrat dikonversi didalam hati, serta dari
glukosalah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh dibentuk.
Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi jaringan mamalia (kecuali
hewan pemamah biak) dan bahan universal bagi janin. Unsur ini
diubah menjadi jenis karbohidrat lain yang mempunyai fungsi sangat
spesifik, misal: glikogen untuk simpanan; ribosa dalam asam
nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa lipid kompleks
tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan protein yaitu dalam
glikoprotein serta proteoglikan. Penyakit yang berhubungan dengan
karbohidrat mencakup diabetes melitus, galaktosemia, penyakit
penyimpanan glikogen, serta intoleransi laktosa.Sekresi insulin
diatur dengan tepat, pankreas manusia menyekresikan 40-50 unit
insulin per hari, yang mewakili sekitar 15-20% dari hormon yang
disimpan didalam kelenjar. Sekresi insulin merupakan proses yang
memerlukan energi dengan melibatkan sistem mikrotubulus
mikrofilamen dalam sel B pada pulau Langerhans. Sejumlah
intermediat turut terlibat dalam pelepasan insulin.Peningkatan
konsentrasi glukosa di dalam plasma merupakan faktor fisiologik
pengatur sekresi insulin yang paling penting. Konsentrasi ambang
bagi sekresi tersebut adalah kadar glukosa puasa plasma (80-100
mg/dL), dan respons maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang
berkisar dari 300 hingga 500 mg/dL.
Metabolisme glukosa, yang diawali oleh enzim glukokinase dan
mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat, berhubungan erat dengan
sekresi insulin. Tidak jelas apakah metabolit intrasel ataukah laju
aliran metabolik melalui lintasan seperti pirau pentosa fosfat,
siklus asam sitrat atau lintasan glikolitik yang terlibat. Umumnya
diakui bahwa peningkatan rasio ATP/ADP mengakibatkan inhibisi
saluran aliran keluar K+ yang sensitif ATP. Keadaan ini menyebabkan
depolarisasi sel B dan aktivasi saluran Ca2+ akan mengakibatkan
sekresi insulin (Murray, Robert K, dkk,2003).Beberapa uji
karbohidrat antara lain:
1. Uji Molisch
Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi
monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam pekat
menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan
hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas naftol
dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.
2. Uji Iodium Polisakarida dengan penambahan iodium akan
membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau
pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan
warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah
coklat.3. Uji Benedict
Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan
mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu2+, yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru
kehijauan, kuning, atau merah bata, tergantung pada kadar gula
pereduksi yang ada. Uji benedict dapat pula digunakan untuk
menentukan kadar gula dalam urin secara semikuantitatif.
4. Uji Barfoed
Ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada
disakarida dan menghasilkan endapan CuO berwarna merah bata.5. Uji
BialDehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan
dengan penambahan orsinol (3,5-dihidrosi toluene) akan
berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru (Yazid,
Estien,2006). BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat:
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet volume
Balp
Beaker glass
Gelas ukur
Water bath
3.1.2. Bahan-bahan:
Urin normal
Urin diabetes
Glukosa 0,3%
Glukosa 0,75%
Glukosa 1,5%
Glukosa 5%
Pereaksi benedict
Pereaksi obermeyer
Kloroform
HNO3(p)
Asam asetat 2%
Aquadest Tissue
Kertas label
3.2. Prosedur percobaan
3.2.1. Uji Benedict
Dimasukkan 1 ml urin diabetes ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 10 tetes benedict ke dalam tabung reaksi.
Dipanaskan selama 5 menit.
Diamati. Dilakukan langkah yang sama untuk 1 ml urin normal; 10
tetes urin normal + glukosa 0,3% 10 tetes 10 tetes; 10 tetes urin
normal + glukosa 0,75% 10 tetes; 10 tetes urin normal +glukosa 1,5%
10 tetes dan 10 tetes urin normal + glukosa 5% 10 tetes.
3.2.2. Uji indikan
Dimasukkan 8 ml urin normal ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 8 ml pereaksi obermeyer.
Didiamkan selama 5 menit.
Diamati.
Ditambahkan 2 ml kloroform. Diamati.3.2.3. Uji Pigmen Empedu
Dimasukkan 1 ml HNO3(p) ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 ml urin normal.
Diamati.
Dilakukan hal yang sama pada urin diabetes.
3.2.4. Uji Koagulasi
Dimasukkan 5 ml urin normal ke dalam tabung reaksi. Dididihkan
tabung tersebut selama 10 menit.
Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.
Diamati.
Dilakukan hal yang sama pada sampel urin diabetes.BAB 4HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Uji Benedict
Larutan123456
Urin diabetes(sampel)1 ml
Urin normal1 ml10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes
Glukosa 0,3%10 tetes
Glukosa 0,75%10 tetes
Glukosa 1.5%10 tetes
Glukosa 5%10 tetes
Benedict10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes
Dipanaskan selama 5 menit, diamati.
Pengama-tanLarutan warna merahLarutan ber-warna biruTerdapat
endapan merah bataBanyak endapan merah bataSedikit endapan merah
bataLarutan berwar-na jingga
4.1.2. Uji Indikan PerlakuanPengamatan
8 ml urin normal + 8 ml pereaksi obermeyer
Didiamkan 5 menit dan diamati.
Ditambahkan kloroform sebanyak 3 ml dan diamatiLarutan berwarna
kuning-kecoklatanHasil negatif indikan
4.1.3. Uji pigmen EmpeduNo.PerlakuanPengamatan
1 1 ml HNO3(p) + 1 ml urin normal. Diamati. Terdapat cincin
putih keunguan.
2 1 ml HNO3(p) + 1 ml urin diabetes.
Diamati.Terdapat cincin putih keunguan.
4.1.4. Uji Koagulasi Pada UrinNo.PerlakuanPengamatan
1. 5 ml urin normal.
Dididihkan selama 10 menit.
Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.
Diamati.Tidak terdapat endapan
2. 5 ml urin diabetes. Dididihkan selama 10 menit.
Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.
Diamati.
Tidak terdapat protein dan fosfat.
4.2. Reaksi-reaksi`- Glukosa + Benedict
4.3. Grafik
4.4. Pembahasan
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari alam
tubuh melalui proses urinasi. Eksresi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Didalam urin terdapat
kandungan zat padat sebagai komposisi penyusun urin, glukosa,
vitamin, protein dan senyawa lain jika pada keadaan abnormal.
Dalam percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar glukosa pada
urin dengan menggunakan urin normal dan urin diabetes yang
ditentukan melalui beberapa uji yaitu uji benedict, uji indikan,
uji pigmen empedu dan uji koagulasi.
Percobaan yang pertama yaitu uji benedict, pada prinsipnya
percobaan ini didasarkan pada penentuan kadar gula pada urin secara
semikuantitatif dimana gula yang mempunyai gugus aldehida atau
keton bebas akan mampu mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis
(basa) sehingga terbentuklah suatu kuprooksida yang tidak terlarut
dan endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Pada tabung 1 urin
diabetes + benedict larutan berwarna merah, pada tabung 2 urin
normal + benedict menghasilkan laarutan berwarna biru yang
menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa. Pada
tabung 3,4,5 dan 6 yang ditambahkan dengan konsentrasi glukosa yang
berbeda-beda dihasilkan endapan merah bata yang semakin banyak. Hal
ini menunjukkan bahwa hanya pada urin normal saja tidak terdapat
glukosa. Terbentuknya endapan merah bata yang sedikit pada larutan
glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya
dengan reagen benedict yang berwarna biru. Uji benedict ini
dilakukan untuk mengetahui kandungan glukosa pada urin.Percobaan
yang kedua yaitu uji indikan (uji obermeyer), pada prinsipnya
didasarkan ada tidaknya suatu indikan didalam urin, dimana gugus
indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang mengandung
FeCl3 dalam HCl pekat sehingga terbentuklah warna biru indigo yang
dapat larut dalam suatu kloroform. Namun, dalam percobaan ini,
larutan yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, yang
menunjukkan bahwa uji negatif untuk uji indikan.Percobaan
selanjutnya yang ketiga yaitu uji pigmen empedu, yang pada
prinsipnya didasarkan pada ada tidaknya pigmen empedu dalam urin,
dimana pigmen empedu sendiri merupakan salah satu protein sehingga
protein dalam urin akan terdenaturasi oleh dengan terbentuknya
cincin putih keunguan. Dalam percobaan uji pigmen empedu pada
percobaan ini, yang mana asam nitrat pekat setelah ditambahkan
dengan urin normal maupun urin diabetes, diperoleh hasil yaitu
terdapat cincin putih keunguan yang menunjukkan bahwa uji positif
terhadap uji pigmen empedu.Dan percobaan yang terakhir yaitu uji
koagulasi, pada prinsipnya didasarkan pada ada tidaknya suatu
protein dalam urin. Protein akan mengalami koagulasi jika
dididihkan akibat pengaruh suhu. Endapan yang terbentuk merupakan
protein dan fosfat dan setelah penambahan asam asetat 2% jika
endapan tetap ada menandakan bahwa terdapat protein didalamnya
sebab fosfat akan larut dalam suasana asam. Dalam percobaan uji
koagulasi ini baik pada urin normal maupun urin diabetes setelah
dididihkan selama 10 menit tidak dihasilkan endapan, yang berarti
bahwa tidak ada protein dan fosfat pada kedua urin tersebut,
sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa uji negatif
terhadap uji koagulasi.
Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan
jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis
makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003-1,030. pH bersifat
asam (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0.
Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut:
Klorida sebagai NaCl: 10 g.
Ca++, Mg2+ dan iodium: sedikit
Urea : 20-30 g.
Kreatinin: 1,5 g
Amonia: 0,7 g
Asam urat:0,7 g
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino,
vitamin, hormon dan enzim.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, benda keton,
protein dan berbagai senyawa lain, seperti pigmen empedu, darah dan
porfirin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
penyakit tertentu.
Ada beberapa uji identifikasi karbohidrat yaitu antara lain:1.
Uji umum untuk karbohidrat adalah uji molisch. Bila larutan
karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftrol, kemudian
H2SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada
bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.
2. Tes fermentasi, karbohidrat difermentasikan dengan ragi dalam
waktu singkat, tetapi biasanya memerlukan 2-3 jam untuk memperoleh
hasil maksimal. Hasil dari inkubasi yang lebih lama memungkinkan
aktifitas bakteri.
3. Tes benedict, yang biasa digunakan sebagai uji aldehid. Tes
ini dapat juga digunakan untuk membedakan karbohidrat yang
mengandung gugus reduksi dari yang tidak mengandung gugus reduksi.
Reagen ini mengandung CuSO4. Natrium sitrat dan natrium karbonat
dan didalam alkalin, larutan tersebut tidak mengkatalisis reagen
benedict menunjukkan tes positif.4. Tes barfoed, reagen ini
mengandung tembaga (II) asetat dalam larutan asam laktat. Asam
tidak cukup kuat untuk menghidrolisis karbohidrat. Tingkat reaksi
yang ditunjukkan dengan perubahan warna dan terjadinya pengendapan
adalah berbeda untuk gugus karbohidrat yang berbeda. Dengan
demikian, tes ini juga merupakan klasifikasi umum. 5. Reaksi
seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi
seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila
fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dalam air
mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih
tua.
6. Tes iodin, yang akan memberikan perubahan warna bila bereaksi
dengan beberapa polisakarida. Pati memberikan warna biru gelap,
dextrin memberikan warna merah, glikogen memberikan warna coklat
kemerahan. Selulosa, disakarida dan monosakarida tidak memberikan
warna dengan iodin.
7. Tes asam galaktarat, oksidasi karbohidrat dengan HNO3,
menghasilkan asam dikarboksilat. Asam dikarboksilat ini berbeda
dalam hal kelarutan dan yang dihasilkan oleh galaktosa adalah tidak
larut. Sifat ini membedakan dari karbohidrat lain.
Ciri-ciri warna dari air seni yang tidak sehat yaitu:
1. Merah muda, merah atau kecoklatan. Hal ini karena terdapat
darah dalam air seni yang diakibatkan infeksi, peradangan atau
suatu pertumbuhan pada saluran kemih, serta bahan pewarna makanan
juga bisa menyebabkan warna air seni lebih pekat dari biasanya.2.
Kuning gelap atau orange, hal ini disebabkan jika kekurangan cairan
karena diare, muntah atau banyak keringat.
3. Coklat bening dan gelap, hal ini terjadi karena penyakit
kuning akibat gangguan pada hati atau empedu (hepatitis).
4. Hijau atau biru, disebabkan sebagian besar akibat bahan
pewarna makanan atau obat yang dikonsumsi, tetapi jika konsumsi
terhadap makanan atau obat tersebut dikurangi, maka warna urin bisa
kembali normal.Adapun faktor-faktor kesalahan dalam percobaan ini
yang dapat terjadi yaitu:
Kurang bersihnya alat-alat yang digunakan pada percobaan
ini.
Kurang ketelitian pada saat penambahan HNO3(p) melalui dinding
tabung reaksi.BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada tabung 1 larutan berwarna merah, pada tabung 2 larutan
berwarna biru menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung
glukosa. Pada tabung 3,4,5 dan 6 dihasilkan endapan merah bata yang
semakin banyak, yang menunjukkan bahwa uji positif terhadap
benedict.
Hasil yang diperoleh pada uji pigmen empedu baik pada urin
normal maupun urin diabetes yang telah ditambahkan dengan asam
nitrat pekat yaitu terbentuknya cincin putih keunguan yang
menunjukkan bahwa uji positif terhadap uji pigmen empedu.
Hasil yang diperoleh pada uji koagulasi baik pada urin normal
maupun urin diabetes setelah dididihkan tidak terbentuk endapan
berarti tidak ada protein dan fosfat yang menunjukkan bahwa uji
negatif terhadap uji koagulasi.
Hasil yang diperoleh pada uji indikan yaitu larutan yang
dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, yang menunjukkan bahwa uji
negatif untuk uji indikan.
5.2. Saran
Sebaiknya digunakan pula urin diabetes untuk uji indikan agar
dapat membandingkan hasil yang diperoleh pada urin diabetes dengan
urin normal.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar biokimia. Jakarta:
Erlangga.Murray, Robert K,dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta:
EGC.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium.
Jakarta: UI-Press.
Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama
Diabetes Melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yazid, Estien. 2006. Penuntun praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarata: Andi Yogyakarta.
41
_1337877166.cdx
_1337879242.cdx