Top Banner
I. IDENTIFIKASI A. Identitas pasien Nama : Munfaris Syafaat Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 18 Oktober 2004 Umur : 4 tahun 11bulan Jenis kelamin : Lelaki Agama : Islam Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05 Masuk RSUD Koja : 5 Oktober 2009 Hubungan dengan orang tua : Anak kandung B. Identitas orang tua Ayah Nama : Sutardi Umur : 41 tahun Agama : Islam Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05 Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : - Suku bangsa : Jawa Ibu Nama : Nining Umur : 34 tahun Agama : Islam Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05 Pekerjaan : Karyawan Penghasilan : Rp 3.000.000 Suku bangsa : Jawa I. ANAMNESIS 1
29

22231891 Kejang Demam Kompleks

Feb 18, 2015

Download

Documents

Rahul Fantastic

d
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 22231891 Kejang Demam Kompleks

I. IDENTIFIKASI

A. Identitas pasien

Nama : Munfaris Syafaat

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 18 Oktober 2004

Umur : 4 tahun 11bulan

Jenis kelamin : Lelaki

Agama : Islam

Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05

Masuk RSUD Koja : 5 Oktober 2009

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

B. Identitas orang tua

Ayah

Nama : Sutardi

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : -

Suku bangsa : Jawa

Ibu

Nama : Nining

Umur : 34 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05

Pekerjaan : Karyawan

Penghasilan : Rp 3.000.000

Suku bangsa : Jawa

I. ANAMNESIS

1

Page 2: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Alloanamnesa dengan ibu kandung pasien tanggal 5 Oktober 2009, pada pukul 14.00

WIB.

Keluhan utama:

Kejang seluruh tubuh sebanyak 1 kali, 5 jam SMRS.

Keluhan tambahan:

Demam 1 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan kejang 5 jam SMRS yang didahului

dengan demam. Menurut pengakuan ibu pasien, kejang ini merupakan kejang yang

pertama kali. Kejang terjadi sebanyak 1 kali pada jam 14.00 WIB dan berdurasi selama

20 menit. Saat kejang seluruh tubuh pasien kaku dan kedua mata pasien mendelik ke atas,

mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan busa. Setelah kejang, pasien sadar, langsung

menangis dan mengalami keringat dingin.

1 hari SMRS, Ibu pasien menyatakan sebelum kejang pasien mengalami demam.

Demam terjadi pada waktu pagi, timbul tidak mendadak, tidak terlalu tinggi dan terus-

menerus sepanjang hari. 3 hari SMRS ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak

berdahak dan setelah diberi pengobatan batuk mereda. Pasien menyangkal mengalami

mual atau muntah.

Riwayat penyakit dahulu:

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Jantung -

Cacingan - Diare 2 dan 4

tahun

Ginjal -

Demam

berdarah

- Kejang - Darah -

Demam

tifoid

- Kecelakaan - Radang paru -

Otitis - Morbili 3 tahun Tuberculosis -

Parotitis - Operasi Lainnya Radang

tenggorokan

2

Page 3: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya. Pada usia 2 dan 4 tahun, pasien

pernah dirawat inap di rumah sakit dengan diare. Pada usia 3 tahun, pasien pernah

terserang morbili. 1 bulan yang lalu, pasien pernah mengalami radang di tenggorok.

Riwayat penyak i t keluarga:

Kedua orang tua pasien tidak mempunyai riwayat kejang demam pada masa kanak-

kanaknya dan tidak mempunyai riwayat batuk-batuk lama Pasien mempunyai kakak

perempuan berumur 12 tahun yang memiliki riwayat kejang demam. Kejang terjadi pada

waktu kakak pasien berumur 4 tahun, terjadi sebanyak 1kali dan berdurasi selama 10

menit.. Kejang tidak diawali dengan aura dan setelah kejang, kakak pasien sadar dan

langsung menangis.

Riwayat kehamilan dan persalinan:

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan

Perawatan antenanal Setiap bulan periksa ke bidan

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan dan didampingi dokter

Cara persalinan Spontan

Masa gestasi 9 bulan 7 hari

Keadaan bayi Berat lahir: 3700 gram

Panjang badan: 51 cm

Langsung menangis

Kesan: riwayat kehamilan dan persalinan baik.

Riwayat pe r tumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan gigi : umur 7 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : umur 6 bulan (Normal: 6 bulan)

Berdiri : umur 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : umur 1 tahun (Normal: 13 bulan)

Bicara : umur 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Kesan:

3

Page 4: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Baik, tidak ada keterlambatan psikomotor.

Riwayat makanan

Umur

(bulan)

ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim

0-2 ✔

2-4 ✔

4-6 ✔

6-8 ✔ ✔ ✔

8-10 ✔ ✔ ✔ ✔

10-12 ✔ ✔ ✔ ✔

Umur di atas 1 tahun

Jenis makanan Frekuensi dan jumlah

Nasi/ pengganti 3-4 x sehari, 1 centong nasi/kali

Sayur 3 x sehari, 1 mangkuk/kali

Daging 1 x sebulan, 1 potong/kali

Telur 1 x sehari, 1 butir/kali

Ikan 6 x seminggu, 1 potong/kali

Tahu 6 x seminggu, 1 potong/kali

Tempe 6 x seminggu, 1 potong/kali

Susu (merek, takaran) Susu Dancow/ Bendera, 2 x sehari, 1 botol

susu 500 ml

Lain-lain Ayam 2 x seminggu, 1 potong/kali

Kesan:

Pola makan pasien baik dan kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin terpenuhi

dengan baik.

4

Page 5: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Riwayat imunisasi

Vaksin Umur

BCG 2 bulan

DPT/DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan

Campak 9 bulan

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan

MMR 15 bulan

TIPA

Kesan:

Riwayat imunisasi pasien baik.

Ibu pasien menyatakan lupa tanggal dilakukan setiap imunisasi.

Riwayat keluarga

Susunan keluarga: pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.

Ayah Ibu

Nama Sutardi Nining

Perkahwinan ke Pertama Pertama

Umur saat menikah 24 17

Pendidikan terakhir SMA SMP

Agama Islam Islam

Suku bangsa Sunda Sunda

Keadaan ksehatan Baik Baik

Riwayat perumahan dan sanitasi

Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak perempuan pasien. Rumah kontrakan

di kawasan padat penduduk, berukuran 7m x 7m dengan 5 jendela. Terdapat penerangan

listrik dan sumber air berasal dari sumur. Sinar matahari banyak masuk ke dalam rumah

5

Page 6: 22231891 Kejang Demam Kompleks

karena ventilasi baik. Tempat tinggal jauh dari tempat pembuangan sampah dan jalan

raya. Lingkungan rumah cukup bersih.

Kesan: keadaan lingkungan tempat tinggal pasien baik.

I. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pertama kali pada tanggal 5 Oktober 2009.

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Data antropometri

Berat badan : 16 kg

Tinggi badan : 99 cm

Lingkar kepala : 50 cm

Lingkar dada : 57 cm

Lingkar lengan atas : 18 cm

Status gizi

BB/U : 16/19 x 100% = 84% (gizi baik)

TB/U : 99/110 x 100% = 90% (gizi baik)

BB/TB : 16/17 x 100% = 94% (gizi baik)

Kesan status gizi: gizi baik

Tanda vital

Tekanan darah : tidak diperiksa

Nadi : 110x/ menit

Suhu : 39°C

Pernapasan : 30x/menit

Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembapan

normal, efloresensi primer/sekunder (-)

Kepala dan leher

Kepala : normosefali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah

dicabut

Mata : pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak

6

Page 7: 22231891 Kejang Demam Kompleks

langsung +/+, konjungtica anemis -/-, sclera ikterik -/-

Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-,

sekret -/-

Telinga : membran timpani intak, serumen -/-, sekret -/-

Mulut : mukosa mulut tidak hiperemis

Bibir : bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-), trismus (-),

halitosis (-)

Lidah : normoglosia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-)

Gigi geligi : karies (-)

Uvula : simetris di tengah, tidak hiperemis

Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis

Tenggorok : faring tidak hiperemis, granular (-)

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,

trakea letak normal

Thoraks

Paru

Inpeksi : bentuk dada normal, simetris, efloresensi primer/sekunder, dinding

dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama

teratur, tipe abdomino-torakal, retraksi (-)

Palpasi : gerak napas simetris

Perkusi : sonor di semua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung

Inpeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba, thrill (-)

Perkusi : redup

Auskultasi : SISII reguler, murmur (+), gallop (-)

A bdomen

Inpeksi : bentuk datar

Palpasi : supel, tidak ada pembesaran hepar dan lien

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-)

7

Page 8: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Refleks meningeal : Kaku kuduk (-)

Brudzinsky I (-)

Brudzinsky II (-)

Kernig (-)

Laseque (-)

II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

➢ Tanggal 5 Oktober 2009

Hematologi

Hemoglobin : 10.8 g/dL

Lekosit : 18.800 /uL

Hematokrit : 31 %

Trombosit : 296.000 /uL

Kimia

Glukosa sewaktu : 126 mg/dL

Elektrolit

Na : 133 mmol/L

K : 3.22 mmol/L

Cl : 104 mmol/L

➢ Tanggal 6 Oktober 2009

Hematologi lengkap

Hemoglobin : 11.1 g/dL

Lekosit : 10.800 /uL

Hematokrit : 34%

Eritrosit : 4.08 juta/uL

VER (MCV) :84 fL

HER ( MCH) :27 pg

KHER (MCHC) :32 g/dL

Hitung jenis

Basofil : 1 %

Eosinofil : 0 %

Batang : 0 %

8

Page 9: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Segmen : 71 %

Linfosit : 20 %

Monosit : 8 %

Trombosit : 367.000 /uL

LED : 35 mm/jam

Imunoserologi

ASTO : negatif

➢ Tanggal 7 Oktober 2009

Urinalisa

Urin lengkap

Warna : kuning jernih

Berat jenis : 1.020

Ph : 7.0

Albumin : negatif

Glukosa : negatif

Keton : negatif

Bilirubin : negatif

Darah samar : negatif

Nitrit : negatif

Urobilinogen : 0.2 eu

Sedimen

Lekosit : 0-1/LPB

Eritrosit : 0-1 /LPB

Silinder : negatif

Epitel : +

Bakteri : negatif

Kristal

Ca oxalate : negatif

Karbonat : negatif

Fosfat : negatif

Asam urat : negatif

Amorf : negatif

Sel ragi : negatif

Lain-lain : negatif

9

Page 10: 22231891 Kejang Demam Kompleks

I. PENATALAKSANAAN (05/10/2009)

• IVFD RL 16 tpm

• Starxon 2 x 500 mg IV

• Gastridin 2 x 15 mg IV

• Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth

I. FOLLOW UP

Tanggal 6 Oktober 2009

Keluhan : demam (-), batuk (-), pilek(-), nyeri tenggorok (-), pusing (-), mual

(-), muntah (-), nafsu makan baik

Keadaan umum : baik

Kesadaran :compos mentis

Nadi : 100x/menit

Pernapasan : 28x/menit

Suhu : 36.7 °C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

Hidung : NCH (-), secret (-)

Mulut : tidak kering, sianosis (-)

Thorax : Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (+)

Paru : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)

Refleks patologis : (-)

Terapi:

• IVFD RL 16 tpm

• Starxon 2 x 500 mg IV

• Gastridin 2 x 15 mg IV

• Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth

Tanggal 7 Oktober 2009

10

Page 11: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Keluhan : demam (-), batuk (-), pilek(-), nyeri tenggorok (-), pusing (-), mual

(-), muntah (-), nafsu makan baik

Keadaan umum : baik

Kesadaran :compos mentis

Nadi : 100x/menit

Pernapasan : 25x/menit

Suhu : 36.0 °C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

Hidung : NCH (-), secret (-)

Mulut : tidak kering, sianosis (-)

Thorax : Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Paru : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)

Refleks patologis : (-)

Terapi:

• IVFD RL 16 tpm

• Starxon 2 x 500 mg IV

• Gastridin 2 x 15 mg IV

• Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth

Tanggal 8 Oktober 2009

Keluhan : demam (-), batuk (-), pilek(-), nyeri tenggorok (-), pusing (-), mual

(-), muntah (-), nafsu makan baik

Keadaan umum : baik

Kesadaran :compos mentis

Nadi : 100x/menit

Pernapasan : 36x/menit

Suhu : 35.4 °C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

Hidung : NCH (-), secret (-)

Mulut : tidak kering, sianosis (-)

Thorax : Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Paru : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

11

Page 12: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)

Refleks patologis : (-)

Terapi:

• IVFD RL 16 tpm

• Starxon 2 x 500 mg IV

• Gastridin 2 x 15 mg IV

• Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth

I. RESUME

Anamnesa

Pasien anak laki-laki usia 4 tahun 11 bulan datang ke IGD dengan keluhan kejang

sebanyak 1 kali pada sore hari, 5 jam SMRS yang didahului dengan demam. Kejang ini

merupakan kejang pertama kali dan berdurasi selama 20 menit. Pada saat kejang, seluruh

tubuh pasien kaku, mata mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan

busa. Pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang. Kejang tidak

didahului dengan aura. Orang tua pasien tidak memberikan pengobatan apa pun. Demam

terjadi 1 hari SMRS, tidak terlalu tinggi, tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus.

3 hari SMRS, ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak tetapi setelah

diberikan pengobatan, batuk mereda. 1 bulan SMRS, pasien pernah mengalami radang

tenggorok. Riwayat kejang sebelumnya (-), riwayat kejang dalam keluarga (+).

Pada pemeriksaan fisik:

Pasien tampak sakit ringan. Dari tanda vital, suhu meningkat.

Pada pemeriksaan thoraks jantung, ditemukan murmur dengan fase sistolik, bentuk

pansistolik, derajat bising 1/6, pungtum maksimum di sela iga 5 garis parasternalis kiri,

tidak ada penjalaran, kualitas tidak dapat dinilai, berfrekuensi tinggi.

Pada pemeriksaan lab:

Pada pemeriksaan hematologi, didapatkan anemia ringan dengan nilai Hb 10.8 g/dL,

leukositosis dengan nilai 18.800 /uL dan LED meningkat dengan nilai 35 mm/jam.

Pada pemeriksaan imunoserologi, didapatkan ASTO dengan hasil negatif.

II. DIAGNOSIS KERJA

Kejang demam kompleks

III. DIAGNOSA BANDING

Epilepsi yang diprovokasi demam

12

Page 13: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Meningoensefalitis

IV. PEMERIKSAAN ANJURAN

Elektroensefalogram (EEG)

V. PENATALAKSANAAN (05/10/2009)

Rawat inap dan tirah baring dengan medikamentosa

IVFD

Cairan Ringer Laktat 16 tetes/menit

Perenteral

Starxon 2 x 500 mg IV

Gastridin 2 x 25 mg IV

Oral

Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth

VI. PROGNOSIS

Ad Vitam : bonam

Ad fungtionam : bonam

Ad sanationam : bonam

ANALISA KASUS

Pada pasien anak laki-laki berumur 4 tahun 11 bulan dengan berat badan 16 kg, dari

anamnesa didapatkan keluhan kejang sebanyak 1 kali pada sore hari, 5 jam SMRS yang

didahului dengan demam. Kejang merupakan kejang pertama kali dan berdurasi lebih dari 15

menit. Kejang pada pasien bersifat tonik, mata mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan

13

Page 14: 22231891 Kejang Demam Kompleks

tidak mengeluarkan busa. pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang.

Kejang tidak didahului dengan aura. Diagnosis kejang demam kompleks ditegakkan pada

pasien ini atas dasar lama kejang pada pasien yang berdurasi selama lebih 15 menit. Demam

terjadi 1 hari SMRS, tidak terlalu tinggi, tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus. 3

hari SMRS ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak. Kemungkinan pasien

telah terjangkit infeksi saluran napas dan ini telah memicu terjadinya demam.

Dari pemeriksaan fisik thoraks jantung, ditemukan murmur dengan fase sistolik, bentuk

pansistolik, derajat bising 1/6, pungtum maksimum di sela iga 5 garis parasternalis kiri, tidak ada

penjalaran, kualitas tidak dapat dinilai, berfrekuensi tinggi. Bising jantung pada pasien ini adalah

bising inosen dengan karakteristik bising sistolik, berderajat 2/6 atau kurang sehingga tidak disertai

getaran bising, penjalaran terbatas, cenderung berubah intensitasnya dengan perubahan posisi, dan

tidak berhubungan dengan kelainan jantung. Pemeriksaan refleks meningeal dengan hasil negatif

menunjukkan tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen.

Dari pemeriksaan laboratorium pada 5 Oktober 2009, didapatkan anemia ringan dengan

nilai Hb 10.8 g/dL, leukositosis dengan nilai 18.800 /uL dan LED meningkat dengan nilai 35mm/jam

yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang ditandai dengan demam sebelum

terjadinya kejang.

Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam kompleks adalah epilepsi yang

diprovokasi demam dan meningoensefalitis. Ada pun perbedaan antara kejang demam

kompleks dengan kedua penyakit ini adalah:

• Epilepsi yang diprovokasi demam

Menurut kriteria Livingstone, gejala epilepsy yang diprovokasi demam adalah seperti

kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari

4 kali / tahun, dan EEG setelah tidak demam abnormal. Perbedaan kejang demam

kompleks dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi bisa

disebabkan karena terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang

mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi

adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan

tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam.

Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat

capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.

• Meningoensefalitis

14

Page 15: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Terdapat kelainan pada otak yang dapat ditandai dengan refleks patologis dan refleks

meningeal yang positif, EEG abnormal, kejang berulang, tekanan intrakranial yang

meningkat dan terdapat penurunan kesadaran.

Pada terapi, antibiotik yang digunakan adalah Starxon dengan dosis 2x 500mg IV

perhari selama perawatan di rumah sakit. Ceftriaxone digunakan bagi mengatasi infeksi

saluran napas bawah, otitis media akut, infeksi kulit, infeksi saluran kemih yang juga

merupakan etiologi bagi kejang demam.

Infus cairan Ringer Laktat diberikan karena keadaan demam bisa menyebabkan

dehidrasi pada pasien. Cairan ini digunakan karena bersifat isotonis, maka efektif dalam

mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi kehilangan

cairan yang terjadi karena dehidrasi.

Seharusnya setelah kejang diatasi, pengobatan disusul dengan terapi rumatan yang

dibagi menjadi profilaksis intermitten dan profilaksis jangka panjang. Tetapi pada pasien ini,

terapi profilakasis jangka panjang tidak digunakan karena tidak terdapat indikasi. Pengobatan

profilaksis intermiten yang digunakan berupa puyer panas yang hanya diberikan selama

episode demam saja yaitu obat campuran antikonvulsan (diazepam) dan antipiretika

(paracetamol).

Pada pasien ini seharusnya diberikan kortikosteroid untuk mencegah terjadinya udem

otak yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid

seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sehingga keadaan membaik.

Pada pasien ini, disarankan untuk melakukan pemeriksaan anjuran yaitu

elektroenselfalogram (EEG) untuk mendeteksi sekiranya terdapat gangguan pada otak

terutama pada penderita epilepsi. Gambaran abnormal yang bisa temukan berbentuk spike,

sharp wave, spike and wave dan paroxysmal slow activity.

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI(1)(5)

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada

anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.

15

Page 16: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat

celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari

sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron

sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari

luar otak. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering

dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.

INSIDEN

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai

4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang

demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal

tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat

dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD

Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada

tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka

kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak

didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden

kejadian sebesar 37%.

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk

di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih

tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang

harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit

lebih banyak menyerang anak laki-laki.(1)

ETIOLOGI

Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi

umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor

hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam

mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa kecilnya.(1)(9)

16

Page 17: 22231891 Kejang Demam Kompleks

Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam

dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam

adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media

akut(cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak

akan menyebabkan kejang demam), gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi

saluran kemih. Selain itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat

menyebabkan kejang demam.

PATOFISIOLOGI(2)(4)

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu

lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat

dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga

keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang

terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

• Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

• Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya

• Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun

sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang

hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari

membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

17

Page 18: 22231891 Kejang Demam Kompleks

sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan

“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15

menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi

otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu

tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan

metabolisme otak meningkat.

KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI 2004), membagi kejang demam menjadi dua(8)

Kejang demam sederhan a (harus memenuhi semua kriteria berikut)

– Berlangsung singkat

– Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit

– Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal

– Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Kejang demam komplek s (hanya dengan salah satu kriteria berikut)

– Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

– Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial

– Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di antara

bangkitan kejang

Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :(5)

1. Kejang demam sederhana

• Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun

• Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit

• Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 th tidak > 4 kali

• Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

• Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

18

Page 19: 22231891 Kejang Demam Kompleks

• Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan

1. Epilepsi yang diprovokasi demam

• Kejang lama dan bersifat lokal

• Umur lebih dari 6 tahun

• Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun

• EEG setelah tidak demam abnormal

Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :

1. Kejang demam kompleks

• Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun

• Kejang berlangsung lebih dari 15 menit

• Kejang bersifat fokal/multipel

• Didapatkan kelainan neurologis

• EEG abnormal

• Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun

• Temperatur kurang dari 39℃

1. k ejang demam sederhana

• Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun

• Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat

• Kejang bersifat umum (tonik/klonik)

• Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang

• Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun

• Temperatur lebih dari 39℃

1. Kejang demam berulang

• Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:

1. Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

2. Riwayat kejang demam dalam keluarga

19

Page 20: 22231891 Kejang Demam Kompleks

3. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal

4. Riwayat demam yang sering

5. Kejang pertama adalah kejang demam kompleks

Perbedaan kejang demam dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam.

Epilepsi terjadi karena adanya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang

mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah

seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut.

Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering

terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena

terkena sinar lampu yang tajam.

MANIFESTASI KLINIS(1)(2)(5)

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf

pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya

terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan

dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti

sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit

tanpa adanya kelainan neurologik.

Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami

demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba),

kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit

(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai

dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya

terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat

kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung

selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,

biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya

20

Page 21: 22231891 Kejang Demam Kompleks

terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),

gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :

1. Anak hilang kesadaran

2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak

3. Sulit bernapas

4. Busa di mulut

5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan

6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.

DIAGNOSIS(4)(9)(10)

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-

penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat,

perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural

pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.

• Anamnesis

– waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

– sifat kejang (fokal atau umum)

– Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

– Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis

meningoensefalitis)

– Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik

turun)

– Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)

– Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam

atau epilepsi)

– Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

– Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

– Trauma kepala

21

Page 22: 22231891 Kejang Demam Kompleks

• Pemeriksaan fisik

– Tanda vital terutama suhu

– Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-

pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.

– Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti

nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan

terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.

– Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang

disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan

adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan

sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu

dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan

karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

– Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang

mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

– Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus

dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di

retina terlihat pada sindom hiperviskositas.

– Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural

atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

– Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising

jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.

– Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA,

OMA, GE)

– Pemeriksaan refleks patologis

– Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)

• Pemeriksaan laboratorium

– Darah tepi lengkap à penyebab demam

– Elektrolit, glukosa darah à diare, muntah, hal lain yang dpt mengganggu

keseimbangan elektrolit atau gula darah.

– Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal à gangguan metabolisme

22

Page 23: 22231891 Kejang Demam Kompleks

– Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS à meningkat à Ensefalitis akut /

Ensefalopati.

• Pemeriksaan penunjang

– Lumbal Pungsi à curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur

di antara 12-18 bulan dianjurkan.

– EEG à tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi

terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK – CT-scan atau MRI tidak dilakukan pd KDS yang terjadi pertama kali, akan tetapi

dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami KDK untuk menentukan

kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel

DIAGNOSA BANDING

Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan

apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak

biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain.oleh sebab

itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.

Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak

yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan

neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal

harus dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal yang umumnya diambil melalui pungsi

lumbal.

Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam

kompleks atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam.

Tabel Diagnosa Banding

No Kriteri Banding Kejang

Demam

Epilepsi Meningitis

Ensefalitis

1. Demam Pencetusnya

demam

Tidak berkaitan

dengan demam

Salah satu gejalanya

demam2. Kelainan Otak (-) (+) (+)

23

Page 24: 22231891 Kejang Demam Kompleks

3. Kejang berulang (+) (+) (+)

4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)

Ket (-): tidak ada

PENATALAKSANAAN(3)(4)(10)

Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Mengatasi kejang secepat mungkin

2. Pengobatan penunjang

3. Memberikan pengobatan rumat

4. Mencari dan mengobati penyebab

5. Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas

6. Pengobatan akut

I.Mengatasi kejang secepat mungkin

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti.

Apabila pasien dating dalam keadaan kejang, obat paling cepat untuk menghentikan kejang

adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-

lahan dengan kecepatan 1-2mg.menit atau dalam waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan

dapat diberikan oleh orang tua di rumah atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah

diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg

untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari

10kg. atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg

mg untuk anak diatas usia 3 tahun.

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :

Terapi awal dengan diazepam

Usia Dosis IV (infus) Dosis per rektal

24

Page 25: 22231891 Kejang Demam Kompleks

(0.2mg/kg) (0.5mg/kg)

< 1 tahun 1–2 mg 2.5–5 mg

1–5 tahun 3 mg 7.5 mg

5–10 tahun 5 mg 10 mg

> 10 years 5–10 mg 10–15 mg

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang

infus, 0,5 mg/kg per rektal

2. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit

2. Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan kecepatan 1

mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif

dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam

sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

II. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi

dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi

kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan

nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian

oksigen. Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan

metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan

fungsi jantung diawasi secara ketat.

Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh darah

perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena

pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga

25

Page 26: 22231891 Kejang Demam Kompleks

menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres

hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh

darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena

dirasakan tubuh menjadi semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut

penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan

ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.

Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan

secara per rektal, disamping cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif telah

dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang

mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg

diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB.

Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis

pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama.

Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason

diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

III. Pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim

penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi

atas dua bagian, yaitu:

• Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam diberikan

obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak selama

episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10-

15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali

sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya

kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak

dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral

dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai

kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai

sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak

berguna untuk mencegah kejang demam.

26

Page 27: 22231891 Kejang Demam Kompleks

• Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil

dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:

1). Fenobarbital

Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah

perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan

kognitif atau fungsi luhur.

2). Sodium valproat / asam valproat

Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh

lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan

hepar, pankreatitis.

3). Fenitoin

Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif

sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian

antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun

seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan

dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.

IV. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus

respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu

untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang

datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu

untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis. Apabila menghadapi

penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan

pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium,

nitrogen, dan faal hati.

PROGNOSIS(8)(9)

1. Kematian

Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak

sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 %

s/d 0,74 %.

27

Page 28: 22231891 Kejang Demam Kompleks

2. Terulangnya Kejang

Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan

pertama dari serangan pertama.

3. Epilepsi

Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari kejang demam

kompleks. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah

menderita KDS tergantung kepada faktor :

a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS

c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami

serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau

tidak sama sekali faktor di atas.

4. Hemiparesis

Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari

setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal

yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid,

sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami

hemiparese sesudah kejang lama.

5. Retardasi Mental

Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang

kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau

kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti

dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental

adalah 5x lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC,

2000. Hal 2059-2067.

28

Page 29: 22231891 Kejang Demam Kompleks

2. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan

Lange, 2002.

3. Pusponegoro. D. Hardiono dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2006.

4. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2.

Blackwell pulblishing, 2006. Hal 72-90.

5. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

EGC, Jakarta 2006.

6. Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jakrta, 2006.

7. Pediatrica, Buku Saku Anak, edisi 1, Tosca Enterprise. UGM Jogjakarta, 2005.

8. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke

Diunduh pada tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari:

www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm

9. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh pada

tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari:

www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm

10.Seizures types. Diunduh pada tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari

www.2betrhealth.com/SeizureTypes.html

29