23 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan Pendekatan perancangan yang digunakan dalam proyek graha seni rupa post modern ini adalah pendekatan filosofi sejarah munculnya seni rupa post modern. Ditinjau dari sejarahnya , post modern timbul sebagai sebuah teori pemikiran yang merupakan perlawanan atau sikap kritis terhadap modernisme yang dianggap terlalu memuja ilmu pengetahuan dan sains, universalisme, serta mengabaikan lokalitas dan kemajemukan. Modernisme dianggap telah menjauhkan seni dengan konteks realitas masyarakatnya dan mengkotak – kotakkan bidang seni rupa menjadi seni lukis, seni patung, grafis dan sebagainya. Seni rupa post modern dalam perkembangannya cenderung menggambarkan realita kehidupan, juga sebagai bentuk konfrontasi terhadap problematik yang sedang terjadi, baik sosial politik, budaya, falsafah, dan lingkungan sekitar. Media yang ditampilkan juga tidak hanya berupa lukisan dan patung, tetapi berkembang pula menjadi tanpa batasan antar masing – masing bidang seni rupa seperti instalasi, video art, dan sebagainya. Pendekatan filosofi sejarah ini diaplikasikan ke dalam konsep perancangan dan desain bangunan. 3.2. Pendalaman Perancangan Desain graha seni rupa post modern ini menggunakan pendalaman pencahayaan alami (daylighting) dan buatan (artifisial lighting). Pilihan pendalaman dipertimbangkan berdasarkan faktor kebutuhan pengendalian yang paling penting yang dibutuhkan dalam suatu galeri seni yaitu pencahayaan. Karya – karya seni rupa yang ditampilkan, baik berupa obyek 2D (lukisan, foto) maupun 3D ( patung, instalasi, kerajinan ) membutuhkan pencahayaan yang baik secara visual untuk meningkatkan efek kualitas dari obyek yang ditampilkan. Pengendalian pencahayaan yang baik tidak hanya dibutuhkan bagi obyek yang dipamerkan, tetapi juga bagi pengunjung. Bagaimana mengendalikan pencahayaan dengan tingkat intensitas cahaya yang dapat memberikan
28
Embed
3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
23 Universitas Kristen Petra
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1. Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan yang digunakan dalam proyek graha seni rupa
post modern ini adalah pendekatan filosofi sejarah munculnya seni rupa post
modern. Ditinjau dari sejarahnya , post modern timbul sebagai sebuah teori
pemikiran yang merupakan perlawanan atau sikap kritis terhadap modernisme
yang dianggap terlalu memuja ilmu pengetahuan dan sains, universalisme, serta
mengabaikan lokalitas dan kemajemukan. Modernisme dianggap telah
menjauhkan seni dengan konteks realitas masyarakatnya dan mengkotak –
kotakkan bidang seni rupa menjadi seni lukis, seni patung, grafis dan sebagainya.
Seni rupa post modern dalam perkembangannya cenderung
menggambarkan realita kehidupan, juga sebagai bentuk konfrontasi terhadap
problematik yang sedang terjadi, baik sosial politik, budaya, falsafah, dan
lingkungan sekitar. Media yang ditampilkan juga tidak hanya berupa lukisan dan
patung, tetapi berkembang pula menjadi tanpa batasan antar masing – masing
bidang seni rupa seperti instalasi, video art, dan sebagainya. Pendekatan filosofi
sejarah ini diaplikasikan ke dalam konsep perancangan dan desain bangunan.
3.2. Pendalaman Perancangan
Desain graha seni rupa post modern ini menggunakan pendalaman
pencahayaan alami (daylighting) dan buatan (artifisial lighting). Pilihan
pendalaman dipertimbangkan berdasarkan faktor kebutuhan pengendalian yang
paling penting yang dibutuhkan dalam suatu galeri seni yaitu pencahayaan. Karya
– karya seni rupa yang ditampilkan, baik berupa obyek 2D (lukisan, foto) maupun
3D ( patung, instalasi, kerajinan ) membutuhkan pencahayaan yang baik secara
visual untuk meningkatkan efek kualitas dari obyek yang ditampilkan.
Pengendalian pencahayaan yang baik tidak hanya dibutuhkan bagi
obyek yang dipamerkan, tetapi juga bagi pengunjung. Bagaimana mengendalikan
pencahayaan dengan tingkat intensitas cahaya yang dapat memberikan
Tabel 3.2. Perhitungan Pembayangan Dengan Solar Chart ( sambungan )
Dinding G= 180˚
Dinding H= 135˚
Dinding I= 90˚
Dinding J= 45˚
Dinding C= 0˚
Dinding K= 315˚
Dinding L= 270˚
SBV 40˚
SBV 40˚
SBH 45˚ka-ki
SBV 40˚
SBH 45˚ka-ki
SBV 40˚
SBH 45˚ka-ki
SBV 40˚
SBV 40˚
SBH 45˚ka-ki
SBV 40˚
SBH 45˚ka-ki
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Shading vertikal
70cm
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Shading vertikal
70cm
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m,
Shading vertikal
70cm
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Shading vertikal
70cm
Overstek jendela 1.50
m dan 1.00 m
Shading vertikal
70cm
Gambar 3.9. Alat Pembayangan Horisontal
43
Universitas Kristen Petra
Sedangkan untuk dapat memanfaatkan terang langit (daylight) sebagai
penerangan di dalam bangunan, maka bangunan harus memiliki luasan
pembukaan yang cukup untuk memasukkan terang langit dalam jumlah yang
sesuai dengan aktivitas di dalamnya. Pada bangunan ini, yang dihitung adalah
fasilitas – fasilitas bangunan yang aktivitas di dalamnya berlangsung di siang hari.
Rumus yang dipergunakan adalah:
Untuk faktor terang langit rata – rata, nilainya :
1 untuk intensitas cahaya rendah
2 untuk intensitas cahaya rendah
4 untuk intensitas cahaya rendah
Total luas permukaan interior adalah jumlah total luas lantai, dinding dan plafon
dalam bangunan. Angka (1-0,5) merupakan faktor pengurangan intensitas terang
langit akibat adanya alat pembayangan untuk menghalangi radiasi panas matahari
yang masuk ke dalam bangunan.
Untuk faktor transmisi cahaya, nilainya:
0,70 untuk pembukaan kecil
0,50 untuk pembukaan medium
0,30 untuk pembukaan besar
( dalam perhitungan diambil nilai faktor transmisi cahaya 0,5 untuk pembukaan
medium ).
Sudut vertikal langit terhadap ambang atas pembukaan merupakan sudut
datangnya terang langit masuk ke dalam bangunan. Diambil sudut 90˚ karena
dianggap tidak ada pembayangan lingkungan.
Pembukaan pada bangunan disusun secara modular dengan ukuran
jendela masing – masing 1.00 x 2.00 m dan jumlah unit pembukaan pada dinding
bangunan diperoleh dengan membagi luas area pembukaan dengan luasan satu
modul pembukaan.
faktor terang langit Total Luas Luas area = 2 x rata – rata x permukaan interior x ( 1 – 0,5 ) pembukaan Faktor transmisi x sudut vertikal langit terhadap cahaya ambang atas pembukaan
44
Universitas Kristen Petra
Tabel 3.3. Perhitungan Terang Langit
No Keterangan Luas area pembukaan 1 unit pembukaan
Jumlah yang dibutuhkan
1 Fasilitas kantor
pengelola
Lantai 1 = 43,56 m2
Lantai 2 = 16,44 m2
4
4
11
4
2 Fasilitas cafe Lantai 1 = 46,44 m2
Lantai 2 = 31,77 m2
4
4
11
8
3 Perpustakaan Lantai 1 = 62,88 m2
Lantai 2 = 49,77 m2
8
8
7
6
4 Sanggar seni Lantai 1 = 31,11 m2
Lantai 2 = 31,11 m2
8
8
4
4
5 Galeri Lantai 1 = 83,03 m2
Lantai 2 = 131,88 m2
16
16
5
8
6 Auditorium Lantai 1 = 43,55 m2 8 5
Gambar 3.10. Modul Jendela
3.14.2. Sistem Pencahayaan Buatan
Sistem pencahayaan buatan yang diaplikasikan dalam perancangan
bangunan ini berupa perhitungan titik lampu dan jenis lampu yang digunakan
untuk masing – masing fasilitas dalam bangunan. Untuk perhitungan jumlah titik
lampu, rumus yang digunakan adalah :
Φ = aliran cahaya ( luminous flux) (cd) Cu = coefisien of utilizsation
E = kuat penerangan ( illuminance ) (lm) mf = maintenance factor
A = luas permukaan lantai bangunan (m2)
Φ= E x A Cu x mf
45
Universitas Kristen Petra
Untuk jenis lampu, ditentukan berdasarkan kualitas terangnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dipilih jenis lampu fluoroscent standard
cool white yang color indexnya tinggi ( 95 ) yang berwarna seperti warna terang
langit, serta tidak merubah warna asli dari obyek yang diterangi.
Tabel 3.4. Perhitungan Jumlah Titik Lampu No Keterangan Kebutuhan
Penerangan dalam Ruang
Φ=E x A Cu xmf
Jenis Lampu
Jumlah Titik
Lampu
Tipe Lampu
1 Fasilitas
Kantor Pengelola
39.429 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
17 General Lighting
(Philips TBS 369)
2 Fasilitas
Cafe
22.891 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
10 Downlight (Philips
MBS 205-070TD)
3 Fasilitas
Perpustakaan
46.157 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
20 General Lighting
(Philips TBS 369)
4 Fasilitas
Sanggar Seni
60.942 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
26 General Lighting
(Philips TBS 369)
5 Fasilitas
Auditorium
29.857 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
12 Downlight (Philips
MBS 205-070TD)
6 Fasilitas
Galeri
267.042 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )
114 General lighting
(Philips TBS 369)
dan spot lighting
(Philips DRN 115
PAR30S)
Gambar 3.11. Peletakan Titik Lampu Pada Bangunan
46
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.12. Tipe Lampu Yang Digunakan
Sumber : Katalog Philips 2004
3.15. Perlengkapan dan Pelayanan Utilitas Bangunan
3.15.1. Sistem Air Bersih
Untuk sistem air bersih digunakan sistem up feed dan down feed. Sistem
down feed digunakan untuk menyuplai kebutuhan air bersih fasilitas galeri seni
dan kantor pengelola, sedangkan sistem up feed digunakan untuk menyuplai
kebutuhan air bersih fasilitas cafe, perpustakaan, sanggar seni dan auditorium.
Tandon bawah diletakkan pada basement dekat dengan meteran, sedangkan
tandon atas diletakkan pada atap dak beton kantor pengelola yang berdekatan
dengan bangunan galeri sehingga sirkulasi suplai nya lebih efisien.
Sistem distribusi air bersih :
air bersih dari PDAM diterima meteran kemudian disalurkan ke tandon bawah.
Dari tandon bawah, air bersih dipompa menuju ke tandon atas dan untuk suplai ke
cafe, perpustakaan, sanggar seni dan auditorium. Dari tandon atas, air bersih
dipompa untuk disuplai ke kantor pengelola dan galeri seni.
Skema 3.12. Sirkulasi air bersih
Tandon bawah
pompa Tandon Atas
pompa Cafe Sanggar seni Perpustakaan Auditorium
pompaGaleri seni Kantor Pengelola
P D A M
M
47
Universitas Kristen Petra
Sirkulasi air bersih disalurkan oleh pipa – pipa melalui shaft. Sedangkan
besaran tandon, baik tandon atas maupun tandon bawah diperoleh dari hasil
perhitungan berikut ini.
Tabel 3.5. Kapasitas Tandon Bawah
Jenis Ruang Kapasitas ( orang )
Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total
( ltr ) Auditorium 150 30 ltr/ 5 jam
( perkiraan waktu terlama )
150 x 30 4500
Galeri seni ( r. pameran )
200 25 ltr/ 6 jam ( perkiraan waktu terlama )
200 x 25 5000
Cafe 60 15 ltr/ 7 jam 60 x 15 900 Sanggar seni 100 100 ltr/ 8 jam
( penggunaan waktu kerja kantor )
100 x 100 10.000
Perpustakaan 80 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )
80 x 100 8000
Kantor Pengelola
30 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )
Mec
hani
cal a
nd E
lect
rical
in C
onst
ruct
ion
and
Arc
hite
ctur
e 2
nd e
ditio
n 30 x 100 3000
T o t a l 31.400
Kebutuhan air kebakaran : 30 m3
Jadi besaran tandon bawah untuk kebutuhan air bersih dan air kebakaran
= 31,4 m3 + 30 m3
= 61,4 m3
Tabel 3.6. Kapasitas Tandon Atas
Jenis Ruang Kapasitas ( orang )
Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total
( ltr ) Galeri seni ( r. pameran )
200 25 ltr/ 6 jam ( perkiraan waktu terlama )
200 x 25 5000
Kantor Pengelola
30 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )
Mec
hani
cal a
nd
Elec
trica
l in
Con
stru
ctio
n an
d A
rchi
tect
ure
2 nd
edi
tion
30 x 100 3000
T o t a l 8000
Jadi besaran tandon atas = 8000 ltr = 8 m3
48
Universitas Kristen Petra
3.15.2. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran
Jenis bahan buangan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh proyek ini :
• Limbah rumah tangga seperti pembuangan toilet, dapur dan wastafel
• Air hujan, air buangan AC
• Limbah padat seperti sampah – sampah rumah tangga, sampah hasil pekerjaan
seni ( workshop konservasi ) berupa kayu, kain, tanah liat dan lain – lain.
Sistem distribusi :
• Air kotor dan kotor disalurkan melalui pipa dalam shaft ke bak penampungan
yang letaknya di bawah lantai.
• Air hujan ditampung oleh talang horisontal kemudian disalurkan ke talang
vertikal dan ditampung pada bak kontrol yang saling berhubungan kemudian
disalurkan ke saluran kota
Skema 3.13. Sirkulasi Pembuangan
Perhitungan kapasitas pembuangan berdasarkan jumlah pengunjung dan kapasitas
bangunan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Kapasitas Pembuangan
Jenis Ruang Kapasitas ( orang )
Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total
( ltr ) Auditorium 150 2 gallon/ seat
(7,6 ltr/ seat ) 150 x 7,6 1140
Galeri seni ( r. pameran )
200 7,6 ltr / seat 200 x 7,6 1520
Cafe 60 38 ltr 60 x 38 2280 Sanggar seni 100 57 ltr 100 x 57 5700 Kantor Pengelola
30 57 ltr
Mec
hani
cal a
nd
Elec
trica
l in
Con
stru
ctio
n an
d A
rchi
tect
ure
2 nd
ed
ition
30 x 57 1710
T o t a l 12350
KM/ WC Auditorium
Dapur / Pantry cafe
KM / WC Gedung
Septic tank
Perangkap Lemak
STP di basement
Sumur resapan
Saluran kota
Bak kontrol
Talang horisontal Dan vertikal pada Tiap massa
49
Universitas Kristen Petra
3.15.3. Sistem Proteksi Kebakaran
Perlindungan kebakaran pada bangunan ini menggunakan detektor dan
hidran gedung untuk keamanan dalam ruang, dan hidran halaman untuk
perlindungan luar bangunan. Tidak menggunakan sprinkler karena barang seni
yang ada di dalam galeri akan rusak bila terkena air. Berikut akan dibahas
penggunaan alat proteksi kebakaran dalam bangunan:
• Detektor
Jenis detektor yang digunakan adalah detektor asap ( smoke ionization
detector ), terutama efektif untuk ruang galeri dengan karya seni berupa
lukisan dan patung di dalamnya, bila terbakar maka asap akan muncul terlebih
dahulu daripada nyala api sehingga dapat cepat dideteksi.
Kriteria pemasangan detektor dalam bangunan :
jarak peletakan antar detektor 12 meter untuk ruang efektif dan 18 meter
untuk ruang sirkulasi dengan jarak ke dinding 6 m untuk ruang efektif dan 12
meter untuk ruang sirkulasi.
• Hidran Gedung
Hidran gedung ditempatkan pada seluruh fasilitas bangunan dengan
ketentuan 2 buah /1000 m2 untuk ruang terutup. Luas total bangunan 7021,24
m2 dengan asumsi parkir kendaraan di basement juga dipasangi hidran
gedung untuk keamanan, maka jumlah hidran gedung yang digunakan dalam
bangunan adalah sebanyak 14 buah.
Debit air untuk hidran gedung = 400 ltr /mnt
Tekanan air minimum pada titik tertinggi = 4,5 kg /cm2
Diameter selang air (hose) = 1,5“ (40 mm)
• Hidran halaman
Hidran halaman diletakkan pada ruang luar bangunan terutama yang
mempunyai akses dengan jalan yang memungkinkan Pemadam Kebakaran
untuk memasuki lokasi tapak dengan mudah. Jumlah hidran halaman yang
dipasang adalah 2 buah pada sisi utara dan timur tapak dengan jarak antar
hidran < 90 m dan sejauh 30 cm dari jalan.
Debit air untuk hidran halaman = 1000 ltr /mnt
Tekanan air minimum pada titik tertinggi = 4,5 kg /cm2
50
Universitas Kristen Petra
Diameter selang air (hose) = 2,5“ (65 mm)
Cadangan air untuk hidran = 30 m3
Suplai PMK lewat siamese connection supply dan jarak siamese ke hidran