-1-
Karya Ilmiah ini Ditujukan sebagai Tugas Akhir Sebelum
Menghadapi UN TAHUN AJARAN 2008/2009
DISUSUN OLEH: NAMA NIS KELAS : RIZKI SETIAWAN S. : 16647 :
XII-IPA 7
PROGRAM STUDI : IPA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara
2008/2009Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-2-
DISUSUN OLEH: NAMA NIS KELAS : RIZKI SETIAWAN S. : 16647 :
XII-IPA 7
PROGRAM STUDI : IPA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara
2008/2009Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-3-
Karya tulis ilmiah yang berjudul Persepsi Bunuh Diri sebagai
Jalan Keluar disusun oleh
Rizki Setiawan S. NIS. 16647
Selaku yang mengesahkan Karya tulis ini
Guru Pembimbing dan Wali Kelas
Dra. Bekti Nirmala, Mpd NIP. 132 193 851
Mengetahui Kepala Sekola SMAN 1 Kota Ternate
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-4-
Drs. Kamarullah H. Amin NIP. 131 696 163
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Persepsi Bunuh Diri sebagai
Jalan Keluar ini dipersembahkan untuk:
Orangtuaku
tercinta
yang
selalu
mendoakanku,
mendukungku,
membimbingku, melindungiku dan memberikan cinta, serta kasih
sayang yang tak terhitung untukku. Keluargaku tersayang
(Adik-adikku dan saudaraku) yang selalu mendukungku, memberi
semangat dan ide-ide dalam menghadapi setiap hari-hariku. Guru-guru
pengajar dan pembimbing terbaik yang selalu memberi nasehat,
bimbingan dan didikan yang akan selalu berguna dan membangun
bagikku Teman-temanku yang selalu menemaniku dalam melewati
masa-masa hidupku dan saling membagi rasa, canda, tawa dan duka
yang tak akan terlupakan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-5-
Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu sendiri dan jadilah yang
terbaik utuntuk orang sekitar yang kau cintai
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-6-
KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
nikmat kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga penulis dapat
merancang dan akhirnya membuat karya tulis ini. Tugas karya tulis
yang berjudul Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar ini dibuat
dan ditujukan sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia
sebelum menghadapa Ujian Nasional. Dalam pembuatan dan penyelesaian
karya tulis ini, penulis menemui beberapa kendala dan kesulitan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dra. Bekti Nirmala, Mpd selaku guru pembimbing dan wali kelas,
karena dengan bantuan dan bimbingan dari, Beliau sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Orangtua dan keluarga penulis yang telah
mendukung dan berperan serta dalam pembuatan karya tulis ini. Tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semuanya. Oleh karena itu,
penulis berharap kritik dan saran yang dapat membangun dan membantu
dalam perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat
memberi kaedah dan manfaat bagi pembaca.
Penulis
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-7-
Rizki Setiawan S. NIS. 16647
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-8-
DAFTAR ISIHalaman Judul
................................................................................
i Halaman Pengesahan
......................................................................
ii Halaman
Persembahan...................................................................iii
Motto
................................................................................................iv
Kata
Pengantar................................................................................
v Daftar Isi
..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang
...............................................................................
1 B. Rumusan Masalah
..........................................................................
3 C. Maksud/Tujuan Penulisan
............................................................. 3 D.
Manfaat Penulisan
.........................................................................
4 E. Sumber Data
..................................................................................
5 F. Metode
Penulisan...........................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH DIRI SEBAGAI JALAN
KELUARA. Pengertian Bunuh Diri
...................................................................
6 B. Tipe-Tipe Bunuh Diri
....................................................................
8 C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh Diri
....................................... 10 D. Tanda-Tanda Bunuh
Diri dan Faktor Resiko Bunuh Diri ............. 16 E. Pandangan
Mengenai Bunuh
Diri.................................................. 18 F. Upaya
Pencegahan Tindakan Bunuh Diri
..................................... 22
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
-9-
BAB III KESIMPULAN DAN SARANA.
Kesimpulan....................................................................................
25 B. Saran
..............................................................................................
25
Daftar Pustaka
..........................................................................27
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 10 -
BAB 1 PENDAHULUANA. Latar BelakangKemajuan IPTEK di dunia ini
ternyata tidak diimbangi dengan kemajuan psikologis dan sosiologis
dari setiap kalangan yang ada di setiap negara. Maraknya peristiwa
mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah fenomena menarik.
Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah hanya sebuah tradisi
budaya turun-temurun sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan
harakirinya. Namun, pada kondisi empirik kita temukan justru pada
akhir-akhir ini fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi
sebuah alternatif yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang
dewasa, tetapi juga oleh remaja, bahkan anak-anak yang masih
bersekolah di tingkat dasar. Tingkat bunuh diri di Indonesia
dinilai masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia
melakukan bunuh diri per harinya. Jumlah ini belum ditambah tingkat
kematian akibat dari pemakaian obat terlarang (overdosis) yang
jumlahnya mencapai 50 ribu orang tiap tahun.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 11 -
Ditambahkan, faktor psikologi yang mendorong orang bunuh diri
adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan,
kemiskinan, huru-hara psikologi, konflik berat pengunsi dan
sebagainya. Data Departemen Kesehatan menyebutkan, beberapa
daerah
memiliki tingkat bunuh diri tinggi, antara lain Provinsi Bali
mencapai 115 kasus selama Januari - September 2005 dan 121 kasus
selama tahun 2004. Pada 2004 di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,
tercatat 20 kasus bunuh diri dengan korban rata-rata berusia 51-75
tahun. Di Jepang angka kasus bunuh diri lebih dari 30 ribu orang
per tahun. Sedangkan di Cina mencapai 250 ribu per tahun. Psikolog
Tika Bisono mensinyalir para pelaku bunuh diri memilih keramaian
sebagai tempat bunuh diri karena, pelaku ingin terlihat membaur
selayaknya orang normal melakukan aktivitas, masih berada di
persimpangan antara mau dan tidak mau serta berharap setidaknya ada
orang yang berniat mencegah dirinya melakukan usaha bunuh diri.
Jika disimak, antara kurun waktu 2004-2007, banyak peristiwa bunuh
diri yang dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan masih
bersekolah di sekolah dasar atau di sekolah menengah pertama (SMP).
Ironisnya, faktor penyebabnya lebih banyak karena ketidakmampuan
anak. Kini, bunuh diri dipandang sebagian masyarakat sebagai salah
satu jalan keluar mengatasi masalah yang dihadapinya. Bunuh diri
dipandang potret masyarakat gagal. Fungsi sosialisasi, tata nilai,
dan relasi-relasi personal tak lagi mendalam. Manusia dihargai
bukan oleh nilai-nilai kemanusiaan, melainkan oleh kedudukan,
kekayaan, martabat dan status sosial. Lunturnya
penghargan individu menjadi pemicu orang tidak lagi berharga di
mata orang lain. Selain itu, tatanan sosial dalam tingkatan yang
lebih global dianggap sangat kacau dan malahan cenderung tanpa
moralitas, yang mendorongPersepsi Bunuh Diri sebagai Jalan
Keluar
- 12 -
pelaku bunuh diri dijadikan sebagai pilihan terbaik. Dalam
bahasa yang lain, corak kapitalisme global yang semakin memiskinkan
mereka yang lemah dan terus memperkaya mereka yang berdaya agaknya
semakin memojokkan mereka sebagai kelompok sosial yang
termarjinalisasikan. Hal tersebut juga sangat mempengaruhi faktor
psikologis dan sosiologis bangsa Indonesia yang tak mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar dan diri sendiri.
Hasil dari kebimbangan yang tak dapat dikendalikan dapat
menghasilkan dan menjadikan bunuh diri sebagai jalan keluar yang
tak akan pernah menyelesaikan masalah.
B. Rumusan MasalahBertolak dari latar belakang tersebut diatas
maka penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : Apa itu Bunuh
Diri? Bagaimana pandangan tentang Bunuh diri dari berbagai pihak
dan agama? Faktor apa yang menyebabkan orang ingin melakukan bunuh
diri Mengapa Bunuh diri dapat dianggap sebagai jalan keluar?
Bagaimana menanggulangi perspesi bunuh diri itu sebagai jalan
keluar?
C. Maksud/Tujuan PenulisanAdapun maksud dan tujuan penulisan ini
untuk : Memberikan gambaran dan pengertian sesungguhnya akan bunuh
diri.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 13
Menumbuhkan sikap dan mental kepada setiap masyarakat untuk
selalu berpikir dan bersikap positif.
Menanamkan sikap tidak mudah putus asa kepada setiap generasi
untuk memerangi persepsi bunuh diri yang tak akan pernah
menyelesaikan masalah.
Untuk menghilangkan jejak-jejak persepsi akan bunuh diri yang
dapat membelenggu setiap insan di dunia terutama Indonesia
D. Manfaat PenulisanPenulisan ini di harapkan bermanfaat untuk:
1. Penulis Tak lepas dari semua penjelasan diatas, penulis berharap
agar tulisan ini tentunya bermanfaat bagi masyarakat banyak juga
untuk penulis pribadi. Penulis juga berharap mendapat pengetahuan
serta arti yang sesungguhnya dari karya tulis ini dan dapat
menghindarkan diri dari segala hal yang bisa berdampak negatif,
salah satunya adalah tanggapan/persepsi bunuh diri sebagai jalan
keluar. 2. Generasi Muda Gambaran dari generasi muda saat ini
sangat memprihatinkan, karena mudah sekali dilihat
pemikiran-pemikiran yang pada umumnya menjerumuskan diri mereka
sendiri ke hal-hal yang negatif. Para generasi muda sekarang banyak
beranggapan bahwa untuk menunjukkan keeksistensinya di dunia,
mereka selalu mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang
negatif dan juga berbahaya. Dari semua permasalahan yang mereka
hadapi, biasanya sebagian dari mereka tidak mampu untukPersepsi
Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 14 -
melanjutkan hidup mereka sesuai dengan yang mereka inginkan,
sehingga terbisik di hati mereka untuk mengakhiri hidup mereka.
Alasan untuk mengakhiri hidup mereka sangatlah banyak, baik dari
segi ekonomi, politik, budaya, percintaan, dll. Untuk menghindari
itu semua, penulis berharap dengan adanya karya tulis ini, para
generasi penerus bangsa dapat menanamkan pemikiran positif dan
dilanjutkan dengan perbuatan yang positif juga untuk menghasilkan
sesuatu yang positif. Sehingga kita semua dapat terhindar dari
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar. 3. Masyarakat Untuk
selalu menghasilkan sesuatu yang positif dalam hidup, penulis
menginginkan agar masyarakat dapat mengetahui dan mendukung isi
dari karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan
keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam mencegah berbagai
hal yang negatif serta merugikan bagi masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan mengakhiri hidup, berupa anggapan bunuh diri
sebagai jalan akhir dan penyelesaian.
E. Sumber DataData karya tulis yang berjudul Persepsi Bunuh Diri
sebagai Jalan Keluar ini diperoleh dari mengakses berbagai website
di Internet.
F. Metode PenulisanMetode yang digunakan untuk menguraikan karya
tulis ilmiah ini adalah dengan metode deskriptif dan
argumentatif.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 15 -
BAB II PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH DIRI SEBAGAI JALAN
KELUAR
A. Pengertian Bunuh DiriBunuh diri adalah, perbuatan
menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu
sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan
orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk
membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya
sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat
diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan,
adalah perbuatanperbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat
kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan
menggunakan segala macam cara. Menurut teori Freud, bunuh diri
merupakan tampilan agresi yang diarahkan ke diri melawan suatu
introyeksi, ambivalensi akan kehilangan objek cinta. Ia melakukan
bunuh diri karena sebelumnya ia merepresi keinginan untuk membunuh
seseorang. Menninger mengatakan bunuh diri sebagai tindakan
pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan seseorang terhadap
orang lain. Tindakan ini sebagai pembunuhan yang diarahkan ke diri.
Ada tiga komponen dalam bunuh diri yaitu keinginan untuk membunuh,
keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati. Berdasarkan data
forensik FKUI/RSCM 1995-2004 terdapat 771 oran laki-laki bunuh diri
dan 348 perempuan bunuh diri.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 16 -
Dari jumlah tersebut, 41% melakukan bunuh diri dengan cara
gantung diri, dengan menggunakan insektisida 23% dan overdosis
mencapai 356 orang.
Contoh tindakan gantung diri
Dalam teori psikologi perilaku, bunuh diri sebenarnya adalah
kepanikan atau letupan sesaat, sebuah dorongan yang tiba-tiba.
Antara terpicu dan bertindak hanya berlangsung sekejap, dalam
hitungan detik, menit, atau jam, namun tidak dalam hitungan hari.
Orang berada dalam emosi yang sangat memuncak sebelum akhirnya dia
mengakhiri hidupnya. Jarang sekali orang sampai berpikir dua sampai
tiga kali sebelum bunuh diri, kecuali ada obsesi kompulsif yang
terus berulang. Ia terobsesi untuk mengakhiri hidupnya. Betapapun
kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai alasan dan
definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri ini. Namun,
tetap saja pada intinya adalah "keputusasaan". Sebab orang yang
tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani kehidupan seberat
dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah melakukan kegiatan
bunuh diri ini. Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh
cobaan-cobaan berat dan pahit, jadi bunuh diri baginya hanyalah
tindakan sia-sia dan pengecut. Sebab masih banyak hal-hal yang bisa
dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu pastilah ada
batasnya. Sebab
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 17 -
betapapun beratnya persoalan, tetap saja ia memiliki batas akhir
(penyelesaian), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu,
tapi ia selesai juga.
B. Tipe-Tipe Bunuh DiriDurkheim mencoba untuk melakukan analisis
terhadap bunuh diri yang selama ini secara eksklusif didasarkan
pada sudut pandang psikologis dan individualistik. Ini berarti
bunuh diri merupakan gejala sosial yang dikerangkai oleh kondisi
atau struktur kemasyarakatan yang melingkupinya. Menurut Durkheim
ada empat tipe bunuh diri yang didasarkan pada dua kekuatan sosial
sekaligus, yakni integrasi sosial (kemampuan individu untuk terikat
pada tatanan masyarakat) dan regulasi moral (aturan-aturan atau pun
norma-norma yang mengatur kehidupan individu). 1. Tipe pertama
adalah bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Inilah corak bunuh
diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan
individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan
pengikatan diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah
nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan
sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya. 2.
Kedua, bunuh diri altruistik (altruistic suicide) sebagai hasil
dari integrasi sosial yang terlalu kuat. Individu sedemikian
menyatu dengan kelompok sosial, sehingga kehilangan pandangan
terhadap keberadaan
individualitas mereka sendiri. Puncaknya mendorong untuk
berkorban demi kepentingan kelompoknya. Contoh, bunuh diri yang
dilakukan kalangan anggota militer. Fenomena ini sering dilakukan
tentara Jepang pada PD II dengan melakukan aksi kamikaze untuk
menghancurkan kekuatan musuh.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 18 -
3. Ketiga adalah bunuh diri anomik (anomic suicide) yang berarti
bunuh diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta
berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan. Terdapat
empat jenis bunuh diri yang disebabkan situasi anomik ini, yakni a.
anomi ekonomis akut , yang berarti kemerosotan secara sporadis pada
kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti agama dan
sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. b. Anomi ekonomis kronis, yang
maknanya adalah kemerosotan regulasi moral yang berjalan dalam
jangka waktu lama. Misalnya saja Revolusi Industri yang
menggerogoti aturan-aturan sosial tradisional. Tujuan untuk meraih
kekayaan dan milik pribadi ternyata tidak cukup untuk menyediakan
perasaan bahagia. Tidak aneh misalnya, jika saat itu angka bunuh
diri lebih tinggi terjadi pada orang yang kaya daripada orang-orang
yang miskin. c. Anomi domestik akut, yang dapat dipahami sebagai
perubahan yang sedemikian mendadak pada tingkatan mikrososial yang
berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi.
Misalnya saja keadaan menjadi janda merupakan contoh terbaik
dari kondisi anomi semacam ini. d. Anomi domestik kronis yang dapat
dirujuk pada kasus pernikahan sebagai institusi atau lembaga yang
mengatur keseimbangan antara sarana dan kebutuhan seksual dan
perilaku di antara kaum lelaki dan perempuan. Seringkali yang
terjadi adalah lembaga perkawinan secara tradisional sedemikian
mengekang kehidupan perempuan, sehingga membatasi peluang-peluang
dan tujuan-tujuan hidup mereka.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 19 -
4. Tipe keempat adalah bunuh diri fatalistik (fatalistic
suicide) yang merupakan akibat dari regulasi atau pengaturan yang
berjalan secara bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan
individu. Di sini individu merasakan hidupnya tidak berharga karena
sedemikian tertindas atau dibatasi ruang geraknya.Fenomena banyak
orang yang mengakhiri hidupnya secara tragis tak terlepas dari
fakta bahwa masyarakat di kota-kota besar mengalami tekanan sosial
atau tekanan kelompok yang sangat serius.
C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh DiriFaktor yang menyebabkan
bunuh diri dapat dibedakan dalam beberapa macam melalui riset yang
dilakukan, yaitu:
1. Faktor Kehamilan dan Melahirkan Melakukan bunuh diri ternyata
sudah ditentukan saat sang jabang bayi kali pertama dilahirkan. Hal
ini terungkap dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari
Swedia pimpinan Dr Danuta Wasserman yang melakukan penelitian atas
700.000 remaja. Dari hasil penelitian Dr Danuta Wasserman itu
diketahui bahwa berat badan bayi saat dilahirkan menjadi penentu
resiko bunuh diri dikemudian hari. Bayi yang lahir dibawah
rata-rata memiliki resiko dua kali lebih tinggi untuk melakukan
bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal.
Resiko itu akan semakin tinggi jika ibu yang melahirkan masih
berusia remaja. Hasil penelitian Dr Danuta Wasserman yang merupakan
peneliti dari `the National Centre for Suicide Research and
Prevention` (Stockholm) itu dipublikasikan melalui The Lancet
medical journal. Menuru Dr Danuta
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 20 -
Wasserman, faktor genetika memerankan posisi penting dalam kasus
bunuh diri ini. Riset dilakukan dengan mengikuti semua data dari
bayi yang dilahirkan antara tahun 1973 dan 1980 dengan melihat
kecendrungan tindakan bunuh diri yang terjadi pada usia 10 tahun
hingga 26 tahun. Secara keseluruhan tingkat tindakan bunuh diri
yang terjadi di Swedia pada tahun 1999 berkisar 20 orang untuk
setiap 100.00 populasi. Menurut penelitian, bayi yang dilahirkan
memiliki berat badan kurang 2 kg akan terkena resiko dua kali lebih
tinggi mengalami bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan normal 3.25 kg - 3.75 kg. Sementara anak-anak yang
dilahirkan dari ibu yang kurang dari usia 19 tahun juga akan
mengalami resiko terkena ancaman bunuh diri bila dibandingkan
dengan ibu yang berusia 20 hingga 29 tahun. Malah panjang bayi
waktu dilahirkan juga turut diteliti oleh Dr Danuta Wasserman.
Menurutnya, bayi yang dilahirkan kurang dari 47 cm akan memiliki
kecendrungan melakukan bunuh diri bila dibandingkan dengan bayi
yang dilahirkan dengan panjang 50 atau 51 cm. "Studi yang kami
lakukan memang tidak memberikan jawaban yang definitif mengenai
resiko terjadinya bunuh diri," ungkapnya. "Namun setidaknya kami
menemukan hubungan penting antara pra kelahiran sebagai faktor
penentu. Saya fikir faktor genetika dan lingkungan menjadi faktor
yang sangat penting." Dr Danuta Wasserman menyarankan agar sang ibu
selama kehamilan menjaga nutrisi dengan baik termasuk tidak
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 21 -
2. Faktor Genetik Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik
seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak
tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan
temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam
beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri
ketimbang dalam garis keluarga lainya. Namun, "kecenderungan
genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak menyiratkan bahwa bunuh
diri tidak terelakan". kata Jamison. Kondisi kimiawi otak pun dapat
menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron
berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat
syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh
neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah
neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam
kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside
the Brain menjelaskan, "Kadar serotonin yang rendah... dapat
melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada
keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.".
Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang
mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
3. Faktor Kepribadian Salah satu faktor yang turut menentukan
apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri
telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai
orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus
meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu
menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian
mengenai harga dirinya, yang akhirnyaPersepsi Bunuh Diri sebagai
Jalan Keluar
- 22 -
menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang
berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat
keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum). Robert
Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa
mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak
yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan
keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan
di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan
seharihari. Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau
ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami
konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah
dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti
masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus
cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut
hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor
precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi.
Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi
melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu
(trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri
yang muncul tibatiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali.
Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu
peristiwa tertentu.
4. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri
adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar,
kehilangan pekerjaan,
kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan
konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis
seseorang sangat
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 23 -
menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan
akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
5. Faktor Ekonomi Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang
bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang.
Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri
hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka
berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus
menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang
ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki
uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini
biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan
mengakhir hidup.
6. Gangguan Mental dan Kecanduan Gangguan mental merupakan
penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh
diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti
dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa
bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan yang bersifat
mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan
penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan
Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh
diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguangangguan demikian.
Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara
pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 24 -
sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang,
tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi
650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan
yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara
depresi dan peristiwa peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh
diri tidak bisa dielakan. Profesor Jamison, yang juga pernah
mencoba bunuh diri,
mengatakan, "Orang-orang tampaknya dapat menanggung depresi
selama mereka yakin bahwa keadaan akan membaik." Akan tetapi, ia
mendapati bahwa begitu keputusasaan yang menumpuk menjadi tak
tertanggulangi, kesanggupan sistem mental untuk menahan dorongan
bunuh diri secara bertahap melemah. Ia menyamakan situasinya dengan
rem mobil yang menipis akibat telanan yang terus menerus. Selain
itu, penting untuk mengenali kecenderungan demikian karena depresi
dapat ditangani. Perasaan tak berdaya dapat dipulihkan. Apabila
faktor-faktor yang mendasar ditangani, orang -orang dapat bereaksi
dengan cara yang berbeda terhadap sakit hati dan tekanan yang
sering kali memicu bunuh diri.
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat
(ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan
menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut
motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penulis
menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan : 1. Dilanda
keputusasaan dan depresi 2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan. 3.
Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 25 -
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu) 5.
Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
D. Tanda-Tanda Bunuh Diri dan Faktor Resiko Bunuh DiriKita dapat
mengetahui jika seseorang berniat bunuh diri dengan tanda-tanda
seperti dalam tabel berikut.
Tanda-tanda Bunuh Diri Berbicara mengenai bunuh diri Munculnya
pembicaraan tentang
mengakhiri hidup ataupun tidak ingin dilahirkan Mencari
alat-alat yang berbahaya Mencari alat yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, seperti pisau,
senjata api, pil, racun, dll Menyukai hal-hal yang berkaitan
Suka menulis cerita, puisi maupun pantun yang berhubungan dengan
bunuh diri atau kematian Tidak ada depan harapan untuk masa Merasa
tidak berdaya, putus asa, gelisah dan tidak percaya dengan segala
sesuatu yang bisa menjadi baik Membenci diri sendiri Merasa tidak
berharga, bersalah, malu serta merasa menjadi beban bagi orang lain
dan merasa keadaan lebih baik tanpa dirinya Menyerah diri
Melepasakan segala harapan dan
dengan kematian
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 26 -
berusaha untuk melepaskan diri dari keluarga Berkata selamat
tinggal Mengunjungi keluarga tanpa diduga dan secara tidak biasa,
serta tinggal
mengungkapkan
selamat
seolah-olah tidak akan bertemu lagi Menarik diri dari orang lain
Menarik diri dari keluarga dan teman, serta mengasingkan diri dan
ingin ditinggal sendiri Menghancurkan diri sendiri Penggunaan
obat-obat terlarang atau alkohol, bersikap sembarangan dan tidak
memikirkan dirinya lagi Mendadak ingin menjadi tenang dan Tiba-tiba
ingin menjadi tenang dan bahagia bahagi dari semua permasalahan
yang ada dengan mengakhiri hidup
Adapun faktor-faktor risiko mengenai bunuh diri adalah 1. Pria
mati bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan dengan wanita,
namun wanita empat kali lebih sering melakukan tindakan percobaan
bunuh diri daripada pria 2. Bunuh diri meningkat seiring dengan
meningkatnya usia, paling banyak pada usia 15-24 tahun. Angka
tertingi bunuh diri terjadi pada kelompok usia di atas 55 tahun 3.
Dua dari tiga kasus bunuh diri dilakukan oleh pria kulit putih.
Belakangan meningkat pada ras kulit hitam. Pada kelompok imigran
lebih tinggi dibandingkan penduduk asli
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 27 -
4. Perkawinan yang harmonis mempunyai kecenderungan lebih rendah
untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri lebih sering terjadi pada
mereka yang secara sosial terisolasi dan mempunyai riwayat keluarga
bunuh diri 5. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar
kemungkinan terjadinya bunuh diri, namun jatuhnya status sosial
juga meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri 6. Pada umumnya
orang yang berhasil bunuh diri karena menggantung diri. Pria lebih
banyak menggunakan senjata api, gantung diri atau melompat dari
ketinggian. Wanita lebih cenderung overdosis dengan zat psikoaktif
atau racun, tetapi senjata api mulai meningkat penggunaannya.
E. Pandangan Mengenai Bunuh DiriTindakan bunuh diri yang
dilakukan dapat dipandang dari berbagai sudut, yaitu
1. Agama Islam Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena
putus asa diantara penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang
yang menderita fisiknya (jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi
untuk diri dan keluarganya. Keperluan pokok dalam kehidupan
sehari-hari tidak
terpenuhi, apalagi pada jaman sekarang ini, pengeluaran lebih
besar dari pemasukan. Adapula orang yang menderita batinnya yang
bertakibat patah hati, hidup tiodak bergairah, masa depannya
keliatan siuram, tidak bercahaya. Batinnya kosong dari cahaya iman
dan berganti dengan kegelapan yangPersepsi Bunuh Diri sebagai Jalan
Keluar
- 28 -
menakutkan. Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena
tidak punya uang, tidak punya kedudukan, dan tidak punya nama,
karena semua itu belum tentu dan ada kalanya tidak dapat
membahagiakan seseorang, pada media masa kita baca ada jutawan,
artis dan ada tokoh yang memilih mati untuk mengakhiri
penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau penderitaan
batin.
Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29)
"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih
hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman
kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6)
Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri Hadits 86. (Shahih
Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda :
Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan
ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka
untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka
dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka,
untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan
diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti
(berulangulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 29 -
Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi
saw., sabdanya : Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar
apabila dia tidak sanggup melaksanakannya. Mengutuk orang Mumin
sama halnya dengan membunuhnya. Mengadakan tuduhan bohong atau
sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta
orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan
mengurangi hartanya. Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin
Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : Siapa yang bersumpah
menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta
maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri.
Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di
neraka jahanam dengan cara itu pula. Hadits 89. (Shahih Muslim)
Dari Abu Hurairah ra, katanya : Kami ikut perang bersama-sama
Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata
kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, Orang ini penghuni
neraka. Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan
gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu
kepada Rasulullah saw., katanya Orang yang tadi anda katakan
penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan
sekarang dia tewas. Jawab Nabi saw., Dia ke neraka. Hampir saja
sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang
dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum
mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak
sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri.
Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw.,
bersabda, : Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan
kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan
orang muslim (orang yang tunduk patuh). Sesungguhnya Allah
menguatkan Agama ini dengan orang jahat.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 30 -
Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia
mendengar Hasan ra, bercerita : Masa dulu, ada seorang laki-laki
keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya
bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar
sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan
baginya surga. (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan
menunjuk ke masjid sambil berkata, Demi Allah! Jundab menyampaikan
hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini. Ayat
Al-Quran dan Hadist tersebut di atas dengan jelas menunjukkan,
bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan
apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa
dengan jalan bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan
berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah
menyongsong di akhirat kelak.
2. Kesehatan Pembentukan niat bunuh diri dari seseorang adalah
suatu persoalan kesehatan mental yang dianggap sebagai masalah
jiwa. Oran-orang yang berniat bunuh diri hendaknya segera dibawa ke
pakar atau dokter kesehatan jiwa yang berpengalaman. Dalam dunia
kesehatan, tindakan bunuh diri meupakan tindakan menghilangkan
nyawa dengan berbagai cara, seperti dengan obat-obatan, gantung
diri, senjata, dll. Seorang mengalam penyakit jiwa berkemungkinan
lebih besar dalam melakukan tindakan bunuh diri, karena saraf-saraf
neotransmiter kurang berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, harus
segera melakukan tindakan yang cermat bagi orang-orang yang bisa
melakukan tindakan bunuh diri
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 31 -
3. Kebudayaan Pada zaman berperang dan zaman Edo di Jepang, para
samurai yang gagal mempertahankan martabat mereka boleh memilih
untuk mengakhiri hidup mereka melalui Harakiri (hara = perut, kiri
= potong) atau Seppuku, sejenis tradisi yang melibatkan samurai
menggunakan pedang untuk memotong perut sendiri. Perut biasa
dipotong secara serong dengan tangan samurai sendiri dan dianggap
sebagai bentuk kematian yang terhormat walaupun dilakukan untuk
menutup aib. Dan juga Seppuku, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh
seorang asisten maupun budak untuk menutupi kesalahan
majikannya.
F. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh DiriMaraknya tindakan bunuh
diri yang dilakukan sangat diperlukan perhatian baik dari diri
sendiri, masayarakat maupun pemerinitah. Tindakan-tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara:
1. Untuk Diri Sendiri a. Tanamkan pada diri bahwa bunuh diri
adalah tindakan berdosa, tindakan yang putus asa, tindakan yang
tidak berani menghadapi kenyataan, dll. b. Usahakan untuk
mengekspresikan emosi dengan aktivitas yang berguna, seperti
aktivitas seni, olahraga, rekreasi dan dialog. c. Adakan waktu
untuk bekerja dan istirahat agar seimbang d. Adakan waktu merenung
untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah diterima 2. Untuk
Masyarakat dan Pemerintah
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 32 -
a. Pihak Keluarga Berbagai upaya pencegahan bunuh diri bisa
dilakukan oleh pihak keluarga. Upaya pencegahan itu dimaksudkan
untukmeningkatkan faktor proteksi. Beberapa tindakan itu di
antaranya: Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak Membangun
hubungan yang positif di dalam rumah dimana rumah diciptakan
sebagai tempat untuk saling berbagi di antara anggota keluarga,
Membangun kecerdasan emosional anak, dan Menanamkan pendidikan
moral dan agama yang sebaik-baiknya.
b. Lingkungan Lingkungan jelas merupakan determinan penting
dalam upaya prevensi. Beberapa hal yang semestinya disediakan
lingkungan untuk mencegah terjadinya bunuh diri: Adanya tekanan
sosial terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Tidak
memberitakan secara berlebihan tentang kejadian bunuh diri agar
tidak menjadi model bagi remaja. Menciptakan kegiatan yang positif
di dalam lingkungan untuk para remaja. c. Sekolah Sekolah mencegah
melalui berbagi program monitoring terhadap keadaan siswa. Bila
siswa mengalami penurunanprestasi, terlihat
mengalami depresi dan semacamnya, yang mengindikasikan adanya
kemungkinan bunuh diri, pihaksekolah perlu melakukan tindakan yang
cepat dan segera untuk mencegah. Misalnya berkonsultasi dengan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 33 -
pihakkeluarga, melakukan bimbingan dan konseling, dan
sebagainya. Hal yang tidak kurang pentingnya dalam upayamencegah
adalah menciptakan sekolah yang menyenangkan dan menggembirakan.
Tapi lebih dari itu, pendidikan yang meningkatkan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual harus diperkuat.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 34 -
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanBerdasarkan data yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar bukanlah
suatu tindakan yang patut dilakukan, karena justru akan menambah
masalah yang telah ada. Bunuh diri merupakan hasil dari
ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi cobaan hidup. Penyebab
utama terjadinya bunuh diri
dimasyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada
diri sendiri. Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap percaya diri
yang mengarah ke arah positif dan untuk menangkalnya juga harus
diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan
ditingkatkan akwah Islamiyah kepada seluruh lapisan lapisan
masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada
Allah yang maha kuasa.
B. SaranSaran dari penulis yang dapat disampaikan adalah agar
masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dalam meningkatkan
taraf hidup warga negara Indonesia agar dapat menghindari segala
persepsi yang mengarah ke Bunuh diri. Peran aktif dari masyarakat
dan diri pribadi sangat penting untuk menyeimbangkan antara pikiran
dan tindakan yang dilakukan sehingga segala kegiatan yang dilakukan
dapat menghasilkan segala sesuatu yang baik pula. Dan bila ada yang
menemukan tanda-tanda akan tindakan bunuh
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 35 -
diri, diharapkan agar segera diantisipasi baik dibawa ke rumah
sakit maupun kantor polisi.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 36 -
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wordpress.com/tag/jepang-bunuh-diri/
http://id.wikipedia.org http://www.balipost.co.id
http://www.doktertomi.com http://www.freelists.org
http://www.helpguide.org http://www.kompas.com
http://www.sinarharapan.co.id http://www.sivalintar.com/hidup/
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 37 -
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 38 -
RIWAYAT PENULIS
Rizki Setiawan S, cowok kelahiran Ternate, 30 Januari 1992 ini
merupakan anak dari pasangan Sultan Ambo dan Warnetty Bustiar. Anak
Sulung dari tiga bersaudara ini merupakan pribadi yang pemalu dan
pendiam dilingkungan sekitarnya. Akan tetapi, bisa menjadi lebih
ceria dan aktif jika bersama dengan teman teman dekatnya.
Cowok yang biasa disapa Iky ini senang dengan olahraga renang
ini memulai dunia pendidikannya di TK Al-Khairat Falajawa 2,
kemudian melanjutkan sekolahnya di SDN 1 Bastiong. Dan setelah
kelas tiga SD, Iky sempat pindah ke Bukit tinggi, Sumatera Barat
selama 8 bulan dan bersekolah di SD Parit lintang, Bukit tinggi.
Setelah 8 bulan di Bukit tinggi, Iky kembali ke Ternate dan
melanjutkan sekolahnya dari kelas 4 di SDN 1 Bastiong. Setelah
menamatkan pendidikannya di SD, Iky melanjutkan sekolahnya di SMPN
1 Kota Ternate. Selama bersekolah di SMP, Iky sempat mengikuti
beberapa lomba akademis di sekolahnya. Kemudian setelah menamatkan
pendidikan di SMP, Iky melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu di SMAN 1 Kota Ternate. Di jenjang SMA pun
Iky jalani layaknya seperti siswa remaja yang biasa dan juga ikut
dalam beberapa kegiatan akademis.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
Dalam kesempatan ini, Iky diberikan tugas untuk menyelesaikan
karya tulis sebelum menghadapi UN. Dan judul yang dipilhnya adalah
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar. Karya tulis ini membahas
tentang bunuh diri, penyebabnya, pandangan tentangnya dan upaya
pencegahan bunuh diri. Tak lupa Selamat membaca dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar